bab iii skill ppm

24
BAB III ANALISIS INTERVENSI KEGIATAN A. Analisis Mendalam terhadap Intervensi Kegiatan Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) harus dimulai sejak dini yaitu sejak masih bayi. Salah satu faktor yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM adalah dengan memberikan air susu ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi tumbuh kembang (fisik dan mental) dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (101, 102). Faktor keberhasilan dalam menyusui, antara lain (102): 1. Komitmen ibu untuk menyusui 2. Dilaksanakan secara dini (early initiation) 3. Posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi 4. Menyusui atas permintaan bayi (on demand) 5. Diberikan secara eksklusif. ASI eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan.

Upload: muhammad-ridho-fadlillah

Post on 23-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skill ppm

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III Skill Ppm

BAB III

ANALISIS INTERVENSI KEGIATAN

A. Analisis Mendalam terhadap Intervensi Kegiatan

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) harus dimulai

sejak dini yaitu sejak masih bayi. Salah satu faktor yang berperan

penting dalam meningkatkan kualitas SDM adalah dengan

memberikan air susu ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin

merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan

persiapan generasi penerus di masa depan. Pemberian ASI

merupakan hal yang sangat penting bagi tumbuh kembang (fisik dan

mental) dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu

mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses

menyusui dapat terlaksana dengan benar (101, 102).

Faktor keberhasilan dalam menyusui, antara lain (102):

1. Komitmen ibu untuk menyusui

2. Dilaksanakan secara dini (early initiation)

3. Posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi

4. Menyusui atas permintaan bayi (on demand)

5. Diberikan secara eksklusif.

ASI eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara

eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan

lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa

tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan.

Keunggulan ASI telah diketahui, tetapi para ibu cenderung tidak

menyusui bayinya secara eksklusif. Hal ini dapat dilihat dengan

semakin besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan

tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI (102, 103).

Menurut Saleh (2011), terdapat berbagai alasan yang

dikemukakan oleh para ibu sehingga dalam pemanfaatan ASI secara

Page 2: Bab III Skill Ppm

eksklusif kepada bayinya rendah, antara lain adalah pengaruh iklan

atau promosi pengganti ASI, ibu bekerja, lingkungan sosial budaya,

pendidikan, pengetahuan yang rendah serta dukungan suami yang

rendah. Di Indonesia, penelitian dan pengamatan yang dilakukan

diberbagai daerah menunjukan dengan jelas adanya kecenderungan

semakin meningkatnya jumlah ibu yang tidak menyusui bayinya.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan, bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3%. Masalah

utama rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah faktor sosial

budaya dan kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan

masyarakat (103).

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa sebanyak 51 orang ibu

(56,04%) memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya,

sedangkan sebanyak 37 orang ibu (40,66%) tidak memberikan ASI

eksklusif dengan alasan ASI ibu tidak mau keluar, bayi tidak mau

menyusu dengan ibu, ibu merasa anak menangis dikarenakan lapar

dan ASI ekslusif tidak bisa mengenyangkan bayinya, serta masih

banyak ibu yang membuang kolostrum dengan anggapan bahwa itu

tidak baik untuk bayinya. Sesuai Penelitian Salfina (2003), masih

tingginya angka tidak diberikannya ASI eksklusif terhadap bayi akan

berkontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia di

masa mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka

kesakitan maupun angka kematian (103).

Rendahnya cakupan praktik pemberian ASI secara eksklusif

tersebut disebabkan berbagai hal, namun yang tersering ditemukan

adalah rendahnya kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI

sesuai anjuran. Hal ini sesuai dengan keadaan yang terjadi di

kelurahan Cempaka yaitu masih kurangnya pengetahuan dan

kesadaran ibu akan pentingnya pemberian ASI eksklusif. Pihak

Puskesmas Cempaka telah berupaya memberikan intervensi yaitu

konseling ASI secara individu dan melalui kelas ibu hamil, namun

upaya tersebut belum mampu meningkatkan cakupan pemberian ASI

eksklusif (104).

