bab ii landasan teori a. pasar tradisionalrepository.iainpekalongan.ac.id/6/8/13. bab ii.pdf · bab...
TRANSCRIPT
37
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Tradisional
Secara umum pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara
permintaan (pembelian) dan penawaran (penjualan) dari suatu barang atau
jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan
(harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan.1
Definisi pasar secara luas adalah orang-orang yang mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja serta kemauan
untuk membelanjakannya.2
Pasar dalam pengertian pemasaran menurut Philip Kotler adalah orang-
orang ataupun organisasi yang mempunyai kebutuhan akan produk yang kita
pasarkan dan mereka itu memiliki daya beli yang cukup guna memenuhi
kebutuhan.3
Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi atau tawar menawar secara langsung,
bangunan terdiri dari kios, los, akses lebih luas bagi para produsen dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.4
1 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),
hlm. 205. 2 Hanif Nofvianto, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
Pedagang Pasar Tradisional di Pasar Beringharjo, (Yogyakarta: Universitas Yogyakarta, 2008),
skripsi tidak diterbitkan. 3 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm. 40.
4 Abdul Aziz, Ekonomi Islam (Analisis Mikro dan Makro), (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), hlm. 105.
38
Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola ditangani oleh Dinas Pasar
yang merupakan bagian dari birokrasi. Selain itu, sistem pengelolaan pasar
tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap pedagang mengatur
sistem bisnisnya masing-masing.
Pasar memiliki fungsi sebagai penentu nilai suatu barang, penentu
jumlah produksi, mendistribusikan produk, melakukan pembatasan harga dan
menyediakan barang dan jasa untuk jangka panjang. Pasar juga berfungsi
sebagai fasilitas umum untuk melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat.5
Sebagian besar yang diperdagangkan terdiri dari barang-barang kebutuhan
sehari-hari dan dengan harga yang relatif murah. Meskipun secara fisik
suasana berbelanja di pasar tradisional kurang menyenangkan, namun pasar
tradisional mempunyai jangkauan pelayanan yang luas kepada masyarakat.
Dengan demikian, pasar sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli
merupakan fasilitas publik yang sangat vital bagi perekonomian suatu daerah.
Selain sebagai urat nadi, pasar juga menjadi barometer bagi tingkat
pertumbuhan ekonomi masyarakat.6
Untuk kepentingan konsumen berpendapatan rendah, penting untuk
menjamin persediaan barang yang harganya. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa pasar tradisional memberikan sumbangan yang sangat penting dalam
bentuk turut menurunkan biaya hidup bagi kelompok-kelompok masyarakat
berpendapat rendah.
5 Salamatu Asakdiyah dan Tina Sulistyani, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar tradisional di Kota Yogyakarta, dalam Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, ISSN 0853-1269 - Akreditasi No. 118/DIKTI/Kep/2001. 6 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
hlm.144.
39
Pasar tradisional juga mempunyai pengetahuan detail tentang pasar
lokal dan daerah. Mereka menjual barang-barang bukan untuk pasar yang
tidak bernama tetapi untuk konsumen yang mereka kenal secara pribadi dan
melalui jalinan hubungan sosial. Pada umumnya, mereka tahu keadaan
pendapatan dan kebutuhan keluarga di sekeliling mereka, sehingga mereka
dapat menyesuaikan persediaan barang dan keinginan konsumen. Karena itu
pasar tradisional memberikan sumbangan yang besar dari segi menjamin
kedaulatan konsumen.
Salah satu karakteristik yang menonjol dari pasar tradisional adalah:
1. Banyaknya pedagang yang menjual jenis barang dan jasa yang sama.
2. Harga barang relatif murah, namun kualitas dan kebersihan barang kurang
diperhatikan.
3. Dalam mengelola usaha khususnya dalam menyediakan persediaan barang
dagangan, para pedagang pasar berjalan sendiri-sendiri.
