bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/41978/3/bab ii.pdf · ... pada...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Mega Ayuning Tyas dan
Ari Prasetya, pada tahun 2014 dengan judul “ Pengaruh Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan Menjadi Mitra Persepektif Islam Pada Baitul Maal Wat
Tamwil Beningharjo Cabang Madiun”, Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan hasil penelitian dengan bahwa variabel produk, harga,
promosi, proses, orang, bukti fisik, lokasi, janji dan kesabaran secara simultan
atau bersama-sama mempengaruhi keputusan menjadi mitra persepektif islam
pada BMT beningharjo cabang madiun.3
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
bauran pemasaran akan tetapi perbedaanya pada penelitian terdahulu terdapat
pada varibel janji dan kesabaran.
Selain itu, penelitian lainnya dilakukan oleh Mochamad Alifi, pada
tahun 2017 dengan judul “Pengaruh Marketing Mix Dan Pengetahuan Produk
Tabungan Terhadap Keputusan Nasabah Untuk Menabung Pada Baitul Maal
Wat Tamwil Pahlawan Tulungagung”, Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan analisis asosiatif. Hasil penelitian bahwa variabel produk
dan promosi tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel lain yakni
3 Mega Ayuning Tyas & Ahmad Prasetyo “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Niat
Menjadi Mitra Perspektif Islam Pada BMT Beringharjo Cabang Madiun”. Jurnal Ekonomi
Syariah Teori dan Terapan, vol. 1 No. 7. (Juli, 2015)
7
harga, lokasi dan pengetahuan produk berpengaruh signifikan terhadap
keputusan nasabah untuk menabung.4
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunkan bauran
pemasaran ( Marketing Mix) 4P perbedaanya yakni pada penelitian terdahulu
ditambah dengan variabel pengetahuan.
Sedangkan penelitian dilakukan oleh Dheta Alfiraian Fajri, Zaiul Arifin
dan Wilopo, pada tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa
Terhadap Keputusan Menabung (Survei Pada Nasabah Bank Muamalat Cabang
Malang)", Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis
regresi linier berganda dengan hasil penelitian bahwa variabel produk, harga,
promosi, proses, oranga bukti fisik dan lokasi secara simultan atau bersama-
sama mempengaruhi keputusan menabung.5
Persamaannya dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel X
(Bauran pemasaran) dan Y (Keputusan menabung) sedangkan yang mebedakan
adalah tahun penelitian dan objek yang diteliti yakni penelitian terdahulu
memilih objek pada Bank sedangkan peneliti memilih objek pada BMT.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rizqa Ramadhaning Tyas dan
Ari Setiawan, pada tahun 2012 dengan judul “ Pengaruh Lokasi Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Keputusan Nasabah Untuk Menabung Di Baitul Maal Wat
Tamwil Sumber Mulia Tutang”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
4 Mochamad Alifi "Pengaruh Marketing Mix dan Pengetahuan Produk Tabungan Terhadap
Keputusan Nasabah untuk Menabung di Baitul Maal wa Tamwil Pahlawan Tulungagung." (2017) 5 Fajri, D. A. Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa terhadap Keputusan Menabung (survei
pada nasabah bank muamalat cabang malang). Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.6 No.2.(Desember
2013)
8
.Dengan hasil penelitian bahwa lokasi dan kualitas pelayanan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputuan nasabah menabung.6
Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel lokasi. Sedangkan
perbedaanya pada penelitian ini menambahkan selain lokasi yakni produk,
harga, dan promosi.
Dan yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Robertus Andy
Nugroho, Nawazirul dan Apriatni EP, pada tahun 2014 dengan judul
“Pengaruh Produk Dan Promosi Terhadap Keputusan Menabung Tabungan
Simpedes Di PT Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. Cabang Semarang
Pattimura”, Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan analisis regresi sederhana dengan hasil penelitian bahwa produk
dan promosi berpegaruh terhadap keputusan nasabah menabung. 7
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan varibel
produk dan promosi sedangkan perbedaanya adalah pada penelitian ini peneliti
menambahkan beberapa variabel lain yakni harga, dan lokasi.
B. Teori dan Pustaka
1. Pemasaran
Philip Kotler mengartikan pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dengan mana individu atau kelompok memperoleh apa yang
6 Tyas, rizqa Ramadhaning dan Setiawan, Ari. Pengaruh Lokasi Dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Keputusan Nasabah Untuk Menabung Di Baitul Maal Wat Tamwil Sumber Mulia
Tutang. Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, Vol 3 no 2 (2012) 7 Nugroho, Robertus Nugroho dkk. Pengaruh Produk dan Promosi Terhadap Keputusan
Menabung Tabungan Simpedes di PT.Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk.
9
mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta menukarkan
produk dan nilai dengan pihak lain .8
Miller & layton mengartikan pemasaran adalah sistem total aktivitas
bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang
mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan
organisasional .9
Sedangkan Warren J.Keegan menjelaskan pemasaran adalah suatu
proses sosial yang fokusnya adalah sumberdaya manusia dan bertujuan
untuk memanfaatkan peluang-peluang pasar secara global.10
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran merupakan suatu proses mulai dari perencanaan, penentuan
harga, promosi, distribusi yang bertujuan untuk memenuhi keinginan
individu atau kelompok sehingga terjadilah proses pertukaran yang
menyebabkan individu dan kelompok merasa puas.
2. Konsep Pemasaran
Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan
faktor penting untuk mencapai kesuksesan bagi perusahaannya, akan
mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara
dan falsafah baruini disebut konsep pemasaran. Konsep pemasaran tersebut
dibuat dengan menggunakan tiga faktor dasar, yaitu:
8 Kasmir. Pemasaran Bank (Jakarta : Kencana, 2010) hal 53
9 Fandy Tjiptono. Pemasaran jasa (Yogyakarta : ANDI,2014) hal 3
10 Yazid. Pemasaran Jasa (Yogyakarta : Ekonisia, 2001) hal 19
10
a. Seluruh perencanaa dan kegiatan perusahaan harus berorientasi
pada konsumen pasar.
b. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan
perusahaan bukan volume untuk kepentingan volume itu sendiri.
c. Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus
dikoordinasikan dan di integrasikan secara organisasi.11
3. Strategi Pemasaran
Strategi adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan. Kadang-kadang langkah yang harus
dihadapi terjal dan berliku-liku, namun ada pula langkah yang relatif mudah.
Di samping itu, banyak rintangan atau cobaan yang dihadapi untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap langkah harus dijalankan secara
hati-hari dan terarah.12
Untuk mencapai tujuan dalam sebuah perusahaan diperluka langkah-
langkah tertentu. Misalnya, perusahaan yang ingin menjual barang atau
jasanya kepada pelanggan memerlukan langkah yang tepat.
Strategi pemsaran adalah wujud rncana yang terarah dibidang
pemasaran, untuk memeperoleh suatu hasil yang optimal. Strategi pemsaran
mengandung dua faktor yang terpisah tetapi berhubungan erat, yakni:
a. Pasar target atau sasaran, yaitu suatu kelompok konsumen yang
homogen, yang merupakan “sasaran” perusahaan.
11
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta : Andi,2008) hal 62 12
Kasmir, kewirausahaan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) hal 171
11
b. Bauran pemasaran (marketing mix), yaitu variabel-variabel
pemsaran yang dapat dikontrol, yang akan dikombinsikan oleh
perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Kedua faktor ini berhubungan erat. Pasar sasaran merupakan suatu
sasaran yang akan dituju, sedangkan bauran pemasaran merupakan
alat untuk menju sasaran tersebut. Strategi pemasaran mempunyai
raung lingkup yang luas dibidang pemasaran. Diantaranya adalah:
a. Startegi dalam pesaingan
b. Stategi produk
c. Strategi “daur hidup produk”. Dan sebagainya.13
4. Bauran Pemasaran dalam persepektif syari’ah
Bauran pemasaran (marketing mix) terdapat 4 variabel yakni Produk,
Harga,Promosi dan Lokasi.
a. Produk (Product)
suatu produk yang akan dipasarkan atau ditukarkan haruslah produk
yang halal dan memiliki kualitas yang terbaik, bukan sebaliknya demi
mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya untuk laku
menurunkan kualitas suatu produk. Dan kualitas mutu produk yang akan
dipasarkan itu harus mendapat persetujuan bersama antara kedua belah
pihak, yakni penjual produk dan pembeli produk.14
Dalam suatu hadist disebutkan :
13
Pandji Anoraga, Pengantar Bisnis, (Jakrta: PT Rineka Cipta, 2007) hal 188 14
Ita Nurcholifa. Strategi Marketing Mix Dalam Persepektif Syariah.Vol 4 Nomor 1
(2014, Maret). hal 7
12
وكذب الب يعان بليار ما ل ي ت فرقا ، فإن صدقا وب ي نا بورك لما ف ب يعهما ، وإن كتما مقت ب ركة ب يعهما
Artinya :
"Penjual dan pembeli masih boleh memilih (untuk meneruskan
transaksi atau membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika
keduanya jujur dan menjelaskan apa adanya, maka keduanya diberkahi
dalam jual belinya. Jika keduanya menyembunyikan (cacat) dan
berdusta, maka akan dihapus berkah pada keduanya." (HR.Bukhari,
no. 1973, Muslim, no.1532)15
Dari hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Rosulullah SAW
mengajarkan umatnya agar belaku jujur dalam jual beli serta beliau
menegaskan bahwa kejujuran itu bisa membawah berkah dan jika tidak
jujur dalam jual beli maka tidak akan mendapat berkah.
Bygrave berpendapat, pada variabel produk bauran pemasaran syariah
terdapat beberapa indikator yakni:16
a) Tampilan
b) Kualitas
c) Kemasan
d) Merek
e) Pelayan
f) Garansi
g) Keanekaragaman
15
HR. Bukhari, no. 1973, Muslim, no. 1532 16
Muhammad Ismail Yusanto & Kerebet Widjajakusuma.(2002). Menggagas bisnis
islami. (Jakarta : Gema Insani 2002) hal 171
13
a. Harga (Price)
Penetapan harga dalam persepektif syariah, tidaklah terlalu rumit, dasar
penetapan harga tertumpu pada besaran nilai atau harga suatu produk yang
tidak boleh ditetapkan dengan berlipat-lipat besarnya, setelah dikurangi
dengan biaya produksi. Dan jika penetapan harga tersebut dilakukan secara
berlipat-lipat maka dapat disebut dengan memakan hak orang lain
sedangkan dalam islam itu tidak dipebolehkan 17
.
Sebagaimana Anas bin Malik menuturkan bahwa pada masa
Rasulullah saw pernah terjadi harga-harga membumbung tinggi. Para
sahabat lalu berkata kepada Rasul, “ Ya Rasulullah saw tetapkan harga
demi kami.” Rasulullah menjawab:
و ھ سع هللا ز اق و ان ى ألر ج و ان أالقى الر ط الباس القابض ر امل
ن وليس أح د هللا Artinya : “Sesungguhnya Allahlah Zat yang menetapkan harga, yang
menahan, yang mengulurkan, dan yang Maha Pemberi rezeki. Sungguh, aku
berharap dapat menjumpai Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku
atas kezaliman yang aku alkukan dalam masalah darah dan tidak juga dalam
masalah”. (HR Abu Dawud Ibn Majah dan at-Tirmidzi)”.
Bygrave berpendapat , pada variabel harga bauran pemasaran syariah
terdapat beberapa indikator yakni18
:
a) Daftar harga
b) Jangkauan waktu kredit
c) Potongan harga
d) Kesesuaian harga
17
Ita Nurcholifa. Strategi Marketing Mix Dalam Persepektif Syariah.Vol 4 Nomor 1
(2014, Maret) hal 10 18
Muhammad Ismail Yusanto & Kerebet Widjajakusuma.(2002). Menggagas bisnis
islami. (Jakarta : Gema Insani 2002) hal
14
b. Lokasi (distribusi)
Dalam persepektif syariah, saluran pemasaran atau lokasi
perusahaan bisa dimana saja asalkan tempat tersebut bukan tempat yang
dipersengketakan keberadaanya.
Namun ters Islam lebih menekankan pada kedekatan perusahaan
dengan pasar. Hal itu untuk menghindari adanya aksi pencegatan barang
sebelum sampai ke pasar. Dalam sebuah hadist disebutkan.
Yang artinya “ Ibnu Umar berkata, “ sesunggunya Rasulullah
melarang seseorang mencegar barang dagangan sebelum tiba di
pasar”.19
Hadist di atas menunjukan bahwa semakin pendek saluran
pemasaran ke pasar, akan semakin baik. Sehingga tidak ada aksi
transaksi sepihak dari para spekulan.
Bygrave perpendapat bahwa, pada variabel bauran lokasi bauran
pemasaran syariah terdapat beberapa indikator yakni:20
a) Lokasi toko strategis
b) Transportasi
c) Tingkat pelayanan
c. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan upaya untuk memperkenalkan suatu produk
kepada calon pembeli atau konsumen. Promosi adalah jenis komunikasi
yang memberi penjelasan yang meyakinkan calon konumen tentang
19
HR Muslim 20
Ibid
15
barang dan jasa. Tujuan promosi ialah memeperoleh perhatian, mendidik,
mengingatkan, dan meyakinkan calon konsumen.
Ada beberapa macam sarana promosi yang dapat digunakan sebagai
berikut :
1) Periklanan (advertising), merupakan promosi yang dilakukan
dalam bentuk tanyangan atau gamabar atau kata-kata yang
tertuang dalam spanduk brosur, blillboard, koran, majalah,
televisi, atau radio.
2) Promosi penjualan (sales promotion), merupakan promosi yang
digunakan untuk meningkatkan penjualan melalui potongan harga
atau hadia pada waktu tertentu terhadap barang-barang tertentu
pula.
3) Publisitas (publicty), merupakan promosi yang digunakan untuk
meningkatkan citra di depan para calon nasabah atau nasabahnya
melali kegiatan sponsorship terhadap suatu kegiatan amal atau
sosial atau olahraga.
4) Penjualan pribadi (personal selling), merupakan promosi yang
digunakan melalui pribadi pribadi karyawan dalam melayani serta
ikut mempengaruhi nasabah.
Promosi dalam persepektif syariah merupakan suatu upaya untuk
memperkenalkan atau menyampaikan informasi produk barang atau jasa
kepada calon konsumen atau pelanggan. Berkaitan dengan hal itu maka
ajaran islam sangat menekankan agar menghindari unsur penipuan atau
16
memberikan informasi yang tidak benar bagi para calon konsumen atau
pelanggan. Sebagai mana Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : “barang siapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan
kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuhan, tempatnya di
neraka”.21
5. Tabungan
1. Pengertian Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan nenurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, akan
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.22
Sedangkan tabungan yang dimaksud dalam lembaga keuangan
syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip
syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah Naional (DSN) telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang
dibenarkan adalah tabungan yang berdaarkan prinsip wadiah dan
mudharabah.
2. Jenis-jenis produk tabungan
Dalam lembaga keuangan syariah jenis tabungan secara garis
besar terdapat 2 jenis yakni tabungan wadi’ah dan tabungan
mudharabah.
21
HR Ibnu Hibban [2]:326 22
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta : KENCANA, 2011), hal 74
17
1) Tabungan wadi’ah
a. Pengertian Tabungan wadi’ah
Tabungan Wadi’ah merupakan jenis simpanan yang
menggunakan akad Wadiah/titipan dan penarikannya dapat
dilakukan sewaktu-waktu.
Tabungan merupakan salah satu bentuk simpanan yang
diperlukan oleh masyarakat untuk menyimpan uangnya,
karena merupakan jenis simpanan yang dapat dibuka dengan
persyaratan yang sangat mudah dan sederhana. Persyaratan
untuk dapat membuka rekening tabungan wadiah, masing-
masing bank syariah berbeda. Pada umumnya, bank syariah
memberikan persyratan yang sama pada setiap masyarakat
yang ingin membuka simpanan tabungan, yaitu perlu
menyerahkan forokopi identitas, misalnya KTP,SIM,Paspor,
dan identitas lainnya.
Disamping itu, setiap bank syariah akan memberikan
persyaratan tentang jumlah minimal setoran awal, setoran
minimal serta saldo minimal yang harus disisahkan. Saldo
minimal diperlukan pada saat tabungan ditutup, maka masig
terdapat saldo dana yang akan digunakan untuk membayar
biaya administrasi atas penutupan tabungan nasabah.23
23
Ibid
18
b. Dasar hukum المانت إل أهلها وإذا حكمتم ب ي إن الل يمركم أن ت ؤدوا
ا يعظكم به إن الل كان الناس أن تكموا بلعدل إن الل نعميعا بصريا س
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabilah menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sungguh allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”24
Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa
diperbolehkanya kegiatan wadi’ah sebab itu termasuk dalam
ibadah sunnah yakni mejaga barang atau harta orang lain,
akan tetapi apabilah sudah dipecaya untuk menjaga barang
atau harta orang lain hendaknya sebagai muslim harus
amanah.
c. Jenis wadi’ah
Dalam islam wadi’ah dibedakan menjadi dua macam,yaitu:
1) Wadi’ah yad amanah yaitu akad penitipan uang diman
penerima tidak diperkenankan menggunakan uanag yang
dititipkan. Penerima tiipan hanya punya kewajiban
menggembalikan barang atau uang yang dititipkan pada
saat diminta oleh pihak yang menitipkan secara apa
adanya.
24
QS. An-nisa [4]:58
19
2) Wadi’ah yad Dhamanah yaitu titipan terhadap barang atau
uang yang dapat dipergunakan atau dimanfaatkan oleh
penerima titipan. Sehingga pihak penerima titipan
bertanggung jawab terhadap resiko yang menimpa barang
atau uang. Tentu saja penerima titipan wajib
mengembalikan barang atau uang yang dititpkan oleh
pihak yang menitipkan.
2) Tabungan mudharabah
a. Pengertian Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah merupakan jenis simpanan yang
menggunakan akad mudharabah yang penarikannya dapat
dilakukan sesuai perjanjian.
Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil ketikan nasabah sebagai
pemilik modal (shohibul maal) menyerahkan uangnya kepada
lembaga keuangan sebagai pengusaha (mudhorib) untuk
diusahakan. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam nisbah
dan lembaga keuangan syariah tidak diperkenankan mengurangi
nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
a. Dasar hukum ت غون من فضل الل وآخرون يضربون ف الرض ي ب
Artinya:
“...Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT...”.25
25
QS. Al-Muzzammil [73]:20
20
Dari ayat diatas menjelaskan bahwa, manusia wajib melakukan
aktivitas mudharabah untuk memenuhi hajat hidupnya agar ketika
beribadah kepada Allah SWT. Penuh dengan kekhusyu’an.
Pencarian karunia ini semata-mata untuk mengabdi kepada Allah
SWT.
b. Jenis tabungan mudharabah
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana,
terdapat dua bentuk mudharabah, yakni:
1) Mudaharabah mutlaqah yaitu pemilik dana tidak memberikan
batasan atau persyaratan tertentu kepada lembaga keuangan dalam
mengelola investasinya. Dengan kata lain, lembaga keuangan dalam
mengelola investasinya. Dengan kata lain, lembaga keuangan
syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana mudharabah mutlaqah ini ke berbagai sektor
bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.
2) Mudharabah muqayyadah yaitu pemilik dana memberikan batasab
atau persyaratan tertentu kepada lembaga keuangan syriah dalam
mengelolah investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara
maupun objek investasinya. Dengan kata lain, lembaga keuangan
syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana mudharabah muqayyadah ini ke berbagai
sektor bisnis yang diperkirahkan akan memperoleh keuntungan.
21
6. Anggota (Nasabah)
1. Pengertian nasabah
Berdasarkan undang-undang republik indonesia nomor 10 tahun
1998 tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992
tetang perbangkan BAB 1 ketentuan umum Pasal 1 yang dimaksud
dengan nasabah aalah yang menggunkan jasa bank. Sedangkan
nasabah penyimpanan adalah naabah yang menempatkan dananya
di BTM dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian lembaga
sebgagaimana dimaksud undnag-undang yang berlaku.
2. Jenis-jenis nasabah
a) Nasabah penyimpanan adalah nasabah yang menempatkan dananya di
Bank Syariah atau UUS dalam bentuk Simpanan berdasarkan Akad
antara Bank Syariah atau UUS dan Nasabah yang bersangkutan.
b) Nasabah Investor adalah nasabah yang menempatkan dananya di
Bank Syariah atau UUS alam bentuk investasi berdasarkan akad
anatra bank syariah atau UUS dan Nasabah yang berangkutan.
7. Proses keputusan pembelian jasa
Kotler et.al menyatakan pada umumnya, dalam melakukan
pembelian konsumen melalui lima tahapan proses pembelian. Dengan
demikian proses pembelian dimulai jauh sebelum pemebelian aktual dan
mempunyai konsekuensi lama setelah pembelian.26
26
Murti Sumarni. Manajemen Pemasaran Bank. (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2002) hal
235
22
Gambar 2.1 Model Proses Pembelian Lima Tahap
Sumber : Sumarni (2002).
1. Pengenalan Kebutuhan
Pembeli ingin melakukan pemebelian setelah merasakan
adanya kebutuhan dan kebutuhan ini bisa timbul dari stimulasi
internal dan eksternal. Seperti rasa lapar, haus bisa muncul tiba-tiba
dari dalam diri seseorang manakalah ia melewati warung makan. Hal
ini didorong oleh stimuli-internal. Sedangkan jika seseorang
berkeinginan menabung di suatu bank setelah membaca iklan
tabungan berhadiah dari bank tersebut, maka ini merupakan
stimulasi eksternal. Pemasar harus dapat mengidentifikasi stimuli
yang paling sering menimbulkan minat pembeli.
2. Pencarian Informasi
Seorang calon pembeli aktif mencari informasi mengenai suatu
produk/jasa apabila dipicu oleh keinginanyang kuat untuk memebeli
produk/jasa tersebut. Sumber informasi yang dapat digunakan calon
pemebeli adalah:
a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga
b. Sumber komersial : waraniaga, iklan, penyalur, pajangan
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perlaku Purnabeli
23
c. Sumber publik : media masa, lembaga konsumen
d. Sumber pengalaman : pemakai pribadi, pemeriksaan pribadi.
Masing-masing sumber informasi memeberikan fungsi yang berbeda-beda
dalam mempengaruhi keputusan pemebelian. Sumber pribadi sering
digunakan konsumen untuk prosuk/jasa yang penting seperti, jasa bank,
dokter, obat-obatan. Pembeli menerima paling banyak dari sumber
informasi komersial. Sumber komersial pada umumnya untuk
memberikan penjelasan atas informasi perihal suatu produk/jasa.sedangkan
sember publik adalah paling dipercaya pembeli karena obyektivitasnya,
tidak memihak kepada salah satu merek atau nama perusahaan tertentu.
Pemebeli juga sering menggunakan sumber pengalalaman pribadi yaitu
apabila pemebeli kecewa atau tidak puas maka hal itu tidak menyebabkan
kerugian yang terlalu besar. Misalnya,pembeli mengunjungi objek wisata
sekedar coba-coba atau sebagai pengalaman.
3. Pencarian Alternatif
Model proses evaluasi pembelian berorientasi secara kognitif
yakni, mereka menganggap bahwa sebagian besar pembeli melakukan
penilaian produk secara sadar dan rasional.
Konsumen/nasabah akan berupaya untuk memuaskan suatu
kebutuhan dan ia akan mencari manfaat (benefit) tertentu dari
produk/jasa tersebut. Konsumen/nasabah memandang bawha,
produk/jasa mengandung kumpulan atribut dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalam memberikan manfaat.
24
Nasabah memiliki sikap yang bereda-beda di dalam menilai
atribut-atribut produk yang relevan dan menonjol.atribut yang paling
menonjol bukan berarti atribut penting bagi seorang nasabah. Dalam
hal ini diasumsikan nasabah mempunyai suatu fungsi utilitas (utility
function) untuk setiap atribut.
4. Keputusan Pembelian
Setelah melalui tahap evaluasi terhadap beberapa alternatif merl
atau nama bank maka tiba giliranya untuk konsumen memebentuk
minat pembelian untuk memilih bank yang paling disukai. Dalam hal
ini terdapat dua faktor yang turut berperan dalam minat pembelian dan
keputusan pembelian.faktor yang pertama yakni sikap orang lain.
Sejauh mana orang sikap orang laindapat mengurangi alternatif yang
disukai seorang nasabah akan tergantung pada (1) intensitas dari sikap
negatif orang lain tersebut terhadap alternatif yang disukai nasabah
dan (2) motivasi nasabah untuk menuruti keinginan orang lain tersebut
dan faktor yang ke dua adalah faktor-faktor situasional yang tidak
diantisispasi seperti keinginan yang mendesak, atau sikap dari
karyawan yang menyebabkan malas untuk membeli.27
5. Perilaku Purna Beli
Perilaku sesudah pembelian ini adalah perilaku konsumen yang
menunjukan kepuasan dan tidak puas. Tugas dari seorang pemasar
dalam menangapi hal tersebut maka haur memantau setelah
27
Ibid 235
25
pembelian. Karena jika seorang nasabah merasa tidak puas maka
mereka akan menyampaikan ketidak puasan tersebut kepada orang
lain sedangkan nasabah merupakan iklan terbaik bagi lembaga.
8. Baitul Mal Wa At-Tamwil (BMT)
a. Pegertian BMT
Baitul mal wa at-Tamwil (BMT) adalah lembaga swadaya
masyarakat, dalam artinya, didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat.
Terutama sekali pada awal pendiriannya,biasanya dilakukan digunakan
sumber daya, termasuk dana modal, dari masyarakat setempat itu sendiri.
Sejak awal, BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi. Dapat dikatakan
bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara
konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bawah
yang miskin dan nyaris miskin (poor and near poor).
BMT berupaya membantu pengembangan usaha mikro dan usaha
kecil, terutama bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha
membantu permodalan tersebut, yang bisa dikenal dengan isltilah
pembiyayaan (financing) dalam konza kauangan moderen, maka BMT
juga berupaya menghimpun dana, terutama sekali berasal dari
masyarakat lokal disekitarnya. Dengan kata lain, BMT pada prinsipnya
berupaya mengorganisasi usaha saling menolong antar warga masyarakat
atau wilayah (komunitas) dalam masalah ekonomi.
26
b. Fungsi dan peran BMT
fungsi baitul mal wat tamwil yaitu:
1. Penghimpun dana penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT,
uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit
surpulus (pihak yang memiliki dana berlrbih) dan unit defisit (pihak
yang kekurangan dana).
2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran
yang sah yang memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban
suatu lembaga/perorangan.
3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan
memberi pendapatan kepada para pegawainya.
4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai
risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.
5. Sebagai satu lembaga keuangan mikro islam yang dapat memberikan
pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah dan juga koperasi
dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi
UMKMK tersebut.
Selain itu BMT juga memiliki beberapa peranan diantaranya adalah:
1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non islam.
Aktif melakukan sosialisai di tengah masyarakat tentang arti penting
sistem ekonomi islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-
pelatihan mengenai cara-cara bertansaksi yang islami, misalnya
27
supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang curang dalam menimang
barang, jujur terhadap konsumen, dan sebagainya.
2. Melakukan pembinaan dan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif
menjalankan fungsi seagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan
jalan pendampingan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-
usaha nasabah.
3. Melepasakan ketergantungan rentenir, masyarakat yang masih
tergantung rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam
memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani
masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat,
birokrasi yang sederhana, dan lain sebagainya.
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks
dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk
melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus
diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiyayan, BMT harus
memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan
juga jenis pembiyayaan yang dilakukan.
c. Kegiatan BMT
Ismaniyati berpendapat, kegiatan yang dikembangkan oleh BMT ada
beberapa macam antara lain:
Pertama, menggalang dan menghimpun dana yang digunakan untuk
membiayai usaha-usaha anggotanya. Modal awal BMT diperoleh dari
28
simpanan pokok khusus para pendiri. Selanjutnya, BMT mengembangkan
modalnya dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela
anggota. Untuk memeperbesar modal, BMT bekerja sma dengan berbagai
pihak yang mempunyai kegiatan yang sama, seperti BUMN, proyek-proyek
pemerintah, LSM, dan organisasi lainnya. Kedua, memberikan pembiayayan
kepada anggota sesuai dengan penilaian kelayakan yang dilakukan oleh
pengelolah BMT bersama anggota yang bersangkutan. Sebagai imbalan jasa
atas jasa ini, BMT akan mendapat bagi hasil sesuai aturan yang ada. Ketiga,
mengelola usaha simpan pimjam itu secara profesional sehingga kegiatan
BMT bisa menghasilkan keuntungan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keempat, mengembankan usaha-usaha di sektor rill yang bertujuan untuk
mencari keuntungan anggota, misalnya distribusi dan pemasaran, penyediaan
bahan baku, sistem pengelolaan, dan lain-lain.28
Ridwan menyatakan sumber dana BMT berasal dari anggota dan
masyarakat calon anggota baik dalam bentuk simpanan deposto
maupundalam bentuk-bentuk utang yang lain. Sumber dana tersebut
digunakan oleh BMT untuk membiayai operasional ruting. Dalam
melaksanakan kententuan ini BMT menggunakan dua prinsip yakni:
1. Prinsip Wadi’ah
Wadi’ah berarti titipan, sedangkan prinsip wadi’ah dalam produk
BMT merupakan produk penitipan dari anggota kepada BMT.
Pengembangan prinsip wadia’ah menjadi dua bagian yaitu:
28
Abdul Manan. Hukum Ekonomi Syariah. (Jakarta:kencana, 2012) hal 365
29
a. Wadi’ah amanah
Yaitu titipan barang atau uang, dimana BMT tidak memiliki
kewenangan untuk menanfaatkan barang tersebut. Penyimpan
menitipkan barangnya semata-mata karena menginginkan
keamanan dan kenyamanan. Atas produk ini, BMT akan
menarik biaya peyimpanan, administrasi, serta biaya lainnya
yang melekat pada penyimpanan dan pengamanan.
b. Wadiah yad dhamanah
Yaitu barang atau uang, dimana BMT berwewenanh untuk
mengelola dana tersebut. Atas dasar kewenangan ini BMT akan
memberikan kompensasi berupa bonus penyimpanan.
2. Prinsip Mudharabah
Mudharabah pada BMT adalah bagi hasil antara pemilik dana
(shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib). Mudharabah secara
umum dibagi menjadi dua yakni:
1. Mudharabah mutlaqah (umum/bebas)
Yaitu akad penyimpanan dari anggota kepada BMT dengan
sistem bagi hasil, diman BMT tidak mendapat pembatasan apa
pun dalam penggunaan dananya. Atas dasar akad ini, BMT bergai
hasil dengan anggota dengan kesepakatan nisbah diawal akad.
2. Mudharabah muqayadah (terikat)
Yaitu akad penyimpanan dari anggota kepada BMT denga
sistem bagi hasil, dimana BMT dibatasi dengan penggunaan
30
dananya. Sejak awal disepakati dana tersebut hanya dapat
dialokasikan untuk membiyayai proyek tertentu. Dan kesepakan
besarnya bagi hasil dilakukan dimuka dengan nisbah tertentu.
Contoh produk ini adalah, adanya dana program dari pemerintah
untuk membiyayai program khusus, seperti MAP (modal awal
dan padanan) hanya untuk UKM sentra, dan lain-lain.
Buchari dkk berpandapat bahwa, terdapat jenis pembiayaan yang
dikembangkan oleh BMT, yang seuanya itu mengacu pada dua
jenis akad, yakni :
1. Akad tijarah (jual beli) yakni perjajian pembiayaan yang
disepakati antara BMT dengan anggota di mana BMT
menyediakan dananya untuk sebuah investasi dan/atau
pembelian barang modal san usaha anggotanya yang kemudian
proses pmbayaranya dilakukan secara mencicicl atau angsuran
atau pengembalian.
2. Akad syirkah (penyertaan dan bagi hasil)
a. Musyarakah, penyertaan BMT sebagai pemilik modal dlam
suatu usaha yang mana antara resiko dan keuntungan
ditangung bersama secara seimbang dengan prosi penyertaan.
b. Mudharabah, suatu perjanjian pembiyayana anatara BMT
dengan anggota dimana BMT menyediakan dana untuk
penyedianan modal kerja sedanglkan peminjam berupaya
mengelolah dana tersebut untuk pengembangan usahahnya.
31
C. Kerangka Konseptual
Hipotesis :
Hipotesis atau jawaban sementara pada penelitian ini adalah :
H1: Diduga bauran pemasaran berpengaruh terhadap keputusan nasabah
menabung di Baitul Maal Wat Tamwil.
H2: Diduga terdapat salah satu variabel dalam bauran pemsaran yang
berpengaruh dominan terhadap keputusan menabung di Baitul Maal Wat
Tamwil.
Produk (X1)
Promosi (X4)
Harga (X2)
Tempat (X3)
Keputusan Menabung (Y)