bab ii kajian pustaka 2.1 pengertian...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar
yang dilakukan oleh siswa di dalam pembelajaran pada saat itu. Pentingnya proses
belajar ini maka banyak ahli psikologi pendidikan yang telah mencurahkan
perhatian terhadap masalah belajar. Ini terlihat dengan banyaknya definisi belajar
yang berbeda-beda.
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup,sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan)
hingga liang lahat. Salah satu bertanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku, Siregar dan Nara (2010 :3).
Pendapat di atas didukung oleh Withernington (dalam Nanang dan Cucu
2009:7) yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon baru yang
membentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Senada
dengan pendapat tersebut, Gagne, Berliner, dan Hilgard (dalam Nanang dan Cucu
(2009:7) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proes perubahan perilaku yang
muncul karena pengalaman. Senada dengan Slameto (2010:2) menyatakan bahwa
belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
9
Sama halnya yang dikemukakan oleh Whittaker (dalam Djamrah 2011:12)
merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. Sejalan dengan Mahmud (dalam Subini, dkk
2012:83) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang
yang terjadi karena pengalaman. Pengertian lain menurut Hamalik (dalam Subini,
dkk 2012:4) belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseoarang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku berkat pengalaman dan
latihan. Siregar dan Nara (2010:4-5) belajar adalah sebuah proses kompleks yang
didalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :
1. Bertambahnya jumlah pengetahuan
2. Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi
3. Adanya penerapan pengetahuan
4. Menyimpulkan makna
5. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas
6. Adanya perubahan sebagai pribadi
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut :
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh lagsung dari
proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
10
c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experice.(Belajar
adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
d. Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to
listen, to follow direction. (dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
e. Geoch
Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah
perubahan performance sebagai hasil latihan
f. Morgan
Learning is any relativaely permanent change in behavior that is a result of
past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman. (dalam Suprijono, 2009:2)
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses di
mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
2. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik
yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa
penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
11
3. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani,
kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilai-
nilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan
dengan aspek psikis dan fisik).
4. Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
2.2 Aktivitas Belajar
Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang
sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran
yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal. Dengan bekerja
siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta pe rilaku
lainnya, termasuk sikap dan nilai. Proses pembelajaran yang berlangsung di
kelas, sebetulnya sudah banyak melibatkan akademik aktivitas siswa di dalam
kelas. Siswa sudah banyak dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan,
memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru. Serta
dimungkinkan siswa aktif bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan aktivitas berasal dari
kata kerja akademik aktif yang berarti giat,rajin,selalu berusaha bekerja atau
belajar dengan sung guhsungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008:32). Dengan demikian Aktivitas belajar
adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran
(Sardiman,dalam Rofiqoh 2012:34). Dalam hal ini keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai
dengan Hakim (dalam Rofiqoh 2012:34) yang mengemukakan bahwa
12
aktivitas belajar yang dilakukan secara kontinu menentukan tinggi
rendahnya hasil belajar siswa.
Sedangkan Menurut Djamrah (2008:38) belajar bukanlah proses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, membaca, memandang, mengingat, berpikir, latihan atau praktek dan sebagainya. Djamrah (2008:38-45) menjelaskan bahwa aktivitas-aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu mendengarkan, memandang, meraba,membau dan mencicipi/mengecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel,diagram-diagram dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja, mengingat, berpikir, serta latihan atau prektek. Aktivitas-aktivitas belajar yang telah diuraikan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Mendengarkan Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Diakui bahwa aktivitas mendengarkan bukan satu-satunya aktivitas belajar. Hal ini disebabkan karena ada orang yang tuna rungu yang belajar tidak menggunakan aktivitas mendengarkan, tetapi hanya melalui visual (penglihatan). Sungguhpun begitu, tidak dapat disangkal bahwa aktuvitas mendengarkan adalah aktivitas belajar yang diakui dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal persekolahan, ataupun non-formal.
2. Memandang Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi aktivitas memandang. Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar, tapi perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang berarti belajar. Aktivitas memandang dalam arti belajar di sini adalah aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif.
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap Aktivitas meraba,membau dan menccicipi/mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba,membau dan mengecap dapat memberikan kesempatan seseorang untuk belajar. Teuntu saja aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian aktivitas meraba,membau dan mengecap dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh tingkah laku.
4. Menulis atau mencatat Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk dalam aktivitas belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menayadari kebutuhan dan tujuannya,
13
serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagai pencapaian tujuan belajar.
5. Membaca Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah maupun perguruan tinggi. Jika belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pebgetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan .
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi Ikhtisar atau ringkasan memang sangat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan dating. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting perl diberi garis bawah (underline). Hal ini sangat membantu dalam menemukan kembali materi dikemudian hari bila diperlukan.
7. Mengamati tabel-tabel,diagram-diagram dan bagan-bagan Semua tabel, diagram, dan bagan yang dihadirkan di buku tidak lain adalah dalam rangka memperjelas penjelasan yang penulis uraikan. Penulis sadar bahwa penjelasan yang dibuat tidak dapat memberikan gambaran kesan yang baik jika tidak dibantu dengan menghadirkan tebel, diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam waktu yang relatif singkat.
8. Menyusun paper atau kertas kerja Dalam menyusun paper tidak sembarangan. Tetapi harus metodologis dan sistematis. Metodologis atrinya menggunakan metode-metode tertentu dalam penggarapannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir yang logis dan kronologis. Ketika seseorang hendak membuat paper, bukan harus mempersoalkan judulnya, tetapi yang harus dipermasalahkan adalah masalahnya. Masalah itu topic yang harus dianggap sebagai masalah. Dari masalah/topic dapat dikembangkan menjadi judul. Uraian tersebut termasuk ke dalam kategori aktivitas belajar.
9. Mengingat Ingatan adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi mengenai ingatan tersebut ada tiga fungsi, yairu: memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali kea lam sadar. Mengingat adalah suatu aktivitas belajar. Tidak ada seorangpun yang tidak mengingat dalam belajar.
10. Berpikir Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu hubungan antar sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.
11. Latihan atau praktek Learning by doing adalah konsep pembelajaran yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari
14
rumus matematika atau rumus bahasa inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan terlupakan jika jika tidak didukung olh latihan. Disinilah diperlukan latihan sebanyak-banyaknya,dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal. Pendapat di atas senada dengan Dierich dalam Hamalik (dalam Fadly
2012:3) membagi aktivitas menjadi 8 kelompok yakni sebagai berikut :
a. Visual Activities : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain
bekerja/bermain,
b. Oral Activities : mengemukakan suatu fakta/prinsip, menghubungkan
suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan
pendapat, wawancara diskusi dan interupsi
c. Listening Activities : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan/diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan,
mendengarkan radio
d. Writing Activities : menulis cerita, laporan, bahan-bahan kopi, membuat
rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket
e. Drawing Activitie : menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan
sebagainya
f. Motor Activities : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun dan sebagainya
g. Mental Activities : menanggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
15
Berdasarkan pengetian aktivitas belajar yang diuraikan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah adalah segala bentuk atau kegiatan
untuk melakukan proses pembelajaran yang meliputi Visual Activities, Oral
Activities, Listening Activities, Writing Activities, Drawing Activitie, Motor
Activities, dan Mental Activities.
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar.Chatarina (dalam Isa 2011:48) Sedangkan
menurut Winkel (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya,dalam Isa 2011:48), hasil
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik di mana
setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Penilaian
hasil belajar dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran
dilaksanakan.Isa (2011:48)
Menurut Purwanto (dalam Rahmawaty 2012: 9) hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang
dikembangkan oleh Bloom yaitu mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Sejalan dengan Anderson dan Krathwohl (dalam Rofiqoh 2012:34) , Hasil
belajar adalah penguasaan produk yang mengacu pada perubahan kemampuan
bidang kognitif yang mencakup dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif yang dicapai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran
16
yang ditempuh selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan
pembelajaran yang ditetapkan.
Kedua pendapat di atas didukung oleh Purwanto (2008:44) Hasil belajar
seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang
menguasai bahan yang telah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar
tersebut diperlukan serangkaian pengukuran alat evaluasi yang baik dan
memenuhi syarat. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menujuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah suatu
perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw
materials) menjadi barang jadi (finished good). Belajar dilakukan untuk
mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan
perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tungkah lakunya, demikian yang dikemukakan oleh Winkel (dalam
Purwanto 2008:45). Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan
pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup
aspek kognitig, afektif dan psikomotor.
Pendapat di atas didukung oleh Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan-keterampilan. Adapun yang dikemukakan oleh Gagne (dalam
Suprijono 2009:5-6) hasil belajar berupa invormasi verbal, keterampilan
17
intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Senada dengan
pemikiran Bloom (dalam Suprijono 2009:6) bahwa hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif,afektif dan psikomotor.
Dengan konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari
proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran, oleh karena itu tes hasil
belajar sebagai alat untuk mengukur hasil belajar harus mengukur apa yang
dimahasiswai dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan intruknal yang
tercantum dalm kurikulim, demikian pendapat dari Zainal dan Nasortion (dalam
Purwanto 2008:45)
Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur subyektif dan unsur motoris.
Unsur subyektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsur
jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan
tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek
tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosi nal, hubungan social, jasmani, etis atau budi pekerti,Sikap
Menurut pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan Hasil belajar
bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku.
Perubahan prilaku seseorang dalam menguasai bahan yang telah diajarkan, yang
meliputu aspek-aspek perubahan yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan social, jasmani, etis atau budi
pekerti,Sikap
18
2.4 Pendekatan PAKEM
Awal mula-mula kata-kata PAKEM dikembangkan dari isilah AJEL (Active
Joyfull and Efective Learningektif, Kreatif). Kali pertama di Indonesia pada tahun
1999 di kenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan
Menyenangkan). Namun seiring dengan perkembangan MBS di Indonesia pada
tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari
Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan.(dalam Muhlich 2010:1)
PAKEM merupakan suatu singkatan dari P: Pembelajaran, A: Aktif, K: Kreatif, E: Efektif dan M: Menyenangkan. Pada dasarnya PAKEM didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut : 1. Tuntunan perundang-undangan
Undang-undang no. 20 tentang Sisdiknas, pasal 40, dimana salah satu ayatnya berbunyi :
“Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis dan PP no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.” 2. Asumsi dasar belajar siswa
Belajar dalam proses PAKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan atau makna. Dalam prosesenya seorang siswa yang sedang belajar, akan terlibat dalam proses social. Proses membangun makna dilakukan secara terus menerus (sepanjang hayat). (dalam Indarawati dan Setiawan 2009:9)
Menurut Asmani (2011:59) PAKEM adalah pendekatan yang
memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk
mengembangkan kegiatan keterampilan, sikap dan pemahamannya dengan
penekanan belajar sambil bekerja. Sementara guru menggunakan berbagai sumber
dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan.
19
Asmani (2011:60-61) menguraikan pengertian PAKEM yaitu pembelajaran
Aktif,Kreatif,Efektif dan Menyenangkan,yang diuraikan sebagai berikut :
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus
menciptakan Susana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakandan mengemukakan gagasan, sedangkan dalam kamus besar
Bahasa Indonesia (2008:49) aktif diartikan sebagai giat (bekarja,berusaha).
Menurut Uno dan Muhammad (2012:10) aktif adalah memposisikan guru sebagai
orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator
dalam belajar, sementara siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar
lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktif adalah suatu kegiatan yang
melibatkan siswa secara aktif bekerja dan berusaha memecahkan masalah dalam
proses pembelajaran.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa atau usaha guru
melibatkan siswa secara tepat terhadap suatu mata pelajaran yang presentasi
keterlibatan siswa yang tinggi dari waktu yang tersedia dengan
mempertimbangkan strategi mengajar yang mendukung terciptanya suasana
belajar akrab dan ramah, dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008:737) keatif
adalah memiliki daya cita, memiliki kemampuan untuk menciptakan,bersifat atau
mengandung daya cipta. Menurut Uno dan Muhammad (2012:12) pembelajaran
kreatif adalah salah satu strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas
mempelajari makna yang dia pelajari.
20
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreatif adalah kemampuan
seorang guru untuk bisa menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragam
sehingga siswa tidaj merasa jenuh dalam proses pembelajaran.
Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Keadaan
aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif,
yaitu idak menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung. Sebab belajar mempunyai tujuan yang harus dicapai,
menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2008:392) efektif adalah ada efeknya
(pengaruhnya, akibatnya, kesannya), dapat membawa hasil. Menurut Uno dan
Muhammad (2012:13) pembelajaran yang efektif adalah menghendaki agar siswa
yang belajar di mana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan
melalui kompetensi yang telah ditetapkan dan dalam waktu tertentu kompetensi
belajar dapat dicapai siswa dengan baik dan tuntas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektif adalah pembelajaran didesain
sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut ada maknanya untuk siswa atau
berkesan bagi siswa.
Menyenangkan adalah membuat suasana belajar mengajar yang jauh dari
rasa bosan dan takut (menyenangkan) sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”)
tinggi. Menurut hasil penelitian tingginya waktu curah perhatian anak ini terbukti
akan meningkatkan hasil belajar. http:www.zaen44c.wodpress.com di askes tgl 29
maret 2010 (dalam Asmani 2011:61).
21
Menurut Winarno (dalam 2009:111) pembelajaran aktif dimaksud bahwa dalam
proses pembelajaran guru menciptakan suasana demikian rupa sehingga siswa
aktif bertanya, mempertanyakan, mengamati,menanggapi, dan menggunakan
gagasan dan pendapatnya.Belajar memang merupakan proses aktif dari si
pembelajaran dalam membangun pengetahuannnya, bukan proses fasif yang
hanya menerima kucuran informasi guru tentang pengetahuan.
Pembelajaran yang kreatif adalah pembelajaran yang dapat mewadahi
pikiran, gagasan, kreativitas siswa.Ditinjau dari kegiatan siswa, pembelajaran
yang kreatif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merancang, membuat, berkreasi mengkomunikasikan gagasan, pendapat
atau pikirannnya melalui karya tertentu, baik secara tertulis atau tidak
tertulis.Ditinjau dari kegiatan guru, pembelajaran kreatif adalah pembelajaran
yang menuntut guru mengembangkan kegiatan belajar yang beragham untuk
siswa , membuat media pembelajaran yang berprestasi.
Pembelajarn yang efektif adalah pembelajaran yang dikelola sedemikian
rupa, sehingga dengan in-put yang ada dan proses belajar yang dikelola dapat
tercapai hasil seoptimal mungkin. Ditinjau dari kegiatan siswa, pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa terdorong dan mampu
menerapkan kesempatan belajar yang ada untuk menguasai kompetensi yang
dipelajari.Ditinjau dari kegiatan belajar efektif adalah pembelajaran yang
menuntut guru untuk memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada
siswa agar membangun kompetensinya. Untuk itu dominasi dalam pembelajaran
22
(misalnya melalui ceramah) harus dikurangi agar penguasaan kompetensi oleh
siswa dapat mencapai seoptimal mungkin.
. Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membuat
siswa nyaman, ,aman dan tenag hatinya karena tidak ada ketakutan (dicemooh,
dicela,diledekin), dalam mengaktualisasikan kemampuan dirinya. Ditinjau dari
kegiatan siswa pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang
dapat membuat siswa berani mencoba atau berbuat, berani mempertanyakan
gagasan orang lain.Ditinjau dari kegiatan guru, pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran yang menuntut agar dapat suasana belajar
menyenangkan dalam arti siswa tidak khawatir ditertawakan kemampuannya,
siswa tidak takut dianggap sepele.
Hidayati dan Yosita (dalam Rahmawaty 2012: 18) mengemukakan
PAKEM mengandung arti bahwa dalam proses pembelajaran guru perlu
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Menuurut Muhlich (2010:4), secara garis besar PAKEM dapat digambarkan
sebagai berikut :
23
PAKEM tidak hanya berlaku bagi siswa, namun juga dari sisi guru. Aktif dari sisi guru antara lain dengan : memantau kegiatan belajar siswa, member umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan gagasan siswa. Kreatif dari sisi guru dapat dilihat dari kegiatan yang dikembangkan cukup beragam dan pengembangan berbagai alat bantu pembelajaran (alat peraga). Efektif adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Menyenangkan dalam arti guru harus mengkondisikan anak untuk tidak takut salah, takut ditertawakan atau dianggap remeh.
Dari sisi siswa, aktif akan kelihatan dari aktivitasnya untuk bertanya, mengemukakan gagasan, dan mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. Kreatif adalah siswa dapat merancang atau membuat sesuatu dan menulis atau mengarang. Efektif mempunyai makna bahwa siswa dapat menguasai keterampilan yang diperlukan. Sedangkan Menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat anak berani mencoba, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat/gagasan dan berani mempertanyakan gagasan orang lain.(dalam Muhlich 2010:5)
Menurut UNESCO dan UNICEF (dalam Asmani 2011:83), cirri-ciri
PAKEM adalah sebagai berikut : 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning by do).
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memanjang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
2.4.1 Proses Pelaksanaan PAKEM
Dalam pelaksanaan PAKEM ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu:
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
2. Mengenal anak secara perorangan
3. Memanfaatkan prilaku anak dengan pengorganisasian belajar
24
4. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis,kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
8. Membedakan aktif fisik dan aktif mental
2.4.2 Kelebihan PAKEM
PAKEM merupakan pendekatan yang efektif untuk diterapkan dalam
pembelajaran. Muhammad Jauhar (dalam Rahmawaty 2012: 29) mengemukakan
dua alasan perlunya pendekatan PAKEM diterapkan di sekolah yaitu:
a. PAKEM lebih memungkinkan siswa dan guru untuk sama-sama aktif
dalam pembelajaran.
b. PAKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama.
Berdasarkan kelebihan PAKEM di atas, siswa aktif untuk membangun
sebuah gagasan, sedangkan guru aktif memberikan arahan, bimbingan, dan
motivasi kepada siswanya. Selain itu, guru mengupayakan segala cara secara
kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan
siswa juga didorong untuk kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru,
materi pelajaran, dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil belajar dapat
meningkat.
2.4.3 Kelemahan PAKEM
Sebagaimana keterangan di atas PAKEM menuntut seorang guru untuk
aktif dan kreatif dalam mengembangkan ilmu dan wawasanya, sehingga mampu
25
memberikan inspirasi dan motivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan
kreativitasnya. Apabila guru pasif, maka tujuan PAKEM tidak akan tercapai.
(dalam Asmani 2011:120).
Kelemahan lainnya adalah program ini mengharuskan seseorang guru
berperan aktif,proaktif dan kreatif dalam mencari dan merancang media/bahan
ajar alternative yang mudah,murah dan sederhana, namun tetap releven dengan
tema pelajaran yang sedang di pelajarai. Penggunaan perangkat multimedia
seperti ITC sungguh sangat ideal,tetapi tidak semua sekolah mampu
mengaksesnya. Hal ini jelas akan menjadi bomerang bagi guru, ketika ia tidak
memiliki kemampuan untuk memenejemn atau menguasai yang harus ada untuk
melakukan metode pembelajaran PAKEM.
2.5 Pembelajaran Sains
2.5.1 Pengertian Sains
Menurut Widowati (2008:2) Istilah sains berasal dari bahasa latin scientia
yang berarti pengetahuan. Namun pernyataan ini terlalu luas dalam
penggunaannya sehari-hari. Dalam arti sempit sains adalah disiplin ilmu yang
terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi).
Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,
mineralogi, meteorology, dan fisika, sedangkan life science meliputi biologi
(anatomi, fisiologi, zoology, sitologi, embriologi, mikrobiologi). Conant (dalam
Usman,dalam Widowati 2008:2) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan
konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh
sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan
26
dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (dalam Widowati 2008:2)
mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui
observasi dan eksperimen yang terkontrol.
Sains menurut Depdiknas (dalam Anggraini, dalam Runengsih 2012:8)
adalah ilmu yanga mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Sains
memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan empiric
yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas.
Sejalan dengan pemikiran Trianto (dalam Anggraini, dalam Runengsih
2012:8) IPA/ Sains adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah, metode ilmiah berupa observasi dan eksperimen sertamenuntut
sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu :
a) Kemampuan mengetahui yang diamati
b) Kemampuan memprediksi apa yang diamati dan kemampuan untuk
menguji tindak lanjut hasil eksperimen
c) Dikembangkannya sikap ilmiah
Sedangkan menurut Sumadji dkk (dalam Anggraini, dalam Ronengsih
2012:8-9) bahwa sains adalah suatu disiplin ilmu yang terdiri atas Physical
science dan Life science. Yang termasuk dalam Physical science adalah ilmu
astronomi, kimia, geologi, meniralogi, dan fisika sedangkan life science meliputi
biologi, zoologo dan fisiologi.
27
Penerapan Ipa juga memiliki peranan penting dalam perkembangan
peradaban manusia, baik dalam hal manusia mengembangkan teknologi yang
dipakai untuk menunjang kehidupannya, maupun dalam hal menerapkan konsep
IPA dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peranan para pakar tentang
ruang lingkup IPA sebagaimana dilakukan oleh Sarkim (dalam Hendri-Mulyana,
dalam Runengsih 2012:9-11) maka hakikat IPA dapat dikategorikan dalam tiga
dimensi yaitu :
a. IPA sebagai Produk IPA sebagai produk, kita mempelajari fakta, konsep, hukum, dan teori yang ditemukan atau dikemukakan oleh para ahli. Semua pembahasan sesungguhnya didasarkan pada hasil temuan/pemikiran para ahli yang telah didokumentasikan dalam tulisan-tulisannya. Kita tentu tahu bahwa hasil temuan atau pemikiran para ahli tentang alam sangat banyak jumlahnya. Setiap saat para ahli senantiasa berpikir, meneliti dan menghasilkan temuan-temuan baru. Karena itu produk ilmu yang mereka hasilkan juga selalu bertambah dari waktu ke waktu. Karena ilmu senantiasa berkembang, seberapahebatnya seseorang menguasai ilmu dia akan tetap ketinggalan. Oleh karena hal lain yang harus dilakukan selain mempelajari ilmu. Ilmu sebagai produk adalah mempelajari bagaimana cara mencari dan mengembangkan ilmu.
b. IPA sebagai Proses Keterampilan proses dalam IPA meliputi hal-hal berikut: 1. Keterampilan mengamati
Kemampuan pengamatan sangat diperlukan dalam bekerja ilmiah. Mengamati merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran tentang suatu benda atau suatu fenomena. Tanpa adanya kemampuan mengamati, kita tidak akan mendapatkan gambaran yang baik sehingga tidak akan dapat mengembangkan ilmu.
2. Keterampilan menafsirkan dan menarik kesimpulan Menafsirkan mencakup keterampilan untuk menghubungkan hal yang satu dengan hal yang lainnya, misalnya antara data yang satu dengan data yang lainnya atau antara apa yang baru diamati dengan sesuatu yang sudah ada dalam piiran kita. Keterampilan menafsirkan membantu kita dalam menemukan persamaan, perbedaan, pola, dan keteraturan. Setelah menafsirkan langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan.
28
3. Mengkomunikasikan Keterampilan berkonunikasi mencakup keterampilan menyampaikan dan menerima informasi. Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi mencakup keterampilan menggunakan bermacam bentuk komunikasi baik lisan mauapun tulisan. Dalam komunikasi ilmiah, sering dituntut kemampuan untuk menyajikan dan membaca informasi secara mudah dan akurat, misalnya membaca dan membuat grafik, table atau diagram.
c. IPA sebagai sikap Sains bukan hanya produk dan proses, tetapi juga sikap. Dalam usaha untuk menghasilkan karya ilmiah, seorang ilmuwan selama bekerja dengan metode ilmiah harus disertai sikap ilmiah. Sikap ilmiah pada dasarnya terbentuk karena sifat sains itu sendiri. Misalnya, dalam sains kebenaran adalah suatu yang sementara. Suatu yang diyakini benar saat ini bisa saja ternyata salah atau perlu perbaikan masa mendatang. Sikap ilmiah meliputi sikap yang ojektif,jujur,kritis,bertanggung jawab, dan terbuka merupakan sikap-sikap ilmiah yang juga merupakan bagian dari IPA yang jugaharus ditanamkan pada siswa.
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas bahwa IPA adalah sebuah proses
memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam yang meliputi aspek
biologi, fisis dan khemis. Sedangkan hakikat IPA dapa dipandang sebagai
sikap,proses,produk serta aplikasi pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
2.5.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP dalam Runengsih 2012:11) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam cptaan-Nya
b. Mengembangkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehhidupan sehari-hari
c. Mengemukakan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubngan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
d. Mengembangkan keterampilan pproses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya
29
2.6 Materi Bunyi
2.6.1 Karakteristik Bunyi
Gelombang bunyi merambat di udara, karena biasannya getaran udaralah
yang memaksa gendang telinga kita bergetar. Tetapi gelombang bunyi juga dapat
merambat di materi lain. Dua batu yang saling menumbuk di bawah air dapat
didengar oleh perenang di bawah permukaan, karena getaran dibawa ke telinga
oleh air. Ketika Anda melekatkan kita telinga ke tanah, kita bisa mendengar
kereta api atau truk yang mendekat. Pada kasus ini tanah tidak benar-benar
menyentuh gendang telinga, tetapi gelombang longitudinal yang ditransmisikan
oleh tanah tetap disebut gelombang bunyi, karena getarannya menyebabkan
telinga luar dan udara didalamnya bergetar. Jelas, bunyi tidak dapat merambat jika
tidak ada materi. Sebagai contoh, sebuah bel yang berdering di dalam botol yang
hampa udara tidak dapat didengar, demikian juga degan bunyi yang merambat di
luar angkasa.
Laju bunyi berbeda untuk materi untuk materi yang berbeda. Pada udara
sekitar 0oC dan 1 atm, bunyi merapmbat dengan laju331 m/s. Laju bunyi pada
berbagai materi diberikan di tabel 1, nilai-nilai tersebut dalam beberapa hal
beberapa hal bergantung pada temperatur, tetapi hal ini terutama tampak pada gas.
sebagai contoh,di uadara laju bertambah sekitar 0,60 m/s u ntuk setiap kenaikan
suhu satu derajat Celsius.
30
TABEL 1 Laju bunyi di berbagai materi, pada 20oC dan 1 atm
Materi Laju (m/s) Udara 343 Udara (0oC) 331 Helium 1005 Hidrogen 1300 Air 1440 Air laut 1560 Besi dan baja 5000 Kaca 4500 Aluminium 5100 Kayu keras 4000
Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia
mendengar. Aspek ini adalah "kenyaringan" dan "ketinggian",dan masing-masing
menyatakan sensasi dalam kesadaran pendengar. Tetapi untuk masing-masing
sensasi subjektif ini, ada besaran yang bisa di ukur secara fisis. Kenyaringan
(loudness) berhubungan dengan energi pada gelombang bunyi.
Ketinggian (pitch) bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut tinggi,seperti
bunyi suling atau biola,atau rendah, seperti bunyi trass drum atau senar bass.
Baran fisika yang menentukan ketinggian adalah frekuensi,sebagaimana
ditemukan untuk pertama kali oleh Galileo. Makin rendah frekuensi,makin
rendah ketinggian, dan makin tinggi frekuensi, makin tinggi ketinggian. Telinga
manusia dapat mendengar frekuensi dalam jangkauan 20 Hz sampai 20.000 Hz.
(Ingat bahwa 1 Hz adalah 1 siklus per detik). Jangkauan ini disebut jangkauan
pendengaran. Jangkauan ini berbeda dari orang ke orang,satu kecenderungan
umum jika orang bertambah tua,maka makin tidak bisa mendengar frekuansi yang
tinggi,sehingga batas frekuensi tinggi mungkin menjadi 10.00 Hz ataua kurang.
31
Gelombang bunyi yang frekuensinya diluar jangkauan yang dapat terdengar
mungkin mencapai telinga,tetapi biasanya kita tidak menyadarinya. Frekunsi di
atas 20.000 Hz disebut ultrasonik (jangan kacaukan dengan supersonik, yang
digunakan untuk benda yang bergerak dengan laju yang lebih cepat dari
kecepatan bunyi). Banyak hewan dapat mendengar frekuensi ultrasonik;
anjing,misalnya,dapat mendengar bunyi setinggi 50.000 Hz, dan kelelawar dapat
mendeteksi frekuensi sampai setinggi 100.000 Hz. Gelombang ultrasonik
memiliki beberapa aplikasi dalam ilmu kedokteran dan bidang lainnya.
Gelombang bunyi yang frekuensinya di bawah jangkauan yang dapat
didengar (yaitu lebih kecil dari 20 Hz) disebut infrasonik. Sumber gelombang
infrasonic termasuk gempa bumi,guntur,gunung berapi,dan gelombang yang
dihasilkan oleh getaran mesin-mesin yang berat. Sumber terakhir ini bisa sangat
merepotkan para pekerja, karena gelombang infrasonik walaupun tidak dapat
terdengar,dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh manusia. Gelombang
frekuensu rendah ini bekerja dengan cara resonansi,menyebabkan getaran dan
iritasi yang cukup besar pada organ-organ di dalam tubuh.
Kita sering mendeskripsikan gelombang bunyi dalam getaran molekul
medium yaitu,gerakan atau simpangan molekul. Tetapi gelombang bunyi juga
dapat dianalisa dari sudut pandang tekanan. Dan memang gelombang longitudinal
seringkali disebut sebagai gelommbang tekanan. Variasi tekanan biasnya libih
mudah diukur dari pada simpangan. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1,
pada saat gelombang “memampat” (di mana molekul lebih dekat satu sama lain),
tekanan lebih tinggi dari normal, sementara pada peregangan (atau penipisan)
32
tekanan lebih kecil dari normal. Gambar 1 menunjukan representasi grafis dari
helombang bunyi di udara dipandang dari (a) simpangan dab (b) tekanan.
Perhatikan bahwa gelombang simpangan berbeda dengan fase seperempat panjang
gelombang dari gelombang tekanan; dimana tekanan bernilai maksimum atau
minimum, simpangan dari titik setimbang adalah nol; dan dimana variasi tekanan
bernilai maksimum atau minimum.
Gambar 1. Representasi gelombang hunyi dalarn ruang pada
satu waktu digambarkan sebagai (a) simpangan dan (b) tekanan
2.6.2 Intensitas Bunyi: Desibel
Seperti ketinggian,kenyaringan merupakan sensasi dalam kesadaran
manusia. Ketinggian juga berhubungan besarab fisika yang dapat diukur, yaitu
intensitas gelombang. Intensitas didefenisikan sebagai energy yang dibawa
sebuah gelombang per satuan waktu melalui satuan luas dan,sebanding dengan
kuadrat amplitude gelombang. Karena energy per satuan waktu adalah
daya,intensitas memiliki satuan daya per satuan luas,atau watt/meter2 (W/m2).
Telinga manusia dapat mendeteksi bunyi dengan intensitas serendah 10-12
W/m2 dan setinggi 1 W/m2 (dan bahkan lebih tinggi,walaupun di atas ini akan
menyakitkan). Ini merupakan jangkauan intensitas yang luar biasa,mencakup
faktor satu trilyun (1012) dari paling rendah sampai paling tinggi. Untuk
menghasilkan bunyi yang terdengar dua kali lebih keras,dibutuhkan gelombang
33
bunyi yang intensitasnya sekitar 10 kali lipat. Hal ini secara kasar berlaku di
setiap tingkat bunyi untuk frekunsi di dekat pertengahana jangkauan yang bisa
didengar. Sebagai contoh,gelombang bunyi dengan intensitas 10-2 W/m2 terdengar
oleh manusia rata-rata dengan kenyaringan dua kali liipat dari gelombang yang
intensitasnya 10-3 W/m2,dan empat kali lipat lebih keras dari yang berintensitas
10-4 W/m2.
Karena hubungan antara sensasi subjektif dari kenyaringan dan besaran
fisika terukur “intensitas” ini, biasanya tingkat intensitas bunyi dinyatakan dengan
skala logatimik. Satuan skala ini adalah bel,dari Alexander Grahum Bell (1847-
1922),penemu telepon,atau jauh lebuh umum,desibel (dB), yang merupakan 101
bel (10 dB = 1 bel). Tingkat intensitas, β,dari bunyi didefenisikan dalam
intensitasnya, I, sebagai berikut :
β (dalam dB) = 10 log 0II
Dimana I0 adalah intensitas tingkat acuan, dan logaritma adalah basis 10.I0
biasanya diambil dari intensitas minimum yang dapat didengar orang rata-rata,
yaitu “ambang pendengaran”, yang bernilai I0 = 1,0 x 10-12 W/m2, misalnya akan
sebesar
β = 10 log
12
10
100,1100,1 = 10 log 100 = 20 dB
Karena log 100 sama dengan 2,0 perhatikan bahwa tingkat intensitas di
ambang pendekatan adalah 0 dB; yaitu,β = 10 log (10-12/10-12) 10 log 1 = 0.
Perhatukan juga bahwa penambahan intensitas sebesar faktor 10 berarti
penambahan tingkat 10 dB. Penambahan intensitas sebesar faktor 100 berarti
34
penambahan tingkat 20 dB. Dengan demikian, bunyi 50 dB adalah 100 kali lipat
lebih kuat dari bunyi 30 dB.
2.6.3 Telinga dan Tanggapannya; Kenyaringan
Telinga manusia, sebagaimana telah kita lihat, merupakan detector bunyi
yang sangat sensitif. Detektor bunyi mekanis, katakanlah mikrofon, tidak dapat
menyamai telinga dalam mendeteksi bunyi yang berintensitas renda.
Fungsi telinga adalah untuk secara efisien merubah energi getaran dari
gelombang menjadi sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui saraf. Mikrofon
melakukan tugas yang sama. Gelombang bunyi yang mengenai diafragma
mikrofon akan menggetarkannya, dan getaran ini akan diubah sinyal listrik
dengan frekuensi yang sama, yang kemudian dapat dikuatkan dan dikkirik ke
pengeras suara atau tape recorder.
Gambar 2 adalah diagram telinga manusia. Telinga dibagi menjadi tiga
bagian utama dengan baik sekali: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Di telinga luar, gelombang bunyi dari luar merambat sepanjang saluran telinga ke
gendang telinga (timpani), yang bergetar sebagai tanggapan terhadap gelombang
yang menimpanya. Telinga tengah terdiri dari telinga tulang kecil yang dikenal
dengan nama martil, landasan, dan sanggurdi, yang memindahkan getaran
gendang telinga ke telinga dalam di jendela oval.
Sistem pengungkit yang halus ini, digabungkan dengan daerah yang relative
luas dari gendang telinga jika dibandingkan dengan luas jendela oval,
menghasilkan tekanan yang dikuatkan dengan faktor sekitar 40. Telinga dalam
terdiri dari saluran-saluran setengah lingkaran, yang penting untuk mengendalikan
35
keseimbangan, dan rumah siput yang berisi cairan, dimana energi getaran dari
gelombang bunyi diubah menjadi energi listrik dan dikirimkan ke otak.
Gambar 2. Diagram telinga manusia
Gambar 3 merupakan representasi diafragmatik dari rumah siput. Getaran
bunyi merambat dari jendela oval, menempuh saluran vestibular dan kembali ke
atas saluran timpani. Karena adanya viskositas cairan, terjadi peredaman yang
cukup besar, tetapi energi yang tersisa dibuang di jendela bundar di ujung saluran
timpani. Antara dua saluran ini ada saluran ketiga, yang disebut sebagai pembuluh
rumah siput. Pada membrane yang memisahkan pembuluh rumah siput dengan
saluran timpani (membran bersilar) terdapat “organ Corti” yang berisi sekitar
30.000 ujung saraf.
Sementara gelombang tekanan melewati saluran timpani, gelombang ini
menyebabkan riak-riak di gelombang bersilar dan organ corti yang melekat disitu;
disinilah energy diubah menjadi implus listrik dan dikirim ke otak melalui saraf
36
pendengaran. Membran bersilar mengalami tegangan, tetapi tegangan tersebut
berkurang dan membrane menjadi tebal dari telingah tengah menuju puncak
rumah siput.
Gambar 3. Diagram rumah siput
Tingkat kepekaan telinga tidak sama sensitifitasnya untuk semua
frekuensi. Untuk mendengar kenyaringan yang sama dari bunyi yang berbeda
frekuensi, dibutuhkan intensitas yang berbeda. Berdasarkan hasil studi banyak
orang menghasilkan kurva yang ditunjukan pada gambar 4 di bawah ini.
Ggambar 4. Kepekaan telinga manusia sebagai frekuensi-frekuensi
37
Pada grafik di atas setiap kurva mempresentasikan tingkat kenyaringan
(satuannya disebut phon), yang secara numerik sama dengan tingkat intensitas
dalam dB pada 1000 Hz. Sebagai contoh, kurva yang diberi label 40
mempresentasekan bunyi yang terdengar memiliki kenyaringan yang sama dengan
bunyi 1000 Hz dengan tingkat intensitas 40 dB. Dari kurva 40-phon ini kita lihat
bahwa nada 100 Hz harus memiliki intensitas sekitar 62 dB agar terdengar sekeras
(untuk orang rata-rata) nada 100 Hz dengan hanya 40 dB. Kurva yang paling
rendah di Gb. 4 (diberi label 0) menggambarkan tingkat intensitas, sebagai fungsi
frekuensi, untuk bunyi paling yang lembut yang hampir tidak terdengar oleh
telinga yang sangat baik. Telinga paling sensitif terhadap bunyi dengan frekuensi
antara 200 sampai 4000 Hz. Sementara bunyi 1000 Hz terdengar pada tingkat dB,
bunyi 100 Hz paling tidak harus 40 dB agar terdengar.
Kurva paling atas Gb. 4 yang diberi label 120, menggambarkan “rasa sakit”.
Bunyi di atas tingkat ini bisa dirasakan dan menyebabkan sakit. Gambar 4
menunjukan bahwa pada tingkat intensitas yang lebih rendah, telinga kita relif
tidak sensitive terhadap frekuensi tinggi dan rendah daripada frekuensi tengah.
Kontrol “kenyaringan” pada sistem stereo ditujukan untuk mengimbangi hal ini.
Sewaktu volume dikecilkan, control kenyaringan menaikkan frekuensi tinggi dan
rendah relatif terhadap frekunsi tengah sehingga bunyi akan memiliki
keseimbangan frekuensi yang “terdengar lebih normal”.
2.6.4 Aplikasi Bunyi
Pemantulan bunyi digunakan dalam banyak aplikasi untuk menentukan
jarak Sonar (Sound navigation ranging) atau teknik pulsa-gema digunakan untuk
38
mencari lokasi benda dibawah air. (juga digunakan di aplikasi medis). Sonar
umumnya menggunakan frakuensi ultrasonic yaitu, gelombang yang frekuensinya
diatas 20 kHz, diluar jangkauan deteksi manusia. Untuk sonar, frekuensi biasanya
dalam jangkauan 20 kHz sampai 100 kHz. Salah satu alasan penggunaan
gelombang-gelombang bunyi ultra, selain fakta bahwa mereka tidak bisa didengar,
ialah untuk panjjang gelombang yang lebih pendek, difraksi lebih kecil, sehingga
berkas gelombang lebih tidak menyebar dan benda yang lebih kecil dapat
dideteksi.
Dalam kedokteran , gelombang ultrasonik digunakan dalam diagnosa dan
pengobatan. Pengobatan meliputi penghancuran jaringan yang tidak diinginkan
dalam tubuh dengan menggunakan gelombang ultrasonik dengan intensitas sangat
tinggi (setinggi 107 W/m2) yang difokuskan pada jaringan yang tidak diinginkan
tersebut. Bunyi ultra juga digunakan pada terapi fisik, untuk memberikan
pemanasan local pada otot yang cedera.
Sumber: Douglas C. Giancoli
2.7 Kajian Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Topik Dinamika Parkel
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui
Pendekatan PAKEM suatu penelitian di SMA Prasetya Gorontalo oleh
Maryani. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukan bahwa pendekatan
PAKEM dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa dan hasil belajarnya
khusus pada materi dinamika partikel. Yang menjadi kajian penelitian ini
39
adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan PAKEM dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X
SMA Prasetya. Berdasarkan analisis dan penilaian, diperoleh bahwa
menggunakan pendekatan PAKEM pada pembelajaran fisika mengalami
peningkatan. Hal ini karena penggunaan pendekatan PAKEM pada proses
pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif, kreatif,
efektif dan pembelajaran menjadi menyenangkan.
2. Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pembelajaran
Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Pembelajaran
Konsep Perpindahan Kalor Pada Siswa Kelas VII1 SMP Negeri 6 Kota
Gorontalo oleh Fatrawati Husain. Berdasarkan penelitian tersebut
menunjukan bahwa Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM) yang diterapkan dalam pembelajaran dapat
meningkatkan minat belajar siswa, di sisi lain kualitas pembelajaran
khususnya pada mata pelajaran perpindahan kalor dapat meningkat. Hal ini
ditinjukan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pengamatan
penelitian guru siklus I mencapai 75% dan pada siklus II memperoleh
93,75%, sedangkan kegiatan siswa siklus I 68,75% dan siklus II 92,5%
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Dimana semakin meningkat minat belajar siswa maka semakin tinggi hasil
belajar siswa.
40
3. Meningkatkan Hasil belajar IPS Melalui Pendekatan PAKEM pada Siswa
kelas V SDN Lempuyangan I Yogyakarta oleh Nur Baeti Rahmawati.
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, peningkatan hasil belajar
siswa kelas V dalam mata pelajaran IPS dapat ditunjukkan dengan adanya
peningkatan nilai rata-rata kelas dan persentase jumlah siswa yang
mencapai KKM pada setiap siklusnya. Siklus I, rata-rata kelas adalah 71
dengan jumlah siswa yang tuntas KKM sebanyak 21 siswa atau 61,3%.
Sedangkan siklus II, rata-rata kelas adalah 76 dengan jumlah siswa yang
tuntas KKM sebanyak 28 siswa atau 82%. Nilai rata-rata aspek afektif
siswa dari pra tindakan hingga siklus II mengalami peningkatan dari 76,02
menjadi 86,71. Hasil observasi pembelajaran yang ditunjukkan oleh guru
dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dari skor 2,3 berkategori
cukup baik menjadi 3,0 berkategori baik. Berdasarkan uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan
PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN
Lempuyangan I Yogyakarta khusunya pada materi “Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.” Peningkatan hasil belajar
kognitif dan afektif serta observasi pembelajaran guru setelah diberi
tindakan berdasarkan prinsip-prinsip PAKEM. Pembelajaran aktif
dilaksanakan dengan selalu mengadakan tanya jawab saat guru
menyampaikan materi dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
setelah selesai membahas materi. Pembelajaran kreatif dilaksanakan
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
41
kreativitasnya seperti mengemukakan pendapat atau ide dan
mendiskusikan gagasan. Sedangkan dalam111 pembelajaran efektif, siswa
dapat terampil menggunakan media atau seumber belajar yang ada dan
dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Pembelajaran menyenangkan
dilaksanakan dengan diadakannya permainan-permainan baik untuk
pembuka pembelajaran maupun mengajarkan materi, sehingga siswa lebih
antusias untuk mengikuti pembelajaran.