bab ii kajian pustaka dan landasan teori 1. penelitian...
TRANSCRIPT
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
1. Penelitian Terdahulu
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada subjek
yang akan diteliti yaitu anak jalanan yang diasuh oleh rumah singgah. Adapun
perbedaan dari penelitian ini adalah teori yang digunakan, lokasi penelitian, serta
kajian penelitian. Penelitian sebelumnya menjadi penelitian pembanding dengan
penelitian yang sedang dikaji. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi
acuan perbandingan adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan rumah singgah sejauh ini umumnya masih bersifat parsial
sehingga tidak cukup efektif dalam mengurangi persoalan anak jalanan.
Perlu ada upaya revitalisasi model penanganan anak jalanan di rumah
singgah. Pendekatan dalam meningkatkan efektifitas rumah singgah
melalui pembenahan dari aspek input, proses, dan terminasi. Juga
menekankan pentingnya membangun sinergi antar stakeholder dalam
penanganan anak jalanan.
b. Bentuk-bentuk penanganan yang diberikan oleh rumah singgah
adalah penangan berupa upaya dalam membantu anak-anak jalanan ini
yang dulunya pernah mengemis didampingi agar tidak lagi turun ke jalan
menjadi pengemis. Cara yang dilakukan oleh pendamping selama
proses pendampingan yaitu dengan mengadakan kegiatan les
pelajaran disini anak jalanan didampingi dengan memberi materi
pendidikan dan acara aksi kasih yaitu membagikan paket makanan
dan pakaian bekas layak pakai. Rumah singgah adalah tempat yang
dibuat oleh sekelompok orang untuk membentuk sebuah lembaga sosial
14
didalamnya sebagai tempat mendampingi anak-anak jalanan. Rumah
berarti tempat dan singgah berarti berhenti atau mampir sebentar
untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi.Penanganan anak jalanan
oleh rumah singgah Kasih Serambi Salomo melalui program
kesejahteraan social anak (PKSA) sudah bersekolah semua dan
menunjukan kondisi anak jalanan setelah didampingi oleh
pendamping/peksos rumah singgah Kasih Serambi Salomo dan tidak
lagi turun kejalan menjadi pengemis
Tabel 1:
No. Judul Penelitian Temuan Relevansi
1. Revitalisasi
Model
Penanganan Anak
Jalanan di Rumah
Singgah
Penelitian yang
dilakukan oleh
Hempri Suyatna
(2011)
Pengelolaan rumah singgah
sejauh ini umumnya masih
bersifat parsial sehingga tidak
cukup efektif dalam
mengurangi persoalan anak
jalanan. Perlu ada upaya
revitalisasi model penanganan
anak jalanan di rumah
singgah. Pendekatan dalam
meningkatkan efektifitas
rumah singgah melalui
pembenahan dari aspek input,
proses, dan terminasi. Juga
menekankan pentingnya
membangun sinergi antar
Relevansi
penelitian saya
dengan penelitian
yang dilakukan
Hempri Suyatnan
memiliki
kesamaan
penelitian saya
tentang anak
jalanan dan
rumah singgah.
15
stakeholder dalam
penanganan anak jalanan.
2. Penanganan Anak
Jalanan oleh
Rumah Singgah
Salomo
Setia Oktaviani
(2014)
Penanganan anak jalanan oleh
rumah singgah Kasih Serambi
Salomo melalui program
kesejahteraan social anak
(PKSA) sudah bersekolah
semua dan menunjukan
kondisi anak jalanan setelah
didampingi oleh
pendamping/peksos rumah
singgah Kasih Serambi
Salomo dan tidak lagi turun
kejalan menjadi pengemis
Relevansi
penelitian Setia
Oktaviani dengan
penelitian saya
adalah memiliki
kesamaan pokok
pembahasan yang
diteliti yaitu anak
jalanan yang
ditangani atau
diasuh oleh
sebuah rumah
singgah
2. Proses
adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu saling
berhubungan merupakan bentuk antara aksi social, ialah bentuk-bentuk yang
Nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang perorangan mengadakan
hubungan satu sama lain. Kemudian ditegaskan lagi bahwa proses adalah
rangkainan human actions yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan
respons di dalam hubungannya satu sama lain
3. Interaksi
16
Interaksi merupakan proses dasar manusia dalam berkehidupan social hal
ini mengacu terhadap interaksi sendiri yang memiliki artian yaitu proses yang
melibatkan 2 orang atau lebih guna menghasilkan informasi dan interaksi social
yang terbentuk juga terdapat komunikasi yang terjalin melalui kontak social.
