bab ii landasan teori a. kajian pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/meti amalia_bab ii.pdf5...
TRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Kemampuan Berbicara
Keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan
melalui penjelasan semata-mata, tetapi hanya dapat diraih melalui kegiatan
berbahasa secara terus-menerus. Salah satu aspek keterampilan berbahasa
yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan masa depan yang
cerdas, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan
menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu
mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks
dan situasi pada saat dia sedang berbicara.
Berbicara adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa,
yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Berbicara sangat penting bagi
ekstensi sosial dan budaya manusia. Oleh karena itu, kemampuan
berbicara harus dimiliki sejak dini, termasuk pada siswa kelas VIII B SMP
Diponegoro Majenang. Siswa membutuhkan keterampilan berbicara dalam
interaksi sosialnya. Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan
perasaannya secara efektif jika ia terampil berbicara. Agar siswa terampil
berbicara, siswa mutlak memerlukan pembelajaran berbicara.
Menurut Tarigan (1981: 3-4) berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului
oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
5
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
6
berbicara atau berujar dipelajari. Dan berbicara berhubungan pula dengan
perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh anak melalui kegiatan
menyimak dan membaca.
Sependapat dengan Tarigan, Nurgiantoro (2001: 276) mengatakan
bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia
dalam kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian
manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada saat
manusia menginjak masa anak-anaklah kemampuan berbahasa
berkembang. Diawali dengan kemampuan menyimak bunyi-bunyi
(bahasa) yang didengar dari lingkungan sekitar, barulah kemudian manusia
belajar berbicara.
Kemampuan berbicara adalah kemampuan kita untuk
berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika ngobrol, presentasi,
menyampaikan pendapat, berdebat ataupun kegiatan lainnya. Kemampuan
berbicara identik dengan penggunaan bahasa dan lisan yang tepat,
sehingga pendengar dapat mengerti apa yang kita sampaikan. Selain itu,
sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara
mendukung keberhasilan kita dalam berbicara (http://apriawan.blogspot
.com/2007/03/kemampuan linguistik.html).
Menurut Arsjad dan Mukti U.S. (1988: 17) kemampuan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
7
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima
informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian
(juncture). Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi
dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.
Kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri,
tetapi saling berkaitan dengan kemampuan yang lain. Kegiatan berbicara
berhubungan erat dengan kegiatan mendengarkan. Berbicara dan
mendengarkan merupakan komunikasi dua arah (Arsjad dan Mukti U.S.,
1988: 23).
Menurut Knower (dalam Tarigan, 1981: 17-18) seorang pembicara
pada dasarnya terdiri dari empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam
menyatakan pikiran atau pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang
pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang
diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran (a thought).
Kedua, sang pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan
perasaan menjadi kata-kata. Ketiga, sang pembicara adalah sesuatu yang
ingin disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-
katanya kepada orang lain melalui suara. Terakhir, sang pembicara adalah
sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang
harus diperhatikan dan dibaca melalui mata.
Kemampuan menyampaikan gagasan, ide, dan pengalaman dengan
menggunakan ujaran (speech) sebenarnya sudah dimiliki oleh setiap
individu sebelum memasuki dunia pendidikan atau masa prasekolah.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
8
Namun kemampuan berbicara belum diungkapkan secara sistematis.
Tingkat keterampilan berbicara setiap individu bervariasi dari taraf baik
atau lancar, sedang, gagap, atau bahkan ada seseorang yang tidak mampu
berbicara sama sekali ketika berhadapan dengan lawan bicara tertentu.
Menurut Powers (dalam Tarigan, 1981: 8-9) ujaran sebagai suatu
cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan individual kita.
Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan,
keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata.
Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan
hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya.
Agaknya tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan
ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan
hubungan-hubungan yang bersifat dua arah, memberi dan menerima.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai kemampuan berbicara,
maka dapat disimpulkan setiap orang berbicara dengan orang lain
seharusnya dapat memilih kata-kata dan menentukan ragam bahasa atau
variasi bahasa yang selaras dan sesuai dengan lawan bicaranya. Misalnya,
ia berbicara dengan siapa? Pejabat, orang tua, orang yang dihormati dan
disayangi, orang yang lebih tua atau lebih muda. Selain itu, seseorang
yang berkomunikasi juga harus melihat situasi dan kondisi untuk
menentukan sikap yang pantas dipergunakan dalam menyampaikan pesan
atau gagasan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
9
2. Tujuan Berbicara
Secara umum bahwa tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Selain itu, berbicara juga bertujuan untuk melatih
keberanian mengungkap informasi atau gagasan secara lisan dengan baik
dan lancar. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka
sebaiknya pembicara dapat memahami betul makna segala sesuatu yang
ingin disampaikan (dikomunikasikan) terhadap pendengarnya. Selain itu,
pembicara juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaimana
mengemukakannya (Arsjad dan Mukti U. S., 1988: 17).
Sependapat dengan Arsjad, Tarigan (1981: 15) menjelaskan bahwa
tujuan utama dalam berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogianyalah sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia harus
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya, dan dia
harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi
pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Menurut Keraf (2001: 320) tujuan yang akan dicapai dari berbicara
seseorang yaitu memberikan dorongan, menambah keyakinan, bertindak
atau berbuat, menginformasikan atau memberitahukan dan memberi
kesenangan.
Berdasarkan tujuan utama di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
selain sebagai alat untuk berkomunikasi, berbicara juga bertujuan sebagai
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
10
pemahaman makna yang dikomunikasikan, kemampuan mengevaluasi
efek komunikasi terhadap para pendengar, memberi dorongan,
menanamkan keyakinan, serta prinsip-prinsip yang menjadi dasar segala
situasi pembicaraan secara umum atau perorangan perlu dimiliki oleh
seorang pembicara. Hal ini juga perlu dimiliki oleh seorang siswa dalam
meningkatkan kemampuan berbicara.
3. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Dari penunjang keefektifan berbicara ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara yaitu
faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan (Arsjad dan Mukti U.S,
1988: 17):
a. Faktor-Faktor Kebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara
Menurut Arsjad dan Mukti U.S. (1988: 17-22) menjelaskan faktor-
faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara antara lain:
1) Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bahasa yang
kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah
tentu ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama.
Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa
yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan,
perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau
perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
11
penyimpangan, maka keefektifan berbicara atau berkomunikasi
akan terganggu.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau
cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau
kurang menarik, atau sedikitnya bisa mengalihkan perhatian
pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau
menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa. Sehingga terlalu
menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaianya
(pembicara) diangap aneh.
2) Penempatan Tekanan, Nada, Sendi dan Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan
daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang
merupakan faktor penentu. Ketepatan masalah yang dibicarakan
dan durasi yang sesuai, akan menjadi lebih menarik. Sebaliknya
jika penyampaianya datar saja, hampir dapat dipastikan dapat
menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu
berkurang.
Demikian juga halnya pemberian tekanan pada kata atau
suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata
terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian
ditempatkan pada suku kata pertama misalnya, kata penyanggah,
pemberani, dan kesempatan. Pemberian tekanan pada pe-, pem-,
ke-, tentu kedengaranya janggal. Dalam hal ini pendengar dapat
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
12
beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga pokok
pembicaraan atau pesan yang disampaikan kurang diperhatikan
akibatnya keefektifan komunikasi tentu terganggu.
3) Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas
maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi
sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham,
kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal
oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang
mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam
bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi
miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.
Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok
pembicaraan.
4) Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat pembicara yang
menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar
menangkap pembicaraanya. Susunan penuturan kalimat ini
sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian.
Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif,
kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan
pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Apa
yang disampaikan dan apa yang diterima itu mungkin berupa ide,
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
13
gagasan, pesan, pengertian, atau informasi. Kalimat dikatakan
efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan
penerimaan berlangsung sempurna.
b. Faktor-Faktor Nonkebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan
Berbicara
Dalam proses belajar mengajar berbicara, sebaiknya faktor
nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, sehingga kalau faktor
nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor
kebahasaan.Yang termasuk faktor nonkebahasaan ialah:
1) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan
memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan
pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya keseimbangan
perhatian pihak pendengar. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya
pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas
dirinya. Tentu saja sikap ini sangat ditentukan oleh situasi, tempat,
dan penguasan materi.
2) Pandangan Harus Diarahkan pada Lawan Bicara
Supaya pendengar dan pembicara betul-betul dalam
kegiatan berbicara, maka pandangan pembicara harus sesuai.
Pendengar yang hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan
pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak pembicara yang
kita saksikan berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
14
melihat ke atas, ke samping, atau menunduk akhirnya perhatian
pendengar berkurang.
3) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain
Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara
hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima
pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah
pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Namun, tidak berarti
pembicara begitu saja mengikuti pendapat orang lain dan
mengubah pendapatnya. Tetapi ia juga mampu mempertahankan
pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja kalau
pendapatnya itu mengandung argumentasi yang kuat, dan betul-
betul diyakini kebenarannya.
4) Gerak-Gerik dan Mimik yang Tepat
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang
keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat
tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak-gerik atau mimik. Hal
ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi
gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan
berbicara.
5) Kenyaringan Suara Juga Sangat Menentukan
Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi,
tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan
jangan berteriak, aturlah kenyaringan suara supaya dapat didengar
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
15
oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga mengingat
kemungkinan gangguan dari luar.
6) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara akan
memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya.
Seringkali seorang mendengar pembicara berbicara terputus-putus,
bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-
bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar,
misalnya menyelipkan bunyi ẻ, o, a, dan sebagainya. Sebaliknya
pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan
pendengar menangkap pokok pembicaraanya.
7) Relevansi/Penalaran
Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan
kenyataan. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan
haruslah jelas. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam
kalimat dan hubungan kalimat dengan kalimat harus jelas serta
berhubungan dengan pokok pembicaraan.
8) Penguasaan Topik
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan, tujuannya
tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai (Arsjad
dan Mukti U. S., 1988: 21). Penguasaan topik yang akan
menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik
ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam
berbicara.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
16
4. Hubungan Kemampuan Berbicara dengan Kemampuan Berbahasa
yang Lain
Kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri,
tetapi sering berkaitan dengan kemampuan yang lain. Kegiatan berbicara
berhubungan erat dengan kegiatan mendengarkan, menyimak, menulis,
dan membaca.
a. Hubungan antara Berbicara dengan Keterampilan Menyimak
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua
arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka. Menurut
Brooks (dalam Tarigan, 1981: 4) hubungan antara berbicara dengan
menyimak adalah sebagai berikut:
1) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi) oleh karena itu maka contoh atau model yang disimak atau direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara.
2) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui (misalnya kehidupan kota atau desa) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
3) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup, misalnya ucapan intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.
4) Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkan.
5) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
6) Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak oleh karena itu sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.
7) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan atau meniru bahasa yang didengar.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
17
b. Hubungan antara Berbicara dengan Membaca
Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya
hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan
dan kesiapan baca. Hubungan antara bidang kegiatan lisan dan
membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian antara
lain:
1) Performasi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
2) Pola ujaran orang tuna netra mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak.
3) Kalau pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.
4) Kosa kata yang khusus mengenai bahan-bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung seandainya muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka sang guru hendaknya mendiskusikanya.
c. Hubungan antara Ekspresi Lisan dengan Ekspresi Tulis
Adalah wajar jika komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat
sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan,
antara lain:
1) Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujaranya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
2) Seorang anak yang telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia perlu membicarakan ide-ide yang rumit diperolehnya dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan suatu proses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi belum pernah dialaminya), maka dia memetik pelajaran dari suatu diskusi kelompok pendahuluan.
3) Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cendrung ke arah kurang
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
18
berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap, dan biasanya lebih kacau serta membingungkan tinimbang komunikasi tulis. Kebanyakan pidato atau pembicaraan bersifat informal, dan sering kali kalimat-kalimat orang yang berpidato atau berbicara itu tidak ada hubunganya satu sama lain. Pengalaman telah menunjukkan bahwa meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula meningkatkan daya pikir mereka.
4) Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar, para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan , dan mereka membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan agar penyajiannya tidak terputus-putus dan tertegun-tegun (Tarigan, 1981: 3 - 7).
5. Metode dan Teknik Pengajaran Berbicara
Metode pengajaran bahasa adalah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan
belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata
lain, terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi, guru berperan sebagai
pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima. Proses interaksi
akan berjalan dengan baik apabila siswa banyak aktif dibanding dengan
guru. Oleh karena itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang
dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Sudjana, 2008: 76).
Teknik adalah cara yang diambil seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Menurut Tarigan dan Henri Guntur
Tarigan (1986: 43) suatu teknik pengajaran keterampilan berbahasa dapat
dikatakan baik apabila teknik pengajaran tersebut:
a. memikat, menantang atau merangsang siswa belajar,
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
19
b. memberi kesempatan yang luas serta mengaktifkan siswa secara mental dan fisik dalam belajar. Keefektifan itu dapat berwujud latihan, praktek dan mencoba melaksanakan sesuatu,
c. tidak terlalu menyulitkan bagi guru dalam penyusunan, pelaksanaan dan penilaian program pengajaran,
d. dapat mengarahkan kegiatan belajar ke arah tujuan pengajaran, e. tidak menuntut peralatan yang rumit, mahal, dan sukar
mengoperasikannya, f. mengembangkan penampilan siswa secara individu maupun secara
kelompok, g. meningkatkan kadar CBSA dalam belajar, h. mengembangkan pemahaman terhadap materi pelajaran.
6. Pengertian Laporan Perjalanan
Laporan merupakan salah satu bentuk untuk menyampaikan
informasi, misalnya informasi tentang suatu kegiatan. Biasanya laporan
dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang untuk melaporkan kegiatan
yang telah selesai dilaksanakan (Puji Rastuti, dkk., 2007: 41).
Laporan perjalanan adalah laporan yang dibuat oleh seseorang atau
sekelompok orang tertentu setelah melakukan perjalanan, misalnya
ekspedisi, penelitian atau sekedar jalan-jalan untuk disampaikan kepada
orang lain. Oleh karena itu, laporan perjalanan biasanya berbentuk paparan
atau narasi.
Laporan yang baik harus ditulis secara ringkas dengan bahasa yang
baik, jelas, serta lugas. Selain itu, bahasa laporan ditulis secara sederhana,
alur ceritanya menarik, bisa juga diselingi humor. Dengan begitu, pembaca
akan penasaran untuk menyelesaikan membaca atau menyimak laporan
yang didengar. Oleh karena itu, laporan yang dibuat harus dapat
dipertanggung jawabkan. Ada beberapa hal penting yang dimuat dalam
laporan perjalanan, yaitu:
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
20
a. Apa yang dilaksanakan dalam perjalanan
b. Siapa yang melakukan perjalanan
c. Kemana perjalanan itu dilakukan
d. Kapan perjalanan itu dilakukan
e. Bagaimana suasana tempat atau objek yang dikunjungi
f. Mengapa tertarik pada tempat tersebut
(Handoko, dkk., 2006: 3)
Sebelum menyampaikan laporan secara lisan, siswa terlebih dahulu
harus mengetahui cara menyampaikan laporan perjalanan dengan baik,
agar orang yang mendengarkan menjadi paham dan mengerti. Agar
laporan perjalanan yang disampaikan dapat diterima oleh pendengar, maka
siswa dalam menyampaikan laporan perjalanan harus menggunakan
intonasi yang tepat. Adapun macam-macam intonasi, sebagai berikut:
a. Intonasi berita, yaitu intonasi yang digunakan untuk mengungkapkan
pembicaraan yang berisi pemberitahuan sesuatu.
b. Intonasi tanya, yaitu intonasi yang digunakan pembicara untuk
meminta keterangan dari lawan bicara (untuk bertanya tentang
sesuatu).
c. Intonasi perintah, yaitu intonasi yang digunakan untuk
mengungkapkan maksud pembicara supaya yang diajak berbicara
melakukan perbuatan yang dikehendaki pembicara.
Dari ketiga intonasi tersebut, intonasi berita merupakan intonasi
yang tepat untuk menyampaikan laporan perjalanan secara lisan. Hal lain
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
21
yang perlu diperhatikan jika menyampaikan laporan perjalanan secara
lisan adalah sebagai berikut:
a. Pelafalan atau pengucapan jelas
b. Intonasi tepat
c. Penempatan jeda tepat
d. Bahasa yang digunakan santun
e. Kalimat-kalimatnya runtut
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka laporan yang
disampaikan akan mudah dipahami oleh orang lain (Maryati dan Sutopo,
2008: 15).
B. Kerangka Pikir
Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Salah satu faktor
yang mempengaruhinya adalah metode atau teknik yang digunakan. Supaya
hasil belajar siswa tercapai dengan baik maka digunakan suatu cara dalam
kegiatan belajar yaitu menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa
tidak bosan belajar.
Berbicara merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai oleh siswa. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai adalah
keterampilan menyampaikan informasi. Hal ini perlu, karena tidak menutup
kemungkinan suatu ketika siswa diminta untuk menyampaikan informasi
kepada orang lain.
Salah satu teknik yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa, khususnya dalam menyampaikan informasi adalah dengan teknik
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010
22
menceritakan kembali laporan perjalanan. Melalui teknik menceritakan
kembali laporan perjalanan siswa dapat menggambarkan atau menceritakan
laporan perjalanan mereka di depan kelas. Dalam kegiatan berbicara dan
menceritakan kembali laporan perjalanan memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaannya yaitu sama-sama berbicara, sedangkan perbedaannya yaitu jika
dalam kegiatan berbicara yang lebih ditekankan adalah pada kelancaran,
ketepatan lafal dan intonasi. Tetapi pada kegiatan menceritakan kembali
laporan perjalanan yang lebih ditekankan adalah persiapan topik, keberanian
dan persiapan diri.
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, peneliti akan
menerapkan teknik menceritakan kembali laporan perjalanan untuk dapat
meningkatkan kemampuan berbicara Siswa Kelas VIII B SMP Diponegoro
Majenang. Pada penerapan teknik tersebut siswa dapat aktif berbicara dengan
baik dan lancar sehingga prestasi dan kemampuan berbicara siswa dapat
meningkat.
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui teknik
menceritakan kembali pada kompetensi dasar menceritakan kembali laporan
perjalanan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa
kelas VIII B SMP Diponegoro Majenang.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010