bab ii kajian pustaka -...

18
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab kajian pustaka penulis akan memaparkan pengertian - pengertian dari variabel yang akan peneliti teliti, yang terdiri dari dua variabel bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto dan satu variabel terikat yaitu kemiskinan. Penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan hipotesis juga akan dibahas pada bab ini. A. Landasan Teori 1. Kemiskinan Kemiskinan merupakan keadaan seseorang atau individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Menurut Bapenas dalam Arsyad (2010:299) mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Sedangkan Suparlan dalam Khomsan (2015:2) menyatakan bahwa kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yakni dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian tersebut kemiskinan dapat dikatan sebagai keadaan suatu penduduk yang berada disuatu wilayah yang tidak dpat memenuhi kehidupan layak.

Upload: trinhkien

Post on 31-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab kajian pustaka penulis akan memaparkan pengertian -

pengertian dari variabel yang akan peneliti teliti, yang terdiri dari dua variabel

bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto

dan satu variabel terikat yaitu kemiskinan. Penelitian yang relevan, kerangka

berfikir dan hipotesis juga akan dibahas pada bab ini.

A. Landasan Teori

1. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan keadaan seseorang atau individu yang

tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang

dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

Menurut Bapenas dalam Arsyad (2010:299) mendefinisikan kemiskinan

sebagai keadaan yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak

mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap

manusiawi.

Sedangkan Suparlan dalam Khomsan (2015:2) menyatakan bahwa

kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yakni

dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau

golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum

berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian

tersebut kemiskinan dapat dikatan sebagai keadaan suatu penduduk yang

berada disuatu wilayah yang tidak dpat memenuhi kehidupan layak.

12

Kemiskinan bersifat multidimensial, yang artinya kebutuhan

manusia itu tidak terbatas dan beragam, sehingga kemiskinan memiliki

banyak aspek, diantaranya aspek primer dan aspek sekunder. Miskin akan

asset, organisosial politik, dan pengetahuan serta ketrampilan merupakan

aspek primer, dan sedangkan aspek sekunder yaitu berupa miskin terhadap

jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi merupakan

kemiskinan yang dilihat dari kebijakan umum. Masyarakat miskin selalu

berada pada kondisi ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan

dasar, yaitu ketidakmampuan dalam melaksanakan kegiatan usaha

produktif, menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi, menentukan

nasibnya sendiri dan senantiasa mendapatkan perlakuan diskriminatif, dan

membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta selalu mempunyai

martabat dan harga diri yang rendah.

Ciri-ciri masyarakat miskin menurut Fernandez (Arsyad,2010:300)

yaitu sebagai berikut:

a. Aspek politik yaitu aspek yang tidak memiliki akses ke proses

pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka.

b. Aspek sosial yaitu mulai tersingkirnya dari institusi utama

masyarakat yang ada.

c. Aspek ekonomi yaitu rendahnya kualitas SDM, termasuk

kesehatan, pendidikan, ketrampilan yang berdampak pada

rendahnya penghasilan, dan rendahnya kepemilikan atas asset fisik,

termasuk asset lingkungan hidup seperti air bersih dan penernagan.

13

d. Aspek budaya atau nilai yaitu mulai terperangkap dalam budaya

sehingga menyebabkan rendahnya kualitas SDM seperti rendahnya

etos kerja, berpikir pendek dan mudah menyerah.

Menurut Sen dalam Todaro dan Smith (2006:23) menyatakan

bahwa tingkat kemiskinan tidak dapat diukur dari tingkat pendapatan atau

bahkan dari utilitasnya seperti pemahaman konvensional, yang paling

penting bukanlah apa yang dimilki seseorang ataupun kepuasan yang

ditimbulkan dari barang-barang tersebut, melainkan apakah yang dapat

dilakukan oleh seseorang dengan barang tersebut. Begitu dengan

penduduk apakah yang dapat dilakukan oleh penduduk dengan brang-

barang yang ada.

Kemiskinan menurut sebabnya terbagai menjadi 2 (dua) macam.

Pertama adalah kemiskinan kultural atau alamiah yaitu yang disebakan

oleh faktor-faktor adat atau kebudayaan suatu daerah yang membelenggu

seseorang atau kelompok. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu

kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur

sosial masyarakat tersebut, sehingga mereka tidak dapat ikut menikmati

sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Selain

dua macam kemiskinan tersebut masih ada ukuran kemiskinan lainnya

yang umum digunakan yakni kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Menurut Todaro dan Smith (2006:67) kemiskinan absolut

(absolute poverty) adalah konsep untuk menentukan tingkat pendapatan

minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar akan

14

makanan, pakaian, dan perumahan agar dapat menjamin keberlangsungan

hidupnya. Sedangkan kemiskinan relatif menurut Arsyad (2010:302)

adalah kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya,

yakni dari lingkungan orang yang bersangkutan. Kemiskinan akan selalu

ada karena konsep kemiskinan reltif yang bersifat dinamis. Sedangkan

Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Jumlah

penduduk yang dapat dikategorikan miskin bisa dilihat dari ketimpangan

antara tingkat penghidupan golongan atas dan bawah, semakin besar

ketimpangan maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat

dikategorikan miskin.

Dalam ukuran kemiskinan dikenal ukuran kesejahteraan dengan

pendapatan per kapita dan garis kemiskinan. Tetapi terdapat ukuran-

ukuran lain tentang angka kemiskinan yaitu headcount index, indeks

kedalaman kemiskinan, dan indeks keparahan kemiskinan.

a. Headcount index (HDI-P0)

Presentase penduduk miskin yang berada dibawah garis

kemiskinan. Indeks ini dapat diukur dengan rumus :

(Todaro dan Smith, 2006:243)

Keterangan:

P0 : Headcount index

H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis kemiskinan

N : total populasi

15

b. Indeks kedalaman kemiskinan

Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran oleh masing-masing

penduduk miskin terhadap garis kemiskinan disebut Indeks kedalaman

kemiskinan (Poverty Gap Index-P1). Semakin tinggi nilai indeks, maka

semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Dalam menghitung indeks kedalaman kemiskinan dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

∑(

)

(Todaro dan Smith, 2006:246)

Keterangan :

P1 : Indeks Kedalaman kemiskinan

H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis

kemiskinan

Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i

N : total populasi

Yp : garis kemiskinan

c. Indeks keparahan kemiskinan

Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2)

memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara

penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi

ketimpanagan pengeluaran di antara penduduk miskin. Dalam

menghitung indeks ini dapat digunakan rumus sebagai berikut :

16

∑(

)

(Todaro dan Smith, 2006:246)

Keterangan :

P2 : indeks keparahan kemiskinan

H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis

kemiskinan

N : total populasi

Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i

Yp : garis kemiskinan

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pembangunan manusia adalah proses memperbesar pilihan orang.

Tetapi perkembangan manusia juga merupakan tujuan, jadi itu adalah

proses dan hasil. Pembangunan manusia menyiratkan bahwa orang harus

mempengaruhi proses yang membentuk kehidupan mereka. Dalam semua

ini, pertumbuhan ekonomi adalah sarana penting bagi pembangunan

manusia, tetapi bukan akhirnya. (UNDP,2016:2).

Indeks pembangunan manusia menurut Badan Pusat Statistik (BPS,

2017) adalah salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan

pembangunan manusia disuatu wilayah atau daerah. Cara bagaimana

penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh

pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh IPM. Mulai tahun1990

IPM dikembangkan oleh UNDP dan secara berkala dipulikasikan dalam

laporan tahunan Human Development Report (HDR). Nilai IPM diukur

17

berdasarkan 4 (empat) indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan

hidup, tingkat harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan

pengeluaran per kapita disesuaikan.

a. Angka Harapan Hidup- AHH (Life Expectancy)

Badan Pusat Statistik (BPS:2017) mendefinisikan bahwa angka

harapan hidup adalah lama perkiraan lama hidup rata-rata penduduk

dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut

umur. Angka harapan hidup ini mencerminkan derajat kesehatan suatu

masyarakat. Angka harapan hidup ini dihitung dari hasil sensus dan

survey kependudukan. Standar UNDP untuk angka harapan hidup ini

besarnya adalah 20 < x > 85, yang berarti angka harapan hidup minimal

adalah 20 tahun dan angka harapan hidup maksimal adalah 85 tahun.

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimensi kesehatan

Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

Dimana :

Ikesehatan : indeks kesehtan

AHH : angka harapan hidup

AHHmaks : angka harapan hidup maksimal

AHHmin : angka harapan hisup minimal

18

b. Angka Harapan Lama Sekolah-HLS (Expected Years of Schooling –

EYS)

Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan

dirasakan oleh anak pada usia tertentu di masa mendatang disebut

angka harapan lama sekolah. Angka harapan lama sekolah dihitung

untuk penduduk berusia 7 (tujuh) tahun keatas, guna mengetahui

kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang

ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang

diharapkan dicapai oleh setiap anak yakni menggunakan angka harapan

lama sekolah untuk mengetahuinya.

Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

Dimana:

HLS : harapan lama sekolah

IHLS : indeks harapan lama sekolah

HLSmaks : harapan lama sekolah maksimal

HLSmin : harapan lama sekolah minimal

c. Rata-rata Lama Sekolah-RLS (Mean Years of Schooling- MYS)

Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk dalam

menjalani pendidikan formal disebut rata-rata lama sekolah.

Menghitung indikator ini dari variabel pendidikan tertinggi yang

ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh. Menurut

19

UNDP standar minimal untuk rata-rata lama sekolaha adalah 0 (nol)

tahun dan unntuk standar maksimal rata-rata lama sekolah adalah 15

(lima belas) tahun.

Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

Dimana :

IRLS : indeks rata-rata lama sekolah.

RLS : rata-rata lama sekolah.

RLSmaks : rata-rata lama sekolah maksimal.

RLSmin : rata-rata lama sekolah minimal.

Dari kedua angka diperoleh indeks pendidikan dengan rumus yang

dapat digunakan sebagai berikut:

d. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan

Pengeluaran perkapita yang disesuaikan menurut BPS (2017)

ditentukan dari nilai per kapita dan peritas daya beli (Purcashing Power

Parity-PPP), rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/ rill

dengan tahun dasar.

Dimensi pengeluaran :

( ) ( )

( ) ( )

Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

Dimana :

20

Ipengeluaran : indeks pengeluaran

In(pengeluaranmaks) : indeks pengeluaran maksimal

In(pengeluaranmin) : indeks pengeluaran minimal

Menentukan peringkat atau level pembangunan suatu

wilayah/Negara dapat menggunakan IPM. Peringkat ini menunjukkan

keberhasilan suatu wilayah/ Negara dalam pembangunan manusia.

Nilai minimum dan maksimum dibutuhkan masing-masing

indikator untuk menghitung IPM. Pada tabel 2.1 disajikan nilai-nilai

tersebut.

Tabel 2.1 nilai maksimum minimum

Indikator Satuan

Minimum Maksimum

UNDP BPS UNDP BPS

Angka Harapan Hidup Saat Lahir Tahun 20 20 85 85

Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 0 0 18 18

Rata-rata Lama Sekolah Tahun 0 0 15 15

Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan

100

(PPP

U$)

1.007.43

6*

(Rp)

107.721

(PPP

U$)

26.572.352

**

(Rp)

Keterangan:

* Daya beli minimum adalah garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di

Tolikara-Papua

** Daya beli maksimum adalah nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir

RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025

Sumber : http://ipm.bps.go.id/page/ipm

21

IPM dapat dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks

kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran, dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm

IPM antar wilayah dapat dikategorikan sesuai dengan capaian,

melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, berikut ini:

IPM < 60 : IPM rendah

60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang

70 ≤ IPM < 80 : IPM tinggi

IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi

Sumber : http://ipm.bps.go.id/page/ipm

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Dalam suatu Negara nilai total suatu output yang dihasilkan

dikenal dengan produk domestik bruto. Menurut Todaro dan Smith

(2006:61) produk domestik bruto adalah nilai total atas segenap output

akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (baik yang dilakukkan

oleh penduduk lokal maupun orang-orang dari Negara lain yang bermukim

di Negara yang bersangkutan). Jadi seluruh nilai akhir yang dihasilkan

oleh penduduk yang bertempat di suatu Negara merupakan produk

domestik bruto negara tersebut. Sedangkan untuk nilai akhir dari barang

dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah (regional) dalam satu tahun adalah

produk domestik regional bruto.

22

Produk domestik regional bruto menurut Arsyad (2010:20) yaitu

jumlah nilai akhir dari barang dan jasa yang di hasilkan dari sektor

pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan

penggalian, industri pengolahan,listrik, gas dan air minum, bangunan,

perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa selama satu tahun.

Sedangkan menurut badan pusat statistik (BPS) produk domestik regional

bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai akhir

barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu

wilayah.

Dalam penyusunan PDRB terdapat 2 (dua) pendekatan yang

digunakan yaitu berdasarkan lapangan usaha dan pengeluaran. Sedangkan

PDRB disajikan dalam 2 (dua) versi penyajian yaitu berdasarkan harga

yang berlaku berdasarkan harga konstan. Atas dasar harga yang berlaku

adalah menggunakan agregat nilai harga pada tahun berjalan, sedangkan

atas dasar harga konstan adalah menggunakan agregat nilai harga pada

tahun tertentu atau tahun dasar tertentu (base year).

B. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu :

1. Muhammad Saiful Mujab (2015) membahas tentang pengaruh indeks

pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk domestik regional

23

bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah

tahun 2008-2013. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui

pengaruh indeks pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk

domestik regional bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota

Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013. Hasil yang diperoleh

menujukkan IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kemiskinan, jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap kemiskinan, dan PDRB mempunyai pengaruh negatif

dan signifikan terhadap kemiskinan. Nilai R-squere yang diperoleh

sebesar 0,989454 yang berarti sebesar 98,94 persen variabel kemiskinan

dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisa sebesar 1,06 persen

dijelaskan oleh variabel diluar model.

2. Rahmawati Faturrohmin (2011) membahas tentang pengaruh PDRB,

harapan hidup, dan melek huruf terhadap tingkat kemiskinan (studi kasus

35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh PDRB, Harapan Hidup, dan Melek Huruf terhadap

Tingkat Kemiskinan (studi kasus 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu PDRB,

harapan hidup, dan melek huruf secara simultan berpengaruh terhadap

penurunan tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tenga pada

periode 2005-2009. Variabel independen dalam model ini mampu

menjelaskan variasinya dari variabel dependen sebesar 96,32 persen.

24

Sedangkan sebesar 2,68 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor lain

diluar model penelitian.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka terdapat masalah yang

sama yang akan diteliti oleh peneliti yaitu masalah kemiskinan, dari 2 (dua)

penelitian terdahulu menunjukan hasil penelitian, pertama IPM dan PDRB

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dan jumlah penduduk

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, kedua PDRB,

harapan hidup, dan melek huruf secara bersama-sama berpengaruh terhadap

penurunan tingkat kemiskinan.

C. Kerangka Berfikir

Menurut Sugiono (2015:388) kerangka berfikir adalah model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

1. Pengaruh IPM terhadap kemiskinan di Jawa Tengah

Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan

manusia disuatu wilayah dapat diketahui melalui indeks pembangunan

manusia. Bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan

dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh

IPM. Di dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup

(AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS),

dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, dari keempat indikator ini

menjadi 3 indeks yaitu indeks kesehatan yang dinilai dari angka harapan

hidup, indeks pendidikan yang dinilai dari jumlah harapan lama sekolah

25

dan rata-rata lama sekolah yang dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran

yang dinilai dari pengeluaran perkapita yang disesuaikan.

Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang

penduduknya tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh

hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan,

papan, kesehatan, dan pendidikan. Dalam kemiskinan ini dapat diukur

melalui headcount index(P0), indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan

indeks keparahan kemiskinan (P2).

Jika terjadi peningkatan IPM di Provinsi Jawa Tengah, maka

kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah akan menurun.

2. Pengaruh PDRB terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah

disebut produk domestik regional bruto. Dalam PDRB menggunakan 2

(dua) versi penilaian yaitu dengan menggunakan atas dasar harga yang

berlaku dan menggunakan penilaian atas dasar harga konstan.

Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang

penduduknya mengahsilkan produktivitas yang rendah dikarenakan tingkat

produktivitas penduduknya rendah ini mengakibatkan nilai PDRB yang

dihasilkan rendah, sehingga pemanfaatan sumber daya alam dan bahan

produksi rendah maka pendapatan penduduk diwilayah tersebut juga

26

rendah. Dalam kemiskinan ini dapat diukur melalui headcount index(P0),

indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan kemiskinan (P2).

Jika terjadi peningkatan PDRB di Provinsi Jawa Tengah, maka

akan terjadi penurunan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.

3. Pengaruh IPM dan PDRB terhadap kemiskinan di Jawa Tengah

Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan

manusia disuatu wilayah adalah IPM. Dalam IPM ini terdapat indikator

yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS),

rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang

disesuaikan, dari keempat indikator ini menjadi 3 indeks yaitu indeks

kesehatan yang dinilai dari angka harapan hidup, indeks pendidikan yang

dinilai dari jumlah harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang

dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran yang dinilai dari pengeluaran

perkapita yang disesuaikan.

produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang memilki

tingkat pembangunan yang rendah dan produk domestik regional bruto

yang juga rendah hal ini dikarenakan pembangunan manusia yang tidak

berhasil sehingga bayak sumber daya alam dan produksi yang tidak

dimanfaatkan secara efektif dan efisien .

27

Jika IPM dan PDRB meningkat di Provinsi jawa Tengah, maka

kemiskinan di Jawa tengah akan menurun.

Gambar 2.1 kerangka berfikir Pengaruh IPM dan PDRB

terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/kota Provinsi

Jawa Tengah tahun 2012-2016

Keterangan :

Variabel dependen diberi notasi Y

Variabel independen diberi notasi X

X1 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

X2 : Produk Domestik regional Bruto (PDRB)

Y : Kemiskinan

: pengaruh variabel X terhadap Y

D. Hipotesis penelitian

Sugiono (2015:389) menyatakan bahwa hipotesis adalah

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslah penelitian yang

diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan

masalah dan kerangka berfikir.

1. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia

terhadap kemiskinan.

X1

(IPM)

Y

(Kemiskinan) X2

(PDRB)

28

2. Terdapat pengaruh yang signifikan produk domestik regional bruto

terhadap kemiskinan.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia dan

produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan.