bab ii tinjauan pustaka a. 1. team games …repository.ump.ac.id/4789/3/bab ii_liliana jusnita...11...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model PembelajaranTeam Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode
pembelajaran yang menuntut kerjasama siswa untuk melaksanakan tugas
secara berkelompok demi mencapai tujuan bersama. Salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yaitu Team Games Tournament (TGT).
Mengutip pendapat Slavin (2009: 81) tentang model pembelajaran Team
Games Tournament (TGT) adalah “pentingnya tujuan kelompok dan
tanggung jawab individu dalam memberikan insentif kepada siswa untuk
saling membantu satu sama lain dan untuk saling mendorong melakukan
usaha yang maksimal.”Tugas-tugas dalam kegiatan belajar mengajar
yang berhubungan dengan pembelajaran kooperatif lebih menekankan
pada pengorganisasian siswa untuk bekerja dalam kelompok-kecil.
Perlu dipahami bahwa dalam kelompok kecil tersebut siswa
memiliki perannya masing-masing, mereka akan saling membantu dan
melengkapi untuk memperoleh tujuan yang akan mereka capai dalam
pembelajaran. Ibrahim et al. (2000: 6) menyatakan unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka “sehidup sepenanggungan bersama.”
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
8
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
di antara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/
penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota
kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Pada
model pembelajaran ini, siswa dilatih untuk bekerja sama dengan teman
sekelompoknya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa akan memainkan
permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin
untuk skor tim mereka. Masing-masing siswa akan diberikan tanggung
jawab untuk dapat mempelajari dan memahami materi yang dipelajari
agar siswa dapat memperoleh poin maksimal dan memenangkan
pertandingan dalam tournament tersebut. Slavin (2009: 163)
menjelaskan:
Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT
menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis
dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba
sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) hampir sama
dengan model pembelajaran STAD, hanya saja model pembelajaran
Team Games Tournament (TGT) menggunakan turnamen akademik dan
kuis-kuis dalam kegiatan pembelajarannya. Model pembelajaran ini
menekankan pada pencapaian tujuan kelompok dalam hal memahami dan
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
9
mempelajari suatu pelajaran, serta penyelesaian sebuah masalah secara
berkelompok. Sehingga melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournaments (TGT) diharapkan dapat melatih sikap
tanggung jawab siswa serta dapat mempermudah siswa dalam belajar.
Masing-masing model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kelemahan dalam penerapannya pada kegiatan belajar mengajar. Menurut
Taniredja et al. (2011: 72-73) model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournaments (TGT) mempunyai kelebihan dan kelemahan
sebagai berikut. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournaments (TGT):
a. Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk
berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.
b. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.
c. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.
d. Motivasi belajar siswa bertambah.
e. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan
pembelaan negara.
f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa
dengan siswa lain dan antara siswa dengan guru.
g. Siswa dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau pokok
bahasan bebas mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi
yang ada dalam diri siswa tersebut dapat keluar, selain itu
kerjasama antar siswa juga siswa dengan guru akan membuat
interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak
membosankan.
Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament(TGT): a) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak
semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya; b) Kekurangan
waktu untuk proses pembelajaran; c) Kemungkinan terjadinya kegaduhan
kalau guru tidak dapat mengelola kelas.Kekurangan ini dapat diatasi,
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
10
tugas guru adalah menguasai kelas dan membimbing dengan baik siswa
yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa lain.
Slavin (2009: 166-167) berpendapat pembelajaran berorientasi
Team Games Tournament (TGT)memiliki lima komponen utama dalam
pembelajaran koopertaif tipe Team Games Tournaments (TGT) yaitu:
a. Presentasi di Kelas (Class Pressentation)
Materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi di dalam
kelas menggunakan pengajaran langsung.
b. Kelompok/ Tim
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar untuk mempersiapkan
anggotanya agar bisa mengerjakan kuis dengan baik.
c. Permainan (Games)
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di
kelas dan pelaksanaan kerja tim.
d. Turnamen (Tournaments)
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.
Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa
berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika
mereka melakukan yang terbaik
e. Rekognisi Tim (Tim Recognition)
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang
lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Melalui model pembelajaran yang mengutamakan kerja kelompok
dan menyatukan kemampuan intelegensi yang berbeda, akan membantu
mengembangkan aspek kognitif dan afektif siswa. Sehingga tujuan dari
pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Berlandaskan pada teori yang dikemukakan oleh Slavin, maka
langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Team
Games Tournament (TGT), yaitu:
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
11
a. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian
dikelas. Saat guru menyajikan materi, siswa harus memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, agar mereka bisa bekerja
dengan baik pada saat game dan turnamen melawan kelompok lain,
karena skor game menentukan skor kelompok.
b. Guru membentuk siswa menjadi kelompok yang terdiri atas 4-5 orang
yang anggotanya heterogen. Siswa akan belajar dan lebih mendalami
materi pelajaran bersama teman sekelompoknya untuk
mempersiapkan anggota kelompoknya pada saat game.
c. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana yang telah diberi
nomor. Game ini dilakukan untuk menguji pengetahuan siswa setelah
mempelajari sebuah materi. Game tersebut dimainkan diatas meja
dengan 5 orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang
berbeda. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang dapat
menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini
yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen.
d. Turnamen dilaksanakan setelah guru melakukan presentasi kelas dan
siswa sudah melaksanakan game. Pada turnamen pertama guru
membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. 5 siswa tertinggi
prestasinya dikelompokan dalam meja I, 5 siswa selanjutnya pada
meja II dan seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan
bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
12
Pemenang pada tiap meja naik tingkat ke meja berikutnya yang lebih
tinggi. Skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama dan
yang skornya paling rendah diturunkan. Ilustrasi meja turnamen dapat
dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Penempatan Siswa pada Meja Turnamen
Sumber: Slavin (2009: 168)
e. Rekognisi tim. Masing-masing tim akan mendapat sertifikat/ hadiah
apabila rata-rata skor mereka memenuhi kriteria yang ditentukan.
Perhitungan poin ditentukan dengan berpedoman pada tabel
penskoran TGT. Perhitungan poin permainan dibagi kedalam tiga
kelompok yaitu, perhitungan poin permainan untuk empat pemain,
tiga pemain dan dua pemain.Poin permainan untuk empat pemain,
dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
D
Meja
Turnamen
1
Meja
Turnamen
2
Meja
Turnamen
3
Meja
Turnamen
4
B-1 B-2 B-3 B-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
C-1 C-2 C-3 C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
13
Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain
Tidak
ada
yang
seri
Seri
nilai
tertinggi
Seri
nilai
tengah
Seri
nilai
rendah
Seri
nilai
tertinggi
3
macam
Seri nilai
terandah
3
macam
Seri
4
macam
Seri
nilai
tertinggi
dan
terendah
Peraih
skor
tertinggi
60
poin
50 60 60 50 60 40 50
Peraih
skor
tengah
atas
40
poin
50 40 40 50 30 40 50
Peraih
skor
tengah
bawah
30
poin
30 40 30 50 30 40 30
Peraih
skor
terendah
20
poin
20 20 20 20 30 40 30
Berdasarkan tabel di atas perhitungan poin permainan dibagi 8
kategori yaitu: tidak ada yang seri, seri nilai tertinggi, seri nilai tengah,
seri nilai rendah, seri nilai tertinggi 3 macam, seri nilai terendah 3
macam, seri 4 macam, seri nilai tertinggi dan terendah. Kolom pemain
terdiri dari yang paling atas yaitu peraih skor tertinggi, peraih skor
tengah atas, peraih skor tengah bawah dan peraih skor terendah,
kemudian perolehan poin masing-masing pemain akan diakumulasi
dan dihitung rata-rata kelompoknya. Perhitungan poin permainan
untuk tiga pemain dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain Tidak ada
yang seri
Seri nilai
tertinggi
Seri nilai
terendah
Seri 3
macam
Peraih skor
tertinggi
60 poin 50 60 40
Peraih skor
tengah
40 poin 50 30 40
Periah skor
rendah
30 poin 20 30 40
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
14
Berdasarkan tabeldi atas perhitungan poin permainan dibagi 4
kategori penilaian yaitu: 1) tidak ada yang seri, maka peraih skor
tertinggi mendapat 60 poin, skor tengah 40 poin dan skor terendah 30
poin; 2) seri nilai tertinggi, maka 2 peraih skor tertinggi mendapatkan
poin yang sama yaitu 50 poin dan 1 peraih skor terendah mendapat
skor 20 poin; 3) seri nilai terendah, maka 2 peraih skor terendah
mendapat poin yang sama yaitu 30 poin dan 1 peraih skor tertinggi
mendapat skor 60 poin; 4) seri tiga macam, maka ketiga pemain
tersebut mendapatkan poin yang sama yaitu 40 poin. Selanjutnya,
perhitungan poin permainan untuk 2 pemain dapat dilihat pada tabel
2.3 berikut:
Tabel 2.3 Perhitungan Poin Permaian Untuk 2 Pemain Pemain Tidak seri Seri
Peraih skor tertinggi 60 40
Peraih skor terendah 20 40
Berdasarkan tabel 2.3 perhitungan poin dibagi 2 kategori yaitu:
1) tidak seri, maka peraih skor tertinggi mendapat poin 60 dan peraih
skor terendah mendapat poin 20; 2) seri, maka pemain dengan peraih
skor tertinggi dan terendah mendapat skor yang sama yaitu 40
poin.Ada tiga penghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan
tim. Penghargaan tim dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini:
Tabel 2.4 Penghargaan Tim
Kriteria (rata-rata tim) Pengahargaan
40 Tim Baik
45 Tim Sangat Baik
50 Tim Super
Sumber: Slavin (2009: 175)
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
15
Penghargaan tersebut dapat diperoleh kelompok apabila rata-rata tim
dapat memenuhi kriteria penerima penghargaan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka implementasi pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game
Tournaments(TGT) pada kelas eksperimen dibagi kedalam 2 sesi. Sesi
pertama dilaksanakan pada pertemuan pertama dengan melaksanakan
presentasi kelas dan tim saja dan pertemuan kedua melaksanakan game
tournament, dan rekognisi tim. Sesi kedua dilaksanakan pada pertemuan
ketiga dan keempat dengan langkah yang sama. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, setelah melaksankan
pembelajaran siswa dapat menceritakan, menunjukan, dan
mengemukakan pengaruh globalisasi di lingkungan sekitar siswa.
