bab ii revisi

17
BAB II PEMBAHASAN 1. DEFINISI KEPEMIMPINAN Kepemimpinan adalah suatu proses aktivitas untuk mempengaruhi dan mengorganisir orang lain atau kelompok dalam upaya kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan prestasi (Swansburg, R. C., & Swansburg, R. J., 1998). Hersey & Blanchard (1977) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984:46) Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan

Upload: nia-milenia

Post on 25-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB II Revisi

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

1. DEFINISI KEPEMIMPINANKepemimpinan adalah suatu proses aktivitas untuk mempengaruhi dan mengorganisir orang lain atau kelompok dalam upaya kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan prestasi (Swansburg, R. C., & Swansburg, R. J., 1998).

Hersey & Blanchard (1977) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984:46)

Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang dinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques, 1990:281)

2. TEORI KEPEMIMPINAN

a. Teori bakatTeori bakat menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. (Marquis dan Huston, 1998). Banyak penelitian terhadap riwayat kehidupan untuk menguji teori ini. Teori bakat mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi, dan lingkungan lainnya.b. Teori Perilaku

Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dan perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai.

Dalam hal ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:1) Konsiderasi dan struktur inisiasiPerilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih meningkatkan tugas organisasi.

2) Berorientasi kepada bawahan dan produksiPerilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada dasasrnya ada dua yaitu berorientasi pada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan atau hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF. Soner, 1978: 442-443).

Tingkah laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada dua dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur inisiasi. Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.

c. Teori Situational

Teori ini menekankan bahwa kepemimpinan muncul dalam situasi yang berbeda untuk menyesuaikan perbedaan kebutuhan dan lingkungan. Teori ini dikembangkan lebih dulu oleh Blanchard & Hersey (1976), yang mengatakan bahwa pemimpin perlu memiliki perbedaan untuk menyesuaikan kebutuhan dan maturitas pengikut, tidak ada cara yang paling baik bagi gaya kepemimpinan. Leaders perlu mengembangkan gaya kepemimpinan dan dapat mendiagnosa yang mana pendekatan yang sesuai untuk digunakan pada suatu situasi.

Selain teori-teori dan pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.

Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pemimpin (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s). Menurut Hersey dan Blanchard, pemimpin (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi.

Organisasi akan berjalan dengan baik jika pemimpin mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dansetiap pemimpin mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan.

Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini.Oleh sebab itu, seorang pemimpin dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin. Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pemimpin berusaha pada saat-saat tertentumempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pemimpin, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri.Gaya/perilaku kepemimpinan dalam model ini terdiri dari:1) Telling Style (gaya mengatakan/memerintah/mengarahkan) Dilaksanakan dengan orientasi pada tugas tinggi, orientasi pada hubungan rendah. Pemimpin merupakan pusat kegiatan. Sesuai untuk lingkungan organisasi yang kesiapan & kemata-ngan pribadi anggotanya rendah. Perlu instruksi spesifik, pengarahan, dan pengawasan ketat.

2) Selling Style (gaya menawarkan/menjual) Dilaksanakan dg. orientasi pada tugas dan hubungan tinggi. Sesuai untuk situasi anggota yg. kesiapan & kematangannya masih rendah dan kemampuan kerja belum memadai. Pemimpin berperan menawarkan (menjual) tugas-tugas kepada mereka yang mau & mampu, dengan memberikan pengarahan kepada anggota yg. kemampuan & kemauan kerjanya rendah. Pemimpin sebagai pengarah dan pendukung anggotanya.

3) Participating Style (gaya partisipasi) Dilaksanakan dengan orientasi pada tugas rendah, orientasi pada hubungan tinggi. Menunjukkan kesediaan & kemampuan pemimpin dalam men-dayagunakan anggota. Sesuai jika kesiapan & kematangan anggota sudah tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan bersama atau dilakukan sendiri oleh pimpinan sebagai atasan.

4) Delegating Style (gaya pendelegasian wewenang) Dilaksanakan dengan orientasi tugas dan orientasi hubungan rendah. Sesuai jika kesiapan & kematangan anggota sangat tinggi. Kemampuan & keahlian anggota untuk bekerja juga tinggi, sehingga layak diberikan pelimpahan wewenang.

d. Teori Kontemporer (Kepemimpinan dan Manajemen)

Teori ini menekankan pada empat komponen penting dalam suatu pengelolaan, yaitu manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan serta lingkungan, Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen seorang pemimpin harus mengintegrasikan kempat unsure tersebut untuk mencapai tujuan organisasi.

Teori Lahirnya Pemimpin

1) Teori Genetis

Inti dari teori ini menyatakan bahwa leader are born and not made (pemimpin itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin.

2) Teori Sosial

Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa leader are made and not born (pemimpin itu dibuat atau dididik dan bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3) Teori Ekologis

Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.

3. GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut Tjiptono (2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).

Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K.White

a. Otoriter

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri antara lain: Wewenang mutlak berada pada pimpinan Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan

b. Demokratis

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri: Wewenang pimpinan tidak mutlak Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan Komunikasi berlangsung timbale balik Prakarsa dapat datang dari bawahan Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan Pujian dan kritik seimbang Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan saling menghargai. Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama.

c. Liberal atau Laissez Faire

Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan.

Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain: Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan Prakarsa selalu berasal dari bawahan Hmpir tidak ada pengarahan dari pimpinan Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan

Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenangMenurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang:a. OtoriterMerupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambialn keputusan. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman.

b. DemokratisMerupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memoitivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya.

c. PartisipasifMerupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik staf serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya. Keputusan akhir yang diambil bergantung pada kelompok.d. Bebas tindakMerupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervise, dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal