bab ii kajian teoretis dan hipotesis 1.1 media...

22
5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 1.1 Media Pembelajaran Penggunaan media pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh guru sebagai alat bantu untuk menjelaskan materi dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa untuk memahami materi yang dipelajari. Selain itu, media pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga prestasi belajar siswa lebih baik. Secara etimologis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantara”. Media berfungsi sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan. (Asyhar, 2012:4). Menurut Kemp (Asyhar, 2012:5), pesan yang masih berada pada pikiran (mind) pembicara tidak akan sampai ke penerima pesan apabila tidak dibantu dengan sebuah media sebagai perantara. Pesan akan sampai ke penerima apabila terjadi proses pengkodean (encoding) pesan tersebut. Jadi, sebelum sampai kepada penerima, pesan tersebut harus dikodekan terlebih dahulu melalui simbol verbal maupun non verbal. Setelah pesan itu diartikan oleh penerima pesan, barulah penerima pesan memberikan respon (umpan balik) kepada pengirim pesan. Di sinilah terjadi komunikasi efektif. Proses komunikasi yang dikemukakan Kemp dapat dilihat pada gambar 1.

Upload: phungphuc

Post on 06-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

1.1 Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh guru sebagai

alat bantu untuk menjelaskan materi dalam proses pembelajaran. Penggunaan

media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa untuk memahami materi yang

dipelajari. Selain itu, media pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam

kegiatan belajar mengajar sehingga prestasi belajar siswa lebih baik.

Secara etimologis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk

jamak dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantara”.

Media berfungsi sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari si pengirim

(sender) kepada si penerima (receiver) pesan. (Asyhar, 2012:4).

Menurut Kemp (Asyhar, 2012:5), pesan yang masih berada pada pikiran

(mind) pembicara tidak akan sampai ke penerima pesan apabila tidak dibantu

dengan sebuah media sebagai perantara. Pesan akan sampai ke penerima apabila

terjadi proses pengkodean (encoding) pesan tersebut. Jadi, sebelum sampai

kepada penerima, pesan tersebut harus dikodekan terlebih dahulu melalui simbol

verbal maupun non verbal. Setelah pesan itu diartikan oleh penerima pesan,

barulah penerima pesan memberikan respon (umpan balik) kepada pengirim

pesan. Di sinilah terjadi komunikasi efektif. Proses komunikasi yang

dikemukakan Kemp dapat dilihat pada gambar 1.

6

(Sumber: Asyhar, 2012:5)

Gambar 1. Proses Komunikasi Menurut Kemp

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media memiliki

peranan yang sangat penting, sebagai perantara yang dapat membantu

menyampaikan informasi kepada orang lain.

Pembelajaran (Instruction) diartikan sebagai proses interaktif antara guru

dan siswa yang berlangsung secara dinamis. Ini berbeda dengan istilah

“teaching” yang berarti mengajar. Teaching memiliki konotasi proses belajar dan

mengajar yang berlangsung satu arah dari guru ke siswa. Dalam hal ini, hanya

guru yang berperan aktif mengajar, sedangkan siswa bersifat pasif. (Asyhar,

2012:6).

Menurut Munadi (Asyhar, 2012:7), proses komunikasi dalam pendidikan

terjadi karena ada rencana dan tujuan yang diinginkan. Komunikasi antar pendidik

dan peserta didik dalam pembelajaran diefektifkan dengan menggunakan media

(channel). Bahasa adalah media yang membantu siswa untuk mendapatkan

mengerti gagasan atau ide guru. Konsep komunikasi dalam pembelajaran

Pesan

Diterima

Pengkodean

Pesan

Saluran Pesan

Diartikan Sumber

Pesan

Balikan

7

mangacu pada keseluruhan proses komunikasi informasi atau pesan dari sumber

(guru, mentri, atau bahan) kepada penerima (siswa) melalui media atau jaringan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa yang dapat memberikan

informasi dan pengetahuan.

Menurut Gerlach & Ely (Asyhar, 2012:8-9), media pembelajaran memiliki

cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi, atau kajian yang

membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencakup semua

sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran,

sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hadware), seperti komputer,

televisi, projektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat

keras itu.

Briggs (Hamid, 2011:150) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah

alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film,

rekaman video, dan media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi

peserta didik supaya terjadi proses belajar.

Beberapa langkah/tindakan yang dapat dilaksanakan oleh guru

terkait dengan penggunaan media pembelajaran, antara lain:

1) Mengkaji bentuk media pembelajaran yang ada.

2) Mengkaji segenap hal yang terkait dengan penggunaan media

pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan

pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan motivasi

peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan

balikan dan penguatan, sampai dengan perhatian perbedaan

karateristik peserta didik.

3) Merancang media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan

tujuan penggunaannya (ceramah, diskusi, eksperimen, simulasi dan

lain sebagainya).

8

4) Membahas rancangan penggunaan bentuk media pembelajaran

dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mendapatkan

tanggapan, bimbingan, bantuan dan arahan.

5) Apabila diperlukan, terhadap penerapan media pembelajaran

tertentu yang kurang dikuasai, mencari bantuan ahli yang berasal

dari dalam maupun luar sekolah.

6) Menyusun rencana kerja penggunaan media pembelajaran.

(Agung, 2010:62)

Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi bahwa suatu media itu cocok

dijadikan media pengajaran dan pembelajaran, adalah:

a) Tujuan pembelajaran;

b) Karakteristik siswa;

c) Modalitas belajar siswa (audio, visual, dan kinestetis); serta

d) Lingkungan ataupun ketersediaan fasilitas pendukung.

(Hamid, 2011:152)

Sudjana dan Rivai (Arsyad, 2011:24-25) mengemukakan

manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, adalah:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar;

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan

mencapai tujuan pembelajaran;

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau

guru mengajar pada setiap jam pelajaran;

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan

lain-lain.

Berdasarkan pengertian di atas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai

segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu

9

sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif

dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.

1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu, untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. (Ambarjaya, 2012:93).

Eggen dan Kauchak (Trianto, 2007:42) menyatakan bahwa, pembelajaran

kooperatif merupakan kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa

bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang melibatkan

siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok, tanpa memandang tingkat

kemampuan siswa yang tinggi, sedang, dan rendah untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang dirumuskan.

Ada empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Adanya peserta dalam kelompok;

2) Adanya aturan kelompok;

3) Adanya upaya belajar setiap kelompok;

4) Adanya upaya yang harus dicapai dalam kelompok belajar.

(Ambarjaya, 2012:94)

Lungren (Trianto, 2007:47) menyebutkan bahwa unsur-unsur

dasar yang perlu ditanamkan kepada siswa agar pembelajaran

kooperatif dapat berjalan efektif adalah:

1) Para siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka

“tenggelam” atau “berenang” bersama;

10

2) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain

dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri

sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi;

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki

tujuan yang sama;

4) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab

sama besarnya di antara para anggota kelompok;

5) Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang

akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota

kelompok;

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerjasama selama belajar; dan

7) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

membentuk kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok.

(Trianto, 2007:48-49)

11

1.3 Macromedia Flash

Macromedia flash adalah salah satu program aplikasi yang digunakan untuk

mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau

halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak

dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi

bentuk lain, dan masih banyak lagi yang lain. Adapun animasi-animasi objek

grafis tersebut dapat dikerjakan dengan macromedia flash.

Macromedia Flash merupakan standar profesional yang digunakan untuk

membuat animasi di web. Sejak keberadaannya pertama kali dan digunakan oleh

beberapa situs web untuk membuat animasi intro dan permainan, sehingga

membuat banyak orang tertarik untuk menggunakannya. Macromedia flash juga

mengenalkan bagaimana membuat movie clip, animasi frame, animasi tween

motion, serta perintah action script-nya.

Beberapa kemampuan macromedia flash lainya adalah sebagai

berikut:

1) Dapat membuat animasi gerak (motion tween), perubahan bentuk

(shape tween), dan perubahan dan transparansi warna (color effect

tween).

2) Dapat membuat animasi masking (efek menutupi sebagian objek

yang terlihat) dan animasi motion guide (animasi mengikuti jalur).

3) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek

yang lain.

4) Dapat membuat animasi logo, animasi form, presentasi

multimedia, game, kuis interaktif, simulasi/visualisasi.

5) Dapat dikonversi dan di-publish ke dalam beberapa tipe seperti

*.swf, *.html, *.gif, *.jpg, *.png, *.exe dan *.mov.

