bab ii tinjauan pustaka a. diabetes mellitus 1....
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/1.jpg)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELLITUS
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh
adanya kenaikan kadar glukosa/gula darah (hyperglikemi) kronik akibat
berkurangnya atau tidak adanya insulin (Iqbal, 1996).
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal.
Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi (Maulana, 2008).
Diabetes melitus adalah serangkaian gangguan atau sindroma di
mana tubuh tidak mampu mengatur secara tepat pengolahan atau
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Ini disebabkan oleh
kekurangan baik sebagian maupun mutlak hormon insulin yang dihasilkan
dan dilepas oleh sel-sel beta yang terletak di bagian pankreas (Mc.Wright,
2008).
Pankreas merupakan sebuah kelenjar yang terletak di antara
duodenum (usus dua belas jari) dengan limpa dan berada di belakang perut
dengan panjang sekitar 15 cm. Pankreas mengandung 2 jenis sel utama di
mana keduanya menghasilkan sekresi (penggetahan). Kelompok pertama
mengeluarkan sekresi enzim-enzim pencernaan yang terlibat dalam
mengurai makanan dan yang kedua terdiri dari himpunan sel-sel yang
disebut ’islet of langerhans’ (kelompok sel-sel pankreas yang
mengeluarkan getah insulin dan glukagon) yang menghasilkan hormon-
hormon. Sebagaimana yang dinyatakan di atas, sel-sel beta adalah sel-sel
yang menghasilkan dan melepas insulin, sedangkan sel-sel alpha adalah
sel-sel yang mengeluarkan getah hormon yang disebut glukagon yang juga
terlibat dalam pengaturan kadar gula darah. Glukagon pada dasarnya
bekerja pada proses-proses yang terjadi di hati dan berperan penting dalam
![Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/2.jpg)
5
mencegah hipoglisemia. Hipoglisemia merupakan salah satu ciri-ciri
utama kondisi diabetes yang memerlukan terapi insulin (Mc.Wright,
2008).
2. Penyebab Diabetes Melitus
Penyebab penyakit diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit
autoimun atau penyakit kekebalan tubuh yaitu tubuh kehilangan
kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebakan tubuh
menghancurkan sel-sel beta pankreas akibat virus atau racun.
Virus dan Bakteri penyebab diabetes mellitus adalah virus rubela,
dan human coxsackievirus B4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus
dapat menyebabkan diabetes melitus melalui mekanisme infeksi sitolitik
pada sel yang mengakibatkan destruksi sel. Selain itu, melalui reaksi
autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun pada sel.
Bahan toksik, yakni aloksan, pyrimuron (rodentisida), dan
streptozocin (produk dari sejenis jamur). Bahan toksik lain berasal dari
cassava atau singkong. Singkong mengandung glikosida sianogenik yang
dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek toksik terhadap jaringan
tubuh.
Penyebab diabetes tipe 2 yaitu berkurangnya produksi hormon
insulin oleh sel beta pada pankreas dan ketidakmampuan insulin untuk
bekerja secara maksimal atau penurunan kerja insulin, sehingga kadar gula
dalam darah mengalami peningkatan. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya diabetes melitus tipe 2 yaitu:
a. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel).
b. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat.
c. Kurang gerak badan (tingkat aktivitas jasmani).
d. Faktor keturunan (herediter).
e. Pola makan yang salah (Waspadji, 2004).
![Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/3.jpg)
6
3. Patofisiologi Diabetes Melitus
Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut adalah kelenjar
penghasil insulin yang terletak di belakang lambung di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang terbentuk seperti pulau dan disebut pulau langerhans
yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin yang sangat
berperan dalam pengukuran kadar glukosa darah. Pada penderita DM tipe
2 jumlah insulin bisa normal bahkan lebih banyak tetapi reseptor
(penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Pada penderita DM tipe 2
jumlah reseptor insulin kurang, sehingga meskipun insulin banyak tetapi
glukosa dalam darah meningkat. Pada penderita DM tipe 2 juga bisa
ditemukan jumlah insulin cukup namun memiliki kualitas yang kurang
sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. DM tipe 2 juga
bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga tidak
dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi (Subekti,
1999).
4. Penggolongan Diabetes Melitus
a) Diabetes Tipe 1 : Dikenal dengan Insulin-Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM). Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin
di mana tubuh kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans
pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan
remaja. Sampai saat ini, diabetes mellitus tipe 1 hanya dapat diobati
dengan pemberian terapi insulin yang dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan
sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1.
b) Diabetes Tipe 2 : Dikenal dengan Non Insulin – Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM). Diabetes tipe 2 adalah keadaan di mana hormon
insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Hal ini
dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi
insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas
![Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/4.jpg)
7
(respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang
mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya
faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2,
pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa
tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet
diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon
penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai
dipertimbangkan untuk diberikan.
c) MRDM (Malnutrisi Related Diabetes Mellitus) atau DMTM (Diabetes
Mellitus Terkait Malnutrisi).
d) Diabetes mellitus tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu antara lain disebabkan oleh penyakit pankreas,
penyakit hormonal, faktor pemberian maupun pemakaian obat bahan
kimia lainnya, kelainan reseptor pada insulin dan sindrom genetik
tertentu, serta terjadinya sirosis hepatis.
e) Diabetes Gestasional adalah keadaan sementara dari resistensi insulin
yang biasanya terjadi pada pertengahan masa kehamilan karena
produksi hormon yang berlebihan, atau karena ketidakmampuan
pankreas untuk memproduksi insulin tambahan yang diperlukan pada
masa kehamilan. Diabetes gestasional biasanya hilang setelah masa
kehamilan selesai, tetapi para wanita yang pernah mengalami diabetes
gestasional memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terserang diabetes
tipe 2 (McWright, 2008).
5. Gejala Diabetes Melitus
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala di
bawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita:
a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
![Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/5.jpg)
8
d. Frekuensi urine meningkat/kencing terus menerus
(Glycosuria)
e. Berat badan menurun drastis.
f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf di telapak tangan &
kaki
g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i. Apabila luka/tergores lambat penyembuhannya
j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit ((McWright, 2008).
6. Faktor Resiko Terjadinya Diabetes Mellitus
a. Obesitas
Obesitas adalah tanda utama yang menunjukkan seseorang
dalam keadaan pradiabetes. Obesitas selalu disertai dengan resistensi
insulin yang mengarah pada diabetes.
Obesitas merusak pengaturan energi metabolisme dengan dua
cara, yaitu obesitas menimbulkan resistensi leptin dan meningkatkan
resistensi insulin. Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan gen
obesitas. Leptin berperan dalam hipotalamus untuk mengatur tingkat
lemak tubuh, kemampuan untuk membakar lemak menjadi energi, dan
rasa kenyang.
Orang yang mengalami kelebihan berat badan, kadar leptin
dalam tubuh akan meningkat. Kadar leptin dalam plasma meningkat
dengan meningkatnya berat badan. Leptin bekerja pada sistem saraf
perifer dan pusat. Peran leptin terhadap terjadinya resistensi yaitu leptin
menghambat fosforilasi insulin receptor substrate-1 (IRS) yang
akibatnya dapat menghambat ambilan glukosa.
Leptin juga berhubungan dengan hormon stres kortisol. Aturan
yang umum apabila seseorang memiliki kelebihan berat badan maka
akan meningkatkan kadar kortisol secara kronis. Jaringan lemak
![Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/6.jpg)
9
memacu proses produksi hormon kortisol dan kadar kortisol yang tinggi
akan menyebabkan peningkatan berat badan.
Kortisol berbeda dibandingkan dengan hormon steroid lain
seperti hormon seks dalam hal penggolongannya, hormon kortisol
digolongkan sebagai glukokortikoid. Hal ini menunjukkan bahwa
fungsi utamanya berkaitan dengan peningkatan kadar gula darah dengan
mengorbankan jaringan otot. Pada keadaan kronis akan menuju ke
keadaan resistensi insulin dan perubahan susunan tubuh dari otot
menjadi lemak (D’Adamo, 2007).
b. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang berkepanjangan yaitu
lebih dari 140/90 mmHg (Lovastatin, 2006). Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita. Hipertensi baru disadari
ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung, ginjal, gangguan fungsi kognitif, stroke ataupun DM.
Tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan
karakteristik dari sindroma metabolik, kelompok abnormalitas yang
terdiri dari obesitas, trigliserid, dan HDL rendah serta terganggunya
keseimbangan hormon merupakan faktor pengatur tekanan darah. Pada
pasien dengan diabetes melitus atau penyakit ginjal, penelitian telah
menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus
dianggap sebagai faktor risiko terjadi hipertensi (Saraswati, 2009).
c. Faktor genetik
Keturunan atau genetik merupakan penyebab utama diabetes.
Jika kedua orang tua memiliki diabetes tipe 2, ada kemungkinan bahwa
hampir semua anak-anak mereka akan menderita diabetes. Jika kedua
orang tua memiliki diabetes tipe 1, kurang dari 20% dari anak-anak
mereka akan terserang diabetes mellitus tipe 1. Pada kembar identik,
jika salah satu kembar mengembangkan diabetes tipe 2, maka hampir
![Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/7.jpg)
10
100% untuk kembar yang lain juga akan berpotensi untuk terserang
diabetes melitus tipe 2 (Waspadji, 2004).
d. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang yang paling umum yang
mempengaruhi individu untuk diabetes. Faktor resiko meningkat secara
signifikan setelah usia 45 tahun dan meningkat secara dramatis setelah
usia 65 tahun. Hal ini terjadi karena orang-orang pada usia ini kurang
aktif, berat badan akan bertambah dan massa otot akan berkurang
sehingga menyebabkan disfungsi pankreas. Disfungsi pankreas dapat
menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah karena tidak
diproduksinya insulin.
Diabetes tipe 2 sering diderita pria dan wanita yang kelebihan
berat badan. Sampai saat ini, diabetes tipe 2 dikenal sebagai ”diabetes
dewasa” karena tidak pernah terjadi pada anak-anak. Tetapi, dalam
dekade berselang sejumlah anak-anak dan remaja yang kelebihan berat
badan dan obesitas juga mengidap penyakit ini. Perubahan seismik ini
juga menjadi alasan diabetes tipe pertama tidak lagi disebut diabetes
”remaja” (D’Adamo, 2007).
e. Faktor makanan
Faktor makanan juga merupakan faktor utama yang bertanggung
jawab sebagai penyebab diabetes melitus. Makan terlalu banyak
karbohidrat, lemak dan protein semua berbahaya bagi tubuh. Tubuh kita
secara umum membutuhkan diet seimbang untuk menghasilkan energi
untuk melakukan fungsi-fungsi vital. Terlalu banyak makanan, akan
menghambat pankreas untuk menjalankan fungsi sekresi insulin, jika
sekresi insulin terhambat maka kadar gula dalam darah akan meningkat.
Orang-orang yang terbiasa mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung karbohidrat seperti biscuit, coklat, es cream dan lain
sebagainya sangat berpotensi untuk terserang penyakit diabetes melitus
(Waspadji,2004).
![Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/8.jpg)
11
f. Kurang Aktivitas
Kurang aktivitas merupakan faktor risiko independen untuk
terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke dan
diabetes mellitus. Kurangnya aktivitas dapat memicu timbulnya
obesitas pada seseorang dan kurang sensitifnya insulin dalam tubuh.
Sehingga dapat menimbulkan penyakit diabetes melitus. Inaktivitas
fisik banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki, orang kulit
hitam daripada kulit putih, individu senior daripada dewasa muda, dan
pada kelompok dengan status ekonomi yang rendah (D’adamo, 2007).
7. Kategori Kadar Gula Darah Penderita Diabetes MellitusKategori kadar gula darah penderita diabetes melitus dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini:
TABEL 1 KATEGORI KADAR GULA DARAH
Sumber: (D’adamo, 2007).
8. Dasar-Dasar Pengelolaan Diabetes Mellitus
a. Penyuluhan (edukasi): Edukasi merupakan bagian integral asuhan
perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan
mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan diabetes
yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Penyuluhan bagi pasien
DM tidak hanya dilakukan oleh dokter yang mengobati, tetapi juga
oleh segenap jajaran terkait dengan pengelolaan DM seperti perawat
Kadar gula darahBukan DM
Pre
Diabetes
DM
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)<100 100-199 >200
Kadar Gula Darah Puasa
(mg/dl)<100 100-125 >126
Kadar Gula Darah 2 jam PP <100 100-199 >200
![Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/9.jpg)
12
penyuluh, pekerja sosial, ahli gizi dan sebagainya sesuai dengan
bidang keahlian masing-masing.
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi
pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan
psikologik serta kualitas yang lebih baik.
b. Perencanaan Makan: Salah satu pilar utama pengelolaan diabetes
adalah perencanaan makan. Perencanaan makan yang tepat dapat
mengontrol kadar gula darah pasien DM tipe 2.
Diet DM merupakan terapi utama yang dapat menekan munculnya
diabetes latent serta dapat menekan penyakit kronik akut pada
penderita diabetes melitus. Diet sebagai bagian dari pengobatan
diabetes melitus yang mempunyai arti penting, bahkan sebagian
penderita diabetes melitus ringan sampai berat dapat dikendalikan
dengan diet dan olahraga.
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada
DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes antara
lain memperbaiki metabolisme, meningkatkan kerja insulin, membantu
menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani, rasa
percaya diri, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
d. Obat Hipoglikemik
Apabila penderita telah melaksanakan program makan dan latihan
jasmani teratur namun pengendalian kadar glukosa darah belum
tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik oral. Macam obat
hipoglikemik oral yaitu sulfonilurea, biguanida, acarbose,
thiazolidinedion (Waspadji, 2004).
![Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/10.jpg)
13
9. Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi diabetes melitus dapat muncul secara akut dan secara kronik,
yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap
diabetes.
a. Komplikasi Akut Diabetes
Komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi hipoglikemia dan
koma diabetik.
Reaksi hipoglikemia yaitu keadaan dengan kadar gula darah yang
menurun sampai kurang dari 50mg/dl. Tanda-tanda hipoglikemia
yaitu rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya.
Koma diabetik timbul karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi
dan biasanya lebih dari 600mg/dl. Gejala koma diabetik yang
sering timbul adalah nafsu makan menurun, banyak minum dan
banyak kencing kemudian disusul rasa mual, muntah, nafas cepat,
serta berbau aseton, sering disertai panas badan karena biasanya
ada infeksi dan penderita koma diabetik harus dibawa ke rumah
sakit (Tjokroprawiro, 2006).
b. Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis atau komplikasi yang bersifat menahun pada
umumnya terjadi pada penderita yang telah mengidap penyakit
diabetes melitus selama 5-10 tahun.
1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Asterosklerosis adalah menebalnya arteri dan menyempit
karena penumpukan lemak pada bagian pembuluh darah.
Menebalnya arteri di kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki
karena berkurangnya suplai darah yang mengakibatkan
kram, rasa tidak nyaman, atau lemas saat berjalan dan bisa
menyebabkan kematian pada jaringan apabila suplai darah
pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu lama.
![Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/11.jpg)
14
2. Kerusakan pada Ginjal (Nefropati)
Diabetes mempengaruhi pembuluh darah kecil pada ginjal
akibatnya efisiensi ginjal untuk menyaring darah terganggu.
Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2-7,1%
pada penderita diabetes melitus.
3. Kerusakan Saraf (Neuropati)
Gula darah yang tinggi menghancurkan serat saraf dan satu
lapisan lemak di sekitar saraf. Saraf yang rusak bisa
menyebabkan kehilangan indera perasa. Kerusakan
biasanya dimulai dari jempol kaki dan telapak kaki yang
menimbulkan mati rasa, kesemutan, seperti terbakar, rasa
sakit, rasa tertusuk atau kram pada otot kaki.
4. Kerusakan pada mata (Retinopati)
Retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian
seluruh penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik
mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan
(Misnadiarly, 2006).
B. Penilaian Status Gizi dengan Antropometri
1. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah
ukuran tubuh manusia.
Menurut jellife (1966) dalam buku Supariasa (2002) antropometri
gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, dan tebal lemak bawah kulit.
Cara pengukuran ini banyak dilakukan karena relatif murah,
mudah digunakan untuk mengukur populasi yang banyak, objektif,
![Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/12.jpg)
15
hasilnya cukup baik dan bisa menunjukkan adanya kelainan nutrisi
maupun pertumbuhan, meskipun ada beberapa kekurangan yaitu
pengukurannya tidak tepat dan adanya keterbatasan untuk mendiagnosa
secara teliti. Beberapa cara pengukuran lemak tubuh antara lain triceps
skinfold, subscapular skinfold, biceps skinfold, LLA, lingkar pinggang
dan panggul. Pengukuran BB/TB sering disebut Body Mass Index atau
BMI, di Indonesia dikenal dengan Indeks Massa Tubuh atau IMT.
Keunggulan Antropometri Gizi antara lain :
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam
jumlah sampel yang besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan
oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat
melakukan pengukuran antropometri.
c. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
d. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa
lampau.
e. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang,
dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
f. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan
kelompok yang rawan terhadap gizi.
Kelemahan Antropometri Gizi antara lain:
a. Tidak sensitif
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu seperti zink dan Fe.
b. Faktor di luar Gizi ( penyakit, genetik, dan penurunan
penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan
sensitivitas pengukuran antropometri.
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran
antropometri gizi.
![Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/13.jpg)
16
d. Kesalahan ini terjadi karena:
1. Pengukuran
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun
komposisi jaringan.
3. Analisis dan asumsi yang keliru.
e. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
1. Latihan petugas yang tidak cukup.
2. Kesalahan alat atau alat tidak ditera.
3. Kesulitan pengukuran (Supariasa, 2002).
Penggunaan pengukuran antropometri, khususnya pengukuran
berat badan, merupakan prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan
medik. Dengan hasil pengukuran berat badan, dokter dan ahli gizi dapat
menghitung berapa besar kebutuhan energi dan nutrien, khususnya
protein dari makanan. Untuk mengkaji status gizi secara akurat,
beberapa pengukuran yang spesifik juga diperlukan dan pengukuran ini
mencakup Indeks Massa Tubuh atau IMT serta lingkaran perut
(Hartono, 2006).
2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia
18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain
mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu
dilakukan secara berkesinambungan. Mempertahankan berat badan
yang ideal atau normal adalah salah satu cara yang dapat dilakukan
(Supariasa, 2002).
Berat badan yang di bawah batas minimum dinyatakan sebagai
underweight atau kekurusan, dan berat badan yang berada di atas batas
maksimum dinyatakan sebagai overweight atau kegemukan. Orang-
orang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai risiko
![Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/14.jpg)
17
terhadap penyakit infeksi, sementara di atas ukuran normal mempunyai
risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif (Supariasa, 2002).
Laporan FAO/WHO/UNU Tahun 1985 menyatakan bahwa
batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai
Body Mass Index (BMI).
Istilah body mass index di Indonesia diterjemahkan menjadi
Indeks Massa Tubuh atau IMT. IMT merupakan alat sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat
badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan
hidup lebih panjang (Supariasa, 2002).
IMT dihitung dengan pembagian berat badan dalam kg oleh
tinggi badan dalam meter pangkat 2. Kini IMT banyak digunakan di
rumah sakit untuk mengukur status gizi pasien, karena IMT dapat
memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi
tetapi lebih akurat daripada pengukuran berat badan saja. Di samping
itu, pengukuran IMT lebih banyak dilakukan saat ini karena orang yang
kelebihan berat atau yang gemuk lebih beresiko untuk menderita
penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, hipertensi, osteoartritis,
dan beberapa bentuk penyakit kanker (Hartono, 2006).
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur
di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja,
ibu hamil dan olahragawan. IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan
khusus (penyakit) lainnya seperti adanya oedema, asites dan
hepatomegali (Supariasa, 2002).
Rumus IMT:
BB
IMT =
TB2
![Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/15.jpg)
18
Keterangan :
IMT : Indeks Massa Tubuh (kg/m2)
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan
perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1 – 25,0 dan
untuk perempuan 18,7 – 23,8.
Untuk kepentingan pemantuan dan tingkat defisiensi energi
ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan
menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan.
Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki
untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas
pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara
berkembang dan akhirnya diambil kesimpulan ambang batas IMT bagi
orang asia adalah seperti tabel 2 berikut ini:
TABEL 2 KATEGORI AMBANG BATAS IMT
Kategori IMT ( kg/m2)
Berat badan kurang
Berat badan normal
Pre Obesitas
Obesitas ringan
Obesitas sedang
Obesitas berat
< 18.5
18.5– 22.9
>23
23 – 24.9
25 - 29.9
≥30
(Sumber: Hartono, 2006)
![Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/16.jpg)
19
Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan
normal adalah penampilan baik, lincah, dan risiko sakit rendah. Berat
badan yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap
berbagai macam penyakit.
Beberapa hal yang berhubungan dengan IMT adalah:
a. Energi intake berlebih dan kurangnya aktivitas
Gizi lebih disebabkan karena tidak seimbangnya makanan
yang dikonsumsi terhadap kegiatan fisik yang dilakukan sehingga
terdapat energi yang tersisa dan tertimbun sebagai lemak di dalam
tubuh. Banyaknya energi intake seseorang tergantung dari
kebutuhan untuk energy expenditure yang dipengaruhi oleh cuaca
dingin, latihan, masa pertumbuhan, kehamilan, masa pemberian
ASI dan lain-lain.
Pada prinsipnya seseorang cenderung makan sesuai dengan
kebutuhannya untuk hidup dan bekerja. Meskipun demikian
kadang-kadang seseorang makan lebih banyak dan kadang lebih
sedikit dari yang dibutuhkan. Kelebihan makan yang dilakukan
berturut-turut dalam kurun waktu lama akan menyebabkan
kenaikan berat badan dan apabila hal ini tidak segera dikontrol,
maka akan mengakibatkan overweight dan obesitas.
Adanya peningkatan energy expenditure, biasanya akan
diikuti dengan kenaikan energi intake, tetapi apabila aktivitas
menjadi sangat kurang dan keseimbangan menjadi terganggu
karena energi intake menjadi lebih besar dari energy expenditure
maka kelebihan energi ini akan ditimbun sebagai lemak dalam
tubuh. Sebaiknya apabila seseorang menjadi sangat aktif,
sedangkan penambahan energi intake tidak memenuhi, maka
seseorang tersebut akan kehilangan berat badannya.
Status gizi lebih mulai terlihat di Indonesia yang mana
kejadiannya berhubungan dengan adanya kemajuan ekonomi,
![Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/17.jpg)
20
kemakmuran, berlimpahnya makanan, adanya tingkatan sosial
ekonomi dalam masyarakat dan adanya pola hidup sedentary
(aktivitas sangat kurang) dari beberapa tingkatan masyarakat
tertentu merupakan kunci dari kejadian obesitas, di mana
pertambahan berat badan disebabkan karena rendahnya energy
expenditure disertai dengan kelebihan makan.
b. Faktor Keturunan
Tingginya insiden obesitas pada orang tua dari anak yang
obesitas dan kenyataan adanya anak-anak yang sudah menjadi
obesitas sejak kecil menunjukkan bahwa masalah keturunan
merupakan salah satu hal yang penting. Berat badan seseorang
sangat tergantung dengan massa tubuh orang tuanya dan tidak ada
hubungannya dengan massa tubuh orang tua angkatnya.
c. Masalah Kejiwaan dan Kebiasaan Keluarga
Beberapa masalah psikomatik dapat mendorong terjadinya
makan secara berlebihan. Kecemasan dan perasaan tertekan
seseorang yang mempunyai masalah atau tidak mempunyai
hubungan baik dengan keluarganya membuat mereka apatis dan
terisolir. Mereka hidup tanpa perhatian dari keluarga, sehingga
mengalihkan permasalahannya dengan mengkonsumsi makanan
secara tidak terkontrol. Dalam keadaan seperti ini dibutuhkan
dukungan untuk mengatasi masalah kejiwaannya agar ia tidak jatuh
ke dalam stadium depresi. Kebiasaan keluarga seperti tersedianya
makanan yang berlebihan dan kebiasaan makan yang berlebihan
atau kebiasaan untuk tidak melakukan banyak aktivitas yang
banyak mengeluarkan tenaga dapat memicu terjadinya obesitas
meski tanpa ada masalah kejiwaan.
d. Sosial Ekonomi
Individu dengan keadaan sosial ekonomi tinggi mempunyai
kandungan jaringan adipose yang lebih besar dibandingkan dengan
golongan sosial ekonomi rendah. Pada tingkat income yang sama,
![Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/18.jpg)
21
wanita lebih gemuk dibandingkan dengan laki-laki pada semua
golongan umur. Pada orang dewasa hubungan status gizi dengan
income terlihat seirama pada laki-laki dan sebaliknya pada
perempuan. Wanita gemuk akan lebih banyak ditemukan pada
tingkat sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan tingkat sosial
ekonomi tinggi. Studi epidemiologi menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara status sosial ekonomi dan prevalensi
obesitas dan hubungan ini sangat nyata pada wanita (Misnadiarly,
2007).
e. Umur dan Jenis Kelamin
Dari survey IMT (1996/1997) yang dilakukan pada orang
dewasa laki-laki dan perempuan, dikatakan bahwa IMT meningkat
dengan meningkatnya umur. IMT tertinggi golongan umur 41-55
tahun, yaitu overweight sebanyak 13.8% dan obesitas sebanyak
19.9%.
Menurut jenis kelamin didapatkan overweight pada laki-
laki sebesar 8.3%, pada perempuan sebesar 11.4%. Sedangkan
obesitas pada laki-laki ditemukan sebesar 7.4% dan perempuan
sebesar 14.7% (Depkes, 1997).
C. Hubungan IMT dengan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2
Diabetes melitus terjadi pada orang yang memiliki status gizi gemuk
atau tidak gemuk. Namun sebagian besar DM tipe 2 terjadi pada orang
gemuk/obesitas. Prevalensi DM pada orang dewasa sangat berhubungan
dengan kejadian kegemukan, konsumsi yang berlebihan dari makanan yang
tinggi energi, sehingga akan mengakibatkan obesitas, akan tetapi tidak
langsung mengakibatkan DM.
Kegemukan akan mengakibatkan berkurangnya reseptor insulin pada
sel target dan juga perubahan tingkat pasif reseptor yaitu berkurangnya
transportasi gula dan perubahan metabolisme glukosa tingkat intraseluler.
Dengan demikian akan timbul resistensi insulin dan pada gilirannya akan
![Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/19.jpg)
22
terjadi DM. Mekanisme timbulnya DM cara ini terutama terjadi pada DM
tipe 2.
Secara klinis, obesitas diartikan sebagai kelebihan lemak pada sel
adipose. Konsep dari 2 bentuk utama obesitas didasarkan atas teori sel
adipose yaitu sel lemak yang didistribusikan dalam jumlah normal (tetapi
mengalami hipertrofi) atau pertambahan jumlah dan pembesaran sel lemak
(hipertrofi dan hiperpalsi). Pada obesitas yang terjadi di masa dewasa,
kelebihan lemak akan didistribusikan dalam jumlah sel yang normal, dengan
bentuk pembesaran sel lemak (hipertrofi), dengan pembesaran jaringan
adipose, hal ini akan berhubungan dengan metabolisme yang tidak normal
seperti kacaunya metabolisme karbohidrat, terjadinya hiperglikemia, dan
hiperinsulinemia. Insensitivitas insulin dan hiperinsulinemia pada pasien
obesitas yang berakibat pada kurang lancarnya metabolisme glukosa. Ini
terutama berhubungan dengan besarnya ukuran sel lemak daripada dengan
jumlah sel lemak. Pada hipertrofi sel lemak akan terjadi pengurangan jumlah
reseptor insulin sehingga akan mengakibatkan resistensi insulin.
Fungsi utama adipocites (sel-sel lemak) adalah untuk menyimpan
trigliserida sebagai cadangan energi bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Sel-sel
lemak tersebut telah terbukti memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda
dibandingkan dengan sel-sel lemak lainnya yang menyebar di mana-mana,
terutama dengan memperhatikan kepekaan mereka terhadap hormon-
hormon tertentu. Sel-sel dimaksud diketahui lebih resisten terhadap insulin,
namun memperlihatkan kepekaan yang lebih besar terhadap hormon
katekolamin (hormon-hormon pengatur keseimbangan) yang berfungsi
untuk mengimbangi insulin. Karena itu dirasakan oleh sebagian pakar
bahwa obesitas bisa meningkatkan jenis resistensi terhadap insulin yang
merupakan ciri diabetes tipe 2 (Mc.Wright, 2008).
Pada obesitas terdapat kenaikan jumlah atau ukuran sel adiposa (sel
lemak), tetapi sel ini sedikit mengandung reseptor insulin. Akibatnya, sel
kurang bereaksi terhadap pengaruh insulin yang berguna dalam pengaturan
metabolisme hidrat arang dan lemak.
![Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/20.jpg)
23
Kadar insulin pada orang obesitas meningkat mengiringi
pertambahan berat badannya, tetapi insulin tidak berfungsi secara efektif. Di
sisi lain, kenaikan aktivitas enzim lipase mengiringi kenaikan massa jaringan
adiposa menyebabkan penguraian lemak sehingga banyak dilepaskan asam
lemak dalam darah, asam lemak bebas ini selanjutnya diangkut ke hati dan
bersama kolesterol dalam hati akan dibuat menjadi suatu bentuk lipoprotein,
VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Akibat semuanya ini kolesterol
dan trigliserida (lemak netral) dalam darah juga meningkat (Misnadiarly,
2007).
Pada orang yang gemuk selalu ditemukan kadar asam lemak bebas
yang tinggi. Meningkatnya asam lemak bebas pada orang yang gemuk
disebabkan oleh meningkatnya pemecahan trigliserid (proses lipolisis) di
jaringan lemak terutama di daerah visceral (perut). Asam lemak bebas yang
tinggi dapat menyebabkan meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak
bebas dan memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat
penggunaan glukosa dalam otot (Mc. Wright, 2008).
![Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/21.jpg)
24
D. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
F. HipotesaAda hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah
penderita DM tipe 2.
Pola Makan Salah
Aktivitas Fisik Kurang
Obesitas/ IMT
Keturunan (Herediter)Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 2
Umur
Hipertensi
Dislipidemia
Indeks Massa Tubuh(IMT)
Kadar Gula DarahPenderita DM Tipe 2
![Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIABETES MELLITUS 1. …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl... · · 2016-01-05dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022009/5aee82837f8b9ac2468b7248/html5/thumbnails/22.jpg)
25