bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. kondisi umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. bab...

104
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum SMA NU Al Ma’ruf Kudus 1. Tinjauan Historis SMA NU Al Ma’ruf Kudus a. Latar Belakang Untuk mengisi kemerdekaan RI yang berdasarkan Pancasila dengan mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, maka Pemerintah Daerah Tingkat II Kudus, pada tahun 1965 membuat kebijak- sanaan di bidang pendidikan, antara lain: mewujudkan sedikitnya satu SD dan satu MI, satu SMP dan satu MTs. di setiap kecamatan serta Perguruan Tinggi yang didukung oleh sejumlah SMA dan MA di Kabupaten Kudus. Pada waktu itu di Kabupaten Kudus baru berdiri beberapa SMA, sedangkan peserta didik lulusan SMP masih banyak yang belum tertampung di SMA yang sudah ada. Di antara mereka masih banyak yang melanjutkan sekolah di luar daerah Kabupaten Kudus. Berdasarkan hal-hal di atas itulah penambahan SMA di Kabupaten Kudus sangat diharapkan oleh masyarakat. b. Gagasan atau Ide Pendirian Untuk mewujudkan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat II Kudus dengan meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, maka Bapak Drs. Sunarto Noto Widagdo selaku Bupati KDH Tk. II Kabupaten Kudus mencetuskan gagasan untuk mendirikan SMA NU di Kudus kepada Bapak Masyhud selaku Ketua Yayasan Kesejahteraan Daerah (YKD) dan Ketua DPRD Tk. II Kabupaten Kudus. Gagasan tersebut di atas dimaksudkan agar ummat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama' Kudus berpartisipasi aktif dalam pembangunan pendidikan. Sebab Nahdlatul Ulama' merupakan salah satu 58

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum SMA NU Al Ma’ruf Kudus

1. Tinjauan Historis SMA NU Al Ma’ruf Kudus

a. Latar Belakang

Untuk mengisi kemerdekaan RI yang berdasarkan Pancasila

dengan mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, maka

Pemerintah Daerah Tingkat II Kudus, pada tahun 1965 membuat kebijak-

sanaan di bidang pendidikan, antara lain: mewujudkan sedikitnya satu

SD dan satu MI, satu SMP dan satu MTs. di setiap kecamatan serta

Perguruan Tinggi yang didukung oleh sejumlah SMA dan MA di

Kabupaten Kudus.

Pada waktu itu di Kabupaten Kudus baru berdiri beberapa SMA,

sedangkan peserta didik lulusan SMP masih banyak yang belum

tertampung di SMA yang sudah ada. Di antara mereka masih banyak

yang melanjutkan sekolah di luar daerah Kabupaten Kudus. Berdasarkan

hal-hal di atas itulah penambahan SMA di Kabupaten Kudus sangat

diharapkan oleh masyarakat.

b. Gagasan atau Ide Pendirian

Untuk mewujudkan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat II

Kudus dengan meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, maka Bapak

Drs. Sunarto Noto Widagdo selaku Bupati KDH Tk. II Kabupaten Kudus

mencetuskan gagasan untuk mendirikan SMA NU di Kudus kepada

Bapak Masyhud selaku Ketua Yayasan Kesejahteraan Daerah (YKD) dan

Ketua DPRD Tk. II Kabupaten Kudus.

Gagasan tersebut di atas dimaksudkan agar ummat Islam

khususnya warga Nahdlatul Ulama' Kudus berpartisipasi aktif dalam

pembangunan pendidikan. Sebab Nahdlatul Ulama' merupakan salah satu

58

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

59

organisasi sosial yang dipandang mampu dan potensi untuk mendirikan

SMA yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Kemudian gagasan di atas didukung oleh Bapak Masykur AW

selaku BPH Kabupaten Kudus dan Bapak A. Moehaimin Oestman selaku

Ketua Fraksi NU DPRD Tk. II Kabupaten Kudus.

c. Proses Pendirian

Sebagai tindak lanjut untuk mewujudkan gagasan di atas

diperlukan persiapan sarana dan prasarana, maka diadakan musyawarah

yang dipimpin oleh Bapak Drs. Sunarto Noto Widagdo selaku Bupati

KDH Tk. II Kabupaten Kudus dan Bapak Masyhud selaku Ketua

YKD/DPRD Tk. II Kabupaten Kudus dengan mengundang :

1) Bapak H. Zainuri Noor, pengusaha Percetakan Menara Kudus

2) Bapak H. Ambari Noor pengusaha rokok

3) Bapak Masykur AW, anggota BPH Kabupaten Kudus

4) Bapak A. Moehaimin Oestman, Ketua Fraksi NU DPRD Tk. II

Kabupaten Kudus

Berdasarkan musyawarah tersebut dihasilkan kesepakatan antara

lain:

1) Menugaskan Bapak Masyhud selaku Ketua YKD untuk menghadap

Bapak H. Ma'ruf, pengusaha rokok Jambu Bol Kudus guna

menyampaikan gagasan mendirikan SMA NU dan dimohon

bantuannya.

2) Menugaskan Bapak A. Moehaimin Oestman untuk mencari tanah

yang strategis untuk lokasi pembangunan gedung.

Akhirnya pada tanggal 12 Maret 1965, di hadapan Bapak R.

Sumarno selaku Camat Jati terjadilah transaksi jual beli tanah antara

Bapak Samsuri Kosim, Bapak Djamilun, Bapak Suwarno dan Bapak

Tabri yang kesemuanya selaku pihak penjual sebidang tanah di desa

Ploso dengan Bapak H. Ma'ruf, pengusaha rokok Jambu Bol selaku

pembeli dengan harga Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah).

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

60

Untuk merealisir terwujudnya SMA NU maka dibentuklah lembaga

berbadan hukum yaitu Yayasan Perguruan Islam Nahdlatul Ulama'

dengan akte No. 06 tanggal 28 Januari 1965:

Pelindung/Penasehat : 1. Drs. Soenarto Noto Widagdo

2. H.A. Ma’roef

Ketua : H. Masykur AW.

Wakil Ketua : H. Ambari Noor

Sekretaris : 1. Niam Zuhri

2. A. Moehaimin Oestman

Bendahara : H. Zaenuri Noor

Setelah terbentuk pengurus Yayasan dan tersedia tanah lokasi

sekolah, maka dimulailah pembangunan gedung SMA NU dengan

peletakan batu pertama oleh Bapak KH. Syaifuddin Zuhri selaku PB NU

(pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI) pada tanggal 28

Agustus 1966.

d. Rencana dan Tahapan Pembangunan

Adapun rencana induk pembangunan gedung SMA NU terdiri dari:

1) Ruang kelas 21 (8 X 10 m2) = 1.680 m2

2) Aula 12 x 30 m2 = 360 m2

3) Asrama 6 x 30 m2 = 180 m2

4) Rumah Nadlir 6 x 12 m2 = 72 m2

5) Kamar Mandir 4 x 40 m2 = 160 m2

6) Pagar Karas = 45 m2

Sedangkan pembangunan tahap pertama dimulai dengan

membangun gedung sekolah sebanyak 6 ruang kelas di bagian utara

menghadap ke selatan dengan pelaksana pembangunan Bapak Chusnan

Jayadi (karyawan PUK).

Pembangunan tahap pertama ini dilaksanakan berkat bantuan/

sumbangan dari :

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

61

1) Bapak H. Ma'ruf (PR. Jambu Bol Kudus) berupa 1 ruang kelas paling

timur dengan biaya Rp. 215.000

2) PR. Djarum Kudus, berupa 1 ruang kelas dengan biaya Rp. 150.000

3) Bapak H. Zaenuri Noor (Percetakan Menara Kudus) berupa 1 ruang

kelas dengan biaya Rp. 324.000

4) PR. SAB Kudus, berupa 1 ruang kelas dengan biaya Rp. 350.000

5) Bapak H. Ambari Noor, berupa 1 ruang kelas dengan biaya Rp.

350.000

6) Bapak H. Ma'ruf (PR. Jambu Bol Kudus) berupa 1 ruang kelas paling

barat beserta kamar mandi/WC dengan biaya Rp. 515.000. Biaya

keseluruhan sejumlah Rp. 2.052.000 dan selesai pembangunannya

pada tanggal 20 Januari 1969.

Pembangunan tahap pertama selesai, kemudian Bapak H. Ma'ruf

mewakafkan tanah lokasi gedung SMA NU Cabang Kudus yang tertuang

dalam surat pernyataan ikrar wakaf No. 08 tanggal 26 Februari 1969.

Pernyataan wakaf tersebut diterima oleh Bapak KH. Abu Amar

sebagai Rois Syuriyah NU Cabang Kudus dan Bapak H. Moehdi selaku

Ketua Tanfidziyah NU Cabang Kudus serta menunjuk Bapak H.A.

Moehaimin Oestman sebagai nadlir tanah wakaf tersebut.

e. Realisasi Kegiatan Pembangunan

Selesai persiapan fisik, pengurus Yayasan Perguruan Nahdlatul

Ulama' membentuk tim yang bertugas mempersiapkan pembukaan SMA

NU, baik tenaga guru, tenaga administrasi maupun segala sesuatu yang

diperlukan. Tim tersebut adalah :

1) Bapak Rodli Suhari

2) Bapak Ahmad Thoha

3) Bapak Sukarno, B.A.

Akhirnya berdasarkan surat keputusan Yayasan Perguruan Islam

Nahdlatul Ulama' No. 10/YPI/69 tanggal 10 September 1969 membuka

SMA NU dan kegiatan belajar mengajar dimulai tanggal 02 Januari 1970

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

62

yang dipimpin oleh Bapak Muchtar Effendi, B.A. sebagai kepala

sekolah.1

2. Letak Geografis

SMA NU Al Ma’ruf Kudus merupakan Sekolah Menengah Atas

yang terletak di Jalan AKBP R. Agil Kusumadya No. 2 Kudus dan

merupakan pintu gerbang Kabupaten Kudus serta di jalur pantura. Berbagai

jurusan angkutan umum, hampir semuanya melalui sekolah ini. Sekolah ini

berada di Desa Ploso Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dan terletak 1 km

dari kantor kecamatan Jati dan 1,5 km dari pusat Kota Kudus. Sedangkan

jarak terdekat dengan Sekolah Menengah Atas terdekat adalah 1 km.

Sebelah Utara : Perumahan PT PURA BARUTAMA, dan Brak/

Gudang PT PURA BARUTAMA

Sebelah Selatan : Perumahan PR Nojorono

Sebelah Timur : Jalan AKBP R. Agil Kusumadya

Sebelah Barat : SMP NU Al Ma’ruf Kudus, dan Rumah Penduduk

SMA NU Al Ma’ruf Kudus dibangun menghadap ke timur yang

berada di dataran sedang pada ketinggian ± 400 M di atas permukaan laut

dengan suhu rata-rata 250-350 Celsius. Menurut Junghun, dataran yang

berada di atas ketinggian ± 400 M di atas permukaan laut adalah dataran

sedang. Sehingga sekolah ini tidak terkena banjir.

Dengan melihat letak geografis tersebut, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa SMA NU AL Ma’ruf Kudus terletak di daerah yang

strategis yaitu berada di jalur pintu gerbang Kota Kudus dan jalur pantura.

Hal itu membuat peserta didik SMA NU AL Ma’ruf berasal dari berbagai

kabupaten seperti Kudus, Pati, Demak, Jepara, bahkan dari luar Jawa.2

3. Visi dan Misi SMA NU Al Ma'ruf Kudus

Visi sekolah dapat diartikan sebagai imajinasi moral yang

menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa yang akan datang.

Imajinasi seperti itu akan diwarnai oleh peluang dan tantangan yang

1 Dokumen Tim Penyusun, Sejarah SMA NU Al Ma’ruf Harlah ke-40,(Kudus, 2009). 2 Observasi langsung di SMA NU Al Ma’ruf pada tanggal 5 Maret 2018

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

63

diyakini akan terjadi di masa yang akan datang.3 Misi diartikan sebagai

tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Misi merupakan penjabaran

visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang

dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain misi adalah

bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam bentuk

visi dengan berbagai indikatornya.4

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan.

Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang sangat panjang, maka

tujuan dikaitkan dengan jangka waktu menengah. Dengan demikian tujuan

pada dasarnya merupakan tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi

sekolah yang telah dicanangkan.

a. Visi SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Visi adalah pandangan atau gambaran tentang masa depan SMA

NU Al Ma’ruf Kudus, ke mana SMA ini akan dibawa dan

dikembangkan. Adapun vivi SMA NU Al Ma’ruf Kudus adalah: “Maju

dalam Prestasi, Santun dalam Pekerti. Terwujudnya generasi

muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah, cerdas, berkarakter mandiri

dan berakhlaqul karimah.”

Batasan visi tersebut adalah maju dan meningkat dalam prestasi

baik akademik maupun nonakademik yang selalu diimbangi oleh akhlak

mulia dan kesantunan budi pekerti. Dengan demikian, lulusan yang

dihasilkan adalah pribadi-pribadi yang ceerdas, terampil dan berbudi.

b. Misi SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Misi merupakan penjabaran dan perpanjangan tangan sebuah visi

dalam bentuk rumusan tugas atau tindakan untuk mewujudkan visi

tersebut. Adapun misi yang akan diwujudkan oleh SMA NU Al Ma’ruf

Kudus adalah:

1) Membentuk pribadi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah yang

beriman dan bertaqwa.

3 Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdiknas Dirjen Dikdasmen,

Jakarta, 2002, hlm. 8. 4 Ibid., hlm. 13.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

64

2) Membentuk generasi yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.

3) Menjadi pribadi berkarakter dan berakhlaqul karimah.

4) Mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan memiliki

keunggulan di bidang akademik.

5) Menggiatkan pembelajaran ekstrakurikuler dan meningkatkan

prestasi non akademik.

6) Mampu mengimplementasikan tekhnologi dan komunikasi untuk

meningkatkan potensi akademik dan non akademik.

7) Mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi.

8) Mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.

9) Memiliki bekal kehidupan untuk terjun di dunia kerja

c. Tujuan SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah antara lain :

1) Mewujudkan peserta didik beriman dan bertaqwa yang berhaluan

Ahlussunnah Wal Jama’ah dan warga negara yang bertanggung

jawab.

2) Membentuk generasi berkarakter dan berakhlakul karimah.

3) Meningkatkan perolehan nilai kemampuan akademik.

4) Memberikan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga

peserta didik mampu meningkatkan prestasi nonakademik.

5) Mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing melanjutkan

studi di perguruan tinggi

6) Mewujudkan generasi yang mampu berkiprah dalam kegiatan

keagamaan dan kemasyarakatan

7) Membekali peserta didik agar mampu terju di dunia kerja.5

4. Profil Umum SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Untuk mengenal lebih jelas tentang profil SMA NU Al Ma’ruf

Kudus, berikut ini akan diuraikan identitas sekolah dan identitas Kepala

Sekolah sebagai berikut :

5 Dokumen SMA NU Al Ma’ruf diambil pada tanggal 5 Maret 2018

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

65

a. Identitas Sekolah

1) Nama Sekolah : SMA NU Al Ma’ruf Kudus

2) NSS : 302031902006

3) Alamat : Jln. AKBP R. Agil Kusumadya No. 2

4) Desa/Kelurahan : Ploso

5) Kecamatan : Jati

6) Kabupaten/Kota : Kudus

7) Propensi : Jawa Tengah

8) Kode Pos : 59348

9) Telepon : (0291) 438939

10) Website : www.smanualmaruf.co.cc

11) E-mail : [email protected]

12) Tahun didirikan : 1969

13) Mulai dipakai : 1970

14) SK Pendirian Depag : No.40/X/4A/78

15) Lokasi : Pedesaan

16) Akreditasi : A (94,43)

17) SK Akrediatsi : 302031902006/300140

18) Klasifiklasi Sekolah : Mandiri

b. Identitas Kepala Sekolah

1) Nama : Drs. H. Shodiqun, M.Ag.

2) NIP : 19590226 198303 1 007

3) Pendidikan Terakhir : S2

4) Jurusan : Magister Agama6

6 Dokumen SMA NU Al Ma’ruf diambil pada tanggal 7 April 2012

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

66

5. Sarana dan Prasarana SMA NU Al Ma'ruf Kudus

Salah satu faktor yang memengaruhi proses belajar mengajar adalah

sarana dan prasarana yang memadai. Keberhasilan sebuah lembaga

pendidikan sangat ditentukan oleh kelengkapan fasilitas dan sumber belajar.

Sebaliknya pendidikan tanpa didukung oleh sarana dan fasilitas yang

memadai akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Oleh karena itu, sarana dan prasarana serta sumber belajar merupakan hal

yang esensial dan perlu dipertimbangkan dalam proses pendidikan.

Dalam upaya memperlancar proses pendidikan, sekolah

menyediakan sarana pendidikan. Hingga saat ini SMA NU Al Ma'ruf

mempunyai 30 ruang kelas, laboratorium IPA (fisika, kimia, biologi),

Bahasa, Agama, Komputer, Multimedia, IPS (koperasi), Perpustakaan,

sebuah ruang/kantor Kepala Sekolah, kantor Guru, kantor TU, Musholla dan

sarana pendidikan lainnya.

Pelaksanaan pembangunan sarana tersebut dilakukan secara

bertahap. Seperti halnya telah di-uraikan di atas, bahwa pembangunan tahap

pertama telah menghasilkan sebuah gedung yang terletak di bagian utara

menghadap ke selatan yang terdiri atas 6 ruang kelas.

Tahap demi tahap pembangunan sarana pendidikan terus

dilaksanakan. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya animo masyarakat

untuk menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah ini. Maka sejak tahun

1980/1981 diprogramkan untuk menambah dua lokasi ruang belajar setiap

tahunnya.

Pada tahun pelajaran 1981/1982 dibangun sebuah gedung

laboratorium IPA. Kemudian pada tahun 1983/1984 dirintis pembangun-an

gedung bertingkat (lantai 2) yang dilaksanakan secara bertahap.

Pada tahun pelajaran 1984/1985 SMA NU Al Ma'ruf mendapat

bantuan dari Depdikbud berupa paket gedung sebanyak dua ruang baru

menghadap ke timur lengkap dengan meubelairnya yang bernilai Rp.

20.000.000 (Dua puluh juta rupiah). Gedung bantuan tersebut diresmikan

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

67

penggunaannya oleh Bapak Drs. Soejatta Kepala Kanwil Depdikbud Jawa

Tengah pada kesempatan ke daerah tanggal 08 Oktober 1984.

Mulai tahun pelajaran 1983/1984 sampai tahun 1991/1992

pembangunan gedung bertingkat (lantai 2) yang terletak di bagian selatan

menghadap ke utara (seperti yang telah direncanakan) dapat terselesaikan.

Untuk meningkatkan fasilitas pendidikan seiring dengan

perkembangan jumlah peserta didik yang semakin meningkat serta mengejar

mutu sekolah maka dibangunlah beberapa fasilitas belajar mengajar yang

meliputi penambahan ruang kelas, pengadaan laboratorium bahasa dan

perehaban laboratorium IPA.

Penambahan tiga ruang kelas lantai 2 gedung sebelah utara yang

dilaksanakan pada tahun pelajaran 1995/1996, dilanjutkan dua ruang kelas

lantai 2 dan perehaban teras gedung sebelah utara pada tahun 1996/1997

serta penambahan dua ruang kelas lantai 2 pada tahun 1997/1998

mengakhiri pembangunan ruang kelas lantai 2 gedung sebelah utara.

Masih pada tahun 1997/1998 dilaksanakan pavingisasi halaman

sekolah. Hal ini dimaksudkan agar kondisi halaman tetap bisa dipakai

sebagai sarana kegiatan belajar mengajar baik kegiatan intrakurikuler,

misalnya pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan maupun kegiatan

ekstrakurikuler serta kegiatan lainnya. Disamping itu untuk mengantisipasi

agar halaman tidak "becek" jika musim hujan tiba dan meminimalisasi debu

pada waktu musim kemarau. Dan yang terpenting adalah penataan eksterior

sekolah terlihat rapi.

Mengingat jumlah peserta didik yang cukup besar dan fasilitas yang

dibutuhkan pun semakin besar, maka pada tahun 1998/1999 ditambahlah

dua ruang kelas lantai 3 gedung sebelah utara. Dilanjutkan pembangunannya

pada tahun 1999/2000 yaitu penambahan tiga ruang kelas lantai 3 gedung

sebelah utara. Pada tahun 2000/2001 pengadaan dan pemasangan fasilitas

lab. Bahasa senilai + Rp. 50.000.000 dan 2001/ 2002 merehab lab. IPA serta

pembangunan dua ruang kelas lantai 3 menghadap selatan.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

68

Sejak tahun pelajaran 1998/1999 SMA NU Al Ma'ruf membuka

program Bahasa. Sejalan dengan komitmen program Bahasa yaitu agar

peserta didik memiliki kompetensi dalam bidang bahasa khususnya bahasa-

bahasa asing (Arab, Inggris, Prancis) maka pada tahun 2000/2001 diadakan

sebuah fasilitas yang "mungkin" masih jarang dimiliki oleh sekolah-sekolah

di kabupaten Kudus, yaitu sebuah laboratorium Bahasa yang cukup lengkap

dan representatif. Dilanjutkan pada tahun 2002/2003 dengan penambahan

fasilitas laboratorium Bahasa.

Kehadiran laboratorium Bahasa juga dimaksudkan agar semua

peserta didik SMA NU Al Ma'ruf memiliki keterampilan berbahasa asing

dengan baik sehingga dapat mengantisipasi era informasi sekarang ini.

Masih berkaitan dengan peningkatan fasilitas pendidikan khususnya

mata pelajaran IPA (Fisika, Biologi, Kimia) maka pada tahun 2001/2002

laboratorium direhab kembali.

Karena dirasa perlu ruang kelas lagi demi kelancaran proses belajar

mengajar, maka pada tahun 2001/2002 dibangun dua ruang kelas lantai 3

sebelah utara. Dan tahun 2002/2003 dilakukan rehab kamar kecil putra,

pembuatan garasi mobil dan dibangun kembali dua ruang lantai 3 paling

timur sendiri kemudian tahun 2003/2004 dilanjutkan dengan pembangunan

dua ruang lantai 3.

Pada tahun pelajaran 2004/2005, dibangun laboratorium IPA (Fisika,

Kimia, Biologi) dan laboratorium komputer dengan jumlah 35 unit untuk

praktik TIK kelas X serta awal tahun pelajaran 2005/2006 diadakan

penambahan 40 unit Pentium IV untuk kelas XI. Kemudian tahun pelajaran

2005/2006 melanjutkan pembangunan ruang kelas lantai 3 dan pemasangan

keramik teras serta penambahan 22 unit komputer untuk praktik TIK kelas

XII.

Dilanjutkan tahun pelajaran 2006/2007 dibangun laboratorium

multimedia yang terletak di lantai 2 sebelah barat yang dilengkapi sound

sistem, LCD proyektor, komputer, laptop. Juga dilakukan perluasan dan

rehab musholla serta penambahan tempat wudlu putri, kamar mandi putri di

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

69

lantai 1. Penambahan alat kesenian organ yang menunjang pelaksanaan

belajar mengajar dan ekstrakurikuler. Pada tahun pelajaran 2007/2008

merehab musholla kemudian membangun satu ruang laboratorium IPS, dua

ruang kamar mandi guru, satu ruang UKS dan pemasangan keramik lantai 1

sebelah selatan.

SMA NU Al Ma’ruf Kudus memiliki sarana dan fasilitas yang dapat

dilihat secara fisik dan non fisik. Secara fisik sarana dan fasilitas yang

dimiliki adalah:

a. Penyediaan lahan tanah untuk proses pendidikan

Tabel 4.1

Lahan Tanah

(1) Status Tanah Hak Milik

2. Luas tanah seluruhnya 3.840 m2

3. Luas bangunan 2.355 m2

4. Luas halaman dan taman 830 m2

5. Luas lapangan olah raga 655 m2

b. Penyediaan Ruangan

Tabel 4.2

Ruangan

No Jenis Ruang Jumlah Luas (m2)

1. Ruang Teori/Kelas 30 2160

2. Laboratorium Biologi 1 72

3. Laboratorium Kimia 1 72

4. Laboratorium Fisika 1 72

5. Laboratorium Bahasa 1 72

6. Laboratorium IPS 1 72

7. Laboratorium Komputer 3 216

8. Laboratorium Multimedia 1 144

9. Ruang Perpustakaan 1 81

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

70

10. Ruang Keterampilan 1 40

11. Ruang UKS 1 72

12. Koperasi/Toko 1 72

13. Ruang BP/BK 1 72

14. Ruang Kepala Sekolah 1 72

15. Ruang Guru 2 144

16. Ruang TU 1 72

17. Ruang OSIS 1 16

18. Kamar Mandi/WC Guru 5 0

19. Kamar Mandi/WC Peserta didik 16 0

20. Gudang 2 16

21. Ruang Ibadah 1 144

22. Ruang Multimedia 1 112

c. Keadaan Buku dan alat pendidikan menurut mata pelajaran

Tabel 4.3

Keadaan Buku dan Alat Pendidikan

No. Mata Pelajaran

Buku Alat Pendidikan

Pegangan Guru Teks Peserta

didik Penunjang

Peraga

(set)

Praktik

(set)

Media

(set) Jumla

h

Judul

Jumlah

Eks.

Jumlah

Judul

Jumlah

Eks.

Jumlah

Judul

Jumlah

Eks.

1. PPKn 10 10 2 250 228 444

2. Pendidikan Agama 24 40 3 330 2.807 5.090 10 30

3. Bahasa dan Sastra Indonesia 16 16 6 710 497 653 1 1 1

4. Bahasa Inggris 10 10 2 540 393 544 5 40 2

5. Sejarah Nasional dan Umum 3 3 5 1.411 341 452 1 2

6. Pendidikan Jasmani 10 10 6 240 52 65 6 6 1

7. Matematika 10 10 1 240 8 82 2

8.

IPA

a. Fisika 10 10 4 529 27 4.022 13 17 3

b. Biologi 10 10 4 290 28 127 5 10 2

c. Kimia 10 10 4 789 17 147 16 70

9.

IPS

a. Ekonomi 10 10 2 758 50 100

b. Sosiologi 4 4 2 590 5 14

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

71

c. Geografi 8 10 2 740 9 9

d. Sejarah Budaya 3 3 1 270

e. Tata Negara 4 4 1 370 10 13

f. Antropologi 2 2 7 295 25 27

10. Teknologi Informatika

Komputer 7 7 10 15 10 135 10

11. Pendidikan Seni 1 1 45 77 5 12

12. Bahasa Asing Lain 4 4 71 73 1 40 9

13. Bimbingan dan Penyuluhan 8 27 1 1 1

14. Muatan Lokal

15. Kerajinan Tangan dan

Kesenian 38 43

Sedangkan sarana non fisik adalah berupa fasilitas beapeserta didik

dari beberapa lembaga beapeserta didik kepada peserta didik yang

berprestasi dan telah mencukupi standar persyaratan. Lembaga pemberi

beapeserta didik tersebut adalah beapeserta didik bagi peserta didik kurang

mampu baik dari pemerintah.7

6. Kondisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Pendidikan, sebagai sebuah sistem memiliki sejumlah komponen

yang saling berkaitan antara satu dan yang lainnya untuk mencapai tujuan

pendidikan yang ditetapkan. Komponen-komponen pendidikan tersebut

antara lain adalah: Pendidik (guru) dan tenaga kependidikan, kurikulum,

metode, sarana prasarana dan evaluasi. Dari beberapa komponen tersebut,

pendidik (guru) dan tenaga kependidikan merupakan komponen terpenting

dalam pendidikan, terutama dalam menangani berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan mutu pendidikan.

Di dalam undang-undang sistem pendidikan nasional disebutkan

bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Sedangkan tenaga kependidikan memiliki tugas sebagai pelaksana

terselenggaranya proses pembelajaran secara baik dan nyaman. Di antara

7 Dokumen Profil SMA NU Al Ma’ruf diambil pada tanggal 5 Maret 2018

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

72

tugas-tugas yang diemban tenaga kependidikan adalah yang berkaitan

dengan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan

pelayanan teknis untuk menunjang proses pencapaian tujuan pendidikan.

SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam meningkatkan mutu pelayanan

pendidikan, khususnya dalam hal pendidik (guru) dan tenaga

kependidikannya telah memenuhi standar yang memadai. SMA NU Al

Ma’ruf Kudus orang pendidik (guru) berstatus PNS dan 3 Guru Wiyata

Bhakti dengan disiplin ilmu masing-masing yang secara garis besar dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

a. Daftar Nama Guru

Tabel 4.4

Daftar Nama Guru Tahun Pelajaran 2017/2018

No Nama Mata

Pelajaran Alamat

1 Drs. H. Shodiqun, M.Ag. PAI Jln. Pattimura 25 Mlati Kidul

01/II Kudus

2 Suyono, S.Pd., M.Pd. Bhs. Inggris Kudus Permai Gg. XVIII No.

7 Kudus

3 Nasikhun, S.Pd. PKn / BK Salak Padurenan Gebog

Kudus

4 Drs. H. Sugiri Akhlak / BK Jl. Madukoro I/4 Perum

Gerbang Harapan Bae Kudus

5 Anas Ma'ruf, S.Ag. Pend. Agama

/ Seni Bdy

Bakalankrapyak Gg. Litbang

Djarum Kaliwungu Kudus

6 H. Dalkhin, S.Pd. Bhs. Inggris Janggalan 257 05/II Kudus

7 Drs. H. Suhardi Matematika Mlati Kidul 01/I Kudus

8 Kutarni HS, BA. Ekonomi /

Akuntansi

Jati Kulon 03/V Kudus

9 Nafi'uddin Fisika Loji Bakalankrapyak

Kaliwungu Kudus

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

73

10 Farchatin Sodiqah, S.Pd. Ekonomi /

Akuntansi

Jl. Madukoro Perum

Gondangmanis Kudus

11 Dra. Hj. Evi Siti Nuryati Sejarah / Bhs.

Daerah

Jetak Kembang 317 Kudus

12 Hj. Rini Dwi Kusmartini Kimia Kaliputu Gg. VI 153 Kudus

13 Drs. H. Sugiharto Penjaskes Tumpangkrasak 01/VII Jati

Kudus

14 Shofyatul Ulya

Dwiyana, S.Pd.

Bhs. Inggris Jetak Kembang 04/IV Kudus

15 H. Sarmani Masruri,

S.Ag.

Tarikh Prigi Kalikondang 04/V

Demak

16 Mufarikhah Daryanti,

S.Pd.

Kimia Gribig 04/IV Gebog Kudus

17 Sudiyati, S.S. Bhs.

Indonesia

Panjang 04/II Bae Kudus

18 Asrifah, A.Md. Biologi Kaliputu Gg. VI 153 Kudus

19 Sri Hayati, S.Pd. Bhs. Inggris Besito Gebog Kudus

20 Waluyo Mustaqim, S.Pd. Ekonomi /

Akuntansi

Peterongan Piji 02/V Bae

Kudus

21 M. Noor Afni, S.Pd. Matematika Ngaringan Klumpit Gebog

Kudus

22 Drs. Lasidi Riswanto Sosiologi Dersalam 02/V Kudus

23 Noor Yadi MF, S.H. Antropologi /

Penjaskes

Pringsewu Kaliwungu Kudus

24 Dra. Istiqomah Bhs. dan

Sastra Ind.

Perum Muria Indah E/135

Bae Kudus

25 Sri Mulyanti, S.Pd. BK / Pend.

Seni

Klumpit 03/I Gebog Kudus

26 Dra. Hj. Tri Wahyuni

WH.

Geografi /

Sejarah

Mlati Kidul 01/I Kudus

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

74

27 Sri Yulinah, S.Pd. BK Kajar 02/III Dawe Kudus

28 Mohamad Said BK Pringsewu 355 02/III

Kaliwungu Kudus

29 Mahmudah, S.Pd. Biologi Gondosari Gebog Kudus

30 Achmad Latif, S.Ag. Ke-NU-an /

Tarikh

Jl. Veteran Glantengan 37

Kudus

31 Miftah, S.Pd.I. TIK Jetak Kembang Gg. I 03/IV

Kudus

32 Dra. Siti Magfiroh, S.Pd. Tarikh / BK Prambatan Lor 05/IV

Kaliwungu Kudus

33 Lilik Soerjani, S.Pd. Sejarah / Bhs.

Daerah

Jetak Kembang 317 Kudus

34 Sofi'atun, S.Pd. Geografi Tumpang Badongan 171

04/II Jati Kudus

35 Abdul Anzis, S.Pd. Penjaskes Blimbingrejo Mayong Jepara

36 H. Najmuddin Hanif,

S.Pd.

Bhs. Inggris /

TIK

Bakalankrapyak Kaliwungu

Kudus

37 H.M. Salafi, BA. Hadits Ngembalrejo 02/V Bae

Kudus

38 Drs. H. Zaenal Anwar Al Qur'an Jl. K.H. Ahmad Dahlan

Kudus

39 Drs. Murtono, M.Pd. Bhs.

Indonesia

Perum Muria Indah E/135

Kudus

40 Drs. Mundioko Sosiologi Tumpangkrasak Gg. I Jati

Kudus

41 Drs. Noor Effendi Matematika Peganjaran Gg. I 05/III Bae

Kudus

42 Drs. Mugi Sulistyo Bhs. Arab Mejobo Kudus

43 Endang Sugiyarti L.,

S.Pd.

Bhs. dan

Sastra Ind.

Jati Kulon 825 04/V Jati

Kudus

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

75

44 Dra. Hj. Eka

Purwaningsih

Ekonomi /

Akuntansi

Jurang Gebog Kudus

45 Dewi Ulya Kana, S.Pd. Kimia Getas Pejaten 03/III Jati

Kudus

46 Drs. Ahmad Muzakki Al Qur'an /

Qiro'atul

Besito 04/VII Gebog Kudus

47 Aristina Faristiyani,

S.Pd.

Ekonomi /

Akuntansi

Besito Gebog Kudus

48 Nusqiyah Firdaus, S.T. Matematika Jekulo 58 Kudus

49 Sukarsih, S.Pd. Bhs.

Indonesia

Pasuruhan Lor 967 01/IX Jati

Kudus

50 Suaidah, S.Pd. PKn Prambatan Lor 01/I

Kaliwungu Kudus

51 Faizah, S.Pd. Bhs. Inggris Blender Peganjaran Gg. I

Bae Kudus

52 Fajriyatul Aliyah, S.Pd. Matematika Jepang 68 Mejobo Kudus

53 Noor Wahyono, S.T. TIK Honggosoco Jekulo Kudus

54 Dra. Suharni PKn Mlati Kidul 23 Kudus

55 H. Agus Salim, Lc. Bhs. Arab /

PAI

Undaan Lor Gg. XIX Kudus

56 Devi Yuanita, S.Pd. Bhs. Prancis Mlati Kidul 75 Kudus

57 Nurul Fadjeri Munaidi,

S.Pd.

BK Kradenan Demaan Kudus

58 Ulin Nuha, M.Ag. Pend. Agama

/ Ke-NU-an

Demangan 18D 02/III Kudus

59 Mulyo Atmojo, S.Pd. Matematika /

TIK

Honggosoco 152 03/IV

Jekulo Kudus

60 Yuyun Irawati, S.Pd. Sosiologi Klaling 121 02/I Jekulo

Kudus

61 Nanik Mu’yawanah Al-Qur’an Rejosari Dawe Kudus

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

76

62 Erwin Ridha Ardhi,

S.Pd.

Matematika Jati Kudus

63 Drs. Joko Warsito Fisika Singocandi 03/I Kudus

64 Dian Maulina Wijayanti,

S.Pd.

Sosiologi Garung Kaliwungu Kudus

65 Erna Anis Wardati, S.Pd. Fisika Margorejo 06/I Dawe Kudus

66 M. Arsyad Fardani Bhs. Daerah Salak Padurenan Gebog

Kudus

67 Hj. Siti Zaenab, S.Pd. Bhs. Inggris Tumpangkrasak Jati Kudus

68 Munthohar Seni Rupa Ngaluran 02/V Karanganyar

Demak

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahu bahwa guru yang

mengajar di SMA NU Al Ma’ruf Kudus semuanya memiliki predikat

Sarjana (S1) dan bahkan juga ada beberapa guru yang sudah memiliki

predikat Magister (S2), baik yang sudah diangkat maupun yang belum

diangkat jadi pegawai negeri. Selain itu ada juga beberapa guru yang

selain berpredikat Sarjana juga berlatar belakang pendidikan dari pondok

pesantren.

b. Data Guru

Tabel 4.5

Data Guru

Guru Lk Pr Jumlah

GT (Guru Tetap) 12 8 20

Dpk Disdik (Dipekerjakan Dinas Pendidikan) 6 10 16

Dpk (Dipekerjakan Departemen Agama) 1 - 1

GTT (Guru Tidak Tetap) 14 17 31

Jumlah 32 35 67

Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa

terdapat beberapa kategori guru yng terdapat di SMA NU Al Ma’ruf

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

77

Kudus. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah guru yang

berstatus sebagai guru tetap di SMA NU Al Ma’ruf ada 20 orang, guru

yang dipekerjakan Dinas Pendidikan ada 16 orang, guru yang

dipekerjakan oleh Departemen Agama ada 1 orang, dan guru yang

berstatus sebagai guru tidak tetap ada 31 orang.

c. Data guru berdasarkan ijazah

Tabel 4.6

Data Guru berdasarkan Ijazah

Ketenagaan <=

SLTA D3

Sarmud

Keg

S1

Keg. S2/S3 Jumlah

Kepala Sekolah 1 1

Guru Tetap 3 2 29 1 35

Guru Tidak Tetap 2 28 1 32

Guru Bantu/Kontrak

Tenaga Administrasi 16 1 17

Berdarasarkan data pada tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa

latar belakang pendidikan Guru di SMA NU Al Ma’ruf Kudus beragam

mulai dari Diploma 3 (D3) sampai Magister (S2). Berdasarkan data di

atas guru yang berlatang belakang pendidikan Diploma 3 (D3) ada 3

orang, yang berlatang belakang pendidikan Sarjana Muda ada 4 orang,

yang berlatar belakang Sarjana Keagamaan ada 57 orang, dan yang

berlatar belakang pendidikan Magister (S2) ada 3 orang. Sedangkan latar

belakang pendidikan tenaga Administrasi di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

pun beragam. Tenaga administrasi yang berlatar belakang pendidikan

SLTA/sederajat ada 16 orang dan yang berlatar belakang pendidikan

Diploma 3 (D3) ada satu orang.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

78

d. Data Guru dan Kebutuhan Guru menurut Mata Pelajaran yang Diajarkan

Tabel 4.7

Data Guru dan Kebutuhan Guru menurut Mata Pelajaran yang

Diajarkan

No Mata Pelajaran Yang Ada

GT GTT

1 PPKn 1 2

2 Pendidikan Agama Islam 2 7

4 Bhs dan Sastra Indonesia 2 3

5 Bahasa Inggris 4 1

6 Sejarah Nasional dan Umum 1

7 Pendidikan Jasmani 2

8 Matematika 1 4

9 IPA (Khusus SLTP/MTs)

a. Fisika 2

b. Biologi 2 1

c. Kimia 2 2

10 IPS (Khusus SLTA/MA)

a. Ekonomi 3 2

b. Sosiologi 1 2

c. Geografi 2

d. Sejarah Budaya 1

e. Tata Negara

f. Antropologi 1

11 Pendidikan Seni 1

12 Bahasa Asing Lain 3

13 Bimbingan dan Penyuluhan 4 1

14 Muatan Lokal 2

15 Ke NU an 2

16 Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2

17 Bahasa Daerah 1

Jumlah 37 28

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

79

Sedangkan untuk mengetahui kondisi tenaga kependidikan (tenaga

administrasi) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

a. Daftar Nama Pegawai

Tabel 4.8

Daftar Nama Pegawai Tahun Pelajaran 2017/2018

No Nama Alamat

1 H.M. Suyitno, A.Md. Pagongan Kidul 190B 03/I Kajeksan

Kudus

2 Emwin Arif Jl. Pangeran Puger Gg. VI 17 01/III

Demaan Kudus

3 Chambali Ks. Kedungpaso 69 Demangan Kudus

4 Siti Noordjanah Dalangan 51B 05/V Kudus

5 Sulisah Noor Kacu Banget 01/V Kaliwungu Kudus

6 Akhmad Naim Jati Kulon Gg. III Kudus

7 Mien Afrida Kerjasan 97 01/I Kudus

8 Siti Karomah Panjunan Kulon Kudus

9 Imam Bukhori Demangan 227 02/I Kudus

10 Chambali Senden 08/IV Ngawonggo Ceper Klaten

11 H. Sujono Sanusi Panjunan Wetan 380 02/I Kudus

12 Supriyadi Ploso Gg. I 06/V Jati Kudus

13 Sulhan Jung Pasir Demak

14 Sulasmindar Jati 903 Kudus

15 Sumari Ploso Gg. I Jati Kudus

16 Sukati Jati Kulon Gg. III 165 Kudus

17 Hadi Prayitno, S.Pd.I. Bakalankrapyak 08/II Kaliwungu Kudus

18 Sholikhan, S.Kom. Tumpangkrasak Bae Kudus

19 Farida Aristiyani Grogol Bakalankrapyak Kaliwungu

Kudus

20 Edi Susanto Burikan 01/IV Kudus

21 Mufad Purwosari 243A 01/III Kudus

22 Abdul Muchith Peganjaran 05/II Bae Kudus

23 Suprayikno Kalirejo Undaan Kudus

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

80

24 Doni Setiawan Hadiwarno Mejobo Kudus

25 Noorhadi Ploso Gg. I 06/V Jati Kudus

26 Hilal Farhandi Bakalankrapyak 07/II Kaliwungu Kudus

b. Data Pegawai

Tabel 4.9

Data Pegawai

Keterangan Lk Pr Jumlah

PTY (Pegawai Tetap Yayasan) 9 4 13

PTT (Pegawai Tidak Tetap Yayasan) 6 1 7

Jumlah 15 5 20

Berdasarkan data pada tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa

pegawai di SMA NU Al Ma’ruf Kudus terdiri dari pegawai tetap yayasan

yaitu sebanyak 13 orang dan pegawai tidak tetap yayasan sebanyak 7

orang.

c. Data Pegawai berdasarkan ijazah tertinggi

Tabel 4.10

Data Pegawai Berdasarkan Ijazah Tertinggi

Ijazah Tertinggi Jumlah

PT PTT Total

S.1 1 2 3

D3 1 - 1

SMA 10 4 14

SMEA 1 1

Jumlah 13 4 20

Berdasarkan data pada tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa

latar belakang pendidikan dari pegawai di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

juga beragam, mulai dari SMA/sederajat sampai dengan Sarjana (S1).

Adapun jumlah pegawai yang berlatar belakang pendidikan SMEA ada

satu orang, yang berlatar belakang pendidikan SMA ada 14 orang, yang

berlatar belakang pendidikan Diploma 3 (D3) ada satu orang, dan yang

berlatar belakang pendidikan Sarjana (S1) ada 3 orang.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

81

7. Struktur Organisasi

Selanjutnya perlu juga dijelaskan struktur organisasi SMA NU Al

Ma’ruf Kudus. Struktur organisasi, dalam sebuah lembaga pendidikan

merupakan komponen yang sangat diperlukan. Keberadaan struktur

organisasi dimaksudkan untuk memperjelas hubungan kerja dan pembagian

kerja setiap sumber daya manusia sekolah demi mencapai visi, misi dan

tujuan sekolah yang telah ditentukan bersama. Koordinasi kerja yang baik

diperlukan agar pengelolaan sekolah dan kegiatan pendidikan dapat

dilaksanakan dengan baik, efektif dan efisien. Sekolah, sebagai lembaga

pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai unsur, membutuhkan suatu

tatanan kerja sama yang baik.

Berikut ini adalah bagan struktur organisasi SMA NU Al Ma’ruf

Kudus:

Gambar 4.1

Bagan Struktur Organisasi SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Tata Usaha Bendahara

Sarpras

Perpustakaan

Kepegawaian

Umum Sarpras

Wakil Kepala

Sekolah

BP

Dewan Guru

Kepeserta

didikan

Kurikulum

Peserta didik

SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Peribadatan

Kepala

Sekolah

Komite

Badan Pelaksana Pendidikan Ma’arif NU

Sunan Dja’far Shadiq

Humas

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

82

Dari bagan tersebut, fungsi dan tugas pengelola SMA NU Al Ma’ruf

dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah berfungsi sebagai pimpinan administrasi dan supervisor.

1) Kepala Sekolah Selaku Pimpinan

a) Menyusun perencanaan

b) Mengorganisasikan kegiatan

c) Mengarahkan kegiatan

d) Mengkoordinasikan kegiatan

e) Melaksanakan pengawasan

f) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan

g) Menentukan kebijaksanaan

h) Mengadakan rapat

i) Mengambil keputusan

j) Mengatur proses belajar mengajar

k) Mengatur administrasi yaitu kantor, peserta didik, pegawai,

perlengkapan, keuangan

l) Mengatur Organisasi Peserta didik Intra Sekolah (OSIS)

m) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat

2) Kepala Sekolah Selaku Administrator

Selaku administrator, kepala sekolah bertugas mengelenggarakan

administrasi.

a) Perencanaan

b) Pengorganisasian

c) Pengarahan

d) Pengkoordinasian

e) Pengawasan

f) Kurikulum

g) Kepeserta didikan

h) Kantor

i) Kepegawaian

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

83

j) Perlengkapan

k) Keuangan

l) Perpustakaan

3) Kepala Sekolah selalu Supervisor

Selaku supervisor, kepala sekolah bertugas menyelenggarakan

supervisi mengenai:

a) Kegiatan belajar mengajar

b) kegiatan bimbingan dan penyuluhan

c) Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler

d) Kegiatan ketatausahaan

e) Kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan dunia usaha

Dalam melakasanakan tugasnya kepala sekolah dapat

mendelegasikan kepada guru yang ditunjuk sebagai wakil kepala kekolah

b. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum

Wakil kepala sekolah urusan/bidang kurikulum mempunyai tugas

membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun program pengajaran

2) Menyusun pembagian tugas guru

3) Menyusun jadwal pelajaran

4) Menyusun Jadwal evaluasi belajar

5) Menyusun pelaksanaan UAS/UNAS

6) Menyusun kriteria dan persyaratan naik/tidak naik serta lulus/ tidak

lulus

7) Menyusun jadwal penerimaan Buku Laporan Pendidikan (Rapor)

dan penerimaan STTB

8) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program suatu

pelajaran

9) Menyediakan daftar Buku Acara guru dan peserta didik

10) Menyusun laporan pelaksanaan pengajaran secara berkala

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

84

c. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kepesertadidikan

Wakil kepala sekolah urusan/bidang kepeserta didikan

mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1) Menyusun program pembinaan kepeserta didikan/OSIS

2) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan

peserta didik/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib

sekolah.

3) Membina dan melaksanakn koordinasi keamanan, kebersihan,

ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan (5K)

4) Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS

5) Melakukan pembinaan pengurus OSIS dalam berorganisasi

6) Menyusun program dan jadwal pembinaan peserta didik secara

berkala dan insidentil

7) Melaksanakan pemilihan calon peserta didik teladan dan calon

peserta didik penerima beapeserta didik

8) Mengadakan pemilihan peserta didik untuk mewakili sekolah dalam

kegiatan di luar sekolah

9) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepesertadidikan secara

berkala

d. Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana

Wakil kepala sekolah urusan/bidang sarana dan prasarana

mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1) Inventerisasi barang

2) Pendayagunaan sarana prasarana (termasuk kartu-kartu pelaksanaan

pendidikan)

3) Pemeliharaan (pengamanan, penghapusan, pengembangan)

4) Pengelolaan keuangan alat-alat pengajaran

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

85

e. Wakil Kepala Sekolah Urusan Hubungan Masyarakat

Wakil kepala sekolah urusan/bidang hubungan masyarakat

mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang

tua/wali peserta didik

2) Membina hubungan antar sekolah dengan POMG/BPPP

3) Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga

pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial lainnya

4) Memberikan/berkonsultasi dengan dunia usaha

5) Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala

f. Wakil Kepala Sekolah Urusan Peribadatan

Wakil kepala sekolah urusan/bidang peribadatan mempunyai

tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun program pembinaan peribadatan peserta didik sehari-hari

2) Memantau praktik peribadatan peserta didik di luar sekolah

3) Memberikan pengarahan di dalam pelaksanaan peringatan hari-hari

besar Islam dan Harlah NU

4) Mengintensifkan pelaksanaan zakat fitrah, qurban, dan

infaq/shadaqoh

5) Mengawasi kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah

6) Mengatur kunjungan rumah/silaturahim pada waktu-waktu tertentu

7) Membuat laporan pelaksanaan peribadatan peserta didik secara

berkala.

g. Guru

Selaku guru bertanggungjjawab kepala kepala sekolah dan

mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif

dan efisien. Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi:

1) Membuat program pengajaran (rencana kegiatan belajar mengajar

semester/tahunan)

2) Membuat satuan pengajaran (persiapan mengajar)

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

86

3) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar

4) Melaksanakan kegiatan penialaian belajar (semester/tahunan)

5) mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi

tanggung jawab

6) Meneliti daftar hadir peserta didik sebelum memulai pelajaran

7) Membuat dan menyusun Lembar Kerja (job sheet) untuk mata

pelajaran yang memerlukan lembar kerja

8) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing

peserta didik

9) Mengatur kebersihan ruang tempat praktik, pengembalian alat

pinjaman, pemeliharaan dan keamanan sarana praktik

10) Memeriksa apakah peserta didik sudah faham benar akan cara

penggunaan masing-masing dan peralatannya untuk menghindari

terjadinya kerusakan dan kecelakaan

11) Mengadakan pemeriksaan, pemeliharaan, dan pengawasan

kebersihan masing-masing dan alat-alat praktik lainnya pada setiap

akhir pelajaran.

h. Wali Kelas

Wali Kelas membentu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1) Pengelolaan kelas

2) Penyelenggaraan administrasi kelas yang meliputi

3) Penyelenggaraan administrasi kelas yang meliputi:

4) Penyusunan/pembuatan statistik bulanan peserta didik

5) Pengisian daftar nilai peserta didik

6) Pembuatan catatan khusus tentang peserta didik

7) Pencatatan mutasi peserta didik

8) Pengisian buku laporan pendidikan (rapor)

9) Pembagian buku laporan pendidikan (rapor)

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

87

i. Bimbingan Penyuluh/Bimbingan Karier

Bimbingan Penyuluh/bimbingan karier membantu kepala sekolah

dalam kegiatan sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan penyuluhan

2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangkla mengatasi masalah-

masalah yang dihadapi oleh peserta didik tentang kesulitan belajar

3) Memberikan layanan bimbingan penyuluhan kepada peserta didik

agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar

4) Melaksanakan koordinasi dengan urusan praktik/kepada instansi,

wali kelas dan guru dalam menilai peserta didik bila terjadi

pelanggaran yang dilakukan peserta didik

5) Penyusuan dan pemberian saran serta pertimbangan pemilihan

jurusan/program pendidikan bagi peserta didik

6) Memberikan saran dn pertimbangan kepada peserta didik dalam

memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan

pekerjaan yang sesuai

7) Mengadakan penilaian pelaksanaan BP/BK

8) Menyusun statistik hasil penilaian BP/BK

9) Menyusun laporan pelaksanaan BP/BK secara berkala

j. Kepala Urusan/Bagian Tata Usaha Sekolah

Kepala urusan/bagian tata usaha sekolah mempunyai tugas

melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggungjawab kepada

kepala sekolah meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Penyususunan program tata usaha sekoalah

2) Penyusunan keuangan sekolah

3) Pengurusan pegawai

4) Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah

5) Penyusunan perlengkapan sekolah

6) Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah

7) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan

secara berkala

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

88

k. Laboran

Laboran/juru bengkel membantu guru praktik laboratorium/

praktik dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Membantu untuk mempersiapkan ruang laboratorium/praktik

2) Mempersiapkan ruang laboratorium/praktik

3) Pemeliharaan dan penyimpanan bahan/alat parktik

4) Inventarisasi bahan/alat praktik

5) Pengawasan pelaksanaan praktik

6) Penyusunan laporan keadaan bahan alat praktik

7) Menerima, memeriksa, dan meneliti alat-alat/perkakas yang telah

dikembalikan oleh guru/peserta didik

8) Mengetahui kegunaan dan cara kerja setiap peralatan yang menjadi

wewenangnya

9) Melaporkan kalau ada alat rusak atau hilang kepada kelapa

instansinya untuk diproses lebih lanjut

l. Pustakawan

Pustakawan sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

1) Merencanakan pengadaan buku/bahan pustaka/media elektronik;

2) Mengurus pelayanan perpustakaan;

3) Merencanakan pengembangan perpustakaan;

4) Memelihara dan perbaikan buku-buku/bahan pustaka/media

elektronika;

5) Menginventarisasi dan mengadministrasikan buku-buku/bahan

pustaka/media elektronika;

6) Menyimpan buku-buku perpustakaan/media elektronika;

7) Menyusun tata tertib perpustakaan;

8) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara

berkala8

8 Dokumen SMA NU Al Ma’ruf Kudus diambil pada tanggal 5 Maret 2018

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

89

8. Kondisi Peserta didik

Peserta didik SMA NU Al Ma’ruf Kudus terbagi dalam 30

rombongan belajar yakni kelas X (10 rombongan belajar), kelas XI (10

rombongan belajar yang terdiri dari 1 jurusan Bahasa, 3 Jurusan IPA, dan 6

jurusan IPS), dan kelas XII (10 rombongan belajar yang terdiri dari 1

jurusan Bahasa, 3 Jurusan IPA, dan 6 jurusan IPS).

Peserta didik SMA NU Al Ma’ruf Kudus terbagi dalam 14

rombongan belajar yakni kelas X (5 rombongan belajar), kelas XI (5

rombongan belajar yang terdiri dari 2 jurusan IPA dan 3 Jurusan IPS) dan

kelas XII (4 rombongan belajar yang terdiri dari 2 jurusan IPA dan 1

Jurusan IPS).

Kondisi peserta didik SMA NU Al Ma’ruf Kudus dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.11

Data Peserta Didik SMA NU Al Ma’ruf

Tahun Pelajaran 2017/2018

Kelas Peserta didik Jumlah

Laki-Laki Perempuan

X. BBU 8 25 33

X. MIPA 1 13 24 37

X. MIPA 2 12 24 36

X. MIPA 3 12 25 37

X. IPS 1 15 23 38

X. IPS 2 15 22 37

X. IPS 3 15 22 37

X. IPS 4 16 20 36

X. IPS 5 17 19 36

X. IPS 6 15 21 36

Jumlah 138 225 220

XI. BBU 11 28 39

XI. MIPA 1 18 28 46

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

90

XI. MIPA 2 18 26 44

XI. MIPA 3 19 25 44

XI. IPS 1 14 24 38

XI. IPS 2 14 26 40

XI. IPS 3 14 24 38

XI. IPS 4 15 24 39

XI. IPS 5 14 24 38

XI. IPS 6 13 25 38

Jumlah 150 254 404

XII. Bhs 8 29 37

XII. IPA 1 12 27 39

XII. IPA 2 11 25 36

XII. IPA 3 12 28 40

XII. IPS 1 17 19 36

XII. IPS 2 18 18 36

XII. IPS 3 17 20 37

XII. IPS 4 17 19 36

XII. IPS 5 17 20 37

XII. IPS 6 17 18 35

Jumlah 146 223 369

Jumlah Seluruh 434 702 1136

B. Deskripsi Data

1. Strategi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius di SMA NU Al

Ma’ruf Kudus

Dalam menerapkan shalat fardhu dan shalat sunnah pada anak di

sekolah, tentunya guru mempunyai kebijakan atau langkah-langkah dalam

pelaksanaanya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a. Melalui Pengajaran atau Pemberian Materi

Dalam upaya pendisiplinan shalat fardhu pada siswa di SMA NU

Al Ma’ruf Kudus langkah pertama yang dilakukan guru SMA NU Al

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

91

Ma’ruf Kudus yaitu melalui pengajaran maksudnya siswa dan siswi di

berikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pelajaran Shalat

khusunya materi Shalat fardhu berjamaah dan Shalat Sunnaah. Siswa

diberi pengarahan tentang pentingnnya shalat, hikmah mengerjakan

shalat, akibat bila tidak mengerjakn shalat, serta materi yang menyangkut

Shalat fardhu sebagaimana yang di ungkapkan oleh Bapak Anas Ma’ruf

Selaku Guru PAI:

Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus ini siswa siswinya di berikan materi

shalat Fardhu dalam pembelajaran praktik Agama karena dengan

diberikannya materi shalat fardu lebih mendalam siswa akan

memahamai pentingnnya shalat dalam kehidupan sehari hari.9

Pendapat tersebut di dukung oleh Bapak Drs. Shodiqun selaku

Kepala Sekolah di SMA NU Al Ma’ruf Kudus, dia memberikan

pernyataan sebagai berikut:

Dengan memberi materi shalat fardhu dan sunnah pada siswa

sebelum praktik mereka akan faham dan mengerti tentang

pentingnya shalat bagi kehidupan meskipun di SMP/MTs mereka

sudah mendapatkan materi tentang shalat dengan harapan mereka

melakukan tidak hanya sebatas kewajiban semata tetapi sebagai

upaya dan sarana mendekatkan diri kepada Allah swt.10

Melihat dari wawancara tersebut memang pemberian materi shalat

sebelum pelaksanaan shalat sangat penting dengan harapan siswa dan

siswi mampu dan faham pentingnya shalat untuk kehidupan mereka. Saat

melakukan penelitian saya melihat Guru PAI sedang memberikan arahan

dan materi Shalat, siswa dan siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus dengan

seksama sedang memperhatikan arahan dan pemberian materi Shalat

Fardhu dan Sunnah, mereka antusias bertanya bila tidak mengerti dan

menjawab bila ditanya ternyata melalui pemberian materi dirasa harus

dilakukan.11

9 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 10 Wawancara dengan Bapak Drs. Shodiqun, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 11 Hasil Observasi pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

92

Dengan memberikan pendidikan sesuai dengan realita keadaan dan

kehidupan saat ini dan juga memberikan dorongan semangat motivasi

dalam belajar pendidikan agama akan lebih efektif tanpa harus mengikuti

prosedur buku yang mana memerlukan proses yang panjang. Pendapat ini

sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Anas Ma’ruf selaku guru PAI di

SMA NU Al Ma’ruf Kudus.

Dalam memberikan materi kepada siswa kita harus jeli mana yang

harus didahulukan agar lebih bermanfaat kepada siswa. Bapak

Anas Ma’ruf Juga menambahkan pendapatnya terkait langkah dan

upaya yang dilakukan agar strategi tersebut tetap di jalankan.

Bahwa strategi dengan pemberian materi harus disesuaikan dengan

kemampuan siswa, menggunakan penyampaian yang tidak

monoton dan juga mengangkat permasalahan permasalahan yang

up to date/terbaru contohnya shalat menggunakan Bahasa

Indonesia bagaimana hukumnya jadi siswa akan tertarik untuk

mendengarkan.12

Namun juga dalam memberikan materi tentang shalat juga

dibutuhkan strategi dalam menyampaikan materi shalat agar siswa tidak

jenuh dan bosan dalam memahami materi yang di berikan adapun

ungkapan dari bapak Anas Ma’ruf:

Dalam penyampaian materi tentang shalat saya mencoba untuk

selalu dekat dengan siswa dengan sedikit senyum dan canda

sehingga anak didik saya merasa nyaman dengan saya sehingga

mereka bisa nyaman ketika mengikuti materi yang saya

sampaikan.13

Bapak Suyono selaku Wakil Kepala Sekolah mengatakan terkait

sejauh mana metode ini diimplementasikan:

Sampai sekarang kami masih mempertahankan metode pengajaran

atau pemberian materi ini karena siswa siswi bisa menerima

dengan baik metode ini dengan didindikasikan setiap kami

menjelaskan siswa juga mendengarkan dan bertanya jika mereka

belum memahami materi yang kami sampaikan.14

12 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 13 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 14 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari

2018.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

93

Dalam Strategi pemberian materi Guru PAI juga menghadapi

beberapa kelemahan atau kesulitan Pak Anas Ma’ruf menjelaskan:

Kondisi siswa yang capek karena menerima materi pelajaran yang

padat sehingga siswa mengantuk, sehingga motivasi dan semangat

menerima materi yang disampaikan menurun.ada sebagian siswa

yang takut atau malu bertanya ketika tidak memahami materi yang

disampaikan.15

Dari uraian diatas, begitu jelas bahwa pemberian materi shalat

pada siswa yang dilakukan oleh guru PAI merupakan bentuk langkah

pertama dalam pembelajaran shalat fardhu dan Sunnah berjamaah.

b. Melalui Pembiasaan

Dalam pembelajaran ibadah shalat Fardhu dan sunnah tidak cukup

dengan pemberian materi shalat saja, namun juga dibutuhkan praktik

juga agar para anak didik mampu memahami dari unsur luar dan dari

dalam sebagaimana yang diungkapkan Bapak Suyono selaku Wakil

Kepala Sekolah:

Begini mas… selain mengajarkan materi shalat fardhu pada anak

didik, saya juga mengajak mereka melakukan shalat Dhuhur

berjamaah dan shalat Duha. Ini saya lakukan biar mereka faham

dan merasakan bahwa mendekatkan diri kepada Allah adalah hal

yang diwajibkan, karena tujuan hidup manusia adalah untuk

ibadah.16

Pak Anas Ma’ruf juga menambahkan pendapatnya langkah yang

kami lakukan agar strategi pembiasaan tetap bisa dipertahankan:

Kami selalu mengabsen secara berkelanjutan siswa yang shalat dan

yang tidak shalat di bantu OSIS dan wali kelas atau ketua kelas

sehingga kami bisa memantau perkembangan religiusitas dalam

diri siswa.17

Peneliti juga mewawancarai Imran salah satu siswa kelas XI

jurusan IPS dia menuturkan tentang di implementasikannya shalat fardhu

dan sunnah di SMA NU Al Ma’ruf Kudus menurutnya:

15 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 16 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Waka Kurikulum pada tanggal 8 Januari 2018. 17 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

94

Saya sangat setuju dengan di adakannya Shalat Dhuhur berjamaah

selain saya bisa shalat berjamaah. karena di rumah saya tidak

pernah shalat berjamaah ketika hari libur. Alasan yang lain banyak

teman saya yang ikut dan takut dihukum guru jadi saya shalat

saja.18

Terkait diimplementasikannya strategi dengan pembiasaan kepala

SMA NU Al Ma’ruf Kudus, Bapak Drs. Shodiqun dia memberikan

pernyataan sebagai berikut:

Memang praktik keagamaan itu perlu dan untuk itu saya jadikan

praktik-praktik itu menjadi rutinitas yang harus dijalani oleh setiap

siswa jadi ini bukan praktik ibadah lagi namun sudah masuk

jadwal.19

Dari uraian diatas, begitu jelas bahwa dalam pembelajaran ibadah

shalat fardhu tidak cukup hanya diberikan materi saja akan tetapi

dibutuhkan praktik juga. Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam upaya

pendisiplinan shalat, guru melakukan salah satu tindakannya yaitu

melalui pembiasaan yaitu melakukan kegiatan ibadah di sekolah, yang

dibimbing oleh guru PAI dan dewan guru, seperti yang diungkapkan oleh

Bapak Anas Ma’ruf:

Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus kegiatan Shalat dhuhur berjamaah

diikuti oleh semua siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus dan dilakukan

di jam istirahat kedua ketika sudah masuk waktu dhuhur dengan

imam dari guru dari mata pelajaran lain dan dilakukan secara

bergiliran di hari hari yang berbeda-beda dan diabsen. untuk shalat

Duha di laksanakan ketika jam pelajaran praktik Agama di kelas

berbeda-beda dan hari yang berbeda yang di Imami oleh guru

Agama dan diabsen.20

Bapak Suyono memaparkan alasan menggunakan Strategi

Pembiasaan dia mengungkapkan:

Agar siswa tidak merasa terbebani dan merasa nyaman dengan apa

yang dilakukannya sehingga ada rasa rindu kepada Tuhannya maka

di butuhkan pembiasaan dan rutinitas yang di lakukan berulang-

18 Wawancara dengan Imran siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018. 19 Wawancara dengan Bapak Drs. Shodiqun, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 20 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

95

ulang sehingga menghasilkan perbuatan yang positif karena sesuatu

yang positif diawali yang bersifat positif.21

dia juga menambahkan pendapatnya:

Sejauh ini dan sampai saat ini strategi tersebut masih tetap

dipertahankan karena siswa dan siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus

sudah mulai terbiasa hal ini diindikasikan siswa banyak yang

mengikuti shalat Dhuhur berjamaah dari pada yang tidak

mengikuti.22

Pak Anas Ma’ruf menambahkan pendapatnya terkait hambatan

dalam Mengimplementasikan shalat Fardhu dan Sunnah dengan strategi

pembiasaan dia berpendapat:

Faktor kebiasaan di rumah dan lingkungan masyarakat yang kurang

mendukung untuk anak terbiasa shalat disisi lain orang tua yang

tidak mengarahkan anak atau mengajak anaknya untuk shalat.23

Keberhasilan dari Strategi yang diimplementasikan tidak terlepas

dari pemberian motivasi yang diberikan oleh Guru PAI Bapak Anas

Ma’ruf berpendapat:

Dari kognitif “Kami memberikan motivasi kepada siswa siswi

SMA NU AL Ma’ruf Kudus untuk semangat shalat berjamaah

dengan pemberian cerita-cerita atau kisah kisah sejarah para Nabi

dan Rasul yang selalu menjaga shalatnya dan akhirnya Nabi dan

Rasul mendapatkan kemudahan ketika di hadapkan pada kesulitan

dan mendapatkan ketenangan batin ketika mendekatkan diri pada

Allah, dari ranaf afektif kami seluruh guru SMA NU AL Ma’ruf

Kudus ketika sudah berkumandang Adzan Dhuhur ketika kami

melihat ada siswa yang masih di kelas dan di kantin kami mengajak

mereka untuk shalat Dhuhur berjamaah. Dari ranah psikomotorik

seluruh guru juga menyatu dan ikut shalat berjamaah bersama

siswa.24

Lebih lanjut Pak Anas Ma’ruf menjelaskan tentang kendala-

kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan strategi dengan

21 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari

2018. 22 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari

2018. 23 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 24 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

96

pemberian motivasi baik dari ranah kognitif, afektif, psikomotorik beliau

berpendapat:

Kendala dari ranah kognitif kurangnya pemahaman dan kesadaran

akan pentingnya shalat untuk kehidupan, dari ranah afektif sikap

siswa yang sulit untuk diajak shalat berjamaah karena lingkungan

yang kurang mendukung, ranah psikomotorik siswa yang masih

membuat kegaduhan dan jahil ketika temannya sedang

melaksanakan shalat dan dari kendala-kendala tersebut kami selaku

Guru PAI belajar dari problem yang kami hadapi dan sekarang ini

sedikit demi sedikit dapat kami selesaikan semua karena berkat

konsistensi dan istiqomah dari seluruh Bapak Ibu Guru, meskipun

masih ada siswa yang membandel yang terpenting mereka

melaksanakan shalat berjamaah dan program dalam mewujudkan

nilai religius tetap bisa di jalankan.25

c. Melalui Penegakkan Disiplin

Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus guru juga memberlakukan

penegakkan disiplin dalam upaya pendisiplinan shalat Fardhu dan

Sunnah. Hukuman pada dasarnya bukan karena Guru membenci tapi

tujuannya lebih kepada mendidik pada siswa-siswinya untuk disiplin

sehingga hukuman dijadikan sebagai rasa tanggung jawab apa yang telah

diperbuat sebagai contohnya diutarakan oleh Bapak Anas Ma’ruf selaku

Guru PAI:

Begini Mas ….untuk menghadapi anak-anak yang sering tidak ikut

shalat Duha dan Dhuhur biasanya saya menghukum untuk

membaca Istiqhfar dan membaca Surah Yasin di halaman sekolah,

alasan saya supaya mereka tidak mengulangi lagi.26

Adapun ungkapan dari Bapak Suyono selaku waka kurikulum, dia

memberi pernyataan sebagai berikut:

Saya sering menjumpai anak yang masih berada di kelas dan di

kantin sekolah ketika waktu pelaksanaan shalat Dhuhur akhirnya

saya suruh untuk membaca Surah Yasin dan Istiqhfar, tergantung

25 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 26 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

97

berapa kali dia tidak shalat jika sering meninggalkan shalat saya

suruh membaca berkali-kali ditambah hukuman lain.27

Dari contoh tersebut bahwa ditunjukkan hukuman yang diterima

para siswa bukan semata mata benci dengan mereka tapi semata ingin

mendidik mereka agar mereka malu dan tidak mengulangi lagi, kalaupun

ini tidak dilakukan dikhawatirkan siswa akan mengulangi lagi.

Sebagaiman yang diungkapkan oleh Bapak Kepala Sekolah yaitu Bapak

Drs. Shodiqun:

Anak sekarang ini tidak cukup hanya dibilangin mulut tapi perlu

diberi hukuman dengan hukuman yang membuat mereka jera

namun yang sifatnya mendidik seperti menyapu Mushalla Sekolah.

Ini saya lakukan bukan semata marah pada mereka tetapi agar

mereka jera dan tidak mengulangi lagi.28

Dari ungkapan bapak Drs. Shodiqun bahwasanya hukuman fisik

yang sifatnya mendidik itu perlu namun dalam batas sewajarnya dan juga

hukuman yang di lakukan itu haruslah mendidik agar siswa tidak

mengulangi lagi.

Adapun dalam implementasi dzikir di SMA NU Al Ma’ruf Kudus hal

tersebut bertujuan untuk membentuk sikap taat dan patuh terhadap aturan

Allah SWT, baik dalam hal aqidah, ibadah maupun mu’amalah. Sehingga

segala gerak dan langkah serta tutur kata memancarkan akhlak Allah SWT.

yang penuh rahmah, berbudi luhur dan jauh dari akhlak tercela, adapun

langkah-langkah Guru PAI yang di gunakan untuk mencapai tujuan tersebut

melalui:

a. Melalui Nasehat (Mauidzah)

Pemahaman mengenai dzikir, menurut informan Anas Ma’ruf

selaku guru PAI yaitu, mengingat Allah SWT, dengan mengingat Allah

hati akan menjadi tenang, segala permasalahan yang dihadapi menjadi

27 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari

2018. 28 Wawancara dengan Bapak Drs. Shodiqun, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

98

mudah, sembuh dari rasa tertekan yang menjadi faktor pencetus stress

berikut kutipan wawancaranya:

Jika siswa sedang dihadapkan suatu tugas sekolah yang banyak

yang sedang membebaninya sehingga ia merasa tertekan dan

dirinya merasa stress, maka dengan pemberian dzikir akan

menjadikan hatinya menjadi tenang karena dengan ingat Allah hati

menjadi tenang.29

Selain itu adapun pengertian dari dzikir, para responden

mengungkapkan bahwa, dzikir itu ialah mengingat Allah SWT, akan

tetapi maksud dari masing-masing responden berbeda, ada yang

mengungkapkan bahwa dzikir itu hanya lafad Subhanallah,

Alhamdulilah, Astaqhfirullah dan Allahu Akbar, seperti yang

diungkapkan oleh Imran selaku siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus berikut

kutipan hasil wawancara; Kalau dzikir itu kaya Istighfar, Allahu Akbar,

Subhanallah.30

Hal ini sama seperti yang diungkapkan Tina selaku siswa SMA NU

Al Ma’ruf Kudus yang lain yang mana mereka memahami dzikir itu

hanya lafadz saja tanpa mengetahui makna dari dzikir tersebut.berebeda

dengan siswa SMA yang lain mengungkapkan bahwa dzikir yang

maksudnya, yaitu mengingat apa yang dipikirkannya, jika ia sedang

mengingat Allah maka ia artikan dzikir itu mengingat Allah, begitu pun

ia artikan dzikir itu ingat segala apa yang dipikirkannya. Berikut kutipan

hasil wawancara;

Dzikir yaitu kita mengingat, mengingat apapun yang ada dipikiran,

paling utama mengingat Allah SWT.31

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, peran dari Guru PAI

sangat penting bagi mereka. Mengingat dari hasil wawancara ini

sebagian besar siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus masih belum

memahami betul pengetahuan agama termasuk pengetahuan mengenai

29 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 30 Wawancara dengan Imran siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018. 31 Wawancara dengan Tina siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

99

dzikir baik pada saat sedang beribadah, bekerja, dan menuntut ilmu.

bahwa menurut guru PAI pemahaman siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus

sangat kurang sekali .karena dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan

keluarga dan masyarakat mereka tidak terbiasa untuk berdzikir, dan ini

menjadi kewajiban untuk mengajarkan kembali, mengingatkan kembali.