(Asyhar, 2012: 187).

a) Pengenalan Macromedia Flash

Macromedia flash terdiri dari beberapa bagian yang terlihat pada layar,

perhatikan gambar 2 di bawah ini.

12

1) Menu Bar merupakan barisan menu yang berisi perintah yang

digunakan pada Macromedia Flash

2) Tool panels merupakan barisan menu yang ditandai dengan berbagai

ikon dan merupakan jalan pintas untuk menjalankan menu.

3) Stage merupakan bagian dari Macromedia Flash yang digunakan

untuk membuat dan meletakkan objek.

4) Timeline merupakan fasilitas yang digunakan untuk membuat,

mengatur format animasi yang akan dirancang. Timeline terdiri dari

tiga bagian yaitu Scene, Layer, dan Frame.

5) Panel berfungsi untuk mengontrol atau memodifikasi berbagai atribut

pada objek atau animasi secara tepat.

6) Properties berfungsi untuk mengatur properti objek yang aktif.

(http://blogriki.files.wordpress.com/2012/03/modulanimasiflash.pdf)

Gambar 2. Pengenalan Macromedia Flash

13

b) Cara Memulai/Membuat Dokumen Baru

Pilih Menu File -> New -> Ok

c) Mengimport File

Klik Menu File -> Import -> Import to the Stage -> Pilih Foto -> Open

(http://blogriki.files.wordpress.com/2012/03/modulanimasiflash.pdf)

(http://blogriki.files.wordpress.com/2012/03/modulanimasiflash.pdf)

Gambar 3. Membuat Dokumen Baru

Gambar 4. Mengimport File

14

d) Menyimpan File

Pilih Menu File -> Save -> Pilih Tempat Penyimpanan -> Nama File -> Ok

1.4 Minat Belajar

1.4.1 Pengertian minat belajar

Salah satu faktor utama untuk mencapai kesuksesan dalam segala bidang,

baik berupa studi, hobi, kerja dan aktivitas apapun adalah minat. Tumbuhnya

minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu

dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih fokus, mudah untuk

mengingat, memahami dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya.

Hilgard (Slameto, 2010:57) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai

berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some

activity or content”.

(http://blogriki.files.wordpress.com/2012/03/modulanimasiflash.pdf)

Gambar 5. Menyimpan File

15

Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian,

karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum

tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan

perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. (Slameto, 2010:57).

Minat merupakan kesadaran seseorang, bahwa suatu subjek, seseorang,

suatu soal atau suatu situasi yang mengandung sangkut-paut dengan dirinya.

(Arikunto, 2010:217).

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas

akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat

pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan

sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar

minat. (Djamarah, 2008:166).

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat

pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang

memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian

yang lebih besar terhadap subyek tersebut. (Slameto, 2010:180)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah

suatu kecenderungan yang tetap berlangsung secara terus menerus yang didasari

rasa senang, ketertarikan terhadap suatu objek serta ikut terlibat di dalamnya.

16

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang

menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat

menambah kegiatan belajar.

Dari tinjauan di atas, minat belajar adalah proses penyesuaian diri atau

tingkah laku siswa yang dilandasi rasa senang, ketertarikan terhadap suatu

pelajaran untuk memperhatikan dan ikut terlibat dalam aktivitas belajar karena

menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang dipelajari tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, indikator-indikator yang dapat digunakan

untuk mengetahui berminat atau tidaknya siswa dalam proses pembelajaran

berlangsung yaitu partisipasi, perhatian, dan perasaan senang.

1) Partisipasi

Partisipasi merupakan salah satu penyebab timbulnya minat siswa dalam

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan

aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran dengan

aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan,

diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.

Partisipasi dapat menimbulkan kreativitas, origunalitas, inisiatif, dan

memberikan kesempatan terwujudnya ide-ide. Maka perlulah untuk memberi

kesempatan kepada anak-anak untuk berpartisipasi pada segala kegiatan.

(Mustaqim dan Wahib, 2010:76).

17

Partisipasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan siswa dapat berupa

bertanya, mengajukan pendapat dan menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam

berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat inti sari

dari pelajaran yang disajikan oleh guru. (Slameto, 2010:36).

2) Perhatian

Perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan seorang siswa dalam

hubungannya dengan pemulihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.

