bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka penulis akan memaparkan pengertian -
pengertian dari variabel yang akan peneliti teliti, yang terdiri dari dua variabel
bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto
dan satu variabel terikat yaitu kemiskinan. Penelitian yang relevan, kerangka
berfikir dan hipotesis juga akan dibahas pada bab ini.
A. Landasan Teori
1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan seseorang atau individu yang
tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang
dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Menurut Bapenas dalam Arsyad (2010:299) mendefinisikan kemiskinan
sebagai keadaan yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak
mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap
manusiawi.
Sedangkan Suparlan dalam Khomsan (2015:2) menyatakan bahwa
kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yakni
dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian
tersebut kemiskinan dapat dikatan sebagai keadaan suatu penduduk yang
berada disuatu wilayah yang tidak dpat memenuhi kehidupan layak.
12
Kemiskinan bersifat multidimensial, yang artinya kebutuhan
manusia itu tidak terbatas dan beragam, sehingga kemiskinan memiliki
banyak aspek, diantaranya aspek primer dan aspek sekunder. Miskin akan
asset, organisosial politik, dan pengetahuan serta ketrampilan merupakan
aspek primer, dan sedangkan aspek sekunder yaitu berupa miskin terhadap
jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi merupakan
kemiskinan yang dilihat dari kebijakan umum. Masyarakat miskin selalu
berada pada kondisi ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan
dasar, yaitu ketidakmampuan dalam melaksanakan kegiatan usaha
produktif, menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi, menentukan
nasibnya sendiri dan senantiasa mendapatkan perlakuan diskriminatif, dan
membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta selalu mempunyai
martabat dan harga diri yang rendah.
Ciri-ciri masyarakat miskin menurut Fernandez (Arsyad,2010:300)
yaitu sebagai berikut:
a. Aspek politik yaitu aspek yang tidak memiliki akses ke proses
pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka.
b. Aspek sosial yaitu mulai tersingkirnya dari institusi utama
masyarakat yang ada.
c. Aspek ekonomi yaitu rendahnya kualitas SDM, termasuk
kesehatan, pendidikan, ketrampilan yang berdampak pada
rendahnya penghasilan, dan rendahnya kepemilikan atas asset fisik,
termasuk asset lingkungan hidup seperti air bersih dan penernagan.
13
d. Aspek budaya atau nilai yaitu mulai terperangkap dalam budaya
sehingga menyebabkan rendahnya kualitas SDM seperti rendahnya
etos kerja, berpikir pendek dan mudah menyerah.
Menurut Sen dalam Todaro dan Smith (2006:23) menyatakan
bahwa tingkat kemiskinan tidak dapat diukur dari tingkat pendapatan atau
bahkan dari utilitasnya seperti pemahaman konvensional, yang paling
penting bukanlah apa yang dimilki seseorang ataupun kepuasan yang
ditimbulkan dari barang-barang tersebut, melainkan apakah yang dapat
dilakukan oleh seseorang dengan barang tersebut. Begitu dengan
penduduk apakah yang dapat dilakukan oleh penduduk dengan brang-
barang yang ada.
Kemiskinan menurut sebabnya terbagai menjadi 2 (dua) macam.
Pertama adalah kemiskinan kultural atau alamiah yaitu yang disebakan
oleh faktor-faktor adat atau kebudayaan suatu daerah yang membelenggu
seseorang atau kelompok. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur
sosial masyarakat tersebut, sehingga mereka tidak dapat ikut menikmati
sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Selain
dua macam kemiskinan tersebut masih ada ukuran kemiskinan lainnya
yang umum digunakan yakni kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Menurut Todaro dan Smith (2006:67) kemiskinan absolut
(absolute poverty) adalah konsep untuk menentukan tingkat pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar akan
14
makanan, pakaian, dan perumahan agar dapat menjamin keberlangsungan
hidupnya. Sedangkan kemiskinan relatif menurut Arsyad (2010:302)
adalah kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya,
yakni dari lingkungan orang yang bersangkutan. Kemiskinan akan selalu
ada karena konsep kemiskinan reltif yang bersifat dinamis. Sedangkan
Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Jumlah
penduduk yang dapat dikategorikan miskin bisa dilihat dari ketimpangan
antara tingkat penghidupan golongan atas dan bawah, semakin besar
ketimpangan maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat
dikategorikan miskin.
Dalam ukuran kemiskinan dikenal ukuran kesejahteraan dengan
pendapatan per kapita dan garis kemiskinan. Tetapi terdapat ukuran-
ukuran lain tentang angka kemiskinan yaitu headcount index, indeks
kedalaman kemiskinan, dan indeks keparahan kemiskinan.
a. Headcount index (HDI-P0)
Presentase penduduk miskin yang berada dibawah garis
kemiskinan. Indeks ini dapat diukur dengan rumus :
(Todaro dan Smith, 2006:243)
Keterangan:
P0 : Headcount index
H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis kemiskinan
N : total populasi
15
b. Indeks kedalaman kemiskinan
Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran oleh masing-masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan disebut Indeks kedalaman
kemiskinan (Poverty Gap Index-P1). Semakin tinggi nilai indeks, maka
semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
Dalam menghitung indeks kedalaman kemiskinan dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
∑(
)
(Todaro dan Smith, 2006:246)
Keterangan :
P1 : Indeks Kedalaman kemiskinan
H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis
kemiskinan
Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i
N : total populasi
Yp : garis kemiskinan
c. Indeks keparahan kemiskinan
Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2)
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara
penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpanagan pengeluaran di antara penduduk miskin. Dalam
menghitung indeks ini dapat digunakan rumus sebagai berikut :
16
∑(
)
(Todaro dan Smith, 2006:246)
Keterangan :
P2 : indeks keparahan kemiskinan
H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis
kemiskinan
N : total populasi
Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i
Yp : garis kemiskinan
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pembangunan manusia adalah proses memperbesar pilihan orang.
Tetapi perkembangan manusia juga merupakan tujuan, jadi itu adalah
proses dan hasil. Pembangunan manusia menyiratkan bahwa orang harus
mempengaruhi proses yang membentuk kehidupan mereka. Dalam semua
ini, pertumbuhan ekonomi adalah sarana penting bagi pembangunan
manusia, tetapi bukan akhirnya. (UNDP,2016:2).
Indeks pembangunan manusia menurut Badan Pusat Statistik (BPS,
2017) adalah salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan
pembangunan manusia disuatu wilayah atau daerah. Cara bagaimana
penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh IPM. Mulai tahun1990
IPM dikembangkan oleh UNDP dan secara berkala dipulikasikan dalam
laporan tahunan Human Development Report (HDR). Nilai IPM diukur
17
berdasarkan 4 (empat) indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan
hidup, tingkat harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan
pengeluaran per kapita disesuaikan.
a. Angka Harapan Hidup- AHH (Life Expectancy)
Badan Pusat Statistik (BPS:2017) mendefinisikan bahwa angka
harapan hidup adalah lama perkiraan lama hidup rata-rata penduduk
dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut
umur. Angka harapan hidup ini mencerminkan derajat kesehatan suatu
masyarakat. Angka harapan hidup ini dihitung dari hasil sensus dan
survey kependudukan. Standar UNDP untuk angka harapan hidup ini
besarnya adalah 20 < x > 85, yang berarti angka harapan hidup minimal
adalah 20 tahun dan angka harapan hidup maksimal adalah 85 tahun.
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimensi kesehatan
Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm
Dimana :
Ikesehatan : indeks kesehtan
AHH : angka harapan hidup
AHHmaks : angka harapan hidup maksimal
AHHmin : angka harapan hisup minimal
18
b. Angka Harapan Lama Sekolah-HLS (Expected Years of Schooling –
EYS)
Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan
dirasakan oleh anak pada usia tertentu di masa mendatang disebut
angka harapan lama sekolah. Angka harapan lama sekolah dihitung
untuk penduduk berusia 7 (tujuh) tahun keatas, guna mengetahui
kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang
ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang
diharapkan dicapai oleh setiap anak yakni menggunakan angka harapan
lama sekolah untuk mengetahuinya.
Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm
Dimana:
HLS : harapan lama sekolah
IHLS : indeks harapan lama sekolah
HLSmaks : harapan lama sekolah maksimal
HLSmin : harapan lama sekolah minimal
c. Rata-rata Lama Sekolah-RLS (Mean Years of Schooling- MYS)
Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk dalam
menjalani pendidikan formal disebut rata-rata lama sekolah.
Menghitung indikator ini dari variabel pendidikan tertinggi yang
ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh. Menurut
19
UNDP standar minimal untuk rata-rata lama sekolaha adalah 0 (nol)
tahun dan unntuk standar maksimal rata-rata lama sekolah adalah 15
(lima belas) tahun.
Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm
Dimana :
IRLS : indeks rata-rata lama sekolah.
RLS : rata-rata lama sekolah.
RLSmaks : rata-rata lama sekolah maksimal.
RLSmin : rata-rata lama sekolah minimal.
Dari kedua angka diperoleh indeks pendidikan dengan rumus yang
dapat digunakan sebagai berikut:
d. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran perkapita yang disesuaikan menurut BPS (2017)
ditentukan dari nilai per kapita dan peritas daya beli (Purcashing Power
Parity-PPP), rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/ rill
dengan tahun dasar.
Dimensi pengeluaran :
( ) ( )
( ) ( )
Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm
Dimana :
20
Ipengeluaran : indeks pengeluaran
In(pengeluaranmaks) : indeks pengeluaran maksimal
In(pengeluaranmin) : indeks pengeluaran minimal
Menentukan peringkat atau level pembangunan suatu
wilayah/Negara dapat menggunakan IPM. Peringkat ini menunjukkan
keberhasilan suatu wilayah/ Negara dalam pembangunan manusia.
Nilai minimum dan maksimum dibutuhkan masing-masing
indikator untuk menghitung IPM. Pada tabel 2.1 disajikan nilai-nilai
tersebut.
Tabel 2.1 nilai maksimum minimum
Indikator Satuan
Minimum Maksimum
UNDP BPS UNDP BPS
Angka Harapan Hidup Saat Lahir Tahun 20 20 85 85
Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 0 0 18 18
Rata-rata Lama Sekolah Tahun 0 0 15 15
Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan
100
(PPP
U$)
1.007.43
6*
(Rp)
107.721
(PPP
U$)
26.572.352
**
(Rp)
Keterangan:
* Daya beli minimum adalah garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di
Tolikara-Papua
** Daya beli maksimum adalah nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir
RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025
Sumber : http://ipm.bps.go.id/page/ipm
21
IPM dapat dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks
kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
√
Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm
IPM antar wilayah dapat dikategorikan sesuai dengan capaian,
melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, berikut ini:
IPM < 60 : IPM rendah
60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang
70 ≤ IPM < 80 : IPM tinggi
IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi
Sumber : http://ipm.bps.go.id/page/ipm
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Dalam suatu Negara nilai total suatu output yang dihasilkan
dikenal dengan produk domestik bruto. Menurut Todaro dan Smith
(2006:61) produk domestik bruto adalah nilai total atas segenap output
akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (baik yang dilakukkan
oleh penduduk lokal maupun orang-orang dari Negara lain yang bermukim
di Negara yang bersangkutan). Jadi seluruh nilai akhir yang dihasilkan
oleh penduduk yang bertempat di suatu Negara merupakan produk
domestik bruto negara tersebut. Sedangkan untuk nilai akhir dari barang
dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah (regional) dalam satu tahun adalah
produk domestik regional bruto.
22
Produk domestik regional bruto menurut Arsyad (2010:20) yaitu
jumlah nilai akhir dari barang dan jasa yang di hasilkan dari sektor
pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan,listrik, gas dan air minum, bangunan,
perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa selama satu tahun.
Sedangkan menurut badan pusat statistik (BPS) produk domestik regional
bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai akhir
barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu
wilayah.
Dalam penyusunan PDRB terdapat 2 (dua) pendekatan yang
digunakan yaitu berdasarkan lapangan usaha dan pengeluaran. Sedangkan
PDRB disajikan dalam 2 (dua) versi penyajian yaitu berdasarkan harga
yang berlaku berdasarkan harga konstan. Atas dasar harga yang berlaku
adalah menggunakan agregat nilai harga pada tahun berjalan, sedangkan
atas dasar harga konstan adalah menggunakan agregat nilai harga pada
tahun tertentu atau tahun dasar tertentu (base year).
B. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu :
1. Muhammad Saiful Mujab (2015) membahas tentang pengaruh indeks
pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk domestik regional
23
bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah
tahun 2008-2013. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui
pengaruh indeks pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk
domestik regional bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota
Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013. Hasil yang diperoleh
menujukkan IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan, jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kemiskinan, dan PDRB mempunyai pengaruh negatif
dan signifikan terhadap kemiskinan. Nilai R-squere yang diperoleh
sebesar 0,989454 yang berarti sebesar 98,94 persen variabel kemiskinan
dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisa sebesar 1,06 persen
dijelaskan oleh variabel diluar model.
2. Rahmawati Faturrohmin (2011) membahas tentang pengaruh PDRB,
harapan hidup, dan melek huruf terhadap tingkat kemiskinan (studi kasus
35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh PDRB, Harapan Hidup, dan Melek Huruf terhadap
Tingkat Kemiskinan (studi kasus 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu PDRB,
harapan hidup, dan melek huruf secara simultan berpengaruh terhadap
penurunan tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tenga pada
periode 2005-2009. Variabel independen dalam model ini mampu
menjelaskan variasinya dari variabel dependen sebesar 96,32 persen.
24
Sedangkan sebesar 2,68 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
diluar model penelitian.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka terdapat masalah yang
sama yang akan diteliti oleh peneliti yaitu masalah kemiskinan, dari 2 (dua)
penelitian terdahulu menunjukan hasil penelitian, pertama IPM dan PDRB
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dan jumlah penduduk
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, kedua PDRB,
harapan hidup, dan melek huruf secara bersama-sama berpengaruh terhadap
penurunan tingkat kemiskinan.
C. Kerangka Berfikir
Menurut Sugiono (2015:388) kerangka berfikir adalah model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
1. Pengaruh IPM terhadap kemiskinan di Jawa Tengah
Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan
manusia disuatu wilayah dapat diketahui melalui indeks pembangunan
manusia. Bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan
dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh
IPM. Di dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup
(AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS),
dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, dari keempat indikator ini
menjadi 3 indeks yaitu indeks kesehatan yang dinilai dari angka harapan
hidup, indeks pendidikan yang dinilai dari jumlah harapan lama sekolah
25
dan rata-rata lama sekolah yang dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran
yang dinilai dari pengeluaran perkapita yang disesuaikan.
Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang
penduduknya tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh
hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan pendidikan. Dalam kemiskinan ini dapat diukur
melalui headcount index(P0), indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan
indeks keparahan kemiskinan (P2).
Jika terjadi peningkatan IPM di Provinsi Jawa Tengah, maka
kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah akan menurun.
2. Pengaruh PDRB terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah
disebut produk domestik regional bruto. Dalam PDRB menggunakan 2
(dua) versi penilaian yaitu dengan menggunakan atas dasar harga yang
berlaku dan menggunakan penilaian atas dasar harga konstan.
Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang
penduduknya mengahsilkan produktivitas yang rendah dikarenakan tingkat
produktivitas penduduknya rendah ini mengakibatkan nilai PDRB yang
dihasilkan rendah, sehingga pemanfaatan sumber daya alam dan bahan
produksi rendah maka pendapatan penduduk diwilayah tersebut juga
26
rendah. Dalam kemiskinan ini dapat diukur melalui headcount index(P0),
indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan (P2).
Jika terjadi peningkatan PDRB di Provinsi Jawa Tengah, maka
akan terjadi penurunan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.
3. Pengaruh IPM dan PDRB terhadap kemiskinan di Jawa Tengah
Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan
manusia disuatu wilayah adalah IPM. Dalam IPM ini terdapat indikator
yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS),
rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang
disesuaikan, dari keempat indikator ini menjadi 3 indeks yaitu indeks
kesehatan yang dinilai dari angka harapan hidup, indeks pendidikan yang
dinilai dari jumlah harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang
dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran yang dinilai dari pengeluaran
perkapita yang disesuaikan.
produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang memilki
tingkat pembangunan yang rendah dan produk domestik regional bruto
yang juga rendah hal ini dikarenakan pembangunan manusia yang tidak
berhasil sehingga bayak sumber daya alam dan produksi yang tidak
dimanfaatkan secara efektif dan efisien .
27
Jika IPM dan PDRB meningkat di Provinsi jawa Tengah, maka
kemiskinan di Jawa tengah akan menurun.
Gambar 2.1 kerangka berfikir Pengaruh IPM dan PDRB
terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/kota Provinsi
Jawa Tengah tahun 2012-2016
Keterangan :
Variabel dependen diberi notasi Y
Variabel independen diberi notasi X
X1 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
X2 : Produk Domestik regional Bruto (PDRB)
Y : Kemiskinan
: pengaruh variabel X terhadap Y
D. Hipotesis penelitian
Sugiono (2015:389) menyatakan bahwa hipotesis adalah
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslah penelitian yang
diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan
masalah dan kerangka berfikir.
1. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia
terhadap kemiskinan.
X1
(IPM)
Y
(Kemiskinan) X2
(PDRB)