4. Perbedaan waktu aktifitas masing-masing pasar memberikan keuntungan
bagi para bakul karena mereka dapat menjual barang dari satu pasar
kemudian berpindah ke pasar lain dalam waktu satu hari. Tetapi ada juga
bakul yang hanya berjualan di satu pasar.
Ada beberapa aktor ekonomi yang berperan dalam pasar, yaitu:
1. Pembeli. ada beberapa tipe pembeli yaitu:
a) Pengunjung yaitu mereka yang datang ke lokasi tanpa mempunyai
tujuan pembelian suatu barang atau jasa. Mereka adalah orang-orang
yang menghabiskan waktu luangnya di lokasi pasar.
40
b) Pembeli yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud
untuk membeli suatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai tujuan
kemana akan membeli.
c) Pelanggan yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud
membeli barang atau jasa dan punya arah tujuan yang pasti kemana
akan membeli. Seseorang yang menjadi pembeli tetap dari seorang
penjual tidak terjadi secara kebetulan, tetapi melalui proses interaksi
sosial. Tawar menawar antara penjual dan pelanggan dapat dikatakan
jarang terjadi, karena penjual telah menetapkan harga yang
keuntungannya mendekati batas margin.
2. Pedagang
Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan
produk atau barang, kepada konsumen secara langsung maupun tidak
langsung. Sosiologi ekonomi membedakan pedagang berdasarkan
penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari
perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan
studi sosiologi ekonomi tentang pedagang yang telah dilakukan oleh
Geertz dalam Damsar (2007) dapat disimpulkan bahwa pedagang dibagi
atas :
1) Pedagang profesional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas
perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi
keluarga.
41
2) Pedagang semi profesional adalah pedagang yang mengakui
aktifitasnya untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil
perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.
Derajat tambahan tersebut berbeda pada setiap orang dan masyarakat.
3) Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau
barang dari hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi
rumah tangga.
4) Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan
karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu
luang.
B. Teori Laba
1. Pengertian Laba Usaha
Tidak satupun bisnis yang mampu bertahan hidup tanpa adanya laba
sebagai penunjang. Oleh karena itu, laba adalah tujuan utama didirikannya
suatu usaha. Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan
di atas biaya-biaya dalam jangka waktu tertentu.7
Laba dalam akuntansi adalah kelebihan penghasilan di atas biaya
selama satu periode akuntansi.8 Laba juga dapat berarti aliran kas atau
7 Anna Nurfarhana, Pengaruh Modal Kerja dengan Laba Usaha Koperasi pada Koperasi
Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta, (Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI, 2013), skripsi tidak
diterbitkan. 8 Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
113.
42
harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang.9
Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi biaya produksi dan
kerugian akan dialami oleh perusahaan apabila hasil penjualan kurang dari
biaya produksi.10
Laba merupakan pembayaran untuk asumsi risiko bagi
pengusaha.11
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Hendrikson yang
diterjemahkan oleh Suwarjono (2000) bahwa laba adalah selisih dari
pendapatan dan biaya, dimana jumah pendapatan lebih besar dari pada
biaya. Menurut Sadono Sukirno keuntungan adalah nilai uang dari hasil
penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.12
Laba
usaha disini adalah pendapatan/laba kotor dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh pedagang dalam kegiatan operasional usahanya. Hal
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Usaha = Pendapatan – (Biaya-biaya Usaha).
Bisnis adalah sebuah aktifitas yang mengarah pada peningkatan nilai
tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan
barang. Bisnis merupakan pertukaran barang, jasa atau uang yang saling
menguntungkan dan member manfaat.13
9 Jusup Al-Haryono, Dasar-dasar Akuntansi, Jilid I, Edisi 6, (Yogyajarta: STIE YKPN,
2005), hlm. 24. 10
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press,
2008), hlm. 166. 11
Muhammad, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, cet.1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm.
314. 12
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi (Teori Pengantar), Edisi ke-3, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), hlm. 192. 13
Muhammad, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, cet.1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm.
