bab ii tinjauan teori a. kehamilan -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah adanya pembuahan ( konsepsi ) sampai lahirnya
seorang bayi. Proses pembuahan ( konsepsi ) adalah suatu peristiwa
penyatuan antara sel mani (sperma) dengan sel telur di tuba fallopi
(Mochtar, 1998). Ibu hamil merupakan salah satu kelompok di dalam
masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rawan
kekurangan gizi dibandingkan dengan keadaan biasanya (Hall, 2000).
Sedangkan ibu primipara adalah ibu yang hamil untuk pertama kalinya
(Mochtar, 1998).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kehamilan adalah proses pembuahan ( konsepsi ) yaitu suatu peristiwa
penyatuan antara sel mani ( sperma ) dengan sel telur di tuba fallopi, sam-
pai lahirnya seorang bayi.
2. Tanda – tanda kehamilan
Baik tanda dan gejala kehamilan mungkin ditemukan pada kondisi
lain sehingga belum dapat dianggap sebagai indikator positif dari kehamil-
an. Tanda gejala adanya dugaan hamil seperti haid, persepsi ibu tentang
kehamilan, perubahan payudara, mual dan muntah sering berkemih, kele-
lahan yang berlebihan, peningkatan suhu basal tubuh, perubahan mukosa
9
vagina dan vulva, perubahan serviks, dan adanya perubahan kulit (Walsh,
2007).
Pada wanita yang sehat dan aktif secara seksual dan mempunyai
haid teratur berhentinya haid sangat mungkin adanya dugaan kehamilan,
sehingga wanita sebaiknya harus mengetahui tanggal hari pertama haid
terakhir (HPHT) agar memudahkan dalam menafsir umur kehamilan dan
tanggal perkiraan partus (TPP). Selain itu juga beberapa wanita “mempun-
yai firasat“ bahwa ia hamil pada waktu atau segera setelah konsepsi yang
merupakan persepsi ibu tentang kehamilan. Perubahan payudara pada ibu
hamil biasanya ditandai dengan nyeri tekan atau kesemutan pada payudara
mirip dengan yang dialami pada beberapa wanita sebelum haid yang dise-
babkan oleh perubahan hormon dalam kehamilan (Walsh, 2007).
Pada ibu hamil juga biasanya mengalami mual dan muntah yang
diakibatkan oleh pengaruh hormonal pada sistem gastro intestinal mungkin
menyebabkan mual dan muntah ( morning sickness ) yang muncul kira –
kira pada hari minggu kelima atau keenam dan terus berlanjut sampai
minggu ke – 14 kehamikan, walaun mual dan muntah paling sering terjadi
pada pagi hari, namun dapat terjadi kapan saja dalam waktu sehari.
Penekanan pada kandungan kemih disebabkan oleh awalnya, antefleksi
posisi uterus kearah anterior dan kemudian pada trimester pertama karena
pembesaran uterus menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih se-
hingga ibu hamil sering berkemih (Walsh, 2007).
10
Ibu hamil sering mengalami kelelahan yang berlebihan karena ser-
ing bangun untuk berkemih akan kembali menjadi masalah pada akhir ke-
hamilan, kelelahan yang berlebihan biasanya dirasakan pada umur keham-
ilan 6 minggu sampai akhir trimester pertama. Faktor ini yang diasumsik-
an sebagai tanda kehamilan yaitu adanya peningkatan suhu basal tubuh
yang menetap selama lebih dari tiga minggu. Pada perubahan mukosa va-
gina dan vulva terjadi vasokongesti mukosa vagina menyebabkan suatu
karakteristik merah gelap atau merah kebiruan (tanda chadwick) kadang
vulua juga menjadi berwarna gelap. Perubahan seriviks ditandai dengan
pelunakan serviks terjadi bersamaan dengan pelunakan jaringan vagina,
sering diikuti oleh peningkatan cairan leukorea ( tanda Goodell ) kemudian
pada ibu hamil terjadi perubahan kulit karena peringkatan pigmentasi pada
wajah (topeng kehamilan) disebut melasma atau kloasma ( Walsh, 2007 ).
Menurut Farrer ( 1999 ) gejala dan tanda – tanda utama kehamilan
meliputi tanda kemungkinan dan tanda positif kehamilan. Tanda
kemungkinan hamil mengikuti tes kehamilan positif, uterus dapat diraba
lewat perut, dan adanya kontraksi Braxton – Hicks. Sedangkan tanda
positif hamil ditandai dengan adanya denyut jantung janin terdengar
(auskultasi), gerakan jantung teraba (oleh pemeriksa), bagian – bagian
janin teraba, dan berdasarkan pemeriksaan radiologi yang membuktikan
adanya kehamilan.
11
3. Diagnosis banding kehamilan
Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan
atau penyakit yang dalam pemeriksaan meragukan seperti hamil palsu, mi-
oma uteri, kista ovarii, kandung kemih penuh dan terjadi hematometra
(Mochtar, 1998).
Hamil palsu merupakan suatu gejala yang dapat sama dengan ke-
hamilan, seperti amenorea, perut membesar, mual dan muntah, air susu ke-
luar dan bahkan dapat merasakan gerakan janin. Namun pada pemeriksaan
ditemukan uterus tidak membesar, dan tanda – tanda kehamilan lain dan
reaksi kehamilan negatif. Pada mioma uteri terlihat perut rahim membesar,
namun pada perabaan rahim terasa padat dan kadang kala berbenjol –
benjol. Sedangkan kista ovarii terlihat perut membesar bahkan makin
bertambah besar, namun pada pemeriksaan dalam rahim terasa sebesar
biasanya, selain itu juga kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin.
Kemudian terjadi hematometra yang umumnya ditandai dengan uterus
membesar karena terisi darah yang disebabkan himen inperfirata, stenosis
vagina atau serviks (Mochtar, 1998).
4. Jenis – jenis kehamilan
Menurut umur kehamilan dapat berupa prematur, matur dan post
matur. Prematur yaitu kehamilan 28 – 37 minggu, dan kehamilan matur
yaitu kehamilan selama 38 – 40 minggu, serta post matur dimana waktu
kehamilan lebih dari 42 minggu ( Mochtar, 1998).
12
Menurut Mochtar (1998) kehamilan juga dapat terjadi karena
adanya kelainan letak seperti kehamilan ektopik, kehamilan tuba,
kehamilan ovarial, kehamilan abdominal, kehamilan servikal, dan
kehamilan heteropik. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil
konsepsi berimplantasi diluar dan kapsularis yang merupakan lapisan
dalam dari hasil konsepsi tetapi pada kehamilan tuba hasil konsepsi beraba
didalam tuba. Sedangkan kehamilan ovarial yaitu perdarahan pada
ovarium, tetapi bisa oleh ruptur kista korpus luteum, torsi dan
endometriosis. Kehamilan abdominal, menurut cara terjadinya dibagi
menjadi primer yaitu implantasi terjadi sesudah dibuahi, langsung
peritoneum atau kavum abdominal dan bila embrio yang masih hidup dari
tempat primer, misalnya karena abortus tuba atau ruptur tuba, tumbuh lagi
didalam rongga abdomen. Selain itu juga kehamilan servikal adalah
kehamilan dimana nidasi terjadi pada kanalis servikalis, sehingga dinding
serviks menjadi sangat tipis dan membesar. Kehamilan heteratopik suatu
kehamilan yang berlainan tempat misalnya IUP dan kehamilan ektopik,
tuba kanan dan tuba kiri IUP dan kehamilan abdominal.
B. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain (Mochtar, 1998). Sedangkan Varney (2002), menjelaskan bahwa
persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
13
hasil konsepsi oleh ibu. Proses persalinan dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progesif pada serviks, dan
akhirnya dengan kelahiran plasenta. Menurut Manuaba (1998), persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan
bantuan maupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin dan
plasenta yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau jalan lain. Persalinan dimulai dengan adanya kontraksi
rahim, ditandai perubahan progresif pada servik, dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta.
2. Sebab – Sebab Persalinan
Menurut Mochtar (1998), penyebab terjadinya persalinan belum
diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori–teori yang kompleks
antara lain teori penurunan hormone, teori plasenta, teori distensi rahim,
teori iritasi mekanik, dan induksi partus (induction of labour).
