bab ii landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab...

49
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Menurut Salim (2010) investasi sebetulnya adalah suatu cara atau strategi untuk memutar kelebihan dana yang kita miliki agar menghasilkan dana yang lebih besar, baik dengan campur tangan kita maupun tidak. Investasi ini ada yang berwujud dan ada yang tidak berwujud. Investasi yang berwujud, misalnya kita membeli emas batangan, valuta asing, property, atau membangun sebuah bisnis. Investasi yang tidak berwujud, misalnya kita membeli saham, opsi saham, atau instrument derivative. Ketika kita melakukan investasi pada instrument investasi yang berwujud, kita dapat melihat atau memegang barang investasi yang kita beli tersebut. Sebagai contoh kita membeli sebuah mesin, kita dapat memegang mesin tersebut, mengoperasikan, serta mendayagunakannya sehingga menghasilkan uang bagi kita. Investasi, dalam arti luas, berarti mengorbankan sejumlah uang sekarang untuk sejumlah uang di masa depan. Ada 2 (dua) atribut berbeda yang melekat: risiko dan waktu. Pengorbanan terjadi saat sekarang ini dan memiliki kepastian. Hasil baru akan diperoleh kemudian dan besarnya tidak pasti (Sharpe, Alexander, Bailey, 1997). Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan

Upload: duongnga

Post on 23-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Investasi

Menurut Salim (2010) investasi sebetulnya adalah suatu cara atau strategi

untuk memutar kelebihan dana yang kita miliki agar menghasilkan dana yang lebih

besar, baik dengan campur tangan kita maupun tidak. Investasi ini ada yang berwujud

dan ada yang tidak berwujud. Investasi yang berwujud, misalnya kita membeli emas

batangan, valuta asing, property, atau membangun sebuah bisnis. Investasi yang tidak

berwujud, misalnya kita membeli saham, opsi saham, atau instrument derivative.

Ketika kita melakukan investasi pada instrument investasi yang berwujud, kita dapat

melihat atau memegang barang investasi yang kita beli tersebut. Sebagai contoh kita

membeli sebuah mesin, kita dapat memegang mesin tersebut, mengoperasikan, serta

mendayagunakannya sehingga menghasilkan uang bagi kita.

Investasi, dalam arti luas, berarti mengorbankan sejumlah uang sekarang

untuk sejumlah uang di masa depan. Ada 2 (dua) atribut berbeda yang melekat: risiko

dan waktu. Pengorbanan terjadi saat sekarang ini dan memiliki kepastian. Hasil baru

akan diperoleh kemudian dan besarnya tidak pasti (Sharpe, Alexander, Bailey, 1997).

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya

berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan

9  

datang (Sunariyah, 1997). Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan

oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.

2.1.1 Tujuan Investasi

Ada beberapa tujuan seseorang atau pihak tertentu melakukan

investasi, antara lain (Ahmad, 2004) :

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan

datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara

meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya

bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatanya yang

ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi yang mengakibatkan nilai uang menurun.

Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain,

seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya

tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak

melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di

masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat

yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Menurut Statman (2010) tujuan dan harapan dari seorang investor

melakukan investasi seperti yang diuraikan dibawah ini “ We want more from

10  

our investments than a reasonable balance between risk and return. We want

to nurture hope for riches and banish fear of poverty. We want to win, be

number one, and beat when they inflict losses. We want the status conveyed by

hedge funds, the virtue conveyed by socially responsible funds, the patriotism

conveyed by investing in our own country, and the loyalty conveyed by

investing in the companies that employ us. We want financial markets to be

fair, but we search for an edge that would let us win. We want to leave a

legacy for our children when we are gone. And we want to leave nothing for

the tax man.”

Tujuan investasi menurut Tim Studi Tipologi Investor Reksa Dana di

Pasar Modal Indonesia, yang dipublikasikan oleh BAPEPAM (2007)

terkait dengan aspek-aspek berikuti berikut:

a. Risiko

Elemen pertama yang terkait dengan tujuan investasi adalah aspek

risiko karena sangat menentukan tujuan lain berupa return. Portofolio yang

disusun untuk mencapai tujuan, risiko dan return harus selaras dengan

hambatan investasi yang tercantum dalam pernyataan kebijakan investasi.

Dalam merumuskan tujuan yang terkait dengan aspek risiko, investor harus

memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana cara mengukur risiko? Pengukuran risiko merupakan isu kunci

dalam investasi yang terus berubah dari waktu ke waktu. Salah satu

paradigm dalam teori portofolio modern menggunakan varian (atau

11  

standar deviasi) return sebagai ukuran risiko. Faktor-faktor risiko yang

lain mungkin juga relevan digunakan.

2. Bagaimana kemauan investor untuk mengambil risiko? Kemauan

mengambil risiko seringkali sangat berbeda antara investor individual dan

investor institusional. Kita dapat mencoba memahami faktor perilaku dan

kepribadian di balik kemauan untuk mengambil risiko.

3. Bagaimana kemampuan investor untuk mengambil risiko? Meskipun

investor memiliki kemauan mengambil risiko tertentu, seringkali terdapat

batasan-batasan dalam tataran praktis ataupun financial untuk mencapai

risiko dimaksud.

4. Berapa tingkat risiko di mana investor mau dan mampu untuk

mengambilnya? Dalam hal ini terdapat toleransi risiko (risk tolerance),

yaitu kapasitas untuk menerima risiko serta merupakan irisan dari

kemauan dan kemampuan mengambil risiko. Dalam terminologi lain

terdapat aversi risiko (risk aversion), yaitu tingkat ketidakmauan dan

ketidakmampuan mengambik risiko. Penasihat investasi perlu membantu

investor yang bersangkutan untuk mengkonversi kemauan dan

kemampuan mengambil risiko menjadi toleransi risiko yang

mencerminkan keduanya secara tepat. Dalam banyak kasus, investor

mungkin memerlukan pendidikan atau penjelasan mengenai prinsip-

prinsip dasar investasi.

5. Apakah tujuan risiko spesifik dari investasi yang dilakukan? Kita dapat

menspesifikasi tujuan risiko absolute maupun tujuan risiko relative dari

12  

investasi. Salah satu contoh tujuan risiko absolute adalah level standar

deviasi tertentu dari total return. Sedangkan salah satu tujuan risiko

relative adalah level tracking risk tertentu. Tracking risk adalah standar

deviasi dari selisih antara total return suatu portofolio dengan benchmark

yang digunakan.

b. Return

Elemen kedua dari kerangka kebijakan investasi adalah return. Tujuan

return harus selaras dengan tujuan risiko. Hal-hal berikut perlu diperhatikan

dalam menentukan tujuan yang terkait dengan return (BAPEPAM, 2007):

1. Bagaimana cara mengukur return? Ukuran yang biasa digunakan adalah

total return, yang merupakan penjualan antara return dari kenaikan harga

dan return dari pendapatan investasi. Return dapat dinyatakan dalam

angka absolute (seperti 10% per tahun), atau dalam angka relatif terhadap

return dari benchmark (seperti benchmark return plus 2% per tahun).

2. Berapa return yang diinginkan oleh investor? Hal ini disebut pernyataan

keinginan return (stated return desire). Keinginan return ini mungkin

realistis atau tidak realistis.

3. Berapa return rata-rata yang diperlukan oleh investor? Hal ini disebut

required return. Return sering didefinisikan sebagai level arus kas tertentu,

di mana tngkat return yang diperlukan akan dihitung dari arus kas

tersebut. Hal-hal lain yang dipertimbangkan meliputi tingkat pengeluaran,

kebutuhan pada masa yang akan datang, dan tingkat inflasi.

13  

4. Bagaimana tujuan return ditetapkan? Tujuan return mencakup required

return, stated return desire, dan tujuan risiko, yang kemudian menjadi

return tahunan yang dapat diukur. Return dari portfolio ditujukan untuk

memenuhi tujuan yang dapat diukur. Return dari portofolio ditujukan

untuk memenuhi tujuan kemakmuran investor (wealth objectives) atau

untuk mendukung kemampuan investor dalam membayar utang. Untuk

investor yang memiliki kebutuhan akan pendapatan investasi, tujuan

return ditujukan untuk membiayai pengeluaran yang dibutuhkan, baik dari

kenaikan modal maupun pendapatan investasi. Apabila tujuan return yang

telah ditetapkan tidak sesuai dengan toleransi risiko, perlu dilakukan

penyesuaian tertentu, seperti meningkatkan tabungan dan memodifikasi

tujuan kemakmuran.

2.1.2 Hambatan Investasi

Tujuan risiko dan return ditetapkan dengan memperhatikan sejumlah

hambatan investasi. Menurut Tim Studi Bapepam (2007), hambatan-

hambatan investasi meliputi likuiditas, rentang waktu, hukum dan perundang-

undangan, dan faktor-faktor internal tertentu. Meskipun semua faktor

tersebut mempengaruhi portofolio, dua hambatan pertama berpengaruh secara

langsung pada kemampuan untuk mengambil risiko, sehingga dapat

menghambat tujuan risiko maupun tujuan return.

14  

a. Likuiditas

Likuiditas terkait dengan kebutuhan akan uang tunai pada waktu tertentu.

Total biaya yang dibutuhkan untuk mengkonversi suatu asset menjadi uang

tunai merupakan ukuran likuiditas asset tersebut: biaya rendah berarti

likuiditas tinggi, dan biaya tinggi berarti likuiditas rendah. Biaya-biaya

transaksi tertentu merupakan kerugian ekonomi bagi portofolio. Risiko

kerugian karena adanya kebutuhan menjual asset yang relative kurang

marketable untuk memenuhi kebutuhan likuiditas disebut risiko likuiditas.

b. Rentang Waktu

Rentang waktu (time horizon) merupakan periode waktu tertentu yang

sering dilekatkan pada tujuan investasi. Rentang waktu investasi terdiri dari

jangka pendek, jangka pendek, atau kombinasi keduanya. Multi-stage horizon

merupakan kombinasi antara jangka pendek dan jangka panjang, seperti

pendanaan pendidikan anak dan masa pension. Secara umum, pertanyaan-

pertanyaan relevan mengenai rentang waktu diantaranya:

• Bagaimana panjangnya rentang waktu mempengaruhi kemampuan

investor untuk mengambil risiko? Semakin panjang rentang waktu

investasi, semakin banyak risiko yang dapat diambil oleh investor.

• Bagaimana panjangnya rentang waktu mempengaruhi alokasi asset

investor? Dalam investasi jangka panjang banyak investor

mengalokasikan proporsi dana yang lebih besar pada instrument investasi

yang lebih berisiko. Tidak demikian dengan investasi jangka pendek.

15  

• Bagaimana kemauan dan kemampuan untuk mengatasi fluktuasi nilai

portofolio mempengaruhi alokasi asset investor? Dengan penekanan pada

risiko, investor dengan investasi jangka panjang sekalipun bisa jadi akan

membatasi risk-taking karena sensitivitas mereka akan kemungkinan

terjadinya kerugian yang signifikan. Investor dengan kebutuhan likuiditas

jangka pendek biasanya lebih menyukai instrument investasi jangka

pendek untuk meminimalisasi risiko kerugian.

• Bagaimana keberadaan investasi multi-stage horizon mempengaruhi

alokasi asset investor? Dalam kasus multi-stage horizon, kebijakan

investasi harus dirancang untuk dapat mengakomodasi semua rentang

waktu. Hal ini akan melibatkan upaya kompromi tertentu untuk mencapai

tujuan jangka pendek, menengah, maupun panjang.

c. Masalah Pajak

Masalah perpajakan terjadi apabila investor dihadapkan pada struktur

pajak yang mengurangi jumlah total return yang sebenarnya dapat digunakan

untuk membiayai kebutuhan saat ini atau untuk diinvestasikan kembali pada

masa yang akan datang. Kebijakan perpijakan di suatu negara dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan investasi.

d. Faktor Peraturan, Hukum, dan Kredibilitas

Faktor peraturan, hukum, dan kredibilitas merupakan faktor eksternal

(berasal dari pemerintah, otoritas regulator atau pengawas di suatu negara)

yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Misalnya

16  

peraturan reksa dana dipasar modal Indonesia yang mengatur batas

kepemilikan unit reksa dana untuk masing-masing investor hingga maksimum

2% dari total unit yang diterbitkan.

e. Faktor Internal Tertentu

Hal ini mencakup faktor-faktor internal (selain yang disebutkan di atas)

yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Sebagai contoh,

pilihan portofolio investor perorangan dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi

tertentu seperti kesehatan, keluarga yang harus ditanggung, dan sebagainya.

Pilihan portofolio juga dapat dipengaruhi oleh kapabilitas investor dalam

sumber daya manusia maupun keuangan, termasuk waktu, minat, latar

belakang, dan kemampuan teknis yang dimiliki.

2.1.3 Jenis-Jenis Investasi

Dari resiko yang ada investasi mempunyai berbagai jenis. Jenis-jenis

investasi mempunyai berbagai macam yang akan diuraikan sebagai berikut

(PT. Indo Premier Securities) :

1. Tabungan dan deposito

Memiliki tabungan di bank adalah cara investasi yang paling sederhana,

praktis dan mudah, didukung dengan likuiditas dan kemudahan pengambilan

sewaktu-waktu, bank juga relative sangat aman, karena hingga kini simpanan

di bank dijamin oleh pemerintah. Bank juga memberikan bunga, besar dari

17  

bunga tergantung pada jenis simpanan dengan prinsip semakin besar dan lama

orang menyimpan dana di bank umumnya semakin besar pula bunganya.

Deposito sendiri mirip dengan tabungan namun dengan jangka waktu tertentu,

bunga yang ditawarkan di deposito relative lebih tinggi dari bunga tabungan,

namun bila deposito diambil sebelum jangka waktunya maka akan dikenakan

penalti.

2. Obligasi

Obligasi adalah surat hutang dengan jangka waktu tertentu. Obligasi dapat

diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah ataupun lembaga lainnya. Imbalan

dari obligasi adalah modal pokok investasi plus kupon bunga, kupon bunga ini

besarnya sudah ditentukan sekian persen dan umumnya lebih tinggi dari suku

bunga bank ataupun surat berharga lainya yang dianggap aman, mengingat

resiko obligasi yang relatif lebih tinggi. Pembayaran kupon bunga dilakukan

secara berkala, misalnya 3 bulan atau 6 bulan atau tahunan. Pembayaran

pokok investasi sendiri dilakukan saat obligasi jatuh tempo, yaitu tanggal

dimana obligasi habis masa berlakunya.

Menurut Sulistyastuti (2002) obligasi (bond) adalah sekuritas

berpendapatan tetap (fixed income securities) yang diterbitkan berhubungan

dengan perjanjian hutang. Sebagai sekuritas pendapatan tetap, obligasi

memberikan penghasilan secara rutin. Obligasi memiliki karakteristik

sebagaimana karakteristik sekuritas pendapatan tetap (fixed income securities)

lainnya, yaitu:

18  

1. Surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum.

2. Memiliki jangka waktu tertentu atau masa jatuh tempo.

3. Memberikan pendapatan tetap secara periodic

4. Ada nilai nominal, yang disebut juga nilai pari, par value, stated value,

face value.

Penerbitan obligasi sebagai sekuritas pendapatan tetap, mewajibkan

penerbitnya atas pembayaran sebesar persentase tertentu secara periodic.

Besarnya persentase yang diberikan secara periodic ini didasarkan atas nilai

nominal ini disebut pembayaran kupon.

3. Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan (ekuitas) bukan surat utang. Membeli

saham berarti memiliki sebagian dari perusahaan, artinya juga anda berbagi

resiko dengan emiten (penerbit saham). Bila emiten mendapat laba, sebagian

akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Untuk

pembahasan saham akan kami tuntas lebih lanjut di sub bab berikutnya.

4. Membuka usaha baru

Membuka usaha baru juga merupakan bentuk dari investasi. Alasan mengapa

orang membuka usaha baru, selain potensi hasil yang tak terhingga juga bisa

agar bisa melakukan pekerjaan yang benar-benar disukai, mengembangkan

kreativitas individual dan juga mencapai kemandirian finansial. Perlu diingat

bahwa resiko membuka usaha baru relatif besar, kerugian usaha bisa sampai

pada kebangkrutan yang bisa lebih dari menghabiskan modal,. Selain itu

19  

dibutuhkan juga dedikasi waktu, ketrampilan, keseriusan, determinasi dan

mungkin juga bakat.

5. Properti

Salah satu pilihan yang relatif aman, selama tidak ada resiko gejolak politik

maka rumah/tanah tak akan berkurang. Juga potensi hasil investasinya yang

berupa nilai jual yang terus meningkat dan hasil dari sewa. Berinvestasi di

properti memerlukan jumlah dana relatif besar dan juga komitmen jangka

panjang, karena meski nilainya akan terus meningkat, kendala likuiditas yaitu

penjualan kembali properti yang tidak mudah dan memakan waktu lama.

6. Logam mulia

Pembelian perhiasan seperti emas juga bisa menjadi sarana investasi, selain

bisa dijual kembali dengan relatif mudah, harga emas juga terus meningkat

dari waktu ke waktu, walaupun harga jualnya lebih rendah ada nilai guna yang

telah dipakai. Pembelian emas juga melindungi dari depresiasi mata uang,

karena harga emas meningkat seiring dengan inflasi hal ini mirip dengan

menyimpan dana dalam bentuk valuta asing, keduanya sama-sama melindungi

dari resiko penurunan nilai mata uang.

7. Kolektibel

Investasi dalam bentuk benda-benda koleksi seperti karya seni, meskipun

banyak pertimbangan non-ekonomi dalam investasi dibidang ini, namun perlu

diingat bahwa nilai untuk barang kolektibel meskipun cenderung naik tapi tak

terukur, dan juga kendala likuiditas dimana sulit menjual kembali dan

memperkirakan nilai jualnya.

20  

8. Pasar berjangka

Pasar ini muncul dari timbulnya transaksi forward, yaitu transaksi dilakukan

hari ini tetapi pembayaran dan penyerahan komoditas dilakukan di kemudian

hari yang telah ditetapkan. Transaksi ini melindungi pembeli dan penjual dari

fluktuasi harga yang tidak diharapkan. Perbedaan waktu antara transaksi

dengan penyerahan komoditas yang bisa sampai berbulan-bulan dimanfaatkan

oleh para spekulan untuk memperdagangkan kontrak forward tersebut.

Spekulan ini tidak memproduksi /mengkonsumsi produk tersebut, kontrak

diperdagangkan dengan harapan keuntungan dari fluktuasi harga dimasa

datang akibat perubahan pasokan. Pasar berjangka ini semula hanya diproduk

komoditas, namun kemudian meluas ke pasar modal, pasar uang dan valas.

9. Reksa dana

Bagi seseorang yang ingin investasi di pasar uang atau pasar modal tetapi

tidak mempunyai keahlian atau tidak mempunyai waktu dapat berinvestasi di

reksa dana. Reksa dana adalah wadah yang menghimpun dana dari para

investor untuk kemudian dikelola oleh Manajer Investasi ke berbagai

instrumen investasi. Instrumen investasi yang bisa dipilih ada bermacam-

macam misalnya obligasi, saham atau campuran antara obligasi dan saham.

Selain itu reksa dana berbasis instrumen hutang jangka pendek yang jatuh

temponya kurang dari 1 tahun yaitu reksa dana pasar uang.

21  

2.1.4 Persamaan dan Perbedaan antara Spekulasi dan

Investasi

Ada perbedaan dan persamaan yang paling mendasar antara

spekulasi dan investasi. Persamaan yang paling mendasar di antara keduanya

adalah bahwa baik dalam kegiatan investasi ataupun spekulasi ada peluang

untuk menikmati keuntungan dan ada pula kemungkinan untuk menderita

kerugian. Namun bedanya adalah: dalam kegiatan investasi, maka peluang

untuk menerima keuntungan harus lebih besar dibandingkan dengan peluang

untuk menderita kerugian. Sebaliknya, dalam spekulasi maka peluang untuk

menerima keuntungan akan lebih kecil dibandingkan dengan peluang untuk

menderita kerugian. (Syamsir, 2005).

Oleh karena itu, maka apakah kegiatan di pasar modal masuk dalam

kategori spekulasi atau bukan, sebenarnya berpulang kepada investor itu

sendiri, jika mereka mengambil keputusan beli atau jual hanya dengan melihat

pergerakan harga terakhir (last done) tanpa melakukan analisa yang

mencukupi terlebih dahulu tentang saham yang mereka minati, maka tentu

saja kita bisa mengatakan bahwa mereka termasuk dalam golongan

speculator. Namun, jika keputusan pembelian ataupun penjualan saham yang

dilakukan oleh investor telah didahului dengan melakukan analisa yang

memadai, sehingga mereka bisa mengkalkulasi peluang akan menikmati gain

ataupun akan menderita loss.

22  

2.1.5 Strategi Investasi Pasif dan Aktif

Beberapa jenis strategi dalam berinvestasi tlah cukup dikenal. Bodie et

al (2009) memaparkan 2 jenis strategi berinvestasi yang sangat mendasar

adalah :

• Passive Investment strategy, yang percaya bahwa pasar adalah sangat

efisien, sehingga cukup berupaya mencari imbal hasil dan resiko yang

sama dengan pasar.

• Active investment strategy, yang justru percaya bahwa dengan kemampuan

yang dimilikinya akan dapat mengidentifikasi surat berharga yang mis-

priced di pasar, sehingga akan dapat menghasilkan imbal hasil yang lebih

tinggi daripada pasar.

Pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab, karena dalam finance,

tidak ada hal yang pasti dan mutlak sebagaimna lazimnya di teknis

akuntansi. Apabila seseorang memutuskan melakukan investasi dengan

membeli saham di pasar modal, maka yang bersangkutan memiliki setidaknya

dua pilihan strategi investasi yaitu: strategi investasi aktif dan strategi

investasi pasif. Pada stratei investasi aktif, investor secara aktif melakukan

transaksi jual beli saham dengan berpegangan pada prinsip beli murah jual

mahal (buy low, sell high). Sementara pada strategi pasif, investor

menganggap harga saham di pasar secara rata-rata adalah harga yang wajar,

dimana investor membeli saham kemudian menahannya untuk beberapa lama

(buy and hold). Strategi pasif relative sederhana, tidak memakan waktu,

23  

tenaga dan rendah biayanya. Dalam strategi aktif, ada dua hal yang perlu

diperhatikan yaitu: pertama, menentukan saat masuk dan keluar investasi baik

dari saham tertentu maupun keluar dari pasar saham secara keseluruhan yang

dikenal dengan istilah market timing, dan kedua menentukan dan memilih

saham-saham yang menurut investor menjanjikan keuntungan dimasa yang

akan datang yang dikenal dengan istilah stock selection. Market timing

biasanya terkait dengan analisis teknikal yang menggunakan data historis

perdagangan saham untuk menentukan saat, masuk dan keluar dari pasar

saham atau membeli dan menjual saham-saham tertentu, sementara stock

selection lebih berhubungan dengan analisis fundamental, yang melihat data

kesehatan keuangan dan prospek investasi yang membedakan saham mana

yang sangat berpotensi memberikan keuntungan dan saham mana yang kurang

berpotensi memberikan keuntungan.

Strategi investasi pasif (passive strategy) adalah keputusan portofolio

yang menghindari analisis sekuritas secara langsung maupun tidak langsung.

“passive strategy describes a portfolio decision that avoids any direct or

indirect security analysis” (Bodie et al, 2009). Sekilas strategi ini terlihat

naïf. Namun karena kekuatan penawaran dan permintaan di pasar modal

demikian besarnya, membuat strategi ini menjadi pilihan yang masuk akal

bagi investor.

Fabozzi (1999) melakukan pengamatan terhadap kinerja strategi

berinvestasi dan ternyata menyimpulkan bahwa kinerja strategi investasi aktif

sulit menghasilkan kinerja yang luar biasa secara konsisten. Dengan

24  

demikian, sulit untuk menjustifikasi biaya yang tinggi atas active managed

fund sehingga passive investment strategy dirasa lebih tepat dalam jangka

panjang.

Farrell (1997) menyebutkan bahwa kunci utama faktor keberhasilan

melakukan active investment strategy adalah tingkat predictive ability manajer

investasi. Semakin tinggi predictive ability manajer investasi yang

bersangkutan, maka semakin tinggi pula imbal hasil kinerja investasinya,

yang mana tentunya diharapkan oleh investor.

Sifat kesimpulan yang diperoleh bahwa kinerja strategi investasi yang

lebih baik adalah inconclusive. Kita tidak pernah bisa melakukan penarikan

kesimpulan yang cukup kuat mana strategi investasi yang lebih baik. Ini

membuktikan pula bahwa pasar ternyata memang efisien, dibuktikan dengan

tidak adanya manajer investasi yang sukses melakukan kinerja superior secara

konsisten. Hal ini semakin menambah puzzling dalam dunia finance.

2.1.6 Proses Investasi

Proses investasi adalah suatu aktivitas yang menghasilkan

pengembalian pada asset riil atau sekuritas (Amling, 1989). Tahap-tahap

proses investasi adalah sebagai berikut:

25  

1. Return investasi harus diestimasi terlebih dahulu dan resiko yang akan

diterima harus diketahui dan investor menyediakan dana untuk investasi

tersebut.

2. Mengerti perilaku investor terhadap resiko dimana setiap investor harus

menerima resiko yang berhubungan dengan investasi yang dilakukan.

3. Mempunyai pengetahuan atas setiap ide sekuritas atau aset yang akan

diinvestasikannya yang meliputu expected return dan resiko dari setiap

sekuritas.

4. Bagian penting lain dalam proses investasi adalah pengetahuan dasar

tentang struktur pasar dimana sekuritas diperdagangkan, persentase yang

diperdagangkan, bagaimana cara memperdagangkannya dan siapa saja

investornya.

5. Proses akhirnya adalah menyeleksi beberapa sekuritas atas aset yang ada

yang mempunyai return dan resiko yang mampu menerima sesuai dengan

kebutuhan setiap investornya.

Proses investasi menjelaskan bagaimana seharusnya seorang investor

membuat keputusan investasi sekuritas yang bisa dipasarkan, seberapa

ekstensif, dan kapan sebaiknya dilakukan. Ada 5 (lima) prosedur dalam

membuat keputusan yang menjadi dasar proses investasi di bidang (Sharpe,

Alexander, Bailey, 1997) :

1. Penentuan kebijakan investasi

Langkah pertama, menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan

tujuan investor dan banyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan.

26  

Karena terdapat hubungan positif antara risiko dan return untuk strategi

investasi, bukan suatu hal yang tepay bagi seorang investor untuk berkata

bahwa tujuannya adalah “memperoleh banyak keuntungan”. Yang tepat

bagi seorang investor dalam kondisi seperti ini adalah menyatakan

tujuannya untuk memperoleh banyak keuntungan dengan memahami

bahwa ada kemungkinan terjadinya kerugian. Tujuan investasi seharusnya

seharusnya dinyatakan dalam risiko maupun return. Langkah dalam proses

investasi ini juga meliputi identifikasi potensi kategori aset keuangan yang

akan dimasukkan ke portofolio. Identifikasi ini didasarkan pada beberapa

hal: tujuan investasi, jumlah kekayaan yang akan diinvestasikan, dan

status pajak dari investor. Contohnya, dapat dilihat kemudian, biasanya

tidak masuk akal bagi investor individu untuk membeli saham utama atau

bagi investor yang tidak kena pajak (seperti dana pensiun) untuk

berinvestasi pasa sekuritas yang tidak kena pajak (seperti municipal

bonds). Kebijakan investasi merupakan titik pijakan bagi proses investasi.

Akan tetapi, kebijakan tersebut merupakan langkah yang menerima

perhatian paling sedikit dari pada investor. Bagian isu kelembagaan yang

berjudul “kebijakan investasi” menggambarkan lebih rinci unsure-unsur

dasar kebijakan investasi.

2. Melakukan analisis sekuritas

Langkah kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis

sekuritas, yang meliputi penelitian terhadap sekuritas secara individual

(atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk ke dalam kategori luas

27  

aset keuangan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan

melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas

yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan terhadap analisis

sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua

klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknikal, analisis yang

memakai pendekatan ini untuk analisis sekutitas disebut analisis teknis

atau analisis teknikal. Klasifikasi kedua disebut analisis fundamental;

mereka yang memakai pendekatan ini disebut fundamentalis atau ahli

analisis fundamental. Dalam membahas kedua pendekatan analisis

sekuritas tersebut, pertama-tama akan difokuskan pada saham biasa dan

kemudian aset keuangan lain. Dalam bentuk yang paling sederhana,

analisis teknikal meliputi studi harga pasar saham dalam upaya

meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham perusahaan

tertentu. Awalnya, harga-harga masa lalu dianalisis untuk menentukan

tren atau pola gerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk

mengidentifikasi tren atau pola yang muncul yang mirip dengan pola masa

lalu. Pola sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang

kembali. Jadi dengan mengidentifikasi pola yang muncul, analisis itu

berharap dapat meramalkan dengan tepat gerakan harga pada masa depan

untuk saham tersebut. Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis

fundamental dimulai dengan menaksir bahwa nilai “sebenarnya” (atau

“intrinsic”) aset keuangan itu sama dengan nilai sekarang (present value)

dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik aset itu.

28  

Sesuai dengan hal tersebut, analis saham fundamental berupaya

meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian

mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) dengan

menggunakan tingkat diskonto yang tepat. Lebih spesifik lagi, analis tidak

hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja tetapi juga aliran

dividen dari suatu saham pada masa depan, yang sama artinya dengan

meramalkan pendapatan per lembar saham dan pembayaran dan dividen

tunai (pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus diestimasi.

Setelah nilai sesungguhnya (true value) dari saham biasa suatu

perusahaam ditentukan, nilai tersebut dibandingkan dengan harga pasar

dari saham tersebut dengan tujuan untuk melihat apakah saham dihargai

dengan tepat. Saham yang memiliki true value lebih rendah dari harga

pasar disebut overpriced. Saham yang true value-nya lebih rendah dari

harga pasar disebut underpriced. Besarnya perbedaan antara tru value

dengan harga pasar juga merupakan informasi yang penting karena

keyakinan pendapat seorang analisis bahwa harga saham tertentu tidak

dapat sebagian tergantung dari besaran tersebut. Analisis fundamental

percaya bahwa kasus kesalahan dalam penentuan harga akan dikoreksi

oleh pasar pada masa depan, artinya harga saham yang undervalue akan

mengalami kenaikan nilai (appreciation) yang luar biasa sedangkan harga

saham yang overvalue akan mengalami penurunan nilai (depreciation)

yang luar biasa.

29  

3. Membentuk portofolio

Langkah ketiga dalam proses investasi, pembentukan (penyusunan)

portofolio, melibatkan identifikasi aset-aset khusus mana yang akan

dijadikan investasi, juga menentukan besarnya bagian kekayaan investor

yang akan diinvestasikan ke tiap aset tersebut. Disini masalah selektifitas,

penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian bagi investor.

Selektifitas, juga disebut microforecasting, merujuk pada analisis sekuritas

dan memfokuskan pada peramalan pergerakan harga tiap-tiap sekuritas.

Penentuan waktu (timing), yang juga disebut macroforecasting, meliputi

peramalan pergerakan harga saham biasa secara umum relative terhadap

sekuritas dengan bunga tetap, misalnya obligasi korporasi (PT Tbk.) dan

Treasury bills. Diversifikasi meliputi pembentukan portofolio investor

sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko, dengan memperhatikan

batasan-batasan tertentu.

4. Merevisi portofolio

Langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio, berkenaan

dengan pengulangan periodic dari tiga langkah sebelumnya. Yaitu, dari

waktu ke waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang

pada gilirannya berarti portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal.

Oleh karena itu, investor membentuk portofolio baru dengan menjual

portofolio yang dimilikinya dan membeli portofolio lain yang belum

dimiliki. Motivasi lain dari langkah ini adalah dengan berjalannya waktu,

terjadi perubahan sekuritas, sehingga sekuritas yang tadinya tidak menarik

30  

dan bisa juga kebalikannya. Jadi investor ingin menambah sekuritas yang

menarik ke portofolionya dan menjual sekuritas yang tidak lagi menarik.

Keputusan semacam ini tergantung antara lain pada besarnya biaya

transaksi untuk melakukan perubahan tersebut dan juga besarnya

peningkatan pendapatan investasi portofolio yang baru.

5. Mengevaluasi kinerja portofolio

Langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi kinerja portofolio,

meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodik, tidak hanya

berdasarkan return yang dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi

investor. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko dan

juga standar (benchmark) yang relevan.

31  

2.2 Pasar Modal

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,

memberikan definisi tentag pasar modal sebagai keigiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan

efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai

instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan baik

dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,

public authorities maupun perusahaan swasta (Husnan, 1996).

Sunariyah (1997) memberikan dua definisi pasar modal, yaitu dalam arti luas,

pasar modal adalah suatu system keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya

adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta

keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah

suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disipakan guna memperdagangkan saham-

saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa

perantara pedagang efek.

Didalam pasar modal instrumen yang diperdagangkan adalah berjangka

panjang seperti saham dan, obligasi. Dan instrument tersebut mempunyai variasi dan

macam sesuai dengan perkembangan keadaan perekonomian serta kompleksitas

perusahaan yang bersangkutan. Realisasi pasar ini sudah ada sejak sebelum perang

dan dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Dan pasa saat sekarang Bursa

Efek di Jakrta merupakan pasar modal. Semula instrument yang diperdagangkan

32  

masih sangat terbatas yaitu saham-saham perusahaan sebelum perang dan obligasi

Pemerintah/bank Industri Negara yang terbit pada tahun 1950/1960-an. Mulai tahun

1977 saham dan obligasi beberapa perusahaan asing dan dalam negeri mulai

ditawarkan bursa (Gunadarma, 2010).

Unsur-unsur pokok yang mendukung adanya Pasar Modal adalah:

1. Adanya perusahaan atau lembaga usaha lainnya yang menawarkan saham atau

obligasi kepada masyarakat dan telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.

2. Adanya masyarakat investor, lembaga investasi seperti asuransi, dana pension dan

sebagainya, yang bersedia membeli saham atau ob ligasi.

3. Adanya lembaga pasar modal yang dapat mempertemukan untuk peminta dana

(demand of funds) dan penyedia dana (supply of funds).

4. Adanya perantara dan pedagang efek yang berperan sebagai lembaga penunjang

pasar modal.

Pasar Modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran

umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Darmadji,

2006).

Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan

perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrument keuangan

jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. Sejarah Pasar Modal Indonesia

mencatatkan kegiatan jual beli efek telah dimulai sejak awal abab ke-19, saat

Indonesia masih dibawah penjajahan Belanda. Namun akibat pecahnya perang dunia

33  

II suhu politik di eropa menjadi memanas oleh sebab itu Belanda memutuskan untuk

menutup pasar modal di Indonesia. Namun pada saat pemerintah Orde Baru,

pemerintah mulai mengaktifkan kembali bursa dan menambah satu institusi untuk

mengawasi perdagangan, yang selanjutnya dikenal dengan nama Bapepam (Badan

Pelaksana Pasar Modal). Bapepam, yang diresmikan tahun 1976 lewat Keppers

No.52/1976, pada awal pendiriannya memiliki fungsi:

• Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menerbitkan

sahamnya di pasar modal.

• Menyelenggarakan Bursa Pasar Modal yang efektif dan efisien.

• Terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang menjual

saham-sahamnya di pasar modal.

Awalnya, selain sebagai penyelenggara perdagangan, Bapepam juga bertugas

membina dan mengawasi pasar modal. Namun, pada perkembangan selanjutnya,

dualism fungsi tersebut dihapuskan (lewat Keppres No.53/1990 dan SK Menkeu

No.1548/1990) dan Bapepam mulai mengkonsentrasikan diri pada fungsi

pengawasan saja. Dengan fungsi ini Bapepam diharapkan dapat mewujudkan

perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal

dan masyarakat.

Seperti yang dikutip salah satu website perusahaan sekuritas di Indonesia

(Indo Premier Securities, 2010)  .    Pasar modal (capital market) merupakan pasar

untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun

34  

instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan

maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan

berinvestasi. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan

instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi,

waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan

lain-lain.

Gambar 2.1 Instrumen Keuangan yang diperdagangkan di Pasar Modal

(Sumber : Indo Premier, 2010)

Manfaat Pasar Modal:

a. Kepemilikan masyarakat terhadap perusahaan

Melalui pasar modal, perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya kepada

masyarakat luas, hal ini akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih

transparan, dimana perusahaan harus bisa bertanggung jawab terhadap para

pemegang saham (RUPS).

35  

b. Transparansi Manajemen Perusahaan

Keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan

untuk menerapkan manajemen secara profesional, efisien dan berorientasi pada

keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi “Good Corporate Governance”.

2.2.1 Peranan Pasar Modal

Pasar Modal merupakan lembaga yang dapat menjadi sumber

pembiayaan pembangunan di luar lembaga perbankan dan anggaran belanja

negara. Di dalam pasar modal dana masyarakt dapat ditarik untuk membiayai

pembangunan dengan jalan mengundang partisipasi modal masyarakat dalam

pemilikan dan pengelolaan perusahaan. Berdasarkan atas prinsip tersebut

adanya pasar modal merupakan tempat bagi partisipasi masyarakat dalam

kegiatannya di bidang ekonomi/pembangunan. Dan selanjutnya merupakan

pula pemerataan penyertaan dan pendapatan masyarakat yang bersangkutan.

Sedang bagi perusahaan akan terjadi proses penyehatan kegiatan perusahaan

karena sehatnya perusahaan tersebut merupakan syarat untuk berhasilnya

menarik partisipasi masyarakat. Dengan demikian peranan pasar modal dalam

pembangunan dapat disimpulkan sebagai berikut (Gunadarma, 2010):

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha. Hal ini

merupakan perwujudan dari usaha pendemokrasian cara berusaha.

36  

2. Meratakan pendapatan masyarakat dari hasil pembangunan itu.

3. Menyehatkan pengelolaan perusahaan, sesuai dengan asas-asas

keterbukaan perusahaan.

4. Memobilisasi dana masyarakat yang akan saling menunjang dengan

pengembangan kegiatan usaha yang memerlukan dana.

Husnan (1996) menyebutkan bahwa pasar modal memiliki daya tarik.

Pertama, diharapkan pasar modal ini akan menjadi alternative penghimpun

dana selain perbankan. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal

mempunyai berbagai pilihan yang sesuai dengan preferensi resiko.

Sunariyah (1997) menjelaskan bahwa pasar modal memiliki peranan

yang penting dalam suatu negara. Peran pasar modal bagi sebuah negara

secara mikro dapat dilihat dari lima aspek sebagai berikut:

a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk

menentukan saham atau surat berharga yang diperjualbelikan tanpa

mengharuskan kedua belah pihak bertemu secara langsung.

b. Pasar modal member kesempatan kepada para investor untuk memperoleh

hasil atau return yang diharapkan.

c. Pasar modal member kesempatan bagi para investor untuk menjual

kembali saham atau surat berharga yang dimilikinya.

d. Pasar modal menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam mengembangkan perekonomian negara.

37  

e. Pasar modal mengurangi biaya informasi yang diperlukan sebagai dasar

pengambilan keputusan investasi.

2.2.2 Jenis Pasar Modal

Sunariyah (1997) mengklasifikasikan pasar modal berdasarkan tempat

kejadian transaksi dan proses penyelenggaraan transaksi. Berdasarkan tempat

kejadian transaksinya, pasar modal dapat dibedakan menjadi:

a. Pasar Perdana (primary market)

Pasar perdana adalah pasar yang memperdagangkan saham-saham atau

sekuritas lainnya yang dijual untuk pertamakalinya (penawaran umum)

sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa.

b. Pasar Sekunder (secondary market)

Pasar sekunder adalah pasar yang saham dan sekuritas lain

diperjualbelikan secara luas setelah melalui masa penjualan di pasar

perdana.

c. Pasar ketiga (third market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar

bursa (Over-The-Counter Market). Operasi yang ada di pasar ketiga ini

berupa pemusatan informasi yang disebut dengan trading information dan

informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi harga-harga saham,

jumlah transaksi dan keterangan lain mengenai surat berharga yang

bersangkutan. Di Indonesia, pasar ketiga ini disebut dengan bursa paralel.

d. Pasar keempat (fourth market)

38  

Pasar keempat merupakan tempat pengalihan saham dari satu pemegang

ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk

transaksi dalam perdagangan ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar.

Ditinjau dari proses penyelenggaraannya, pasar modal dibagi menjadi

beberapa kategori (Sunariyah, 1997):

a. Pasar Spot

Pasar spot adalah pasar keuangan yang memperdagangkan sekuritas atau

jasa keuangan untuk diserahterimakan secara spontan.

b. Pasar Futures atau Forward

Pasar futures adalah pasar keuangan dimana sekuritas atau jasa keuangan

akan diselesaikan pada kemudian hari atau beberapa waktu sesuai dengan

ketentuan.

c. Pasar Opsi

Pasar opsi adalah pasar keuangan yang memperdagangkan hak untuk

menentukan pilihan terhadap saham atau obligasi.

2.2.3 Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga

(efek) yang secara umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar

Modal, yang dimaksud dengan efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat

berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap

right, waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang

39  

ditetapkan sebagai efek (Sunariyah, 1997). Menurut Sunariyah (1997), hingga

saat ini efek yang diperdagangkan di pasar modal antara lain sebagai

berikut:

1. Saham

Saham adalah penyertaan modal adalam pemilikan suatu perseroan

terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Pemilik saham merupakan

pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Di Indonesia, jenis saham yang

diperdagangkan adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik

tertera di atas saham tersebut.

2. Obligasi

Obligasi adalah surat pengakuan utang atas pinjaman yang diterima oleh

perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu obligasi telah

ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan

saat pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi ini

diterbitkan baik oleh Badan Usaha Milik Negara, swasta maupun

pemerintah pusat atau daerah (BUMD).

3. Derivatif dari efek

a. Right/Klaim

Right merupakan bukti hak memesan saham terlebih dahulu yang

melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk

membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum

saham-saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain.

40  

b. Waran

Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang

memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan suatu saham

dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau

lebih.

c. Obligasi konvertibel

Obligasi konvertibel adalah obligasi yang setelah jangka waktu

tertentu dan selama masa tertentu dengan perbandingan dan/atau harga

tertentu dan dapat ditukar kembali menjadi saham dari perusahaan

emiten.

d. Saham deviden

Saham deviden adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

pemegang saham sebagai deviden yang tidak tunai.

e. Saham bonus

Saham bonus adalah saham yang dibagikan kepada pemegang saham

lama.

f. Sertifikat ADR/CDR

American Depository Receipts (ADR) atau Continental Depository

Receipts (CDR) adalah suatu resi (tanda terima) yang memberikan

bukti bahwa saham perusahaan asing disimpan sebagai titipan atau

berada di bawah penguasaan suatu bank Amerika. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah transaksi dan mempercepat

pengalihan penerima manfaat dari suatu efek asing di Amerika.

41  

g. Sertifikat Reksa Dana

Sertifikat Reksa Dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa

pemodal menitipkan uang kepada manajer investasi sebagai pengelola

dana untuk diinvestasikan baik di pasar modal atau di pasar uang. Ada

2 jenis reksa dana, yaitu: reksa dana open end (terbuka), yaitu

sertifikat yang bisa dijual kembali kepada manajer investasi dan reksa

dana close end (tertutup), yaitu sertifikat yang tidak bisa dijual

kembali kepada manajer investasi tetapi dijual di pasar sekunder.

2.2.4 Pengelompokan Pasar Modal Dunia

    Pasar Internal disebut juga pasar nasional. Pasar ini dibedakan

menjadi: pasar domestic dan pasar asing. Pasar Domestik merupakan pasar

dimana perusahaan-perusahaan penerbit sekuritas berdomisili di Negara

tersebut. Pasar asing adalah pasar dimana dilakukan jual beli sekuritas dari

perusahaan yang tidak berdomisili di negara tersebut. Sekuritas asing diatur

oleh pihak berwenang di negara dimana sekuritas tersebut beredar. Misalnya,

sekuritas yang diterbitkan di AS oleh perusahaan non AS harus mengikuti

hukum sekuritas AS. Pasar eksternal, disebut juga pasar internasional,

meliputi sekuritas dengan karakteristik sebagai berikut: (1) pada saat

diterbitkan, sekuritas ini ditawarkan secara terus-menerus kepada investor di

berbagai negara, dan (2) sekuritas tersebut dikeluarkan di luar yuridiksi satu

negara. Pasar eksternal umumnya disebut offshore market, atau lebih popular

dengan sebutan Euromarket (walaupun pasar ini tidak terbatas hanya di Eropa,

hanya dimulai di Eropa) (Fabozzi, 1999).

42  

Gambar 2.2 Pengelompokan Pasar Keuangan Global

(Sumber : Fabozzi, 1999)

43  

2.3 Saham

Saham (share/stock/andeel/andil) adalah salah satu investasi pasar modal yang

paling umum diperdagangkan karena saham akan memberikan tingkat keuntungan

yang menarik. Saham adalah penyertaan modal dari seorang atau badan usaha di

dalam suatu perusahaan perseroan terbatas. Dengan memiliki saham berarti kita ikut

memiliki perusahaan sehingga berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(Hariyani, Purnomo, 2010).

Menurut Dwiyanti (1999) Saham didefinisikan sebagai “tanda penyertaan atau

kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah

selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

(berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut

sesuai porsi kepemilikannya yang tertera pada saham”. Saham merepresentasikan

kepemilikan dari sebuah perusahaan. Dilihat dari sudut fungsinya nilai dari suatu

saham ada tiga macam, yaitu:

a. Nilai Nominal (Par Value)

Biasa disebut juga nilai par, yaitu nilai yang dicantumkan pada saham yang

bersangkutan, ini digunakan untuk tujuan akuntansi.

b. Harga dasar

Harga dasar dari saham yang baru diterbitkan biasa juga disebut juga harga

perdana atau Initial Public Offering (IPO). Harga dasar ini akan berubah

sesuai dengan aksi emiten yang dilakukan seperti stock split.

44  

c. Harga Pasar (Market Price)

Harga pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.

Harga pasar suatu saham dapat dilihat pada pasar yang sedang berlangsung di

lantai bursa, biasanya harga ini akan bergerak naik atau turun terutama untuk

saham yang aktif. Harga pasar saat pasar bursa efek ditutup disebut harga

penutupan (closing price).

Menurut Sunariyah (1997), saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan

suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Zaki Baridwan (1997)

menyebutkan bahwa saham merupakan bukti kepemilikan PT (Perseroan Terbatas)

yang mempunyai hak sebagai berikut:

a. Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan

yaitu hak suara dalam rapat pemegang saham.

b. Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk deviden yang

dibagi perusahaan.

c. Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan agar

profesi pemilikan saham masing-masing pemegang saham dapat berubah.

d. Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan

dilikuidasi.

Siapa saja yang ikut memegang saham perusahaan berarti ia ikut memiliki

perusahaan, haknya sama dengan pemegang saham yang lain sesuai porsi fraksional

dari keseluruhan. Orang membeli saham karena mengharapkan keuntungan. Jika

perusahaan untung, ia ikut memikmati keuntungan juga sesuai porsi yang dia miliki.

45  

Umumnya ada dua tipe dasar saham yang dikeluarkan perusahaan, yakni saham biasa

dan istimewa (Capital Market Society of Indonesia, 1997).

2.3.1 Jenis-Jenis Saham

Menurut Tjiptono dan Hendy (2001), Jenis-jenis saham dibedakan

menjadi beberapa sudut pandang yaitu:

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham

dibedakan atas:

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa atau common stock adalah saham yang menempatkan

pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden dan hak atas

harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

Deviden dalam saham biasa dibayarkan sepanjang perusahaan

memperoleh laba dan memiliki hak suara dalam RUPS. Saham ini

hanya memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain

sebesar proporsi sahamnya.

b. Saham Preferen (Preffered Stock)

Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan

antara obligasi dan saham biasa karena saham ini bisa menghasilkan

pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Dalam saham preferen ini

terdapat hak didahulukan dalam aspek tertentu pada saat pengambilan

keputusan pada suatu perusahaan publik. Saham ini memiliki hak lebih

46  

dalam memperoleh deviden dan memiliki hak pembayaran maksimal

sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur. Jika

perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian

kekayaan perusahaan diatas pemegang saham biasa setelah semua

kewajiban perusahaan dilunasi.

2. Ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dibedakan atas:

a. Saham atas unjuk (Bearer Stock)

Saham atas unjuk adalah saham yang nama pemilik saham tidak

tertera di atas saham tetapi secara hukum siapa saja yang memegang

saham tersebut diakui sebagai pemiliknya dan berhak ikut hadir dalam

RUPS. Saham ini mudah dipindahtangankan dari satu investor ke

investor lainnya.

b. Saham atas nama (Registered Stock)

Saham atas nama adalah saham yang nama pemilik saham tertera di

atas saham tersebut dan cara peralihan saham harus melalui prosedur

tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dibedakan atas:

a. Blue Chips Stocks

Blue chips stocks adalah saham biasa dari suatu perusahaan yang

memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri dan memiliki

pendapatan yang stabil dan konsisten dalam pembayaran devidennya.

47  

b. Income Stocks

Income stocks adalah saham dari suatu emiten yang memiliki

kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden

yang dibayarkan dari tahun sebelumnya.

c. Growth Stocks (well-known) dan Growth Stocks (lesser-known)

Growth stocks (well-known) adalah saham-saham dari emiten yang

memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi dan sebagai leader di

industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Growth stocks

(lesser-known) adalah saham datri emiten yang bukan leader dalam

industri namun memiliki ciri growth stocks dan pada umumnya saham

ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

d. Speculative Stocks

Speculative stocks adalah saham dari suatu perusahaan yang tidak bisa

secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun akan

tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa

mendatang meskipun belum pasti.

e. Counter Cyclical Stocks

Counter cyclical stocks adalah saham yang tidak dipengaruhi oleh

kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Emiten

dalam saham ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan

selalu dibutuhkan masyarakat, seperti rokok dan consumer goods.

48  

2.3.2 Penentuan Harga Saham

BEI (Bursa Efek Indonesia) menggunakan sistem komputerisasi

dalam menghimpun dan menginformasikan pergerakan harga. Harga saham

dan detail aktivitas perdagangan disiarkan kepada lembaga-lembaga broker

dan profesional-profesional investasi secara konstan, berputar setiap menit.

Harga-harga yang tampak pada papan display elektronik di kantor broker,

pada komputer-komputer pribadi/rumah melalui jasa-jasa pencarian

data/informasi atau pada jaringan televise kabel adalah 15 menit dibelakang

informasi yang diterima broker. Keterlambatan/ketertinggalan ini memaksa

broker bereaksi pada perubahan harga yang tiba-tiba sebelum dibanjiri order-

order atau pemeriksaan-pemeriksaan (Capital Market Society of Indonesia,

1997).

a. Rumor pengaruhi harga atau sentimental pasar

Sekecil apapun informasi, itu adalah penting. Broker yang baik akan

memperhatikan setiap informasi di layar. Terminal komputer modern

menyediakan data yang tak habis-habisnya tentang setiap saham, kondisi

keseluruhan pasar saham, berita-berita yang paling akhir dalam bidang

ekonomi – semuanya hanya dengan menekan beberapa tombol. Rumor

juga tak boleh diabaikan. Karena rumor apakah positif atau negatif akan

menentukan arah gerak harga saham.

b. Mengevaluasi saham

Membaca tabel saham merupakan informasi dasar. Tapi itu hanya

sebagian kecil saja. Ada banyak informasi lain yang dapat dipakai investor

49  

dan profesional investasi untuk mengevaluasi saham. Informasi terbuka

atau bahkan yang tersembunyi diusahakan mencari tahu secepatnya.

1. Angka berbicara

Empat unsur informasi finansial merupakan indikator yang baik dari

bentuk kedudukan sebuah perusahaan dan apakah sahamnya

merupakan investasi yang baik. Angka-angka ini dicatat secara teratur

dalam media financial, dan juga tersedia dari broker.

• Nilai buku adalah perbedaan antara asset perusahaan dan passive.

Suatu nilai buku yang kecil atau rendah dari begitu banyak utang,

misalnya, berarti bahwa profit perusahaan akan dibatasi jikapun ia

melakukan begitu banyak bisnis. Kadang-kadang nilai buku yang

rendah berarti asset yang ditaksir terlalu rendah; para ahli menganggap

perusahaan-perusahaan ini merupakan investasi yang baik.

• Pendapatan per saham dihitung dengan membagi jumlah saham ke

dalam keuntungan. Jika penghasilan bertambah tiap tahun, perusahaan

semakin tumbuh.

• Perolehan dalam ekuitas adalah persentase yang diperoleh dengan

membagi penghasilan perusahaan per saham dengan nilai bukunya.

• Ratio pengeluaran adalah persentase penghasilan bersih perusahaan

yang digunakan untuk membayar dividen.

• Jumlah yang normal adalah 25% dan 50% dari penghasilan bersih.

Ratio yang lebih tinggi artinya oerusahaan berjuang memenuhi

kewajiban-kewajibannya.

50  

2. Transparansi Informasi

Perusahaan terus berhubungan dengan orang yang memiliki sahamnya,

perusahaan dituntut secara hukum untuk memberitahukan dari waktu

ke waktu kepada pemegang saham bagaimana jalannya bisnis,

informasi tersebut dapat sangat bernilai dengan terus membuka

rekening dalam investasi anda, Informasi yang paling lengkap

diberikan perusahaan tercakup dalam laporan tahunannya. Anda juga

mendapat laporan kwartalan, dengan ringkasan performance

perusahaan pada saat itu. Laporan tahunan seperti namanya suatu

laporan operasi perusahaan selama setahun lalu, sering sangat rumit

digambarkan dan diilustrasikan, biasanya dimulai dengan surat dari

pimpinan perusahaan menyangkut masalah-masalah utama tahun lalu

dan memberikan beberapa prediksi yang luas tentang tahun yang akan

datang. Suatu laporan tahunan yang tipikal mencakup:

• Bagian yang memuat garis besar filosofi perusahaan atau beberapa

pengertian bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya.

• Laporan detail masing-masing segmen tentang operasi perusahaan.

• Mereka dapat mengungkapkan kelemahan-kelemahan dalam struktur

managemen atau produk atau jasa yang diberikan perusahaan.

• Informasi finansial, mencakup pernyataan profit dan kerugian setahun,

dan lembar neraca yang menunjukkan asset perusahaan dan pasiva

pada akhir tahun dibanding tahun sebelumnya.

51  

• Catatan kaki berkaitan dengan ringkasan keuangan dapat kadang-

kadang mengungkapkan masalah-masalah seperti peraturan hukum

yang menentang perusahaan atau peraturan-peraturan pemerintah yang

ada yang mungkin mempengaruhi profitabilitas.

Pernyataan tertulis dari auditor dapat menenteramkan pemegang

saham karena akuntan public – hanya yang terdaftar di Bapepam yang

boleh mengaudit perusahaan publik – telah memeriksa laporan

keuangan perusahaan dan menjamin bahwa itu fair dan akurat.

2.4 Perilaku Konsumen

Menurut Dharmmestha (1999) dalam Manajemen Pemasaran tentang Analisa

Perilaku Konsumen menyebutkan bahwa konsumen membeli barang dan jasa adalah

untuk memuaskan berbagai keinginan dan kebutuhan. Barang dan jasa itu sendiri

tidaklah sepenting kebutuhan dan keinginan manusia yang dipenuhinya, melainkan

karena barang-barang tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhan yang

diinginkanya. Jadi, yang dibeli konsumen bukanlah barangnya sendiri, tetapi

kegunaan yang dapat diberikan barang tersebut atau dengan kata lain kemampuan

barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.

Menurut Mangkunegara (2005) Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan

proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang

atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.

52  

Variabel-variabel yang berhubungan erat dalam mempelajari perilaku

konsumen antara lain :

• Variable Stimulus

Variable stimulus merupakan variable yang berada di luar diri individu (faktor

eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Contohnya:

merek dan jenis barang, iklan, pramuniaga, penataan barang dan ruangan

took,

• Variable Respons

Variable respons merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari

variable stimulus. Variable respons sangat bergantung pada faktor individu

dan kekuatan stimulus, Contohnya : keputusan membeli barang, pemberian

penilaian terhadap barang, perubahan sikap terhadap suatu produk.

• Variable Intervening

Variable intervening adalah variable antara stimulus dan respons. Variable ini

merupakan faktor internal individu, termasuk motif-motif membeli, sikap

terhadap suatu peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang. Peranan variable

intervening adalah untuk memodifikasi suatu respons.

Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2003) perilaku konsumen adalah

ilmu yang mempelajari mengenai proses pembelian dan proses pertukaran yang

terlibat dalam mendapatkan mengonsumsi dan menghabiskan suatu barang, jasa,

pengalaman, dan ide (Consumer Behaviour is defined as the study of the buying units

and the exchange processes involved in acquiring, consuming, and disposing of

goods, services, experierces, and ideas).

53  

2.5 Pengambilan Keputusan

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), keputusan adalah penyeleksian dari pilihan-

pilihan dua atau lebih alternative. Tidak semua situasi pengabilan keputusan

konsumen menerima atau membutuhkan tingkat pencarian informasi yang sama.

Schiffman dan Kanuk (2007) membedakan tiga tingkat pengambilan keputusan

konsumen yang spesifik, yaitu:

1. Pemecaham Masalah yang Luas

Pada tingkat ini, konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk

menetapkan serangkaian kriteria guna menilai merek-merek tertentu dan

banyak informasi yang sesuai mengenai setiap merek yang akan

dipertimbangkan. Pemecahan masalah yang luas biasanya dilakukan pada

pembelian barang tahan lama dan barang-barang mewah seperti mobil, rumah

peralatan elektronik.

2. Pemecahan Masalah yang Terbatas

Pada tingkat ini, konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai

kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut. Namun,

konsumen belum memiliki preferensi tentang merek tertentu. Mereka

membutuhkan informasi tambahan untuk melihat peredaan diantara berbagai

merek.

3. Perilaku Sebagai Respon yang Rutin

Pada tingkat ini, konsumen sudah mempunya beberapa pengalaman mengenai

kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk

menilai berbagai merek yang sedang mereka pertimbangkan. Konsumen

54  

mungkin mencari informasi tambahan, tetapi hanya untuk meninjau kembali

apa yang sudah mereka ketahui.

2.5.1 Tahap Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan terbagi atas 4 tahap utama (Turban dan

Aronson, 2001) seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1. Keempat tahap utama

tersebut adalah:

1. Inteligensia (Intelligence)

Tahap ini dimulai dengan mengidentifikasikan tujuan dan sasaran organisasi

yang ingin dicapai. Masalah terjadi ketika terjadi kesenjangan antara tujuan

dan sasaran yang ingin dicapai dengan kenyataan yang ada. Selanjutnya,

masalah diklasifikasikan menjadi masalah terstruktur, tidak terstruktur, atau

semi terstruktur. Tahap yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan orang

yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah tersebut. Tahap inteligensia

ini diakhiri dengan pernyataan masalah secara formal.

2. Perancangan

Tahap perancangan ini meliputi menemukan atau mengembangkan dan

menganalisa alternatif-alternatif yang mungkin untuk mengatasi permasalahan

yang telah dinyatakan dalam tahap inteligensia. Pada tahap ini, suatu model

akan dibuat, diuji, dan divalidasikan. Pembuatan model itu sendiri meliputi

pemilihan kriteria yang akan digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi

alternatif-alternatif yang ada untuk mendapatkan alternatif yang terbaik.

55  

Selain itu, pembuatan model meliputi pemilihan alternatif-alternatif yang akan

dimasukkan ke dalam model tersebut.

3. Pemilihan (choice)

Tahap ini merupakan tahap paling penting dalam proses pengambilan

keputusan karena pada tahap ini keputusan yang sebenarnya akan dibuat,

Evaluasi merupakan tahap final untuk menghasilkan rekomendasi alternatif

yang terbaik. Dalam melakukan evaluasi, perlu pula diperhatikan sensitivitas

terhadap perubahan data ataupun parameter yang akan mengakibatkan

perubahan pada rekomendasi alternattif. Setelah rekomendasi alternatif

terbaik dihasilkan, tahap selanjutnya adalah mempersiapkan model tersebut

untuk diimplementasikan.

4. Implementasi (implementation)

Tahap terakhir dalam proses pengambilan keputusan adalah

pengimplementasian rekomendasi alternatif yang dihasilkan oleh model.

Banyak hambatan-hambatan yang bisa terjadi semasa tahap implementasi,

antara lain kurangnya dukungan dari manajer puncak, ketakutan untuk

perubahan, kurangnya pelatihan, dan masih banyak lagi.

56  

Tahap Intelijen

Tujuan OrganisasiProsedur Pencarian dan Pemindaian

Mengumpulkan DataMengidentifikasi MasalahMengklasifikasi Masalah

Menyatakan Masalah

Tahap Perancangan

Merumuskan ModelMenetapkan Kriteria Untuk Pilihan

Mencari AlternatifMemprediksi dan Mengukur Hasil

Tahap Pemilihan

Solusi Untuk ModelAnalisis Sensitivitas

Pemilihan Alternatif TerbaikRencana Pelaksanaan

Perancangan Pengawasan Sistem

Implementasi Solusi

Reality

SUKSES

Validasi Model

Verifikasi, Pengujian Solusi yang Diajukan

Penyederhanaan

Asumsi

GAGAL

Gambar 2.3 Tahap Pengambilan Keputusan

(Sumber : Turban dan Aronson, 2001)