Setelah mereka ingat dan mngenal dzikir, kita dapat melanjutkan pada

pemberian materi yang diberikan selanjutnya.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan bapak Anas Ma’ruf selaku

guru PAI di SMA NU Al Ma’ruf Kudus;

Pemahaman siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus mengenai dzikir,

mereka harus diajarkan juga diingatkan kembali, kita bimbing lagi

mulai dari pengertian dzikir, apakah mereka tahu dan ingat, setelah

mereka mengenal arti dzikir baru kita lanjutkan bacaan dan dzikir

itu sendiri, juga kita tambahkan artinya agar mereka bisa

memahami betul, mengingat mereka itu kesehariannya tinggal di

lingkungan masyarakat dan keluarga.32

Setelah dilakukan wawancara lebih lanjut, saya coba untuk

mengemukakan seberapa banyak mereka berdzikir dalam sehari berikut

bacaan apa yang mereka baca dan jawabanya pun bermacam-macam,

menurut Tina selaku siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus, mengatakan

bahwa mereka berdzikir setiap selesai shalat Dhuhur berjamaah dan

shalat sunnah. Berikut kutipan wawancaranya;

Setiap selesai shalat Dhuhur berjamaah dan shalat sunnah Dhuha

saya membaca istighfar, tahmid, tahlil, dan takbir sebanyak 3 kali

saya suka berdzikir minta sama Allah SWT. Berikut dzikir yang

saya dibaca astaghfirullah, ya Allah, Amin ya Rabbal alamin,

Alhamdulilah, Allahu Akbar, lailaha Illallah. Mudah-mudah aja

yang saya ingat, yang saya baca.33

Adapun pendapat dari Imran selaku siswa SMA NU Al Ma’ruf

Kudus, ia mengatakan bahwa ketika berdzikir ketika sedang banyak

tugas, berikut kutipan wawancarannya;

32 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 33 Wawancara dengan Tina siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

100

Setiap selesai shalat dhuhur, sambil berdzikir terus yang saya baca

istiqhfar terus membaca Laa Ilaha IIIallah.34

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi guru PAI

mengemukakan bahwa terkadang menjumpai siswa yang sedang

mengalami masalah dengan keluarga ada juga yang mengalami masalah

dengan pelajaran, maka siswa terkadang lebih agresif, lebih mudah

tersinggung, cepat marah dan emosi yang tidak menentu terbukti setelah

diberikan bimbingan dzikir dan do’a siswa bisa lebih tenang, selain itu

siswa bisa untuk diajak ngobrol, sehingga mereka bisa lebih terbuka dan

bahkan sampai mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi oleh

para siswa SMA, meskipun tidak secara keseluruhan dan hanya sebagian

saja dan hal yang sangat terpenting ada siswa yang mulai mengamalkan

dzikir sebagaimana kutipan wawancara Bapak Suyono selaku Wakil

Kepala Sekolah sebagai berikut;

Saya melihat mereka yang agresif menjadi bisa menjadi tenang bisa

untuk diajak bicara, ia bisa lebih terbuka lagi, bahkan sampai

curhat masalah pribadinya. Saya berharap semoga yang siswa yang

menghadapi masalah baik di lingkungan keluarga dan sekolah bisa

terselesaikan. Yang terpenting itu mereka merasakan ketenangan

dulu itu sudah baik menurut saya.35

Dan hal yang sangat terpenting dari hasil bimbingan ini, adanya

siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus mulai mengamalkan, sebagaimana

kutipan wawancara dengan pembimbing sebagai berikut;

Karena kita bimbinganya ketika jam praktik agama atau ketika jam

pelajaran agama Islam, jadi kesehariannya kami tidak bisa

memantau siswa satu persatu.36

Pembimbing melihat secara keseluruhan bagi siswa SMA NU Al

Ma’ruf Kudus yang sering mengikuti bimbingan terlihat jelas bahwa

mereka yang menghadapi masalah atau yang stress tatkala mengikuti

34 Wawancara dengan Imran siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018. 35 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari

2018. 36 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

101

bimbingan dzikir hatinya menjadi lebih tenang, lebih ikhlas, tidak kasar,

bahkan sampai ada yang mengamalkan bimbinganya dzikir yang saya

berikan di luar jam pelajaran praktik agama atau di luar shalat Dhuhur

berjamaah atau shalat Duha.

Manfaat dari semua itu di antaranya kita mendapat ketenangan dari

Maha Kuasa Allah SWT, dan itu sangat saya rasakan, semuanya

atas kuasanya karena hanya Allah lah yang pemberi ketenangan

yang sebenarnya.37

b. Melalui Pembiasaan

Kegiatan dilaksanakan setiap selesai shalat Dhuhur berjamaah dan

ketika shalat sunnah duha ketika jam pelajaran praktik Agama dan

kegiatan ini dipimpin oleh guru Agama yang bertempat di

Mushalla SMA NU Al Ma’ruf Kudus.38

Tekhnik bimbingan dzikir yang guru PAI berikan dapat berupa

Asmaul Husna atau bacaan dzikir yang paling mudah untuk dihafal dan

dipraktikkan takbir, tahlil , dan tahmid yang bertujuan siswa siswi SMA

NU Al Ma’ruf Kudus menjadi tenang berikut kutipan wawancaranya Pak

Anas Ma’ruf;

Bimbingan dzikirnya yang dilakukan berupa membaca surat

alfatihah, alikhlas, al falaq, an Nass, syahadat.39

Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa SMA NU Al Ma’ruf

Kudus berkumpul di Mushalla untuk memulai shalat Dhuhur berjamaah

ketika itu waktu sudah menunjukkan jam 12.00 WIB siang semua siswa

SMA NU Al Ma’ruf Kudus shalat Dhuhur berjamaah dan setelah itu

suasana hening sejenak dilanjutkan dzikir yang dipimpin oleh Guru

Agama Islam.

Adapun dalam implemetasi budaya religius melalui busana muslim di

SMA NU Al Ma’ruf Kudus, idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya

diarahkan pada takut pada aturan bukan takut pada orang. Orang melakukan

37 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 38 Hasil Observasi pada tanggal 8 Januari 2018. 39 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

102

sesuatu karena taat pada aturan bukan karena taat pada orang yang

memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu kesadaran maka

menciptakan kondisi yang nyaman dan aman. Pada dasarnya penegakan

disiplin adalah mendidik agar seseorang taat pada aturan dan tidak

melanggar larangan yang dilandasi oleh sebuah kesadaran. Maka untuk

mewujudkan hal tersebut dalam implementasi busana muslim maka guru

PAI melakukan strategi;

a. Melalui Penegakan Disiplin

Dari hasil pengamatan dan penelitian yang saya lakukan pada

tanggal 8 Januari 2018 di SMA NU Al Ma’ruf Kudus bahwa

pengetahuan dan pemaknaan tentang busana muslim untuk siswa

khususnya siswi di sekolah tersebut setiap satu siswi dengan siswi yang

lain berbeda-beda. Drs. Shodiqun selaku Kepala Sekolah memaparkan;

Bahwa Pemakaian busana Muslim yang pengkhususan dalam

pemakaian jilbab setiap pelajaran agama Islam dan praktik agama

merupakan seragam khusus yang juga dijadikan sebagai satu ciri

khas yang menonjol dan bisa dikenal masyarakat umumnya.

Sedangkan menurut pemahaman dari masyarakat sekitar sekolah

bahwa siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus belum sepenuhnya

memakai jilbab yang didasari dengan kemauan dan keikhlasan diri

siswi, akan tetapi mereka memakai jilbab hanya karena tuntutan

aturan dan tata tertib sekolah yang wajib dipatuhi. Pemakaian jilbab

pada siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus merupakan suatu kewajiban

yang harus dijalankan dan tidak boleh ditinggalkan, karena jika

tidak memakai jilbab akan mendapatkan sanksi.40

Kepala sekolah berharap kepada para siswi memiliki keikhlasan

dan niat yang betul-betul murni dari diri siswa untuk memakai jilbab

tanpa paksaan dari pihak manapun. Sehingga pihak sekolah tidak berani

memaksa para siswinya untuk memakai jilbab. Jika pihak sekolah

memberi tekanan dan paksaan maka ditakutkan nantinya akan

memberikan dampak negatif pada generasi baru dan juga penilaian

masyarakat yang awalnya berminat belajar dan menyekolahkan anaknya

di SMA NU Al Ma’ruf Kudus, namun dengan diberlakukannya tekanan

40 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

103

dan paksaan tersebut generasi baru dan masyarakat menjadi tidak

berminat belajar dan menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Maka

dengan diberlakukannya peraturan untuk memakai jilbab pada pelajaran

agama Islam dan juga praktik agama Islam merupakan suatu usaha pihak

sekolah dalam melatih siswi untuk berdisiplin dalam mematuhi tata tertib

dan membudayakan cara berpakaian yang sopan dan rapi. Dengan ciri

khas yang dimiliki SMA NU Al Ma’ruf Kudus dan ciri khas tersebut

belum tentu dimiliki oleh sekolah SMA yang lain, maka SMA NU Al

Ma’ruf Kudus mampu bersaing dengan SMA yang lain. Mengingat

semakin banyak persaingan sekolah untuk menjadi sekolah unggulan

sekarang ini. Akan tetapi jika dilihat dari faktanya meskipun siswi di

sekolah memakai jilbab, tapi belum tentu di luar nanti akan tetap

memakai jilbab.

Karena beliau bapak Kepala Sekolah menganggap bahwa sebagus

apapun pakaian yang dipakai tapi belum tentu dan belum bisa

mencerminkan akhlak pribadi masing-masing orang. Sehingga pakaian

tidak bisa dijadikan sebagai cerminan perilaku dan akhlak bagi para

pemakainya. Begitu juga sama halnya dengan tujuan dari aturan

memakai jilbab pada siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang didasari niat

tulus dan keikhlasan para siswi akan memberikan dampak positif dan

hasil yang optimal, bukan hanya pakaian yang bagus akan tetapi akhlak

dan perilaku siswi juga ikut mencerminkan kemuliaan akhlak.

Sedangkan menurut pendapat bapak Suyono selaku Wakil Kepala

Sekolah bahwa:

Pengetahuan dan pemaknaan tentang memakai jilbab pada siswi

SMA NU Al Ma’ruf Kudus belum maksimal, karena masih dalam

tahap pembelajaran. Jadi mereka belum menyadari sepenuhnya,

dapat dilihat dari sikap setiap siswi pada saat melakukan olah raga.

Mereka masih mempunyai perasaan terganggu dengan memakai

jilbab. Mungkin mereka belum begitu menyadarinya. Jadi mereka

kadang-kadang melepas jilbab. Karena mereka merasa panas dan

kurang nyaman dengan jilbab yang dipakai. Para siswi belum bisa

menempatkan dirinya kapan mereka harus memakai dan melepas

jilbab dan juga tidak menyadari keadaan sekitarnya apakah ada

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

104

orang laki-laki non muhrim yang dengan sengaja

memperhatikannya atau tidak. Dan mereka belum menyadari

bahwa melepas jilbab itu membuka aurat dan hukumnya adalah

dosa.41

Dari pemaparan Kepala Sekolah mengenai pemakaian jilbab pada

siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus berbeda dengan pemaparan Pak

Suyono selaku Wakil Kepala Sekolah. Menurut Wakil Kepala Sekolah

pengetahuan dan pemaknaan siswa tentang memakai jilbab belum

maksimal, karena selain bermula dari aturan yang ditetapkan oleh pihak

sekolah, siswi juga masih dalam tahap pembelajaran yang mana awalnya

hanya dilatih untuk memakai jilbab dan dikenalkan dengan makna jilbab

yang hakiki. Tahap pembelajaran ini melalui proses yang sangat lama

sehingga nantinya siswi akan menyadari sepenuhnya tentang

pengetahuan dan makna memakai jilbab. Jika siswi sudah menyadari

dengan sepenuhnya tentang pengetahuan dan pemaknaan memakai

jilbab, maka siswi tidak akan melakukan hal-hal yang menyimpang

seperti pada waktu berlangsungnya mata pelajaran Penjaskes siswi

merasa terganggu dan kurang nyaman dengan pemakaian jilbab.

Dengan pemakaian jilbab mereka merasa panas dan tidak bebas

mengembangkan potensi diri. Sehingga dengan keadaan tersebut para

siswi belum bisa menempatkan dirinya kapan mereka harus memakai dan

melepas jilbab dan juga tidak menyadari keadaan sekitarnya apakah ada

orang laki-laki non muhrim yang dengan sengaja memperhatikannya atau

tidak. Begitu juga mereka belum bisa memahami bahwa melepas jilbab

itu membuka aurat dan hukumnya adalah dosa. Dari penjelasan diatas

dapat dipahami bahwa para siswi belum memiliki kesadaran dari diri

masing-masing untuk memakai jilbab secara sepenuhnya, sehingga

mereka melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang seperti, melepas

jilbab kapan pun jika mereka merasa terganggu dan tidak nyaman dengan

jilbab yang mereka pakai, tanpa menyadari keadaan sekitarnya. Menurut

41 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari

2018.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

105

pemaparan dari Pak Anas Ma’ruf selaku guru PAI dia mengatakan

bahwa;

Siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus kadang-kadang ada yang belum

bisa atau belum tahu cara memakai jilbab. Dengan begitu bagi yang

belum siap untuk memakai jilbab kadang-kadang suka dilepas

dengan berbagai alasan.42

Mengenai pemaparan dari Pak Anas Ma’ruf bahwa tidak semua

siswi tahu dan paham cara memakai jilbab, hanya beberapa siswa saja

yang bisa dan tahu cara memakai jilbab, sehingga bagi siswi yang merasa

dirinya belum siap untuk memakai jilbab maka, kadang-kadang mereka

melepas jilbab yang dipakainya dengan berbagai alasan. Beberapa hal

yang mereka jadikan alasan untuk melepas jilbab diantaranya: model

jilbab yang kurang praktis, bahan jilbab yang tidak memberikan

kenyamanan kepada pemakainya, mereka kurang terbiasa memakai jilbab

di rumah. Oleh karena itu usaha pihak sekolah untuk

mempermudah dalam memberikan ketentuan jilbab yang tidak

membebani bagi siswinya. Dengan begitu nantinya siswi akan merasa

nyaman dan senang memakai jilbab.

Menurut Tina selaku siswi di SMA NU Al Ma’ruf Kudus bahwa

memakai jilbab merupakan salah satu unsur yang terpenting bagi

orang tua untuk mempercayai setiap tingkah laku anak-anaknya.

Karena anaknya kelihatan sopan.43

Pendapat para siswi memakai jilbab merupakan hal yang terpenting

dan yang diinginkan oleh orang tua/ wali murid. Karena bagi mereka

dengan memakai jilbab akan bisa mengontrol tingkah laku anak-anaknya,

sehingga tidak akan melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan.

Selain itu orang tua/ wali murid merasa senang dan bangga jika anaknya

memakai jilbab, karena terlihat rapi dan sopan.Tapi pada kenyataannya

masih banyak siswi yang belum mengetahui tentang jilbab, dari pendapat

Tina pun pengetahuan mengenai jilbab sangat minim, karena mereka

42 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 43 Wawancara dengan Tina siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

106

belum terbiasa untuk memakai jilbab. Karena kebanyakan siswi SMA

NU Al Ma’ruf Kudus belum tahu dan terbiasa dengan memakai jilbab.

Tapi meskipun begitu peraturan ini harus dijalankan. Karena tujuan dari

awal sekolah di dalam penerapan pemakaian jilbab guna melatih dan

mendisiplinkan siswinya agar kelihatan rapi dan sopan.

Kami bangga sebagai umat Islam karena jilbab tidak hanya

menutup aurat tetapi juga sebagai pelindung diri dari orang-orang yang

berbuat jahat karena jaman sekarang banyak orang-orang yang tidak

bertanggung jawab yang ingin menghancurkan Islam dengan

mengatasnamakan Islam.

b. Melalui Pemberian Motivasi

Pemberian motivasi dilakukan guru PAI guna membangkitkan

semangat agar siswa tetap bisa belajar dan memahami bahwa menutup

aurat adalah hukumnya wajib, dan juga sebagai sarana untuk mensi’arkan

Islam. Menurut penjelasan kepala sekolah bahwa:

Memakai jilbab bagi siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus adalah

diberlakukannya pada hari-hari tertentu dan pada suatu acara atau

tempat yang mewajibkan siswi untuk memakai jilbab, seperti hari-

hari besar yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha atau

pada waktu berada disuatu tempat yang mewajibkan memakai

jilbab. Seperti forum-forum BDI (Badan Dakwah Islamiyah), pada

anak-anak mengajak untuk memakai jilbab. Namun ada juga yang

menafsirkan bahwa memakai jilbab itu hanya sebatas untuk

mentaati tata tertib sekolah, karena mungkin di luar lingkungan

sekolah mereka ada yang belum memakai jilbab.44

Bisa dipaparkan dari penjelasan kepala sekolah bahwa siswi SMA

NU Al Ma’ruf Kudus mengartikan makna memakai jilbab hanya

diperuntukkan di hari-hari tertentu atau peringatan dan di suatu acara

yang mana didalamnya diharuskan untuk memakai jilbab, misalnya hari-

hari besar seperti Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri.

Sedangkan acara seperti acara BDI (Badan Dawah Islamiyah). Disisi lain

siswi juga mengartikan makna memakai jilbab hanya untuk mematuhi

44 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

107

aturan dan tata tertib yang telah ditentukan oleh pihak sekolah, sehingga

mereka menganggap memakai jilbab sebagai tuntutan bukan sebagai

kemauan diri pribadi. Maka siswi memakai jilbab jika berada di

lingkungan sekolah saja dan belum tentu di luar lingkungan sekolah dia

memakai jilbab.

Menurut pendapat Pak Anas Ma’ruf selaku guru PAI dia

memaparkan bahwa:

kami selalu memberikan motivasi siswa dan siswi khususnya siswi

SMA NU Al Ma’ruf Kudus untuk memakai jilbab diantaranya:

untuk melindungi kehormatan/ harga diri siswa dalam pergaulan

khususnya di luar sekolah; sebagai tanda bahwa siswi tersebut

mayoritas bernuansa Islam; suatu trend; dan untuk mengendalikan

tingkah laku dalam pergaulan.45

Ada beberapa motivasi memakai jilbab yang dipaparkan menurut

pendapat Bapak Anas Ma’ruf seperti yang pertama, manfaat dan

kegunaan jilbab yang digunakan sebagai pelindung diri, kehormatan dan

hargai diri siswa dalam pergaulan di luar sekolah, supaya siswi tidak

terpengaruh oleh pergaulan bebas dan Westernisasi. Mengingat semakin

bebasnya pergaulan para remaja kini yang mengakibatkan kerusakan

moral dan akhlak para pelajar. Sehingga dengan adanya jilbab

diharapkan bisa mengontrol pergaulan di lingkungan sekolah maupun

luar sekolah. Kedua, dengan memakai jilbab kita sudah menunjukkan

sebagai seorang muslimah sejati. Begitu juga pada siswi SMA NU Al

Ma’ruf Kudus yang berciri khas dengan memakai jilbab, maka sekolah

tersebut bernuansakan Islami. Ketiga, Siswi yang memakai jilbab bukan

berarti tidak mengerti zaman, akan tetapi dengan memakai jilbab justru

mengikuti trend masa kini. Menurut Bapak Anas Ma’ruf dengan melihat

realita yang ada banyak sekali perempuan yang memakai jilbab. Dengan

pemakaian jilbab yang diaplikasikan pada siswa dapat memberikan

motivasi untuk menggunakan jilbab. Bahkan dalam agama Islam jilbab

wajib digunakan untuk menutup aurat. Bahkan di dalam surat An-Nuur

45 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

108

ayat 31 dan Al-Ahzab Ayat 59 ditegaskan bahwa wanita wajib untuk

memakai jilbab. Oleh karena itu di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

diwajibkan untuk memakai jilbab pada sebagai pembiasaan siswa dalam

memakai jilbab, karena memakai jilbab harus dengan kesadaran dan

keikhlasan serta kebiasaan secara terus menerus. Keempat, Dengan

memakai jilbab dapat menghindarkan siswi dari perilaku yang tidak

senonoh sehingga dapat membentengi diri dari hal-hal negatif yang

dilakukan orang lain. Dengan pemakaian jilbab siswi akan merasa aman

dan terlindungi.

Menurut Tina bahwa motivasi memakai jilbab adalah untuk

mendapatkan kepercayaan dari orang tua. Misalnya keluar rumah

sewaktu-waktu selalu mendapatkan sorotan positif dari orang tua.

Untuk melatih diri supaya terbiasa memakai jilbab. Sebagaimana

yang telah dilakukan orang lain sebagai seorang muslim.46

Pendapat murid alasan dalam memakai jilbab adalah memperoleh

kepercayaan dari orang tua. Kita sebagai murid dengan mendapatkan

kepercayaan tersebut dapat memanfaatkannya sebaik mungkin, misalnya

kita izin keluar rumah untuk belajar kelompok kepada orang tua, kita

harus bersikap jujur atas tujuan tersebut. Dari segi pemakaian jilbab

diharapkan dapat melatih kerapian dan kesopanan dalam berpakaian yang

sesuai dengan syar’i. Orang tua akan memberikan kepercayaan kepada

anaknya dan tidak merasa was-was bila anaknya keluar rumah dan

bergaul dengan teman-temannya maka kebebasan akan diberikan kepada

seorang anak.

Menurut Pak Anas Ma’ruf motivasi memakai jilbab beliau utarakan

kepada siswa ketika jam pelajaran agama dan praktik agama.

Motivasi yang saya sampaikan adalah; pertama, bahwa jilbab

untuk menutupi kekurangan pada diri seseorang misalnya ada yang

cacat tidak menjadi tahu secara langsung. Kedua, bahwa jilbba

untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim. Ketiga, status

46 Wawancara dengan Tina siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

109

sekolah mengikuti kaidah agama, dengan memakai jilbab bisa

meredakan keinginan seseorang atau menjauhi zina.47

Dari hasil interview dengan Pak Anas Ma’ruf penulis dapat

menyimpulkan pertama, bahwa siswi apabila ada kecacatan dalam

fisiknya bisa tertutupi dengan jilbabnya berbeda dengan siswi yang tidak

berjilbab apabila ada kecacatan dalam dirinya, misalnya rambut keriting

maka akan lebih cantik dengan memakai jilbab. Dan mereka tidak perlu

kesalon untuk mempercantik dirinya karena malu pada orang yang

melihatnya. Kedua, sebagai tanda atau simbol bahwa dia beragama Islam

karena di dalam Islam sendiri wanita diwjibkan memakai jilbab. Ketiga,

jika para siswi dalam lingkungan sekolah membiasakan memakai jilbab,

maka hal ini merupakan nilai tambahan bagi SMA NU Al Ma’ruf Kudus

dimana SMA NU Al Ma’ruf Kudus mendapatkan respon yang baik bagi

masyarakat khususnya bagi calon siswi baru. Selain itu SMA NU Al

Ma’ruf Kudus juga tidak kalah dengan pesantren maupun Madrasah

Aliyah yang ada. Di sisi lain dengan memakai jilbab bisa meredakan

seseorang karena manusia makhluk yang merasa kurang dan ingin

sesuatu yang lebih sehingga dengan memakai jilbab bisa mengendalikan

segala keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang belum tentu itu

bermanfaat menurut dirinya.

Ada beberapa manfaat memakai jilbab bagi siswi SMA NU Al

Ma’ruf Kudus. Pertama, berjilbab merupakan budaya Islam yang sudah

diterapkan dari zaman Rasulullah SAW sampai kehidupan sekarang ini

sehingga kita selaku umat Islam yang mentaati perintah Allah dan

Rasulnya, memiliki kewajiban untuk melestarikan salah satu budaya

Islam tersebut. Begitu juga para siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang

memakai jilbab, mereka sudah mentaati dan melaksanakan perintah Allah

dan Rasulnya. Kedua, dengan adanya peraturan yang disusun oleh pihak

sekolah secara tidak langsung bisa melatih siswi untuk hidup disiplin.

Selain disiplin dalam mematuhi peraturan pihak sekolah yang telah

47 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

110

ditentukan dan juga disiplin dalam menjaga dan melaksanakan syari’at

Allah dan Rasul. Ketiga, berawal dari mendidik generasi muda untuk

memakai jilbab maka akan memberikan titik cerah dalam kehidupan

nantinya. Begitu juga dalam mendidik siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus

untuk memakai jilbab akan memberikan contoh yang baik kepada

masyarakat. Jika generasi yang dilahirkan oleh SMA NU Al Ma’ruf

Kudus memiliki keagungan akhlak dan pribadi yang mulia maka, akan

melahirkan generasi baru yang lebih baik yang juga memiliki keagungan

akhlak dan pribadi yang mulia seperti generasi sebelumnya. Keempat

dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan pesat menjadikan

pergaulan bebas merajalela dikalangan remaja dan pelajar. Berdasarkan

realita yang ada kebanyakan para remaja dan pelajar terperangkap dalam

pergaulan bebas. Sehingga upaya SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam

membentengi para siswinya yaitu dengan melatih dalam pemakaian

jilbab. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan para siswi yang belum

memakai jilbab bisa mencontoh para siswi yang berjilbab.

2. Unsur-unsur apa sajakah yang mendukung strategi dalam membangun

budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Pada dasarnya setiap pendidikan agama Islam pasti akan ada unsur

pendukung dan penghambat, terutama dalam mengembangkan budaya

religius di tingkat SMA, berikut ini adalah pemaparan wawancara dengan

Kepala Sekolah SMA NU Al Ma’ruf Kudus:

Kalau menyangkut unsur/faktor pendukung dalam membangun

budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus sejauh ini ya karena

peran serta guru-gurunya mas, di sini bukan hanya guru agama saja

yang ikut berpartisipasi dalam menerapkan budaya religius tapi guru

non agama pun juga ikut dalam melestarikan dan mengembangkan

budaya religius, contohnya shalat fardhu, shalat sunnah, dzikir dan

berbusana muslim.48

Dari wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam

membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus ini mendapat

48 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

111

dukungan dari semua guru baik guru agama maupun guru non agama,

kebersamaan ini mereka tujukan agar ditiru oleh peserta didiknya,

kematangan spiritual juga tidak hanya diajarkan kepada peserta didiknya,

melainkan kepada semua guru dan warga sekolah. Persamaan kedudukan

inilah yang menjadikan sekolah ini menjadikan kesetaraan antara guru dan

murid, hal tersebut ditegaskan juga oleh bapak Anas Ma’ruf:

Saya juga mengusulkan kepada bapak Kepala Sekolah tentang

kewajiban yang dijalankan di sekolah ini bukan hanya kepada murid

saja, akan tetapi guru juga harus ikut serta dalam setiap kegiatan

keagamaan agar menjadi contoh yang baik bagi siswa.49

Pernyataan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa seorang guru

memanglah harus menjadi tauladan yang baik bagi peserta diidknya, bukna

hanya menyampaikan ilmu saja, akan tetapi juga mengajari praktiknya

secara langsung dengan baik. Guru tidak seharusnya hanya mengajarkan

moral dan etika yang aik akan tetapi juga harus mencontohkan hal tersebut

agar ditiru oleh peseta didiknya.

3. Unsur-unsur yang menghambat strategi dalam membangun budaya

religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Pendidikan nilai keagamaan mempunyai posisi yang penting dalam

upaya mewujudkan upaya budaya religius. Karena hanya dengan pendidikan

nilai keagamaan, anak didik akan menyadari pentingnya nilai keagamaan

dalam kehidupan.dari keberhasilan penanaman nilai keagamaan tersebut

pasti ada faktor pendukung dan penghambatnya di antaranya adalah:

a. Hambatan dalam menerapkan shalat berjamaah dengan adanya

pembelajaran yang dilakukan oleh guru PAI di SMA NU Al Ma’ruf

Kudus dalam pendiplinan siswa dalam shalat fardhu dan sunnah pada

siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus tentu ada faktor yang menghambat

dalam mencapai pelaksanaan tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut

antara lain:

1) Minimnya jam pelajaran agama Islam

49 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

112

Kurangnya jam pelajaran agama merupakan hambatan yang

paling dirasakan oleh siswa, karena 1 jam pelajaran agama akan habis

untuk penyampaian materi shalat fardhu dan sunnah secara teoritis.

Sedangkan praktik dan pengamalan khususnya shalat sunnah sangat

dirasa minim waktunya.

Adapun ungkapan dari bapak Kepala Sekolah Drs. Shodiqun

mengungkapkan:

minimnya jam pelajaran agama ini merupakan faktor

penghambat dalam pembelajaran Agama, apalagi jam pelajaran

Praktik Agama 1 jam pelajaran Agama akan habis untuk

menyampaikan materi dan harus dengan disertai praktik agar

anak tau bagaimana cara-cara shalat fardhu khususnya shalat

sunnah.50

Dari uraian di atas memang dalam pembelajaran praktik agama

membutuhkan waktu yang lumayan lama apalagi tentang materi shalat

sunnah yang jarang mereka lakukan.

2) Kurangnya Kesadaran dari Siswa

Setiap siswa memiliki sifat yang berbeda-beda, ada yang patuh

apabila di perintah guru dan ada juga yang bandel. Demikian yang

terjadi di SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam upaya mendisplinkan

shalat frdhu dan sunnah, ada siswa yang apabila dia diperintah dia

langsung bergegas melaksanakannya akan tetapi da juga siswa yang

malas melakukannya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Anas

Ma’ruf:

Begini Mas …disini itu setiap anak mempunyai watak yang

berbeda-beda ada yang patuh misalnya apabila waktu shalat

dhuhur sudah waktunnya tanpa disuruh pun mereka sudah

langsung bergegas ke Mushalla , tetapi ada yang membandel

kalau tidak disuruh tidak mau melaksanakan shalat dhuhur.51

Berdasarkan hasil observasi, saat itu pukul 12.00 WIB

menunjukkan bahwa jam istirahat kedua dan waktu shalat dhuhur

50 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018. 51 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

113

telah tiba, ada sebagian siswa dengan sadar langsung menuju ke

Mushalla dan mengambil air wudhu kemudian mengambil posisi rapi

dan bershaf akan tetapi ada juga siswa yang masih duduk-duduk di

teras kelas padahal sudah ditegur oleh salah satu guru, setelah ditegur

bukannya malah ke Mushalla tetapi hanya berpindah tempat.52

Dari uaraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurangnya

kesadaran dari siswa bisa menjadi penghambat guru dalam upaya

pendiplinan shalat fardhu di sekolah.

3) Minimnya Sarana yang Dimiliki

Dalam pembelajaran shalat fardhu khusunya shalat sunnah

tentunya mempunyai peran yang sangat penting karena tanpa sarana

sarana yang memadai pembelajaran shalat fardhu tidak akan

maksimal. Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam upaya penanaman

nilai religius mengalami hambatan menyangkut sarana yang dimiliki

ukuran Mushalla tidak sesuai dengan jumlah keseluruhan siswa

siswinya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Anas Ma’ruf

selaku guru PAI;

DI SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam pelaksanaan jama’ah

shalat Dhuhur mengalami kendala dengan Mushalla yang tidak

terlalu besar yang tidak sesuai dengan jumlah siswa-siswinya

yang banyak meskipun kegiatan shalat dhuhur berjamaah tetap

dapat di lakukan dengan memakai teras mushalla yang sedikit

membantu bisa menampung jumlah siswa yang banyak.53

Penjelasan di atas juga dipertegas denga pernyataan dari Kepala

Sekolah yaitu Bapak Drs. Shodiqun:

Dalam pelaksanaan kegiatan jama’ah shalat Dhuhur disini

diikuti oleh seluruh siswa dan siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus

hanya masalah kami ukuran mushalla yang sebenarnya bisa

dikatakan besar tetapi jika digunakan menampung seluruh siswa

tidak mencukupi akhirnya menggunakan teras mushalla yang

bisa menampung siswa laki-laki dan perempun dan yang

52 Hasil observasi, pada tanggal 8 Januari 2018. 53 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

114

terpenting ibadah shalat Dhuhur berjamaah tetap bisa dijalankan

setiap hari.54

Dari uraian di atas ternyata minimnya sarana untuk menunjang

kegiatan keagamaan akan menghambat upaya efektifitas pelaksanaan

pembelajaran dan pengalaman ibadah secara individu maupun massal.

Hal ini tentunya kurang menguntungkan untuk mengupayakan

implementasi shalat fardhu dan sunnah.

b. Hambatan dalam Menerapkan Dzikir

Menuurt bapak Anas Ma’ruf dalam mengimplementasikan dzikir

di SMA NU Al Ma’ruf Kudus ada beberapa hambatan:

Kami dalam mengimplementasikan dzikir terkadang menghadapi

beberapa masalah diantaranya: 1) siswa kurang konsentrasi dan

fokus dalam berdzikir; 2) lingkungan keluarga yang tidak terbiasa

untuk berdzikir; 3) pengaruh lingkungan masyarakat yang tidak

mendukung; 4) pengaruh pergaulan teman; dan 5) pemahaman

yang kurang terhadap makna dzikir yang diucapkan.55

c. Hambatan dalam Menerapkan Busana Muslim

Bapak Anas Ma’ruf memaparkan implementasi busana muslim di

SMA NU Al Ma’ruf Kudus:

Diwajibkan untuk memakai seragam muslim dan semua siswa

sudah melakukannya bukan berarti kami tidak menghadapi

masalah, masalah yang kami hadapi adalah pemahaman terhadap

pemakaian buana muslim karena sebagian besar siswa atau siswi

SMA NU Al Ma’ruf Kudus memiliki pemahaman bahwa seragam

atau busana muslim hanya sebatas melaksanakan aturan tata tertib

sekolah bukan dipahami sebagai aturan syari’at Islam yang harus

dilaksanakan, faktor lingkungan dan pergaulan yang memiliki

pengaruh yang besar ditambah lagi dengan banyakmya tontonan

atau acara-acara televisi yang sangat kurang mendidik.56

54 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018. 55 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 56 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

115

C. Analisis Data

1. Analisis Strategi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius di

SMA NU Al Ma’ruf Kudus

a. Startegi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius Melalui

Shalat Berjamaah

1) Pembiasaan

Pembiasaan shalat Dhuhur berjamaah telah diterapkan di SMA

NU Al Ma’ruf Kudus sudah sejak lama karena program shalat Dhuhur

berjamaah adalah program pembiasaan yang dipandang sangat perlu

untuk dijalankan sebagai langkah strategis untuk membina akhlak

siswa.

Diterapkannya pembiasaan shalat fardhu berjamaah di SMA

NU Al Ma’ruf Kudus tersebut karena siswa dipandang kurang

produktif dalam memanfaatkan waktu istirahat mereka, contohnya

seperti berlama-lama di kantin, internetan Hot Spot, terlalu boros

dengan uang saku mereka dan lain-lain. Oleh karena itu, program

pembiasaan shalat fardhu berjamaah ini harus diterapkan bagi siswa di

SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Selain itu penerapan pembiasaan shalat

fardhu berjamaah juga sebagai upaya siswa dapat memanfaatkan

waktu istirahatnya dengan baik dan lebih melatih untuk selalu

membiasakan disiplin lebih-lebih dalam hal beribadah shalat tepat

waktu, salah satunya seperti shalat dhuhur berjamah. Kalau siswa

sudah terbiasa shalat tepat waktu, maka kegiatan-kegiatan lain yang

mereka kerjakan akan tepat waktu pula. Selain itu, siswa tidak hanya

menguasai teori-teori pelajaran saja, tetapi mereka diharapkan tidak

melupakan ritual-ritual ibadah, salah satunya adalah shalat Dhuhur

berjamaah.

Pembiasaan Shalat fardhu berjamaah ini juga dilaksanakan

agar siswa dapat membiasakannya di lingkungan desa mereka masing-

masing. Selain itu, siswa dapat lebih menghemat uang sakunya,

karena waktu istirahat mereka digunakan untuk Shalat fardhu

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

116

berjamaah. Pembiasaan ini dilaksanakan selain bertujuan untuk

melatih beribadah kepada siswa, diharapkan mereka juga menjadi

lebih dekat atau akrab dengan sesama teman dan lebih menjaga sopan

santun terhadap para guru, atau bahkan terhadap orang tua. Karena

shalat fardhu berjamaah ini dilaksanakan dengan bersama-sama dalam

satu masjid di luar sekolah, jadi secara tidak langsung mereka saling

menjaga hubungan baik dengan sesama dan tidak saling mengganggu,

serta lebih menjaga sopan santun terhadap para guru.

Dari beberapa strategi yang diterapkan strategi ini yang

memberikan pengaruh paling besar, karena siswa diarahkan untuk

membiasakan melakukan shalat berjamaah. Seorang siswa memiliki

kebiasan terentu yang positif dapat melaksanakannya dengan mudah

dan senang hati. Bahkan, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan

dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai tua.

Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah, tetapi juga

berhubungan dengan aspek batiniah, pembiasaan dalam sejarah

tercatat sebagai model yang paling berhasil dalam pembentukan

kepribadian warga sekolah.

Hal ini sebagaimana diugkapkan oleh Marimba, pembiasaan

adalah modal utama dalam pengajaran pendidikan agama Islam, tidak

hanya dalam lingkungan keluarga dan kehidupan sehari-hari saja

tetapi juga dilakukan dalam lingkungan sekolah sebagai sarana untuk

menuntut ilmu. Nilai-nilai agama Islam yang terkandung dalam

ibadah dan perbuatan keseharian manusia harus dihayati dan dipahami

dengan baik. Dengan adanya pembiasaan yang dilakukan dalam diri

individu akan lebih cepat untuk mengerti dan memahami nilai-nilai

Islam yang terkandung dalam perbuatan sehari-hari.57

Imam al-Ghozali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin

menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa

57 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al Maarif, Bandung, 1980, hlm.

119.

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

117

yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Ada beberapa pembiasaan yang diterapkan oleh Guru PAI di

SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam rangka pengembangan nilai-nilai

keagamaan, di antaranya: mengerjakan shalat Fardhu dan shalat

Sunnah berjamaah. Pembiasaan adalah salah satu strategi yang sangat

penting dalam pelaksanaan pengembangan nilai-nilai religius.

Seseorang yang mempunyai kebiasaan tertentu dapat

melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala

sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk

diubah dan tetap berlangsung sampai tua. Untuk mengubahnya sering

kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius. Bagi para

orang tua dan guru, pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha

membangkitkan kesadaran atau pengertian terus menerus akan

maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Sebab, pembiasaan

digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan

sesuatu secara optimis seperti shalat Fardhu dan shalat Sunnah,

melainkan agar ia dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah

tanpa merasa susah atau berat hati.

Berdasarkan data yang telah didapat di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa budaya religius yang diimplementasikan di SMA

NU Al Ma’ruf Kudus tersebut berupa dibiasakannya kegiatan shalat

Fardhu dan Sunnah. Budaya religius di lembaga pendidikan

merupakan budaya yang tercipta dari pembiasaan kegiatan religius

yang berlangsung lama dan terus menerus bahkan sampai muncul

kesadaran dari semua anggota lembaga pendidikan untuk melakukan

nilai religius itu. Pijakan awal dari budaya religius adalah adanya

religiusitas atau keberagaman. Keberagaman adalah menjalankan

agama secara menyeluruh. Dengan melaksanakan agama secara

menyeluruh maka seseorang pasti telah terinternalisasi nilai-nilai

religius.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

118

Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Muhaimin, budaya

religius merupakan hal yang urgen dan harus diciptakan di lembaga

pendidikan, karena lembaga pendidikan merupakan salah satu

lembaga yang mentransformasikan nilai atau melakukan pendidikan

nilai.58 Menurut S. P. Robbins Nilai-nilai penting untuk mempelajari

perilaku organisasi karena nilai meletakkan fondasi untuk memahami

sikap dan motivasi serta mempengaruhi persepsi kita. Individu-

individu memasuki suatu organisasi dengan gagasan yang

dikonsepsikan sebelumnya mengenai apa yang “seharusnya” dan “

tidak seharusnya”. Tentu saja gagasan-gagasan itu tidak bebas nilai.59

Bahkan robbin menambahkan bahwa nilai itu mempengaruhi sikap

dan perilaku.60 Sedangkan budaya religius merupakan salah satu

wahana untuk menstransfer nilai kepada peserta didik. Tanpa adanya

budaya religius, maka pendidik akan kesulitan melakukan transfer

nilai kepada anak didik dan transfer nilai tersebut tidak cukup hanya

dengan mengandalakan pembelajaran di dalam kelas. Karena

pembelajaran di kelas rata-rata hanya menggembleng aspek kognitif

saja.

2) Pemberian Motivasi

Keberhasilan dari ranah kognitif di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

sudah cukup bagus, karena sebelumnya mereka sangat minim

pengetahuannya dalam hal ibadah khususnya shalat berjamaah,

disamping mereka dari keluarga yang berlatar belakang kurang

mengetahui ajaran agama, lingkungan luar maupun teman bermain

mereka, juga sebagian dari mereka masuk ke SMA NU Al Ma’ruf

Kudus tersebut tanpa bekal pengetahuan ibadah yang banyak, rata-rata

dari mereka tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja, tetapi semenjak

58 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 287. 59 S. P. Robbins, Organizational Behavior, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1991, hlm. 158. 60 Ibid, hlm. 159.

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

119

masuk di SMA NU Al Ma’ruf Kudus tersebut banyak kemajuan dari

masalah shalat, seperti bacaan dalam shalat.

Dalam Implementasinya sudah cukup baik hanya saja

kesadaran beberapa dari mereka dalam melaksanakan ibadah belum

sampai kedalam hati, dalam artian mereka belum menyadari benar arti

ibadah khususnya shalat sehingga mereka masih terbebani dengan

ibadah itu sendiri, dengan keadaan yang demikian Guru PAI di SMA

NU Al Ma’ruf Kudus tetap berkomitmen dan mempertahankan

strategi ini dengan tetap memberikan motivasi kepada siswa atau siswi

mereka agar tetap shalat Fardhu berjamaah dan shalat Sunnah.

Dalam memberikan motivasi kepada siswa Guru PAI di SMA

NU Al Ma’ruf Kudus menyelipkan materi-materi shalat, memberikan

hadiah, mengancam siswa dan selalu menanyakan serta mengajak

siswanya shalat. Berkaitan dengan sarana prasarana guru PAI

memberikan mukenah, pemberian buku panduan shalat dan menempel

bacaan-bacaan shalat di tembok masjid sekolah. terkait dengan

motivasi guru PAI sering memberikan ceramah tentang shalat pada

saat jam pembelajaran dan selalu menanyakan siswa apakah sudah

shalat atau belum? Dan mengancam siswanya akan memberikan nilai

jelek apabila ketahuan tidak melaksanakan shalat fardhu munfarid

atau shalat fardhu berjamaah.

Guru Agama mengajak siswa shalat berjamaah apabila adzan

telah dikumandangkan. Guru Agama menemani siswa melaksanakan

shalat, mengimami dan membimbing siswa. Guru Agama apabila

bertemu dengan siswa pada saat istirahat kedua beliau selalu

menanyakan sudah shalat atau belum. Hanya beberapa guru saja yang

melaksanakan shalat berjamaah bersama siswa dengan tujuan Agar

siswa memiliki semangat untuk melaksanakan shalat Berjamaah

contohnya shalat Dhuhur, siswa mendapatkan ketenangan batiniyah

sehingga shalat bisa menjadi kebutuhan siswa lebih menedekatkan diri

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

120

kepada Allah sehingga ketengan batiniyah yang mereka dapatkan dan

pintu ilmu yang bermanfaat akan mereka dapatkan pula.

Menurut Hamzah B. Uno Motivasi memiliki akar kata dari

bahasa Latinmovere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak.

Dengan begitu, memberikan motivasi bisa diartikan dengan

memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut

dapat bergerak. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut

menentukan keefektifan dan keberhasilan dalam pembelajaran, karena

peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki

motivasi belajar tinggi.61

Menurut Purwa Atmaja Prawira Pengertian motivasi belajar

Motivasi belajar yaitu segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong

atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan

kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk

memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.62 Menurut Noer Rohmah

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang

memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan

keseluruhan karena umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama

menggerakkan siswa untuk belajar. Atau dengan kata lain, motivasi

belajar adalah daya penggerak dalam diri individu untuk elakukan

kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta

pengalaman Motivasi ini tumbuh karena keinginan untuk bisa

mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong dan mengarahkan

61 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis Bidang Pendidikan, Bumi

Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 23. 62 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Baru, Ar-Ruzz Media,

Jogjakarta, 2013, hlm. 320

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

121

minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan

termotivasi untuk mencapai prestasi.63

Menurut Zakiah Daradjat, “motivasi belajar adalah usaha yang

disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri

murid yang menunjang kegiatan kearah tujuan-tujuan belajar.64 Dalam

proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat diibaratkan sebagai

bahan bakar yang dapat menggerakkan mesin. Motivasi yang baik

dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan dapat

meningkatkan prestasi belajar di kelas. Hakikat motivasi belajar

adalah dorongan yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa

yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku dan

semangat untuk lebih giat dan rajin belajar agar dapat mendapat

prestasi yang memuaskan.

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat

dari berbagai sudut pandang. Berbagai macam motivasi tersebut

antara lain:

a) Motivasi menurut sifatnya dibedakan atas tiga macam, yaitu:

(1) Motivasi takut (fear motivation), individu melakukan suatu

perbuatan karena takut.

(2) Motivasi intensif (incentive motivation), individy melakukan

suatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu intensif. Bentuk

intensif ini bermacam-macam, seperti; mendapatkan

honororium, bonus, hadiah, penghargaan, piagam, dan lain

sebagainya.

(3) Sikap (attitude motivation/self motivation), sikap merupakan

suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau

ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek, seorang yang

memiliki sikap positif.

63 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, Teras, Yogyakarta, 2012, hlm. 241. 64 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta,

2011, hlm. 140.

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

122

b) Motivasi instrinsik dan ekstrinsik

(1) Motivasi instrinsik adalah suatu bentuk motivasi yang berasal

dari dalam diri individu dalam menykapi suatu tugas dan

pekerjaan yang diberikan kepada individu dan mmebuat ugas

dan pekerjaan tersebut mampu membrikan kepuasan batin bagi

individu sendiri.65

(2) Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari

luar individu siswa juga menorongnya untuk melakukan

kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan sekolah, suri

tauladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-

contoh kongkret motivasi ekstrinsik diantaranya adalah: (1)

belajar demi memenuhi kewajiban; (2) belajar demi

menghindari hukuman yang diancamkan; (3) belajar demi

memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) belajar demi

meningkatkan gengsi; (5) belajar demi memperoleh pujian dari

orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) belajar demi

tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi

persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.66

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri

individu. Menurut Djaali, motivasi adalah kondisi fisiologis

dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna

mencapai suatu tujuan.67 Dari beberapa penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang

menyebabkan individu bergerak/terdorong untuk melakukan

suatu hal/perbuatan. Motivasi sangat dibutuhkan bagi setiap

65 Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2011,

hlm. 87. 66 Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik: Implementasi KTSP & UU No. 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Gaung Persada Press, Jakarta, 2008, hlm. 109. 67 Djaali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 101.

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

123

individu dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi yang tinggi

akan dapat mempercepat tercapainya suatu tujuan yang

diinginkan.

3) Peningkatan Kedisiplinan

Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam mengimplementasikan

strategi penegakan disiplin karena mengingat visi, misi dan tujuan

sekolah yang mengarah kepada pembentukan peserta didik yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sekolah menerapkan

nuansa islami demi mendukung tujuan mulia yang telah ditetapkan.

Melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk menyiapkan peserta

didik yang kompeten dan berdaya saing tinggi dengan dilandasi

keimanan dan ketaqwaan yang kuat.

Pembinaan disiplin ibadah dimulai dari disiplin dalam

berpakaian yang menutup aurat ketika shalat fardhu berjamaah.

Adapun peserta didik laki-laki diwajibkan memakai celana panjang

pakaian lengan pendek yang dinilai oleh guru Agama. Untuk

pembinaan ibadah shalat, pemfokusan dilakukan pada beberapa aspek,

yaitu penguasaan peserta didik terhadap tata cara pelaksanaan shalat

dan kedisiplinan peserta didik dalam melaksanakan shalat.

Aspek penguasaan peserta didik terhadap tata cara pelaksanaan

meliputi bagaimana mereka melakukan gerakan shalat secara baik dan

benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan nabi Muhammad SAW

Kemudian guru PAI menilai dan mengoreksi jika terdapat kekurangan

pada gerakan yang dipraktikkan oleh para peserta didik.

Selain memfokuskan pada gerakan-gerakan shalat, pembinaan

shalat difokuskan juga pada penguasaan peserta didik terhadap bacaan

doa-doa untuk tiap gerakan shalat. Pada aspek ini guru Pendidikan

Agama Islam memeriksa masing-masing peserta didik, apakah mereka

telah menguasai bacaan doa untuk tiap gerakan shalat atau belum.

Peserta didik dikelompokkan menjadi dua kelompok, kelompok yang

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

124

sudah menguasai seluruh bacaan doa dan yang belum menguasai.

Selain guru memberikan beberapa catatan keterangan mengenai

kemampuan apa saja yang belum dikuasai oleh peserta didik.

Tujuan utama di SMA NU Al Ma’ruf Kudus mengadakan

pembinaan disiplin kepada peserta didik yaitu agar mereka disiplin

melaksanakan shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari. Hal

tersebut dapat dilihat dari beberapa ketetapan indikator, yaitu peserta

didik: a) melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari-hari; b) tepat

waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu; dan c) khusyu’ dalam

melaksanakan shalat lima waktu.

Dalam membina kedisiplinan peserta didik dalam pelaksanaan

ibadah shalat lima waktu tersebut, kami melakukan beberapa langkah,

yaitu: memberi pemahaman kepada peserta didik tentang shalat,

menyelenggarakan praktik pelaksanaan shalat, memantau dan

mengontrol pelaksanaan shalat peserta didik.

Menurut M. Furqon Hidayatullah penegakan aturan penegakan

disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan (rule enforcement).

Idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya diarahkan pada “takut

pada aturan bukan takut pada orang”. Orang melakukan sesuatu

karena taat pada aturan bukan karena taat pada orang yang

memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu kesadaran maka

menciptakan kondisi yang nyaman dan aman. Pada dasarnya

penegakan disiplin adalah mendidik agar seseorang taat pada aturan

dan tidak melanggar larangan yang dilandasi oleh sebuah kesadaran.

Penerapan reward and punishment (penghargaan dan

hukuman) merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika

penerapannya secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif,

terutama dalam rangka penegakan disiplin.68 Jadi, disiplin itu

sebenarnya difokuskan pada pengajaran. Menurut Ariesandi arti

68 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, Yuma

Pressindo, Surakarta, 2010, hlm. 45-49.

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

125

disiplin sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan karakter anak

secara bertahap sehingga menjadi seseorang yang memiliki kontrol

diri dan berguna bagi masyarakat.69

Mendefinisikan disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana

orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada

peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Dalam

Dictionary Of Education mengartikan disiplin sebagai berikut:

a) Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan,

dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk

mencapa tindakan yang lebih efektif.

b) Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri,

meskipun menghadapi rintangan.

c) Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan

hukuman atau hadiah.

d) Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan

menyakitkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan,

bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam

keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta ada suatu pelanggaran-

pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun

pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan

teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap

sekolah secara keseluruhan.

Menurut Musrofi cara yang dilakukan untuk meningkatkan

prestasi akademik peserta didik diantaranya adalah meningkatkan

kedisiplinan anak.70 Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam

69 Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji Melejitkan

Potensi Optimal Anak, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm. 230-231. 70 M. Musrofi, Melestarikan Prestasi Akademik Siswa, Cara Praktis Menambah Jam

Belajar, PT Pustaka Intan Madani , Yogyakarta, 2010,. hlm. 3.

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

126

mendidik karakter. Banyak orang sukses karena menegakkan

kedisiplinan. Penegakan disiplin antara lain dapat dilakukan dengan

beberapa cara sebagai berikut:

a) Peningkatan motivasi

Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan atau

mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis

motivasi, yaitu yang pertama motivasi ekstrinsik adalah motivasi

yang berasal dari luar diri kita. Kedua motivasi intrinsik adalah

motivasi yang berasal dari dalam diri kita. Dalam menegakkan

disiplin, mungkin berawal berdasarkan motivasi ekstrinsik. Orang

melakukan sesuatu karena paksaan, pengaruh orang lain, atau

karena keinginan tertentu. Akan tetapi setelah berproses, orang

tersebut dapat saja berubah ke arah yang lebih baik motivasi

intrinsik. Setelah merasakan bahwa dengan menerapkan disiplin

memiliki dampak positif bagi dirinya kemudian orang tersebut

melakukan sesuatu dilandasi dengan kesadaran dari dalam dirinya

sendiri. Idealnya menegakkan disiplin itu sebaiknya dilandasi oleh

sebuah kesadaran.

b) Pendidikan dan latihan

Pendidikan dan latihan merpakan salah satu faktor penting

dalam membentuk dan menempa disiplin. Pendidikan dan latihan

merupakan suatu proses yang di dalamnya ada beberapa aturan atau

prosedur yang harus diikuti oleh peserta didik. Misalnya, gerakan-

gerakan latihan, mematuhi atau mentaati ketentuan-ketentuan atau

peraturanperaturan, mendidik orang untuk membiasakan hidup

dalam kelompok, menumbuhkan rasa setia kawan, kerja sama yang

erat dan sebagainya.

c) Kepemimpinan

Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru, atau

orangtua terhadap anggota, peserta didik ataupun anaknya turut

menentukan berhasil atau tidaknya dalam pembinaan disiplin.

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

127

Karena pemimpin merupakan panutan, maka faktor keteladanan

juga sangat berpengaruh dalam pembinaan disiplin bagi yang

dipimpinnya.

d) Penegakan aturan

Penegakan disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan (rule

enforcement). Idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya

diarahkan pada “takut pada aturan bukan takut pada orang”. Orang

melakukan sesuatu karena taat pada aturan bukan karena taat pada

orang yang memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu

kesadaran maka menciptakan kondisi yang nyaman dan aman. Pada

dasarnya penegakan disiplin adalah mendidik agar seseorang taat

pada aturan dan tidak melanggar larangan yang dilandasi oleh

sebuah kesadaran.

e) Penerapan reward and punishment

Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman

merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika penerapannya

secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif, terutama dalam

rangka penegakan disiplin.71

4) Pemberian Materi

Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus siswa-siswinya diberikan

materi shalat Fardhu dalam pembelajaran praktik agama karena

dengan diberikannya materi shalat Fardu lebih mendalam siswa akan

memahami pentingnnya shalat dalam kehidupan sehari hari. Dengan

memberi materi shalat Fardhu dan Sunnah pada siswa sebelum praktik

mereka akan faham dan mengerti tentang pentingnya shalat bagi

kehidupan meskipun di SMP/MTs mereka sudah mendapatkan materi

tentang shalat sehingga dengan harapan mereka melakukan tidak

hanya sebatas kewajiban semata tetapi sebagai upaya dan sarana

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

71 M. Furqon Hidayatullah, Op.Cit., hlm 45-49.

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

128

Pemberian materi shalat sebelum pelaksanaan shalat sangat

penting dengan harapan siswa-siswi mampu dan faham pentingnya

shalat untuk kehidupan mereka. Dengan memberikan pendidikan

sesuai dengan realita keadaan dan kehidupan saat ini dan juga

memberikan dorongan semangat motivasi dalam belajar pendidikan

agama akan lebih efektif tanpa harus mengikuti prosedur buku yang

mana memerlukan proses yang panjang.

Dalam memberikan materi kepada siswa harus jeli mana yang

harus didahulukan agar lebih bermanfaat kepada siswa bahwa strategi

dengan pemberian materi harus disesuaikan dengan kemampuan

siswa, menggunakan penyampaian yang tidak monoton dan juga

mengangkat permasalahan permasalahan yang up to date terbaru

contohnya shalat menggunakan Bahasa Indonesia bagaimana

hukumnya jadi siswa akan tertarik untuk mendengarkan dalam

penyampaian materi tentang shalat. Dan sampai sekarang guru PAI

masih mempertahankan metode ini karena siswa-siswi bisa menerima

dengan baik metode ini dengan diindikasikan setiap kami menjelaskan

siswa juga mendengarkan dan bertanya jika mereka belum memahami

materi yang kami sampaikan.

Menurut Jamaluddin Idris pemberian materi agar terlaksananya

pembinaan shalat berjamaah maka awal tindakan yang harus

diterapkan seorang pendidik adalah memberikan pengertian akan

pentingnya shalat berjamaah. Dan shalat berjamaah termasuk dalam

materi pendidikan Islam. Pendidikan Islam tersendiri bertujuan untuk

membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar

menjadi pengabdi kepada Allah SWT yang setia.

Maka aktivitas pendidikan Islam diarahkan kepada upaya

membimbing manusia agar dapat menempatkan diri dan berperan

sebagai individu yang taat dalam menjalankan ajaran agama Allah.

Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang diarahkan untuk

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

129

membentuk sikap takwa. Ciri takwa ini salah satunya mendirikan

shalat,72 QS. Al- Baqarah: 3-4;

بلذينٱ لغيبٱيؤمنون يقيمون لوةٱو لص ينفقون رزقنهم لذينٱو٣ومما يؤمنونب و منقبلك نزل

وماأ إليك نزل

لأخرةٱبماأ يوقنون ٤هم

Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang

mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki Kami

anugerahkan kepada mereka; Dan mereka yang beriman

kepada kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu

dan kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, serta mereka

yakin akan adanya kehidupan akhirat. (Q.S. Al Baqarah; 3-

4).73

b. Startegi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius melalui

Dzikir

1) Demonstrasi (Praktik)

Tradisi dzikir setelah shalat fardhu Dhuhur di SMA NU Al

Ma’ruf Kudus memiliki keunikan tersendiri, adapun keunikan yang

dimaksudkan oleh peneliti adalah dikarenakan pelaksanaan dzikir

dipimpin oleh siswa. Terjadinya strategi yang demikian dikarenakan

untuk melatih siswa tersebut agar kelak setelah mereka keluar dari

SMA NU Al Ma’ruf sudah terbiasa sehingga tidak mengalami grogi,

kekakuan dalam memimpin pelaksanaan ibadah tersebut. Pelaksanaan

dzikir dipimpin oleh siswa yang telah ditugaskan yang sebelumnya

telah mendapatkan pelatihan dan pemberian materi dari guru PAI

tentang bacaan dzikir yang harus dihafalkan. Hal ini dimaksudkan

sebagai media latihan agar kelak selama berkecimpung di masyarakat

tidak mengalami kekakuan dan grogi dalam berdakwah.

Adapun alasan Guru PAI meggunakannya strategi tersebut

bahwa strategi ini mengadopsi dari pondok pesantren yang

memberikan kesempatan siswa untuk melatih mental dan juga melatih

jiwa kepemimpinan siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus untuk

72 Jamaluddin Idris, Kompilasi Pemikiran Pendidikan, Taufiqiyah Sa’adah, Yogyakarta, 2005,

hlm. 153. 73 Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surat Al Baqarah; 3-4.

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

130

dilibatkan kegiatan agama seperti menjadi imam dzikir. Ini berawal

dulu pernah menempatkan siswa-siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus di

pondok pesantren ketika bulan Ramadhan kami melihat santri laki laki

yang asli menetap disitu mampu dengan baik memimpin siswa-siswi

SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang sedang mengikuti pesantren dari

situlah kami selaku Guru PAI memiliki inisiatif untuk menerapkan

strategi tersebut di SMA NU Al Ma’ruf Kudus.

Menurut Winarno Surakhmad, metode demonstrasi sebagai

metode mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar

sengaja diminta siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas

suatu proses.74 Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian

informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan atau pertunjukan

tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Menurut Muhibbin

Syah Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan,dan urutan melakukan sesuatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melaui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang

sedang disajikan.75

Menurut Ismail, metode demonstrasi adalah metode

pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu

pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu

kepada anak didik.76 Jadi metode demonstrasi yaitu sebuah cara yang

digunakan dalam proses belajar mengajar dengan cara

memperlihatkan peragaan sesuatu/kegiatan baik langsung maupun

menggunakan peraga. Khusus pada pembahasan ini yaitu

memperagakan tentang shalat. Baik menggunakan metode visual

maupun secara langsung.

74 Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Jemmars, Bandung, 1980, hlm. 87. 75 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosda Karya,

Bandung, 2008, hlm. 208. 76 Ismail, Op.cit., hlm. 20.

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

131

2) Melalui Mauidzah (Nasehat)

Siswa memahami dzikir itu hanya lafadz saja tanpa

mengetahui makna dari dzikir tersebut, yaitu mengingat apa yang

dipikirkannya, jika ia sedang mengingat Allah maka ia artikan dzikir

itu mengingat Allah, begitu pun ia artikan dzikir itu ingat segala apa

yang dipikirkannya. Sebagian besar siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus

masih belum memahami betul pengetahuan agama termasuk

pengetahuan mengenai dzikir baik pada saat sedang beribadah,

bekerja, dan menuntut Ilmu.

Pemahaman siswa masih kurang terkait tentang arti dzikir, hal

tersebut dikarenakan dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan

keluarga dan masyarakat mereka tidak terbiasa untuk berdzikir, dan

ini menjadi kewajiban untuk mengajarkan kembali, mengingatkan

kembali. Setelah mereka ingat dan mengenal dzikir, dapat

melanjutkan pada pemberian materi yang diberikan selanjutnya.

Mereka harus diajarkan juga diingatkan kembali, di bimbing

lagi mulai dari pengertian dzikir, apakah mereka tahu dan ingat,

setelah mereka mengenal arti dzikir baru kita lanjutkan bacaan dan

dzikir itu sendiri, juga kita tambahkan artinya agar mereka bisa

memahami betul, mengingat mereka itu kesehariannya tinggal di

lingkungan masyarakat dan keluarga, “Setiap selesai shalat Dhuhur

berjama’ah dan Shalat sunnah Dhuha saya membaca Istighfar,

Tahmid, Tahlil, dan Takbir sebanyak 3 kali saya suka berdzikir minta

sama Allah SWT .

Siswa yang sedang mengalami masalah dengan keluarga ada

juga yang mengalami masalah dengan pelajaran, maka siswa

terkadang lebih agresif, lebih mudah tersinggung, cepat marah dan

emosi yang tidak menentu terbukti setelah diberikan bimbingan dzikir

dan do’a siswa bisa lebih tenang, selain itu siswa bisa untuk diajak

ngobrol, sehingga mereka bisa lebih terbuka dan bahkan sampai

mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa,

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

132

meskipun tidak secara keseluruhan dan hanya sebagian saja dan hal

yang sangat terpenting ada siswa yang mulai mengamalkan dzikir.

Mereka yang agresif menjadi bisa menjadi tenang bisa untuk

diajak bicara, ia bisa lebih terbuka lagi, bahkan sampai curhat masalah

pribadinya. Saya berharap semoga yang siswa yang menghadapi

masalah baik di lingkungan keluarga dan sekolah bisa terselesaikan.

Yang terpenting itu mereka merasakan ketenangan dulu itu sudah baik

menurut saya. Dan hal yang sangat terpenting dari hasil dzikir ini

adanya siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus mulai mengamalkan.

Bimbinganya ketika jam praktik agama atau ketika jam

pelajaran agama Islam, jadi kesehariannya guru PAI tidak bisa

memantau siswa satu persatu yang sering mengikuti bimbingan

terlihat jelas bahwa siswa yang menghadapi masalah atau yang stress

tatkala mengikuti bimbingan dzikir hatinya menjadi lebih tenang,

lebih ikhlas, tidak kasar, bahkan sampai ada yang mengamalkan

bimbinganya dzikir yang saya berikan di luar jam pelajaran praktik

Agama atau di luar shalat Dhuhur berjamaah atau shalat Dhuha.

Menurut Warson “Manfaat dari semua itu di antaranya

mendapat ketenangan dari Maha Kuasa Allah SWT, dan itu sangat

saya rasakan, semuanya atas kuasanya karena hanya Allah lah yang

pemberi ketenangan yang sebenarnya mendidik melalui mauidzah,

mauidzah berarti nasehat.77 Menurut Rasyid Ridla mengartikan

mauidzah adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran

dengan jalan apa yang dapat meneyentuh hati dan membangkitkannya

untuk mengamalkannya.78 Metode mauidzah, harus mengandung tiga

unsur, yakni:

a) uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh

seorang, dalam hal ini santi, misalnya tentang sopan santun, harus

berjamaah maupun kerajinan dalam beramal;

77 Warson, Kamus Al Munawir, hlm. 1568. 78 Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, Maktabah al-Qahirah, Mesir, tt , hlm. 404.

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

133

b) motivasi dalam melakukan kebaikan;

c) peringatan tentang dosa atau bahaya.

3) Pembiasaan

Kegiatan dzikir dilaksanakan setiap selesai shalat Dhuhur

berjamaah dan ketika selesai shalat Dhuha pada jam pelajaran praktik

agama dan kegiatan ini dipimpin oleh guru agama yang bertempat di

mushalla SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Teknik bimbingan dzikir yang

guru PAI berikan dapat berupa bacaan Asmaul Husna atau bacaan

dzikir yang paling mudah untuk dihafal dan dipraktikkan Takbir,

Tahlil, dan Tahmid yang bertujuan siswa-siswi di SMA NU Al Ma’ruf

Kudus menjadi tenang dengan membaca surat al Fatihah, al Ikhlas, al

Falaq, an Nass, dan Syahadat.

Menurut M. Ngalim Purwanto, pembiasaan merupakan kunci

dalam pandangan Islam adalah bahwa anak sejak lahir telah diciptakan

dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar dan iman dari

Allah. Misalnya dengan dzikir, anak telah mampu melakukannya.

Oleh karena itu seorang guru dapat membiasakan siswa untuk

bersama-sama shalat di sekolah, dari sini diharapkan siswa akan

memiliki rasa tanggung jawab melaksanakan dzikir di rumah maupun

di masyarakat, dan diharapkan akan terbentuk jiwa keagamaan yang

positif pada diri siswa dikemudian hari.

Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting

sekali, oleh karena itu sebagai permulaan dan sebagai pangkal

pendidikan pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak dilahirkan

anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-

perbuatan yang baik. Anak-anak dapat menurut dan taat kepada

peraturan-peraturan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga,

di sekolah dan juga di tempat lain.79

79 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2009, hlm. 177.

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

134

c. Strategi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius melalui

Busana Muslim

1) Mauidzah (Nasehat)

Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus implementasi busana muslim

sudah terimplementasikan secara maksimal sehingga guru agama bisa

memberikan nasehat dengan leluasa meskipun masih ada sebagian

kecil siswa atau siswi yang membandel melanggar tidak mau

mengenakan busana muslim, meskipun demikian sekolah tidak tinggal

diam. Sekolah berani menindak tegas kepada siswa yang tidak mau

mentaati peraturan tata tertib yang dibuat.

Menurut Rasyid Ridla,80 “Mauidzah adalah nasehat peringatan

atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa yang dapat meneyentuh

hati dan membangkitkannya untuk mengamalkannya Metode

maidzah, harus mengandung tiga unsur, yakni a)uraian tentang

kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seorang, dalam hal

ini santi, misalnya tentang sopan santun, harus berjamaah maupun

kerajinan dalam beramal; b) motivasi dalam melakukan kebaikan c)

peringatan tentang dosa atau bahaya.

2) Penegakan Disiplin

Bahwa pemakaian busana muslim utamanya dalam pemakaian

jilbab setiap harinya merupakan dijadikan sebagai satu ciri khas yang

menonjol dan bisa di kenal masyarakat umumnya. Sedangkan menurut

pemahaman dari masyarakat sekitar sekolah bahwa siswi SMA NU Al

Ma’ruf Kudus belum sepenuhnya memakai jilbab yang didasari

dengan kemauan dan keikhlasan diri siswi, akan tetapi mereka

memakai jilbab hanya karena tuntutan aturan dan tata tertib sekolah

yang wajib dipatuhi. Pemakaian jilbab pada siswi SMA NU Al Ma’ruf

Kudus merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan dan tidak

boleh ditinggalkan, karena jika tidak memakai jilbab akan

mendapatkan sanksi.

80 Rasyid Ridla, Op.cit., hlm. 405.

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

135

Guru PAI berharap para siswi memiliki keikhlasan dan niat

yang betul-betul murni dari diri siswa untuk memakai jilbab tanpa

paksaan dari pihak manapun. Sehingga pihak sekolah tidak berani

memaksa para siswinya untuk memakai jilbab. Jika pihak sekolah

memberi tekanan dan paksaan maka ditakutkan nantinya akan

memberikan dampak negatif pada generasi baru dan juga penilaian

masyarakat yang awalnya berminat belajar dan menyekolahkan

anaknya di SMA NU AL MA’RUF KUDUS, namun dengan

diberlakukannya tekanan dan paksaan tersebut generasi baru dan

masyarakat menjadi tidak berminat belajar dan menyekolahkan

anaknya di sekolah tersebut.

Maka dengan diberlakukannya peraturan untuk memakai jilbab

pada pelajaran agama Islam dan juga praktik agama Islam merupakan

suatu usaha pihak sekolah dalam melatih siswi untuk berdisiplin

dalam mematuhi tata tertib dan membudayakan cara berpakaian yang

sopan dan rapi. Dengan ciri khas yang dimiliki SMA NU AL

MA’RUF KUDUS dan ciri khas tersebut belum tentu dimiliki oleh

sekolah SMA yang lain, maka SMA NU AL MA’RUF KUDUS

mampu bersaing dengan SMA yang lain. Mengingat semakin banyak

persaingan sekolah untuk menjadi sekolah unggulan sekarang ini.

Akan tetapi jika dilihat dari faktanya meskipun siswi di sekolah

memakai jilbab, tapi belum tentu di luar nanti akan tetap memakai

jilbab.

Sebagus apapun pakaian yang dipakai belum tentu dan belum

bisa mencerminkan akhlak pribadi masing-masing orang. Sehingga

pakaian tidak bisa dijadikan sebagai cerminan perilaku dan akhlak

bagi para pemakainya. Begitu juga sama halnya dengan tujuan dari

aturan memakai jilbab pada siswi SMA NU AL MA’RUF KUDUS

yang didasari niat tulus dan keikhlasan para siswi akan memberikan

dampak positif dan hasil yang optimal, bukan hanya pakaian yang

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

136

bagus akan tetapi akhlak dan perilaku siswi juga ikut mencerminkan

kemuliaan akhlak.

Pengetahuan dan pemaknaan tentang memakai jilbab pada

siswi SMA NU AL MA’RUF KUDUS belum maksimal, karena

mereka masih dalam tahap pembelajaran. Jadi mereka belum

menyadari sepenuhnya, dapat dilihat dari sikap setiap siswi pada saat

melakukan olah raga. Mereka masih mempunyai perasaan terganggu

dengan memakai jilbab. Mungkin mereka belum begitu

menyadarinya. Jadi mereka kadang-kadang melepas jilbab. Karena

mereka merasa panas dan kurang nyaman dengan jilbab yang dipakai.

Para siswi belum bisa menempatkan dirinya kapan mereka harus

memakai dan melepas jilbab dan juga tidak menyadari keadaan

sekitarnya apakah ada orang laki-laki non muhrim yang dengan

sengaja memperhatikannya atau tidak. Dan mereka belum menyadari

bahwa melepas jilbab itu membuka aurat dan hukumnya adalah dosa.

Pengetahuan dan pemaknaan siswa tentang memakai jilbab

belum maksimal, karena selain bermula dari aturan yang ditetapkan

oleh pihak sekolah, siswi juga masih dalam tahap pembelajaran yang

mana awalnya hanya dilatih untuk memakai jilbab dan dikenalkan

dengan makna jilbab yang hakiki. Tahap pembelajaran ini melalui

proses yang sangat lama sehingga nantinya siswi akan menyadari

sepenuhnya tentang pengetahuan dan makna memakai jilbab. Jika

siswi sudah menyadari dengan sepenuhnya tentang pengetahuan dan

pemaknaan memakai jilbab, maka siswi tidak akan melakukan hal-hal

yang menyimpang seperti pada waktu berlangsungnya mata pelajaran

penjaskes siswi merasa terganggu dan kurang nyaman dengan

pemakaian jilbab.

Dengan pemakaian jilbab mereka merasa panas dan tidak

bebas mengembangkan potensi diri. Sehingga dengan keadaan

tersebut para siswi belum bisa menempatkan dirinya kapan mereka

harus memakai dan melepas jilbab dan juga tidak menyadari keadaan

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

137

sekitarnya apakah ada orang laki-laki non muhrim yang dengan

sengaja memperhatikannya atau tidak. Begitu juga mereka belum bisa

memahami bahwa melepas jilbab itu membuka aurat dan hukumnya

adalah dosa. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa para siswi

belum memiliki kesadaran dari diri masing-masing untuk memakai

jilbab secara sepenuhnya, sehingga mereka melakukan tindakan-

tindakan yang menyimpang seperti, melepas jilbab kapan pun jika

mereka merasa terganggu dan tidak nyaman dengan jilbab yang

mereka pakai, tanpa menyadari keadaan sekitarnya.

Menurut Furqon, kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam

mendidik karakter. Banyak orang sukses karena menegakkan

kedisiplinan. Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak

berhasil karena kurang atau tidak disiplin. Banyak agenda yang telah

ditetapkan tidak dapat berjalan karena kurang disiplin. Menanamkan

prinsip agar peserta didik memiliki pendirian yang kokoh merupakan

bagian yang sangat penting dari strategi menegakkan disiplin.81

3) Pemberian Motivasi

Diberlakukannya jilbab pada setiap kegiatan sehari-hari di

SMA NU Al Ma’ruf Kudus, utamanya dalam setiap kegiatan

keagamaan seperti hari-hari besar yaitu hari raya Idul Fitri dan hari

raya Idul Adha atau pada waktu berada disuatu tempat yang

mewajibkan memakai jilbab. Seperti forum-forum BDI (Badan

Dakwah Islamiyah), pada anak-anak mengajak untuk memakai jilbab.

Namun ada juga yang menafsirkan bahwa memakai jilbab itu hanya

sebatas untuk mentaati tata tertib sekolah, karena mungkin diluar

lingkungan sekolah mereka ada yang belum memakai jilbab.

Siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus mengartikan makna

memakai jilbab hanya diperuntukkan di hari-hari tertentu atau

peringatan dan di suatu acara yang mana di dalamnya diharuskan

81 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, Yuma

Pressindo, Surakarta, 2010, hlm. 45-49.

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

138

untuk memakai jilbab, misalnya hari-hari besar seperti hari raya Idul

Adha dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan acara seperti acara BDI

(Badan Dawah Islamiyah), disisi lain siswi mengartikan makna

memakai jilbab hanya untuk mematuhi aturan dan tata tertib yang

telah ditentukan oleh pihak sekolah, sehingga mereka menganggap

memakai jilbab sebagai tuntutan bukan sebagai kemauan diri pribadi.

Maka siswi memakai jilbab jika berada di lingkungan sekolah saja dan

belum tentu di luar lingkungan sekolah dia memakai jilbab.

Dari Pemahaman para siswa tersebut guru PAI memaparkan

bahwa kami selalu memberikan motivasi siswa dan siswi khususnya

siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus untuk memakai jilbab diantaranya:

a) Untuk melindungi kehormatan/harga diri siswa dalam pergaulan

khususnya di luar sekolah.

b) Sebagai tanda bahwa siswi tersebut mayoritas bernuansa Islam.

c) Suatu trend

d) Untuk mengendalikan tingkah laku dalam pergaulan.

Di sisi lain ada beberapa motivasi memakai jilbab yang

pertama manfaat dan kegunaan jilbab yang digunakan sebagai

pelindung diri, kehormatan dan hargai diri siswa dalam pergaulan di

luar sekolah, supaya siswi tidak terpengaruh oleh pergaulan bebas dan

Westernisasi.

Mengingat semakin bebasnya pergaulan para remaja kini yang

mengakibatkan kerusakan moral dan akhlak para pelajar. Sehingga

dengan adanya jilbab diharapkan bisa mengontrol pergaulan di

lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Kedua, dengan memakai

jilbab kita sudah menunjukkan sebagai seorang muslimah sejati.

Begitu juga pada siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang berciri khas

dengan memakai jilbab, maka sekolah tersebut bernuansakan Islami.

Ketiga, siswi yang memakai jilbab bukan berarti tidak mengikuti

perkembangan zaman, akan tetapi dengan memakai jilbab justru

mengikuti tren masa kini. Dengan melihat realita yang ada banyak

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

139

sekali perempuan yang memakai jilbab. Dengan pemakaian jilbab

yang diaplikasikan pada siswa dapat memberikan motivasi untuk

menggunakan jilbab. Bahkan dalam agama Islam jilbab wajib

digunakan untuk menutup aurat. Bahkan di dalam surat An-Nuur ayat

31 dan Al-Ahzab Ayat 59:

إلاماوقل زينتهن ايبدينل و هن فروج ن فظ يح و رهن بص

أ من ن ض يغض للمؤمنت

وأ تهن

لبعول إلا زينتهن يبدين ال يوبهنو ج ى

عل مرهن بخ ربن ليض منهاو هر ظئهونهنءابا إخ بنى و

أ ونهن إخ و

أ تهن

بناءبعولأ و

أ ئهن

بناأ و

أ تهن

ءاباءبعول وأ ن

وأ يمنهن

أ ماملكت و

أ ئهن

ا نس وأ وتهن خ

أ بنى و

لتبعينٱأ ول

يرأ

بةٱغ إرل من

الٱ لرج ولٱأ لذينٱلطف عورت على وا هر يظ اءٱلم لنس لهن رج

بأ ربن يض لا و

إلى توبوا و زينتهن من فين يخ ما مٱليعل لل يه

أ ميعا ملمؤمنونٱج لعلك

ون لح ٣٣تفArtinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah

mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)

nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan

kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan

perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah

mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,

atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-

laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau

putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita

islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-

pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap

wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat

wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan

bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang

yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nur: 31)

يهاأ لنبىٱي اء نس و بناتك و زوجك

لبيبهنلمؤمنينٱقللأ منج يهن

عل نين يد ن فلايؤذينوك نيعرفن

أ دنى

أ اللٱذلك ارحيم ور ف ٩٥غ

Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak

perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah

mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".

Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

140

dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59)

Pada ayat di atas ditegaskan bahwa wanita wajib untuk

memakai jilbab. Oleh karena itu di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

diwajibkan untuk memakai jilbab pada sebagai pembiasaan siswa

dalam memakai jilbab, karena memakai jilbab harus dengan kesadaran

dan keikhlasan serta kebiasaan secara terus menerus. Keempat,

Dengan memakai jilbab dapat menghindarkan siswi dari perilaku yang

tidak senonoh sehingga dapat membentengi diri dari hal-hal negatif

yang dilakukan orang lain. Dengan pemakaian jilbab siswi akan

merasa aman dan terlindungi.

Bahwa motivasi memakai jilbab adalah untuk mendapatkan

kepercayaan dari orang tua. Misalnya keluar rumah sewaktu-waktu

selalu mendapatkan sorotan positif dari orang tua. Untuk melatih diri

supaya terbiasa memakai jilbab. Sebagaimana yang telah dilakukan

orang lain sebagai seorang muslim.

Pendapat murid alasan dalam memakai jilbab adalah

memperoleh kepercayaan dari orang tua, sebagai murid dengan

mendapatkan kepercayaan tersebut dapat memanfaatkannya sebaik

mungkin, misalnya kita izin keluar rumah untuk belajar kelompok

kepada orang tua, kita harus bersikap jujur atas tujuan tersebut. Dari

segi pemakaian jilbab diharapkan dapat melatih kerapian dan

kesopanan dalam berpakaian yang sesuai dengan syar’i. Orang tua

akan memberikan kepercayaan kepada anaknya dan tidak merasa was-

was bila anaknya keluar rumah dan bergaul dengan teman-temannya,

maka kebebasan akan diberikan kepada seorang anak.

Penulis dapat menyimpulkan pertama bahwa siswi apabila ada

kecacatan dalam fisiknya bisa tertutupi dengan jilbabnya bebeda

dengan siswi yang tidak berjilbab apabila ada kecacatan dalam

dirinya, misalnya rambut keriting maka akan lebih cantik dengan

memakai jilbab. Dan mereka tidak perlu ke salon untuk mempercantik

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

141

dirinya karena malu pada orang yang melihatnya. Kedua sebagai tanda

atau simbol bahwa dia beragama Islam, karena di dalam Islam sendiri

wanita diwajibkan memakai jilbab. Ketiga jika para siswi dalam

lingkungan sekolah membiasakan memakai jilbab, maka hal ini

merupakan nilai tambahan bagi SMA NU Al Ma’ruf Kudus dimana

SMA NU Al Ma’ruf Kudus mendapatkan respon yang baik bagi

masyarakat khususnya bagi calon siswi baru. Selain itu SMA NU Al

Ma’ruf Kudus juga tidak kalah dengan pesantren maupun Madrasah

Aliyah yang ada di sisi lain dengan memakai jilbab bisa meredakan

seseorang karena manusia makhluk yang merasa kurang dan ingin

sesuatu yang lebih sehingga dengan memakai jilbab bisa

mengendalikan segala keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang

belum tentu itu bermanfaat menurut dirinya.

Ada beberapa manfaat memakai jilbab bagi siswi SMA NU Al

Ma’ruf Kudus. Pertama Berjilbab merupakan budaya Islam yang

sudah diterapkan dari zaman Rasulullah SAW sampai kehidupan

sekarang ini sehingga kita selaku umat Islam yang mentaati perintah

Allah dan Rasulnya, memiliki kewajiban untuk melestarikan salah

satu budaya Islam tersebut. Begitu juga para siswi SMA NU Al

Ma’ruf Kudus yang memakai jilbab, mereka sudah mentaati dan

melaksanakan perintah Allah dan Rasulnya. Kedua dengan adanya

peraturan yang disusun oleh pihak sekolah secara tidak langsung bisa

melatih siswi untuk hidup disiplin. Selain disiplin dalam mematuhi

peraturan pihak sekolah yang telah ditentukan dan juga disiplin dalam

menjaga dan melaksanakan syari.at Allah dan Rasul. Ketiga berawal

dari mendidik generasi muda untuk memakai jilbab maka akan

memberikan titik cerah dalam kehidupan nantinya. Begitu juga dalam

mendidik siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus untuk memakai jilbab

akan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Jika generasi

yang dilahirkan oleh SMA NU Al Ma’ruf Kudus memiliki keagungan

akhlak dan pribadi yang mulia maka, akan melahirkan generasi baru

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

142

yang lebih baik yang juga memiliki keagungan akhlak dan pribadi

yang mulia seperti generasi sebelumnya.

Keempat dengan perkembangan zaman yang semakin maju

dan pesat menjadikan pergaulan bebas merajalela dikalangan remaja

dan pelajar. Berdasarkan realita yang ada kebanyakan para remaja dan

pelajar terperangkap dalam pergaulan bebas. Sehingga upaya SMA

NU Al Ma’ruf Kudus dalam membentengi para siswinya yaitu dengan

melatih dalam pemakaian jilbab. Dengan adanya upaya tersebut

diharapkan para siswi yang belum memakai jilbab bisa mencontoh

para siswi yang berjilbab.

Menurut Djaali, motivasi adalah kondisi fisiologis dan

psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya

untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dari

beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

suatu dorongan yang menyebabkan individu bergerak/terdorong untuk

melakukan suatu hal/perbuatan. Motivasi sangat dibutuhkan bagi

setiap individu dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi yang tinggi akan

dapat mempercepat tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.82

2. Analisis Unsur-unsur apa sajakah yang mendukung strategi dalam

membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

a. Kerjasama semua warga sekolah

Sebuah sekolah yang menerapkan budaya Islami di

lingkungannya, berarti telah mengadakan perubahan penting di dalam

organisasi tersebut yang berorientasi ke depan. Secara sederhana, ajaran

agama Islam ditempatkan sebagai basic reference seluruh kegiatan

pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa setiap kegiatan di sekolah

memahami rujukan utama al-Qur’an dan sunnah Rasul, baik pada tingkat

aplikasi maupun konseptual, atau dengan kata lain bahwa ajaran Islam

merupakan pondasi seluruh aktifitas warga sekolah.

82 Djaali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 101.

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

143

Dalam sebuah pembentukan budaya religuis, kerjasama dari

semua pihak sekolah sangat menjadi faktor yang sangat penting. Dengan

adanya dukungan dari warga sekolah, maka budaya yang dikembangkan

akan berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Oleh SMA NU Al

Ma’ruf Kudus, konsep tersebut diterjemahkan dalam bentuk budaya

sekolah Islami (BUSI). Hal ini dilakukan bukan karena sekolah tersebut

memiliki identitas sebagai sekolah ‘Islam’, yang hanya berfungsi sebagai

simbol untuk melengkapi nama sekolah. Akan tetapi, gerakan ini menjadi

spirit utama yang menjadi pemompa stamina para pengelola lembaga

untuk mewujudkan visi misi. Sehingga suasana ke-Islaman tersebut

bukan hanya makna simbolik tetapi lebih dari itu, berupa penanaman dan

pengembangan nilai-nilai religius.

Berdasarkan pemaparan Kepala Sekolah SMA NU Al Ma’ruf

Kudus bahwa dalam membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf

Kudus ini mendapat dukungan dari semua guru baik guru agama maupun

guru non agama, kebersamaan ini mereka tujukan agar ditiru oleh peserta

didiknya, kematangan spiritual juga tidak hanya diajarkan kepada peserta

didiknya, melainkan kepada semua guru dan warga sekolah. Persamaan

kedudukan inilah yang menjadikan sekolah ini menjadikan kesetaraan

antara guru dan murid

Pernyataan kepala sekolah tersebut ditegaskan juga oleh bapak

Anas Ma’ruf bahwa kewajiban yang dijalankan di sekolah ini bukan

hanya kepada murid saja, akan tetapi guru juga harus ikut serta dalam

setiap kegiatan keagamaan agar menjadi contoh yang baik bagi siswa.

Pernyataan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa seorang guru

memanglah harus menjadi tauladan yang baik bagi peserta didiknya,

bukan hanya menyampaikan ilmu saja, akan tetapi juga mengajari

praktiknya secara langsung dengan baik. Guru tidak seharusnya hanya

mengajarkan moral dan etika yang aik akan tetapi juga harus

mencontohkan hal tersebut agar ditiru oleh peseta didiknya.

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

144

Budaya religius yang telah terbentuk di lembaga pendidikan

beraktualisasi ke dalam dan ke luar pelaku budaya menurut dua cara.

Aktualisasi budaya ada yang berlangsung secara covert

(samar/tersembunyi) dan ada yang overt (jelas/terang). Yang pertama

adalah aktualisasi budaya yang berbeda antara aktualisasi ke dalam

dengan ke luar, ini disebut covert, yaitu seseorang yang tidak berterus

terang, berpura-pura, lain di mulut lain di hati, penuh kiasan, dalam

bahasa lambang, ia diselimuti rahasia. Yang kedua adalah aktualisasi

budaya yang tidak menunjukkan perbedaan antara aktualisasi ke dalam

dengan aktualisasi ke luar, ini disebut dengan overt. Pelaku overt selalu

berterus terang dan langsung pada pokok pembicaraan.83

Budaya religius di lembaga pendidikan merupakan budaya yang

tercipta dari pembiasaan suasana religius yang berlangsung lama dan

terus menerus bahkan sampai muncul kesadaran dari semua anggota

lembaga pendidikan untuk melakukan nilai religius itu. Pijakan awal dari

budaya religius adalah adanya religiusitas atau keberagamaan.

Keberagamaan adalah menjalankan agama secara menyeluruh. Dengan

melaksanakan agama secara menyeluruh maka seseorang pasti telah

terinternalisasi nilai-nilai religius.

Budaya religius merupakan hal yang urgen dan harus diciptakan

di lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan merupakan salah satu

lembaga yang mentransformasikan nilai atau melakukan pendidikan

nilai. Sedangkan budaya religius merupakan salah satu wahana untuk

menstranfer nilai kepada peserta didik. Tanpa adanya budaya religius,

maka pendidik akan kesulitan melakukan transfer nilai kepada anak didik

dan transfer nilai tersebut tidak cukup hanya dengan mengandalkan

pembelajaran di dalam kelas. Karena pembelajaran di kelas rata-rata

hanya menggembleng aspek kognitif saja. Maka dari itu, suatu lembaga

pendidikan harus dan wajib mengembangkan budaya religius untuk

83 Sahlan, Asmaun, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah upaya mengembangkan PAI dari

Teori ke Aksi, UIN-Malik press, Malang, 2009, hlm. 84.

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

145

menciptakan ketenangan dan ketentraman bagi orang yang ada di

dalamnya.

b. Adanya program sekolah seperti BDI (Badan Dakwah Islamiyah)

BDI (Badan Dakwah Islam) merupakan salah satu ekstrakurikuler

yang berbasis pada pendidikan agama Islam di SMA NU Al Ma’ruf

Kudus sebagai wadah untuk mempererat ukhuwah Islamiyah dan

beramar ma’ruf nahi munkar sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena

Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati

hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan

Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati

penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar ummat

beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan

bangsa Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu keseluruhannya

terliput dalam lingkup: Al Qur’an dan Hadits, Keimanan, Akhlak, dan

Fiqh/Ibadah. Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup

Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan

dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri,

sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun

minallah wa hablun minannas).

Dengan adanya Kegiatan ekstrakurikuler ini diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran (terutama

pendidikan agama Islam) yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi

siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan ekstrakurikuler

dikembangkan pengalaman “pengalaman yang bersifat nyata yang dapat

membawa siswa pada kesadaran atas pribadi, sesama, lingkungan dan

Tuhan-nya, dengan kata lain bahwa kegiatan ektrakurikuler dapat

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

146

meningkatkan Emotional Qoutient (EQ) siswa yang di dalamnya terdapat

aspek kecerdasan sosial/kompetensi sosial.

3. Analisis Unsur-unsur yang menghambat strategi dalam membangun

budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

a. Faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan shalat Fardhu

berjamaah

1) Faktor Sarana dan Prasarana

Faktor penghambat dalam mengimplemenatsikan shalat fardhu

bejamaah di SMA NU Al Ma’ruf tersebut adalah fasilitas mushalla

atau sarana dan prasarana. Dalam pembelajaran shalat Fardhu

berjamaah khusunya shalat Sunnah tentunya mempunyai peran yang

sangat penting karena tanpa sarana prasarana yang memadai

pembelajaran shalat Fardhu tidak akan maksimal. Di SMA NU Al

Ma’ruf Kudus dalam upaya penanaman nilai religius mengalami

hambatan menyangkut sarana yang dimiliki ukuran Mushalla tidak

sesuai dengan jumlah keseluruhan siswa-siswinya akan tetapi kegiatan

shalat Dhuhur berjamaah tetap dapat dilakukan dengan memakai teras

mushalla yang sedikit membantu bisa menampung kegiatan yang

banyak.

Minimnya sarana untuk menunjang kegiatan keagamaan akan

menghambat upaya efektifitas pelaksanaan pembelajaran dan

pengalaman ibadah secara individu maupun massal. Hal ini tentunya

kurang menguntungkan untuk mengupayakan implementasi shalat

Fardhu dan Sunnah.

Dari pembahasan di atas terkait keterbatasan sarana dan

prasarana sebagai faktor penghambat dalam mengimplementasikan

Budaya Religius juga di perkuat oleh teori yang di kembangkan

Mujammil Qomar menurutnya Faktor pendukung dan penghambat

dalam mengembangkan budaya religius disekolah yang juga tidak

kalah penting ialah kelengkapan sarana dan prasarana. Hal ini

dikarenakan bahwa sarana dan prasarana merupakan komponen

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

147

penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Keberadan

sarana dan prasarana mutlak dibutuhkan. Tanpa adanya sarana dan

prasarana proses pendidikan akan mengalami kesulitan yang sangat

serius bahkan bisa menggagalkan pendidikan.84

2) Kurangnya jam pelajaran

Kurangnya jam pelajaran agama merupakan hambatan yang

paling dirasakan oleh siswa, karena 1 jam pelajaran agama akan habis

penyampaian materi shalat Fardhu dan Sunnah secara teoritis.

Sedangkan praktik dan pengalaman khususnya shalat sholat Sunnah.

Minimnya jam pelajaran agama ini merupakan faktor

penghambat dalam pembelajaran agama, apalagi jam pelajaran praktik

agama 1 jam pelajaran agama akan habis untuk menyampaikan materi

dan harus dengan di sertai praktik agar anak tau bagaimana cara-cara

shalat Fardhu khususnya shalat Sunnah. Dari uraian di atas memang

dalam pembelajaran praktek agama membutuhkan waktu yang

lumayan lama apalagi tentang materi shalat Sunnah yang jarang

mereka lakukan.

Menurut Ahmad Tafsir, budaya globalisasi yang melanda

kehidupan masyarakat juga merambah kehidupan para pelajar,

sehingga para pelajar ikut terpengaruh oleh budaya globalisasi yang

merusak moral. Kemerosotan akhlak pada manusia menjadi salah satu

problem dalam perkembangan pendidikan nasional, di mana terkadang

para tokoh pendidik sering menyalahkan pada adanya globalisasi

kebudayaan, sebagaimana dijelaskan oleh Tafsir, bahwa globalisasi

kebudayaan sering dianggap sebagai penyebab kemerosotan akhlak

tersebut.85

84 Mujamil Qamar, Manajemen Pendidikan Islam, PT. Glora Aksara Pertama, Malang, 2007,

hlm. 170. 85 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dan Keluarga, Rosdakarya, Bandung, 1996, hlm. 1.

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

148

b. Faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan budaya religius

melalui Dzikir

Dari siswa itu sendiri tidak semua memiliki keberanian dan

mental ketika berada di depan untuk memimpin dzikir padahal

sebenarnya mereka semua bisa dan mampu hanya masalah faktor mental

yang menjadi penghalang.dan meskipun kami selaku Guru PAI memiliki

kesulitan bukan berarti ini tidak berhasil yang terpenting setiap kelas satu

dua atau tiga siswa laki-laki yang sudah memberanikan diri untuk maju

menjadi imam dzikir.

Semangat siswa atau kesadaran siswa yang masih kurang akan

pentingnya dzikir bagi kehidupan khususnya untuk ketenangan bagi diri

sendiri, selain dari itu lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap

pembentukan karakter siswa itu sendiri, siswa berdzikir di sekolah tetapi

sulit untuk diimpementasikan di lingkungan masyarakat dari pembahasan

di atas.

Menurut Mulyasa, faktor penghambat dalam mengembangkan

budaya religius di sekolah ialah partisipasi masyarakat dalam

mengembangkan budaya religius disekolah. Hal ini mengingat bahwa

sekolah dan masyarakat merupakan partnership dalam berbagai aktifitas

yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, diantaranya:

1) Sekolah dan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam

menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.

2) Sekolah dan tenaga kependidikan menyadari pentingnya kerjasama

dengan masyarakat.

3) Sekolah dan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil bagian

serta bantuan dalam pendidikan di sekolah.86

86 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007,

hlm. 167-168.

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

149

c. Faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan budaya religius

melalui buana muslim

Dampak dari perkembangan trend dan fhasion, melahirkan sikap

dalam diri siswa berjilbabnya hanya untuk penutup saja misalkan rambut

disemir warna, atau rambut direbounding (diluruskan ) atau juga hanya

sekedar ikut-ikutan teman atau juga hanya untuk fashion semata.

sekarang berjilbab besok tidak memakai jilbab, dan hanya sedikit yang

benar-banar berjilbab secara ikhlas dengan niat untuk beribadah sehingga

berjilbab hanya untuk menutupi apa yang dilarang di sekolah seperti

yang sudah dijelaskan di atas. Rendahnya kesadaran siswa untuk

berjilbab menjadikan jilbab hanya dijadikan sebagai alat untuk

melegalkan apa yang telah di larang di sekolah.

Berbeda dengan apa yang terjadi di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

implementasi busana muslim meskipun di SMA NU Al Ma’ruf Kudus di

wajibkan untuk memakai seragam muslim dan semua siswa sudah

melakukannya bukan berarti kami tidak menghadapi masalah, masalah

yang kami hadapi adalah pemahaman terhadap pemakaian busana

muslim karena sebagaian besar siswa atau siswi SMA NU Al Ma’ruf

Kudus memiliki pemahaman bahwa seragam atau busana muslim hanya

sebatas melaksanakan aturan tata tertib sekolah bukan dipahami sebagai

aturan syar’at Islam yang harus dilaksanakan, faktor lingkungan dan

pergaulan yang memiliki pengaruh yang besar.

Dari pembahasan di atas terkait faktor penghambat dalam

menerapkan busana muslim menurut Ahmad Tafsir, faktor penghambat

dalam mengembangkan budaya religius di sekolah ialah budaya

globalisasi yang melanda kehidupan masyarakat juga merambah

kehidupan para pelajar, sehingga para pelajar ikut terpengaruh oleh

budaya globalisasi yang merusak moral. Kemerosotan akhlak pada

manusia menjadi salah satu problem dalam perkembangan pendidikan

nasional, di mana terkadang para tokoh pendidik sering menyalahkan

pada adanya globalisasi kebudayaan, sebagaimana dijelaskan oleh Tafsir,

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

150

bahwa globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai penyebab

kemerosotan akhlak tersebut.87

4. Analisis SWOT unsur pendukung dan penghambat strategi dalam

membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Kemajuan dalam bidang industri dan teknologi telah masuk ke dalam

semua lini kehidupan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun

masyarakat pedesaan. Kemajuan tersebut mengakibatkan terjadinya

perobahan tingkah laku masyarakat. Dengan terciptanya alat komunikasi

dan transportasi dunia yang dulunya amat luas, sekarang menjadi suatu desa

yang amat kecil, daratan dan lautan tidak lagi menjadi penghalang untuk

menjagkau suatu daerah.

Perubahan tersebut ikut mempengaruhi dunia pendidikan tidak

terkecuali di SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Oleh karena itu untuk merespon

perubahan tersebut pihak sekolah harus bersifat lebih terbuka dengan

menerapkan konsep-konsep baru yang lebih sesuai dengan perkembangan

yang terjadi.

Salah satu konsep baru yang diperkenalkan dalam manajemen sekolah

adalah analisis SWOT, yaitu suatu analisa keadaan yang melihat dari empat

sudut pandang, yaitu: strength (kekuatan) menganalisis keunggulan/

kekuatan sumber daya dasar yang ada, weakness (kelemahan) menganalisis

keterbatasan sumber daya yang ada yang dapat menghambat tercapainya

tujuan pendidikan, opportunity (peluang) menganalisis situasi- situasi utama

yang menguntungkan bagi organisasi/lembaga pendidikan, dan threat

(tantangan) menganalisis situasi-situasi utama yang tidak menguntungkan

bagi situasi pendidikan.88 Dalam analisis SWOT ini ada dua dua fator yang

sangat mempengaruhi maju mundurnya pendidikan, yaitu faktor dominan

dan faktor penghambat. Yang termasuk faktor dominan adalah (kekuatan

dan peluang) dan faktor penghambat (kelemahan dan tantangan).

87 Ahamd Tafsir, Op.cit., hlm. 2. 88 Jurnal MP3A, Visi, Misi, dan Strategi Pembinaan Madrasah, Departemen Agama

Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004, hlm. 20.

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

151

a. Kekuatan (Strength)

Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh SMA NU Al Ma’ruf Kudus

dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung terlaksananya tugas dan

fungsi sekolah khususnya dalam membangun budaya religius siswa

dengan baik. Beberapa aspek lingkungan sekolah yang menjadi kekuatan

pada SMA NU Al Ma’ruf Kudus adalah:

1) Faktor Intern

a) Kepala Sekolah

Kepala sekolah di SMA NU Al Ma’ruf Kudus memiliki

pengalaman kerja lebih dari 20 tahun, berlatar belakang pendidikan

Magister (S2), pandai bergaul, berkharisma, berwawasan luas,

berdedikasi tinggi dan disiplin, bertanggung jawab.

b) Guru

Jumlah guru di SMA NU Al Ma’ruf Kudus sebanyak 67 orang dan

telah berkualifikasi Magister (S2) 2 orang, berkualifikasi Sarjana

(S1) Keagamaan 57 orang, berkualifikasi Sarjana Muda 4 orang,

dan berkualifikasi Diploma 3 (D3) 3 orang. Memiliki dedikasi dan

loyalitas tinggi, jumlah jam mengajar minimal 24 jam per minggu.

c) TU

Jumlah staf tata usaha di SMA NU Al Ma’ruf Kudus 17 orang dan

berlatar belakang pendidikan Diploma 3 (D3) orang serta berlatar

belakang pendidikan SLTA 16 orang, rata-rata kerja minimal 5

tahun.

d) Siswa

Siswa di SMA NU Al Ma’ruf Kudus pada tahun pelajaran

2017/2018 berjumlah 1136 siswa, yang terdiri dari 434 siswa putra

dan 702 siswa putri.

e) Sarana Prasarana

Luas lahan/tanah 3.840 m2, luas bangunan 2.355 m2, luas halaman

dan taman 830 m2, luas lapangan olah raga 655 m2, jumlah ruang

belajar/kelas sebanyak 30 kelas dengan luas masing-masing kelas

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

152

72 m2, perpustakaan 1 ruang, laboratorium biologi 1 ruang,

laboratorium kimia 1 ruang, laboratorium fisika 1 ruang,

laboratorium bahasa 1 ruang, laboratorium IPS 1 ruang,

laboratorium komputer 3 ruang, laboratorium multimedia 1 ruang,

ruang keterampilan 1 ruang, ruang keterampilan 1 ruang, ruang

UKS 1 ruang, koperasi 1 ruang, ruang BP/BK 1 ruang, ruang

kepala sekolah 1 ruang, ruang guru 2 ruang, ruang TU 1 ruang,

ruang OSIS 1 ruang, kamar mandi/WC guru 5 ruang, kamar

mandi/WC siswa 16 ruang, gudang 2 ruang, ruang iabadah 1 ruang,

ruang multimedia 1 ruang.

2) Faktor Ekstern

a) Lingkungan Masyarakat

SMA NU Al Ma’ruf Kudus terletak di pintu gerbang Kabupaten

Kudus serta di jalur pantura, berbagai jurusan angkutan umum,

hampir semuanya melalui sekolah ini sehingga mudah terjangkau

oleh semua kendaraan, status sosial ekonomi menengah pendidikan

masyarakat bervariasi, tamatan sekolah lanjutan pertama dan

sekolah menengah atas, sarjana. Masih suka bergotong royong dan

religius, tingkat kekerasan masyarakat dan tingkat kenakalan

remaja dapat digolongkan masih rendah, keamanan lingkungan

cukup kondusif karena berada di daerah aman dan terkendali.

b) Dinas Instasi Terkait

Dinas pendidikan, dinas kesehatan, kepolisian semuanya mudah

untuk diajak bekerjasama.

b. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan-kelemahan merupakan aspek yang menunjukkan

keterbatasan atau kekurangan sekolah baik dalam sumber daya,

kemampuan atau keterampilan maupun kapabilitas yang secara serius

dapat menjadi penghalang bagi terlaksananya tugas dan fungsi sekolah

dengan baik. Aspek-aspek yang menjadi kelemahan SMA NU Al Ma’ruf

Kudus adalah:

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

153

1) Faktor Intern

a) Kepala Sekolah

Kurangnya motivasi, inovasi terhadap terciptanya lingkungan

sekolah berwawasan budaya utamanya budaya religius warga

sekolah dalam hal ini siswa.

b) Guru

Pendidikan terkait budaya religius yang dilakukan oleh guru PAI

ada yang belum masuk (terintegrasi) dalam mata pelajaran, rasa

tanggung jawab sebagian guru masih kurang terhadap terciptanya

budaya religius siswa di SMA NU Al Ma’ruf Kudus.

c) TU

Tanggung jawab TU terhadap perubahan akhlak terkait terciptanya

budaya religius siswa masih rendah, hanya befokus kepada

administrasi sekolah.

d) Siswa

Tanggung jawab dalam berinteraksi kehidupan sosial masih lemah,

cenderung lebih banyak bermain, kurangnya minat, kesadaran serta

pemahaman siswa terkait arti serta tujuan dari setiap budaya

religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus.

e) Sarana Prasarana

Interaksi kehidupan sosial di sekolah sudah mengarah pada

harmonisasi dalam perwujudan perundangan dan penghijauan,

penempatan ruang kelas berdasarkan tata letak, ruang belajar

kurang terpelihara, pemeliharaan alat kebersihan/kesehatan begitu

kurang terpelihara walaupun banyak yang baru, kurang luasnya

tempat ibadah/musholla yang ada mengingat jumlah siswa yang

begitu banyak, serta kurangnya waktu/jam untuk praktik ibadah di

lingkungan SMA NU Al Ma’ruf Kudus.

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

154

2) Faktor Ekstern

a) Lingkungan Masyarakat

Adanya sebagian masyarakat yang kurang peduli terhadap interaksi

kehidupan sosial di lingkungan sekolah, golongan ekonomi

menengah (pekerjaan penduduk: karyawan swasta, PNS, Pekerja

jasa, wiraswasta/ dagang, petani, dan lain-lain).

b) Dinas Instansi Terkait

Memiliki kepentingan masing-masing, koordinasi dan komunikasi

bersifat menunggu perintah, walaupun ada keterpaduan program

peningkatan budaya religius dalam mewujudkan warga sekolah

yang religius, kegiatan kelihatannya bersifat seremonial.

c. Peluang (Opportunity)

Peluang merupakan kondisi lingkungan sekolah yang dapat

memberikan keuntungan bagi warga sekolah, maka harus dimanfaatkan

dengan sebaik-baiknya oleh kepala sekolah. Beberapa peluang yang

dimiliki oleh SMA NU Al Ma’ruf Kudus adalah:

1) Faktor Intern

a) Kepala Sekolah

Dapat menggunakan kepemimpinannya semaksimal mungkin,

selalu memotivasi dan berinovasi terus menerus demi terciptanya

budata religius di sekolah, dapat memberikan contoh dan

transparansi, dapat memberikan reward dan sanksi.

b) Guru/TU

Dapat beramal shaleh, mendapat imbal jasa, melakukan, mengajak,

menjadi tauladan warga sekolah terutama siswa untuk menciptakan

lingkungan sekolah yang kondusif dan mewujudkan budaya

religius dilingkungan sekolah, melaksanakan program dan

memiliki rasa tanggung jawab.

c) Siswa

Menggali/menambah pengetahuan dan pengalaman tentang budaya

religius, selalu memperhatikan dan mempraktikkan setiap materi

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

155

yang disampaikan guru, menaati setiap tata tertib sekolah,

senantiasa menjaga nama baik almamter kapanpun dan dimanapun,

berinteraksi sosial lebih leluasa tetapi tidak meninggalkan budaya

religi yang telah didapat di sekolah.

d) Sarana Prasarana

Setiap warga sekolah senantiasa dapat memanfaatkan semua sarana

prasarana yang ada semaksimal mungkin, serta menjaganya supaya

tetap dalam kondisi baik.

2) Faktor Ekstern

a) Lingkungan Masyarakat

Dapat bekerjasama dengan warga sekolah dalam upaya

mencipatakan budaya religius di lingkungan sekolah, serta

memanfaatkan potensi lingkungan sekolah yang kondusif.

b) Dinas Instansi Terkait

Meningkatkan kerjasama, mensupport serta senantiasa memberikan

masukan demi terciptanya budaya religius di lingkungan sekolah,

memanfaatkan serta memaksimalkan potensi lingkungan sekolah.

d. Ancaman (Threats)

Ancaman atau tantangan merupakan situasi lingkungan yang dapat

mengganggu kelangsungan hidup sekolah, baik untuk saat ini maupun

masa yang akan datang. Maka harus diantisipasi agar tidak menjadi

penghambat atau gangguan bagi terlaksananya tugas dan fungsi sekolah.

Beberapa ancaman yang dihadapi oleh SMA NU Al Ma’ruf Kudus

adalah:

1) Faktor Intern

a) Kepala Sekolah

Mengelola sekolah untuk berbudaya religius terhadap setiap warga

sekolah di lingkungan sekolah menjadi terhambat apabila pada saat

program dicanangkan terjadinya pergantian pimpinan.

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

156

b) Guru

Penuhnya materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada

peserta didik sehingga ada yang berpandangan proses belajar

mengajar harus kondusif dan nyaman dan tidak dikaitkan dengan

pengembangan diri lainnya.

c) TU

Pengadministrasian sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan

budaya religius tidak ditertibkan.

d) Siswa

Adanya pengaruh luar yang biasanya dapat mempengaruhi

terhadap tindakan perbuatannya yang mengarah kepada perbuatan

yang tidak baik.

e) Sarana Prasarana

Sesuatu yang baru menjadi perhatian sehingga adanya berlebihan

dalam penggunannya sehingga mengakibatkan terjadinya

kerusakan.

2) Faktor Ekstern

a) Lingkungan Masyarakat

Adanya lingkungan masyarakat yang kurang peduli terhadap

budaya religius.

b) Dinas Instansi Terkait

Pengharapan kegiatan sesuai program namun tidak adanya tindak

lanjut.

Budaya religius juga merupakan sarana pengembangan proses

pembelajaran dan lingkungan belajar. Karena pada prinsipnya budaya

religius dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk

melaksanakan pendekatan pembelajaran konstrukstivistik. Dimana

lingkungan sekitar dapat dimanipulasi dan dieksplorasi menjadi sumber

belajar, sehingga guru bukan satu-satunya sumber belajar. Di samping itu,

budaya religius juga berfungsi dan berperan langsung dalam pengembangan

Page 100: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

157

pembelajaran pendidikan agama atau religiusitas. Pendidikan agama atau

religiusitas tidak hanya mengarah pada aspek kognitif saja, namun

seharusnya mengarah kepada afektif. Maka selanjutnya pendidikan agama

akan mengarah kepada praktik dan kegiatan sosial dalam aktivitas

keseharian, baik di lembaga pendidikan maupun di luar lembaga

pendidikan.

Model pembelajaran yang demikianlah yang akan membuat peserta

didik lebih mampu untuk berpikir dan kreatif sehingga akan melahirkan

konklusi yang tidak sama dengan gurunya. Model pembelajaran yang

menggunakan pendekatan kontrukstivistik yang sangat dianjurkan pada

dekade akhir-akhir ini untuk menggebrak dan meningkatkan mutu

pendidikan Nasional.

Salah satu hal yang penting lagi adalah budaya religius dapat

digunakan sebaga wahana pelaksanaan pendidikan karakter. Karakter anak

didik akan dapat dibentuk dan kualitas pendidikan akan mampu

ditingkatkan dengan anak didik melakukan pembelajaran dengan metode

pembiasaan, sehingga nilai-nilai religius akan langsung ter-include ke dalam

diri anak didik, dengan anak melakukan kegiatan yang merupakan bagian

dari budaya religius.

Strategi membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

dilakukan melalui beberapa metode berdasakam penjabaran visi, misi dan

tujuan.

a. Visi

“Maju dalam Prestasi, Santun dalam Pekerti. Terwujudnya

generasi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah, cerdas, berkarakter

mandiri dan berakhlaqul karimah”. Batasan visi tersebut adalah maju

dan meningkat dalam prestasi baik akademik maupun nonakademik yang

selalu diimbangi oleh akhlak mulia dan kesantunan budi pekerti. Dengan

demikian, lulusan yang dihasilkan adalah pribadi-pribadi yang ceerdas,

terampil dan berbudi.

Page 101: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

158

b. Misi

1) Membentuk pribadi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah yang beriman

dan bertaqwa.

2) Membentuk generasi yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.

3) Menjadi pribadi berkarakter dan berakhlaqul karimah.

4) Mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan memiliki

keunggulan di bidang akademik.

5) Menggiatkan pembelajaran ekstrakurikuler dan meningkatkan

prestasi non akademik.

6) Mampu mengimplementasikan tekhnologi dan komunikasi untuk

meningkatkan potensi akademik dan non akademik.

7) Mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi.

8) Mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.

9) Memiliki bekal kehidupan untuk terjun di dunia kerja

c. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah antara lain :

1) Mewujudkan peserta didik beriman dan bertaqwa yang berhaluan

Ahlussunnah Wal Jama’ah dan warga negara yang bertanggung

jawab.

2) Membentuk generasi berkarakter dan berakhlakul karimah.

3) Meningkatkan perolehan nilai kemampuan akademik.

4) Memberikan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga

peserta didik mampu meningkatkan prestasi nonakademik.

5) Mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing melanjutkan studi

di perguruan tinggi.

6) Mewujudkan generasi yang mampu berkiprah dalam kegiatan

keagamaan dan kemasyarakatan.

7) Membekali peserta didik agar mampu terjun di dunia kerja.

d. Budaya Religius

Budaya merupakan suatu kesatuan yang unik dan bukan jumlah

dari bagian-bagian suatu kemampuan kreasi manusia

Page 102: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

159

yang immaterial, berbentuk kemampuan psikologi manusia yang

immeterial, berbentuk kemampuan psikologis seperti ilmu pengetahuan,

teknologi, kepercayaan, keyakinan, seni dan sebagainya.

Agar budaya menjadi nilai-nilai yang tahan lama, maka harus ada

proses internalisasi budaya. Internalisasi berarti proses menanamkan dan

menumbuhkembangkan suatu nilai atau budaya menjadi bagian diri (self)

orang yang bersangkutan. Penanaman dan penumbuhkembangan nilai

tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik metodik pendidikan dan

pengajaran. Seperti pendidikan, pengarahan, indoktrinasi, brain

washing dan lain sebagainya.

Budaya Religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang

melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol

yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas, dan tenaga

kependidikan lainnya, siswa, atau warga sekolah pada umumnya. Sebab

itu budaya tidak hanya berbentuk simbolik semata sebagaimana yang

tercermin diatas, tetapi didalamnya penuh dengan nilai-nilai. Perwujudan

budaya juga tidak hanya muncul begitu saja tetapi melalui proses

pembudayaan.

Religious culture dalam konteks ini berarti pembudayaan nilai-nilai

agama Islam dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat, yang

bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam yang diperoleh

siswa dari hasil pembelajaran di sekolah, agar menjadi bagian yang

menyatu dalam perilaku siswa sehari-hari dalam lingkungan sekolah atau

masyarakat. Bentuk kegiatan pengamalan budaya agama Islam di

sekolah, di antaranya adalah; membiasakan salam, membiasakan berdoa,

membaca al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai, membiasakan kultum,

membiasakan shalat dhuha, shalat dhuhur berjamaah, dzikir setelah

shalat, menyelenggarakan PHBI, menyantuni anak yatim, acara halal bi

halal, dan sebagainya.

Dengan demikian, budaya religius sekolah pada hakikatnya adalah

terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berperilaku

Page 103: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

160

dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan

menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar

maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam

tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.

e. Strategi Membangun Budaya Religius

Proses perwujudan budaya religius dilakukan dengan dua strategi,

yaitu instructive sequential strategy dan structive sequential strategy.

1) Instructive Sequential Strategy

Pada strategi ini, upaya perwujudan budaya religius menekankan

pada asek struktural yang bersifat instruktif, yang mengandalkan

komitmen pemimpin untuk melakukan upaya sistematis melalui force

untuk mewujudkan budaya religius, sehingga punishment dijadikan

sebagai salah satu cara untuk mewujudkan budaya religius sekolah.

Adapun proses perwujudannya sebagai berikut:

a) penciptaan suasana religius,

b) internalisasi nilai,

c) keteladanan,

d) pembiasaan, dan

e) pembudayaan.

2) Structive Sequential Strategy

Pada straegi ini, upaya perwujudan budaya religius sekolah lebih

menekankan pada pentingnya membangun kesadaran diri (self

awareness), sehingga diharapkan akan tercipta sikap, perilaku dan

kebiasaan religius yang pada akhirnya akan membentuk budaya

religius sekolah. Adapun prosesnya sebagai berikut:

a) penciptaan suasana religius,

b) sikap,

c) perilaku,

d) kebiasaan, dan

e) pembudayaan.

Page 104: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. BAB IV.pdf · 2019. 4. 30. · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum

161

Gambar 4.2

Strategi Membangun Budaya Religius Siswa

Visi:

“Maju dalam prestasi, santun dalam pekerti, terwujudnya generasi

muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah, cerdas, berkarakter mandiri dan

berakhlaqul karimah”

Misi: 1. Membentuk pribadi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah yang beriman dan bertaqwa.

2. Membentuk generasi yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.

3. Menjadi pribadi berkarakter dan berakhlaqul karimah.

4. Mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan memiliki keunggulan di bidang

akademik.

5. Menggiatkan pembelajaran ekstrakurikuler dan meningkatkan prestasi non akademik.

6. Mampu mengimplementasikan tekhnologi dan komunikasi untuk meningkatkan potensi

akademik dan non akademik.

7. Mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi.

8. Mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.

9. Memiliki bekal kehidupan untuk terjun di dunia kerja

Tujuan: 1. Mewujudkan peserta didik beriman dan bertaqwa yang berhaluan Ahlussunnah Wal

Jama’ah dan warga negara yang bertanggung jawab.

2. Membentuk generasi berkarakter dan berakhlakul karimah.

3. Meningkatkan perolehan nilai kemampuan akademik.

4. Memberikan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga peserta didik mampu

meningkatkan prestasi nonakademik.

5. Mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi.

6. Mewujudkan generasi yang mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan

kemasyarakatan.

7. Membekali peserta didik agar mampu terjun di dunia kerja.

Budaya Religius: Budaya Religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang melandasi perilaku, tradisi,

kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru,

petugas, dan tenaga kependidikan lainnya, siswa, atau warga sekolah pada umumnya.

Instructive Sequential Strategy 1. penciptaan suasana religius,

2. internalisasi nilai,

3. keteladanan,

4. pembiasaan, dan

5. pembudayaan.

Structive Sequential Strategy 1. penciptaan suasana religius,

2. sikap,

3. perilaku,

4. kebiasaan, dan

5. pembudayaan.