Teori penurunan hormon ditandai dengan satu sampai dua minggu
sebelum partus mulai tejadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his. Sedangkan teori plasenta dikarenakan plasenta menjadi tua
menyebabkan turunannya kadar hormon estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan
14
kontraksi rahim, selain itu juga teori distensi rahim dimana rahim yang
menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sirkulasi utero – plasenter (Mochtar, 1998).
Sementara itu teori iritasi mekanik berada di belakang serviks
terletak ganglion servikale yang bila digeser dan ditekan, misalnya oleh
kepala bayi, akan timbul kontraksi uterus. Kemudian mengalami induksi
partus, partus dapat pula ditimbulkan dengan adanya jalan dari Gagang
laminaria yaitu beberapa laminaria dimasukan dalam kanali servikalis
dengan tujuan merangsang pleksus frankenhause. Amniotomi yaiu
pemecahan ketuban. Oksitasin drips adalah pemberian oksitosin menurut
tetesan per infus (Mochtar, 1998).
3. Tanda – tanda mulainya persalinan
Farrer (1999) mengemukakan beberapa tanda–tanda dini akan di
mulainya persalin antara lain lightening, sering buang air kecil, dan
kontraksi Braxton – Hicks. Terjadi Lightening dimaksudkan saat kepala
janin masuk ke dalam rongga panggul karena berkurangnya tempat
didalam uterus dan sedikit melebarnya simpisis, pada primigravida akan
terlihat pada kehamilan 36 minggu sementara pada multipara tampak
setelah persalinan dimulai mengingat otot--otot abdomennya lebih kendor.
Biasanya ibu – ibu juga sering buang air kecil disebabkan oleh tekanan
kepala janin pada kandung kemih. Kontraksi Braxton – Hicks yang
ditandai dengan uterus yang teregang dan mudah dirangsang akan
menimbulkan distensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen
15
menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka tcrhadap rangsangan
(Mochtar, 1998).
Menurut Mochtar (1998) tanda – tanda inpartu antara lain adalah
adanya rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur disertai keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan - robekan kecil pada serviks juga Kadang-kadang ketuban
pecan dengan sendirinya,biasa disebut ketuban pecah dini. Pada saat
pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
4. Proses persalinan
Mochtar (1998) menjelaskan tentang proses persalinan yang terdiri
dari 4 kala yaitu pada Kala I waktu untuk pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Dibagi atas 2 fase yaitu fase laten
dimana pembukaan serviks 1 –3 cm. Dan fase aktif dimana pembukaan
servik 4 –10 cm. Pada primigravida berlangsung 13-14 jam dan pada
multigravida berlangsung 6-7 jam. Kemudian pada Kala II merupakan kala
pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan, mendorong janin keluar hingga lahir. Pada primigravida
berlangsung 1,5 –2 jam dan pada multigravida berlangsung 0,5 – 1 jam.
Sedangkan pada kala III terjadi pelepasan dan pengeluaran uri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Kala IV
digunakan sebagai pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum.
16
C. Nyeri Persalinan
1. Pengertian nyeri persalinan
Nyeri merupakan suatu kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda
pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya pada orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialami (Uliyah, 2006). Nyeri persalinan adalah nyeri ritmik dengan
peningkatan frekuensi dan keparahan (Dorland, 2002). Sedangkan menurut
Mender (2004) nyeri persalinan adalah nyeri yang menyertai kontraksi
uterus. Nyeri persalinan berasal dari gerakan (kontraksi) rahim yang
berusaha mengeluarkan bayi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
nyeri persalinan adalah nyeri yang berasal dari gerakan (kontraksi) rahim
yang bersifat subyekyif, ritmik dengan peningkatan frekuensi dan
keparahan yang digunakan untuk mengeluarkan bayi.
2. Penyebab Nyeri Persalinan
Menurut Aryasatiani (2007), penyebab nyeri persalinan adalah
Gerakan kontraksi rahim menyebabkan otot-otot dinding rahim mengkerut,
menjepit pempuluh darah sehingga timbul nyeri. Vagina (jalan lahir ) dan
jaringan lunak di sekitarnya meregang sehingga terasa nyeri. Keadaan
mental ibu (ketakutan, cemas, khawatir atau tegang) serta hormon
prostaglandin yang meningkat sebagai respons terhadap stres (Aryasatiani,
2007 ).
17
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu faktor
fisik dan faktor psikologi. Faktor Fisik merupakan intensitas nyeri yang
dirasakan bergantung pada beberapa faktor seperti Intensitas dan lamanya
kontraksi rahim, besarnya pembukaan mulut rahim, regangan jalan lahir
bagian bawah, umur, paritas, besarnya janin, dan keadaan umum pasien.
Pasien bersalin pertama kali pada usia tua umumnya mengalami persalinan
yang lebih lama dan nyeri dibandingkan dengan pasien muda. Intensitas
kontraksi rahim pada persalinan yang pertama cenderung lebih tinggi pada
awal persalinan. Juga pada kemacetan persalinan akibat janin yang besar
atau jalan lahir yang sempit, pasien mengalami rasa nyeri yang lebih hebat
dari pada persalinan normal ( Hutajulu, 2003 ).
Kelelahan dan kurang tidur berpengaruh juga terhadap toleransi
pasien dalam menghadapi rasa nyeri. Faktor psikologi merupakan reaksi
pasien terhadap rasa nyeri pada persalinan berbeda - beda. Hal ini antara
lain tergantung dari sikap dan keadaan mental pasien, kebiasan dan
budaya. Mengalihkan perhatian seperti mendengar musik, bercakap -
cakap sering digunakan untuk mengurangi reaksi terhadap rasa nyeri.
Keletihan, kekhawatiran, dan ketakutan akan rasa nyeri dapat
meningkatkan rasa nyeri yang dialami seorang ibu selama persalinan
sehingga menjadi tak tertahankan. Peristiwa berat ringannya rasa nyeri
yang dialami seorang ibu dibanding ibu yang lain atau oleh seorang ibu
dari satu persalinan di banding persalinan berikutnya berbeda - beda
(Hutajulu, 2003).
18
4. Jenis Nyeri Persalinan.
Persalinan berhubungan dengan dua jenis nyeri yang berbeda.
Pertama nyeri berasal dari otot rahim pada saat otot itu berkontraksi, nyeri
yang timbul disebut nyeri visceral. Nyeri ini tidak dapat ditentukan dengan
tepat lokasinya (pin-pointed ). Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada
orang lain yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered
pain). Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada orang pada
punggung bagian bawah dan sacrum (Suheimi, 2008).
Nyeri yang kedua timbul pada saat mendekati kelahiran. Tidak
seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan
perineum, sekitar anus. Nyeri jenis ini disebut nyeri somatik dan
disebabkan peregangan sruktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan
bagian terbawah janin (Suheimi, 2008).
5. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan myelin
yang terbesar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ visceral
persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat
memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histami, bradikinin,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas, apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi (Long, 1989 dalam
Uliyah & Hidayat, 2006).
19
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau, mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima, oleh receptor tersebut ditransmisikan
berupa implus-implus nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis.
Serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban
(serabut C ). Implus-implus yang ditrasmisikan oleh serabut delta A
mempunyai sifat inhibitor yang ditrasmisikan ke serabut C. Serabut -
serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn sendiri terdiri atas beberapa lapisan
atau laminae yang saling bertautan (Long, 1989 dalam Uliyah & Hidayat,
2006).
Di antara lapisan dua dan tiga membentuk substantia gelatinosa yang
merupakan saluran utama implus. Kemudian, implus nyeri menyeberangi
sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal
asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamus tract (STT) dan
spinoreticular tract yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi
nyeri (Long, 1989 dalam Uliyah & Hidayat, 2006).
Dari proses trasmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadi nyeri,
yaitu jalur opiate dan jalur non opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan
receptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus
yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal sumsum tulang
belakang yang berkonduksi dengan nosciceptor implus supresif. Serotonin
merupakan neurotransmitter dalam implus supresif. Sistem supresif lebih
mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditrasmisikan oleh serabut A.
20
Jalur non opiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan
respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismennya
(Long, 1989 dalam Uliyah & Hidayat, 2006).
6. Lama Nyeri Persalinan
Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan
makin hebat dalam kala pengeluaran. Pada wanita yang bare pertama
sekali bersalin, kala pembukaan berlangsung kira - kira 13 jam dan kala
pengeluaran kira - kira 1 1/2 jam. Pada wanita yang pernah melahirkan
kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7 jam dan kala
pengeluaran sekitar 1/2 jam (Hutajulu, 2003).
7. Penyebaran Nyeri Persalinan
Rangsangan nyeri persalinan pada kala I ditrasmisikan dari serat
aferen melalui flesus hipogastrik superior, inferior dan tengah, rantai
simpatik torakal bawah, dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada
T10 sampai L 1. Nyeri dapat disebar dari area pelvis ke umbilicus, paha
atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II,
rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sacral
ke ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4. Selama persalinan kala
II, kctika tidak ada lagi tahanan dari serviks, nyeri masih dialami karena
distensi lanjut segmen uterus bawah. Ketika janin turun ke pelvis, nyeri
yang disebabkan oleh distensi sepertiga anterior vagina dan perineum
menggantikan nyeri viseral profunda. Tekanan dan trauma pada fascia,
jaringan subkutan, dan otot skelet merangsang nosiseptif dan menggeser
21
lokus nyeri secara eksternal. Tekanan pada akar pleksus lumbo sakral
menimbulkan nyeri pada paha, kaki, vagina, perineum,dan rectum (Walsh,
2007).
8. Penilaian dan Pengukuran Nyeri
Kualitas nyeri dapat dinilai secara sederhana dengan meminta pasien
menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri (misalnya tumpul,
berdenyut,seperti terbakar). Evaluasi ini juga dapat didekati dengan
menggunakan penilaian yang lebih formal, seperti kuesioner nyeri McGill,
yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai nyeri.
Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan psikologik nyeri yang di
bagi menjadi empat bagian. Bagian pertama klien menandai lokasi nyeri di
sebuah eambar tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih 20 kata
yang menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evakulitif, dan kualitas lain
dari nyeri. Pada bagian ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama,
atau menetap untuk menjelaskan pola nyeri. Pada bagian keempat klien
menentukan tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5 (Price, 2005).
Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau
keparahan nyeri klien adalah bentuk Skala Analog Visual (SAV), yang
terdiri dari sebuah garis horisontal yang dibagi secara rata menjadi 10
segmen dengan nomor 0 sampai 10. Klien diberi tahu bahwa 0 menyatakan
"tidak ada nyeri sama sekali" dan 10 menyatakan "nyeri paling parah yang
mereka dapat bayangkan". Klien kemudian diminta untuk menandai angka
yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang
mereka rasakan pada suatu waktu (Price, 2005).
22
Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk
mengkaji nyeri. Skala tersebut terdiri dari enam wajah yang
menggambarkan dari wajah yang sedang tersenyum "tidak merasa nyeri"
kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah yang sangat ketakutan
"nyeri yang sangat", klasifikasinya adalah skala 0 (tidak sakit) ekspresi
wajahnya klien masih dapat tersenyum, skala 1 (sedikit sakit) ekspresi
wajahnya kurang bahagia, skala 2 (lebih sakit) ekspresi wajahnya
meringis, skala 3 (Lebih sakit lagi) ekspresi ,wajahnya sedih , skala 4 (jauh
lebih sakit) ekspresi wajahnya sangat ketakutan, skala 5 (Benar-benar
sakit) ekspresi wajahnya sangat ketakutan dan sampai menangis (Potter,
2005). Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan
nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal ( verbal deseriptor
scala/ VDS ) dirangking dari tidak nyeri sampai nyeri tidak tertahankan.
Alat VDS ini kemungkinan klien memilih sebuah kategorik untuk
mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numerik ( numerik rating scala/ NRS )
lebih sering digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Klien menilai
menggunakan skala 0-10 dan skala ini paling efektif untuk mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik dengan nilai 0=
tidak nyeri, 1-3= tipe nyeri ringan, 4-6= tipe nyeri sedang, 7-9= tipe nyeri
berat dan 10= tipe nyeri sangat berat dan lebih terperinci yaitu 0= tidak ada
nyeri, 1= nyeri seperti gatal, 2= nyeri seperti melilit atau terpukul, 3= nyeri
sperti mules atau perih, 4= nyeri seperti kaku atau kram, 5= nyeri seperti
tertekan, 6= nyeri seperti terbakar atau tertusuk-tusuk, 7-9= sangat nyeri
23
tapi masih dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan, dan
10= sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien ( Potter, 2005).
9. Akibat Tidak Mengatasi Nyeri
Menurut Mander (2004), nyeri persalinan yang berat dan lama dapat
mempengaruhi ventilasi, sirkulasi, metabolisme dan aktivitas uterus. Nyeri
saat persalinan bisa menyebabkan tekanan darah meningkat, dan
konsentrasi ibu selama persalinan menjadi terganggu, tidak jarang
kehamilan membawa "stres" atau rasa khawatir atau cemas yang
membawa dampak dan pangaruh terhadap fisik dan psikis baik pada ibu
maupun janin yang dikandungnya misalnya mengakibatkan kecacatan
jasmani dan kemunduran kepandaian serta mental emosional. Nyeri dan
rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Rasa cemas
yang berlebihan juga menambah nyeri.
Nyeri dan cemas menyebabkan otot menjadi spastik dan kaku.
Menyebabkan jalan lahir menjadi kaku, sempit dan kurang relaksasi.
Disamping itu dapat pula terjadi keletihan yang mengakibatkan penurunan
kontraksi uterus. Hal ini dapat mengakibatkan lamanya persalinan.
Persalinan yang lama akan membahayakan ibu dan bayi yang di
kandungnya (Suheimi, 2008).
10. Penanganan Nyeri
Menurut Mander (2004) penanganan nyeri persalinan dapat
dilakukan secara farmakologi antara lain dengan penggunaan analgesia
inhalasi yaitu dengan mengisap asap dari zatalami, seperti bunga opium,
24
kloroform, metoksifluran (0,35%), triklkoretilen (0,25% - 1% ) dan
kombinasi dinitrogen oksida dan oksigen yang telah dicampur diberikan
dengan alat entonox. Analgesia opiolid menggunakan obat narkotik yang
digunakan untuk terapi secara legal, dengan menerapkan peraturan obat
terkontrol. Anestia regional dengan pemberian anestesi lokal, opioid atau
kombinasi keduanya.
Saat persalinan dapat juga dikurangi dengan cara non farmakologi.
Menurut Potter (2005) tindakan peredaan nyeri secara non-farmakologi
antara lain dapat dilakukan dengan cara distraksi, biofeedback atau umpan
balik hayati, hipnosis–diri, mengurangi persepsi nyeri, dan stimulasi
kutaneus. Peredaan nyeri menggunakan distraksi dengan mengalihkan
perhatian klien ke hal yang lain dan dengan demikian menurunkan
kewaspadaan terhadap nyeri. Distraksi bekerja memberi pengaruh paling
baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri intensif
hanya berlangsung beberapa menit. Pada Biofeedback atau umpan balik
hayati yaitu terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respons fisiologis (misalnya tekanan darah atau
tegangan) dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon
tersebut. Terapi non farmakologi jenis distraksi ini digunakan untuk
menghasilkan relaksasi dalam dan sangat efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan nyeri kepala migran untuk mempelajari terapi ini
dibutuhkan waktu beberapa minggu (NIH, 1986).
25
Sedangkan hipnosis - diri dengan membantu mengubah persepsi
nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Hipnosis - diri menggunakan
sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu
memasuki keadaan rileks dengan menggunakan bagian ide pikiran dan
kemudian kondisi-kondisi yang menghasilkan respons tertentu bagi
mereka (Edelman dan Mandel, 1994). Hypnosis–diri sama seperti dengan
melamun. Konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan stres
karena individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran. Selain itu juga
mengurangi persepsi nyeri merupakan salah satu cara sederhana untuk
meningkatkan rasa nyaman ialah membuang atau mencegah stimulasi
nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien yang imobilisasi atau tidak
mampu merasakan sensasi ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat dicegah
dengan mengatisipasi kejadian yang menyakitkan, misalnya seorang klien
yang dibiarkan mengalami konstipasi akan menderita distensi dan kram
abdomen. Upaya ini hanya klien alami dan sedikit waktu ektra dalam
upaya menghindari situasi yang menyebabkan nyeri (Edelman dan
Mandel, 1994).
Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan
untuk menghilangkan nyeri masase, mandi air hangat, kompres panas atau
dingin dan stimulasi saraf elektrik traskutan (TENS) merupakan langkah-
langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja
khusus stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah satu pemikiran adalah
bahwa cara ini menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga memblog
26
transmisi stimulasi nyeri. Teori gate - control mengatakan bahwa stimulasi
kutaneus mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A - beta yang lebih
besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui
serabut dan delta - A berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup transmisi
implus nyeri. Bahwa keuntungan stimulasi kutaneus adalah tindakan ini
dapat ini dapat dilakukan di rumah, sehingga memungkinkan klien dan
keluarga melakukan upaya kontrol gejala nyeri dan penanganannya.
Penggunaan yang benar dapat mengurangi persepsi nyeri dan membantu
mengurangi kctegangan otot. Stimulasi kutaneus jangan digunakan secara
langsung pada daerah kulit yang sensitif (misalnya luka bakar, luka
memar, ream kulit, inflamasi dan kulit dibawah tulang yang fraktur)
(Edelman dan Mandel, 1994).
D. Kompres Panas
1. Pengertian.
Kompres panas adalah tindakan dengan memberikan kompres
hangat yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi
atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme
otot dan memberikan rasa hangat (Uliyah & Hidayat, 2006). Sedangkan
menurut Asmadi (2008) kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh
dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat
atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
27
2. Dasar teori
Panas yang diberikan pada punggung bawah wanita diarea tempat
kepala janin menekan tulang belakang akan mengurangi nyeri, panas akan
meningkatkan sirkulasi ke area tersebut sehinga memperbaiki anoksia
jaringan yang disebabkan oleh tekanan (Varney, 2007). Panas dapat
disalurkan melalui konduksi (botol, air panas, bantalan pemanas listrik,
lampu kompres panas kering dan lembab) atau konversi (Ultrasonografi,
diatermi). Nyeri akibat spasme otot berespons baik terhadap panas, karena
panas melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal.
Panas meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi,
seperti bradikinin, histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
nyeri lokal. Panas juga merangsang serat saraf yang menutup gerbang
nyeri sehingga tranmisi implus nyeri ke medula spinalis dan otak dapat di
hambat (Price, 2005). Sedangkan menurut Johnson (2005) kompres panas
pada jaringan merangsang sirkulasi dan meningkatkan lokalisasi bahan
purulen.
3. Tehnik Kompres Panas
Menurut Asmadi (2008), prosedur keperawatan kompres panas
menggunakan buli - buli panas. Hal - hal yang perlu disiapkan adalah
persiapan alat yang digunakan antara lain Buli–buli panas dan sarungnya,
termos berisi air panas, termometer air panas (bila perlu), dan lap kerja.
Kemudian posedur tindakan untuk kompres panas kering menggunakan
buli-buli adalah menyiapkan peralatan, mencuci tangan, kemudian
melakukan pemanasan pendahuluan pada buli – buli panas dengan cara
28
mengisi buli - buli panas dengan air panas, mengenkencangkan
penutupnya, kemudian membalik posisi buli - buli berulang - ulang, lalu
mengosongkan isinya. Lalu menyiapkan dan mengukur suhu air yang
diinginkan (50 – 60°C). Mengisi buli - buli dengan air panas sebanyak ±
1/2 bagian dari ukuran buli - buli tersebut. Lalu mengeluarkan udaranya
dengan cara meletakkan atau menidurkan buli - buli di atas meja atau
tempat datar, dan bagian atas buli - buli dilipat sampai kelihatan
permukaan air di leher buli –buli, kemudian penutup buli - buli ditutup
dengan rapat dan benar.
Setelah itu memeriksa apakah buli –buli bocor atau tidak, lalu
mengeringkan dengan lap kerja dan memasukkan ke dalam sarung buli -
buli. Membawa buli –buli tersebut ke dekat klien dan meletakkan /
memasang buli - buli pada area yang memerlukan. Mengkaji secara teratur
kondisi klien untuk mengetahui kelainan yang timbul akibat pemberian
kompres dengan buli - buli panas, seperti kemerahan, ketidaknyamanan,
dan kebocoran. Mengganti buli - buli panas setelah 20 menit dipasang
dengan air panas lagi, sesuai yang dikehendaki. Setelah itu membereskan
alat - alat bila sudah selesai dan mencuci tangan dan mendokumentasikan
apa yang telah dilakukan (Asmadi, 2008).
Menurut Potter (2005) manfaat pemberian kompres panas antara
lain Meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami cidera,
serta meningatkan pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa,
mengurangi kongesti vena di dalam jaringan yang mengalami atau
29
kekakuan, meningkatkan relaksi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme
atau kekakuan, meningkatkan aliran darah dan memberi rasa hangat local,
meningkatkan pergerakan zat sisa dan nutrisi, panas kering mempunyai
resiko menyebabkan luka bakar yang lebih rendah dari pada pemberian
terapi lembab dan tidak menyebabkan laserasi kulit, panas kering dapat
menahan suhu lebih lama karena tidak dipengaruhi oleh evaporasi.
4. Efek Samping Kompres Panas
Stimulasi panas dan dingin menimbulkan respons fisiologis yang
berbeda. pemilihan terapi panas atau dingin bergantung pada respons lokal
yang diinginkan. Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan
meningkatkan aliran darah kebagian yang cidera. Apabila pemanas
digunakan selama 1 jam atau lebih maka aliran darah akan menurunkan
akibat reflek vasa konsentrasi karena tubuh berusaha mengontro
kehilangan panas dari area tersebut. Pengangkatan dan pemberian kembali
panas lokal secara periodik akan mengembalikan efek vasodilatasi. Panas
yang mengenai jaringan secara terus menerus akan merusak sel - sel
kapitel, menyebabkan kemerahan, rasa perih, bahkan kulit menjadi
melepuh. (Potter, 2005). Terapi panas harus digunakan dengan hati-hati
dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cidera kulit (Smehzer &
Bare, 2001).
30
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka teori penelitian
( Sumber : Smehzer & Bare, 2001)
31
Nyeri berkurang /
hilang
Kehamilan
Persalinan
Kala Ipada Pembukaan
4 – 5 cm
Nyeri
Managemen nyeri :
FarmakologiAnalgesi inhalasiAnalgesi opioidAnestesi regional
Non farmakologiTeknik distraksiBiofeedbackHypnosis – diriMengurangi persepsi nyeriKompres panas kering
Faktor predisposisiFisikPsikologi
Faktor pendukungKeletihanKekhawatiranketakutan
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep
– konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian - penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo, 2001). Kerangka konsep penelitian ini
menggunakan teori proses, tingkat nyeri ibu bersalin primipara kala I fase
aktif merupakan input, pemberian kompres panas kering (buli - buli panas)
merupakan proses, dan tingkat nyeri ibu bersalin primipara setelah diberikan
kompres panas (buli - buli panas) pada persalinan normal kala I fase aktif
merupakan output (keluaran).
Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
G. Variabel penelitian
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah penurunan tingkat nyeri pada kala I, dan kompres panas kering
merupakan variabel independen.
32
Tingkat nyeri sebelum diberikan
kompres panas kering (buli-buli
panas)
Pemberian kompres panas
kering (buli-buli panas)
Tingkat nyeri panas sesudah diberikan
kompres panas kering (buli-buli
panas)
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2001).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho = tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada persalinan normal kala I fase
aktif sebelum dan setelah diberikan kompres panas kering (buli – buli
panas).
Ha = ada perbedaan tingkat nyeri pada persalinan normal kala I fase aktif
sebelum dan setelah diberikan kompres panas kering (buli – buli
panas).
33