bab ii kajian teoretis 2 -...

25
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Peran Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan dengan "apa yang dimainkan" oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata "peran", atau role dalam bahasa Inggrisnya, memang diambil dari dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang aktor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot-nya, dengan alur ceritanya, dengan lakonnya. Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Depdiknas, 2005:854). Menurut Amran (2005:449) peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Peran adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di dalam masyarakat, atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam sesuatu peristiwa. Menurut Natawidjaya (2007:40), peran adalah kesediaan mental individu yang mempengaruhi, mewarnai bahkan menentukan kegiatan-kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan respons terhadap obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya. Kesediaan ini mungkin dinyatakan dalam kegiatan (perbuatan ataupun perkataan) atau merupakan kekuatan laten yang kadang-kadang tersalurkan. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa

Upload: tranngoc

Post on 23-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Hakikat Peran

Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran

dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan dengan "apa yang

dimainkan" oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata

"peran", atau role dalam bahasa Inggrisnya, memang diambil dari dramaturgy atau seni teater.

Dalam seni teater seorang aktor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot-nya,

dengan alur ceritanya, dengan lakonnya.

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara

(film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh

orang yang berkedudukan di masyarakat (Depdiknas, 2005:854).

Menurut Amran (2005:449) peran adalah bagian dari tugas utama yang harus

dilaksanakan. Peran adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di dalam masyarakat, atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam sesuatu

peristiwa.

Menurut Natawidjaya (2007:40), peran adalah kesediaan mental individu yang

mempengaruhi, mewarnai bahkan menentukan kegiatan-kegiatan individu yang bersangkutan

dalam memberikan respons terhadap obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya. Kesediaan

ini mungkin dinyatakan dalam kegiatan (perbuatan ataupun perkataan) atau merupakan kekuatan

laten yang kadang-kadang tersalurkan.

Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi

(atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah ada yang disebut dengan role

expectation. Harapan mengenai peran seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan atas harapan

dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan/posisi

tersebut.

Peran tidak lepas hubungannya dengan tugas yang diemban seseorang. Peran adalah

bagian dari tugas utama yang harus dijalankan (Depdiknas, 2008:667).Manusia sebagai makhluk

sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi

akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang

lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan

bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan dengan peran (role). Peran merupakan aspek

yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu

peranan.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka terlihat bahwa dalam peran terdapat unsur

individu sebagai subyek yang melakukan peranan tertentu. Selain itu, dalam peran terdapat pula

adanya status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat, artinya jika seseorang

memiliki kedudukan (status) maka yang bersangkutan menjalankan peran tertentu pula.

2.2 Hakikat Guru

2.2.1 Pengertian Guru

Pengertian guru menurut konteks pendidikan secara umum adalah orang yang memikul

tanggung jawab di sebuah lembaga pendidikan atau sekolah dalam upaya mengajar,

membimbing, mengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar sehingga siswa dapat menguasai

setiap materi yang diajarkan sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan. (E. Mulyasa, 2006:18)

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Menurut Daradjat (2006:39), secara umum guru dapat diartikan sebagai pendidik

profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak orang tua. Ketika mereka

menyerahkan anaknya di sekolah, berarti telah melimpahkan sebagian tanggung jawab

pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin

menyerahkan anaknya kepada sembarang guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat

menjabat guru.

Berdasarkan uraian di atas dapat dimaknai bahwa, dalam konteks pendidikan secara

umum guru merupakan salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar, yang ikut

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang

pembangunan. Dengan demikian guru merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan dan

pembangunan dan harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga

profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

2.2.2 Tugas Guru

Menurut Moh. Uzer Usman (2005:6) pada prinsipnya tugas guru harus meliputi bidang

profesi multi sainsitis, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Guru sebagai

profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak bisa dilakukan

sembarang orang di luar bidang kependidikan, menuntut guru memiliki tiga profesi yaitu

mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai–nilai

hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada anak.

Dalam bidang kemanusiaan di sekolah, guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai

orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia akan menjadi idola bagi semua

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

anak. Jika seorang guru penampilannya tidak menarik, maka kegagalan pertama ialah ia tidak

akan dapat menanamkan benih pengajaran. Demikian pula dalam kehidupan bermasyarakat guru

menempati tempat terhormat, yang semua sifat dan sikapnya dapat dijadikan teladan atau digugu

dan ditiru oleh semua orang.

Berdasarkan uraian di atas, maka kedudukannya guru harus relevan dengan kebutuhan

semua orang. Karena prestise dan prestasi guru senantiasa harus benar-benar teruji dan terpuji

serta sekaligus sebagai tantangan, tidak hanya di depan kelas, tidak saja di batas–batas pagar

sekolah, tetapi juga di tengah–tengah masyarakat.

Di samping itu, guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai moral dan

norma etika kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai prilaku terpuji

yang dapat mengatarkan kebaikan anak di masa depan. Berikut ini penulis paparkan bagan tugas

seorang guru sebagai berikut:

Bagan Tugas Guru

Tugas Guru

Kemanusiaan

Profesi Mengajar

Mendidik

Melatih

Meneruskan dan mengembangkan Iptek dan Imtaq

Meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup

Mengembangkan keterampilan dan penerapannya

Auto Pengertian kedua: - Homoludens - Homopuber - Homosapiens

Menjadi orangtua kedua

Transformasi diri

Autoidentifikasi

Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Sumber:( Danim,2006:18)

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Berdasarkan skema tersebut dapat dipahami, bahwa pada prinsipnya tugas akhir dari

seorang pendidik adalah mencerdaskan perkembangan jiwa dan mental anak didik. Karena

begitu pentingnya tugas dalam rangka menunjang aktivitasnya sebagai seorang tenaga pendidik,

maka kiranya perlu melakukan upaya peningkatkan kompetensi guru itu sendiri secara terus

menerus baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah guna mengikuti laju

perkembangan zaman.

Menurut Hadirja Praba (2009:84) guru merupakan aparat fungsional yang secara

langsung melaksanakan tugas mengajar ajaran kenabian di semua lembaga pendidikan sesuai

dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang telah ditetapkan. Itulah sebabnya, guru

harus dapat mengoptimalkan tugasnya melalui cara membina, melatih, membiasakan, dan

memberi contoh keteladanan. Hal ini dimaksudkan pula agar dapat memberikan manfaat penting

di antaranya:

1. Untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan

tugas dan kegiatan sehari hari.

2. Untuk menyamakan visi, misi dan persepsi yang diberikan di sekolah.

3. Untuk penyegaran dan mengurangi kejenuhan kerja guru yang sehari-hari hanya

berhadapan dengan anak.

Peningkatan wawasan bagi seorang guru sangatlah penting. Oleh karena itu, guru

senantiasa terus pula belajar demi meningkatkan kemampuan pribadi sehingga guru tidak hanya

berpegang teguh pada satu pedoman buku saja, namun lebih dari itu guru harus mampu

menampilkan sosok yang dapat membantu anak dalam menyelesaikan problem baik dalam aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk dapat melakukan itu semua, maka guru dituntut agar

dapat membekali diri dengan sebaik-baiknya.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Hal ini seiring dengan pendapat dan pandangan Rostiati (2008:182), bahwa guru adalah

seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya,

guru memiliki salah satu tugas untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan atau dapat

merealisasikannya dalam bentuk menjawab dan memecahkan masalah yang timbul di dalam

kelas sehingga pada akhirnya memunculkan motivasi dan rasa simpati dari anak dalam

mengikuti seluruh kegiatan proses pembelajaran.

Selain itu, guru dituntut pula harus memiliki visi dan misi tentang nilai-nilai agama,

sehingga apa yang disampaikan oleh guru tersebut tidak hanya sebatas retorika belaka, namun

yang lebih penting adalah apa yang disampaikan oleh guru tersebut dalam proses pembelajar

dapat memperoleh hasil baik dari segi kecakapan, keterampilan maupun adanya perubahan sikap

dan tingkah laku dari para anak.

Guru harus mengetahui bahwa belajar adalah suatu proses, hal ini seperti yang

dinyatakan bahwa belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan dan

sikap. Karena belajar merupakan suatu proses maka harus diketahui bahwa yang mengikuti

proses belajar ini adalah para anak yang memiliki kemampuan dan latar belakang yang berbeda

sehingga dapat menimbulkan kendala bagi seorang guru. Oleh karena itu, untuk menghindari hal

ini guru harus memiliki visi dan misi pendidikan yang komprehensif sehingga seorang guru tidak

akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas keguruannya.

Sehubungan dengan peranannya sebagai pendidik dan pengajar, guru harus menguasai

ilmu, antara lain memiliki pengetahuan yang luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu

yang bertalian dengan mata pelajaran/bidang studi yang diajarkannya, menguasai teori dan

praktek mendidik, teori kurikulum metode pengajaran, tekhnologi pendidikan, teori evaluasi dan

psikologi belajar, dan sebagainya.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Menurut Munandir (2008:3) untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas, maka seorang

guru dituntut untuk memiliki beberapa keterampilan, di antaranya:

a. terampil dalam menyiapkan bahan belajar.

b. terampil menyusun satuan pelajaran.

c. terampil menyampaikan ilmu kepada murid.

d. terampil mengarahkan semangat belajar murid.

e. terampil memilih dan menggunakan alat peraga pendidikan.

f. terampil melakukan penilaian hasil belajar murid.

g. .terampil menggunakan bahasa yang baik dan benar.

h. terampil mengatur disiplin kelas, dan berbagai keterampilan lainya.

Sealnjutnya Munandir (2008:4) menambahkan, agar peran guru memenuhi syarat-syarat

kepribadian dan syarat penguasaan ilmu tertentu, maka guru harus bersikap terbuka, tidak

bertindak secara oteriter, tidak bersikap angkuh, bersikap ramah tamah terhadap siapapun, suka

menolong dimanapun dan kapan saja, serta simpati dan empati terhadap pimpinan, teman

sejawat, dan para siswa. Agar guru mampu mengembangkan pergaulan dengan masyarakat, dia

perlu menguasai psikologi sosial, khususnya mengenai hubungan antar manusia dalam rangka

dinamika kelompok.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, tugas yang diemban oleh seorang

guru bersifat multikompleks. Guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar yang bisa menjejali

anak dengan segenap pengetahuan dan pengalaman, tetapi dapat mengarahkan dan membekali

semua manusia dengan segala keperluan hidupnya.

2.3 Hakikat Membudayakan Mengucapkan salam

2.3.1 Pengertian Budaya

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Budaya dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari

buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu

mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata

culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. (Kartika, 2005:12)

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah

kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur

yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,

bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan

dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan

menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. (Hermawan,

2006:7)

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan

luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya

ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya dapat didefinisikan bermacam-

macam tergantung pada sudut pandang setiap ahli. Beberapa pengertian dibawah ini akan

mendefinisikan budaya dari beberapa ahli dan pakar.

a. Menurut Lehman, Himstree dan Baty, (dalam Suwardoyo, 2006:14), Budaya diartikan

sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri.

Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan bervariatif, termasuk di

dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

b. Menurut Hofstede, (dalam Suwardoyo, 2006:14), budaya adalah pemrograman kolektif atas

pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya.

c. Menurut Boove dan Thill, (dalam Suwardoyo, 2006:15), budaya adalah system sharing atas

simbol-simbol kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan dan norma-norma untuk berperilaku.

Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi yang serupa tentang bagaimana

seseorang berpikir, berperilaku dan berkomunikasi serta cenderung untuk melakukan

berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

d. Menurut Murphy dan Hildebrant, (dalam Suwardoyo, 2006:15), budaya diartikan sebagai

tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga

mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan nonverbal dalam suatu kelompok juga

merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang

lainnya.

e. Menurut Mitchell, (dalam Suwardoyo, 2006:15), budaya mrupakan seperangkat nilai-nilai inti,

kepercayaan, standar, pengetahuan, moral, hukum dan perilaku yang disampaikan seseorang

dalam bertindak, berperasaan dan memandang dirinya serta orang lain

Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu

sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia,

sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang

berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,

bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan

untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Budaya

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Menurut Munandar Sulaiman (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

perkembangan nilai budaya adalah :

A. Jarak komunikasi antara kelompok etnis.

Masih terdapat jarak komunikasi antara kelompok etnis, hal yang sering menimbulkan

konflik budaya seseorang yang bergerak dari satu kelompok etnis ke kelompok etnis yang lain.

Contoh migdrasi ke kelompok etnis yang berbeda mungkin menimbulkan pergeseran sistem nilai

budaya yang sudah ada di daerah kelompok etnis penduduk asli, misalnya menganggap rendah

status etnis pendatang (negatif), tetapi mungkin juga etnis pendatang menjadi penggerak

pembangunan di daerah kelompok etnis penduduk asli (positif). Sehingga disinilah pentingnya

budaya mengucap salam di laksanakan,agar tidak terjadi jarak antar sesam,serta tidak ada yang

saling merendahkan.

B. Pelaksanaan pembangunan,

Pelaksanaan pembangunan yang terus menerus akan dapat merubah sistem nilai ke arah

yang positif dan negatif. Adapun sistem nilai yang bersifat positif dan negatif tersebut dapat

dilihat pada uraian berikut ini:

1) Pergeseran sistem nilai yang mengarah ke perbaikan antara lain :

a) Pola hidup tradisional, dan bertaraf lokal yang berbau mistis, berubah menjadi pola hidup

modern bertaraf nasional-internasional yang berbasis ilmu pengetahuan dan teklnologi.

b) Pola hidup sederhana yang hanya bergantung pada alam lingkungan, meningkat menjadi

pola hidup modern yang mampu menguasai alam lingkungan dengan dukungan prasarana

dan sarana serta teknologi.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

c) Pola hidup makmur yang hanya kecukupan sandang, pangan, dan perumahan meningkat

menjadi pola hidup makmur dan juga sehat, teratur, bersih dan senang serta aman sesuai

dengan standar menurut ilmu pengetahuan dan teknologi.

d) Kemampuan kerja yang hanya berbasis kekuatan fisik dan pengalaman, meningkat menjadi

kemampuan kerja berbasis keahlian, dan ketrampilan yang didukung teknologi.

2) Pergeseran sitem nilai yang mengarah negatif antara lain :

a) Penggusuran hak milik seseorang untuk kepentingan pembangunan tanpa prosedur hukum

yang pasti dan tanpa ganti kerugian yang layak, bahkan tanpa ganti kerugian sama sekali.

b) Mengurangi atau meniadakan arti kemanusiaan seseorang memandang manusia sebagai

obyek sasaran yang selalu dikenai penertiban, serta hak asasinya tidak dihargai.

c) Tindakan sewenang-wenang dan tidak ada kepastian hukum dalam hubungan antara

penguasa/pejabat/majikan dengan rakyat bawahan/ buruh.

C. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menimbulkan konflik dengan tata nilai

budaya yang sudah ada, perubahan kondisi kehidupan manusia, sehingga manusia bingung

sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakan. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen

teknologi yang selain memiliki segi positif, juga memiliki segi negatif.Sebagai dampak negatif

teknologi, manusia menjadi resah. Keresahan manusia muncul akibat adanya benturan nilai

teknologi modern dengan nilai-nilai tradisional (konvensional). Ilmu pengetahuan dan teklnologi

berpihjak pada suatu kerangka budaya. Kontak budaya yang ada dengan budaya asing

menimbulkan perubahan orientasi budaya yang mengakibatkan perubahan sistem nilai budaya.

2.3.3 Budaya Salam

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Mengucapkan salam dan menjawabnya merupakan adab kepada saudara sesama muslim.

Adab ini begitu penting sebab ia menjadi sebab meningkatkan rasa persaudaraan dan

menentramkan hati di antara mereka. Berkaitan dengan adab bermu’amalah dengan sesamanya,

Rasulullah SAW bersabda: “Hak seorang Muslim kepada saudara Muslim lainnya ada lima

yaitu; menjawab salam, mendo’akan ketika bersin, memenuhi undangannya, menjenguk ketika

sakit dan mengantarkan jenazah.” (Bahrisy, 2005:29).

Syeikh Nawawi bin Umar al-Bantani (2007:98) menegaskan, bahwa menyebarkan salam

di antara sesama saudara Muslim dapat melanggengkan rasa cinta di antara mereka dan

merupakan penghormatan terhadap agama. Itulah sebabnya, agama Islam menganjurkan kepada

umatnya, apabila memasuki suatu majelis atau bertemu sejumlah rombongan saudara muslim,

disunnahkan untuk memulai mengucapkan salam. Hikmahnya adalah, agar tetap ada rasa

persaudaraan yang dapat mereduksi rasa permusuhan., dan orang yang dapat meredam rasa

permusuhan adalah salah satu ciri orang yang memiliki kecerdasan spritual yang tinggi.

Rasulullah SAW. mengingatkan: “Ucapkaan salam, sebelum engkau memulai pembicaraan.”

(Bahrisy, 2005:72).

Terkadang dalam suatu majelis atau rombongan orang banyak, terjadi interaksi

komunikasi atau perdebatan. Jika tidak disadari oleh rasa Ukhuwah Islamiyah, setan mudah

mengadu-domba. Dalam teori psikologi massa, (Al Farabi, 2006:79) pada saat seseorang berada

dalam kelompok massa, nalar bisa berkurang. Dan orang mudah disulut rasa dendam dan

marahnya. Di sinilah pentingnya etika mengucapkan salam sebagaimana yang diajarkan oleh

Rasulullah SAW. agar disunnahkan mengucapkan salam kepada saudara muslim baik berjumlah

perseorangan maupun secara berkelompok, agar persaudaraan Islamnya tetap terjaga. Tidak

direduksi oleh tendensi-tendensi ego pribadi.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW., ketika seorang muslim mengendarai

kendaraan disunnahkan memulai mengucapkan salam kepada orang yang berjalan, dan jika

berjalan ia disunnahkan mengucapkan kepada saudaranya yang sedang duduk, sedangkan jika

dua rombongan bertemu, rombongan yang jumlahnya kecil disunnahkan memulainya (Bahrisy,

2005:74).

Di samping memperkuat rasa ke-Islamannya, salam merupakan terapi untuk

menghilangkan sifat sombong, melatih diri untuk bersikap tawadlu’. Menurut Syeikh Nawawi al-

Bantani (2007:110), inti sikap tawadlu’ adalah memulai salam. Berdasarkan hal itu, maka tidak

ada keharusan seorang guru menunggu ucapaan salam muridnya, atau seorang pemimpin

menanti bawahannya memulai mengucapkan salam. Jika mereka bertemu, seorang guru

hendaknya tidak segan untuk memulai mengucapkan salam. Begitu pula seorang pemimpin.

Rasulullah SAW telah memberi contoh hal tersebut, ia mengucapkan salam kepada seorang anak

kecil jika bertemu.

Adapun kelebihan-kelebihan dalam mengucapkan salam menurut hadits Nabi

Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Buchari dan Muslim dari Abu Huraira R.A, (Bahrisy,

2005:78) di antaranya:

1. Allah satukan hati mereka yang mengucapkan salam sehingga tumbuhlah rasa cinta dan

kasih sayang serta hilanglah kebencian dan murkah Allah. Sabda Nabi, “Demi Dzat yang

diriku dalam genggamanNya, mereka tidak masuk surga sehingga mereka beriman, dan

mereka tidak beriman sehingga mereka saling menyinta. Maukah kamu aku tunjukkan

sesuatu yang jika kamu mengerjakannya kamu saling menyinta? Sebarkan salam di kalangan

kamu.”

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

2. Salam yang merupakan alat penghormatan kaum muslimin, bahkan lebih menegaskan

bahwa agama mereka adalah agama damai dan aman, serta mereka adalah penganut salam

(perdamaian) dan pencinta damai. Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya

Allah menjadikan salam sebagai penghormatan bagi umat kami dan jaminan keamanan

untuk kaum zimmah kami.”

3. Terhindar dari sifat sombong, Sabda Nabi: "Orang-orang yangg mendahului salam terlepas

daripada sifat sombong, congkak dan tinggi diri.

4. Menjadi umat Nabi Muhammad penghuni surga. Sabda Rasulullah SAW.:"Sesungguhnya di

dalam syurga itu terdapat kamar yang bermacam-macam, semuanya boleh dilihat dari luar

isi dalamnya dan dari dalam boleh lihat diluar. Di dalam syurga itu terdapat kenikmatan

yang belum pernah dilihat oleh mata, yang belum didengar oleh telinga dan tidak pernah

dibayang oleh hati manusia."Lalu bertanya pula sahabat: "Ya Rasulullah, untuk siapakah

kamar-kamar itu?" Sabda Rasulullah saw: "Baginya disedikan khusus orang-orang yang

menyampaikan salam.

Di samping kelebihan-kelebihan dari mengucapkan salam, ada pula kekurangannya di

antaranya:

1. Mengucapkan salam tidak boleh dilakukan disembarangan tempat, misalnya; di

WC/Kamar mandi, di saat orang sedang sholat, atau kepada orang yang bukan muslim.

2. Salam tidak boleh diucapkan dengan suara teriakan atau bermain-main, atau dengan

ucapan-ucapan yang kurang sempurna.

3. Salam merupakan do’a keselamatan. Itulah sebabnya tidak boleh diucapkan ketika

menyaksikan orang yang sedang berbuat kejahatan atau kemaksiatan. Sebab hal itu sama

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

saja dengan menyetujui perbuatan maksiat yang sedang mereka lakukan. (Bahrisy,

2005:81)

Memulai mengucapkan salam adalah sunnah sedangkan menjawabnya adalah wajib.

Budaya salam ini merupakan budaya sunnah yang melahirkan nilai-nilai hikmah, nilai-nilai

moral dan potensi spiritual anak, menguatkan rasa ukhuwah sesama muslim dan melatih diri

anak-anak untuk beriskap tawadlu’. Itulah sebabnya, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani (2006:67)

menjelaskan aturan salam tersebut. Bahwa memulai mengucapkan salam adalah sunnah, kecuali

kepada orang musyirk dan kafir. Juga salam kepada wanita yang bukan muhrim dimakruhkan

karena dikhawatirkan akan menimbukan fitnah.

Salam adalah ungkapan do’a kepada sesamanya, makanya tidak diperkenankan

diucapkan kepada orang kafir. Salam itu sebuah konsep yang khusus berlaku untuk sesama

Muslim. Rasulullah SAW melarang mengucapkan salam kepada non-Muslim “Janganlah kamu

memulai salam kepada orang Yahudi dan Nasrani,” Bersabda Rasulullah SAW. sebagaimana

diriwayatkan oleh Imam Muslim. Di tempat yang lain beliau memberi arahan: “Apabila ada

Ahlul Kitab mengucapkan salam kepadamu maka, jawablah dengan; “alaykum”. (Bahrisy,

2005:75). Jawaban ‘alaykum’ saja memberi arti bahwa, kita tidak mendoakan kepadanya.

Padahal bila sesama muslim yang mengucapkan salam, diutamakan kita menjawab dengan

tambahan doa, misalnya wa’alaykum salam ‘warahmatullahi wabarakatuh’, atau cukup dengan

‘wa’alaykum salam warahmah’. Bahkan kita bisa menambah dengan kalimat doa lainnya,

misalnya, wa’alaykum salam warahmatullahi wabarakatuh wamaghfiratuhu’. Hal ini memberi

petunjuk, bahwa memang salam itu adalah konsep Islam yang bertujuan untuk menguatkan rasa

persaudaraan sesama muslim. Itulah sebabnya, biasakanlah memberi salam kepada saudara

sesama muslim di manapun berada, terutama membiasakannya pada usia masih anak-anak.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Sebab dengan menebarkan salam, hidup akan terasa saling mencintai dan memiliki solidaritas

sesamanya. Hal inilah yang ingin peneliti tanamkan pada anak usia dini agar dalam jiwa mereka

akan tertanam rasa persaudaraan dan solidaritas yang tinggi serta merupakan salah satu langkah

bagi pengembangan potensi spritual anak.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa salam bukan sekedar ungkapan

kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logika kasih-sayang yang di wujudkan dalam

bentuk doa pengharapan agar orang tersebut selamat dari segala macam duka-derita. Oleh

karenanya, mengucapkan salam harus dibiasakan pada anak usia dini, sehingga akan

memberikan pengalaman belajar yang lebih baik ke arah pendidikan religi dan moral bagi anak.

Dalam teori behavioristik (Laxwin, 2008:43) menyebutkan bahwa perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman dan pembiasaan.

Dengan demikian, salah satu upaya meningkatkan kecerdasan spritual anak adalah

dimulai dari membudayakan mengucapkan salam. Hal ini dimaksudkan agar sejak dini anak

sudah belajar dari pengalaman yang didapatinya di lingkungan tempat tinggalnya atau dari

pembiasaan yang dicontohkan oleh orang tua di rumah dan diajarkan oleh guru di sekolah.

Pembiasaan harus dimulai dari sejak dini agar pembentukan prilaku anak dapat terwujud

secara maksimal. Membangun pondasi kecerdasan spritual anak yang kuat dapat dimulai dengan

hal yang paling sederhana, seperti membudayakan mengucapkan salam. Sebab dalam

kehidupannya anak akan selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, bahkan

pola-pla interaksi yang berkembang pada masa usia dini akan menjadi kerangka dasar bagi

perkembangan dan perilaku anak selanjutnya (Tridhonanto, 2010:15)

Salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah SWT. Tak satupun

makhluk yang bisa mencelakai atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Allah SWT. Karena itu, Nabi Muhammad SAW, sangat menekankan penyebaran

pengmengucapkan salam antar sesama Muslim dan beliau menyebutnya sebagai perbuatan baik

yang paling utama di antara perbuatan-perbuatan baik yang bisa kerjakan oleh manusia. Hal

inilah yang harus dibiasakan oleh orang tua dan guru, agar tercipta anak usia dini yang tidak

hanya berperilaku baik, namun yang lebih penting adalah dekat dengan penciptanya. Dengan

demikian, melalui pembiasaan salam anak akan belajar mengawali interaksi yang baik dengan

sesamanya. Ada beberapa hadits Nabi Muhammad SAW, yang menjelaskan pentingnya

mengucapkan salam antar seluruh Muslim, di antaranya:

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Kamu tidak

dapat memasuki Surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu

berkasih-sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu yang jika kamu

kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih-sayang di antara kamu sekalian?

Tebarkanlah mengucapkan salam satu sama lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang

belum kamu kenal." (Muslim)

Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,

“Apakah amalan terbaik dalam Islam?” Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang

dan tebarkanlah mengucapkan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak.”

(Sahihain)

Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih

dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu

Dawud, dan At Tirmidzi).Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW

bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka

tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab mengucapkan salamnya maka

makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab mengucapkan

salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani) Abu Hurairah meriwayatkan

bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang

kikir dalam menyebarkan Salam.”

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan

penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah

akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.

Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang

setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang

disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang

duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.”

Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang

kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah

membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh”. Ketika orang ketiga

datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah

SAW menjawab: ”Wa’alaika”. Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap

dengan kerendah-hatian, “Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan salam yang ringkas

kepadamu, Engkau membalas dengan salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku

memberi Salam yang lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku dengan sangat

singkat hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau sama sekali tidak

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan

yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah di dalam Al-Qur’an.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, membalas salam dengan tiga frasa (anak

kalimat) itu hukumnya Sunnah, yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

Kebijaksanaan membatasi salam dengan tiga frasa ini karena salam dimaksudkan sebagai

komunikasi ringkas bukannya pembicaraan panjang.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya salam itu diajarkan pada anak sejak dini sebagai upaya

meningkatkan kecerdasan spritual mereka. Sebab di samping bahasa dan pengucapannya yang

ringkas dan sederhana serta sesuai dengan tahap perkembangan anak, salam merupakan salah

satu cerminan nilai moral yang sangat tinggi. Hal ini seperti yang tercantum dalam firman Allah

SWT di dalam Surat An-Nur ayat 27:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk ke dalam rumah yang bukan

rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.

Demikianlah yang baik untukmu agar kamu selalu ingat meminta izin dan memberi

salam”

Di dalam ayat ini Allah SWT menggunakan kalimat yang sederhana namun mulia.

Dengan demikian Al-Qur’an mengajarkan etika saling menghormati. Disini secara tidak

langsung kita diperintah untuk saling memberi salam. Tidak adanya subyek menunjukkan bahwa

hal saling memberi salam adalah kebiasaan normal dan wajar yang selalu dilakukan oleh orang-

orang beriman. Tentu saja yang mengawali mengucapkan salamlah yang lebih dekat kepada

Allah SWT sebagaimana sudah dijelaskan diatas. Hal seperti inilah yang ingin peneliti harapkan

tumbuh dalam jiwa anak usia dini agar mereka dekat dengan pencipatnya, serta secara tidak

langsung kecerdasan spritual anak akan tumbuh tanpa disadari oleh anak itu sendiri.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Hasan Basri mengatakan bahwa, mengawali mengucapkan salam sifatnya adalah

sukarela, sedangkan membalasnya adalah kewajiban” Disebutkan di dalam Muwattha’ Imam

Malik, diriwayatkan oleh Tufail bin Ubai bin Ka’ab bahwa, Abdullah bin Umar RA biasa pergi

ke pasar hanya untuk memberi salam kepada orang-orang disana tanpa ada keperluan membeli

atau menjual apapun. Ia benar-benar memahami arti penting mengawali mengucapkan salam.

Pada bagian kalimat terakhir Surat An-Nisa ayat 86, Allah SWT berfirman:

“… Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan. Disini,

mendahului memberi salam dan membalasnya juga termasuk yang diperhitungkan. Maka

kita hendaknya menyukai mendahului memberi salam. Sama halnya kita harus membalas

salam demi menyenangkan Allah SWT dan menyuburkan kasih-sayang di antara kita

semua”.

Rasulullah SAW selanjutnya memberikan arahan bahwa etika memberi salam adalah

sebagai berikut:

1. Orang yang berkendaraan harus memberi salam kepada pejalan-kaki.

2. Orang yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.

3. Kelompok yang lebih sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak

jumlahnya.

4. Yang meninggalkan tempat memberi salam kepada yang tinggal.

5. .Ketika pergi meninggalkan atau pulang ke rumah, ucapkanlah salam meski tak

seorangpun ada di rumah (malaikat yang akan menjawab).

6. Jika bertemu berulang-ulang maka ucapkan salam setiapkali bertemu.

Pengecualian kewajiban menjawab salam:

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

1. Ketika sedang salat. Membalas mengucapkan salam ketika salat membatalkan salatnya.

2. Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang sedang

mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.

3. Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.

Selanjutnya, Allah SWT menerangkan keutamaan salam di dalam surat Al-An’aam ayat

54:

“Jika orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al-Qur’an) datang kepadamu,

ucapkanlah “Salaamun’alaikum (selamat-sejahtera bagimu)”, Tuhanmu telah menetapkan

bagi diri-Nya kasih-sayang. (Yaitu) Bahwa barangsiapa berbuat kejahatan karena

kejahilannya (tidak tahu/bodoh) kemudian ia bertaubat setelah itu dan memperbaiki diri,

maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Berdasarka ayat Al Qur’an di atas dapat dipahami bahwa, Allah SWT memerintah Nabi

Muhammad SAW sehubungan dengan orang-orang beriman yang miskin, yang hampir

semuanya menumpang tinggal di tempat para sahabat. Walaupun orang-orang kafir yang kaya

meminta agar Rasulullah SAW mengusir para dhuafa’ itu supaya orang-orang kaya itu bisa

bersama Rasulullah, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyambut para

dhuafa’ Muslim itu dengan ‘Assalamu ‘alaikum’ pada sa’at kedatangan mereka. Hal ini

mengandung dua arti: Pertama, menyampaikan penghormatan dari Allah SWT kepada mereka.

Ini adalah kehormatan dan penghargaan yang tinggi bagi Muslim yang miskin dan tulus hati.

Perlakuan ini menguatkan hati dan menambah semangat mereka. Arti ke-dua, menyampaikan

sambutan yang baik yang pantas mereka terima, atas izin Allah SWT, dengan nyaman, damai

dan tenang, meskipun jika mereka membuat beberapa kesalahan.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Salam merupakan ucapan Islam antara sesama kaum muslimin. Anak akan bertemu

dengan semua orang dengan umur yang berbeda. Maka, ia perlu mengenal bagaimana dapat

membuka pembicaraan dengan mereka. Dapat kita simak beberapa cara yang lembut dari

Rasulullah saw. Dan para sahabat beliau dalam menanamkan sunnah salam ini dalam jiwa

seorang anak.

Imam bukhari dan muslim meriwayatkan bahwa ia pernah melintasi sekumpulan anak

kecil lalu memberi salam kepada mereka. sesudah itu Ibnu Abbas berkata,”Rasulullah beliau

juga melakukan hal yang demikian.” Baru saja kita sebutkan hadits Anas ra. Yang mengatakan ,”

Rasulullah SAW. datang dan member salam kepada anak-anak kecil yang sedang bermain.” Al-

Hadits Ibnu Hajar mmberikan komentar dan penjelasan tentang hadits di atas sebagai berikut:

Hadits ini diriwayatkan oleh Nasa’i melalui jalur Ja’far Bin Sulaiman dengan

redaksi,”Rasulullah SAW. Mengunjungi kaum Anshar lalu beliau mengucapka salm kepada

anak-anak mereka. Mengusap kepala mereka dan mendoakan kebaikan buat mereka. Kejadian

ini benar-benar terasa dan terjadi lebih dari sekali, berbeda dengan konteks hadits yang

mengatakan,”Rasulullah SAW. Melewati sekumpulan anak kecil lalu memberi salam kepada

mereka.”

Imam Muslim, Nasa’I dan Abu Dawud meriwayatkan melalui jalur Sulaiman Bin

Mughirah dengan menggunakan kata Ghilman sebagai ganti dari kata Shibyan ( anak-anak).

Sedangkan Ibnu Sunni, dalam kitab ‘Amalul Yaum Wal Lailah. Menampilkan hadits melalui

Utsman Bin Mathar dari Tsabit dengan lafalnya. Lalu beliau mengucapkan

“Assalamu’alaikum,wahai anak-anak.” Sedangkan dalam riwayatAbu Dawud melalui Humaid

dari Anas disebutkan,”Rasulullah sampai kepada kami,sedangkan waktu itu kami masih kanak-

kanak. Beliau memberi salam kepada kami dan menyuruhku hingga aku datang.” Al-Hafz

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

selanjutnya mengatakan,”dikecualikan jika salam kepada anak itu dikhawatir justru

menimbulkan fitnah. Dalam keadaan seperti ini salam tidak disyariatkan. Lebih lagi jika anak

yang diberi salam itu sendirian dan sudah baligh.

Adapun salam seorang anak kepada kedua orang tua atau kepada orang-orang dewasa

justru mesti dibiasakan agar ia memberikan salam terlebih dahulu. Khusus jika masuk ke dalam

rumah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah

bersabda,”yang berkendaraan member salam kepada yang berjalan kaki,yang berjalan kaki

kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak.” Dalam riwayat lain, yang muda

member salam kepada yang tua.

Tirmidzi meriwayatkan dari Anas ra. Bahwa ia berkata , Rasulullah bersabda, “wahai

anakku , jika engkau masuk ke dalam rumah orang tuamu maka ucapkanlah salam, karena hal itu

menjadi berkah bagimu dan juga bagi keluargamu.” (Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan

shahih)

Langkah-langkah yang perlu dilakukan guru dalam membudayakan mengucap salam

menurut Jalaluddin (2008:78) terdiri dari tiga tahapan. Pertama, tahap persiapan, dengan sub

kegiatan; (a) menyampaikan mengucapkan salam yang benar, (b) menyampaikan tujuan khusus

mengucapkan salam, (c) menjelaskan makna mengucapkan salam, dan (d) menyampaikan

hukum memberi dan menjawab salam. Kedua, pelaksanaan demonstrasi, dengan sub kegiatan;

(a) mengenalkan mengucapkan salam dari yang paling sederhana (Assalamu ‘Alaikum) sampai

pada tingkat kesempurnaan (Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh), (b) menyuruh

anak mengucapkan salam dengan benar baik secara kelompok maupun peorangan, dan (c)

memperbaiki ucapan-ucapan salam anak yang belum sempurna. Ketiga, mengakhiri kegiatan

demonstrasi anak dalam mengucapkan salam.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIS 2 - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6840/3/2012-1-86207-153408139-bab2-16082012092808.pdfIstilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai

Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dipahami, bahwa agar mengucapkan salam ini dapat

membudaya di tengah-tengah masyarakat muslim khususnya kepada anak-anak usia dini/TK,

maka sangat diperlukan kompotensi guru untuk menanamkan pembiasaan salam kepada anak.

Hal ini sudah dilakukan secara profesional oleh guru, sehingga ucapan salam ini sudah

membudaya pada anak,khususnya anak di TK Negeri Pembina Kecamatan Dungingi.