Perhatian dapat timbul secara langsung, karena pada siswa sudah ada kesadaran

akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang diperolehnya. Perhatian tidak

langsung baru timbul bila dirangsang oleh guru dengan penyajian pelajaran yang

menarik, juga dengan menggunakan media yang merangsang siswa berpikir,

maupun menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

(Slameto, 2010:36).

3) Perasaan senang

Rasa senang merupakan reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu,

seseorang atau situasi tertentu. Antara minat dan berperasaan senang terdapat

hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang

berperasaan tidak senang juga akan kurang berminat untuk belajar dan sebaliknya.

Rasa senang dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan

bahwa siswa lebih merasa nyaman dan menyukai suatu hal daripada hal yang lain.

1.4.2 Fungsi Minat dalam Pembelajaran

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang

dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius

18

dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Fungsi minat belajar

pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi

yang diharapkan untuk mempelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu.

Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau

kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya,

memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. (Slameto, 2010:180).

Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai

peranan dalam melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya

pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar.

Menurut Tanner & Tanner (Slameto, 2010:181) menyarankan bahwa “para

pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat

dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan

antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang

lalu mengurangi kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang”.

Fungsi minat dalam belajar lebih besar, yaitu sebagai kekuatan yang

mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan

tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya

hanya menerima pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit

untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk

memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat

terhadap pelajaran sehingga akan mendorong siswa untuk terus belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi minat dalam

pembelajaran sebagai kekuatan siswa dalam melakukan kegiatan untuk

19

meningkatkan kreativitas pembelajaran dan menghubungkan bahan pelajaran

dengan pengalaman siswa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

1.5 Kajian Materi Kalor

1. Pengertian kalor

Kalor merupakan energi panas suatu benda, dimana energi yang ditranfer

dari satu benda ke benda yang lainnya disebabkan adanya perbedaan temperatur.

Aliran kalor ini selalu dalam arah yang cenderung menyamakan temperatur. Jika

dua buah benda dengan temperatur yang berbeda disentuhkan cukup lama

sehingga temperatur keduanya sama, keduanya dikatakan dalam keadaan

setimbang termal. Sebagai contoh, ketika termometer demam pertama kali

dimasukkan ke mulut pasien, kalor mengalir dari mulut pasien ke termometer.

Ketika pembacaan temperatur berhenti naik, termometer setimbang dengan mulut

orang tersebut dan temperaturnya sama. (Giancoli, 2001:489)

2. Kalor sebagai tranfer energi

Kalor mengalir dengan sendirinya dari suatu benda yang temperaturnya

lebih tinggi ke benda lain yang temperaturnya lebih rendah. Kalor sangat

berhubungan dengan kerja dan energi. Satuan umum untuk kalor sering disebut

kalori (kal) dan didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan

temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Kisaran temperatur khusus dari

14,5oC – 15,5

oC ditentukan karena kalor yang diperlukan sedikit berbeda pada

temperatur yang berbeda. Perbedaannya kurang dari 1 persen dalam jangkauan 1-

100oC dan sering diabaikan pada sebagian kasus. Yang sering digunakan dari

kalori adalah kilokalori (kkal), yang besarnya 1000 kalori. Dengan demikian 1

20

kkal adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 kg air sebesar

1oC. (Giancoli, 2001:489)

Percobaan yang dilakukan oleh seorang ilmuan Inggris, James Prescott

Joule (1818-1889) membuktikan secara kuantitatif bahwa kerja 4,186 joule (J)

ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal sebagai tara kalor

mekanik. Sehingga dapat dituliskan:

4,186 J = 1 kal

4,186 x 103 J = 1 kkal.

(Giancoli, 2001:489)

3. Perpindahan kalor

Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke benda yang lainnya melalui

tiga cara, yaitu secara konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi

(pancaran). (Giancoli, 2001:501)

a) Perpindahan kalor secara konduksi (hantaran)

Ketika sebuah batang logam yang dipanaskan salah satu ujungnya atau

sebuah sendok yang diletakkan ke dalam secangkir kopi yang panas, beberapa

saat kemudian ujung sendok yang kita pegang akan menjadi panas walaupun tidak

bersentuhan langsung dengan sumber panas. Peristiwa itu merupakan salah satu

perpindahan kalor secara konduksi (hantaran), dimana kalor dihantarkan dari

ujung panas ke ujung yang lebih dingin. Konduksi atau hantaran hanya terjadi

pada benda yang memiliki suhu berbeda. (Giancoli, 2001:501)

Konduksi kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasil

tumbukan molekul-molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan, molekul-

21

molekul di tempat itu bergerak lebih cepat. Sementara itu, tumbukan dengan

molekul-molekul yang langsung berdekatan lebih lambat, mereka mentransfer

sebagian energi ke molekul-molekul lain, yang lajunya kemudian bertambah.

Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfer sebagian energi mereka dengan

molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan demikian, energi gerak

termal ditransfer oleh tumbukan molekul sepanjang benda. Hal inilah yang

mengakibatkan terjadinya konduksi. (Giancoli, 2001:501)

Konduksi atau hantaran kalor hanya terjadi bila ada perbedaan suhu.

Berdasarkan eksperimen, menunjukkan bahwa kecepatan hantaran kalor melalui

benda yang sebanding dengan perbedaan suhu antara ujung-ujungnya. Kecepatan

hantaran kalor juga bergantung pada ukuran dan bentuk benda. Untuk mengetahui

secara kuantitatif, perhatikan hantaran kalor melalui sebuah benda pada gambar di

bawah ini.

Besarnya kalor Q tiap selang waktu

tertentu dirumuskan sebagai berikut:

l

TAk

t

Q

.

Ket:

Q = kalor yang dihantarkan (J)

∆𝑡 = selang waktu yang diperlukan (s)

k = kostanta pembanding/konduktivitas termal zat (J/s.m.oC)

A = luas penampang lintang batang (m2)

Gambar 6. Proses Konduksi

22

∆𝑇 = beda suhu antara kedua ujung benda (oC)

l = jarak antara kedua benda yang berbeda suhunya (m)

(Giancoli, 2001:501-502)

b) Perpindahan kalor secara konveksi (aliran)

Walaupun zat cair dan gas umumnya bukan merupakan penghantar kalor

yang baik, namun dapat mentransfer kalor cukup cepat dengan konveksi (aliran).

Konveksi atau aliran kalor adalah proses di mana kalor ditransfer dengan

pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. (Giancoli, 2001:504)

Bila pada konduksi melibatkan molekul (elektron) yang hanya bergerak

dalam jarak yang kecil dan bertumbukan, konveksi melibatkan pergerakan

molekul dalam jarak yang besar. Tungku dengan udara yang dipanaskan dan

kemudian ditiup oleh kipas angin ke dalam ruangan termasuk contoh konveksi

yang dipaksakan. Konveksi alami juga terjadi, misalnya udara panas akan naik,

arus samudra yang hangat atau dingin, angin, dan sebagainya.

(Giancoli, 2001:504)

Perhatikan gambar di bawah ini yang

menunjukkan bahwa sejumlah air di dalam panci

yang dipanaskan, arus konveksi terjadi karena

perbedaan kalor. Air di bagian bawah naik karena

massa jenisnya berkurang dan digantikan oleh air

yang lebih dingin di atasnya.

(Giancoli, 2001:504)

Gambar 7. Proses Konveksi

23

c) Perpindahan kalor secara radiasi

Perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi memerlukan adanya materi

sebagai medium untuk membawa kalor dari daerah yang lebih panas ke daerah

yang lebih dingin. Akan tetapi, perpindahan kalor secara radiasi (pancaran) terjadi

tanpa medium apapun. (Giancoli, 2001:506)

Semua kehidupan di dunia ini bergantung pada transfer energi dari

Matahari, dan energi ini ditransfer ke Bumi melalui ruang hampa (hampa udara).

Bentuk transfer energi ini dalam bentuk kalor yang dinamakan radiasi, karena

suhu Matahari jauh lebih besar (6.000 K) daripada suhu permukaan bumi. Radiasi

pada dasarnya terdiri dari gelombang elektromagnetik. (Giancoli, 2001:507)

Radiasi dari Matahari terdiri dari cahaya

tampak ditambah panjang gelombang lainnya

yang tidak bisa dilihat oleh mata, termasuk

radiasi inframerah (IR) yang berperan dalam

menghangatkan bumi.

Kecepatan atau laju radiasi kalor dari sebuah benda sebanding dengan

pangkat empat suhu mutlak (μ ∝ T4) benda tersebut. Sebagai contoh, sebuah

benda pada suhu 2.000 K, jika dibandingkan dengan benda lain pada suhu 1.000

K, akan meradiasikan kalor dengan kecepatan 16 (24) kali lipat lebih besar.

Kecepatan radiasi juga sebanding dengan luas A dari benda yang memancarkan

kalor. Dengan demikian, kecepatan radiasi kalor meninggalkan sumber tiap selang

waktu tertentu (Q/Δt ) dirumuskan:

Gambar 8. Proses Radiasi

24

4TAet

Q

, atau 4

2

4

1 TTAet

Q

Ket:

Q = kalor yang dipancarkan benda (J)

e = emisivitas bahan/benda

σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8

W/m2K

4)

A = luas penampang benda (m2)

T1 = suhu mutlak benda (K)

T2 = suhu mutlak lingkungan (K)

Δt = selang waktu yang diperlukan (s)

(Giancoli, 2001:507 )

1.6 Kajian Penelitian Yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti antara lain:

1) Pengaruh penggunaan macromedia flash terhadap motivasi dan prestasi

belajar mata diklat las busur manual di SMK Negeri 2 Pengasih. (Taharudin,

2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

penggunaan macromedia flash terhadap motivasi belajar siswa yang

mendapatkan mata diklat Las Busur Manual pada praktek pembuatan jalur las

posisi bawah tangan di SMK N 2 Pengasih. Hal ini dapat dilihat dari hasil

penelitian pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan

macromedia flash memiliki skor motivasi yang lebih tinggi dari pada kelas

kontrol yang diberikan pembelajaran secara konvensional. Pada kelas

eksperimen rata-rata skor motivasi belajar siswa sebesar 73,53. Sedangkan

25

pada kelas kontrol skor rata-rata lebih rendah yaitu sebesar 68,82. Perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti menggunakan media

pembelajaran pada materi kalor, pada peneliti sebelumnya menggunakan

media pembelajaran pada materi Las Busur Manual. Pada pengumpulan data

hasil belajar siswa peneliti menggunakan instrumen tes uraian, pada peneliti

sebelumnya menggunakan instrumen tes objektif.

2) Pengaruh penerapan metode ceramah plus demonstrasi latihan (CPDL) yang

diintegrasikan dengan media animasi flash terhadap hasil belajar siswa pada

materi siklus hidrologi. (Kawii A, 2012). Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan

metode CPDL yang diintegrasikan dengan animasi flash dengan hasil belajar

siswa yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti menggunakan media

pembelajaran pada materi kalor untuk mengetahui minat belajar siswa, pada

peneliti sebelumnya menggunakan media pembelajaran pada materi siklus

hidrologi untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3) Pengembangan media pembelajaran fisika berbasis macromedia flash pada

pokok bahasan hukum gerak newton. (Rahayu, 2012). Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa media pembelajaran fisika berbasis macromedia flash

untuk sekolah menengah atas kelas X pokok bahasan hukum gerak newton

telah memenuhi syarat kelayakan. Hal ini dapat dilihat pada persentase rata-

rata hasil angket respon siswa yang menunjukkan bahwa rata-rata 99,4 %

siswa senang terhadap media pembelajaran fisika menggunakan macromedia

26

flash, 92,3 % siswa menyatakan bahwa pembelajaran fisika dengan

menggunakan macromedia flash baru bagi mereka, 96,2 % siswa berminat

untuk mengikuti pembelajaran fisika menggunakan macromedia flash, 96,2 %

siswa mengaku menyukai penampilan media pembelajaran fisika yang

digunakan dan 94,9 % siswa menyatakan paham dan jelas bahasa yang

digunakan dalam media pembelajaran fisika menggunakan macromedia flash.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti

menggunakan media pembelajaran pada materi kalor untuk mengetahui minat

belajar siswa, pada peneliti sebelumnya menggunakan media pembelajaran

pada materi hukum gerak newton. Perbedaan yang lainnya ditinjau dari lokasi

penelitian, waktu penelitian dan jumlah sampel penelitian.

1.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam

penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan yang signifikan antara minat belajar

siswa pada kelas yang penyajian materi menggunakan media berbasis

macromedia flash dan pada kelas yang penyajian materi menggunakan media

berbasis power point.