bab ii tinjauan teori

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Dinkes, 2006). Menurut Christantie effendy (2003), tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara. Sebagian kasus, infeksi tuberculosis didapat melalui inhalasi partikel kuman yang sangat kecil (sekitar 1-5 mm). TBC Paru adalah Penyakit infeksi yang terutama mengenai jaringan paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yaitu : otak, ginjal, tulang. Penyebab infeksi adalah kuman mycobacterium tuberculosa (Brunner & Suddarth 2000) 8

Upload: faizah-rahmah

Post on 08-Jul-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab ii

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Tinjauan Teori

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Dinkes,

2006).

Menurut Christantie effendy (2003), tuberkulosis adalah infeksi penyakit

menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik

tahan asam yang ditularkan melalui udara. Sebagian kasus, infeksi tuberculosis

didapat melalui inhalasi partikel kuman yang sangat kecil (sekitar 1-5 mm).

TBC Paru adalah Penyakit infeksi yang terutama mengenai jaringan paru

dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yaitu : otak, ginjal, tulang. Penyebab

infeksi adalah kuman mycobacterium tuberculosa (Brunner & Suddarth 2000)

Jadi dapat disimpulkan TBC (tuberculosis) merupakan suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh microbacterium tuberculosis yang ditularkan

melalui udara dan jika tidak ada pengobatan yang efektif dapat mengakibatkan

perjalanan penyakit yang kronis dan bias menimbulkan kematian.

8

Page 2: BAB II Tinjauan Teori

9

B. Etiologi

TB paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu Mycobacterium

Tuberculosa. Setelah terinfeksi kuman tersebut kira-kira 50% kuman akan

berkembang menjadi TBC aktif dalam satu tahun, sisanya kuman ini akan

menyebabkan infeksi laten.

Adapun faktor yang mungkin terjadi antara lain :

- Kontak langsung dengan penderita TBC aktif.

- Menurunnya kekebalan tubuh

- Kurang nutrisi yang adekuat.

- Lingkungan dengan prevalensi TB yang tinggi

- Pengobatan paru yang tidak tuntas.

C. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Sistem pernafasan dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran penafasan bagian

atas, yang terdiri dari hidung, faring, dan laring. Saluran pernafasan bagian

bawah yaitu terdiri dari trakea, bronkus dan paru paru.

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang

merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.

Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya, yaitu

digfragma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan

menurunkan kapasitas dada. Ketika dalam kapasitas dada meningkat, udara

masuk melalui trakea (inspirasi), karena penurunan tekanan di dalam, dan

mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukuran

Page 3: BAB II Tinjauan Teori

10

semula (ekspirasi), paru-paru yang elastis tersebut mengempis, dan mendorong

udara keluar melalui bronkus dan trakea.

Pernafasan adalah proses ganda, yaitu menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen kedalam tubuh, serta menghembuskan udara yang

banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari

tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan penghembusan disebut ekspirasi.

Fungsi pernafasan adalah mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh

darah keseluruh tubuh untuk proses metabolisme, dan mengeluarkan

karbondioksida sebagai sisa dari metabolisme. Dalam proses pertukaran gas

antara oksigen dan karbondioksida terjadi bila ada perbedaan tekanan. Proses

ini disebut dengan difusi. Oksigen berdifusi dari alveoli kedalam darah kapiler

paru karena tekanan oksigen (PO2) dalam alveoli lebih besar dari pada Po2

dalam darah paru. Kemudian dalam jaringan, PO2 yang sangat tinggi dalam

darah kapiler menyebabkan oksigen berdifusi kedalam sel.

Sebaliknya, bila oksigen dimetabolisme dalam sel untuk membentuk

karbondioksida, tekanan karbondioksida (PCO2) meningkat, sehingga

karbondioksida berdifusi kedalam kapiler jaringan. Demikian juga,

karbondioksida berdifusi keluar dari darah masuk kedalam alveoli karena

PCO2 dalam darah kapiler paru lebih besar dari pada dalam alveoli. Pada

dasarnya, transpor dan karbondioksida oleh darah tergantung pada difusi

keduanya dan aliran darah.

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira

vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan

Page 4: BAB II Tinjauan Teori

11

dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan

kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar,

dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis

dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut

bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang

kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi

beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus

lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan

terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya

menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak

mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis

tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang

rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.

Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut

saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar

udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan

respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada

dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus

alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut

lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20

Page 5: BAB II Tinjauan Teori

12

kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus

dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

D. Patofisiologi

Awalnya klien terinfeksi oleh tuberculosis yang disebut dengan infeksi

perimer. Infeksi primer biasanya terdapat pada apeks paru atau dekat lobus

bawah. Infeksi primer berukuran mikroskopis sehingga tidak tampak pada foto

rontgen. Tempat infeksi primer dapat mengalami proses degenerasi nekrotik

tetapi bisa saja tidak,yang menyebabkan pembentukan rongga yang terisi oleh

massa basil tuberkell seperti keju,sel-sel darah putih yang mati dan jaringan

paru nekrotik. Pada waktunya,material ini mencair dan dapat mengalir ke

dalam percabangan trakheobronkhial dan dibatukkan. Rongga yang terisi udara

tetap ada dan mungkin terdeteksi ketika dilakukan rontgen dada.

Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan dengan

membentuk jaringan parut dan pada akhirnya terbentuk lesi pengapuran yang

disebut sebagai Tuberkel Ghon. Lesi ini dapat mengandung basil hidup yang

dapat aktif kembali,meski telah bertahun-tahun dan menyebabkan infeksi

sekunder.

Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil

tuberkel dan proteinnya. Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk

sensitifitas sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes tuberkulin.

Perkembangan sensitivitas tuberkulin ini terjadi pada semua sel-sel tubuh 2

sampai 6 minggu setelah infeksi primer. Dan akan dipertahankan selama basil

Page 6: BAB II Tinjauan Teori

13

hidup berada dalam tubuh. Imunitas didapat ini biasanya menghambat

pertumbuhan basil lebih lanjut dan terjadinya infeksi aktif.

Faktor yang mempunyai peran dalam perkembangan TB menjadi penyakit

aktif termasuk usia lanjut,imunosupresif,infeksi HIV, malnutrisi, alkoholisme

dan penyalahgunaan obat,adanya keadaan penyakit lain dan predisposisi

genetik.

Selain infeksi primer yang progesif, infeksi ulang juga mengarah pada bentuk

klinis TB aktif. Tempat primer infeksi yang mengandung basil TB dapat tetap

laten selama tahun-tahun dan kemudian teraktifkan kembali jika daya tahan

klien menurun. Penting artinya untuk mengkaji kembali secar periodek klien

yang telah mengalami infeksi TB untuk mengetahui adanya penyakit aktif.

Page 7: BAB II Tinjauan Teori

14

E. Pathway (terlampir)

Page 8: BAB II Tinjauan Teori

15

F. Tanda Dan Gejala

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan

gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang

timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala

respiratorik dan gejala sistemik:

1. Gejala respiratorik, meliputi:

a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling

sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak

bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak

berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar

dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya

pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar

kecilnya pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau

karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,

anemia dan lain-lain.

Page 9: BAB II Tinjauan Teori

16

d. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala

ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi:

a. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan

malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin

panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

b. Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa

minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak

napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

G. Pemeriksaan Penunjang

Deteksi dan diagnosa TB dicapai dengan tes objektif dan pengkajian

subjektif. Infeksi TB primer sering tidak dikenali karena biasanya infeksi ini

asimptomatis. Lesi pengapuran dan tes kulit positif sering menjadi satu-satunya

indikasi infeksi TB telah terjadi. Pemerikasaan penunjang yang dapat

dilakukan antara lain:

1. Kultur sputum

Positif untuk M. tuberculosis pada tahap aktif penyakit.

2. Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam). Positif untuk basil tahan asam

Page 10: BAB II Tinjauan Teori

17

3. Tes kulit Mantoux. Reaksi yang signifikan pada individu yang sehat

biasanya menunjukkan infeksi yang disebabkan oleh microbacterium yang

berbeda.

4. Rontgen dada. Menunjukkan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas

paru,deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh atau cairan dari

suatu efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup

kavitasi,area fibrosa.

5. Biopsi jarum jaringan paru. Positif untuk granuloma TB. Adanya sel-sel

raksasa menunjukkan nekrosis.

6. AGD (analisa gas darah). Dikatakan abnormal bergantung pada letak,

keparahan,dan kerusakan paru residual.

7. Pemeriksaan fungsi pulmonal. Penurunan kapasitas vital,peningkatan ruang

rugi,peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total dan

penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi/fibrosa parenkim.

H. Komplikasi

1. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran pernapasan) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

napas.

2. Kolaps lobus retaksi bronkial

3. Bronkhiektasis dan fibrosis paruu: terjadi pelebaran bronkus dan terjadi

pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif

4. Pneumotorak spontan : kerusakan jaringan paru dan adanya udara di dalam

rongga pleura

Page 11: BAB II Tinjauan Teori

18

5. Penyebaran infeksi

I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak dirawat di

rumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang sedang dirawat,klien

mungkin akan tetap dirawat sampai kadar obat terapeutik telah ditetapkan.

Beberapa pasien yang di rumah sakit karena alasan :

a. Mereka sakit akut

b. Situasi kehidupan mereka dianggap beresiko tinggi

c. Mereka diduga tidak patuh terhadap pengobatan

d. Terdapat riwayat TB sebelumnya

e. Terdapat penyakit lain yang bersamaan dan bersifat akut

f. Tidak terjadi perbaikan setelah terapi

g. Mereka resisten terhadap pengobatan yang biasa.

Pengobatan dan perawatan singkat di rumah sakit diperlukan untuk memantau

keefektifan terapi dan efek samping obat-obat yang diberikan. Klien dengan

diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan 3 jenis medikasi untuk memastikan

bahwa organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosis dari beberapa obat

cukup besar karena basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama

untuk menyingkirkan atau mengurangi secara subtansial jumlah basil dorman

atau semidorman. Medikasi yang digunakan untuk TB dibagi menjadi preparat

primer dan preparat baris kedua. Preparat primer selalu diresepkan pertama kali

sampai laporan hasil kultur dan laboratorium memberikan data yang pasti.

Klien dengan riwayat terapi TB yang tidak selesai mungkin mempunyai

Page 12: BAB II Tinjauan Teori

19

organisme yang menjadi resisten dan preparat sekunder harus digunakan.

Lamanya pengobatan mempunyai pendekatan 2 fase :

a. Fase intensif yang menggunakan dua atau tiga jenis obat,ditujukan untuk

menghancurkan sejumlah besar organisme yang berkembang biak dengan

cepat

b. Fase rumatan,biasanya denagan dua obat diarahkan pada pemusnaan

sebagian besar basil yang masih tersisa.

Program pengobatan dasar yang direkomendasikan bagi klien yang

sebelumnya belum diobati adalah dosis harian isoniazid, rifampin dan

pirazinamid selama 2 bulan. Kultur sputum digunakan untuk mengevaluasi

kesakilan terapi. Jika kepatuhan terhadap pendosisan harian menjadi

masalah,maka diperlukan protokol TB yang memberikan medikasi 2 atau 3

kali seminggu. Program ini diberikan di klinik untuk memastikan klien

menerima obat yang diharuskan. Jika medikasi yang digunakan tidak

aktif,program harus dievaluasi kembali dan kepatuhan klien harus dikaji.

Medikasi yang digunakan untuk mengobati TB mempunyai efek samping

yang serius,bergantung pada obat spesifik yang diresepkan. Toleransi

obat,efek obat dan toksisitas obat bergantung pada faktor-faktor seperti

usia,dosis obat,waktu sejak obat terakhir digunakan,formula kimia dari

obat,fungsi ginjal dan usus serta kepatuhan klien. Klien penderita TB yang

tidak membaik atau yang tidak mampu menoleransi medikassi

membutuhkan pengkajian dan pengobatan pada fasilitas medis yang

mengkhususkan dalam pengobatan TB paru berkomplikasi.

Page 13: BAB II Tinjauan Teori

20

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga

mnecegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT

serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi

menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).

Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.

Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah

Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis

obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +

Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis

OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu

berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu

perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai

Obat Anti TB Esensial

Aksi Potensi

Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)

Per HariPer Minggu3 x 2 x

Isoniazid (H)Rifampisin (R)Pirasinamid (Z)Streptomisin (S)Etambutol (E)

BakterisidalBakterisidal Bakterisidal Bakterisidal Bakteriostati

k

TinggiTinggiRendahRendahRendah

510251515

1010351530

1510501545

Page 14: BAB II Tinjauan Teori

21

Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang

direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam

penanggulangan TB.

2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung

sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis

dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana

tersebut.

3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan

langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan

pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.

4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

J. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas

Identitas Px meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,

status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam

masuk RS, No. Reg, ruangan, serta identitas yang bertanggung jawab.

2. Keluhan Utama

Biasanya Px TB Paru ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan

menurun.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang.

Page 15: BAB II Tinjauan Teori

22

Pada umumnya Px TBC vering mengalami panas lebih dari 2 minggu

sering terjadi bentuk berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat

banyak pada malam hari dan hemaptoe

b. Riwayat kesehatan lalu.

Pasien mempunyai riwayat tertentu seperti, Diare kronik, investasi

cacing, malaria kronik, campak dan infeksi HIV

c. Riwayat kesehtan keluarga.

Keluarganya tidak mempunyai penyakit menular atau mempunyai

penyakit menular

d. Riwayat psikososial.

Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis Px dengan

timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap

penyakitnya, meliputi :

- Perumahan yang padat

- Lingkungan yang kumuh dan kotor

- Keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan

4. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Meliputi: kebiasaan merokok, banyaknya rokok yang dihabiskan,

penggunaan alkohol, tembakau dan kebiasaan olah raga.

b. Pola nutriSI dan Metabolisme

Meliputi : nafsu makan, diit khusus / suplemen, fluktuasi berat badan 6

bulan terakhir, kesukaran menelan.

Page 16: BAB II Tinjauan Teori

23

c. Pola eliminasi

Meliputi : kebiasaan eliminasi urine / defekasi, warna, konsistensi dan

bau sebelum MRS atau MRS.

d. Pola istirahat dan tidur

Meliputi : lama tidur Px sebelum MRS dan MRS, gangguan waktu

tidur, merasa tenang setelah tidur.

e. Pola aktifitas dan latihan

Meliputi : kegiatan Px dirumah dan di RS, serta lamanya aktivitas.

f. Pola persepsi dan konsep diri

Meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas, depersonalisasi.

g. Pola sensori dan kognitif

Meliputi :daya pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan

kognitif Px baik atau tidak.

h. Pola reproduksi sexual

Meliputi : penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola

seksual Px, pemeriksaan payudara setiap bulan sekali / 2 bulan, masalah

seksual yang berhubungan dengan penyakit.

i. Pola hubungan peran

Meliputi : hubungan dengan keluarga, rekan kerja dan teman atau

masyarakat.

j. Pola penanggulangan stres

Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, adaptasi terhadap

stres, pertahanan diri terhadap dan pemecahan masalah.

Page 17: BAB II Tinjauan Teori

24

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Meliputi : agama, keyakinan dan ritualitas.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Keadaan penyakit, kesadaran, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB.

b. Kepala dan leher

Bentuk, kelainan, tanda-tanda trauma, warna rambut dan kebersihan

rambut.

- Mata: Sklera, konjungtiva dan kornea.

- Hidung: Bentuk, bersih atau tidak ada polip atau tidak, daya penciuman

normal atau tidak.

- Mulut: Bentuk, kebersihan, ada perdarahan atau tidak, mukosa bibir.

- Telinga: Bentuk, kebersihan, daya pendengaran.

- Leher: Ada pembesaran kelenjar tynoid atau tidak ada pembengkakan

atau tidak.

c. Thorax

Bentuk Thorax Px TB paru biasanya tidak normal (Barrel chest)

d. Paru

Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya whezing

atau ronkhi, ada suara nafas Bronchial

e. Jantung

Didapatkan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal

Page 18: BAB II Tinjauan Teori

25

f. Abdomen

Biasanya Px TB terdapat pembesaran limpha dan hati

g. Inguinal-Genetalia-Anus

Ada kemerahan atau tidak, ada leat atau tidak

h. Tulang belakang

Ada kelainan atau tidak, ada edema atau tidak.

i. Kulit

Tidak didapatkan kelainan pada tekstur kulit, warna kulit, turgor kulit

menurun atau tidak

j. Ekstrimititas

Akral hangat dan dingin, ada edema dikaki atau tidak, nyeri waktu

berjalan

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan penunjang

1). LED meningkat.

2). Leukosit meningkat.

3). Hb menurun.

b. X-foto

- Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal atau hiler dengan atau

tanpa adanya infiltrat.

- Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.

c. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis

Page 19: BAB II Tinjauan Teori

26

- Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB Paru, namun

pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % Px TB yang dapat di

diagnoisis berdasarkan pemeriksaan ini.

- Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di

lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu

pagi – sewaktu (SPS).

d. Pemeriksaan mantoox test / uji tuberkulin

- Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.

a). Indurasi 10 mm atau lebih : reaksi positif.

b). Indurasi 5 mm – 9 mm : reaksi meragukan.

c). Indurasi 0-5 mm : reaksi negatif.

- Tes Tuberkulin dapat negatif pada Penyakit HIV / AIDS, malnutrisi

berat, TB milier, morbili meskipun orang tersebut menderita

tuberkulosis.

K. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Gangguan rasa nyaman nyeri

2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau

sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan

permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret

yang kental, edema bronchial.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:

Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea,

Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen