bab iii hasil dan pembahasan implementasi kps melalui...

13
18 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Implementasi KPS melalui Model Pembelajaran 3.1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi KPS melalui pelaksanaan model pembelajaran di kelas VIII SMP Swasta Y kota Salatiga menunjukkan bahwa setiap aspek keterampilan proses sains sudah muncul pada masing-masing pertemuan. Aspek KPS yang muncul bervariasi, hal ini disebabkan karena aspek KPS dipengaruhi oleh sintaks model pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran guru telah melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melatih KPS seperti kegiatan praktikum, kegiatan mantel ahli, dan kegiatan role playing. Tabel 3.1 Aspek KPS yang Muncul pada Proses Pembelajaran No Aspek KPS Pertemuan 1 2 3 4 5 1 Keterampilan Mengamati - 2 Keterampilan Mengelompokan/ klasifikasi - 3 Keterampilan Menafsirkan (Interpretasi) - - - - 4 Keterampilan Memprediksi - - - - 5 Keterampilan Komunikasi - - 6 Keterampilan Mengajukan Pertanyaan - 7 Keterampilan Merumuskan Hipotesis - - - - 8 Keterampilan Merencanakan Percobaan - - - - 9 Keterampilan Menerapkan Konsep - - Model Pembelajaran Pra- ktik um Mantel Ahli Man tel Ahli Diskusi Role playing Role playing dan ceramah

Upload: trantuyen

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

18

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Implementasi KPS melalui Model Pembelajaran 3.1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi KPS melalui pelaksanaan model

pembelajaran di kelas VIII SMP Swasta Y kota Salatiga menunjukkan

bahwa setiap aspek keterampilan proses sains sudah muncul pada

masing-masing pertemuan. Aspek KPS yang muncul bervariasi, hal ini

disebabkan karena aspek KPS dipengaruhi oleh sintaks model

pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran guru telah melakukan

kegiatan pembelajaran yang dapat melatih KPS seperti kegiatan

praktikum, kegiatan mantel ahli, dan kegiatan role playing.

