bab ii pin -...

33
20 BAB II KONSEP DAKWAH DAN EKONOMI ISLAM A. Dakwah Islam 1. Pengertian Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar (infinitif) dari kata kerja fa'ala ( ﻓﻌﻞ) da'aa ( دﻋﺎ) yad'u ( ﻳﺪﻋﻮ) dimana kata dakwah ini sekarang sudah umum dipakai oleh pemakai Bahasa Indonesia, sehingga menambah perbendaharaan Bahasa Indonesia. Kata da'wah ( دﻋﻮة) secara harfiyah bisa diterjemahkan menjadi: "seruan, ajakan, panggilan, undangan". 17 Moh.Natsir menterjemahkan-nya dengan: "panggilan". 18 Zafry Zamzam menterjemahkan dengan: "Panggilan, ajakan, atau seruan ke arah tujuan tertentu". 19 Mahmud Yunus menterjemahkan kata dakwah dengan: "menyeru, mengajak, menghasung, menganjurkan dan memanggil". 20 Sedangkan Toha yahya Umar, di samping menterjemahkan dengan kata "ajakan, seruan, panggilan, undangan", juga menjelaskan bahwa kata yang hampir sama dengan dakwah ialah penerangan, pendidikan, pengajaran, indoktrinasi dan 17 H. Masdar Helmy, 1970, Problematika Dakwah Islam dan Pedoman Mubaligh, Semarang, Thoha Putra. hlm.16 18 Moh. Natsir, tth, Dakwah dalam Praktek, Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, Kalimantan Selatan, Banjarmasin, hlm. 56 19 Zafry Zamzam, 1963, Pengantar Ilmu Dakwah Etika, Fakultas Publistik UNISAN, Banjarmasin, hlm.3 20 H.Mahmud Yunus, 1986, Pedoman Dakwah Islamiyah, Padang Panjang al-Maktabah Sa’diyah, hlm.5.

Upload: dohanh

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

20

BAB II

KONSEP DAKWAH DAN EKONOMI ISLAM

A. Dakwah Islam

1. Pengertian Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar (infinitif)

dari kata kerja fa'ala (فعل ) da'aa ( دعا ) yad'u (يدعو ) dimana kata dakwah

ini sekarang sudah umum dipakai oleh pemakai Bahasa Indonesia, sehingga

menambah perbendaharaan Bahasa Indonesia.

Kata da'wah (دعوة ) secara harfiyah bisa diterjemahkan menjadi:

"seruan, ajakan, panggilan, undangan".17 Moh.Natsir menterjemahkan-nya

dengan: "panggilan".18 Zafry Zamzam menterjemahkan dengan: "Panggilan,

ajakan, atau seruan ke arah tujuan tertentu".19

Mahmud Yunus menterjemahkan kata dakwah dengan: "menyeru,

mengajak, menghasung, menganjurkan dan memanggil".20 Sedangkan Toha

yahya Umar, di samping menterjemahkan dengan kata "ajakan, seruan,

panggilan, undangan", juga menjelaskan bahwa kata yang hampir sama

dengan dakwah ialah penerangan, pendidikan, pengajaran, indoktrinasi dan

17 H. Masdar Helmy, 1970, Problematika Dakwah Islam dan Pedoman Mubaligh,

Semarang, Thoha Putra. hlm.16 18 Moh. Natsir, tth, Dakwah dalam Praktek, Dewan Dakwah Islamiah Indonesia,

Kalimantan Selatan, Banjarmasin, hlm. 56 19 Zafry Zamzam, 1963, Pengantar Ilmu Dakwah Etika, Fakultas Publistik UNISAN,

Banjarmasin, hlm.3 20 H.Mahmud Yunus, 1986, Pedoman Dakwah Islamiyah, Padang Panjang al-Maktabah

Sa’diyah, hlm.5.

Page 2: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

21

propaganda".21 Sedangkan menurut ahli bahasa, maka kata dakwah diambil

dan perkataan: ( الدعاءالى شئ ) yang artinya: menyeru/mengajak kepada

sesuatu.22

Dakwah dalam pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ayat-ayat

al-Qur’an antara lain Qur’an surat Yunus ayat 25 dan al-Baqarah ayat 221.

Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan tersebut disebut da'i

(isim fa'il) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena proses memanggil atau

menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas

pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal juga dengan istilah muballigh.

Dengan demikian secara etimologi pengertian dakwah dan tabligh itu

merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang

berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan

tersebut.

Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi

dakwah, antara lain: pendapat Syekh Ali Makhfuz dalam kitabnya Hidayat al-

Mursyidin bahwa dakwah mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan

menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka

dari perbuatan munkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan

akherat.23

Sementara Muhammad Natsir menegaskan dakwah adalah usaha

menyeru dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat

21 Toha Yahya, 1967, Ilmu Dakwah, Jakarta, Wijaya, hlm.1 22 Salahuddin Sanusi, 1964, Pembahasan Sekitar Prinsip-prinsip Dakwah Islam ,

Semarang, CV.Ramadhani, hlm.1 23 Syekh Ali Makhfuz, Hidayat al-Mursyidin, Terj. Khodijah Nasution,(Yogyakarta, 3A,

1970), hlm. 17

Page 3: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

22

tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar

makruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang

diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam pri kehidupan

perseorangan, rumah tangga (usrah) bermasyarakat dan bernegara.24

Sedangkan Thoha Yahya Umar mendefinisikan dakwah yakni mengajak

manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan

akherat.25

Dari berbagai definisi tersebut meskipun nampak adanya perbedaan

dalam perumusan, namun esensinya dapat dipadukan dalam kesimpulan

sebagai berikut, bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmat

kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Dengan demikian dakwah merupakan bagian yang sangat penting

dalam kehidupan seorang Muslim, di mana intinya berada pada ajakan

dorongan (motivasi, rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk

menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan

bukan untuk kepentingan pengajaknya. Jadi berbeda (bertolak belakang)

dengan propaganda.

Di sisi lain, agama Islam sebagai suatu ajaran tidaklah berarti

manakala ia tidak diwujudkan dalam action amaliah. Ini merupakan aspek

konsekuensial dari keberadaan Islam yang bukan semata-mata menyoroti satu

24 Muhammad Natsir, 1971, Fiqh al-Dakwah Dalam Majalah Islam, (Kiblat Jakarta,

1971), hlm. 7 25 Thoha Yahya Umar, 1981, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Wijaya), hlm. 1

Page 4: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

23

sisi saja dari kehidupan manusia, melainkan menyoroti semua persoalan hidup

manusia secara total dan universal.

2. Dasar-Dasar Hukum Dakwah

Ada pandangan yang menyatakan bahwa dakwah hukumnya fardu 'ain

didasarkan hadits Nabi saw:

ذلكفبقلبه و طعتسي انه فإن لمفبلس طعتسي ده فإن لمبي هريغا فليكرنأى مر نم

)رواه امحد( أضعف الإميان26

Artinya: "Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran, hendaklah merubahnya dengan tangan, jika tidak mampu dengan lisan, jika tidak mampu dengan hati dan itu selemah-lemah daripada iman" (HR. Ahmad).

Kata "man" dalam hadits tersebut adalah kata yang bermakna umum

yang meliputi setiap individu yang mampu untuk merubah kemunkaran

dengan tangan, lisan atau hati, baik itu kemunkaran secara umum atau secara

khusus. Dengan demikian, merubah kemunkaran adalah perintah yang wajib

dilaksanakan sesuai dengan kadar kemampuan. Jika tidak mampu

melaksanakan salah satu dari tiga faktor tersebut maka dosa baginya dan dia

keluar dari predikat iman yang hakiki.

Perintah ini disampaikan Rasulullah kepada umatnya agar mereka

menyampaikan dakwah meskipun hanya satu ayat. Ajakan mi berarti bahwa

26 Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Beirut: Dar al-Fikr, 1978M/1398H), Juz II, Cet.

Kedua, hlm. 20.

Page 5: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

24

setiap invidu wajib menyampaikan dakwah sesuai dengan kadar

kemampuannya.27

Sementara itu, sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa hukum

dakwah adalah wajib kifayah. Apabila dakwah sudah dilakukan oleh

sekelompok atau sebagian orang maka gugurlah segala kewajiban dakwah atas

seluruh kaum muslimin, sebab sudah ada yang melaksanakan walaupun oleh

sebagian orang. Hal ini didasarkan pada kata "minkum" yang diberikan

pengertian lit'tab'id (sebagian).28 Yang dimaksud "sebagian" di sini

sebagaimana dijelaskan oleh Zamakhsyari, bahwa perintah itu wajib bagi yang

mengetahui adanya kemungkaran dan sekaligus mengetahui cara

melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar. Sedangkan terhadap orang yang

bodoh, kewajiban berdakwah tidak dibebankan kepadanya. Sebab dia (karena

ketidaktahuannya) mungkin memerintahkan pada kemunkaran dan melarang

kebaikan atau mengetahui hukum-hukum di dalam madzhabnya dan tidak

mengetahui madzhab-madzhab yang lain.29 Rasyid Ridha, mengatakan bahwa

surat al'Taubah ayat 122 menjelaskan kewajiban dakwah bagi orang yang

sempurna ilmunya, faqih di bidang agama dan siap untuk mengajarkan kepada

seluruh manusia.30

27 Abdullah Nasih 'Ulwan, Wujub Tabligh al-Da'wah: Fazhlu Da'wah wa al-Da'iyah

(Kairo: Dar al-Salam, 1406H/1986M), Cet. ke-2, hlm. 7-21. dan Muhammad Amin Husain, Khasha'ish al- Da'wah, hlm. 18-19.

28 Ibnu Katsir, 1410 H/1990 M, Tafsir al-Qur'an al-'Adhim, Beirut: Dar al-Jayl, Juz I, Cet. ke-2, hlm. 368.

29 Zamakhsyari, op. cit., Juz I, hlm. 452. 30 Muhammad Rasyid Ridha, 1975, Tafsir al-Manar, Kairo: AI-Hayat al-Mishriyah al-

'Amah lilkita, Juz 11, hlm. 62-65.

Page 6: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

25

Dari kedua pendapat tersebut di atas, bahwa jumhur ulama

menganggap berdakwah hukumnya wajib kifayah, karena berdakwah harus

memiliki ilmu dan ma'rifah agar terealisir tujuan dakwah dan sampai kepada

obyek dakwah secara sempurna, jauh dari keraguan dan kesalahan.

Sebagaimana pendapat Ibnu Taimiyah, orang yang wajib berdakwah adalah

yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana dalam hadits yang dikutipnya:

"Seyogyanya bagi siapa yang amar ma'rufdan nahi munkar agar dia mengetahui apa yang telah diperintahkan dan apa yang telah dilarangnya, lembut dalam memerintah dan melarang, dan bijaksana memerintah dan melarang".31 Para ulama telah menjelaskan bahwa dakwah itu Hukumnya fardlu

kifayah. Karena itu, apabila di suatu tempat sudah ada para da'i yang telah

menegakkan ; dakwah, maka kewajiban dakwah bagi yang lain akan gugur

dengan sendirinya. Jika di suatu tempat (daerah) membutuhkan dakwah secara

kontinyu, maka dalam keadaan seperti ini dakwah menjadi fardlu kifayah,

artinya apabila dakwah telah dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan

dan keahlian, maka beban kewajiban itu akan gugur bagi yang lain. Dalam

kondisi yang demikian itu, dakwah bagi yang lain menjadi sunnah muakad

dan merupakan amal shalih. Sebaliknya, apabila di suatu tempat atau daerah

tertentu tidak ada yang melaksanakan dakwah sama sekali, maka dosanya

ditanggung oleh seluruh umat dan beban kewajiban ditanggung oleh

semuanya. Dalam kondisi semacam ini, setiap pribadi umat Islam diharuskan

berdakwah menurut kadar kemampuannya.

31 Ibnu Taimiyah, op. Cit., hlm. 159.

Page 7: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

26

Dengan demikian, dakwah bisa menjadi fardlu 'ain apabila di suatu

tempat tidak ada seorang pun yang melakukan dakwah dan dakwah bisa

menjadi fardlu kifayah apabila di suatu tempat sudah ada orang yang

melakukan dakwah. Demikian juga, ketika jumlah da'i masih sedikit,

sementara tingkat kemunkaran sangat tinggi dan kebodohan merajalela, maka

dakwah menjadi wajib 'ain bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya.

3. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada

dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da'i (pelaku

dakwah), mad'u (obyek dakwah), materi dakwah, wasilah (media dakwah),

thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).

a. Da'i (pelaku dakwah)

Kata da'i ini secara umum sering disebut dengan sebutan mubaligh

(orang yang menyempurnakan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini

konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan

sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti

penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.

Sehubungan dengan hal tersebut terdapat pengertian para pakar dalam

bidang dakwah, yaitu:

1. Hasyimi, juru dakwah adalah Penasihat, para pemimpin dan pemberi ingat,

yang memberi nasihat dengan baik yang mengarah dan berkhotbah, yang

memusatkan jiwa dan raganya dalam wa'ad dan wa'id (berita gembira dan

Page 8: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

27

berita siksa) dan dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk

melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang dunia.32

2. Nasaraddin Lathief mendefinisikan bahwa da'i itu ialah Muslim dan

Muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi

tugas ulama. Ahli dakwah ialah wa'ad, mubaligh mustamain (juru

penerang) yang menyeru mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran

agama Islam.33

3. M. Natsir, pembawa dakwah merupakan orang yang memperingatkan atau

memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan yang membawa pada

keuntungan.34

Namun pada dasarnya semua pribadi Muslim itu berperan secara

otomatis sebagai mubaligh atau orang yang menyampaikan atau dalam bahasa

komunikasi dikenal sebagai komunikator. Untuk itu dalam komunikasi

dakwah yang berperan sebagai da'i atau mubaligh ialah:35

Secara umum adalah setiap Muslim atau Muslimat yang mukallaf

(dewasa) di mana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang

melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan

perintah; "Sampaikan walaupun hanya satu ayat."

32 A. Hasyimi, 1974, Dustur dakwah Menurut Al-Qur'an, Jakarta: Bulan Bintang, hlm.

162. 33 HMS. Nasaruddin Lathief, tth, Teori dan Praktek Dakwah, Jakarta: Firma Dara, hlm.

20 34 M. Natsir, tth, Fiqhud Dakwah, Jakarta: Dengan Islamiah Indonesia, hlm. 125. 35 Toto Tasmara, 1997, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pertama, hlm. 41-42.

Page 9: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

28

Secara khusus adalah mereka yang mengambil spesialisasi khusus

(mutakhasis) dalam bidang agama Islam yang dikenal panggilan dengan

ulama.

Dalam kegiatan dakwah peranan da'i sangatlah esensial, sebab tanpa

da'i ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan

masyarakat. "Biar bagaimanapun baiknya ideologi Islam yang harus

disebarkan di masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagai cita-

cita yang tidak terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya.36 Di

antara sifat da'i yang disebutkan dalam al-Qur'an adalah:

b. Mad'u (Obyek dakwah)

Unsur dakwah yang kedua adalah mau, yaitu manusia yang menjadi

sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak;

atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah

QS. Saba' 28:

)28: سبأ (وما أرسلناك إلا كافة للناس بشريا ونذيرا ولكن أكثر الناس لا يعلمون

Artinya: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba: 28)

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk

mengajak mereka mengikuti agama Islam; sedangkan kepada orang-orang

36 Hamzah Ya'qub, 1981, Publistik Islam, Bandung: cet II, hlm. 37

Page 10: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

29

yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman,

Islam, dan ihsan.

Mereka yang menerima dakwah ini lebih tepat disebut mad'u dakwah

daripada sebutan objek dakwah, sebab sebutan yang kedua lebih

mencerminkan kepasifan penerima dakwah; padahal sebenarnya dakwah

adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berpikir tentang

keimanan, syari'ah, dan akhlak kemudian untuk diupayakan dihayati dan

diamalkan bersama-sama.

Al-Qur'an mengenalkan kepada kita beberapa tipe mad'u. Secara

umum mad'u terbagi tiga, yaitu: mukmin, kafir, dan munafik.37 Dan dari tiga

klasifikasi besar ini mad'u masih bisa dibagi lagi dalam berbagai macam

pengelompokan. Orang mukmin umpamannya bisa dibagi menjadi tiga, yaitu:

dzalim linafsih, muqtashid, dan sabiqun bilkhairat.38 Kafir bisa dibagi menjadi

kafir zimmi dan kafir harbi.39

Di dalam al-Qur 'an selalu digambarkan bahwa, setiap Rasul

menyampaikan risalah, kaum yang dihadapinya akan terbagi dua: mendukung

dakwah dan menolak. Cuma kita tidak menemukan metode yang mendetail di

dalam al-Qur'an bagaimana berinteraksi dengan pendukung dan bagaimana

37 Lihat al-Qur'an surah al-Baqarah: 2-20. 38 Allah berfirman: "Kemudian Kitab ini Kami wariskan kepada orang-orang yang kami

pilih di antara hamba-hamba Kami, lain di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar".

39 lihat surat al-Mumtahanah: 8-9..

Page 11: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

30

menghadapi penentang. Tetapi, isyarat bagaimana corak mad'u sudah

tergambar cukup signifikan dalam al-Qur'an.40

Mad'u (mitra dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan manusia.

Oleh karena itu, menggolongkan mad'u sama dengan menggolongkan manusia

itu sendiri, profesi, ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad'u tersebut

antara lain sebagai berikut:

1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil,

serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar.

2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan dan santri,

terutama pada masyarakat Jawa.

3. Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja, dan golongan

orang tua.

4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang seniman, buruh, pegawai

negeri.

5. Dari segi tingkatan sosial ekonomis, ada golongan kaya, menengah, dan

miskin.

6. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.

7. Dari segi khusus ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tuna-karya,

narapidana, dan sebagainya.41

c. Wasilah (media dakwah)

Wasilah (media) dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad'u.

40 Lihat al-Qur'an surah al-Kahfi: 57, surah Fushilat: 5. 41 H.M, Arifin, 1977, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 13-14.

Page 12: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

31

Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat

menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya'qub membagi wasilah dakwah

menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak:

1. Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan

lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato,

ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2. Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensi)

spanduk, flash-card, dan sebagainya.

3. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

4. Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau

penglihatan dan kedua-duanya, televisi, film, slide, ohap, internet, dan

sebagainya.

5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam

dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad'u.

Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang

dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian

untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai

semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang

menjadi sasaran dakwah.

Media (terutama media massa) telah meningkatkan intensitas,

kecepatan, dan jangkauan komunikasi dilakukan umat manusia begitu luas

sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi, internet dan

Page 13: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

32

sebagainya. Bahkan dapat dikatakan alat-alat tersebut telah melekat tak

terpisahkan dengan kehidupan manusia di abad ini.

Dari segi pesan penyampaian dakwah dibagi tiga golongan yaitu: 42

a. The Spoken Words (yang berbentuk ucapan)

Yang termasuk kategori ini ialah alat yang dapat mengeluarkan bunyi.

Karena hanya dapat ditangkap oleh telinga; disebut juga dengan the audial

media yang biasa dipergunakan sehari-hari seperti telepon, radio, dan

sejenisnya termasuk dalam bentuk ini.

b. The Printed Writing (yang berbentuk tulisan)

Yang termasuk di dalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-

gambar tercetak, lukisan-lukisan, buku, surat kabar, majalah, brosur, pamplet,

dan sebagainya.

c. The Audio Visual (yang berbentuk gambar hidup);

Yaitu merupakan penggabungan dari golongan di atas, yang termasuk

ini adalah film, televisi, video, dan sebagainya. Pembahasan media dakwah ini

akan dibahas dalam bab tersendiri.

d. Thariqah (metode)

Hal yang sangat erat kaitannya dengan metode wasilah adalah metode

dakwah thariqah (metode) dakwah. Kalau wasilah adalah alat-alat yang

dipakai untuk mengoperkan atau menyampaikan ajaran Islam maka thariqah

adalah metode yang digunakan dalam dakwah.

42 Moh. Ali Aziz, 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, hlm. 121

Page 14: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

33

Sebelum kita membicarakan metode dakwah, terlebih dahulu akan

dijelaskan tentang pengertian metode. Kata metode berasal dari bahasa Latin

methodus yang berarti cara. Dalam bahasa Yunani, methodhus berarti cara

atau jalan. Sedangkan dalam bahas Inggris method dijelaskan dengan metode

atau cara.43 Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian "Suatu cara yang bisa ditempuh atau cam yang ditentukan secara

jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata

pikir manusia.44

Abdul Kadir Munsyi, mengartikan metode sebagai cara untuk

menyampaikan sesuatu.45 Sedangkan dalam metodelogi pengajaran ajaran

Islam disebutkan bahwa metode adalah "Suatu cara yang sistematis dan umum

terutama dalam mencari kebenaran ilmiah".46 Dalam kaitannya dengan

pengajaran ajaran Islam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat

penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima dan dicerna

dengan baik.

Metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk pelaksanaan

suatu atau cara kerja.47 Dakwah adalah cara yang digunakan subjek dakwah

untuk menyampaikan materi dakwah atau bias diartikan metode dakwah

adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da'i untuk menyampaikan

43 Soejono Soemargono, 1983, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Nur Cahaya, hlm.

17. 44 M. Syafaat Habib, 1992, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, Cet 1, hlm. 160. 45 Abd. Kadir Munsy, 1982, Metode Diskusi dalam Dakwah, Surabaya: Al-Ihlash, Cet ,

hlm. 29. 46 Soeleman Yusuf dan Slamet Soesanto, 1981, Pengantar Pendidikan Sosial, Surabaya:

Usaha Nasional, hlm.38. 47 Paus A. Partanto, M. Dahlan Al Barri, 1994, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka,

hlm.461.

Page 15: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

34

materi dakwah yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Sementara itu dalam komunikasi metode dakwah ini lebih dikenal

sebagai approach, yaitu cara-cara yang dilakukan oleh seorang da'i atau

komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah dan

kasih sayang.48 Dengan kata lain, pendekatan dakwah harus bertumpu pada

satu pandangan human oriented menetapkan penghargaan yang mulia pada

diri manusia. Hal tersebut didasari karena Islam sebagai agama salam yang

menebarkan rasa damai menempatkan manusia pada prioritas utama, artinya

penghargaan manusia itu tidaklah dibeda-bedakan menurut ras, suku, dan lain

sebagainya. Sebagaimana yang tersirat dalam QS. al-Isra' 70; "Kami telah

muliakan Bani Adam (manusia) dan Kami bawa mereka itu di daratan dan di

lautan. Kami juga memberikan kepada mereka dan segala rezeki yang baik-

baik. Mereka juga Kami lebihkan kedudukannya dari seluruh makhluk yang

lain".

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk

menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Dalam menyampaikan suatu

pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, suatu pesan walaupun balk,

tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolak

oleh si penerima pesan. Dalam "Ilmu Komunikasi" ada jargon "the Methode is

message."49 Maka dari itu kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih

dalam memakai metode sangat memengaruhi kelancaran dan keberhasilan

48 Toto Tasmara, Ibid, h. 43. 49 Syarif Anwar dan Amin Maki, 2004, Islam Agama Dakwah Materi Dakwah Yang

Merakyat, Yogyakarta: UII Press, hlm. 15.

Page 16: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

35

dakwah. Ketika membahas tentang metode dakwah pada umumnya merujuk

pada surah an-Nahl (QS.16:125)

ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن

دينتهبالم لمأع وهبيله ون سل عن ضبم لمأع وه كب125: النحل (ر(

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: a) hikmah b) mau'izah

al-hasanah c) mujadalah billati hiya ahsan

e. Atsar (efek dakwah)

Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi.50 Demikian jika dakwah

telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah, wasilah, thariqah

tertentu maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad'u,

(mitra/penerima dakwah). Atsar itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa

Arab yang berarti bekasan/sisa, atau tanda. Istilah ini selanjutnya digunakan

untuk menunjukkan suatu ucapan atau perbuatan yang berasal dari sahabat

50 Moh. Ali Aziz, op, cit.,hlm. 138

Page 17: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

36

atau tabi'in yang pada perkembangan selanjutnya dianggap sebagai hadits,

karena memiliki ciri-ciri sebagai hadits. 51

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses

dakwah ini sering kali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para

da'i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan

maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan

langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah maka

kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan

dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah

secara cermat dan tepat maka kesalahan strategis dakwah akan segera

diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya

(corrective action) demikian juga strategi dakwah termasuk dalam penentuan

unsur-unsur dakwah yang dianggap balk dapat ditingkatkan.

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara

radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah.

Seluruh komponen sistem (unsur-unsur) dakwah harus dievaluasi secara

komprehensif. Sebaliknya, evaluasi itu dilakukan oleh beberapa da'i, para

tokoh masyarakat, dan para ahli. Para da'i harus memiliki jiwa inklusif untuk

pembaruan dan perubahan di samping bekerja dengan menggunakan ilmu.

Jika proses evaluasi ini telah menghasilkan beberapa konklusi dan keputusan,

maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective action). Kalau yang

demikian dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme

51 Abuddin Nata, 1998, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm.

363.

Page 18: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

37

perjuangan dalam bidang dakwah. Dalam bahasa agama inilah sesungguhnya

disebut dengan ihtiar insani. Bersama dengan itu haruslah diiringi dengan doa

mohon taufik dan hidayah Allah untuk kesuksesan dakwah.52

Apa saja yang seharusnya dievalusi dari pelaksanaan dakwah tidak lain

adalah seluruh komponen dakwah yang dikaitkan dengan tujuan dakwah yang

ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuan dakwah maka kegiatan dakwah

selalu diarahkan untuk memengaruhi tiga aspek perubahan diri objeknya,

yakni perubahan pada aspek pengetahuannya (knowledge), aspek sikapnya

(attitude) dan aspek perilakunya (behavioral).

Berkenaan dengan hal tersebut, Jalaluddin Rahmat, menyatakan:

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai. efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.53 Sedangkan dalam buku Strategi Komunikasi Anwar Arifin

memperjelas efek di atas sebagai berikut:

Sesungguhnya suatu ide yang menyentuh dan yang merangsang

individu dapat diterima atau ditolak ... dan pada umumnya melalui proses:

1. Proses mengerti (proses kognitif)

2. Proses menyetujui (proses objektif)

52 Nasruddin Razak, Ibid., hlm. 6-7 53 Jalaluddin Rahmat, 1982, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik

Berpidato, Bandung: Akademika, hlm. 269.

Page 19: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

38

3. Proses pembuatan (proses sencemotorik)

Atau dapat dikatakan melalui proses:

1. Terbentuknya suatu pengertian atau pengetahuan (knowledge)

2. Proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui (attitude)

3. Proses terbentuknya gerak pelaksanaan (prectice)54

4. Hubungan Dakwah Dengan Ekonomi Islam

Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah

terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual,

baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thinking atau cara

berpikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih

baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-

nilai agama sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama

itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.55

Ketika merumuskan pengertian dakwah, Amrullah Ahmad

menyinggung tujuan dakwah adalah untuk mempengaruhi cara merasa,

berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran individual dan

sosiokultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi

kehidupan.56

Kedua pendapat di atas menekankan bahwa dakwah bertujuan untuk

mengubah sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi

54 Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi, Bandung: Amico, Cet II, hlm. 41. 55 Bisri Affandi, 1984, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, Surabaya, Fak Dakwah

Surabaya, hlm.3. 56 Amrullah Ahmad, 1983, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Primaduta,

hlm. 2.

Page 20: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

39

lebih baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam seseorang secara sadar

dan timbul dari kemauannya sendiri tanpa merasa terpaksa oleh apa dan siapa

pun.

Salah satu tugas pokok dari Rasulullah adalah membawa mission sacre

(amanah suci) dengan menanamkan akhlak yang mulia bagi manusia. Akhlak

yang dimaksudkan tidak lain adalah al-Qur 'an itu sendiri. Atas dasar ini

tujuan dakwah secara luas, dengan sendirinya adalah menegakkan ajaran

Islam kepada setiap insan baik individu maupun masyarakat, sehingga ajaran

tersebut mampu mendorong suatu perbuatan sesuai dengan ajaran Islam.57

Sedangkan dalam konteksnya dengan ekonomi Islam, bahwa ekonomi

Islam merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan

dari al-Qur'an dan as-sunah dan merupakan bangunan perekonomian yang

didirikan atas dasar-dasar tersebut sesuai dengan lingkungan dan masanya.58

Dalam berbagai pengertian ekonomi, baik yang dikemukakan oleh para

pakar ekonomi Barat maupun oleh para pakar ekonomi Islam sendiri

menempatkan individu (manusia) sebagai obyek kajian ekonomi. Namun

demikian, konsep ekonomi Islam tidak hanya mengkaji individu sebagai

makhluk sosial, sebagaimana yang menjadi kajian ekonomi Barat, tapi lebih

dari itu. Konsep ekonomi Islam juga menempatkan individu sebagai mahluk

yang mempunyai potensi religius.59 Oleh sebab itu, dalam pemenuhan

kebutuhannya, atau aktifitas ekonomi lainnya, ekonomi Islam menempatkan

57 Toto Tasmara, 1997, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Baru Pertama, hlm. 47. 58 Ahmad Muhammad al-Assal dan Fathi Ahmad Ab al-Karim, 1999, Sistem, Prinsip, dan

Tujuan Ekonomi Islam, terj. Imam saefudin, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 17 59 M. A. Mannan, 1986, Islamic Economic: Theory an Practice Cambridge: The Islamic

Academy, Edisi Revisi, hlm. 20

Page 21: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

40

nilai-nilai Islam sebagai dasar pijakannya. Berbeda dengan konsep ekonomi

Barat yang menempatkan kepentingan individu sebagai landasannya.

Nilai-nilai Islam tidak hanya berkaitan dengan proses ekonomi tapi

juga berkaitan dengan tujuan dari kegiatan ekonomi. Islam menempatkan

bahwa tujuan ekonomi tidak hanya kesejahteraan duniawi saja, tapi juga untuk

kepentingan yang lebih utama yaitu kesejahteraan ukhrawi. Dengan demikian

ekonomi Islam dan dakwah bertujuan agar manusia memperoleh kebahagaan

dunia dan akhirat. Ekonomi Islam dan dakwah merupakan sarana untuk

menyeru manusia agar dalam tindak tanduknya sesuai dengan nilai-nilai ajaran

Islam.

B. Konsep Ekonomi Islam

1. Ruang Ekonomi Islam

Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang

mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan

dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas di dalam kerangka Syariah.

Ilmu yang rnempelajari perilaku seorang muslim dalam suatu masyarakat

Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi tersebut mengandung

kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompetibel dan tidak

universal. Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap

dalam keputusan yang apriori (apriory judgement), benar atau salah tetap

harus diterima.60

60 Imamudin Yuliadi, 2001, Ekonomi Islam, Yogyakarta: LPPI, hlm. 6

Page 22: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

41

Definisi yang lebih lengkap musti mengakomodasikan sejumlah

prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam. Syarat utama adalah

memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi Islam

adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilai-nilai moral. Nilai-nilai

moral merupakan aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis

fenomena ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai

syariah.

Imamudin Yuliadi menginventarisir enam definisi ekonomi Islam

sebagai berikut:

1. Ekonomi Islam adalah : ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan syariah

yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan

sumberdaya material agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar dapat

menjalankan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.

2. Ekonomi Islam adalah: "Ilmu sosial yang mempelajari masalah-masalah

ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai Islam.

3. Ekonomi Islam adalah: "Suatu upaya sistematik untuk memahami masalah

ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah itu dari

perspektif Islam

4. Ekonomi Islam adalah: "Tanggapan pemikir-pemikir muslim terhadap

tantangan ekonomi pada jamannya. Di mana dalam upaya ini mereka

dibantu oleh Al-Qur'an dan Sunnah disertai dengan argumentasi dan

pengalaman empirik

Page 23: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

42

5. Ekonomi Islam adalah "Suatu upaya memusatkan perhatian pada studi

tentang kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan

sumberdaya di bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi

6. Ekonomi Islam adalah : "Cabang ilmu yang membantu merealisasikan

kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang

langka yang sejalan dengan syariah Islam tanpa membatasi kreativitas

individu ataupun menciptakan suatu ketidakseimbangan ekonomi makro

atau ekologis.61

Dari beberapa definisi ekonomi Islam di atas yang relatif dapat secara

lengkap menjelaskan dan mencakup kriteria dari definisi yang komprehensif

adalah yang dirumuskan oleh Hasanuzzaman yaitu "Suatu pengetahuan dan

aplikasi dari perintah dan peraturan dalam syariah yaitu untuk menghindari

ketidakadilan dalam perolehan dan pembagian sumberdaya material agar

memberikan kepuasan manusia, sehingga memungkinkan manusia

melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat (Islamic

economics is the knowledge and application of injunctions and rules of the

shari'ah that prevent injustice in the acquition and disposal of material

resources in order to provide satisfaction to human beings and enable them to

perform their obligations to Allah and the society).62

Hal penting dari definisi tersebut adalah istilah "perolehan" dan

"pembagian" di mana aktivitas ekonomi ini harus dilaksanakan dengan

menghindari ketidakadilan dalam perolehan dan pembagian sumber-sumber

61 Ibid, hlm. 7 62 Ibid, hlm. 8

Page 24: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

43

ekonomi. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk menghindari

ketidakadilan tersebut adalah syariah yang di dalamnya terkandung perintah

(injunctions) dan peraturan (rules) tentang boleh tidaknya suatu kegiatan.

Pengertian "memberikan kepuasan terhadap manusia" merupakan suatu

sasaran ekonomi yang ingin dicapai. Sedangkan pengertian "memungkinkan

manusia melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat"

diartikan bahwa tanggungjawab tidak hanya terbatas pada aspek sosial

ekonomi saja tapi juga menyangkut peran pemerintah dalam mengatur dan

mengelola semua aktivitas ekonomi termasuk zakat dan pajak.

Namun perlu ditegaskan di sini perbedaan pengertian antara ilmu

ekonomi Islam dengan sistem ekonomi Islam. Ilmu ekonomi Islam merupakan

suatu kajian yang senantiasa memperhatikan rambu-rambu metodologi ilmiah.

Sehingga dalam proses perkembangannya senantiasa mengakomodasikan

berbagai aspek dan variabel dalam analisis ekonomi. Ilmu ekonomi Islam

dalam batas- batas metodologi ilmiah tidak berbeda dengan ilmu ekonomi

pada umumnya yang mengenal pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Namun

berbeda halnya dengan sistem ekonomi Islam yang merupakan bagian dari

kehidupan seorang muslim. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu keharusan

dalam kehidupan seorang muslim dalam upaya untuk mengimplementasikan

ajaran Islam dalam aktivitas ekonomi. Sistem ekonomi Islam merupakan salah

satu aspek dalam sistem nilai Islam yang integral dan komprehensif.

Suatu pertanyaan akan muncul yaitu bagaimana kaitan antara ekonomi

Islam dengan ekonomi konvensional? Sebagai suatu cabang ilmu sosial yang

Page 25: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

44

mempelajari perilaku ekonomi yang memuat pernyataan positif, ekonomi

konvensional tidak secara eksplisit memuat peranan nilai (value) dalam

analisa ekonomi. Bagi seorang muslim persoalan ekonomi bukanlah persoalan

sosial yang bebas nilai (value free). Dalam perspektif Islam semua persoalan

kehidupan manusia tidak terlepas dari koridor syariah yang diturunkan dari

dua sumber utama yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.63

2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Para pemikir ekonomi Islam berbeda pendapat dalam memberikan

kategorisasi terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam. Khurshid Ahmad

mengkategorisasi prinsip-prinsip ekonomi Islam pada: Prinsip tauhid, rub-

biyyah, khilafah, dan tazkiyah. 64 Mahmud Muhammad Bablily menetapkan

lima prinsip yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dalam Islam, yaitu: al-

ukhuwwa (persaudaraan), al-ihsan (berbuat baik), al-nasihah (memberi

nasihat), al-istiqamah (teguh pendirian), dan al-taqwa (bersikap takwa).65

Sedangkan menurut M. Raihan Sharif dalam Islamic Social Framework,

struktur sistem ekonomi Islam didasarkan pada empat kaidah struktural, yaitu:

(1) trusteeship of man (perwalian manusia); (2) co-operation (kerja sama); (3)

limite 'private property (pemilikan pribadi yang terbatas); dan (4) state

enterprise (perusahaan negara).45

63 Ibid, hlm. 8-10 64 Muslimin H. Kara, 2005, Bank Syariah Di Indonesia Analisis Terhadap Pemerintah

Indonesia Terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII Press, hlm 37-38 65 Mahmud Muhammad Bablily, 1990, Etika Bisnis: Studi Kajian Konsep Perekonomian

Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah, terj. Rosihin A. Ghani, Solo: Ramadhani, hlm. 15

Page 26: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

45

Prinsip ekonomi Islam juga dikemukakan Masudul Alam Choudhury,

dalam bukunya, Constributions to Islamic Economic Theory.

Ekonomi Islam menurutnya didasarkan pada tiga prinsip, yaitu:

(1) the principle of tawheed and brotherhood (prinsip tauhid dan persaudaraan), (2) the principle of work and productivity (prinsip kerja dan produktifitas), dan (3) the principle of distributional equity (prinsip pemerataan dalam distribusi).66

Menurut Adiwarman Karim Bangunan ekonomi Islam didasarkan

atas lima nilai universal, yakni tauhid, keadilan, kenabian, khilafah, dan

Ma'ad (hasil).67 Menurut Metwally yang dikutip Zainul Arifin,68 prinsip-

prinsip ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai

pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus

memanfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi

guna memenuhi kesejahteraan bersama di dunia, yaitu untuk diri sendiri

dan untuk orang lain. Namun yang terpentirig adalah bahwa kegiatan

tersebut akan dipertanggung-jawabkan di akhirat nanti.

(2) Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu,

termasuk kepemilikan alat produksi dan faktor produksi. Pertama,

kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat, dan kedua,

Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah,

apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat.

66 Muslim H.Kara, op. cit, hlm. 38 67 Adiwarman Karim, 2002, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: III T Indonesia, hlm. 17 68 Zainul Arifin, 2003, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet, hlm.

13.

Page 27: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

46

(3) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. Seorang

Muslim, apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat

keuntungan dan sebagainya, harus berpegang pada tuntunan Allah SWT

dalam Al Qur'an:

نة عارن تجكواطل اال ان تبالب كمنيب الكموأكلو اما ال تونام ناالذيهآايي

)29: النساء. (.. منكم تراض

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan perda- gangan yang dilakukan secara suka sama suka di antara kalian...' (QS 4:29).69

(4) Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif

yang, akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Al Qur'an mengungkapkan bahwa "Apa yang

diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai harta rampasan dari

penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum

kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam

perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang

kaya saja di antara kalian..," (QS:57:7). Oleh karena itu, sistem ekonomi

Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh

beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan sistem ekonomi

kapitalis, di mana kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan

oligopoli, tidak terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.

69 Yayasan Penyelenggara/Penterjemah, op. cit, hlm. 122

Page 28: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

47

(5) Islam menjamin kepemilikan masyarakat, dan penggunaannya

direncanakan untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari

Sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa, "Masyarakat punya hak

yang sama atas air, padang rumput dan api." Sunnah Rasulullah tersebut

menghendaki semua industri ekstraktif yang ada hubungannya dengan

produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan, harus dikelola

oleh negara. Demikian juga berbagai macam bahan bakar untuk

keperluan dalam negeri dan industri tidak boleh dtkuasai oleh individu.

(6) Seorang Muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti

diuraikan dalam Al Qur'an:

واتقوا يوما ترجعون فيه الى اهللا ثم توفى كل نفس ما كسبت وهم ال

)281: البقرة. (يظلمون

Artinya: Dan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi padas hari yang padsa waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian maing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidask dianiaya (dirugikan).(QS 2:281).70

Oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan,

perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua

bentuk diskriminasi dan penindasan.

(7) Seorang Muslim yang kekayaannya melebihi ukuran tertentu (nisab)

diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian

kekayaan orang kaya (sebagai sanksi atas penguasaan harta tersebut),

70 Yayasan Penterjemah/pentafsir, op. cit, hlm 70.

Page 29: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

48

yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan.

Menurut pendapat para ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua setengah

persen) untuk semua kekayaan yang tidak produktif (idle assets),

termasuk di dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan

permata, pendapatan bersih dari transaksi (net earning from

transaction), dan 10% (sepuluh persen) dari pendapatan bersih investasi

(8) Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk

pinjaman, apakah pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan

perorangan, pemerintah ataupun institusi lainnya. Al Qur'an secara

bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang bunga. Hal

ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur'an secara berturut-turut

sebagai berikut:

Pada tahap pertama dalam Surat (30) Ar Rum ayat 39. Allah berfirman:

من متيا اتماهللا و دا عنوبراس فال يال النوا فى اموبرا ليرب من متيا اتمو

).39 :الروم(زكوة تريدون وجه اهللا فاولئك هم المضعفون

Artinya: Dan suatu riba tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia maka riba itu tidak menambah di sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka itu-lah orang-orang yang melipatgandakan pahalanya.

Tahap kedua Allah berfirman dalam surah (4) An Nisa' ayat 160-161 sebagai berikut:

فبظلم من الذين هاد وحرمنا عليهم طيبات احلت لهم وبصدهم عن سبيل

)160: النساء. (اهللا كثيرا

Page 30: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

49

ين واخذهم الربوا وقدنهواعنه واكلهم اموال الناس با الباطل واعتدنا للكافر

)161: النساء. (منهم عذابا اليما

Artinya: "Maka disebabkan karena kezaliman orang-orang Yahudi,

Kami haramkan atas mereka yang baik (yang dahulunya) di- halalkan bagi mereka dan karena mereka banyak mengha- langi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya telah dilarang dari padanya, dan karena mereka memakan harta manusia de- ngan jalan yang batil. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.

Tahap ketiga diturunkan oleh Allah melalui surat (3) Al-Imran ayat 130

sebagai berikut:

يآايها الذين امنوا التأكلون الربوا اضعافا مضاعفة واتقوا اهللا لعلكم تفلحون

).130: الروم(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba

dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan

Tahap terakhir larangan riba terdapat dalam Surat (2) Al Baqarah ayat

278-279:

نمنيؤم متوا ان كنبالر من قىا بوا مذرقوا اهللا ووا اتنام نا الذيهاايي .

)278: البقرة(

ت لمال فان الكموام سؤر فلكم متبان تله ووسراهللا و ب منرا بحولوا فأذنفع

)279: البقرة. (تظلمون وال تظلمون

Page 31: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

50

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah

dan tinggalkanlah sisa-sisa riba, jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (perintah itu), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan me merangimu. Dan jika kamu bertaubat, maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Islam bukanlah satu-satunya agama yang melarang pembayaran bunga.

Banyak pemikir zaman dahulu yang berpendapat bahwa pembayaran bunga

adalah tidak adil. Bahkan meminjamkan uang dengan bunga dilarang pada

zaman Yunani kuno Aristoteles adalah orang yang amat menentang dan

melarang bunga, sedang Plato juga mengutuk praktek bunga.71 Dalam

Perjanjian Lama, larangan riba tercantum dalam Leviticus 25:27, Deutronomi

23:19, Exodus 25:25 dan dalam Perjanjian Baru dapat dijumpai dalam Lukas

6:35.

3. Ekonomi Islam Dalam Realitas Sosial

Pada dasarnya sistem ekonomi Islam berbeda dari sistem- sistem

ekonomi kapitalis dan sosialis; dan dalam beberapa hal, merupakan

pertentangan antara keduanya dan berada di antara kedua ekstrim tersebut.

Sistem ekonomi Islam memiliki kebaikan-kebaikan yang ada pada sistem

ekonomi kapitalis dan sosialis, tetapi bebas daripada kelemahan yang terdapat

pada kedua sistem tersebut. Hubungan antara individu dalam sistem ekonomi

Islam cukup tersusun sehingga saling membantu dan kerjasama diutamakan

dari persaingan dan permusuhan sesama mereka. Untuk tujuan tersebut, sistem

71 Eko Suprayitno, 2005, Ekonomi Islam, Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan

Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 2-3.

Page 32: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

51

ekonomi Islam bukan saja menyediakan individu kemudahan dalam bidang

ekonomi dan sosial bahkan juga memberikan mereka juga pendidikan moral

dan latihan tertentu yang membuat mereka merasa bertanggungjawab untuk

membantu rekan-rekan sekerja dalam mencapai keinginan mereka atau

sekurang-kurangnya tidak menghalangi mereka dalam usahanya untuk

hidup.72

Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis

yang memberikan kebebasan serta hak pemilikan kepada individu dan

menggalakkan usaha secara perseorangan. Tidak pula dari sudut pandang

komunis, yang " ingin menghapuskan semua hak individu dan menjadikan

mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Tetapi Islam

membenarkan sikap mementingkan diri sendiri tanpa membiarkannya merusak

masyarakat. Pemilihan sikap yang terlalu mementingkan diri sendiri di

kalangan anggota masyarakat dapat dilakukan dengan melalui pengadaan

moral dan undang-undang. Di satu sisi pemahaman konsep ekonomi di

kalangan masyarakat berubah dan diperbaiki melalui pendidikan moral serta di

sisi yang lain, beberapa langkah tertentu yang legal diambil untuk memastikan

sifat mementingkan diri golongan kapitalis tidak sampai ke tahap yang

menjadikan mereka tamak serta serakah; dan bagi si miskin, tidak merasa iri

hati, mendendam dan kehilangan sikap toleransi. Bagian yang terpenting dari

prinsip-prinsip tersebut yang perlu bagi organisasi ekonomi dalam masyarakat

untuk mencapai tujuan yang telah dinyatakan tadi ialah hak pemilikan

72 Afzalur Rahman, 1995, Doktrin Ekonomi Islam, terj. Soerojo dan Nastangin, Jilid Ī

Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, hlm. 10

Page 33: BAB II PIN - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1... · Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara

52

individu, yang perlu untuk kemajuan manusia bukan saja senantiasa dijaga dan

terpelihara tetapi terns didukung dan diperkuat. 73

73 Ibid, hlm. 11