2. Tim
a. Guru membagi siswa dalam satu kelompok terdiri dari 3-5 siswa
secara heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras.
b. Guru mempersiapkan bahan-bahan/ materi pertandingan, berupa
materi globalisasi, soal tes berupa soal pilihan ganda dan soal
uraian.
c. Siswa bekerja dalam tim untuk mempelajari materi globalisasi
terlebih dahulu, guru memantau kegiatan siswa.Siswa yang belum
menguasai materi diberi kesempatan untuk bertanya kepada sesama
anggota tim, peran siswa sebagai tutor teman sekelompoknya.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
16
3. Game
a. Guru menyampaikan aturan game yaitu siswa harus bekerja secara
individu.
b. Game dimainkan di atas meja dengan masing-masing tim yang
berbeda, siswa akan menjawab soal dan berlomba untuk dapat
menjawab soal dengan benar sebanyak-banyaknya. Siswa
bertanggung jawab untuk memperoleh skor bagi kelompoknya.
Skor dihitung berdasarkan perolehan jumlah soal yang dapat
dijawab.
4. Turnamen
a. Kegiatan dilanjutkan dengan melaksanakan turnamen, guru
mengumumkan penetapan meja turnamen bagi siswa, guru
menentukannomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja
turnamen, penentuan siswa berdasarkan pada perolehan skor pada
kegiatan game(misalkan 3 orang dengan kemampuan setara).
b. Siswa mencabut kartu bernomor untuk menentukan pembaca I
(nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.
c. Pembaca I mengocok kartu dan mengambil kartu yang
teratas.Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan
mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan
kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti
skor.Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka
dapat mengajukan jawaban secara bergantian.Jika jawaban
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
17
penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu
jawaban yang benar (jika ada).
5. Rekognisi Tim
a. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan
dicatat pada kartu perolehan skor kelompok masing-masing. Guru
membantu siswa untuk menghitung perolehan rata-rata kelompok.
Perolehan rata-rata kelompok untuk menentukan apakah sudah
memenuhi kriteria perolehan penghargaan.
b. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran
tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen. Misalkan
siswa dengan skor tertinggi dapat berpindah meja turnamen
ketingkat 1 kali yang lebih tinggi, siswa dengan skor ditengah tetap
tinggal dimeja tersebut, sedangkan siswa dengan skor terendah
berpindah meja 1 tingkat lebih rendah dari meja sebelumnya.
2. Media Pembelajaran Information and Communications Technology
(ICT)
Information and Communications Technology (ICT) dalam
Bahasa Indonesia disebut Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pengertian dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
dikutip dari internet (http://media.diknas.go.id) dalam Rusman
(2013:87-88) adalah “sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua teknologi yang
berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.” Istilah TIK atau
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
18
Information and Communications Technology (ICT) dalam
perkembangan jaman modern merupakan bagian dari pendidikan.
Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan
hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus
memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu
dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari
tujuan pembelajaran tersebut.Arief S. Sadiman (1996: 83) dalam
Rusman et. al. (2013: 105) mengatakan bahwa:
Ditinjau dari proses dan kesiapan pengadaannya, media
dikelompokan dalam dua jenis, yaitu media yang dimanfaatkan
atau digunakan oleh guru (media by utilization) yaitu media yang
sudah ada di pasaran dalam keadaan siap pakai atau siap digunakan
oleh guru (media by utilization) dan media yang sengaja didisain
atau dirancang oleh guru secara khusus untuk keperluan dan tujuan
pembelajaran tertentu.
Pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media komputer
merupakan media yang disengaja didesain sedemikian rupa sehingga
dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran.
Microsoft Office Powerpoint adalah sebuah program komputer
untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Program
Powerpoint merupakan salah satu software yang dirancang untuk
menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam
pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak
membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
19
Anitah (2009: 79) menyatakan ada dua cara untuk menampilkan
media visual, yaitu: a) Diketik dengan menggunakan program MS
Word, atau Power Point, kemudian diprint. Dari hasil cetakan ini dapat
di copy ke transparan; b) Bahan diketik dengan menggunakan MS
Power Point, dicopy pada CD atau USB untuk ditampilkan melalui
LCD Projector.
Penggunaan media LCD Projector dimaksudkan untuk
mempermudah guru dalam menyampaikan materi yang akan digunakan
dalam pembelajaran, demi mencapai hasil belajar yang diinginkan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Maka dari
itu guru tidakhanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi
juga terampil dalam menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar. LCD Projector digunakan pada saat guru melakukan
eksplorasi, dengan media ICT maka dapat memberikan suasana belajar
yang menyenangkan dan menciptakan proses pembelajaranyang efisien.
3. Tanggung Jawab
a. Pengertian Tanggung Jawab
Karakter berhubungan dengan sikap yang dilakukan oleh
seseorang secara terus menerus sehingga menjadi sebuah karakteristik
pada diri orang tersebut. Salah satu usaha untuk menanamkan karakter
pada diri seseorang yaitu melalui pendidikan karakter. Pendidikan
karakter merupakan suatu usaha menanamkan nilai-nilai ataupun
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
20
moral guna membentuk insan agar memiliki kepribadian yang baik.
Karakter yang dikutip dalam Samani dan Hariyanto (2012: 41)
memiliki pengertian “Character isn’t inherited. One builds its daily by
the way one thinks and aets, thought by thought, action by action
(Helen G. Douglas)”, dapat dijelaskan bahwa karakter tidak
diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan
hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran,
tindakan demi tindakan. Diantara ke-18 nilai karakter yang ada pada
pendidikan karakter, sikap tanggung jawab merupakan salah satu
karakter yang sangat penting.
Sesuai dengan pendapat Muchlas dan Hariyanto(2012: 51)
menyatakan:
Tanggung jawab yaitu melakukan tugas dengan sepenuh hati,
bekerja dengan etos yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai
prestasi terbaik (giving the best), mampu mengontrol diri dan
mengatasi stres, berdisiplin diri, akuntabel terhadap pilihan dan
keputusan yang diambil.
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat hidup sendirian.
Hidup dalam bermasyarakat terdapat jalinan sosial yang harus
dipertanggungjawabkan bersama. Jalinan sosial tersebut merupakan
nilai-nilai/ norma yang telah disetujui bersama, sehingga setiap orang
memiliki perannya masing-masing untuk dapat melaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab erat kaitannya
dengan kewajiban. Kewajiban merupakan tugas yang dibebankan
kepada seseorang yang harus dilaksanakan, maka dalam hal ini adalah
tanggung jawab seseorang terhadap kewajibannya. Pendapat diatas
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
21
diperkuat oleh pendapat Yaumi (2014: 72-73)yang menjelaskan
bahwa:
Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu tugas atau
kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas dengan
penuh kepuasan (yang diberikan oleh seseorang, atau atas janji
atau komitmen sendiri) yang harus dipenuhi seseorang, dan yang
memiliki konsekuen hukuman terhadap kegagalan.
Sangat jelas disebutkan bahwa tanggung jawab merupakan
sekumpulan tugas atau kewajiban yang harus dilaksanakan baik itu
atas perintah/permintaan orang lain ataupun komitmen terhadap diri
sendiri, sehingga apabila kita dapat melaksanakan kewajiban
itudengan baik maka kita akan mendapatkan kepuasan tersendiri dan
apabila kita gagal dalam melaksanakan kewajiban maka akan ada
konsekuensi.
Melalui pendidikan karakter terutama dalam penanaman sikap
tanggung jawab, diharapkan dapat melatih siswa agar dapat
melaksanakan tugas sekolah atau rumah dengan baik. Mengerti dan
memahami mengenai hak dan kewajiban yang harus dimiliki siswa
sehingga ia dapat lebih mudah dalam menjalani kehidupannya serta
siswa akan lebih memahami makna dari kehidupan yang ia jalani
sebagai warga negara yang baik. Mengutip pendapat Miller (2009: 13)
dalam Yaumi(2014: 72-73) menulis tentang tanggung jawab sebagai
berikut:
To be responsible means to be answerable or accountable. A
responsible person can be relied upon to make a strong effort to
perform his or her duties and to honor commitments. Is a person
acts responsibly, other know that this person is dependable.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
22
Pernyataan diatas memiliki pengertian bahwa tanggung jawab berarti
dapat dijawab atau dapat dipertanggungjawabkan. Seseorang yang
bertanggung jawab dapat diandalkan untuk melakukan tugasnya dan
untuk menghormati komitmen. Jika seseorang bertindak secara
bertanggung jawab, orang lain tahu bahwa orang ini teguh dan dapat
diandalkan.Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Mustari (2014:
19) yang menyatakan bahwa:
Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang
seharusnya seseorang lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat
dan lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan.
Pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa setiap orang memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban yang diembannya
baik itu terhadap diri sendiri dan lingkungan maupun terhadap negara
dan Tuhan. Tanggung jawab yang baik berada pada keseimbangan
yang serasi antara perolehan hak dan penunaian kewajiban. Kewajiban
juga harus berasal dari hati dan kemauan diri sendiri atas kewajiban
yang harus di tanggung jawabkan. Manusia merasa bertanggung
jawab karena adanya rasa sadar dan menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu. Untuk meningkatkan kesadaran bertanggung jawab,
perlu ditempuh dan diusahakan melalui pendidikan, penyuluhan,
keteladanan dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh sebab itu
penanaman karakter sikap tanggung jawab perlu mendapatkan
perhatian yang serius.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
23
Mustari (2014: 21-26) menyebutkan terdapat beberapa macam
tanggung jawab, yaitu:
1) Tanggung Jawab Personal
Tanggung jawab merupakan respon kita pada kebutuhan
oarang lain.Erich Fromm dalam bukunya The Art of Loving.
“Menjawab” atau “merespon” itu tergantung pada keinginan
masng-masing individu.
2) Tanggung Jawab Moral
Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran
bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi
tertentu.
3) Tanggung Jawab Sosial
Sebegitu besarnya tanggung jawab membebani manusia,
sehingga manusiapun mesti bertanggung jawab kepada
masyarakat di sekelilingnya. Inilah yang disebut dengan
tanggung jawab sosial (sosial responsibility).
4) Pendidikan Tanggung Jawab
Kebiasaan itu lebih kuat daripada kesadaran. Oleh karena itu,
untuk tanggung jawab ini kita harus membiasakan diri
menjadi orang yang bertanggung jawab.
Sikap tanggung jawabdapat membantu seorang memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri maupun
masyarakat. Hidup bermasyarakat hendaknya dalam berpikir, berbuat,
bertindak, berperilaku, manusia tidak dapat berbuat seenaknya sendiri.
Bila perbuatan itu salah maka ia harus bertanggung jawab. Manusia
sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat
yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat
tersebut. Setelah kita bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri,
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
24
maka kita tinggal membiasakan diri bertanggung jawab kepada orang
lain.
Pendidikan tanggung jawab merupakan pendidikan tentang hak
dan kewajiban.Kesadaran siswa harus digugah bahwa mereka harus
bertanggung jawab dalam setiap hal, mereka harus mengerti tentang
hak dan kewajiban yang harus mereka perankan. Pentingnya
pendidikan karakter khususnya pendidikan tanggung jawab agar
dapatterealisasikan dengan baik dibutuhkan kesadaran dan
kesungguhan dari semua pihak yang terkait dengan instansi
pendidikan.
b. Indikator Sikap Tanggung Jawab
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perumusan indikator yang
dikutip dari Daryanto (2013: 142-143) adalah sebagai berikut:
1) Indikator Sekolah:
a) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam
bentuk lisan maupun tertulis.
b) Melakukan tugas tanpa disuruh.
c) Menunjukan prakasa untuk mengatasi masalah dalam
lingkup terdekat.
d) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
2) Indikator Kelas:
a) Pelaksanaan tugas piket secara teratur.
b) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.
c) Mengajukan usul pemecahan masalah.
Indikator diatas masih terlalu luas cakupannya, maka peneliti
menggunakan indikator mata pelajaran dalam penelitian. Indikator
mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang siswa
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
25
berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Indikator keberhasilan nilai
karakter tanggung jawab dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini:
Tabel 2.5 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
Nilai Indikator
Tanggung
Jawab Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik.
Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan.
Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.
Sumber: Fitri, A. Z., (2012: 43)
Indikator keberhasilan nilai karakter tanggung jawab yang dapat
peneliti kembangkan berdasarkan pada tabel 2.5 yaitu sikap tanggung
jawab khususnya mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.
4. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Manusia mengalami tumbuh dan berkembang melalui kegiatan
belajar.Mengutip pendapat Burton dalam Aunurrahman (2012: 35)
merumuskan pengertian “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada
diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu
dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.”Sesungguhnya sebagian besar
aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan
belajar, dengan demikian tidak ada batasan usia, ruang dan waktu
dalam kegiatan belajar
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
26
Sebagaimana pengertian belajar yang dikutip dari buku
Educational Psycology, H.C. Witheringtondalam Aunurrahman(2012:
35) dijelaskan bahwa “belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu
pengertian.” Mengarah pada beberapa pendapat diatas dapat
dimengerti bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
seseorang yang disebabkan oleh adanya hubungan interaksi dengan
lingkungan, dalam hal ini adalah lingkungan pembelajaran sekolah
pada saat pembelajaran yang akan menambah pengetahuan,wawasan,
sikap dan keterampilan seseorang.Pendapat di atas sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 2)yaitu:
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Jelas bahwa belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
diakibatkan oleh adanya suatu interaksi dengan lingkungan di
sekitarnya sehingga membentuk suatu perubahan pada diri individu
tersebut. Jika seseorang tersebut tidak melakukan usaha, maka dia
tidak akan mendapatkan perubahan tingkah laku yang diharapkan
tentang belajar bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku pada
diri individu yang bersifat relatif permanen dan terjadi sebagai hasil
pengalaman.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
27
b. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut pendapat Arifin (2013: 13) “kata prestasi berasal dari
bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.” Istilah “prestasi belajar”
berbeda dengan “hasil belajar”. Prestasi belajar pada umumnya
berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar
meliputi aspek pembentukan watak siswa. Kegiatan belajar sangat
berkaitan dengan prestasi belajar, karena belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Arifin (2013: 13) prestasi belajar memiliki beberapa fungsi
utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingintahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan
pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik
(fedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
28
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik.
Indikator ekstern dalam arti bahwa dalam tinggi rendahnya
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
peserta didik di masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didikmenjadi
fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah
yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Beberapa fungsi prestasi belajar diatas menunjukan bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur kecakapan yang
dicapai dalam bentuk nilai. Prestasi belajar ini dapat ditunjukan
dengan jumlah nilai raport ataupun nilai tes siswa . Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Cronbach dalam Zainal Arifin(2013:13) bahwa:
Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai
umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan
diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, utnuk
kerperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau
penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk
menentukan kebijakan sekolah.
Cara mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar siswa, dapat
ditunjukan dengan nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
29
oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang
ditempuhnya. Hasil tes tersebut digunakan guru untuk berbagai
keperluan yang bersangkutan dengan kebutuhan diagnostik dalam
menentukan berbagai pertimbangan.
Semua pelaku pendidikan pasti menginginkan tercapainya
prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi yang tinggi
merupakansalah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran.
Namun, tidak semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi.
Tinggi rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi
oleh banyak hal. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
menurut Mulyasa (2014: 190-191) dikelompokan menjadi empat,
yaitu “(a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor
instrumental; dan (d) kondisi peserta didik.” Faktor-faktor tersebut
baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi
tertentu terhadap prestasi belajar siswa.
Mulyasa (2014: 198-199) mengungkapkan terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, untuk
melancarkan kegiatan belajar, dan meningkatkan prestasi belajar, hal-
hal dibawah ini perlu diperhatikan:
1) Dibentuk kelompok belajar, karena dengan belajar bersama
peserta didik yang kurang paham dapat diberitahu oleh
peserta didik yang telah paham.
2) Semua pekerjaan dan latihan yang diberikan oleh guru
hendaknya dikerjakan segera dan sebaik-baiknya.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
30
3) Mengesampingkan perasaan negatif dalam membahas atau
berdebat mengenai suatu masalah/ pelajaran.
4) Rajin membaca buku yang bersangkutan dengan pelajaran.
5) Berusaha melengkapi dan merawat dengan baik alat-alat
belajar.
Hal-hal diatas perlu diperhatikan siswa untuk menunjang dalam
memperoleh prestasi belajar yang memuaskan.Hasil tes prestasi
merupakan salah satu informasi penting guna pengambilan keputusan
pendidikan. Hal ini didukung oleh pendapat dari Gronlund (1977)
dalam Azwar (2013:18-21) mengenai penyusunan tes prestasi
merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi
sebagai berikut:
1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah
dibatasi secara jelas dengan tujuan instruksional.
2) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang
representatif dari hasil belajar dan dari mmateri yang
dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.
3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling
cocok guna mengukur hasil belajar yang diingainkan.
4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan penggunaan hasilnya.
5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin
dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan
belajar peserta didik.
Prestasi belajar terutama dinilai dari aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam kognitifnya. Hasil
yang diperoleh siswa sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Prestasi belajar ini merupakan indikator kualitas pengetahuan yang
sudah dikuasai oleh siswa. Prestasi belajar seorang siswa adalah hasil
dari sistem pendidikan sehingga tingkat keberhasilanya ditentukan
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
31
oleh sistem belajar itu sendiri. Sekolah merupakan salah satu sistem
pendidikan formal yang membentuk siswa agar bisa meningkatkan
prestasi belajar mereka.
5. Pembelajaran Langsung
Penggunaan model pembelajaran langsung dalam penelitian ini
dilaksanakan di kelas kontrol. Model pembelajaran langsung ini sama
halnya dengan model pembelajaran klasikal yang artinya guru lebih
berperan aktif memberikan materi dalam kegiatan pembelajaran
dibandingkan siswanya. Diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Suprijono (2015: 65-73) “pembelajaran langsung atau direct
instruction dikenal dengan sebutan whole-class teaching.” Penyebutan
itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam
mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya secara
langsung kepada seluruh kelas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
langsung merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru sebagai
penyampai informasi dan siswa sebagai pendengar/ partisipan dalam
kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran langsung dirancang untuk pengusaan pengetahuan
prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai
keterampilan. Berikut ini disajikan tahapan model pembelajaran langsung
dalam tabel 2.3 berikut:
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
32
Tabel 2.6 Tahapan Pembelajaran Langsung
Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 1: Establishing Set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik.
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
informasi latar belakang pelajaran,
mempersiapkan peserta didik untuk
belajar.
Fase 2: Demonstrating
Mendemonstrasikan
pengetahuan atau
keterampilan.
Mendemonstrasikan keterampilan yang
benar, menyajikan informasi tahap demi
tahap.
Fase 3: Guided Practice
Membimbing pelatihan.
Merencanakan dan memberi pelatihan
awal.
Fase 4: Feed Back
Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik.
Mengecek apakah peserta didk telah
berhasil melakukan tugas dengan beik,
memberi umpan balik.
Fase 5: Extended Practice
Memberikan kesempatan
untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan.
Mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi
lebih kompleks dalam kehidupan sehari-
hari.
Sumber: Suprijono (2014: 69)
6. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran yang sangat penting peranannya dalam membentuk warga
negara baik. Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 pasal 39,
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan:
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan
dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga negara dengan
negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Sekolah sebagai bagian dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai
pusat pemberdayaan siswa yang kondusif dalam mengembangkan
kreativitas dan memberi suasana demokratis bagi perkembangan
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
33
kualitas pribadi siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.Pendapat
tersebut sejalan dengan pendapat dari Zamroni dalam Taniredja(2013:
2) mendefinisikan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas
menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi
adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin
hak-hak warga masyarakat.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha yang dilakukan untuk
mempersiapkan masyarakat agar dapat hidup secara demokratis dalam
rangka menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis antar
sesama warga negara.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan
bahwa mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang
secara umum membahas tentang kemasyarakatan. Mata pelajaran PKn
mengkaji mengenai hal-hal yang terkait pada hukum, karakter warga
negara, mengatur hak-hak dan kewajiban warga masyarakat agar
tercipta kehidupan yang demokratis, selaras dan harmonis. Melihat
peranan mata pelajaran PKn yang begitu penting dalam dunia
pendidikan, oleh peneliti mata pelajaran PKn digunakan sebagai mata
pelajaran yang akan diteliti, sesuai dengan permasalahan yang telah
dijelaskan pada bab I. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan
mata pelajaran PKn dengan materi globalisasi di kelas IV semester 2.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajukan untuk
melakukan penelitian ada pada tabel 2.7 berikut:
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
34
Tabel 2.7 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4. Menunjukkan sikap
terhadap
globalisasidi
lingkungannya.
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh
globalisasi di lingkungannya.
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang
pernah ditampilkan dalam misi kebidayaan
internasional.
4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh
globalisasi yang terjadi di lingkungannya.
Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa materi yang
akan digunakan untuk penelitian yaitu Globalisasi.
b. Globalisasi
Globalisasi merupakan proses suatu pengaruh/ perubahan yang
mendunia. Mengutip pendapat yang ditulis oleh Bestari dan Sumiati
(2008: 79) Kata "globalisasi" diambil dari kata globeyang artinya bola
bumi tiruan atau duniatiruan. Kemudian, kata globe menjadi global,
yang berarti universal atau keseluruhan yangsaling berkaitan. Jadi,
globalisasi adalah prosesmenyatunya warga dunia secara umum
danmenyeluruh menjadi kelompok masyarakat.
Berdasarkan perkembangan sejarah kehidupan manusia, sejak
zaman prasejarah sampai sekarang alam dimanfaatkan
semaksimalmungkin sebagai peralatan, perkakas, dan sumber
makanan, hal itu dilakukan demi keberlangsungan hidup manusia
pada zaman prasejarah. Sekarang, semua itu sudah berbeda, dengan
adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yangberkembang pesat,
terciptalah alat transportasidan komunikasi. Hal ini memungkinkan
manusiadapat berhubungan satu sama lain walaupunjaraknya sangat
jauh.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
35
Kemajuan dari teknologi transportasi dan komunikasi pasti akan
membawa dampakatau pengaruh bagi kehidupan kita.
Misalnya,barang-barang luar negeri yang dahulu sangatsulit diperoleh,
sekarang dengan mudah kitadapatkan di mana saja. Contoh lain,
yaituhandphone atau telepon selular, yang dahuluhanya terdapat di
negara-negara maju, sekarangsudah ada di berbagai belahan dunia.
Adanyaperkembangan tersebut akan menimbulkan pengaruh atau
dampak positif dan negatif.Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan materi globalisasi dalam mata pelajaran PKn dengan
menggunakan model pembelajaran Team Games Tournamets (TGT).
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap model pembelajaran Team
Games Tournamnets (TGT). Namun peneliti tidak menemukan penelitian
yang sama persis dengan masalah yang akan diteliti peneliti. Diantaranya
penelitian yang telah dilakukan oleh:
1. Wahyuni, K., M., dkk (2014) dalam jurnal artikel yang berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Melalui
Variasi Reinforcement Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD
Gugus III Batuan Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Team Game
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
36
Tournament (TGT) Melalui Variasi Reinforcement dengan siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut
terbukti dengan lebih besar dari yaitu 7,81 > 2,000 dengan
perolehan rata-rata hasil belajar IPS kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol yaitu sebesar 76,85 > 66,70, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Team Game
Tournament (TGT) Melalui Variasi Reinforcement terhadap hasil belajar
IPS siswa kelas V SD Gugus III Batuan Sukawati tahun pelajaran
2013/2014.
2. Yuliana, (2012) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, FKIP Universitas Tanjungpura, dengan judul Pengaruh Penerapan
TGT Terhadap Hasil Belajar Pada Pembelajaran Matematika Kelas IV
SDN 11 Ponkot. Berdasarkan perhitungan statistik dari rata-rata hasil
post-test kelas kontrol sebesar 66,94 dan rata-rata hasil post-test kelas
eksperimen sebesar 83,42 diperoleh sebesar 3,63 dan (α =
5% dan dk = 53) sebesar 1,6755, yang berarti (3,63) >
(1,6755), dengan demikian maka Ha diterima, dan dari perhitungan effect
size, diperoleh effect size sebesar 0,86 (kriteria tinggi). Hal ini berarti
pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe Team Games
Tournament memberi pengaruh yang besar terhadap tingginya hasil
belajar siswa kelas IV SDN 11 Pontianak Kota.
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
37
Penelitian diatas relevan dengan penelitian ini, karena menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam
kegiatan pembelajaran. Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian
ini yaitu terletak pada variabelnya. Variabel penelitian ini yaitu prestasi
belajar dan sikap tanggung jawab siswa. Selain itu lokasi penelitianpun
berbeda, penelitian ini dilakasanakan di SD N 1 Toyareka, Purbalingga.
Fungsi dari penelitian yang relevan untuk memperkuat penelitian ini bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap subjek yang diteliti.
C. Kerangka Pikir
Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaranyang menekankan
pada kerjasama team dan tanggung jawab individu. Melalui metode
tersebutmenunjukan bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.
Model pembelajaran TGT diharapkan siswa tidak hanya mampu
meningkatkan prestasi belajarnya, namun juga dapat meningkatkan
pemahamannya terhadap materi pembelajaran dengan lebih baik. Peneliti
berasumsi bahwa model pembelajaran TGT cocok untuk diterapkan dalam
pembelajaran PKn terutama untuk mengembangkan aspek sikap tanggung
jawab siswa dan aspek pengetahuan.Kerangka berpikir penelitian dapat
dilihat pada gambar 2.2 berikut:
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016
38
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatiftipe Team Games
Tournament (TGT) menggunakan media ICT terhadap sikap tanggung
jawab pada materi Pkn kelas IV di Sekolah Dasar.
2. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatiftipe Team Games
Tournament (TGT) menggunakan media ICT terhadap prestasi belajar
siswa pada materi Pkn di kelas IV di Sekolah Dasar.
Kondisi Akhir: Memberikan
Pengaruh terhadap Prestasi
Belajar PKn dan Sikap
Tanggung Jawab
Kondisi Awal:
Prestasi Belajar PKn Masih
Rendah
Prestasi Belajar dan Sikap
Tanggung Jawab
( Y )
Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team Games Tounament
(TGT)
( x )
Pengaruh Model Kooperatif…, Liliana Jusnita Abdullah, FKIP UMP, 2016