4. Interaksi Social
Interaksi social adalah hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, kelompok dengan kelompok, serta individu dengan kelompok. Proses
tersebut didasar pada adanya berbagai kebutuhan, oleh karena kebutuhan-
kebutuhan tersebut terwujud di dalam tingkah laku manusia apabila hubungan
dengan sesamanya.1 Hubungan antara individu dengan individu terjadi karena
adanya naluri atau keinginan untuk hidup bersama, keinginan untuk menyesuaikan
diri atau beradaptasi dengan orang lain, dan keinginan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Interaksi social tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi kedua syarat
yaitu komunikasi dan adanya kontak social. Kontak social yaitu hubungan antara
individu atau kelompok. Komunikasi adalah bahwa seseorang memberi arti pada
perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
tersebut, orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.2
Proses interaksi social berlangsung menurut suatu pola, yang sebenarnnya
berisikan harapan-harpan masyarakat tetntang apa yang sepantasnya dilakukan
dalam hubungan-hubungan social. Harapan tersebut sebenarnya merupakan suatu
atauran permainan dalam pergaulan hidup. Secara konkrit pola interaksi social
1 Ibid hal.65
2 Ibid hal.70
17
harus didasarkan pada kebutuahan yang nyata, efisien, efektivitas, penyesuaian diri
pada kebenaran, penyesuaian diri pada kaidah-kaidah yang berlaku dan tidak
memaksakan secara mentaldan fisik.
Selain kontak social dan komunikasi sebagai syarat terbentuknya interaksi
social adapun hal lain yang memengaruhi aspek interaksi social seperti struktur
social dimana struktur-struktur yang ada dalam masyarkat dapat menentukan
tingkah laku atau pembawaan individu dalam berinteraksi karena adanya nilai-nilai
social, norma, peranan, dan status social.
5.Teori Proses Interaksi Sosial
Teori yang digunakan peneliti dalam menganalisa permasalahan mengenai
proses interaksi social anak jalanan di rumah singgah peduli anak foundation
Gillin dan Gillin
Ada dua macam proses social yang timbul akibat adanya interaksi social, yakni:
1. Proses Sosial Asosiatif
a. Kerjasama ( Cooperation)
Kerjasama dimaksudkan sebagai usaha bersama antar orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama. Bentuk kerjasama
dapat berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai tujan bersama
dan harus ada kesadaran bahwa tujan tersebut dikemudian hari mempunyai
manfaat bagi semua. Kerjasama timbul karena orientasi orang-perorangan
terhadap kelompoknya (in-group nya) dan kelompok lainya yang merupakan
(out-group nya).3
3 Ibid hal.66
18
Fungsi kerja sama dijelaskan oleh Charles H. Cooley sebagai berikut.
“kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa merek\a mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran dan
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan
fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna”.
Beberapa bentuk kerjasama antara lain;
1. Kerja sama spontan
2. Kerja sama langsung
3. Kerja sama kontrak
4. Kerja sama traditional
b. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk
menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan social yang samam artinya
dengan adaptasi yang dipergunakan ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu
proses dimana makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitar.4
Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Bentuk-bentuk akomodasi:
a. Coercion
4 Ibid hal.69
19
Suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena ada
paksaan. Dimana ada salah satu pihak berasa dalam keadaan yang lema hbila
dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaanya dapat dilakukan baik
secara langsung maupun psikologis.
b. Compromise
Suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
Sikap dasar untuk dapat melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu
pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya
begitu pula sebaliknya.
c. Arbitration
Suatu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh
pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang
berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.
d. Mediation
Mediasi hampir sama dengan arbitrasi namun pada mediasi pihak ketiga
yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas utama pihak ketiga adalah
untuk mengusahakan suatu penyelesaian secara damai dan kedudukannya hanya
sebagai penasehat belaka.
e. Conciliation
Suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang
berselisih agar tercapainya suatu persetujuan bersama. Konsiliasi bersifat lebih
lunak dari coertion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
20
f. Toleration
Toleransi sering juga disebut sebagai toleran partisipan. Merupakan
suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Terkadang
toleran timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan karena adanya watak
orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat mungkin
menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
g. Stalemate
Merupakan sutu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang
bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu
titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
h. Adjudication
Yakni penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Hasil-hasil Akomodasi:
Gillin dan Gillin menguraikan hasil suatu proses akomodasi5:
a. Akomodasi dan Integrasi Masyarakat
b. Menekan Oposisi
c. Koordinasi Sebagai Kepribadian yang Berbeda
d. Perubahan Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan agar Sesuai dengan Keadaan Baru
atau Keadaan yang Berubah
e. Perubahan-Perubahan dalam Kedudukan
f. Akomodasi Membuka Jalan ke Arah Asimilasi
Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yakni sebagai berikut:
5 Ibid hal.72
21
a. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti kenyataan adanya suatu
keseimbangan (equibilirium) dalam interaksi antara individu dan kelompok
sehubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai social yang berlaku dimasyarakat.
b. Akomodasi yang menunjuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada usaha-
usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk
mencapai kestabilan.
c. Tujuan akomodsi untuk mengurangi pertentangan antara individu/kelompok, untuk
mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu agar terjadi kerja sama.
d. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses social dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang tedapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusisa dan juga meliputi usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.6
Factor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi:
a. Toleransi
b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
c. Sikap menghargai orang lain dan kebudayaannya
d. Sekap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
f. Perkawinan campuran
g. Adanya musuh bersama diluar
Factor-faktor umum pengahalang terjadinya asimilasi:7
6 Ibid hal.73 7 Ibid hal.78 dan seterusnya
22
a. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat (golongan
minoritas)
b. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan
dengan itu seringkali menimbulkan factor ke tiga
c. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
d. Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi
daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainya
e. Dalam batasan-batasan tertentu perbedaan ciri badaniah dapat pula menjadi suatu
penghlang terjadinya asimilasi
f. In-group feeling
g. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap golongan minoritas lain yang dapat
mengganggu kelancaran proses asimilasi
h. Factor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentanagan-
pertentangan pribadi juga dapat menyebabkan terhalangnya proses asimilasi.
2. Proses Sosial Disosiatif
a. Persaingan (competition)
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses social, diman aindividu atau
kelompok social yang besaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang
pada suatu mas tertentu menjai pusat perhatian umum (baik perorangan maupun
kelompok) dengan cara menarik perhatian publikatau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.8
8 Ibid hal. 83 dan seterusnya
23
Tipe persaingan yang bersifat pribadi dapat disebut rivalry. Tipe persainagn yang
tidak bersifat pribadi menghasilkan beberapa bentuk persaingan sbb: persaingan
ekonomi, persainagn kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, persaingan ras.
Fungsi-fungsi persaingan:
a. Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif
b. Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan, serta nilai-nilai yang pada suatu masa
menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya.
c. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar sex dan seleksi social
d. Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan
pembagian kerja
Kontravensi (contravention)
Merupakan bentuk proses social yang berbeda antara persaingan dan pertntangan atau
oertikaian kontraversi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-
orang lain atau terhadap unsure-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Bentuk-bentuk kontravensi9
a. Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain
b. Menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum
c. Melakukan perhasutan
d. Berkhianat
e. Mengejutkan lawan, dan lain-lain
Tipe-tipe Kontravensi
9 Ibid hal.90 dan seterusnya
24
a. Kontravensi generasi masyarakat
b. Kontravensi yang menyangkut seks
c. Kontravensi parlementer
Kontravensi yang lainnya
a. Kontravensi antar masyarakat setempat
b. Antagonism keagamaan
c. Kontravensi intelektual
d. Oposisi moral
Pertentangan ( pertikaian atau konflik)10
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social dimana individu
atau kelompok berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang lawan
dengan ancaman atau kekerasan.
Akar-akar pertentangan
a. Perbedaan individu
b. Perbedaan kebudayaan
c. Perbedaan kepentingan
d. Perbedaan social
Pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan
bersifst positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan
social di dalam struktur social yang tertentu
Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan
benih-benih permusuhan (safety valve) yang menyediakan objek –objek
10 Ibid hal.96
25
tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai kea rah
lain.
Bentuk-bentuk pertentangan:
a. Pertentangan pribadi
b. Pertentangan rasial
c. Pertentangan antar kelas social, karena perbedaan kepentingan
d. Pertentangan politik
e. Pertentangan yang bersifat internasional
Akibat-akibat dari bentuk pertentangan:
a. Tambahnya solideritas in-group
b. Terjadi goyah dan retaknya persatuan kelompok
c. Perubahan kepribadian
d. Akomodasi, dominasi, dan takluknya suatu pihak tertentu
6.Anak Jalanan dan Anak Terlantar
a. Anak Jalanan
Anak jalanan dapat disebut juga sebagai gelandangan atau anak miskin
yang berkeliaran di jalan-jalan yang ada di kota besar. Anak gelandangan
sesungguhnya adalah anak yang terasing dari kehidupan social mayarakat, tidak
dianggap sebagai bagian dari masyarakat bahkan ada pula yang menyebutnya
termasuk dalam sampah masyarakat karena menjadi pengganggu bagi masyarkat
sekitar yang melihatnya sebagai anak yang kotor, tidak berpendidikan, tidak sopan,
dan tidak memiliki hidup yang teratur seperti anak-anak pada umumnya. Pada
dasarnya anak jalanan adalah anak-anak yang berusaha memenuhi kebutuhannya
sehari-hari dengan mencari nafkah dijalan sebagai pengamen, pengemis, pemulung,
26
pedagang asongan, semir sepatu, dan sebagainya dan cara bertahan hidup yang
demikian itu yang dipandang sebagai cara yang tidak pantas bagi usia mereka oleh
masyarakat secara umum.
Berdasarkan hasil kajian dilapangan, secara garis besar anak jalanan
dibedakan menjadi tiga kelompok (Surbakti dkk. (eds) 1997):
a. Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi-sebagai
pekerja anak-di jalan, namun masih memiliki hubungan yang kuat dengan orang tua
mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikankepada orang tuanya
(soedijar, 1984; Sanusi 1995) fungsi anak jalanan pada katagori ini adalah uuntuk
membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan
kemiskinan yang ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh orang tuanya.
b. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalan baik secara
social maupun ekonomi. Beberapa dari mereka masih memiliki hibungan dengan
orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu . banyak dari mereka
adalah anak-anak yan gkarena suatu sebab-biasanya kekerasan-lari atau pergi dari
rumah. Berbagai penelitian menunjukan bahwa anak-anak pada katagori ini sangat
rawwan terhadap perlakuan salah, baik secara social-emosional, fisik maupun social
(Irwanto dkk. 1995).
c. Children from family of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang
hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini memiliki hubungan kekeluargaab yang
cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang ambing dari suat tempat ke tempat yang
lain. Dengan segala resikonya (Black & Associates. 1990; Irwanto dkk. 1995; Tylor
& Veale. 1966; Bagong Suyanto, 2003). Salah satu cirri penting dari katagori ini
adalah penampangan kehidupan jalanan sejak masih bayi-bahkan sejak masih dalam
kandungan. Di Indonesia katagori ini dapat dengan mudah ditemui di berbagai
27
kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api, dan sebagainany-walau
secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti.
Menurut Mohammad Farid (1998), tantangan kehidupan yang mereka hadapi
pada umumnya berbeda dengan kehidupan normative yang ada di masyarakat.
Dalam banyak kasus, anak jalanan sering hidup dan berkembang dibawah tekanan
san stigma atau cap sebagai penggangu ketertiban. Perilaku merka sebenarnya
merupakan konsekuensi logis dari stigma social dan keterasingan mereka dalam
masyarakat. Tidak ada yang berpihak kepada mereka, dan justru prilaku mereka
sebenarnya mencerminkan cara masyarakat memperlakukan mereka, serta harapan
masyarakat terhadap perilaku mereka.11
b. Anak Terlantar
Anak terlantar adalah anak yang tidak mendapatkan asuhan secara minimal dari
orang tuanya sebab kondisi keluarganya baik ekonomi, sosial, kesehatan jasmani
maupun psikisnya tidak layak sehingga anak-anak tersebut membutuhkan adanya
bantuan pelayanan dari sumber-sumber yang ada di masyarakat sebagai pengganti
orang tuanya.
7. Masalah Pokok Anak Jalanan
Masalah pokok anak jalanan sebagaimana diungkapkan sebagai berikut:
a. Gaya hidup dan perilaku anak jalan yang acap kali membahayakan dan mengancam
keselamatan dirinya sendiri, seperti perilaku ngelem, seks bebas, kebiasaan
berkelahi dan lain sebagainya.
b. Ancaman gangguan kesehatan berkaitan dengan kondisi lingkungan dan jam kerja
yang acap kali kelewat batas bagi anak-anak yang masih berusia belia.
11 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak. Jakata: Kencana. 2010. Hal.190
28
c. Minat dan kelangsungan pendidikan anak jalanan yang relative rendah dan
kesempatan belajar yang memadai.
d. Kondisi ekonomi dan latar belakang kehidupan social-psikologis orang tua yang
relative miskin dan kurang harmonis, sehingga tidak kondusif bagi proses tumbuh
kembang anak secara layak.
e. Adanya bentuk intervensi dan sikap sewenang-wenang dari pihak luar terhadap
anak jalanan, baik atas nama hokum maupun karena ualah preman yang
mencoba mengambil manfaat dari keberadaan anak jalanan,
f. Adanya kekeliruan perspsi dan sikap prejudice sebagian masyarakat terhadap
anak jalanan.
g. Adanya sebagian anak jalanan yang tengah menghadapi masalah khusus, baik
akibat ulahnya yang terncana, maupun ketidaktahuannya terhadap bahaya dari
sebuah tindakan tertentu, seperti hamil pada usia yang terlalu diniakiabta seks
bebas, prilaku ngelem, dan sebagainaya.
h. Mekanisme koordinasi dan system kelembagaan penanganan anak jalana yang
bekum berkembang secara mantap, baik antara pemerintah dan LSM maupun
persoalan intern antara lembaga itu sendiri.
8. Yayasan ( Panti Asuhan)
Panti Asuhan adalah rumah atau tempat untuk memelihara dan merawat anak
yatim, yatim piatu dan sebagainya (Casmini, 2007:826). Departemen Sosial
Republik Indonesia (2007:4) menjelaskan bahwa : “Panti asuhan adalah suatu
lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan
melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan
29
pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh
kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai
dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan
sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional”.
9. Landasan Teori
Adapun teori yang digunakan dalam mendeskripsikan permasalahan ini merupakan teori:
Teori Interaksi Sosioal
Bentuk umum proses social adalah interaksi social (yang juga dinamakan proses
social) karena interaksi social merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas
social. Interaksi social merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
maupun kelompok dengan kelompok.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai factor antara lain:
a. Factor imitasi
Hal positif dalam imitasi dapat berupa tindakan yang dapat mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah atau nilai yang berlaku. Namun imitasi dapat pula
mengakibatkan terjadinya hal-hal negative yakni meniru tindakan-tindakan yang
menyimpang. Selain itu imitasu juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan daya
kreatif seseorang.
b. Sugesti
Factor sugesti berlangsung apabila seseorang membri suatu pandangan atau sesuatau
sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya
sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang menghambat daya
berpikirnya secara rasional. Proses sugesti terjadi apabila orang yang memberikan
pandangan adalh orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang otoriter.
30
Sugesti dapat pula terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan
sebagian besar dari kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.
c. Identifikasi
Factor indentifikasi merupakan kecendrungan-kecendrungan atau keinginan-keinginan
dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih
mendalam dari imitasi karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses
ini. Identifikasi didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap
kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan-kelebihan
atau kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh. Proses identiikasi dapat
berlangsung dengan sendirinya atau secara tidak sadar, namun dengan disengajakarena
seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu dalam proses kehidupannya.
Walaupun terjadi dengan sendirinya namun proses identifikasi dalam suatu keadaan
dimana seseorang benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya)sehingga
pandangan, sikap, maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak tadi dapat melembaga
dan bahkan menjiwainya. Berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya
pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti walau
ada kemungkinan pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi atau sugesti.
d. Simpati
Suatu proses dimana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain didalam proses ini
perasaan memegang peranan yang sangat penting walaupun dorongan utama pada
simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya. Proses simpati akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan dimana factor
saling mengerti terjamin.
Interaksi social sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari banyak alam
masyarakat. Interaksi social merupakan kunci semua kehidupan social karena tanpa
31
interaksi social tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Suatu interaksi social tidak
akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak social dan
adanya komunikasi. Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya
bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh jadi artinya secara harafiah kontak
adalah bersama-sama menyentuh secara fisik, kontak beru terjadi apabila terjadi
hubungan badaniah. Sebagai gejala social itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah
karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa bersentuhan atau hubungan badaniah
seperti halnya menggunakan media masa, elektronik dan lain sebagainya. Komunikasi
adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujid
pembicaraan, gerak badaniah atau sikap).
Berdasarkan pertimbangan focus penelitian serta kajian pustaka tentang proses
interaksi social, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan teori Proses Interaksi
Sosial dari Gillin dan Gillin.
Memperhatiakan teori Proses Interaksi Sosial Gilllin dan Gillin, maka konsep dari
Teori Interaksi social yang akan digunakan adalah:
1. Proses Intraksi Sosial Assosiatif yang meliputi
a. Kerjasama
b. Akomodasi
c. Asimilasi
2. Proses Interaksi Sosial Dissosiatif yang meliputi
a. Persaingan
b. Pertentangan
Adapun pendapat para tokoh terkait Proses Interaksi Sosial Assosiatif dan
Dissosiatif.
32
Tabel 2:
Gillin dan Gillin Kimbal Young Tomatsu Shibutani
Bentuk Interaksi social:
1. Proses yang
Assosiatif
(akomodsi,
asimilasi, dan
alkulturasi);
2. Proses yang
Disosiatif
(persaingan,
pertentangan).
Bentuk Interaksi
Sosial
1. Oposisi (persaingan
dan pertentangan);
2. Kerjasama yang
menghasilkan
akomodasi;
3. Diferensiasi (tiap
individu
mempunyai hak dan
kewajiaban atas
dasar perbedaan
usia, seks, dan
pekerjaan.
Bentuk Interaksi Sosial
1. Akomodasi dalam
situasi rutin;
2. Ekspresi pertemuan
dan anjuran;
3. Interaksi strategis
dalam pertentangan;
4. Pengembangan
prilaku massa.
10. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan cara tertentu. Empat kata kunci yang harus diperhatikan dalam
metode penelitian yakni cara ilmiah yang mana berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada cirri-ciri keilmuan yaitu: empiris, cara-cara yang digunakan dapat
diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati cara-cara yang
33
digunakan. Rasional, kegiatan yang dilakukan dengan cara yang amsuk akal sehingga
dapat diterima oleh manusia. Sistematis, proses yang dilakukan dalam penelitian
tersebut menggunakan langkah-langkah yang berurutan atau teratur dan bersifat
logis.12
Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan menggambarkan atau menjelaskan
fenomena social yang terjadi dilokasi penelitian. Tylor dan Bogdan mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai
kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamatidari orang-orang
yang telah diteliti.13 Menurut Mayer dan Greenwood, deskriptif kualitatif semata-mata
mengacu pada indentitas sifat-sifat yang membedakan atau karakteristik suatu
kelompok manusia, benda, peristiwa.14
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di rumah singgah Peduli Anak
Foundation yang terletak di Jl. Dharma Bakti, Desa Langko, Lingsar, Lombok-NTB.
Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut adalah berdasarkan film semi
dokumenter yang ditonton dari channel Yutube dimana film tersebut secara garis
besar menggambarkan bagaimana kerasnya kehidupan anak jalanan di Lombok dan
bagaimana usaha Yayasan Peduli Anak dalam mengurangi angka anak jalanan yang
ada. Serta karena yayasan Peduli Anak ini merupan salah satu rumah singgah atau
panti yang didirikan secara terstruktur oleh warga asing dan berperan aktif dimana
12 Sugiono, 2010. Metode Penelitian Kualitatif kuantitatif dan R&D. Alfabeta hal.2 13 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, Berbagai alternative Pendekatan. Jakarta. Kencana hal.166 14 Ulber Silalahi, MA.2012. metode Penelitian Sosial. PT Rafika Aditama. Bandung. Hal.27
34
anak jalanan yang ada di Lombok yang menjadi anak asuh Yayasan Peduli Anak
memiliki masa depan yang lebih baik.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang atau lembaga yang akan memberikan
informasi berdasarkan fakta dan keadaan yang sebenarnya dari kejadian dalam
penelitian tesebut.
Purposive sampling adalah pengambilan sample secara sengaja dimana
sample informan yang ditunjuk memiliki kecakapan dalam member informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti berdasarkan criteria-kriteria yang telah ditentukan. Menurut
Sugiono purposive sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data dengan
petimbangan tertentu, misalnya orang tertentu dianggap paling tau tenteng apa yang
diharapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga memudahkan umtuk
menjelajahi obyek atau situasi yang ingin diteliti.15
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pihak yang mengatur dan mengelola Peduli Anak Foundation.
b. Pengasuh anak-anak jalanan dari Peduli Anak Foundation,
c. Anak-anak jalanan asuhan dari Peduli Anak Foundatian yang berjumlah 5 anak.
Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana
langkah yang akan ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperolehnya.
Ukuran besaran individu atau informan yang mungkin atau tidak mungkin ditunjuk
sudah ditetapkan sebelum pengumpulan data, tergantung dari sumber daya dan waktu
yang tersedia, serta tujuan penelitian. Dengan kata lain besarnya key person yang
digunakan sebagai informan disesuaikan dengan stuktur social saat pengumpulan data
15 Ibid. hal.219
35
dilakukan. Kunci dasar penggunaan prosedur ini adalah penguasaan informasi dari
informan dan secara logika bahwa tokoh-tokoh kunci di dalam proses social selalu
langsung menguasai informasiyang terjadi salam proses social itu.16.
4. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh dari penelitian langsung di
lapangan oleh peneliti dimana data ini bias berasal dari wawancara dengan informan,
obsevasi, dan dokumentasi. Berdasarkan sumber data primer peneliti akan
memperoleh pembahasan dan analisa yang lebih mendalam terkait pola interaksi
social anak jalanan di rumah singgah Peduli Anak Foundation.
b. Sumber Data Skunder
Sumber data skunder adalah data-data yang diperoleh dari luar objek penelitian
seperti arsip-arsip lembaga terkait dengan peneliti, buku, majalah, jurnal, dan
informasi dari internet. Peneliti akan memperoleh data yang sebelumnya telah ada
di rumah singgah Peduli Anak Foundation guna untuk lebih melengkapi data
penelitian yang menjadi pokok bahasan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dengan
responden untuk mendapatkan informasi tentang isu- isu yang menarik minat
peneliti17. Mashud18 mendifinisikan wawancara (interview) sebagai salah satu cara
pengumpulan data dalam suatu penelitian untuk mendapatkan informasi (data) dari
16 Bungin, Burhan.2007. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Perdana Media Grup 17Ulber Silalahi, MA. Opcit. hal. 312 18Bagong Suyanto dan sutinah, Op.cit, hal.69.
36
responden denga cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face).
Namun dalam perkembangannya, wawancara tidak harus dilakukan secara
berhadapan langsung. Melainkan dapat saja dengan memanfaatkan sarana
komunikasi lain, misalnya telepon dan internet.
Penelitian ini menggunakan wawancara semistruktur yaitu dengan kondisi
dimana peneliti sewaktu-waktu dapat membuat, mempersiapkan dan menggunakan
pedoman wawancara ketika kegiatan wawancara berlangsung. Namun juga dapat
melakukan wawancara secara bebas ketika menemukan pokok bahasan baru
selama mengikuti alur wawancara.
b. Observasi
Kartono19 mengemukakan bahwa, observasi ialah studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan
pengamatan dan pencatatan.Lebih lanjut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010:
226)20 membagi observasi menjadi tiga, salah satunya observasi non partisipan.
Penelitian ini menggunakan observasi non partisipan, dimana peneliti datang
ke tempat kegiatan orang atau subjek yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut. Objek yang diobservasi nantinya misalnya seperti tetangga
terdekat namun mereka faham akan budaya Sundrang tersebut,meski tidak ikut
melakukan dalam acara pernikahan tersebut.
Peneliti melakukan observasi kembali untuk melihat validitas dari hasil
wawancara yang telah di lakukan. Untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid
peneliti mengecek kebenarannya, tidak menutup kemungkinan peneliti akan
19Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung : Alumni, 1986), hal.142. 20Sugiyono,Opcit, hal.226.
37
mendapat data yang baru untuk di dalami kembali terkait Sundrang hingga harus
melakukan observasi kembali.
c. Dokumentasi
Sebagai salah satu alat pengumpul data yang diperoleh peneliti saat
melakukan penelitian langsung di Rumah Singgah Yayasan Peduli Anak baik berupa
tulisan maupun foto-foto. Data dokumentasi tersebut dikumpulkan sebagai
pelengkap dari penelitian yang dilakukan. Maupun dat adokumentasi yang dimiliki
oleh rumah singgah Peduli Anak Foundation dari struktur sampai kegiatan terkait
dengan pola nteraksi social anak jalanan yang menjadi asuhan.
6. Teknik Analisa Data
Menurut Miles dan Huberman21 kegiatan analisa data dalam penelitian ini yaitu
menggunakan data kualitataif dengan model analisa interaktif dengan melalaui
empat tahap, sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Kegiatan mengumpulkan data yang diperoleh dari subjek penelitian
sebagaimana dalam rumusan masalah tujuan penelitian.
b. Reduksi data
Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian dan
penyederhanaa, pengabstaksian dan transformasi dari catatan-catatan di lapangan22.
21 Ulber Silalahi, MA.2012. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama. Bandung: hal.399 22 Sugiono, ibid hal.183
38
Kegiatan ini dilakukan sebagai cross check secara terus menerus selama penelitian
dilakukan untuk mendapatkan validitas dan objektif.
Data yang ditemukan di lapangan kemudian diedit, dipilah dan dianalisa
sehingga lebih terfokus dan mendalam pada maksud dan tujuan penelitian sesuai
dengan rumusan masalah yang telah ditentukan.
c. Sajian Data
Sajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang member
kemungkinan adanya penarikan kesimpilan dan pengambilan tindakan23.
Sekumpulan data diorganisi asecara sistematis sehingga dapat memberikan suatu
pendeskripsian menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus memiliki
relevansi yang kuat sesuai dengan apa yang dikaji sebagaimana dalam rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Penyajian data dalam penelitian ini nantinya akan
berhubungan dengan rumusan maslah dan tujuannya yaitu untuk mengetahui pola
interaksi social anak jalanan di rumah singgah peduli anak foundation.
d. Penarikan Kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari penelitian yang
dilakukan karena merupakan suatu bentuk penyelesaian (finishing) dari kegiatan
penelitian. Dalam penelitian penarikan kesimpulan ini, dimaksud untuk menganalisa
berdasarkan teori yang digunakan sehungga mendapatkan keterangan dan makna
dari data-data yang telah didapatkan. Kemudian pemberian kesimpulan yang
analogis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan optimal dan dapat
memberikan kontribusi.
e. Uji Keabsahan Data
23 Opcit. Hal.340
39
Salah satu cara untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Umumnya uji validitas dilihat dari tiga hal yaitu:
sumber, data, and metode. Namun dalam penelitian ini uji validitas dilihat dari data
dan sumber. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh nantinya dapat dianalisa
lebih mendalam, sistematis dan tepat sehingga dapat diperanggungjawabkan
keabsahannya.