bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep pendidikan kesehatan 2.pdf · 2020. 1. 10. · bab ii tinjauan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dianmis, dimana perubahan tersebut bukan sekadar proses transfer
materi atau teori dar seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut tejadi akibat
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, dan masyarakat
itu sendiri (Wahit dkk, 2006 dalam Mubarak & Chayatin, 2009).
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan (Sumijatun, dkk, 2006).
Menurut Committee President on Health Education(1997), yang
dikutip Soekidjo Notoadmojo, pendidikan kesehatan adalah proses yang
menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek
kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Mubarak & Chayatin (2009) tujuan utama pendidikan
kesehatan adalah agar individu mampu untuk:
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah
kesehatan yang dihadapi dengan sumber daya yang ada pada
mereka ditambah dengan dukungan dari luar.
6
7
3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-
Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosial, sehingga
produktif secara ekonomi maupun secara sosial. Pendidikan kesehatan
dilakukan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya. Steward (1986, dalam Machfoedz
& Suryani, 2003) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan dapat
berpengaruh mengubah perilaku perseorangan atau masyarakat dengan
tujuan untuk tercapai pencegahan penyakit dan meningkatkan
kesehatan.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut Mubarak & Chayatin (2009) Ruang lingkup pendidikan
kesehatan terdiri dari:
1) Dimensi Sasaran
Berdasarkan dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
8
2) Dimensi tempat pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai
tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan disekolah dengan
sasaran murid.
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit
dengan sasaran pasien atau keluarga pasien.
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja, dengan sasaran
buruh atau karyawan yang bersangkutan.
3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel&Clark, pendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of
prevention), yaitu sebagai berikut :
a) Peningkatan kesehatan
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan melalui
beberapa kegiatan berikut ini.
(1) Pendidikan kesehatan
(2) Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti
penyuluhan tentang masalah gizi.
(3) Pengamatan tumbuh kembang anak (growth and
development monitoring).
(4) Pengadaan rumah sehat
(5) Konsultasi perkawinan
(6) Pendidikan seks
9
(7) Pengendalian lingkungan
(8) Program P2M (pemberantasan penyakit menular) melalui
kegiatan imunisasi dan pemberantasan vektor
(9) Stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga
dan asuhan keperawatan pada anak atau balita serta
tentang penyuluhan tentang pencegahan terhadap
kecelakaan
(10)Program kesehatan lingkungan dengan tujuan menjaga
lingkungan hidup manusia agar aman dari bibit penyakit
seperti bakteri, virus, dan jamur serta mencegah
kemungkinan berkembangnya vektor.
(11)Asuhan keperawatan pre-natal dan pelayanan keluarga
berencana
(12)Perlindungan gigi
(13)Penyuluhan untuk pencegahan keracunan
b) Perlindungan umum dan khusus
Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha
kesehatan untuk memberikan oerlindungan untuk memberikan
perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau
masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut sebagai berikut :
(1) Imunisasi dan hygiene perseorangan.
(2) Perlindungan diri dari kecelakaan.
(3) Perlindungan diri dari lingkungan.
(4) Kesehatan kerja.
10
(5)Perlindungan diri dari karsinogen, toksin, dan allergen.
(6)Pengendalian sumber-sumber pencemaran dan lain-lain.
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat
Usaha ini dilakukan karena rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
sehingga sering kesulitan mendeteksi penyakit-penyakit yang
terjadi dalam masyarakat. Bentuk usaha tersebut dapat
dilakukan melalui :
(1) Penemuan kasus secara dini
(2) Pemeriksaan umum lengkap
(3) Pemeriksaan masal
(4) Survey terhadap kontak, sekolah, dan rumah
(5) Penanganan kasus dan pengobatan adekuat
d) Pembatasan kecacatan
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat
tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Pengobatan
yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan cacat atau ketidakmampuan. Bentuk
pendidikan kesehatan antara lain :
(1) Penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan
(2) Pencegahan komplikasi
(3) Perbaikan fasilitas kesehatan
11
e) Rehabilitasi
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-
kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya
tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu,
kurangnya pengertian dan kesadaran membuat masyarakat
tidak mau atau segan melakukan latihan-latihan yang
dianjurkan.di samping itu orang yang cacat karena suatu
penyakit kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat.
Masyarakat sering tidak mau menerima mereka sebagai
anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu, pendidikan
kesehatan diperlukan tidak hanya untuk orang yang cacat tetapi
juga untuk masyarakat
d. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Menurut Mubarak & Chayatin (2009) sasaran pendidikan
kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok:
1) Sasaran primer, sasaran langsung pada masyarakat berupa segala
upaya pendidikan kesehatan.
2) Sasaran sekunder, sasaran dtujukan pada tokoh masyarakat adat,
diharapkan kelompok ini pada umumnya akan memberikan
pendidikan kesehatan pada masyarakat di sekitarnya.
3) Sasaran tersier, sasaran ditujukan pada pembuat keputusan/penentu
kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah, diharapkan dengan
keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku
kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer.
12
e. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan
Menurut Mubarak & Chayatin (2009) prinsip-prinsip pendidikan
kesehatan adalah:
1) Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah
hubungan klien yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.
2) Belajar mengajar bersifat menyeluruh, artinya dalam memberikan
pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan klien secara
kesehatan tidak hanya berfokus pada muatan spesifik saja.
3) Belajar mengajar negoisasi. Dimana petugas kesehatan dan klien
bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang
penting untuk diketahui.
4) Belajar mengajar yang interaktif, dimana proses belajar-mengajar
adalah suatu proses yang dinamis dan interaktif, yang melibatkan
partisipasi dari petugas kesehatan dan klien
5) Pertimbangan usia dalam pendidikan kesehatan, untuk menumbuh
kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui
pengajaran, sehingga perlu dipertimbangkan usia klien dan
hubungan dengan proses belajar mengajar.
f. Peran Pendidikan Kesehatan
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status
kesehatan mengacu kepada H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya di
Amerika Serikat, sebagai salah satu Negara yang sudah maju. Blum
menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar
terhadap kesehatan, kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku
13
mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan nomor tiga.
Bagaimana proporsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status
kesehatan di Negara-negara berkembang, terutama di Indonesia, belum
ada penelitian. Apabila dilakukan penelitian mungkin hasilnya berbeda-
beda tergantung masyarakatnya (Notoatmojo, 2011).
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi
atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni faktor predisposisi
Predisposing factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dsb),
faktor yang mendukung Enabling Factors (ketersediaan
sumber/fasilitas) dan faktor yang memperkuat atau mendorong
Reinforcing factors (Sikap dan perilaku petugas dan Toma). Oleh sebab
itu, pendidikan kesehatan sebagai upaya intervensi perilaku harus
diarahkan pada ketiga faktor tersebut. Skema dari Blum dan Green
tersebut dapat dimodifikasi sebagai berikut:
Gambar 2.1 Hubungan Status Kesehatan Perilaku dan Pendidikan Kesehatan
Dari skema tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi perilaku
sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan adalah
Pendidikan kesehatan
Predisposing Factors
Perilaku Enabling Factors
Reinforcing Factors
Status kesehatan
Pelayanan kesehatan
Keturunan
Lingkungan
14
suatu usaha untuk memotivasi atau mengoordinasikan sasaran agar
mereka berperilaku sesuai dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan.
Menurut Mubarak & Chayatin (2009) Peran pendidikan
kesehatan yaitu untuk melakukan intervensi perilaku, sehingga perilaku
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan. Nursalam dan Effendy (2008) menyatakan bahwa
pendidikan sangat berperan besar dalam membentuk mutu kehidupan
seseorang baik pendidikan secara formal dibangku sekolah ataupun non
formal di luar sekolah, karena hakekat pendidikan kesehatan merupakan
suatu bentuk tindakan yang dapat membantu dalam proses pencegahan
tentang masalah kesehatan, dan dalam upaya meningkatkan kesehatan,
dengan cara memberikan pemahaman tentang syarat-syarat
pemeliharaan kesehatan melalui pendidikan kesehatan. Adapun strategi
pendidikan kesehatan yang digunakan dalam intervensi faktor perilaku
dapat dikembangkan dalam berbagai disiplin ilmu melalui pembelajaran
pada mata ajar sebagai berikut :
1) Komunikasi.
2) Dinamika kelompok.
3) Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat.
4) Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa.
5) Pemasaran Sosial.
6) Pengembangan Organisasi.
7) Pendidikan dan Pelatihan.
8) Pengembangan Media.
15
9) Perencanaan dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan.
10) Antropologi Kesehatan.
11) Sosiologi kesehatan.
12) Psikologi kesehatan.
g. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan
pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk
penyampaian pesan kepada sasaran pendidikan kesehatan yaitu :
individu, kelompok atau keluarga, dan masyarakat.
Dalam buku (Mubarak & Chayatin, 2009) macam-macam metode
pembelajaran dalam pendidikan kesehatan berupa :
1) Metode pendidikan individual
Metode pendidikan individual pada pendidikan kesehatan
digunakan untuk membina perilaku baru serta membina perilaku
individu yang mulai tertarik pada perubahan perilaku sebagai
proses inovasi. Metode pendidikan individual yang biasa digunakan
adalah bimbingan dan penyuluhan, konsultasi pribadi, serta
wawancara.
2) Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus
mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan
lain dengan kelompok yang kecil. Efektivitas suatu metode akan
tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
16
a. Kelompok besar
Apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain :
1) Ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang
pembicara didepan sekelompok pengunjung. Ceramah pada
hakikatnya adalah proses transfer informasi dari pengajar kepada
sasaran belajar. Dalam proses transfer informasi ada tiga elemen yang
penting, yaitu pengajar, materi pengajaran, dan sasaran belajar.
a) Penggunaan metode
Metode ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut,
sasaran belajar mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar
mempunyai lingkup perhatian yang terbatas, sasaran belajar perlu
menyimpan informasi, sasaran belajar perlu menggunakan
informasi yang diterima.
b) Keunggulan metode ceramah.
(1) Dapat digunakan pada orang dewasa.
(2) Penggunaan waktu yang efisien.
(3) Dapat dipakai pada kelompok yang besar.
(4) Tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran.
(5) Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau
suatu kegiatan.
17
c) Kekurangan metode ceramah
(1) Menghambat respons dari yang belajar sehingga pembicara
sulit menilai reaksinya.
(2) Tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik,
pembicara harus menguasai pokok pembicaraannya.
(3) Dapat menjadi kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anak-
anak.
(4) Membatasi daya ingat.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Metode-metode yang
cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :
1) Diskusi kelompok.
2) Curah pendapat.
3) Bola salju.
4) Kelompok-kelompok kecil.
5) Role play.
6) Permainan simulasi.
18
3) Metode pendidikan massa
Metode pendidikan masa digunakan pada sasaran yang bersifat
massal yang bersifat umum dan tidak membedakan sasaran dari umur,
jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan.
Pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode pendidikan massa
tidak dapat diharapkan sampai pada terjadinya perubahan perilaku,
namun mungkin hanya mungkin sampai tahap sadar (awareness).
Beberapa bentuk metode pendidikan massa adalah ceramah umum,
pidato, simulasi, artikel di majalah, film cerita dan papan reklame.
h. Alat Bantu/Peraga/Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmojo (2011) macam-macam alat bantu/media
pendidikan kesehatan antara lain:
1) Alat bantu
Alat bantu adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan pengajaran. Elgar Dale membagi
alat peraga menjadi 11 macam, dan menggambarkan tingkat intensitas
tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut yaitu : verbal, lambang,
visual, radio, film, televisi, karyawisata, demonstrasi, pengalaman
melalui drama, benda tiruan, pengalaman langsung.
Gambar 2.2 : Kerucut Edgar Dale
19
2) Alat peraga
Alat peraga ada tiga macam alat bantu pendidikan :
a) Alat bantu lihat (visual aids).
b) Alat bantu dengar (audio aids).
c) Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids).
3) Media pendidikan kesehatan
Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada
hakekatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Berdasarkan fungsinya
sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3 yaitu :
media cetak, media elektronik, dan media papan.
2.2 Konsep Personal Hygiene
a. Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene adalah perawatan diri yang dilakukan orang
seperti mandi, eliminasi, hygiene tubuh secara umum, dan berhias.
Hygiene meliputi perawatan kulit, rambut, kuku, gigi, mulut dan
hidung, mata, telinga, dan area perineum dan genital (Kozier dkk:
2010). Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik
maupun psikisnya (Isro’in & Andarmoyo, 2012).
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka. Pemeliharaan hygiene perorangan
diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan.
20
Praktek hygiene sama dengan meningkatkan kesehatan (Perry dan
Potter, 2010).
b. Jenis-Jenis dan Cara Pemenuhan Personal Hygiene
Jenis-Jenis dan Cara Pemenuhan Personal Hygiene menurut Isro’in
& Andarmoyo (2012).
Kebersihan perorangan meliputi :
1) Kebersihan kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang
paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara
kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat
terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta
kebiasaan hidup sehari – hari. Untuk selalu memelihara kebersihan
kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan
seperti :
a) Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik
sendiri.
b) Mandi minimal 2x sehari.
c) Mandi memakai sabun.
d) Menjaga kebersihan pakaian.
e) Menjaga kebersihan lingkungan.
Cara membersihkan kulit umumnya dilakukan dengan mandi,
untuk Indonesia yang beriklim tropis (panas dan berdebu) mandi
sebaiknya dilakukan 2x sehari (pagi & sore)
21
Cara mandi yang baik dan benar adalah:
a) Seluruh badan disiram dengan air yang digunakan untuk
mandi.
b) Kemudian seluruh badan disabun dan digosok untuk
menghilangkan semua kotoran yang menempel di permukaan
kulit, terutama sekali bagian yang lembab dan berlemak seperti
pada lipatan paha, sela-sela jari kaki, ketiak, lipatan telinga dan
muka.
c) Setelah itu, disiram lagi sampai bekas sabun tadi terbuang
bersih.
d) Keringkan seluruh permukaan tubuh dengan handuk yang
kering dan bersih.
e) Dengan memelihara kebersihan kulit badan maka diri
seseorang dapat terhindar dari serangan penyakit-penyakit kulit
seperti kudis, panu, kurap, dll.
2) Kebersihan rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi
sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan
status kesehatan diri dapat diidentifikasi (Hidayat, 2008). Rambut
yang terpelihara dengan baik akan membuat terpelihara dengan
subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan
tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut
dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
22
a) Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut
sekurang-kurangnya 2x seminggu.
b) Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut
lainnya. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan
rambut sendiri.
c) Frekuensi pencucian rambut tergantung beberapa hal seperti,
keadaan rambut (tebal, tipis, panjang, pendek atau berminyak)
dan lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja.
Cara mencuci rambut yang benar :
a) Rambut dicuci dengan menggunakan bahan pembersih, seperti
shampoo paling sedikit 2x seminggu secara teratur atau
tergantung pada kebutuhan dan keadaan.
b) Rambut disiram dengan air bersih, setelah basah semua
(merata) kemudian digosok dengan menggunakan shampoo
tersebut.
c) Seluruh bagian rambut sampai permukaan kulit kepala digosok
dengan shampoo dan sebaiknya sambil melakukan pemijatan
pada seluruh kulit kepala (tujuannya adalah untuk merangsang
persyarafan pada kulit kepala sehungga pertumbuhan rambut
menjadi sehat dan normal).
d) Bila rambut dirasakan masih kurang bersih, gosok lagi dengan
shampoo, baru dibilas berkali-kali dengan air bersih sampai
rambut terasa kesat (tanda-tanda sudah bersih).
23
e) Setelah itu rambut dikeringkan dengan handuk yang kering dan
bersih, kemudian baru disisir.
3) Kebersihan gigi dan mulut
Hygiene mulut membantu mempertahankan status
kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Hygiene mulut yang lengkap
memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan
(Perry & Potter, 2010). Gigi dan mulut adalah bagian penting yang
harus dipertahankan kebersihannya, sebab melalui organ ini
berbagai kuman dapat masuk. Tujuan dari menjaga kebersihan
mulut dan gigi adalah supaya gigi bersih dan tidak berlubang,
mulut tidak berbau, lidah bersih, gusi tidak bengkak, bibir tidak
pecah-pecah. Sehingga menyikat gigi bertujuan untuk
menghilangkan plak yang dapat menyebabkan gigi berlubang
(Caries) dan menyebabkan sakit gigi. (Hidayat, 2008). Menggosok
gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan
gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menjaga kesehatan gigi adalah:
a) Memakai sikat gigi sendiri.
b) Menghindari makan-makanan yang merusak gigi.
c) Memeriksa gigi secara teratur.
d) Menghindari makan/minum yang terlalu panas/dingin dan yang
terlalu asam.
e) Dengan membersihkan gigi berarti juga membersihkan rongga
mulut dari sisa-sisa makanan yang biasanya tertinggal diantara gigi.
24
f) Untuk membersihkan gigi yang biasa dilakukan adalah menyikat
gigi dengan sikat gigi.
g) Gigi perlu disikat dengan menggunakan air bersih dan pasta gigi.
h) Pada waktu menyikat gigi atau menggosok gigi yang harus
diperhatikan adalah arah penyikatan.
i) Arah penyikatan yang baik adalah dari gusi ke permukaan gigi,
karena selain membersihkan gigi juga melakukan pengurutan
kepada gusi. Lidah juga harus disikat.
j) Gerakan penyikatan gigi bisa dikombinasikan antara gerakan
keatas kebawah dengan gerakan maju mundur.
k) Penyikatan dilakukan sampai semua permukaan gigi tersikat atau
tergosok.
l) Setelah selesai disikat, kumur-kumur dengan air bersuh.
m) Menggosok gigi sebaiknya dilakukan segera setelah selesai makan
(makan pagi) dan pada saat menjelang tidur malam.
n) Sebaiknya menggunakan sikat gigi yang bulu-bulunya tidak terlalu
kasar atau terlalu halus. Permukaan bulu sikat gigi yang rata,
kepala sikat gigi kecil dan tangkainya enak dipegang.
o) Untuk melindungi gigi anak kecil, sebaiknya tidak diberikan
permen atau kue-kue yang terlalu manis.
p) Sebaiknya lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
25
4) Kebersihan mata
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk
mata karena secara terus menerus dibersihkan oleh air mata, dan
kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing.
Seseorang hanya memerlukan untuk memindahkan sekresi kering yang
berkumpul pada kantus sebelah dalam atau bulu mata. Pembersihan
mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan
dengan waslap pembersih yang dilembabkan kedalam air. Bersihkan
daerah mata dari arah luar ke dalam (bersihkan kotoran mata yang
menempel pada sudut kelopak mata) (Perry & Potter, 2010). Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah :
a) Membaca di tempat yang terang
b) Memakan makanan yang bergizi
c) Istirahat yang cukup dan teratur
d) Memakai peralatan sendiri dan bersih (seperti handuk dan sapu
tangan)
e) Memelihara kebersihan lingkungan.
5) Kebersihan telinga
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :
a) Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
b) Bersihkan telinga secara rutin (1x/1-2 mg) lakukan dengan hati-hati
menggunakan alat yang bersih dan aman. Daun telinga dibersihkan
waktu mandi kemudian dikeringkan dengan handuk atau kapas
bersih (Hidayat, 2008).
26
6) Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan
ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan
hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku
yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Menjaga
kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena kuman dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kuku (Hidayat, 2008). Masalah kuku kaki dan tangan
sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan dihasilkan karena perawatan
yang salah atau kurang terhadap kaki dan tangan, seperti menggigit
kuku dan pemotongan yang tidak tepat dan pemakaian sepatu yang
tidak pas (Perry dan Potter, 2010). Kuku dan tangan yang kotor dapat
menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit
tertentu. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan
sebagai berikut :
a) Membersihkan tangan sebelum makan.
b) Cara cuci tangan yang benar:
(1) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai
sabun.
(2) Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan
punggung tangan.
(3) Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
(4) Kuku mempunyai fungsi dan peranan yang amat penting dalam
kehidupan kita.
27
c) Kuku yang kotor dapat menjadi sarang berbagai kuman penyakit
yang selanjutnya dapat ditularkan kebagian-bagian tubuh yang lain.
d) Ciri-ciri kuku yang baik, antara lain adalah kuku harus tumbuh
dengan baik, kuat, bersih, dan halus.
e) Seharusnya tidak membiarkan kuku terlalu panjang.
Cara merawat kuku, antara lain:
a) Dilakukan dengan memotong ujung kuku sampai beberapa
milimeter dari tempat perlekatan antara kuku dan kulit.
b) Potongan kuku disesuaikan dengan bentuk ujung jari supaya
kelihatan lebih bagus.
c) Pergunakan alat pemotong kuku atau gunting yang tajam agar
memberikan hasil potongan kuku yang rapi.
d) Sebaiknya setelah dipotong kikirlah tepi kuku agar menjadi lebih
rapi dan tidak tajam.
e) Setelah pemotongan selesai dilakukan, harus dilanjutkan dengan
pencucian.
f) Agar mendatangkan hasil yang baik, maka kuku sebaiknya dicuci
dengan air hangat, dan pergunakan sikat untuk membersihkan sisa-
sisa kotoran yang kemungkinan masih tertinggal.
g) Kemudian tangan, kaki dan kuku dikeringkan dengan lap atau
handuk kering dan bersih.
h) Perawatan kaki:
(1) Kebiasaan buruk pada seseorang adalah memakai kaus kaki
yang kotor, sepatu yang tidak bersih.
28
(2) Sesudah berolahraga juga dibiasakan membersihkan kaki
dengan sabun atau air hangat.
(3) Jamur dapat tumbuh di sela-sela kaki, yang meskipun seperti
sepele namun dapat berkembang menjadi luka yang lebih
serius.
(4) Diluar rumah hendaknya memakai sandal atau sepatu untuk
menghindarkan kaki dari kotoran atau kena luka.
(5) Dengan memakai sepatu atau sandal dapat mencegah
masuknya cacing tambang kedalam tubuh melalui telapak kaki,
dan untuk memberi keindahan pada pemakainya.
(6) Kaki dapat membawa kotoran dari jalan kerumah, oleh sebab
itu perlu dibersihkan.
(7) Penting juga untuk diketahui, bahwa sepatu tertutup yang
longgar dapat mengupayakan kaki seseorang tumbuh dengan
wajar.
(8) Kaos kaki yang lembut juga tidak membatasi pertumbuhan
kaki seseorang.
c. Tujuan Perawatan Personal Hygiene
Menurut Isro’in & Andarmoyo (2012), tujuan perawatan personal
hygiene meliputi :
1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.
2) Memelihara kebersihan diri seseorang.
3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang.
29
4) Pencegahan penyakit.
5) Meningkatkan percaya diri seseorang.
6) Menciptakan keindahan.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan personal
hygiene (Perry dan Potter, 2010), yaitu :
1) Citra tubuh
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya
hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep
subyektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini
dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Citra tubuh dapat berubah akibat adanya
pembedahan atau penyakit fisik maka harus membuat suatu usaha
ekstra untuk meningkatkan hygiene.
2) Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien
berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama
masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari
orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan
ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan
beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
3) Status sosio ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat
30
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodoran, sampo,
pasta gigi, dan kosmestik (alat-alat yang membantu dalam
memelihara higiene dalam lingkungan rumah).
4) Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya
bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus termotivasi untuk
memelihara perawatan diri.
5) Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan
yang berbeda mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda.
6) Pilihan pribadi
Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan
diri, memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih
bagaimana cara melakukan hygiene.
7) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri.
e. Dampak Yang Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang bisa timbul adalah (Isro’in & Andarmoyo, 2012):
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan
31
fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
mukosa mulut, gangguan pada mata dan telinga, gangguan pada
kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubunagan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
2.3 Konsep Anak Usia Sekolah
a. Definisi Anak Usia Sekolah
Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
dikutip dari Suprajitno (2004), anak sekolah adalah anak yang memiliki
umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1
sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah
adalah anak dengan usia 7 sampai 15 tahun (termasuk anak cacat) yang
menjadi sasaran program wajib belajar pendidikan 9 tahun.
Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Usia sekolah merupakan masa
anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan
tertentu. Menurut Soekidjo Notoatmojo (2010), Usia 6-12 tahun anak
sudah memiliki dunia sekolah yang lebih serius walaupun ia tetap
seorang anak dengan dunia yang khas, masa ini ditandai dengan
perubahan dalam kemampuan dan perilaku. Pertumbuhan dan
32
perkembangan anak membuatnya lebih siap untuk belajar dibanding
sebelumnya, anak juga mengembangkan keinginan untuk melakukan
berbagai hal dengan baik bahkan bila mungkin enggan sempurna.
Karakteristik anak usia sekolah jelas berbeda dengan anak prasekolah
sehingga orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda
dibanding sebelumnya ketika anak masih duduk di Taman Kanak-
Kanak. Karena waktu anak sekarang lebih banyak dilewatkan diluar
rumah sehingga orang tua khawatir anak tercemar pengaruh yang tidak
diinginkan.
Pendidikan kesehatan di sekolah sangat penting karena dengan
adanya pendidikan kesehatan di sekolah tingkat kesehatan siswa akan
lebih baik. Menurut Dermawan (2012) kesehatan merupakan
persyaratan utama agar pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan
yang diperoleh akan mendukung tercapainya upaya kesehatan
seseorang terutama pada anak usia sekolah. Latipun (2001) mengatakan
bahwa faktor pengalaman hidup, ataupun pengalaman yang bisa
menambah pengetahuan seperti sekolah ataupun penyuluhan seperti
sekolah ataupun penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang sehingga akhirnya dapat meningkatkan personal hygiene.
Menurut Depkes RI (2008) peran sekolah sangat di perlukan dalam
peningkatan personal hygiene, karena faktor lingkungan salah satunya
adalah sekolah, memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku
personal hygiene.
33
b. Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah
Menurut Hurlock (2012), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis
memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu
mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu
sebagai berikut:
1) Label yang digunakan oleh orang tua
a) Usia yang menyulitkan
Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya
daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
b) Usia tidak rapi
Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan
ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan.
Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat mengenai
kerapihan dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa
saja yang taat, kecuali kalau orang tua mengharuskan
melakukannya dan mengancam dengan hukuman.
2) Label yang digunakan oleh para pendidik
a) Usia sekolah dasar
Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari
berbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan
kurikuler maupun ekstra kurikuler.
34
b) Periode kritis
Suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali
terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai
dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa telah
dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa
kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku
berprestasi pada masa dewasa.
3) Label yang digunakan ahli psikologi
a) Usia berkelompok
Suatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai angota
kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam
pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin
menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam
penampilan, berbicara, dan perilaku.
b) Usia penyesuaian diri
Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan
dari teman-teman sebaya dan keanggotaan dalam kelompok.
c) Usia kreatif
Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan
apakah anak-anak menjadi konformis atau pencipta karya yang
baru yang orisinil. Meskipun dasar-dasar untuk ungkapan
kreatif diletakkan pada awal masa kanak-kanak, namun
35
kemampuan untuk menggunakan dasar-dasar ini dalam
kegiatan-kegiatan orisinal pada umumnya belum berkembang
sempurna sebelum anak-anak belum mencapai tahun-tahun
akhir masa kanak-kanak.
d) Usia bermain
Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain
daripada dalam periode-periode lain hal mana tidak
dimungkinkan lagi apabila anak-anak sudah sekolah melainkan
karena terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan
bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain
anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia
bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain
dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.
c. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah
Menurut Abraham dan Stanley (1996), anak laki-laki cenderung
dominan aktif dan bebas ditunjukkan dengan sifat percaya diri, keras
kepala, kompetitif dan yakin. Sedangkan anak perempuan cenderung
sensitif yang ditunjukkan dengan sikap kritis terhadap kebersihan diri,
bijaksana, penuh pengertian, hangat dan selalu memperhatikan
penampilan. Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut
Havighurst dalam Hurlock (2012) adalah sebagai berikut:
1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan
permainan yang umum.
36
2) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk
yang sedang tumbuh.
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk
membaca, menulis, dan berhitung.
6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan
nilai.
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan
lembaga-lembaga.
9) Mencapai kebebasan pribadi.
d. Masalah Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Suprajitno (2004) masalah–masalah yang sering terjadi
pada anak usia ini meliputi bahaya fisik dan psikologi antara lain:
1) Bahaya fisik
a) Penyakit
Penyakit infeksi pada usia ini jarang sekali terjadi, penyakit
yang sering ditemui adalah penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan diri anak.
b) Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada
kelenjar tapi akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi
37
sehingga anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain, sehingga
kehilangan kesempatan untuk mencapai ketrampilan yang
penting untuk keberhasilan sosial.
c) Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan ketrampilan tertentu.
d) Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya
dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat
menjadi dasar untuk rendah diri.
e) Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada masa
apapun. Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai
perilaku yang kurang menarik, sehingga anak menafsirkan
sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi perkembangan
konsep diri pada anak.
2) Bahaya Psikologi
a) Bahaya dalam berbicara
Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan
bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan
membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya
berbicara bila perlu saja.
38
b) Bahaya emosi
Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang
kurang menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak,
cemburu sehingga kurang disenangi orang lain.
c) Bahaya konsep diri
Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa
tidak puas pada diri sendiri dan pada perlakuan orang lain.
Anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif
dalam memperlakukan orang lain.
d) Bahaya yang menyangkut minat
Tidak minat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman
sebaya dan mengembangkan.
e. Kebutuhan Anak Usia Dasar
1) Menurut Soetjiningsih (1998), anak tidak bisa memperjuangkan
nasibnya sendiri, mereka sangat lemah, mereka menderita akibat
distribusi sumber daya yang tidak merata sehingga mereka sangat
tergantung bagaimana kita memberikan perhatian khusus terhadap
kebutuhan mereka, salah satu kebutuhan dasar anak antara lain
pendidikan dasar, meliputi meningkatkan kesempatan belajar untuk
anak, pendidikan dimulai sejak dini dilanjutkan dengan pendidikan
dasar untuk meningkatkan kecerdasan bangsa.
39
2) Menurut Nelson (1999), kebutuhan anak antara lain:
Keberhasilan atau hygiene dan sanitasi lingkungan. Hygiene
merupakan kebutuhan anak karena bila kebersihan anak kurang,
maka akan mempengaruhi tumbuh kembangnya dan rentan
terhadap penyakit.
2.4 Hubungan Antar Konsep
Anak sebagai generasi penerus bangsa dan sebagai sumber daya
manusia yang berkualitas diperlukan pembinaan secara terus-menerus demi
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan pengembangan fisik, mental dan
sosial anak. Usia sekolah merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan
landasan yang kokoh bagi terwujudnya sumber daya manusia yang
berkualitas untuk pembangunan bangsa. Masalah kesehatan anak banyak
ditemukan pada periode anak usia sekolah hal ini menentukan kualitas anak
di kemudian hari. Masalah tersebut meliputi perilaku hidup sehat, gangguan
infeksi, gangguan perkembangan dan gangguan pertumbuhan.
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah dasar
biasanya berkaitan dengan kebersihan perseorangan seperti kebiasaan cuci
tangan pakai sabun, kebiasaan gosok gigi yang benar, kebersihan rambut
dan kebersihan kuku. Personal hygiene harus dimulai sejak dini, karena
apabila pada masa anak-anak sudah diberikan pengetahuan tentang personal
hygiene maka pengetahuan anak tentang kebersihan diri lebih matang,
sehingga anak akan terbiasa untuk melakukan personal hygiene. Salah satu
peningkatan personal hygiene adalah dengan melakukan pendidikan
40
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu dari trias UKS
dimana merupakan upaya pendidikan kesehatan yang dilakukan sesuai
dengan kurikulum sekolah.
Pendidikan kesehatan dapat berupa beberapa bentuk salah satunya
dengan ceramah. pendidikan kesehatan dapat berpengaruh mengubah
perilaku perseorangan atau masyarakat dengan tujuan untuk tercapai
pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan. Agar personal hygiene
anak dapat terpenuhi dan menjadi lebih baik maka perlu di adakan kegiatan
melalui pendidikan kesehatan di sekolah (Effendy, Ferry dan Makhfudli,
2009;Mubarak, W. Chayatin, N.2009;Kozier, dkk, 2010).