282.
43
Konsepsi masyarakat tentang sesuatu, lambat laun akan melahirkan
suatu kesadaran mengenai hal tersebut. Suatu kesadaran lahir dari suatu
pengetahuan atau wawasan dan proses panjang perilaku yang dilakukan
terus menerus. Pandangan tentang bisnis sebagai media usaha yang
bersifat material untuk mencapai tujuan maksimalisasi laba dan tidak ada
bisnis kecuali untuk keuntungan semata.
Konsep laba juga dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:
1) Laba bisnis adalah sisa dari pendapatan dikurangi biaya eksplisit
(akuntansi). Laba tersebut menunjukkan posisi jumlah kekayaan modal
yang tersedia setelah semua sumber daya yang digunakan dalam proses
produksi dibayar.
2) Laba ekonomis adalah laba sebagai kelebihan penerimaan apabila
pendapatan lebih besar daripada biaya maka suatu usaha akan
mendapatkan laba.
Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari tercapai tidaknya
tujuan tersebut dan untuk menilainya menggunakan laba sebagai tolak
ukur. Semakin cepat perusahaan memutar uang, maka akan semakin besar
pula labanya.14
Demikian pula pengukuran keberhasilan usaha pedagang
pasar tradisional yang tidak mempunyai konsep seperti marketing,
planning, controlling, juga dapat dilihat dari labanya dan laba yang
diperoleh para pedagang tersebut sangat bervariasi.
14
Turis Harningsih, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pedagang
Barang Antik di Pasar Windujenar Surakarta, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2011),
skripsi tidak diterbitkan.
44
Laba yang dianggap valid adalah laba normal, yaitu laba yang tidak
berlebihan (excessive profit) dan tidak diperoleh dengan cara-cara yang
merugikan orang lain. Menurut Al-Ghazali, usaha perdagangan distimulus
untuk memperoleh laba adalah dibenarkan dalam Islam karena para
pedagang menanggung berbagai risiko yang mungkin timbul selama
mereka mengusahakan barang-barang itu dapat tersedia di pasar.15
2. Jenis- Jenis Laba
Laba adalah salah satu hal yang paling penting dalam sebuah
perusahaan. Laba terdiri atas beberapa jenis, yaitu:16
a. Laba Kotor
Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok
penjualan.
b. Laba Operasional
Laba operasional merupakan hasil dari aktifitas-aktifitas yang
termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar
dalam perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun.
Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk
hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal.
c. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBT (Earning Before Tax)
Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah
hasil dan biaya di luar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu terutama
15
Arif Hoetoro, Ekonomi Islam, (Malang: BPFE Universitas Brawijaya, 2007), hlm. 134. 16
Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, (Yogyakarta: BPFE,
2008), hlm. 464.
45
dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini
menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.
d. Laba setelah pajak atau laba bersih
Laba bersih adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba
dipindahkan ke dalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba
ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai
deviden kepada para pemegang saham.
3. Sumber Pendapatan Bersih
Pendapatan yang diterima seseorang berasal dari berbagai sumber
pendapatan, yaitu:
a. Pendapatan sektor formal, yaitu pendapatan yang bersumber dari upah
atau gaji yang diperoleh secara tetap dan jumlah yang telah ditentukan.
b. Pendapatan sektor informal, yaitu pendapatan yang bersumber dari
perolehan atau penghasilan tambahan.
c. Pendapatan sub intern, yaitu pendapatan yang bersumber dari usaha
sendiri seperti dari hasil berdagang, bercocok tanam, beternak, hasil
dari kebun dan sebagainya.
C. Teori Modal Usaha
1. Pengertian Modal Usaha
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan
dunia usaha, maka semakin beragam pula orang dalam mendefinisikan
atau memberikan pengertian terhadap modal yang kadangkala satu sama
46
lain bertentangan tergantung dari sudut mana meninjaunya. Peran modal
dalam suatu usaha sangat penting karena sebagai alat produksi suatu
barang dan jasa. Suatu usaha tanpa adanya modal sebagai salah satu faktor
produksinya tidak akan dapat berjalan. Demikian juga bagi para pedagang,
modal sangat besar pengaruhnya terhadap usaha yang mereka jalankan.
Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk
berdagang, melepas uang dan sebagainya; harta benda (uang, barang dan
sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang
menambah kekayaan.17
Modal adalah setiap bentuk kekayaan yang
dimiliki untuk memproduksi lebih banyak kekayaan. Modal usaha juga
dapat dikatakan sejumlah uang yang dikeluarkan pedagang guna
menjalankan kegiatan usahanya.18
Modal usaha disini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Modal Usaha = Modal Awal + Modal Tambahan
Adam Smith mengartikan modal sebagai bagian dari nilai kekayaan
yang dapat mendatangkan penghasilan. Dalam perkembangannya,
pengertian modal mengarah kepada sifat “non-physical oriented” dimana
antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan
memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang modal.
Modal adalah sejumlah uang yang digunakan untuk mengelola dan
membiayai usaha dagang setiap bulan/setiap hari. Di mana di dalamnya
17
Toti Indrawati dan Indri Yovita, Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional
di Kota Pekanbaru, dalam Jurnal Ekonomi, Vol. 22, No. 1, Maret 2014. 18
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008.
47
terdapat ongkos untuk pembelian sumber-sumber produksi yang digunakan
untuk memproduksi suatu output tertentu/opportunity cost dan untuk
menggunakan input yang tersedia. Dalam membangun sebuah bisnis
dibutuhkan sebuah dana atau dikenal dengan modal. Bisnis yang dibangun
tidak akan berkembang tanpa didukung dengan modal. Sehingga modal
dapat dikatakan jadi jantungnya bisnis yang dibangun tersebut.
Dalam kegiatan produksi, modal juga akan digunakan sebagai biaya
dalam pembelian suatu sumber-sumber produksi yang dikatakan sebagai
biaya usaha. Biaya usaha ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu
biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap
(FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan
walaupun barang yang dijual banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC)
adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh barang yang dijual,
contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari
biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC. Modal ini
bersifat kuantitatif karena modal tersebut digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan seperti pembiayaan bahan baku, pembiayaan bahan
penolong, pembiayaan upah dan pembiayaan operasional lainnya yang
berlangsung terus menerus dalam kegiatan perusahaan yang diharapkan
akan meningkatkan pendapatan.
Banyak kalangan yang memandang bahwa uang bukanlah segalanya
dalam sebuah usaha. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah
usaha sangat diperlukan, yang menjadi persoalan disini bukanlah penting
48
tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan
tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga usaha yang
dijalankan dapat berjalan lancar.
2. Macam-macam Modal Usaha
a) Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu
sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara
dan lain sebagainya.19
Kelebihan modal sendiri adalah:
1) Tidak ada biaya seperti biaya administrasi sehingga tidak menjadi
beban.
2) Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh
dari setoran pemilik modal.
3) Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu
yang relatif lama.
4) Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang
ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah
seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain.
Kekurangan modal sendiri adalah:
1) Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu
sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas.
19
Anna Nurfarhana, Pengaruh Modal Kerja dengan Laba Usaha Koperasi pada Koperasi
Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta, (Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI, 2013), skripsi tidak
diterbitkan.
49
2) Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan
modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan
menggunakan modal asing.
b) Modal Asing (Pinjaman)
Modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak
luar pemilik usaha dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan
modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia
dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal
pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak si peminjam untuk
mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana dari modal
pinjaman dapat diperoleh dari:
1) Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun
pemerintah.
2) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal
dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya.
3) Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Kelebihan modal pinjaman adalah:
1) Jumlahnya tidak terbatas, artinya pemilik usaha dapat mengajukan
modal pinjaman ke berbagai sumber.
2) Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari
menggunakan modal sendiri. Jika menggunakan modal pinjaman,
motivasi pemilik untuk memajukan usaha tinggi, ini disebabkan
adanya beban bagi pemilik usaha untuk mengembalikan pinjaman
50
Kekurangan modal pinjaman adalah:
1) Dikenakan berbagai biaya seperti bunga dan biaya administrasi.
Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai
berbagai kewajiban untuk membayar jasa seperti: bunga, biaya
administrasi, biaya provisi dan komisi, materai dan asuransi.
2) Harus dikembalikan. Modal pinjman wajib dikembalikan dalam
jangka waktu yang telah disepakati.
3) Beban moral. Pemilik usaha yang mengalami kegagalan atau masalah
yang mengakibatkan kerugian akan berdampak terhadap pinjaman
sehingga akan menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan
dibayar.
Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:
1) Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta,
pemerintah maupun perbankan asing
2) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal
ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga
pembiayaan lainnya.
3) Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Sedangkan sumber modal usaha yang lain adalah berikut ini:20
1) Dana modal sendiri. Setiap pengusaha biasanya tersedia modal sendiri
walaupun kecil. Kecil atau besar bukan masalah yang penting berani
menggunakan modal tersebut untuk usaha.
20
Yusuf Suhardi, Kewirausahaan, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 111-
112.
51
2) Pinjaman dari keluarga. Biasanya pinjaman dari keluarga adalah
jangka pendek dan pengembaliannya harus tepat waktu atau lebih
cepat lebih baik.
3) Pinjaman dari bank atau orang tertentu. Apabila meminjam kepada
pihak lain sebaiknya dikembalikan sebelum jatuh tempo sehingga
kepercayaan akan sangat tinggi dari pihak pemilik modal.
4) Jual saham. Cara ini memudahkan usaha karena dana tersebut bukan
pinjamam, tetapi penyertaan modal dan mereka berhak untuk
memperoleh laba sebagai keuntungan atas uang mereka yang
ditanamkan.
5) Dana bantuan Pemerintah.
3. Cara Menghitung Pendapatan
Untuk mengetahui besarnya pendapatan ada 3 pendekatan
perhitungan, yaitu:
a) Pendekatan hasil produksi (product approach)
Dengan pendekatan hasil produksi, besarnya pendapatan dapat
diketahui dengan mengumpulkan data tentang hasil akhir barang atau
jasa untuk suatu periode tertentu dari suatu unit produksi yang
menghasilkan barang atau jasa.
b) Pendekatan Pendapatan
Menghitung pendapatan dengan mengumpulkan data tentang
pendapatan yang diperoleh seseorang.
c) Pendekatan pengeluaran
52
Menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan seluruh
pengeluaran yang dilakukan oleh suatu unit ekonomi.
Untuk menghitung besarnya pendapatan yang diperoleh para
pedagang, ketiga pendekatan tersebut dapat digunakan salah satu atau juga
ketiga-tiganya. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan pendapatan, yaitu untuk menghitung pendapatan para pedagang
dengan cara mengumpulkan data tentang pendapatan yang diperoleh para
pedagang.
Modal usaha mempunyai hubungan yang erat dengan kegiatan operasi
sehari-hari karena selalu dibutuhkan untuk membelanjakan barang-barang
kebutuhan konsumen secara terus menerus. Peningkatan dalam modal akan
mempengaruhi peningkatan jumlah barang yang diperdagangkan sehingga
akan meningkatkan pendapatan. Modal usaha bagi pedagang adalah unsur
yang paling utama untuk mendukung peningkatan pendapatan yang pada
akhirnya akan mningkatkan taraf hidup pedagang itu sendiri.
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memperoleh
pendapatan usaha yang optimal adalah dengan tersedianya modal yang
cukup. Modal usaha merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh
pedagang. Kekurangan modal akan sangat membatasi pengembangan usaha
pedagang kecil. Dengan modal yang cukup besar maka pedagang akan dapat
meningkatkan jumlah barang dagangan sehingga pendapatan usaha juga
akan meningkat.
53
D. Teori Upah Kerja
Menurut UU RI No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1,
ayat 30 bahwa upah kerja adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja yang dibayarkan
menurut suatu perjanjian dan kesepakatan atas suatu pekerjaan dan/atau jasa
yang telah dilakukan.
Upah dapat didefinisikan dengan sejumlah uang yang dibayar oleh
orang yang memberi pekerjaan kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai
dengan perjanjian.21
Upah merupakan harga dari tenaga kerja. Harga yang dibayarkan
kepada tenaga kerja atas jasa yang telah diberikannya kepada pemberi kerja.
Pemberian upah merupakan kewajiban seorang majikan.22
Upah merupakan
salah satu beban yang harus diperhitungkan untuk dapat mengetahui seberapa
banyak laba yang didapat oleh seorang pedagang. Dalam suatu perusahaan,
keuntungan akan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi biaya produksi
dan kerugian akan dialami perusahaan apabila hasil penjualan kurang dari
biaya produksi.23
Akan tetapi, dalam beberapa ayat dan hadits Nabi saw. menjelaskan
bahwa dalam pembayaran upah kepada pekerja merupakan sesuatu yang
diwajibkan karena telah menggunakan tenaga orang lain. Majikan
bertanggung jawab terhadap pembayaran upah pekerja pada saat pekerja
21
Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid II, (Terjemahan: Soeroyo dan Nastangin),
(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 36. 22
Paul Samuel dan Nordhous, Ekonomi Makro, (Jakarta: Erlangga, 1992), hlm. 275. 23
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press,
2008), hlm. 166.
54
membutuhkan. Upah adalah sebagai imbalan dari jerih payah seseorang atas
pekerjaan yang telah dilakukan yang harus diberikan secara adil.
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.
(Q.S. 16 : 90). Maksud ayat ini adalah bahwa seseorang yang bekerja harus
mendapat upah yang adil sesuai dengan kondisi yang wajar dalam
masyarakat. Seorang pekerja tidak boleh diperas tenaganya sementara upah
yang diterima tidak memadai. Demikian pula pekerja tidak boleh dibebani
pekerjaan yang terlalu berat di luar kemampuannya.
Rasulullah saw. menganjurkan pembayaran upah kepada seorang
pekerja sebelum keringatnya kering.24
Dalam perdagangan syariat Islam upah
merupakan hak dari orang yang telah bekerja dan kewajiban bagi orang yang
memperkerjakan. Allah SWT. menghalalkan upah, sebab upah adalah
kompensasi atas jasa yang telah diberikan oleh seorang tenaga kerja. Islam
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan secara menyeluruh meliputi nilai
kerjasama dalam tolong menolong. Islam memandang upah tidak sebatas
imbalan yang diberikan kepada pekerja, melainkan terdapat nilai-nilai
moralitas yang merujuk pada konsep kemanusiaan. Transaksi ijarah
diberlakukan bagi seorang ajir (pekerja) atas jasa yang mereka lakukan.25
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pemilik usaha akan
mempekerjakan seorang pekerja:
24
Muhammad, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, cet.1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm.
313. 25
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1-2006-thoriqshol-
1339-bab2_210-6.pdf, diakses tanggal 31 Januari 2015.
55
1. Bentuk Pekerjaan
Bentuk pekerjaan yang akan dilakukan hukumnya harus halal.
Artinya seorang pekerja tidak boleh menerima pekerjaan yang jelas
dilarang Islam. Demikian pula majikan harus menyediakan pekerjaan yang
diperbolehkan atau tidak ada larangan syara’ terhadap perbuatan tersebut.
Selain itu, jenis pekerjaan juga tidak boleh menentang peraturan yang
ditetapkan oleh negara. Pekerja harus mencurahkan tenaganya sesuai
dengan kesepakatan. Hal tersebut sesuai dengan yang telah dijelaskan
dalam Q.S. Al-Baqarah : 286 yang artinya, “Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..” Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya: Nabi saw. bersabda:
“Apabila aku telah memerintahkan kepada kalian suatu perintah itu
semampu kalian” (H.R. Muslim dan Bukhari).
Sehingga dengan adanya aturan ketentuan yang jelas mengenai
bentuk pekerjaan yang akan dilakukan maka kemungkinan terjadi
pelanggaran hak pekerja sangat kecil. Atas dasar inilah maka ketika syara’
memperbolehkan menyewa seorang pekerja, ditentukan pula aturan bahwa
bentuk pekerjaan harus jelas. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
eksploitasi terhadap pekerja serta hal-hal yang merugikan pihak lain.26
2. Waktu Kerja
Kontrak terhadap seorang pekerja terkadang ada yang disebut
waktunya dan kadang hanya disebutkan jenis pekerjaannya. Apabila dalam
26
Muhammad, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, cet.1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm.
330.
56
waktu kontrak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka salah satu dari
kedua belah pihak tidak dapat membubarkan kontrak. Sehingga seorang
pekerja harus melaksanakan pekerjaan selama masa kontrak yang telah
disepakati bersama.
3. Upah / gaji
Upah diberikan kepada pekerja harus disebutkan pada saat akad,
demikian pula jumlahnya. Rasulullah saw. memberikan contoh yang harus
dijalankan sebelum kaum muslimin setelahnya, yakni penentuan upah bagi
para pegawai sebelum mereka menjalankan pekerjaannya. Rasulullah saw.
bersabda: barang siapa memperkerjakan seorang pekerja, maka harus
disebutkan upahnya.27
Sehingga dapat dikatakan bahwa seorang pekerja
akan menerima upah atau pembayaran yang besarnya sesuai yang
disebutkan dalam akad. Upah tersebut diberikan pada saat yang ditentukan
seperti harian, mingguan atau bulanan.
E. Teori Omzet Penjualan
Omzet penjualan dalam produksi adalah total transaksi, pendapatan
kotor, seluruh pendapatan tanpa menghitung biaya-biaya pembelian, biaya
promosi, biaya tenaga kerja dan bahan baku. Omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang
27
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: Erlangga, 2012), hlm. 202.
57
dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Dalam praktek, kegiatan
penjualan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:28
a. Kondisi dan kemampuan penjual
Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil
mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu,
penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan
yaitu :
1) Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan.
2) Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok
penjualan ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi
atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.
3) Syarat penjualan seperti pembayaran, perantaraan garansi dan
sebagainya.
b. Kondisi pasar
Hal yang diperhatikan pada kondisi pasar antara lain :
1) Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar
pemerintah atau pasar internasional.
2) Kelompok pembeli dan segmen pasarnya.
3) Daya beli.
4) Frekuensi pembeliannya.
5) Keinginan dan kebutuhan.
28
Toti Indrawati dan Indri Yovita, Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional
di Kota Pekanbaru, dalam Jurnal Ekonomi, Vol. 22, No. 1, Maret 2014.
58
c. Modal
Dalam suatu perusahaan, apakah modal kerja mampu untuk mencapai
target penjualan yang dianggarkan seperti untuk :
1) Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan.
2) Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan.
3) Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target
penjualan.
Seorang pedagang yang mampu mengelola usahanya, mereka dapat
mengetahui celah mana yang dapat membuat barang dagangannya laku
sehingga akan memperbesar omzet penjualan yang akhirnya akan
meningkatkan keuntungan.29
29
Nurhidayah Ilham, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba Usaha Dagang
pada Pasar Tradisional di Kabupaten Pangkep, (Makasar : Universitas Hasanudin, 2014), Skripsi
tidak diterbitkan.