bab ii tinjauan pustaka a. komunikasi massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/bab ii.pdfmenetapkan...

30
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa 1. Pengertian Komunikasi Massa Salah satu bentuk dari komunikasi adalah komunikasi massa. Menurut Effendy (1989:187) bahwa komunikasi massa merupakan proses komunikasi secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua (surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain). Setelah memakai lambang sebagai media pertama. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik) yang dihasilkan oleh teknologi modern sebagai saluran. Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (Nurudin, 2007:4). Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak atau elektronik, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang terlembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2002:75). Pool dalam Wiryanto (2000:3) mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi

Upload: lamkhanh

Post on 02-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Massa

1. Pengertian Komunikasi Massa

Salah satu bentuk dari komunikasi adalah komunikasi massa. Menurut

Effendy (1989:187) bahwa komunikasi massa merupakan proses komunikasi

secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua (surat,

telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain). Setelah

memakai lambang sebagai media pertama.

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media

massa (media cetak dan elektronik) yang dihasilkan oleh teknologi modern

sebagai saluran. Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa

berasal dari pengembangan kata media of mass communication (Nurudin,

2007:4).

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media

massa baik cetak atau elektronik, yang dikelola oleh suatu lembaga atau

orang yang terlembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang

tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2002:75). Pool

dalam Wiryanto (2000:3) mendefinisikan komunikasi massa sebagai

komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber

dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

9

mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat

kabar, majalah, radio, televisi atau film.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa seperti surat

kabar, majalah, buku, radio, televisi, dan lain-lain untuk menyampaikan

informasi kepada khalayak.

2. Karakteristik Komunikasi Massa

Menurut Ardianto dan Erdinaya (2007:7) karakteristik komunikasi

massa adalah sebagai berikut:

a. Komunikator terlembagakan, maksudnya sifat kelembagaan komunikator

dalam proses komunikasi massa disebabkan oleh karena melembaganya

media yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasinya.

Misalnya wartawan surat kabar mencantumkan namanya dengan jelas

ataupun tidak, semuanya berbicara nama masing-masing lembaga yang

diwakilinya.

b. Pesan bersifat umum, dikatakan umum karena memang ditujukan kepada

umum serta mengenai persoalan-persoalan yang bersifat umum pula.

Artinya, ketika media massa menyajikan suatu berita, hal itu tidak

dimaksudkan hanya untuk sekelompok orang tertentu. Tetapi ditujukan

kepada umum sehingga akan dikonsumsi oleh siapapun dan dimana pun.

c. Komunikannya anonim dan heterogen, khalayak yang terlibat dalam

kegiatan komunikasi massa secara geografis tersebar di berbagai daerah

serta tidak terjadi kontak pribadi antara yang satu dengan yang lainnya dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

10

mereka juga memiliki karakteristik masing-masing (usia, agama, jenis

kelamin, dan lain-lain).

d. Media massa menimbulkan keserempakan, misalnya khalayak dapat

menikmati pesan yang disebarkan lewat media massa secara serentak,

tanpa harus menunggu waktu secara bergiliran.

e. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan, pesan harus disusun

sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan

karakteristik media massa yang akan digunakan.

f. Komunikasi massa bersifat satu arah, maksudnya komunikator tidak

mengetahui respon dari komunikannya.

g. Stimuli alat indera “terbatas”, stimuli alat indra bergantung pada jenis

media massa. Misalnya, pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya

melihat.

h. Umpan balik tertunda (delayed), umpan balik pada komunikasi massa

tidak secara langsung.

3. Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Dominick dalam Ardianto dan Erdinaya (2007:15) fungsi

komunikasi massa bagi masyarakat, adalah:

a. Surveillance (pengawasan)

1) Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)

2) Pengawasan instrumental (instumental surveillance)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

11

b. Interpretation (penafsiran)

Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi

beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.

c. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,

sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan

minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut socialization

(sosialisasi).

e. Entertainment (hiburan)

Media massa seperti surat kabar dan majalah meskipun fungsi utamanya

adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu

ada, apakah itu cerita pendek cerita panjang, atau cerita bergambar.

4. Proses Komunikasi Massa

Oleh karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang,

maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut McQuail

(1994:33) bahwa proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk:

a. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar.

b. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari

komunikator ke komunikan.

c. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris diantara

komunikator dan komunikan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

12

d. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal dan tanpa nama.

e. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan-

hubungan kebutuhan di masyarakat.

B. Media Massa

1. Pengertian Media Massa

Media massa menurut Althusser dan Gramsci dalam Sobur (2004:30)

merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi

baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara.

Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang

merupakan perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara, dalam diri media massa juga terselubung

kepentingan-kepentingan yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme modal

dan kepentingan keberlangsungan lapangan pekerjaan bagi karyawan dan

sebagainya.

Pada hakekatnya media massa adalah media saling silang pesan antar

massa. Oleh karena itu, kita patut memahami posisi (kedudukan) media

massa dan saling silang pesan antar massa (Pareno, 2005:7). Media massa

adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada

khalayak (penerimaan) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis

seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2000:134-135).

Menurut Romli (2005:6) yang termasuk media massa adalah surat

kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Media massa sendiri terbagi dua

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

13

macam: media massa cetak, dan media massa elektronik. Yang termasuk

media elektronik adalah radio, televisi, film, termasuk CD. Sedangkan media

massa cetak dari segi formatnya adalah koran/surat kabar, tabloid, majalah,

newsletter, dan buletin.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media

massa adalah alat komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan

pendapat, aspirasi, informasi, kepentingan tertentu, dan sebagainya kepada

khalayak baik melalui media cetak maupun elektronik.

2. Efek Media Massa

Media massa mempunyai efek yang sangat besar. Menurut Donald K.

Robert dalam Rakhmat (2004:217) ada yang beranggapan bahwa efek

hanyalah perubahan prilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.

Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang

disampaikan oleh media massa. Efek media massa meliputi aspek-aspek

sebagai berikut:

a. Efek Kognitif

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,

dipahami, atau dipersepsi. Efek ini berkaitan dengan transmisi

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Wilbur Schramm

mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi

ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam

situasi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

14

b. Efek Afektif

Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi

atau tidak disukai oleh khalayak. Tujuan komunikator tidak hanya sekedar

agar komunikan mengetahui, tetapi tergerak hatinya sehingga

menimbulkan perasaan tertentu. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap

atau nilai.

c. Efek Behavioral

Efek behavioral berkaitan dengan perilaku nyata yang diamati dan

meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Adapun McQuail dalam Bungin (2008:317) menjelaskan bahwa efek

media massa memiliki tipologi yang mana terdiri dari empat bagian yang

besar, yaitu:

a. Efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah efek yang

diharapkan terjadi terjadi baik oleh media massa untuk kepentingan

berbagai penyebaran informasi.

b. Efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan,

sebagai efek yang benar-benar di luar kontrol media, di luar kemampuan

media ataupun orang lain yang menggunakan media untuk mengontrol

terjadinya efek media massa. Efek media terjadi dalam kondisi tidak dapat

diperkirakan dan efek media terjadi dalam kondisi tidak terkontrol.

c. Efek media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan,

dan keras mempengaruhi seseorang atau masyarakat.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

15

d. Efek media massa berlangsung dalam waktu yang lama sehingga

mempengaruhi sikap-sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai dengan

perubahan kelembagaan, dan persoalan-persoalan perubahan budaya.

3. Terpaan Media

Terpaan media adalah keadaan terkena pada khalayak oleh pesan-

pesan yang disebarkan oleh media massa (Effendy, 2009:124). Terpaan

adalah proses penerimaan stimulus-stimulus melalui alat indera seperti

perasaan, penglihatan, dan pendengaran (Mahmud, 1990:41).

Terpaan media adalah tingkat konsumsi khalayak terhadap program

televisi yang diteliti dan dapat melihat melalui durasi yaitu berapa lama

konsumsi yang dilakukan oleh pemirsa, frekuensi yaitu berapa kali pemirsa

mengkonsumsi serta pengetahuan pemirsa akan isi dari program yang diteliti

(McQuail, 1994:430). Menurut Rosengren dalam Kriyantono (2008:207)

terpaan dapat dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam

berbagai jenis media, isi program yang dikonsumsi dan hubungan antara

individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan

media keseluruhan.

Menurut Rosengren dalam Rakhmat (2004:66) bahwa penggunaan

media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis

isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen

dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

Terpaan media adalah banyaknya informasi yang diperoleh melalui media,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

16

yang meliputi frekuensi, atensi dan durasi penggunaan pada setiap jenis

media yang digunakan (Rakhmat, 2004:66).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

pengertian terpaan media dalam penelitian ini adalah suatu keadaan dimana

khalayak sasaran terkena pesan komunikasi yang terdapat pada suatu media

massa.

Teori Media Exposure yang disebut terpaan media berbicara mengenai

khalayak dalam penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan

(frequency), maupun durasi penggunaan (longevity). Penggunaan jenis media

meliputi media audio, audiovisual, media cetak, ataupun kombinasi beberapa

media (Ardianto dan Erdinaya, 2007:168). Dalam teori terpaan media juga

terdapat faktor yang sangat dibutuhkan yaitu perhatian (attention). Dengan

demikian, peneliti dapat menyimpulkan untuk mengukur terpaan media

adalah dengan melihat frekuensi, durasi dan intensitas seseorang dalam

menyimak suatu rubrik di media cetak dalam bentuk majalah.

Media exposure akan ada apabila khalayak sungguh-sungguh

membuka diri terhadap pesan yang diberikan media. Persepsi tentang hal ini

juga relatif konsisten, yaitu kita cenderung memiliki citra yang stabil

mengenai gratifikasi yang diberikan media. Frank Biocca sebagaimana

dikutip oleh Tubbs and Sylvia (1996:127) menetapkan lima elemen yang

menjadi acuan dalam menggambarkan media exposure seseorang, yaitu:

a. Selectivity (kemampuan memilih), yaitu kemampuan audiens dalam

menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

17

b. Utilitarianism (pemanfaatan), yaitu kemampuan mendapatkan manfaat

dari penggunaan media atau kemampuannya dalam mempertemukan

kebutuhan dan tujuan-tujuan dengan penggunaan media.

c. Intentienality (kesenjangan), yaitu tingkat kesengajaan audiens dalam

menggunakan media atau kemampuannya dalam mengungkapkan tujuan-

tujuan penggunaan media.

d. Involvement (keterlibatan), yaitu tingkat keterlibatan audiens dalam

menggunakan media seperti kemampuan mengikuti isi pesan yang

disampaikan media, kemampuan melibatkan pikiran dan perasaan dengan

pesan media, frekuensi dan juga intensitas keterlibatannya.

e. Impervious to Influence (kemampuan melawan pengaruh media), yaitu

kemampuan dalam mempertimbangkan setiap isi pesan, keterlibatan

pemikiran dalam menilai setiap isi pesan yang disampaikan media.

Dalam diri seseorang kelima elemen di atas akan bervariasi menurut

tingkatan yang berbeda. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut media

exposure dapat dibedakan menjadi media exposure aktif dan pasif. Aktif

apabila media exposure seseorang mencakup kelima elemen tersebut dan

tingkat kemampuannya relatif tinggi. Sebaliknya pasif apabila kemampuan

pada tiap elemen mendekati nol (McQuail, 1994: 333).

Menurut Rakhmat (2004:66), terpaan media adalah banyaknya

informasi yang diperoleh melalui media, yang meliputi frekuensi, atensi dan

durasi penggunaan pada setiap jenis media yang digunakan. Maka dalam

penelitian ini yang dijadikan indikator terpaan media dengan melihat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

18

frekuensi, durasi dan perhatian membaca seseorang. Dalam penelitian ini

terpaan media yang dimaksud adalah terpaan pesan dari tayangan Jejak

Petualang di Trans 7 terhadap minat traveling pada anggota Komunitas

Backpacker Malang Raya (KBMR). Hal ini dilakukan dengan cara mengukur

frekuensi membaca, durasi membaca, dan perhatian anggota KBMR pada

tayangan Jejak Petualang di Trans 7.

C. Jenis dan Format Program Televisi

Tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor yang

paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu

stasiun penyiaran radio dan televisi. Suatu program acara dapat membawa audien

mengenal suatu stasiun penyiaran. Pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran

sangat dipengaruhi oleh programnya (Morissan, 2009:199). Dalam penelitian ini

tayangan Jejak Petualang yang ditayangkan oleh stasiun televisi nasional Trans 7.

1. Jenis Program Televisi

Berbagai jenis program televisi menurut (Morissan, 2009:208-219)

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu:

a. Program Informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk

memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien.

Program informasi tidak hanya melulu program berita dimana presenter

atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

19

termasuk juga talk show (perbincangan), misalnya wawancara dengan

artis, orang terkenal atau dengan siapa saja.

Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu

berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).

1) Berita Keras (Hard News)

Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting

dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran

karena sifatnya yang harus segera segera ditayangkan agar dapat

diketahui oleh khalayak audiens secepatnya. Media televisi biasanya

menyajikan berita keras secara reguler yang ditayangkan dalam suatu

program berita. Berita keras disajikan dalam suatu program berita yang

berdurasi mulai dari beberapa menit saja (misalnya breaking news)

hingga program berita yang berdurasi 30 menit, bahkan satu jam.

Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk

berita, yaitu: straight news, features, dan infotainment.

2) Berita Lunak (Soft News)

Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting

dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak

bersifat harus segera ditayangkan. Program yang masuk ke dalam

kategori berita lunak ini adalah: current affair, magazine, dokumenter,

dan talk show.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

20

b. Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk

menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan.

Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan

(game), musik, dan pertunjukan.

1) Drama

Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti

bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukkan

(show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter

seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain

(artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang

termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan

film.

2) Permainan

Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program

yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun

kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu.

Program ini pun dapat dirancang dengan melibatkan audiens.

Permainan merupakan salah satu produksi acara televisi yang paling

mudah dibuat. Program permainan biasanya membutuhkan biaya

produksi yang relatif rendah namun dapat menjadi acara televisi yang

sangat digemari. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis,

yaitu: quiz show, ketangkasan, dan reality show.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

21

3) Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu

videoklip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di

lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di

televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik

audiens. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan

bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.

4) Pertunjukan

Pertunjukkan adalah program yang menampilkan kemampuan

(performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di

studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun di luar

ruangan (outdoor).

Berdasarkan jenisnya, tayangan Jejak Petualang di Trans 7 termasuk

dalam program televisi dengan jenis program informasi. Jenis program

informasi dalam tayangan Jejak Petualang di Trans 7 berupa berita lunak (soft

news), khususnya dokumenter. Jenis program acara tersebut dilakukan di luar

studio (outdoor).

2. Format Program Televisi

Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu

konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain

produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan

dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Naratama, 2004:63). Ada

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

22

tiga bagian dari format acara televisi, yaitu drama, non drama, berita dan

olahraga. Bisa juga dikategorikan menjadi fiksi, nonfiksi, dan news-sport.

a. Fiksi (Drama)

Fiksi (drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi

dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau

fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang dipergunakan

merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu

runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Contoh: drama percintaan (love

story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi (action), dan sebagainya.

b. Nonfiksi (Nondrama)

Nonfiksi (nondrama) adalah sebuah format acara televisi yang

diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari

realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterprestasi ulang dan

tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan

cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, format-format program acara

nondrama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang

mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik.

Contoh: talk show, konser musik, dan variety show.

c. Berita dan Olahraga

Berita dan olahraga adalah sebuah format acara televisi yang

diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa

yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini

memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang sajikan dengan ketepatan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

23

dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen.

Contoh: berita ekonomi, liputan siang, dan laporan olahraga (Naratama,

2004:66).

Berdasarkan bentuk formatnya, tayangan Jejak Petualang di Trans 7

termasuk ke dalam berita dan olahraga karena program acara ini

menampilkan berita atau liputan keindahan alam di berbagai daerah di

wilayah Indonesia.

3. Kriteria Program Televisi yang Berkualitas

Semua stasiun televisi baik swasta maupun lokal berlomba-lomba agar

dapat meraih perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya. Apalagi persaingan

yang ketat tengah terjadi antara televisi lokal dan televisi swasta. Karena itu

televisi lokal bekerja keras agar dapat menarik perhatian masyarakat. Salah

satu caranya adalah dengan menyuguhkan berbagai program acara yang

menarik yang terkait dengan unsur budaya masyarakat setempat. Hal ini

sangat berguna demi mendukung terciptanya citra positif stasiun televisi lokal

sebagai jendela bagi masyarakat setempat untuk menengok kampung halaman

sendiri.

Sebagaimana dikutip Nippon Hoso Kyoku (NHK) dalam Wibowo

(1997:17), menciptakan sepuluh kriteria untuk mengukur kualitas suatu

program televisi, yaitu.

a. Kesatuan antara gagasan dan kebenaran.

b. Kesatuan antara kemampuan daya cipta dan kemampuan teknis.

c. Relevan untuk setiap masa.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

24

d. Memiliki tujuan yang jelas dan luhur.

e. Mendorong kemauan belajar dan mengetahui.

f. Mereduksi nafsu dan kekerasan.

g. Keaslian (originalitas).

h. Menyajikan nilai-nilai universal.

i. Menampilkan sesuatu yang baru dalam gagasan, format dan sajian.

j. Memiliki kekuatan mendorong perubahan yang positif.

Kesepuluh kriteria tersebut memiliki bobot nilai yang sama. Perbedaan

kualitas program ditentukan oleh beberapa banyak sebuah program

memenuhi kesepuluh kriteria tersebut. Makin banyak kriteria yang dipenuhi,

makin tinggi bobot kualitas program. Landasan kriteria ini lebih jelas dan

konkrit sebagai sarana peniliain program.

D. Minat Traveling

1. Pengertian Minat Traveling

Beberapa ahli mengemukakan pendapat mengenai pengertian minat.

Hurlock (1996:117) mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan

mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi

kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai

arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada

akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.

Slameto (2007:121) mendefinisikan minat merupakan suatu dorongan

yang kuat dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat adalah rasa lebih suka

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

25

dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Syah (2008:152) secara sederhana mengartikan minat (interest) sebagai

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu.

Menurut Jahja (2011:63) minat ialah suatu dorongan yang

mengakibatkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti

pekerjaan, pelajaran, benda dan orang. Minat berhubungan dengan aspek

kognitif, afektif dan motorik dan merupakan sumber motivasi untuk

melakukan apa yang diinginkan. Minat berhubungan dengan sesuatu yang

menguntungkan dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Kesenangan

merupakan minat yang sifatnya sementara. Adapun minat bersifat tetap

(persistent) dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.

Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan semakin kuat minat

tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus kalau tidak ada kesempatan

untuk mengekspresikannya.

Berdasarkan beberapa pengertian minat tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan seseorang dalam

bertingkah laku yang dapat diarahkan untuk memperhatikan suatu objek atau

melakukan suatu aktivitas tertentu yang didorong oleh perasaan senang

karena bermanfaat bagi dirinya sendiri. Minat yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah minat traveling.

Adapun traveling adalah salah satu hal yang paling berharga dan

memperkaya pengalaman dalam hidup manusia karena dapat meningkatkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

26

pengetahuan, membuka pikiran, memperkaya jiwa, memperluas nilai-nilai

moral baru; dan menemukan banyak tujuan di dunia yang akan memenuhi

keinginan (De Cillis, 2008). Traveling bukan hanya sebuah berarti tentang

pergerakan; traveling adalah suatu kesenangan. Traveling dapat berarti

mengunjungi keluarga beberapa mil jauhnya, dan traveling dapat berarti

terjadi pergi keliling dunia. Tetapi pada dasarnya, semua itu sama: traveling

(Pedraz, 2008).

Melalui traveling seseorang dapat mengenal dunia, bepergian,

menemukan monumen, tempat keramaian, museum, teater, taman, kebun.

Traveling membuka pikiran seseorang, membuka banyak pintu, dan memaksa

untuk menjadi kritis. Bahkan, melalui traveling seseorang mengenal diri

sendiri dan benar-benar ingin menjadi apa, ingin tinggal dimana, ingin

bermimpi dimana, ingin membuat impian seseorang menjadi kenyataan, dan

itu hanya dengan cara traveling, seseorang telah siap membuat salah satu

impiannya menjadi kenyataan (Pedraz, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian traveling tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa traveling adalah suatu kegiatan seseorang dengan

melakukan perjalanan untuk mengunjungi suatu tempat yang diinginkan.

Seseorang yang melakukan traveling yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah mahasiswa.

Berdasarkan pengertian minat dan traveling maka dapat disimpulkan

bahwa minat traveling adalah kecenderungan hati seseorang dalam

melakukan perjalanan untuk mengunjungi suatu tempat yang diinginkan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

27

2. Aspek-Aspek Minat

Menurut Hurlock (1996:117) minat dapat terbagi menjadi 3 (tiga)

aspek, yaitu:

a. Aspek Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik

di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.

b. Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap

terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman

pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman

sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari

sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa

terhadap kegiatan itu.

c. Aspek Psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.

Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan

keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Faktor timbulnya minat menurut Crow and Crow dalam Djaali

(2007:121), terdiri dari tiga faktor, yaitu:

a. The Factor of Inner Urge

Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang

sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

28

menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal

ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

b. The Factor of Social Motive

Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Di samping itu

juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial,

misal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang

tinggi pula.

c. Emotional Factor

Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek

misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan

tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah

semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya

kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

Adapun menurut Yoeti (2005:101) berdasarkan sumbernya, minat

berkunjung ke tempat wisata dipengaruhi oleh faktor-faktor:

a. “Keinginan berkunjung ke tempat wisata berdasarkan informasi yang

didapat dari media massa”.

b. “Keinginan berkunjung ke tempat wisata berdasarkan cerita dari keluarga

dan sanak saudara”.

c. “Keinginan berkunjung ke tempat wisata karena ingin tahu langsung

mengenai tempat wisata tersebut”.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

29

“Pada minat, masyarakat dirangsang untuk mencari informasi

mengenai inovasi. Seorang masyarakat yang mulai tergugah minatnya

mungkin akan atau mungkin tidak akan mencari informasi yang lebih banyak.

Jika dorongan untuk menghimpun informasi itu kuat dapat” dibedakan

“menjadi dua tingkat, yaitu: masyarakat yang mencari informasi dalam

ukuran sedang-sedang saja dan keadaan demikian disebut perhatian yang

meningkat. Bila masyarakat mencari bahan bacaan, menanyakan kepada

teman-temannya dan ikut terlibat dalam berbagai pencarian lainnya, untuk

menghimpun informasi tentang produk, maka dapat dikatakan masyarakat

aktif mencari informasi. Sejauh mana seorang masyarakat mencari informasi

tergantung pada kekuatan dorongannya jumlah informasi ketika memulai

pencarian, kemudahan mencari informasi lebih banyak, nilai yang

ditempatkannya pada informasi tambahan, dan kepuasan yang diperolehnya

dari pencarian tersebut. Biasanya tingkat pencarian informasi oleh masyarakat

makin tinggi sejalan dengan bergeraknya masyarakat dari keputusan yang

melibatkan penyelesaian masalah terbatas keputusan dalam penyelesaian

masalah-masalah yang besar. Masyarakat dapat memperoleh informasi dari

banyak sumber” (Yoeti, 2005:101).

E. Model AIDDA

Model AIDA digunakan sebagai landasan teori dikarenakan peneliti ingin

mengetahui aksi yang akan dilakukan oleh komunikan berdasarkan minat mereka

dalam hal traveling, yaitu minat traveling anggota Komunitas Backpacker Malang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

30

Raya (KBMR) berdasarkan terpaan yang diterima dari tayangan Jejak Petualang

di Trans 7. Peneliti berasumsi bahwa minat komunikan untuk melakukan kegiatan

traveling tidak muncul secara langsung begitu saja, melainkan melalui tahapan

dalam model AIDDA.

Model AIDDA disebut A-A Procedure atau from attention to action

procedure, yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut Effendy

(2003:305), AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest

minat), Desire (hasrat), Desicion (keputusan), Action (tindakan/kegiatan).

Adapun keterangan dari elemen-elemen dari model ini antara lain:

1. Perhatian (Attention), yaitu keinginan seseorang untuk mencari dan melihat

sesuatu.

2. Ketertarikan (Interest), yaitu perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang

suatu hal yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen.

3. Keinginan (Desire), yaitu kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu yang

menarik perhatian.

4. Keputusan (Decision), kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal.

5. Tindakan (Action), suatu kegiatan untuk merealisasikan keyakinan dan

ketertarikan terhadap sesuatu.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

31

Gambar 2.1

Model Teori AIDDA

Sumber: Effendy (2003:305)

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa konsep

AIDDA merupakan proses psikologis dari diri khalayak. Berdasarkan konsep

AIDDA agar khalayak melakukan action, maka pertama-tama mereka harus

dibangkitkan perhatiannya (attention) sebagai awal suksesnya komunikasi.

Apabila perhatian komunikasi telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan

upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi

dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak

bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan

komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator

belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan

(decision), yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) sebagaimana

diharapkan komunikator (Effendy, 2003:305).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

32

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep dalam teori

AIDDA adalah proses psikologis dari diri khalayak. Jika dikaitkan dengan

penelitian ini maka diawali dengan anggota Komunitas Backpacker Malang Raya

(KBMR) menemukan adanya sebuah program berbasis dokumenter yang menarik

perhatiannya (attention) yaitu Jejak Petualang di Trans 7, karena tayangan

program tersebut bukan hanya menyuguhkan keindahan dan keunikan berbagai

tempat di berbagai daerah di Indonesia.

Berdasarkan adanya attention tersebut, maka timbul minat (desire) dalam

diri anggota KBMR untuk menyaksikan tayangan Jejak Petualang tersebut.

Setelah menyaksikan keindahan dan keunikan alam di berbagai tempat di wilayah

Indonesia yang diliput dalam tayangan Jejak Petualang, maka timbul hasrat

(desire) untuk melakukan traveling ke daerah tersebut. Kemudian, muncullah

keputusan (decision) dari dalam diri anggota KBMR untuk mencari informasi dan

waktu luang serta segala sesuatunya untuk mempersiapkan diri melakukan

traveling ke daerah yang akan dituju. Adapun tindakan (action) yang diambil

adalah kegiatan yang menunjukkan kesiapan anggota KBMR untuk melakukan

traveling ke lokasi yang akan dituju. Tindakan yang dimaksud dalam penelitian

ini bukanlah kegiatan berangkat melakukan traveling, melainkan persiapan yang

dilakukan sebelum berangkat melakukan traveling.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

33

F. Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism–Response ini

semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori komunikasi,

tidaklah mengherankan karena objek material dari psikologi dan komunikasi

adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap,

opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2009:254).

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. “Selain itu, teori ini menjelaskan

tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu

komunikasi (McQuail, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan

suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu, artinya stimulus dan dalam bentuk

apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan”

(Sendjaja, 1999:71). Unsur-unsur dalam teori S-O-R adalah:

1. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada

komunikan. “Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan

lambing”.

2. Komunikan (Organism), “merupakan keadaan komunikan disaat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi,

dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan

setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

34

komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang

disampaikan oleh komunikator”.

3. “Efek (Response), merupakan dampak dari efek komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap afektif, kognitif, konatif. Efek kognitif

merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi, efek kognitif

berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan”

(Effendy, 2009:255).

“Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organism berupa perhatian,

pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur response berupa efek maka

sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan

teori dalam penelitian”. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Model Teori S-O-R (Effendy, 2009:255)

“Menurut model pada gambar 1 menunjukkan bahwa stimulus atau pesan

yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa terpaan tayangan

Jejak Petualang di Trans 7 mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan.

Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang

disampaikan maka komunikan akan memperhatikan. Proses selanjutnya,

komunikan tersebut mengerti pesan yang telah disampaikan, dan proses akhir

adalah kesediaan dari komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan

keberhasilan dalam proses komunikasi” (Effendy, 2009:256).

STIMULUS

ORGANISM

RESPONSE

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

35

Keterkaitan model teori S-O-R dalam penelitian ini adalah: (a) Stimulus

yang dimaksud adalah terpaan tayangan Jejak Petualang di Trans 7; (b) Organism

yang dimaksud adalah anggota Komunitas Backpacker Malang Raya (KBMR)

yang menonton tayangan Jejak Petualang di Trans 7; (c) Response yang dimaksud

adalah minat untuk melakukan traveling pada anggota KBMR yang menonton

tayangan Jejak Petualang di Trans 7.

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ho : Terpaan tayangan Jejak Petualang di Trans 7 tidak berpengaruh

signifikan terhadap minat traveling pada anggota Komunitas

Backpacker Malang Raya.

Hi : Terpaan tayangan Jejak Petualang di Trans 7 berpengaruh signifikan

terhadap minat traveling pada anggota Komunitas Backpacker Malang

Raya.

H. Definisi Konseptual

Definisi konseptual pada masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Terpaan tayangan Jejak Petualang

Terpaan media adalah banyaknya informasi yang diperoleh melalui

media, yang meliputi frekuensi, atensi dan durasi penggunaan pada setiap

jenis media yang digunakan (Rakhmat, 2004:66). Media massa dalam

penelitian ini adalah Trans 7 yang menayangkan program acara Jejak

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

36

Petualang. Jejak Petualang adalah program petualangan yang paling eksis di

televisi karena program ini tetap bertahan hingga saat ini sejak penayangan

perdananya di tahun 2002 (14 tahun), umur yang sangat luar biasa bagi

sebuah program televisi. Jejak Petulang ditayangkan setiap Senin hingga

Rabu sore di Trans 7. Gaya petualangannya juga masih konsisten mengajak

penikmat setianya menyaksikan keindahan alam dan budaya dengan gaya

backpacker (Arl, 13 Juni 2016).

2. Minat Traveling

Minat adalah suatu dorongan yang mengakibatkan terikatnya

perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda dan

orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan motorik dan

merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan (Jahja,

2011:63). Adapun traveling berarti tentang pergerakan, traveling adalah

suatu kesenangan. Traveling dapat berarti mengunjungi keluarga beberapa

mil jauhnya, dan traveling dapat berarti terjadi pergi keliling dunia. Tetapi

pada dasarnya, semua itu sama: traveling (Pedraz, 2008).

I. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Terpaan tayangan Jejak Petualang diukur berdasarkan intensitas informasi

yang diperoleh anggota KBMR dari tayangan Jejak Petualang di Trans 7.

Indikator-indikator variabel terpaan tayangan Jejak Petualang adalah

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/BAB II.pdfmenetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya. 17 b. Utilitarianism (pemanfaatan),

37

frekuensi, durasi, dan atensi yang menerpa anggota KBMR dalam menonton

tayangan Jejak Petualang di Trans 7.

2. Minat traveling diukur berdasarkan kecenderungan hati seseorang anggota

KBMR dalam melakukan perjalanan untuk mengunjungi suatu tempat yang

diinginkan. Indikator-indikator variabel minat traveling adalah perhatian

(attention), ketertarikan (interest), keinginan (desire), keputusan (desicion),

dan tindakan (action) dalam diri anggota KBMR untuk berkunjung ke suatu

tempat di wilayah Indonesia.

Adapun skala pengukuran data pada kedua variabel tersebut yakni

terpaan tayangan Jejak Petualang dan minat traveling menggunakan skala

pengukuran ordinal, yaitu skala yang memberikan informasi tentang jumlah

relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu.

Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah

dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah

suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan

berapa banyak kekurangan atau kelebihannya. Contoh: jawaban pertanyaan

berupa peringkat misalnya sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju,

sangat setuju yang diberi simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Angka-angka ini

hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah (Sarwono,

2006:94).