Tabel 3.1 Aspek KPS yang Muncul pada Proses Pembelajaran

No Aspek KPS Pertemuan

1 2 3 4 5

1 Keterampilan Mengamati

-

2 Keterampilan Mengelompokan/klasifikasi

-

3 Keterampilan Menafsirkan (Interpretasi)

- - - -

4 Keterampilan Memprediksi

- - - -

5 Keterampilan Komunikasi

- -

6 Keterampilan Mengajukan Pertanyaan

-

7 Keterampilan Merumuskan Hipotesis

- - - -

8 Keterampilan Merencanakan Percobaan

- - - -

9 Keterampilan Menerapkan Konsep

- -

Model

Pembelajaran

Pra-ktikum

Mantel Ahli

Mantel

Ahli

Diskusi Role

playing

Role playing

dan ceramah

Page 2: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

19

Aspek keterampilan mengamati pada proses pembelajaran

materi pokok sistem pencernaan. Siswa diminta untuk mengamati

perubahan warna yang terjadi pada makanan ketika ditetesi reagen

iodine/lugol dan biuret, serta membedakan makanan yang

mengandung karbohidrat dan protein. Pada aspek keterampilan

klasifikasi muncul ketika siswa diminta guru untuk mencatat hasil

pengamatan yang sudah dilakukan, pada materi organ-organ sistem

pencernaan guru menjelaskan organ-organ manusia, kemudian siswa

dibimbing oleh guru untuk mengelompokkan organ-organ sistem

pencernaan manusia dengan menggunakan strategi mantel ahli. Siswa

diminta guru untuk merangkai alat-alat yang sudah disediakan guru

menjadi serangkaian organ sistem pencernaan, serta siswa dibimbing

untuk bermain menggunakan metode role playing tentang organ-organ

sistem pencernaan. Pada aspek komunikasi siswa diminta guru untuk

mempersentasikan hasil praktikum nutrisi pada makanan didepan,

mempersentasikan hasil rangkaian organ-organ sistem pencernaan,

dan melakukan kegiatan bermain peran atau role playing tentang

organ-organ manusia. Keterampilan mengajukan pertanyaan

ditunjukkan melalui kegiatan aktivitas guru bertanya tentang materi

yang disampiakan, salah satu contoh pertanyaan yang ditanyakan

kepada siswa antara lain 1).“Kenapa siswa memilihi makanan hanya

karena rasanya bukan karena nutrisi”. 2). bagaimana proses makanan

dicerna didalam tubuh”. Pada aspek keterampilan merumuskan

hipotesis, siswa dibimbing guru untuk membuat hipotesis sebelum

melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di LKS yang sudah

tersedia. Aspek keterampilan merencanakan percobaan, siswa

dibimbing oleh guru untuk mengambil alat dan bahan yang akan

digunakan dalam praktikum nutrisi pada makanan. Pada aspek

keterampilan menerapkan konsep, siswa dibimbing guru untuk

menjelaskan hal yang baru didapat dan diketahui dari proses kegiatan

praktikum, siswa menjelaskan organ-organ sistem pencernaan pada

manusia dengan bimbingan guru melalui kegiatan menggunakan

mantel ahli dan bermain peran atau role playing.

3.1.2 Wawancara Terhadap Guru Berdasarkan wawancara dengan guru IPA Biologi di SMP Swasta

Y kota Salatiga guru telah menggunakan metode dan model

pembelajaran yang tidak bersifat teacher centered. Pada materi pokok

Page 3: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

20

sistem pencernaan, guru menerapkan model pembelajaran discovery

learning. Metode yang digunakan guru adalah diskusi, ceramah, tanya

jawab, dan praktikum. Respon siswa dalam penggunaan model dan

metode pembelajaran yang digunakan dapat terlaksana karena siswa

kelas VIII sangat aktif ketika praktikum. Saat berlangsungnya kegiatan

praktikum siswa antusias dalam melakukan uji makanan yang

mengandung karbohidrat dan protein, juga dapat membedakan warna

makanan yang diuji. Pada pertemuan ke 5 guru mengadakan role

playing tentang organ sistem pencernaan dimana siswa sangat

menyiapkan peralatan yang akan digunakan pada saat role paying.

Siswa didorong untuk menghafalkan materi pada saat kegiatan role

playing. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat melatih

keterampilan proses sains siwa sehinggah pembelajaran biologi

berjalan efektif. Keterampilan yang muncul pada saat praktikum

meliputi keterampilan mengamati, klasifikasi/mengelompokkan,

membuat hipotesis, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan dan

merencanakan percobaan. Keterampilan siswa dalam kegiatan

praktikum sudah memperlihatkan peningkatan pada setiap

pertemuannya. namun guru harus tetap mendamping siswa melalui

pemberian instruksi mengenai langkah kerja di LKS.

3.2 Profil Keterampilan Proses Sains Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian KPSdi SMP Y (Swasta) kota

Salatiga, KPS siswa yang diukur meliputi aspek keterampilan

mengamati, keterampilan klasifikasi/menggolongkan keterampilan

mengajukan pertanyaan, keterampilan merumuskan hipotesis,

keterampilan merencanakan percobaan, keterampilan menerapkan

konsep. Hasil penelitian diperoleh melalui lembar observasi selama

proses pembelajaran yang dilakukan oleh 2 observer selama 5 kali

pertemuan, wawancara dan angket dilakukan setelah pertemuan

terakhir untuk mengetahui respon siswa.

Page 4: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

21

G

Gambar 2. Kriteria Keterampilan Proses Sains siswa

berdasarkan Lembar Observasi.

Gambar 3. Rata-rata Indikator Keterampilan Proses Sains

berdasarkan Lembar Observasi

Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang

berorientasi pada proses belajar mengajar IPA. Keterampilan proses

sains bertujuan untuk siswa lebih aktif dalam memahami, menguasai

rangkaian yang telah dilakukan. Keterampilan proses melibatkan

keterampilan kognitif atau intelektual (Rustaman, 2006). Penting bagi

Page 5: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

22

guru untuk mengetahui keterampilan proses sains pada siswa agar

guru dapat mengembangkan atau meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi KPS di salah satu SMP di salatiga,

tidak ada siswa yang memperoleh kategori sangat baik, sedangkan 11

siswa (50%) memperoleh kategori baik, 9 siswa (43%) memperoleh

ketegori cukup, 1 siswa (4,8%) memperoleh kategori tidak baik.

Berdasarkan hasil tersebut profil KPS yang diukur sudah cukup baik

pada saat proses pembelajaran. Dalam penelitian Supahar (2010)

pentingnya KPS dalam pembelajaran IPA Biologi agar dapat siswa

terlibat aktif dalam kegiatan percobaan laboratorium maupun di luar

laboratorium dalam wadah pembelajaran outdoor activities.

Sedangkan dalam penelitian Solihati dkk (2017) pentingnya KPS dalam

pembelajaran IPA Biologi agar dapat memaknai pembelajaran IPA

dengan lebih optimal, sehingga pengetahuan yang didapat tidak

bersifat sementara. Manfaat KPS dalam pembelajaran dalam

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dan memberi

bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dengan cara bagaimana

memperlajari sesuatu (Hanafiah, 2015). Dalam prosesnya, guru dapat

mengembangkan KPS melalui kegiatan laboratorium sehingga dapat

memberikan interaksi secara langsung dan nyata pada siswa dengan

menggunakan panca indera. Selain itu,kegiatan eksperimen dalam

laboratorium dapat memberikan pengalaman secara langsung pada

diri siswa dalam bentuk keterampilan mengamati, memprediksi,

mengklasifikasikan, dan mengukur (Nugroho, dkk, 2013).

Hasil observasi KPS yang ditinjau berdasarkan indikator

dilakukan dengan menganalisis aspek keterampilan proses sains siswa

yang muncul pada saat kegiatan pembelajaran dengan materi pokok

sistem pencernaan dan kegiatan praktikum adalah nutrisi pada

makanan. Hasil diperoleh melalui observasi yang dilakukan dua

observer pada saat kegiatan proses pembelajaran sedang berlangsung.

Pada gambar 3. Keterampilan mengkomunikasikan memperoleh

kategori sangat baik. Berdasarkan hasil angketmenunjukkan hal sama

dengan lembar observasi memperoleh nilai kategori baik (pada

lampiran 2). Hasil observasi perindikator KPS menunjukkan bahwa

siswa sudah memiliki KPS dengan kriteria penguasaan terbaik pada

aspek mengkomunikasikan dan merencanakan percobaan.

Page 6: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

23

Kemampuan siswa dalam mengamati pada kegiatan praktikum nutrisi

pada makanan dengan mengkomunikasikan hasil kegiatan praktikum

atau menyusun laporan hasil praktikum. Dalam melaporkan kegiatan

praktikum diperlukan sebuah keterampilan yang dikenal keterampilan

berkomunikasi. Berkomunikasi diartikan sebagai proses menyampaikan

suatu informasi kepada orang lain baik dalam bentuk suara, visual,

atau suara visual (Dimyati & Mudjiono, 2006). Kemampuan siswa

dalam mengkomunikasi gagasan secara lisan lebih tinggi dibandingkan

siswa mengemukakan gagasan dalam bentuk tulisan. Hal ini diperkuat

adanya data wawancara yang menyatakan bahwa mereka dengan

mengkomunikasikan dan berkelompok dapat mempermudah siswa

dalam pembagian tugas mengerjakan kegiatan praktikum dan dengan

berkelompok dapat mempermudah memperoleh data serta penjelasan

guru sudah cukup jelas. Solihati, ddk (2015) menyatakan bahwa

individu yang berbicara paling banyak dalam suatu diskusi kelompok

kecil akan merasa puas dan individu yang berpartisipasi paling sedikit

merasa paling tidak puas. Bahwa secara umum berbicara lebih

menyenangkan dari pada mendengarkan orang lain berbicara.

Keterampilan merencanakan percobaan memperoleh kategori

sangat baik. Hal ini menunjukkan keterampilan merencanakan

percobaan dapat dilakukan siswa dengan sangat baik. Siswa mampu

mengambil alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum

karena siswa mengetahui fungsi dari bahan dan alat yang digunakan

melalui penjelasan guru. Hal ini diperkuat adanya data wawancara

yang menyatakan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan karena

sudah mendapatakan penjelasan dari guru dan sudah terdapat di LKS

langkah kerja praktikum. Sedangkan dalam merencanakan alat dan

bahan siswa tidak mengalami kesulitan karena alat dan bahan sudah

disediakan oleh guru dan sudah ada pembagian tugas dalam

kelompok. Keterampilan merencanakan percobaan dilakukan dengan

membuat perencanaan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan

(Yuliati, 2016). Pada keterampilan merencanakan percobaan ini dapat

menggunakan model pembelajaran yang berbasis masalah untuk

mendorong siswa untuk menemukan sendiri jawaban atas

permasalahan yang diberikan serta menuntut siswa lebi aktif dalam

proses pembelajaran. Menurut Samatowa (2006) menyatakan bahwa

Page 7: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

24

pembelajaran melalui discovery learning (penemuan) dapat

meningkatkan motovasi belajar IPA siswa.

Keterampilan mengamati memperoleh kategori baik.

Berdasarkan hasil angket menunjukkan hal sama dengan lembar

observasi memperoleh kategori sangat baik (pada lampiran 2).

Keterampilan mengamati ditunjukkan dari tabel pengamatan yang

harus di isi oleh siswa pada LKS. Berdasarkan jawaban tabel

pengamatan dari LKS, pada umumnya siswa dalam semua kelompok

dapat mengamati perubahan warna pada makanan yang mengandung

karbohidrat dan protein ketika ditetesi reagen biuret serta

lugol/iodine. Keterampilan mengamati warna masing-masing sampel

ditunjukkan dari kegiatan siswa pada saat melakukan praktikum, yaitu

pada saat siswa melakukan pengamatan dan menuliskan perubahan

warna sampel dengan benar. Berdasarkan penelitian Kurniawati (2015)

mengungkapkan bahwa keterampilan mengamati merupakan kegiatan

memilih fakta yang relevan dengan tugas tertentu dari hal-hal yang

diamati, atau memilih fakta untuk menafsirkan peristiwa tertentu

melalui tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan

menggunakan panca indra. Hal ini diperkuat adanya data wawancara

yang menyatakan bahwametode yang diterapkan oleh guru, siswa

tidak mengalami kesulitan dalam mengamati hasil percobaan karena

dalam kegiatan percobaan nutrisi pada makanan dilakukan dengan

berkelompok sehingga memudahkan siswa dalam praktikum.

Gambar 4. Hasil Pengamatan Siswa pada Praktikum Uji Makanan

Pada keterampilan klasifikasi, keterampilan menafsirkan,

keterampilan prediksi, keterampilan mengajukan pertanyaan,

keterampilan merumuskan hipotesis, dan keterampilan menerapkan

konsep dengan kategori cukup. Keterampilan klasifikasi memperoleh

Page 8: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

25

nilai dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil angket menunjukkan

hal sama dengan lembar observasi memperoleh nilai kategori cukup

(pada lampiran 2). Keterampilan klasifikasi dalam mencatat setiap hasil

pengamatan yang dilakukan siswa pada saat kegiatan praktikum, yaitu

pada saat siswa memperoleh data dan menuliskan hasil praktikum di

LKS yang sudah diberikan guru. Keterampilan klasifikasi dalam

membandingkan data pengamatan yaitu pada saat siswa memperoleh

data dan membandingkan dengan kelompok lain, siswa tidak

melakukannya dan hanya memdandingkan dengan teman satu

kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan klasfikasi dapat

dilakukan dengan cukup baik. Hal ini diperkuat adanya data

wawancara yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran

mengisi tabel atau data pengamatan siswa tidak mengalami kesulitan

karena karena sudah mengerti dan memahami dalam mengisi tabel

hasil praktikum, namun pada saat membandingkan data pengamatan

siswa mengalami kesulitan karena materi terlalu banyak. Rustaman

(2005) menjelaskan keterampilan klasifikasi merupakan aktivitas dalam

penggolongan makhluk hidup dilakukan setelah siswa mengenali ciri-

cirinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho

(2013) menyatakan keterampilan klasifikasi merupakan keterampilan

siswa untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat

khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek

peristiwa yang dimaksud. Keterampilan mengklasifikasi dapat

diketahui berdasarkan kemampuan siswa untuk menggolongkan dan

mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta

pengelompokkan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai

tujuan. Dengan demikian dalam proses pengelompokan tercakup

beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri,

mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar

penggolongan. Berdasarkan observasi secara keseluruhan dalam aspek

keterampilan klasifikasi siswa mampu menguasai dengan kategori

cukup baik, namun masih ada kekurangan dalam hal membedakan

warna sampel makanan yang sudah ditetesi dengan reagen

iodine/lugol dan biuret, sehingga dalam proses pembelajaran guru

perlu memberikan pemahaman mendalam tentang materi praktikum.

Page 9: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

26

Keterampilan menafsirkan memperoleh kategori cukup.

Berdasarkan observasi melalui lembar observasi dan jawaban siswa

pada LKS, beberapa siswa dapat menyimpulkan dengan cukup baik

walapun sebagian siswa masih banyak yang belum menyimpulkan hasil

pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menafsirkan

tidaklah mudah. Dari hasil wawancara dengan siswa didapatkan siswa

mengalami kesulitan dalam menyimpulkan hasilkarena dalam

menyusun kata-kata terkadang siswa kesusahan dan guru jarang dalam

pembelajaran membuat kegiatan menyimpulkan atau meringkas.

Rustaman (2005) menjelaskan keterampilan menafsirkan merupakan

keterampilan dalam mencatat setiap hasil pengamatan,

menghubungkan hasil pengamatan dan menemukan pola atau

keteraturan dari satu seri pengamatan. Hasil penelitian Wulandari, dkk

(2017) menunjukkan hal serupa bahwa tidak mudah dalam

menerapkan keterampilan menafsirkan dalam pembelajaran. Siswa

harus mencatat setiap hasil pengamatan dengan lengkap dan

sistematis. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan pendapat dalam menganalisis dan menghubungkan

hasil pengamatan dengan konsep yang telah dipelajari. Keterampilan

menafsirkan dapat ditingkatkan dengan siswa diminta untuk mencatat

hasil pengamatan dan meghubungkan hasil pengamatan dengan teori.

Pada kegiatan praktikum uji makanan, siswa diminta untuk

menyimpulkan jenis makanan dan berdasarkan kandungannya.

Gambar 5. Kesimpulan Siswa pada Praktikum Uji Makanan

Keterampilan prediksi memperoleh nilai dengan kategori cukup.

Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan memprediksi dapat

dilakukan dengan cukup baik. Rustaman (2005) menjelaskan

Page 10: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

27

keterempilan memprediksi merupakan aktivitas yang mengajukan

perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan

kecenderungan atau pola yang sudah ada.Keterampilan prediksi

ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk memperkirakan sesuatu

akan terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah

ada untuk menjawab pertanyaan (Solihati, dkk, 2015). Nugroho (2013)

menyatakan keterampilan memprediksi merupakan keterampilan

dalam membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada

waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau

kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep dan

prinsip dalam ilmu pengetahuan. Dalam proses pembelajaran guru

jarang dalam meminta siswa untuk memprediksi. Hal ini diperkuat dari

data wawancara kepada siswa yang menyatakan pada saat

memprediksi hasil percobaan siswa mengalami kesulitan karena masih

berorientasi pada hasil tindakan.

Keterampilan mengajukan pertanyaan memperoleh nilai dengan

kategori cukup. Rustaman (2005) menjelaskan keterampilan

mengajukan pertanyaan merupakan keterampilan meminta

penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar

belakang hipotesis. Keterampilan mengajukan pertanyaan mengenai

materi yang berkaitan dengan praktikum ditunjukan oleh beberapa

siswa yang bertanya pada saat pembelajaran, pada saat guru

menyampaikan materi tentang praktikum yang akan akan

dilaksanakan. Salah satu contoh pertanyaan siswa yang muncul pada

saat kegiatan praktikumdan pada saat proses kegiatan pembelajaran

antara lain 1). Apa kegunaan reagen biuret, 2). Apa persamaan

galaktosa dan glukosa, 3). Apa yang dimaksud penyakit tentang beri-

beri. Dalam aspek keterampilan mengajukan pertanyaan siswa cukup

aktif bertanya jika ada materi yang mereka kurang dimengerti baik

ketika siswa berdiskusi maupun secara individu kepada guru. Hal ini

diperkuat dengan data wawancara siswa menyatakan bahwa siswa

tidak mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan yang

berkaitan dengan materi karena tidak malu untuk bertannya tentang

materi yang susah dipahami, mudah dan mengerti tentang materi yang

dijelaskan guru, sedangkan mengajukan pertanyaan yang bersifat

produktif siswa mengalami kesulitan karena materi yang disampaikan

sudah cukup jelas dan sudah paham.

Page 11: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

28

Keterampilan merumuskan hipotesis memperoleh kategori

cukup. Berdasarkan hasil angket menunjukkan hal sama dengan

lembar observasi memperoleh kategori cukup (pada lampiran 2). Hal

ini menunjukan dalam menyusun hipotesis tidaklah mudah, karena

dalam membuat hipotesis siswa membutuhkan pengetahuan dasar

tentang hal yang akan dikaji, oleh sebab itu siswa harus memahami

konsep dasar materi terlebih dahulu dengan cara membaca materi.

Keterampilan merumuskan hipotesis melalui kegiatan praktikum dapat

ditunjukkan denagn merancang pertanyaan yang ada di LKS. Hal ini

didukung dengan data wawancara siswa menyatakan bahwa siswa

mengalami kesulitan karena dalam membuat hipotesis susah. Hal ini

dikarenakan siswa belum terbiasa dalam membuat hipotesis dan ada

siswa yang belum membaca materi yang akan disampaikan guru.

Rustaman (2005) menjelaskan keterampilan merumuskan hipotesis

merupakan keterampilan yang menyatakan hubungan antara dua

variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dalam

menerapkan keterampilan merumuskan hipotesis kepada diri siswa

tidaklah mudah, yang terpenting guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengemukakan gagasan pada diri siswa. Dalam

merumuskan Hipotesis memperoleh kategori cukup siswa belum

terbiasa dalam membuat hipotesis, sehingga guru dapat meningkatkan

dengan membiasakan siswa untuk membuat hipotesis sebelum

melakukan kegiatan praktikum. Oleh karena itu, dalam proses

pembelajaran sains melatihkan bagaimana dalam mengemukakan

hipotesis dengan baik.

Gambar 6. Merumuskan Hipotesis Siswa pada Kegiatan Praktikum

Keterampilan menerapkan konsep memperoleh nilai dengan

kategori cukup. Rustaman (2005) menjelaskan keterampilan

menerapkan konsep adalah menjelaskan suatu peristiwa dengan

menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. Hal ini

Page 12: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

29

diperkuat dari data wawancara siswa yang menyatakan pada saat

menjelaskan hasil praktikum dalam menjelaskan peristiwa yang baru

diketahui siswa tidak mengalami kesulitan karena sudah terdapat di

LKS yang dibagikan guru materinya paham dan telah dijelaskan guru

pada saat pemeblajaran dikelas. Pada saat proses pembelajaran siswa

diajak untuk menemukan sebuah konsep, sehingga keterampilan

menerapkan konsep memperoleh kategori cukup baik. Guru dapat

meningkatkan keterampilan menerapkan konsep agar mencapai

kategori baik dengan menekankan konsep yang telah dipelajari dan

mengaplikasikan konsep kedalam kehidupan sehari-hari.

3.3 Hasil Wawancara Siswa Wawancara terhadap siswa dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran

yang digunakan guru terhadap keterampilan proses sains siswa. Hasil

wawancara terhadap 21 siswa sebagai berikut.

Berdasarkan hasil wawancara sebanyak 80% siswa dapat

memahami materi dengan metode yang diterapkan guru karena sudah

terbiasa dengan metode yang diterapkan oleh guru, cara mengajar

guru bervariasi dan menarik, sehingga lebih paham dalam

pembelajaran. Sedangkan sebanyak 67% siswa pada saat mengamati

hasil percobaan siswa tidak mengalami kesulitan karena dalam

kegiatan percobaan nutrisi pada makanan dilakukan dengan

berkelompok sehingga memudahkan siswa dalam praktikum.

Pada saat kegiatan pembelajaran dalam mengisi tabel atau data

pengamatan siswa sebanyak 57% siswa yang tidak mengalami

kesulitan karena siswa sudah mengerti dan memahami dalam mengisi

tabel hasil praktikum. sedangkan pada saat membandingkan data hasil

pengamatan sebanyak 52% siswa yang mengalami kesulitan karena

materi terlalu banyak.

Pada saat selesai kegiatan praktikum dalam menyimpulkan hasil

kegiatan siswa yang mengalami kesulitan sebanyak 67% karena sulit

dalam menyusun kata-kata dan guru jarang melakukan kegiatan

menyimpulkan pada saat pembelajaran. Sedangkan pada saat

mengolah data siswa sebanyak 57% siswa tidak mengalami kesulitan

karena penjelasan sudah cukup jelas dan sudah berdiskusi dengan

teman sekelompok.

Page 13: BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi KPS melalui …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16349/3/T1_432014022_BAB... · melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di

30

Pada saat memprediksi hasil percobaan sebanyak 67% siswa

mengalami kesulitan karena tidak bisa menentukan apa yang akan

terjadi. Sedangkan dalam memprediksi data sebanyak 57% siswa yang

mengalami kesulitan karena belum bisa memprediksi sebelum

melakukan kegiatan pengamatan.

Pada saat menjelaskan hasil praktikum dalam menjelaskan

peristiwa yang baru diketahui siswa sebanyak 52% tidak mengalami

kesulitan karena sudah terdapat di LKS yang dibagikan guru

didalamnya terdapat materi yang mudah dipahami. Sedangkan dalam

melakukan percobaan agar sesuai dengan konsep yang telah dipelajari

sebanyak 67% siswa tidak mengalami kesulitan karena penjelasan

materi pada materi sistem pencernaan ini mudah dipahami.

Pada saat menyusun laporan hasil praktikum siswa tidak

mengalami kesulitan sebanyak 67% karena telah melakukan kegiatan

praktikum dan paham akan penjelasan guru. Sedangkan pada saat

berdiskusi dengan kelompok sebanyak 48% siswa tidak mengalami

kesulitan, karena dalam kelompok semua anggota kelompok

melakukan kegiatan praktikum dan jawaban yang diperoleh sama.

Pada saat merencanakan alat dan bahan sebanyak 57% siswa

tidak mengalami kesulitan karena alat dan bahan telah disediakan oleh

guru dan ada pembagian tugas dalam kelompok. Sedangkan dalam

menentukan langkah kerja siswa sebanyak 57% tidak mengalami

kesulitan, karena telah mendapatakan penjelasan dari guru dan

terdapat di LKS langkah kerja praktikum.

Pada saat membuat penjelasan atau kesimpulan sementara

sebanyak 62% siswa tidak mengalami kesulitan karena pernah

membuat hipotesis. Sedangkan dalam merumuskan hipotesis

berdasarkan teori sebanyak 62% siswa mengalami kesulitan karena

jawabannya belum ada.

Pada saat siswa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan

materi yang dijelaskan guru sebanyak 67% siswa tidak mengalami

kesulitan karena tidak malu untuk bertanya tentang materi yang susah

dipahami, sedangakan dalam mengajukan pertanyaan yang bersifat

produktif sebanyak 57% siswa tidak mengalami kesulitan karena materi

yang disampaikan guru cukup jelas dan telah memahami.