Page 3: Bab III Skill Ppm

Kesadaran ibu terhadap pentingnya pemberian ASI Eksklusif

tidak terlepas dari sikap ibu itu sendiri. Sikap merupakan reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek (Notoatmodjo, 2003). Menurut Newcomb yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2003), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap

terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu (105):

1. Menerima. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap.

3. Menghargai. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

4. Bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang

paling tinggi.

Salah satu upaya yang dapat membantu meningkatkan cakupan

pemberian ASI eksklusif di kelurahan Cempaka adalah melalui

kegiatan peer breastfeeding atau konselor sebaya ASI. Aidam (2005)

dalam Rahmawati (2011) mengemukakan bahwa, kegiatan konseling

laktasi dan pelatihan konseling gizi bagi ibu-ibu dapat meningkatkan

pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, serta meningkatkan

pengetahuan dan pertumbuhan fisik anak usia 12-14 bulan. Hal

serupa juga dikemukan oleh Albernaz (2008) dalam Rahmawati

(2011) yang menyatakan bahwa konseling laktasi dapat mencegah

pengehntian menyusui dini, efektif dalam meningkatkan pemberian

ASI eksklusif (106).

Adanya program konselor sebaya ASI ini merupakan suatu upaya

untuk mengoptimalkan kegiatan konseling ASI eksklusif. Konselor

sebaya membantu meningkatkan keberhasilan menyusui dengan

memberikan dukungan dengan konsep dari ibu-ke-ibu. Konselor

sebaya memiliki pengalaman pribadi dan mendapatkan pelatihan

Page 4: Bab III Skill Ppm

untuk membantu ibu menyusui. Ibu yang memiliki konselor sebaya

sering memilih untuk menyusui. Pekerjaan konselor adalah untuk

membantu ibu dengan mendorong mereka untuk menyusui anaknnya

dengan ASI eksklusif (107).

Adapun peran dari konselor ASI sebaya, antara lain (107):

1. Membantu ibu hamil bersiap-siap untuk menyusui

2. Berkomunikasi dengan ibu tentang pikiran mereka

pada saat menyusui

3. Membantu ibu baru bisa menyusui

4. Menjelaskan cara untuk mencegah masalah menyusui

5. Berkomunikasi dengan ibu tentang cara-cara untuk memecahkan

masalah menyusui

Konselor ASI sebaya, juga disebut sebagai “pekerja kesehatan

masyarakat”, berasal dari lingkungan yang sama, berbicara dengan

bahasa yang sama, dan berbagi kepercayaan budaya yang sama

dengan klien mereka. Konselor ASI sebaya bekerja berdampingan

dengan medis dan tenaga profesional kesehatan dalam menangani

kebutuhan ibu baru melalui pendidikan, konseling, dan dukungan

(108).

Selama beberapa dekade terakhir, penelitian telah dilakukan

untuk mengetahui keefektifan peer counseling ASI. Konseling ASI

dengan konselor sebaya merupakan sarana efektif untuk

meningkatkan cakupan menyusui dan meningkatkan kesehatan bayi.

Diharapkan program konselor ASI sebaya dapat membantu

meningkatkan kesadaran ibu memberikan ASI secara eksklusif

kepada anaknya, sehingga cakupan pemberian ASI eksklusif dapat

meningkat (108).

Faktor

Internal

Kekuatan:

1. Koordinasi kelompok

cukup baik

2. Kader dan konselor

Kelemahan:

1. Pengetahuan

awal kader dan

konselor

Page 5: Bab III Skill Ppm

kooperatif

3. Sarana dan prasarana

kegiatan

pemberdayaan

memadai

4.

rendah

2. Kurangnya

pengalaman

3. Peerencanaan

kurang optimal

Faktor

Eksternal

Peluang:

1. Ada dukungan dari

pihak puskesmas dan

kelurahan

Ancaman:

1. Jangka waktu

pemberdayaan

singkat

2. Pendanaan

kurang

Strategi SO:

Strategi WO:

Strategi ST:

Strategi WT:

B. Prosedur Intervensi Kegiatan

1. Metode Pelaksanaan Intervensi Kegiatan

Intervensi yang diberikan kepada masyarakat Kelurahan

Cempaka yaitu berupa kegiatan konseling. Adapun yang menjadi

konselor dalam kegiatan konseling ASI adalah para ibu menyusui

yang bertempat tinggal di daerah Posyandu Batu Intan

Kelurahan Cempaka. Sebelum menjadi konselor, para ibu

diberikan penyuluhan terlebih dahulu oleh fasilitator yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang ASI. Selain

diberikan penyuluhan, ibu diberikan buku saku sebagai

instrumen pendukung dalam melakukan konseling sebaya.

Metode yang digunakan dalam kegiatan intervensi ini, antara

lain:

a. Penyajian Materi

1) Penyuluhan yang dilakukan oleh fasilitator

Page 6: Bab III Skill Ppm

Fasilitator memberikan penyuluhan kepada 10 ibu yang

menjadi sasaran kegiatan konselor sebaya. Menurut

Suharjo (2003) dalam Emilia (2009) Penyuluhan

merupakan sebuah pendekatan edukatif untuk

menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi

antar provider dalam hal ini fasilitator dan masyarakat

yang diwakili oleh konselor. Dari proses komunikasi ini

ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental

dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya. Eimilia (2009) di dalam penelitiannya

menyatakan bahwa ada pengaruh penyuluhan baik

terhadap tingkat pengetahuan maupun sikap ibu dalam

memberikan ASI Eksklusif. Emilia, Rika C. Pengaruh

Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan dan

Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E Kecamatan

Simeulu Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun

2008. Medan; Universitas Sumatera Utara, 2009

Materi yang diberikan oleh fasilitator dalam kegiatan

penyuluhan meliputi :

a) Pemutaran video tentang ASI

b) Definisi ASI Eksklusif

c) Latar Belakang Asi Eksklusif

d) Landasan Hukum Pemberian Asi Eksklusif

e) Tujuan dan manfaat ASI Eksklusif

f) Akibat tidak memberikan ASI

g) Komposisi ASI

h) Kerugian susu buatan

i) Cara menyusui yang benar

j) MP-ASI

k) Mutu Gizi MP-ASI

l) Fungsi dan tujuan konselor sebaya

2) Konseling yang dilakukan oleh konselor

Page 7: Bab III Skill Ppm

Konselor membawahi 5 teman sebaya sebagai sasaran

penyampaian materi yang diberikan dalam 2 kali

pertemuan. Walgito (2010) mengatakan, konseling adalah

bantuan yang diberikan pada seorang klien untuk

memecahkan masalah kehidupannya dengan cara

wawancara (face to face) dan dengan cara yang sesuai

dengan keadaan yang dihadapi klien untuk mencapai

kesejahteraannya. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Lina (2012), mengungkapkan bahwa ibu yang

mendapatkan konseling menyusui, memiliki peluang untuk

memberikan ASI Eksklusif dibandingkan denagn ibu yang

tidak mendapatkan konseling menyususi secara lengkap.

Lina. Pengaruh Konseling Menyusui terhadap

Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Aceh Timur

Tahun 2012. Medan; Universitas Sumatera Utara,

2012

Materi yang diberikan oleh konselor dalam kegiatan

konseling kepada teman sebaya meliputi:

a) Definisi ASI Eksklusif

b) Latar Belakang Asi Eksklusif

c) Landasaan Hukum Pemberian Asi Eksklusif

d) Tujuan dan manfaat ASI Eksklusif

e) Akibat tidak memberikan ASI

f) Komposisi ASI

g) Kerugian susu buatan

h) Cara menyusui yang benar

i) MP-ASI

j) Mutu Gizi MP-ASI

b. Diskusi dan Tanya Jawab

1) Diskusi dan tanya jawab oleh fasilitator

Kegiatan diskusi diawali dengan pemberian materi oleh

fasilitator. Konselor memberikan tanggapan dengan

Page 8: Bab III Skill Ppm

menyampaikan beberapa pertanyaan terkait materi yang

diberikan dan fungsi konselor sebaya itu sendiri.

2) Diskusi dan tanya jawab oleh konselor

Kegiatan diskusi dan tanya jawab konselor ini dilakukan di

dalam sebuah kelompok kecil. Konselor menyampaikan

terlebih dahulu beberapa materi tentang ASI. Sasaran

memberikan tanggapan dengan mengajukan pertanyaan

kepada konselor.

c. Pre-Post Test Hidayati, Nur O. Pengaruh Emotional

Freedin Technique (EFT) terhadap Peningkatan Harga

Diri Narapidana Perempuan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Bogor. Jakarta; Universitas

Indonesia, 2009

1) Pre-Posttest konselor

Pada tahap Pretest, diberikan waktu selama 15 menit

kepada 10 konselor untuk menjawab soal yang diberikan.

Hasil pretest digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan tentang ASI

oleh fasilitator.

Posttest dilaksanakan dengan memberikan soal yang

sama kepada 10 konselor. Konselor diberikan waktu 15

menit untuk menjawab soal yang diberikan. Hasil posttest

digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan sesudah

diberikan penyuluhan tentang ASI oleh fasilitator.

2) Pre-Post Test kepada sasaran

Pada tahap Pretest, diberikan waktu 10 menit kepada 5

sasaran yang dibawahi oleh masing-masing konselor untuk

menjawab soal yang diberikan. Hasil pretest digunakan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebelum diberikan

konseling tentang ASI oleh konselor.

Posttest dilaksanakan dengan memberikan soal yang

sama kepada 5 sasaran yang dibawahi oleh masing-masing

konselor. Sasaran diberikan waktu 10 menit untuk

Page 9: Bab III Skill Ppm

menjawab soal yang diberikan. Hasil posttest digunakan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan sesudah diberikan

konseling tentang ASI oleh konselor.

2. Sasaran Intervensi Kegiatan

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3

(tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran

sekunder dan (3) sasaran tersier. Kementerian Kesehatan RI.

Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan,

Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta,

2011

a) Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan

sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga

(rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Ibu

menyusui merupakan sasaran primer dalam kegiatan

pemberdayaan konselor ASI sebaya ini. Mereka diharapkan

dapat merubah baik pengetahuan maupun sikap tentang ASI

Eksklusif.

b) Sasaran sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik

pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan

lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas

kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi

kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat

turut serta dalam upaya meningkatkan pengetahuan orang

disekitarnya terkait ASI Eksklusif.

c) Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang

berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan

dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang

dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka

diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan cakupan

ASI Eksklusif dengan memberlakukan kebijakan/peraturan

Page 10: Bab III Skill Ppm

perundang-undangan ataupun menyediakan sumber daya

(dana, sarana, dan lain-lain).

d) Pengorganisasian Intervensi Kegiatan

e) Rancangan Pengembangan Media

Ada 2 jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pemberdayan konselor ASI sebaya ini, yaitu: Widyawati.

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap

Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah dalam

Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kecamatan

Medan Denai. Medan; Universitas Sumatera Utara,

2010

1) Media cetak

Bentuk media yang digunakan adalah buku saku yang

diberikan kepada konselor sebagai bahan dasar pemberian

konseling kepada sasaran. Media ini mengutamakan pesan-

pesan visual yang terdiri dari hambaran sejumlah kata,

gambar atau foto dalam tata warna. Ada beberapa

kelebihan dari media cetak ini, antara lain tahan lama,

biaya rendah, mudah dibawa kemana-mana serta mudah

pembuatannya.

2) Media Elektronik

Bentuk media yang digunakan adalah video yang berisi

informasi tentang ASI Eksklusif. Media ini merupakan

media yang bergerak dan dinamis dapat dilihat dan

didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu

elktronika. Media elktronika memiliki kelebihan antara lain

lebih mudah dipahami, lebih menarik, mengikut sertakan

banyak indera, penyajinya dapat dikendalikan dapat

diulang-ulang. Penelitian yang dilakukan oleh Elfian dkk

(2011) mengemukakan terdapat perbedaan efektifitas

dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang

kesehatan saat diberikan penyuluhan dengan media

berupa video dibandingkan dengan media seperti flipchart.

Page 11: Bab III Skill Ppm

Zulkarnain, Elfian., dkk. Perbedaan Efektifitas antara

Metode Penyuluhan dengan Flipchart dan

Menggunakan Video Compact Disc (VCD) dalam

Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil

terhadap Inisiasi Menyusui Dini. Jember; Universitas

Jember, 2011

f) Indikator Keberhasilan

Evaluasi Pelatihan Kader Posyandu Desa Melayu Ilir

Berikut evaluasi input, proses, dan output terhadap

pelaksanaan pelatihan kader posyandu Desa Melayu Ilir:

a.Evaluasi Input

Input yang terdapat pada kegiatan pelatihan kader

posyandu diantaranya adalah materi pelatihan, pemberi materi,

metode pelatihan, dan hasil pretest kader. Berikut evaluasi

berdasarkan input pada kegiatan pelatihan kader posyandu:

1) Materi Pelatihan

Berdasarkan hasil identifikasi masalah secara garis

besar masalah kesehatan yang berkaitan dengan prioritas

pemecahan masalah antaralain status gizi, status imunisasi

bayi, imunisasi TT, biaya persalinan, stiker P4K, kunjungan

posyandu, dan pengadaan alat penunjang posyandu yang

minim. Berikut tabel mengenai intervensi pemberian materi

terhadap permasalahan kesehatan yang telah diidentifikasi:

Page 12: Bab III Skill Ppm

Tabel 6.1 Intervensi Pemberian Materi Terhadap Permasalahan Kesehatan di Desa Melayu Ilir

No.

Materi Pelatihan Kader

Masalah Kesehatan

1.Penilaian status gizi balita dan pelatihan pengisian KMS

Status gizi kurang yang masih tinggi yaitu sebesar 43,48%

2.

Pengenalan manfaat, dampak, dan metode imunisasi.

Cakupan status imunisasi secara lengkap yang masih minim yaitu sebesar 24,24%

3.

Pengenalan manfaat, dampak, dan metode imunisasi

Cakupan status imunisasi TT secara lengkap yang masih minim

4. Materi mengenai tata cara dan syarat

Biaya persalinan atau minimnya penggunaan

Page 13: Bab III Skill Ppm

penggunaan Jampersal

Jampersal

5.Materi mengenai manfaat Stiker P4K

Minimnya penggunaan stiker P4K

6.

a. Materi mengenai pengenalan posyandu guna meningkatkan pengetahuan kader.

b. Materi pelatihan mengenai teknik komunikasi dan penyuluhan yang baik bagi kader agar informasi dapat disampaikan secara jelas.

c. Pelatihan instrument posyandu guna meningkatkan skill atau kemampuan kader.

Minimnya kunjungan ibu ke posyandu

7.Materi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

-

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa materi yang

diberikan kepada kader posyandu telah sesuai dengan

masalah yang diidentifikasi secara garis besar yang

berkaitan dengan prioritas pemecahan masalah. Materi juga

telah ditambah dengan materi mengenai Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat yang ditujukan sebagai materi pendukung

terhadap pelatihan kader.

2) Pemberi Materi

Page 14: Bab III Skill Ppm

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan, diketahui pemberi

materi pada setiap materi yang diberikan. Berikut tabel

mengenai daftar pemberi materi pelatihan kader posyandu.

Tabel 6.2 Pemberi Materi Pelatihan PosyanduNo. Materi Pemberi Materi

1. Jampersal dan P4KKepala UPT Dinkes Puskesmas Dalam Pagar

2.Penilaian status gizi balita di posyandu

Kepala Bagian Gizi Puskesmas Dalam Pagar

3. Pelatihan PHBSKepala Bagian Promkes Puskesmas Dalam Pagar

4.Pengenalan Posyandu

Mahasiswa

5.Pelatihan pelayanan dan penyuluhan posyandu

Mahasiswa

6. Pengisian KMS Mahasiswa7. Status Imunisasi Mahasiswa

8.Pelatihan Instrumen Posyandu

Mahasiswa

Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebanyak 3 materi

telah disampaikan oleh ahli maupun petugas yang

menguasai bidang tersebut dan sebanyak 5 materi

disampaikan oleh mahasiswa kesehatan yang telah

mempelajari materi yang diberikan tersebut. Hal ini

membuktikan bahwa pemberi materi telah sesuai dengan

materi yang berkaitan dengan kesehatan.

3) Metode pelatihan

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan, diketahui metode

pelatihan pada setiap materi yang diberikan. Berikut tabel

mengenai metode pemberian dan pelatihan materi pelatihan

kader posyandu.

Page 15: Bab III Skill Ppm

Tabel 6.3 Pemberi Materi Pelatihan PosyanduNo. Materi Metode

1. Jampersal dan P4KCeramah dan tanya Jawab

2.Penilaian status gizi balita di posyandu

Ceramah dan Tanya Jawab

3. Pelatihan PHBSCeramah dan Tanya Jawab

4.Pengenalan Posyandu

Ceramah dan Tanya Jawab

5.Pelatihan pelayanan dan penyuluhan posyandu

Ceramah dan Tanya Jawab

6. Pengisian KMSCeramah, Tanya Jawab, dan simulasi

7. Status ImunisasiCeramah dan Tanya Jawab

8.Pelatihan Instrumen Posyandu

Ceramah, Tanya Jawab, dan simulasi

Berdasarkan tabel diketahui bahwa 4 materi

dissampaikan dengan metode ceramah dan tanya jawab,

sedangkan 2 materi yang berhubungan dengan praktek

kader di posyandu disampaikan dengan metode ceramah,

tana jawab, dan simulasi. Hal ini membuktikan bahwa

Page 16: Bab III Skill Ppm

metode penyampain materi telah sesuai dengan materi dan

praktek kader posyandu.

4) Hasil Pretest kader

Evaluasi input dilakukan dengan penilaian terhadap

pengetahuan kader posyandu sebelum dilakukan pelatihan,

untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader sebelum

pelatihan. Evaluasi dilakukan dengan mengamati hasil

penilaian pretest dari peserta pelatihan.

Tabel 6.4 Hasil Pretest Kader Posyandu Desa Melayu IlirNo. Inisial Rt Preetest

1. NA 1 632. S 2 533. MM 3 604. MY 3 605. ML 3 506. MN 3 667. A 3 538. RA 3 709. K 3 66

Hasil pretest ini menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan kader posyandu di Desa Melayu Ilir sebelum

diberikan pelatihan masih rendah. Berdasarkan klasifikasi

penilaian yaitu nilai 50-59 dikategorikan rendah, nilai 60-69

masuk kategori cukup, nilai 70-79 masuk kategori baik, dan

nilai >80 masuk kategori sangat baik, dapat terlihat bahwa

sebanyak 3 orang kader (33,3%) memiliki tingkat

pengetahuan yang rendah. Kemudian sebanyak 5 orang

kader (55,5%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan

sisanya hanya 1 orang kader (11,1%) yang memiliki tingkat

Page 17: Bab III Skill Ppm

pengetahuan baik. sedangkan rata-rata nilai preetest kader

adalah 60,1 yang berarti bahwa nilai ini masih dalam

kategori cukup.

b.Evaluasi Proses

Evaluasi proses pada pelatihan kader posyandu dilakukan

dengan cara menilai antusias, keaktifan dan absensi kehadiran

kader saat pelatihan. Selama pelatihan kader sangat antusias

dan aktif memberikan pertanyaan kepada pemateri atau

fasilitator.

Tabel 6.5 Daftar Hadir Kader Pelatihan Kader Posyandu Desa Melayu Ilir

No Inisial Rt25-7-2013 26-7-

20131. NA 1 Hadir Hadir2. S 2 Hadir Hadir3. MM 3 Hadir Hadir4. MY 3 Hadir Hadir5. ML 3 Hadir Hadir

6. MN 3Hadir Tidak

Hadir7. A 3 Hadir Hadir8. RA 3 Hadir Hadir9. K 3 Hadir Hadir

Berdasarkan tabel diatas absensi kehadiran kader

posyandu pada pelatihan kader mengalami penurunan sebesar

11,11% pada hari kedua. Hal tersebut disebabkan karena

aktivitas pekerjaan kader tersebut. Namun jumlah kader yang

hadir sudah mencapai target dari indikator keberhasilan

sebesar 80%, untuk hari pertama target mencapai 90%, yaitu

sebanyak 9 orang hadir dari 10 target sasaran. Sedangkan hari

Page 18: Bab III Skill Ppm

kedua, mencapai target 80%, yaitu sebanyak 8 orang yang

hadir dari 10 orang target sasaran.

c. Evaluasi Output

Evaluasi output dilakukan dengan menilai pada 2 aspek

yaitu perubahan pengetahuan dan perbaikkan administrasi.

1) Evaluasi Pengetahuan

Evaluasi pengetahuan dilakukan dengan menilai hasil

posttest dan membandingkan dengan hasil pretest.

Tabel 6.6 Hasil Pretest dan Posttes Kader Pelatihan Kader Posyandu

No Inisial RtPreetes

t PostestKet

1 NA 1 63 76 naik2 S 2 53 86 naik3 MM 3 60 83 naik4 MY 3 60 96 naik5 ML 3 50 76 naik6 MN 3 66 - -7 A 3 53 80 naik8 RA 3 70 96 naik9 K 3 66 46 turun

Hasil pretest dan posttest menunjukkan bahwa

terjadinya peningkatan sebesar 77,8%, yang mengalami

penurunan pengetahuan sebesar 11,1% dan 11,1%

missing data. Missing data terjadi karena kader tersebut

tidak hadir pada saat posttest, sehingga tidak dapat dinilai

perubahan tingkat pengetahuannya. Hasil tersebut diuji

secara statistik dengan menggunakan Uji Dependent T-

Test hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara pengetahuan kader sebelum dilakukan

Page 19: Bab III Skill Ppm

pelatihan dengan setelah dilakukan pelatihan pada kader

posyandu di Desa Melayu Ilir, perbedaan tersebut

memperlihatkan adanya peningkatan pengetahuan. Hasil

tersebut sama halnya dengan hasil penelitian Tin

Suharmini (2012) yang berfokus pada materi pelatihan

tumbuh kembang anak usia dini, pelatihan kader posyandu

memberikan dampak bertambahnya pemahaman para

kader posyandu mengenai karakteristik tumbuh kembang

anak usia dini dan bertambah pula keterampilan dalam

mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak

(104).

2) Evaluasi terhadap administrasi posyandu

Dari hasil kegiatan pelatihan posyandu tersebut

terjadi dua perubahan adminitrasi menuju perbaikan yaitu:

a) Terbentuknya struktur organisasi kelompok kerja

(Pokja) Posyandu desa Melayu Ilir, yang distribusinya

merata ke setiap wilayah RT.

b) Terbitnya surat keputusan resmi (SK) Kepala desa

Melayu Ilir untuk pengesahan strukur organisasi pokja

posyandu di Desa Melayu Ilir secara administratif.

c) Adanya perbaikkan form pencatatan kegiatan

posyandu yang lebih lengkap, sehingga memudahkan

tenaga kesehatan ataupun pihak lainnya untuk

melakukan intervensi kesehatan.