bab ii tinjauan pustaka a. komunikasi massa …eprints.umm.ac.id/40925/3/bab ii.pdfmenetapkan...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Massa
1. Pengertian Komunikasi Massa
Salah satu bentuk dari komunikasi adalah komunikasi massa. Menurut
Effendy (1989:187) bahwa komunikasi massa merupakan proses komunikasi
secara sekunder yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua (surat,
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain). Setelah
memakai lambang sebagai media pertama.
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak dan elektronik) yang dihasilkan oleh teknologi modern
sebagai saluran. Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa
berasal dari pengembangan kata media of mass communication (Nurudin,
2007:4).
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media
massa baik cetak atau elektronik, yang dikelola oleh suatu lembaga atau
orang yang terlembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2002:75). Pool
dalam Wiryanto (2000:3) mendefinisikan komunikasi massa sebagai
komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber
dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi
9
mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat
kabar, majalah, radio, televisi atau film.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa seperti surat
kabar, majalah, buku, radio, televisi, dan lain-lain untuk menyampaikan
informasi kepada khalayak.
2. Karakteristik Komunikasi Massa
Menurut Ardianto dan Erdinaya (2007:7) karakteristik komunikasi
massa adalah sebagai berikut:
a. Komunikator terlembagakan, maksudnya sifat kelembagaan komunikator
dalam proses komunikasi massa disebabkan oleh karena melembaganya
media yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasinya.
Misalnya wartawan surat kabar mencantumkan namanya dengan jelas
ataupun tidak, semuanya berbicara nama masing-masing lembaga yang
diwakilinya.
b. Pesan bersifat umum, dikatakan umum karena memang ditujukan kepada
umum serta mengenai persoalan-persoalan yang bersifat umum pula.
Artinya, ketika media massa menyajikan suatu berita, hal itu tidak
dimaksudkan hanya untuk sekelompok orang tertentu. Tetapi ditujukan
kepada umum sehingga akan dikonsumsi oleh siapapun dan dimana pun.
c. Komunikannya anonim dan heterogen, khalayak yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi massa secara geografis tersebar di berbagai daerah
serta tidak terjadi kontak pribadi antara yang satu dengan yang lainnya dan
10
mereka juga memiliki karakteristik masing-masing (usia, agama, jenis
kelamin, dan lain-lain).
d. Media massa menimbulkan keserempakan, misalnya khalayak dapat
menikmati pesan yang disebarkan lewat media massa secara serentak,
tanpa harus menunggu waktu secara bergiliran.
e. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan, pesan harus disusun
sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan
karakteristik media massa yang akan digunakan.
f. Komunikasi massa bersifat satu arah, maksudnya komunikator tidak
mengetahui respon dari komunikannya.
g. Stimuli alat indera “terbatas”, stimuli alat indra bergantung pada jenis
media massa. Misalnya, pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya
melihat.
h. Umpan balik tertunda (delayed), umpan balik pada komunikasi massa
tidak secara langsung.
3. Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Dominick dalam Ardianto dan Erdinaya (2007:15) fungsi
komunikasi massa bagi masyarakat, adalah:
a. Surveillance (pengawasan)
1) Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
2) Pengawasan instrumental (instumental surveillance)
11
b. Interpretation (penafsiran)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi
beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.
c. Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan
minat yang sama tentang sesuatu.
d. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai)
Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut socialization
(sosialisasi).
e. Entertainment (hiburan)
Media massa seperti surat kabar dan majalah meskipun fungsi utamanya
adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu
ada, apakah itu cerita pendek cerita panjang, atau cerita bergambar.
4. Proses Komunikasi Massa
Oleh karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang,
maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut McQuail
(1994:33) bahwa proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk:
a. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar.
b. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari
komunikator ke komunikan.
c. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris diantara
komunikator dan komunikan.
12
d. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal dan tanpa nama.
e. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan-
hubungan kebutuhan di masyarakat.
B. Media Massa
1. Pengertian Media Massa
Media massa menurut Althusser dan Gramsci dalam Sobur (2004:30)
merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi
baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara.
Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang
merupakan perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, dalam diri media massa juga terselubung
kepentingan-kepentingan yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme modal
dan kepentingan keberlangsungan lapangan pekerjaan bagi karyawan dan
sebagainya.
Pada hakekatnya media massa adalah media saling silang pesan antar
massa. Oleh karena itu, kita patut memahami posisi (kedudukan) media
massa dan saling silang pesan antar massa (Pareno, 2005:7). Media massa
adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada
khalayak (penerimaan) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis
seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2000:134-135).
Menurut Romli (2005:6) yang termasuk media massa adalah surat
kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Media massa sendiri terbagi dua
13
macam: media massa cetak, dan media massa elektronik. Yang termasuk
media elektronik adalah radio, televisi, film, termasuk CD. Sedangkan media
massa cetak dari segi formatnya adalah koran/surat kabar, tabloid, majalah,
newsletter, dan buletin.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
massa adalah alat komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan
pendapat, aspirasi, informasi, kepentingan tertentu, dan sebagainya kepada
khalayak baik melalui media cetak maupun elektronik.
2. Efek Media Massa
Media massa mempunyai efek yang sangat besar. Menurut Donald K.
Robert dalam Rakhmat (2004:217) ada yang beranggapan bahwa efek
hanyalah perubahan prilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.
Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang
disampaikan oleh media massa. Efek media massa meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Efek Kognitif
Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi. Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Wilbur Schramm
mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi
ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam
situasi.
14
b. Efek Afektif
Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi
atau tidak disukai oleh khalayak. Tujuan komunikator tidak hanya sekedar
agar komunikan mengetahui, tetapi tergerak hatinya sehingga
menimbulkan perasaan tertentu. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap
atau nilai.
c. Efek Behavioral
Efek behavioral berkaitan dengan perilaku nyata yang diamati dan
meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.
Adapun McQuail dalam Bungin (2008:317) menjelaskan bahwa efek
media massa memiliki tipologi yang mana terdiri dari empat bagian yang
besar, yaitu:
a. Efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah efek yang
diharapkan terjadi terjadi baik oleh media massa untuk kepentingan
berbagai penyebaran informasi.
b. Efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan,
sebagai efek yang benar-benar di luar kontrol media, di luar kemampuan
media ataupun orang lain yang menggunakan media untuk mengontrol
terjadinya efek media massa. Efek media terjadi dalam kondisi tidak dapat
diperkirakan dan efek media terjadi dalam kondisi tidak terkontrol.
c. Efek media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan,
dan keras mempengaruhi seseorang atau masyarakat.
15
d. Efek media massa berlangsung dalam waktu yang lama sehingga
mempengaruhi sikap-sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai dengan
perubahan kelembagaan, dan persoalan-persoalan perubahan budaya.
3. Terpaan Media
Terpaan media adalah keadaan terkena pada khalayak oleh pesan-
pesan yang disebarkan oleh media massa (Effendy, 2009:124). Terpaan
adalah proses penerimaan stimulus-stimulus melalui alat indera seperti
perasaan, penglihatan, dan pendengaran (Mahmud, 1990:41).
Terpaan media adalah tingkat konsumsi khalayak terhadap program
televisi yang diteliti dan dapat melihat melalui durasi yaitu berapa lama
konsumsi yang dilakukan oleh pemirsa, frekuensi yaitu berapa kali pemirsa
mengkonsumsi serta pengetahuan pemirsa akan isi dari program yang diteliti
(McQuail, 1994:430). Menurut Rosengren dalam Kriyantono (2008:207)
terpaan dapat dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam
berbagai jenis media, isi program yang dikonsumsi dan hubungan antara
individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan
media keseluruhan.
Menurut Rosengren dalam Rakhmat (2004:66) bahwa penggunaan
media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis
isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen
dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.
Terpaan media adalah banyaknya informasi yang diperoleh melalui media,
16
yang meliputi frekuensi, atensi dan durasi penggunaan pada setiap jenis
media yang digunakan (Rakhmat, 2004:66).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
pengertian terpaan media dalam penelitian ini adalah suatu keadaan dimana
khalayak sasaran terkena pesan komunikasi yang terdapat pada suatu media
massa.
Teori Media Exposure yang disebut terpaan media berbicara mengenai
khalayak dalam penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan
(frequency), maupun durasi penggunaan (longevity). Penggunaan jenis media
meliputi media audio, audiovisual, media cetak, ataupun kombinasi beberapa
media (Ardianto dan Erdinaya, 2007:168). Dalam teori terpaan media juga
terdapat faktor yang sangat dibutuhkan yaitu perhatian (attention). Dengan
demikian, peneliti dapat menyimpulkan untuk mengukur terpaan media
adalah dengan melihat frekuensi, durasi dan intensitas seseorang dalam
menyimak suatu rubrik di media cetak dalam bentuk majalah.
Media exposure akan ada apabila khalayak sungguh-sungguh
membuka diri terhadap pesan yang diberikan media. Persepsi tentang hal ini
juga relatif konsisten, yaitu kita cenderung memiliki citra yang stabil
mengenai gratifikasi yang diberikan media. Frank Biocca sebagaimana
dikutip oleh Tubbs and Sylvia (1996:127) menetapkan lima elemen yang
menjadi acuan dalam menggambarkan media exposure seseorang, yaitu:
a. Selectivity (kemampuan memilih), yaitu kemampuan audiens dalam
menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang diekposnya.
17
b. Utilitarianism (pemanfaatan), yaitu kemampuan mendapatkan manfaat
dari penggunaan media atau kemampuannya dalam mempertemukan
kebutuhan dan tujuan-tujuan dengan penggunaan media.
c. Intentienality (kesenjangan), yaitu tingkat kesengajaan audiens dalam
menggunakan media atau kemampuannya dalam mengungkapkan tujuan-
tujuan penggunaan media.
d. Involvement (keterlibatan), yaitu tingkat keterlibatan audiens dalam
menggunakan media seperti kemampuan mengikuti isi pesan yang
disampaikan media, kemampuan melibatkan pikiran dan perasaan dengan
pesan media, frekuensi dan juga intensitas keterlibatannya.
e. Impervious to Influence (kemampuan melawan pengaruh media), yaitu
kemampuan dalam mempertimbangkan setiap isi pesan, keterlibatan
pemikiran dalam menilai setiap isi pesan yang disampaikan media.
Dalam diri seseorang kelima elemen di atas akan bervariasi menurut
tingkatan yang berbeda. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut media
exposure dapat dibedakan menjadi media exposure aktif dan pasif. Aktif
apabila media exposure seseorang mencakup kelima elemen tersebut dan
tingkat kemampuannya relatif tinggi. Sebaliknya pasif apabila kemampuan
pada tiap elemen mendekati nol (McQuail, 1994: 333).
Menurut Rakhmat (2004:66), terpaan media adalah banyaknya
informasi yang diperoleh melalui media, yang meliputi frekuensi, atensi dan
durasi penggunaan pada setiap jenis media yang digunakan. Maka dalam
penelitian ini yang dijadikan indikator terpaan media dengan melihat
18
frekuensi, durasi dan perhatian membaca seseorang. Dalam penelitian ini
terpaan media yang dimaksud adalah terpaan pesan dari tayangan Jejak
Petualang di Trans 7 terhadap minat traveling pada anggota Komunitas
Backpacker Malang Raya (KBMR). Hal ini dilakukan dengan cara mengukur
frekuensi membaca, durasi membaca, dan perhatian anggota KBMR pada
tayangan Jejak Petualang di Trans 7.
C. Jenis dan Format Program Televisi
Tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor yang
paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu
stasiun penyiaran radio dan televisi. Suatu program acara dapat membawa audien
mengenal suatu stasiun penyiaran. Pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran
sangat dipengaruhi oleh programnya (Morissan, 2009:199). Dalam penelitian ini
tayangan Jejak Petualang yang ditayangkan oleh stasiun televisi nasional Trans 7.
1. Jenis Program Televisi
Berbagai jenis program televisi menurut (Morissan, 2009:208-219)
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu:
a. Program Informasi
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien.
Program informasi tidak hanya melulu program berita dimana presenter
atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi
19
termasuk juga talk show (perbincangan), misalnya wawancara dengan
artis, orang terkenal atau dengan siapa saja.
Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).
1) Berita Keras (Hard News)
Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting
dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran
karena sifatnya yang harus segera segera ditayangkan agar dapat
diketahui oleh khalayak audiens secepatnya. Media televisi biasanya
menyajikan berita keras secara reguler yang ditayangkan dalam suatu
program berita. Berita keras disajikan dalam suatu program berita yang
berdurasi mulai dari beberapa menit saja (misalnya breaking news)
hingga program berita yang berdurasi 30 menit, bahkan satu jam.
Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk
berita, yaitu: straight news, features, dan infotainment.
2) Berita Lunak (Soft News)
Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting
dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak
bersifat harus segera ditayangkan. Program yang masuk ke dalam
kategori berita lunak ini adalah: current affair, magazine, dokumenter,
dan talk show.
20
b. Program Hiburan
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk
menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan.
Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan
(game), musik, dan pertunjukan.
1) Drama
Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti
bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukkan
(show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter
seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain
(artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang
termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan
film.
2) Permainan
Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program
yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun
kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu.
Program ini pun dapat dirancang dengan melibatkan audiens.
Permainan merupakan salah satu produksi acara televisi yang paling
mudah dibuat. Program permainan biasanya membutuhkan biaya
produksi yang relatif rendah namun dapat menjadi acara televisi yang
sangat digemari. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu: quiz show, ketangkasan, dan reality show.
21
3) Musik
Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu
videoklip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di
lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di
televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik
audiens. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan
bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.
4) Pertunjukan
Pertunjukkan adalah program yang menampilkan kemampuan
(performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di
studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun di luar
ruangan (outdoor).
Berdasarkan jenisnya, tayangan Jejak Petualang di Trans 7 termasuk
dalam program televisi dengan jenis program informasi. Jenis program
informasi dalam tayangan Jejak Petualang di Trans 7 berupa berita lunak (soft
news), khususnya dokumenter. Jenis program acara tersebut dilakukan di luar
studio (outdoor).
2. Format Program Televisi
Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu
konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain
produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan
dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Naratama, 2004:63). Ada
22
tiga bagian dari format acara televisi, yaitu drama, non drama, berita dan
olahraga. Bisa juga dikategorikan menjadi fiksi, nonfiksi, dan news-sport.
a. Fiksi (Drama)
Fiksi (drama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi
dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau
fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang dipergunakan
merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu
runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Contoh: drama percintaan (love
story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi (action), dan sebagainya.
b. Nonfiksi (Nondrama)
Nonfiksi (nondrama) adalah sebuah format acara televisi yang
diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari
realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterprestasi ulang dan
tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan
cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, format-format program acara
nondrama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang
mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik.
Contoh: talk show, konser musik, dan variety show.
c. Berita dan Olahraga
Berita dan olahraga adalah sebuah format acara televisi yang
diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa
yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini
memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang sajikan dengan ketepatan
23
dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen.
Contoh: berita ekonomi, liputan siang, dan laporan olahraga (Naratama,
2004:66).
Berdasarkan bentuk formatnya, tayangan Jejak Petualang di Trans 7
termasuk ke dalam berita dan olahraga karena program acara ini
menampilkan berita atau liputan keindahan alam di berbagai daerah di
wilayah Indonesia.
3. Kriteria Program Televisi yang Berkualitas
Semua stasiun televisi baik swasta maupun lokal berlomba-lomba agar
dapat meraih perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya. Apalagi persaingan
yang ketat tengah terjadi antara televisi lokal dan televisi swasta. Karena itu
televisi lokal bekerja keras agar dapat menarik perhatian masyarakat. Salah
satu caranya adalah dengan menyuguhkan berbagai program acara yang
menarik yang terkait dengan unsur budaya masyarakat setempat. Hal ini
sangat berguna demi mendukung terciptanya citra positif stasiun televisi lokal
sebagai jendela bagi masyarakat setempat untuk menengok kampung halaman
sendiri.
Sebagaimana dikutip Nippon Hoso Kyoku (NHK) dalam Wibowo
(1997:17), menciptakan sepuluh kriteria untuk mengukur kualitas suatu
program televisi, yaitu.
a. Kesatuan antara gagasan dan kebenaran.
b. Kesatuan antara kemampuan daya cipta dan kemampuan teknis.
c. Relevan untuk setiap masa.
24
d. Memiliki tujuan yang jelas dan luhur.
e. Mendorong kemauan belajar dan mengetahui.
f. Mereduksi nafsu dan kekerasan.
g. Keaslian (originalitas).
h. Menyajikan nilai-nilai universal.
i. Menampilkan sesuatu yang baru dalam gagasan, format dan sajian.
j. Memiliki kekuatan mendorong perubahan yang positif.
Kesepuluh kriteria tersebut memiliki bobot nilai yang sama. Perbedaan
kualitas program ditentukan oleh beberapa banyak sebuah program
memenuhi kesepuluh kriteria tersebut. Makin banyak kriteria yang dipenuhi,
makin tinggi bobot kualitas program. Landasan kriteria ini lebih jelas dan
konkrit sebagai sarana peniliain program.
D. Minat Traveling
1. Pengertian Minat Traveling
Beberapa ahli mengemukakan pendapat mengenai pengertian minat.
Hurlock (1996:117) mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan
mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi
kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai
arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada
akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
Slameto (2007:121) mendefinisikan minat merupakan suatu dorongan
yang kuat dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat adalah rasa lebih suka
25
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Syah (2008:152) secara sederhana mengartikan minat (interest) sebagai
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
Menurut Jahja (2011:63) minat ialah suatu dorongan yang
mengakibatkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti
pekerjaan, pelajaran, benda dan orang. Minat berhubungan dengan aspek
kognitif, afektif dan motorik dan merupakan sumber motivasi untuk
melakukan apa yang diinginkan. Minat berhubungan dengan sesuatu yang
menguntungkan dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Kesenangan
merupakan minat yang sifatnya sementara. Adapun minat bersifat tetap
(persistent) dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.
Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan semakin kuat minat
tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus kalau tidak ada kesempatan
untuk mengekspresikannya.
Berdasarkan beberapa pengertian minat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan seseorang dalam
bertingkah laku yang dapat diarahkan untuk memperhatikan suatu objek atau
melakukan suatu aktivitas tertentu yang didorong oleh perasaan senang
karena bermanfaat bagi dirinya sendiri. Minat yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah minat traveling.
Adapun traveling adalah salah satu hal yang paling berharga dan
memperkaya pengalaman dalam hidup manusia karena dapat meningkatkan
26
pengetahuan, membuka pikiran, memperkaya jiwa, memperluas nilai-nilai
moral baru; dan menemukan banyak tujuan di dunia yang akan memenuhi
keinginan (De Cillis, 2008). Traveling bukan hanya sebuah berarti tentang
pergerakan; traveling adalah suatu kesenangan. Traveling dapat berarti
mengunjungi keluarga beberapa mil jauhnya, dan traveling dapat berarti
terjadi pergi keliling dunia. Tetapi pada dasarnya, semua itu sama: traveling
(Pedraz, 2008).
Melalui traveling seseorang dapat mengenal dunia, bepergian,
menemukan monumen, tempat keramaian, museum, teater, taman, kebun.
Traveling membuka pikiran seseorang, membuka banyak pintu, dan memaksa
untuk menjadi kritis. Bahkan, melalui traveling seseorang mengenal diri
sendiri dan benar-benar ingin menjadi apa, ingin tinggal dimana, ingin
bermimpi dimana, ingin membuat impian seseorang menjadi kenyataan, dan
itu hanya dengan cara traveling, seseorang telah siap membuat salah satu
impiannya menjadi kenyataan (Pedraz, 2008).
Berdasarkan beberapa pengertian traveling tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa traveling adalah suatu kegiatan seseorang dengan
melakukan perjalanan untuk mengunjungi suatu tempat yang diinginkan.
Seseorang yang melakukan traveling yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah mahasiswa.
Berdasarkan pengertian minat dan traveling maka dapat disimpulkan
bahwa minat traveling adalah kecenderungan hati seseorang dalam
melakukan perjalanan untuk mengunjungi suatu tempat yang diinginkan.
27
2. Aspek-Aspek Minat
Menurut Hurlock (1996:117) minat dapat terbagi menjadi 3 (tiga)
aspek, yaitu:
a. Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik
di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.
b. Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap
terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman
pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman
sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari
sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa
terhadap kegiatan itu.
c. Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.
Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan
keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Faktor timbulnya minat menurut Crow and Crow dalam Djaali
(2007:121), terdiri dari tiga faktor, yaitu:
a. The Factor of Inner Urge
Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang
sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah
28
menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal
ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
b. The Factor of Social Motive
Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Di samping itu
juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial,
misal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang
tinggi pula.
c. Emotional Factor
Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek
misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan
tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah
semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya
kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.
Adapun menurut Yoeti (2005:101) berdasarkan sumbernya, minat
berkunjung ke tempat wisata dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. “Keinginan berkunjung ke tempat wisata berdasarkan informasi yang
didapat dari media massa”.
b. “Keinginan berkunjung ke tempat wisata berdasarkan cerita dari keluarga
dan sanak saudara”.
c. “Keinginan berkunjung ke tempat wisata karena ingin tahu langsung
mengenai tempat wisata tersebut”.
29
“Pada minat, masyarakat dirangsang untuk mencari informasi
mengenai inovasi. Seorang masyarakat yang mulai tergugah minatnya
mungkin akan atau mungkin tidak akan mencari informasi yang lebih banyak.
Jika dorongan untuk menghimpun informasi itu kuat dapat” dibedakan
“menjadi dua tingkat, yaitu: masyarakat yang mencari informasi dalam
ukuran sedang-sedang saja dan keadaan demikian disebut perhatian yang
meningkat. Bila masyarakat mencari bahan bacaan, menanyakan kepada
teman-temannya dan ikut terlibat dalam berbagai pencarian lainnya, untuk
menghimpun informasi tentang produk, maka dapat dikatakan masyarakat
aktif mencari informasi. Sejauh mana seorang masyarakat mencari informasi
tergantung pada kekuatan dorongannya jumlah informasi ketika memulai
pencarian, kemudahan mencari informasi lebih banyak, nilai yang
ditempatkannya pada informasi tambahan, dan kepuasan yang diperolehnya
dari pencarian tersebut. Biasanya tingkat pencarian informasi oleh masyarakat
makin tinggi sejalan dengan bergeraknya masyarakat dari keputusan yang
melibatkan penyelesaian masalah terbatas keputusan dalam penyelesaian
masalah-masalah yang besar. Masyarakat dapat memperoleh informasi dari
banyak sumber” (Yoeti, 2005:101).
E. Model AIDDA
Model AIDA digunakan sebagai landasan teori dikarenakan peneliti ingin
mengetahui aksi yang akan dilakukan oleh komunikan berdasarkan minat mereka
dalam hal traveling, yaitu minat traveling anggota Komunitas Backpacker Malang
30
Raya (KBMR) berdasarkan terpaan yang diterima dari tayangan Jejak Petualang
di Trans 7. Peneliti berasumsi bahwa minat komunikan untuk melakukan kegiatan
traveling tidak muncul secara langsung begitu saja, melainkan melalui tahapan
dalam model AIDDA.
Model AIDDA disebut A-A Procedure atau from attention to action
procedure, yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut Effendy
(2003:305), AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest
minat), Desire (hasrat), Desicion (keputusan), Action (tindakan/kegiatan).
Adapun keterangan dari elemen-elemen dari model ini antara lain:
1. Perhatian (Attention), yaitu keinginan seseorang untuk mencari dan melihat
sesuatu.
2. Ketertarikan (Interest), yaitu perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang
suatu hal yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen.
3. Keinginan (Desire), yaitu kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu yang
menarik perhatian.
4. Keputusan (Decision), kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal.
5. Tindakan (Action), suatu kegiatan untuk merealisasikan keyakinan dan
ketertarikan terhadap sesuatu.
31
Gambar 2.1
Model Teori AIDDA
Sumber: Effendy (2003:305)
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa konsep
AIDDA merupakan proses psikologis dari diri khalayak. Berdasarkan konsep
AIDDA agar khalayak melakukan action, maka pertama-tama mereka harus
dibangkitkan perhatiannya (attention) sebagai awal suksesnya komunikasi.
Apabila perhatian komunikasi telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan
upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi
dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak
bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan
komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator
belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan
(decision), yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) sebagaimana
diharapkan komunikator (Effendy, 2003:305).
32
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep dalam teori
AIDDA adalah proses psikologis dari diri khalayak. Jika dikaitkan dengan
penelitian ini maka diawali dengan anggota Komunitas Backpacker Malang Raya
(KBMR) menemukan adanya sebuah program berbasis dokumenter yang menarik
perhatiannya (attention) yaitu Jejak Petualang di Trans 7, karena tayangan
program tersebut bukan hanya menyuguhkan keindahan dan keunikan berbagai
tempat di berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan adanya attention tersebut, maka timbul minat (desire) dalam
diri anggota KBMR untuk menyaksikan tayangan Jejak Petualang tersebut.
Setelah menyaksikan keindahan dan keunikan alam di berbagai tempat di wilayah
Indonesia yang diliput dalam tayangan Jejak Petualang, maka timbul hasrat
(desire) untuk melakukan traveling ke daerah tersebut. Kemudian, muncullah
keputusan (decision) dari dalam diri anggota KBMR untuk mencari informasi dan
waktu luang serta segala sesuatunya untuk mempersiapkan diri melakukan
traveling ke daerah yang akan dituju. Adapun tindakan (action) yang diambil
adalah kegiatan yang menunjukkan kesiapan anggota KBMR untuk melakukan
traveling ke lokasi yang akan dituju. Tindakan yang dimaksud dalam penelitian
ini bukanlah kegiatan berangkat melakukan traveling, melainkan persiapan yang
dilakukan sebelum berangkat melakukan traveling.
33
F. Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism–Response ini
semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori komunikasi,
tidaklah mengherankan karena objek material dari psikologi dan komunikasi
adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap,
opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2009:254).
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. “Selain itu, teori ini menjelaskan
tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu
komunikasi (McQuail, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan
suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu, artinya stimulus dan dalam bentuk
apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan”
(Sendjaja, 1999:71). Unsur-unsur dalam teori S-O-R adalah:
1. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada
komunikan. “Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan
lambing”.
2. Komunikan (Organism), “merupakan keadaan komunikan disaat menerima
pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi,
dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan
setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya,
34
komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang
disampaikan oleh komunikator”.
3. “Efek (Response), merupakan dampak dari efek komunikasi. Efek dari
komunikasi adalah perubahan sikap afektif, kognitif, konatif. Efek kognitif
merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi, efek kognitif
berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan”
(Effendy, 2009:255).
“Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organism berupa perhatian,
pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur response berupa efek maka
sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan
teori dalam penelitian”. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Model Teori S-O-R (Effendy, 2009:255)
“Menurut model pada gambar 1 menunjukkan bahwa stimulus atau pesan
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa terpaan tayangan
Jejak Petualang di Trans 7 mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan.
Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang
disampaikan maka komunikan akan memperhatikan. Proses selanjutnya,
komunikan tersebut mengerti pesan yang telah disampaikan, dan proses akhir
adalah kesediaan dari komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan
keberhasilan dalam proses komunikasi” (Effendy, 2009:256).
STIMULUS
ORGANISM
RESPONSE
35
Keterkaitan model teori S-O-R dalam penelitian ini adalah: (a) Stimulus
yang dimaksud adalah terpaan tayangan Jejak Petualang di Trans 7; (b) Organism
yang dimaksud adalah anggota Komunitas Backpacker Malang Raya (KBMR)
yang menonton tayangan Jejak Petualang di Trans 7; (c) Response yang dimaksud
adalah minat untuk melakukan traveling pada anggota KBMR yang menonton
tayangan Jejak Petualang di Trans 7.
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho : Terpaan tayangan Jejak Petualang di Trans 7 tidak berpengaruh
signifikan terhadap minat traveling pada anggota Komunitas
Backpacker Malang Raya.
Hi : Terpaan tayangan Jejak Petualang di Trans 7 berpengaruh signifikan
terhadap minat traveling pada anggota Komunitas Backpacker Malang
Raya.
H. Definisi Konseptual
Definisi konseptual pada masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Terpaan tayangan Jejak Petualang
Terpaan media adalah banyaknya informasi yang diperoleh melalui
media, yang meliputi frekuensi, atensi dan durasi penggunaan pada setiap
jenis media yang digunakan (Rakhmat, 2004:66). Media massa dalam
penelitian ini adalah Trans 7 yang menayangkan program acara Jejak
36
Petualang. Jejak Petualang adalah program petualangan yang paling eksis di
televisi karena program ini tetap bertahan hingga saat ini sejak penayangan
perdananya di tahun 2002 (14 tahun), umur yang sangat luar biasa bagi
sebuah program televisi. Jejak Petulang ditayangkan setiap Senin hingga
Rabu sore di Trans 7. Gaya petualangannya juga masih konsisten mengajak
penikmat setianya menyaksikan keindahan alam dan budaya dengan gaya
backpacker (Arl, 13 Juni 2016).
2. Minat Traveling
Minat adalah suatu dorongan yang mengakibatkan terikatnya
perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda dan
orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan motorik dan
merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan (Jahja,
2011:63). Adapun traveling berarti tentang pergerakan, traveling adalah
suatu kesenangan. Traveling dapat berarti mengunjungi keluarga beberapa
mil jauhnya, dan traveling dapat berarti terjadi pergi keliling dunia. Tetapi
pada dasarnya, semua itu sama: traveling (Pedraz, 2008).
I. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional pada masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Terpaan tayangan Jejak Petualang diukur berdasarkan intensitas informasi
yang diperoleh anggota KBMR dari tayangan Jejak Petualang di Trans 7.
Indikator-indikator variabel terpaan tayangan Jejak Petualang adalah
37
frekuensi, durasi, dan atensi yang menerpa anggota KBMR dalam menonton
tayangan Jejak Petualang di Trans 7.
2. Minat traveling diukur berdasarkan kecenderungan hati seseorang anggota
KBMR dalam melakukan perjalanan untuk mengunjungi suatu tempat yang
diinginkan. Indikator-indikator variabel minat traveling adalah perhatian
(attention), ketertarikan (interest), keinginan (desire), keputusan (desicion),
dan tindakan (action) dalam diri anggota KBMR untuk berkunjung ke suatu
tempat di wilayah Indonesia.
Adapun skala pengukuran data pada kedua variabel tersebut yakni
terpaan tayangan Jejak Petualang dan minat traveling menggunakan skala
pengukuran ordinal, yaitu skala yang memberikan informasi tentang jumlah
relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu.
Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah
dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah
suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan
berapa banyak kekurangan atau kelebihannya. Contoh: jawaban pertanyaan
berupa peringkat misalnya sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju,
sangat setuju yang diberi simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Angka-angka ini
hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah (Sarwono,
2006:94).