bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. kondisi umum …eprints.stainkudus.ac.id/2472/7/7. bab...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum SMA NU Al Ma’ruf Kudus
1. Tinjauan Historis SMA NU Al Ma’ruf Kudus
a. Latar Belakang
Untuk mengisi kemerdekaan RI yang berdasarkan Pancasila
dengan mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, maka
Pemerintah Daerah Tingkat II Kudus, pada tahun 1965 membuat kebijak-
sanaan di bidang pendidikan, antara lain: mewujudkan sedikitnya satu
SD dan satu MI, satu SMP dan satu MTs. di setiap kecamatan serta
Perguruan Tinggi yang didukung oleh sejumlah SMA dan MA di
Kabupaten Kudus.
Pada waktu itu di Kabupaten Kudus baru berdiri beberapa SMA,
sedangkan peserta didik lulusan SMP masih banyak yang belum
tertampung di SMA yang sudah ada. Di antara mereka masih banyak
yang melanjutkan sekolah di luar daerah Kabupaten Kudus. Berdasarkan
hal-hal di atas itulah penambahan SMA di Kabupaten Kudus sangat
diharapkan oleh masyarakat.
b. Gagasan atau Ide Pendirian
Untuk mewujudkan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat II
Kudus dengan meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, maka Bapak
Drs. Sunarto Noto Widagdo selaku Bupati KDH Tk. II Kabupaten Kudus
mencetuskan gagasan untuk mendirikan SMA NU di Kudus kepada
Bapak Masyhud selaku Ketua Yayasan Kesejahteraan Daerah (YKD) dan
Ketua DPRD Tk. II Kabupaten Kudus.
Gagasan tersebut di atas dimaksudkan agar ummat Islam
khususnya warga Nahdlatul Ulama' Kudus berpartisipasi aktif dalam
pembangunan pendidikan. Sebab Nahdlatul Ulama' merupakan salah satu
58
59
organisasi sosial yang dipandang mampu dan potensi untuk mendirikan
SMA yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Kemudian gagasan di atas didukung oleh Bapak Masykur AW
selaku BPH Kabupaten Kudus dan Bapak A. Moehaimin Oestman selaku
Ketua Fraksi NU DPRD Tk. II Kabupaten Kudus.
c. Proses Pendirian
Sebagai tindak lanjut untuk mewujudkan gagasan di atas
diperlukan persiapan sarana dan prasarana, maka diadakan musyawarah
yang dipimpin oleh Bapak Drs. Sunarto Noto Widagdo selaku Bupati
KDH Tk. II Kabupaten Kudus dan Bapak Masyhud selaku Ketua
YKD/DPRD Tk. II Kabupaten Kudus dengan mengundang :
1) Bapak H. Zainuri Noor, pengusaha Percetakan Menara Kudus
2) Bapak H. Ambari Noor pengusaha rokok
3) Bapak Masykur AW, anggota BPH Kabupaten Kudus
4) Bapak A. Moehaimin Oestman, Ketua Fraksi NU DPRD Tk. II
Kabupaten Kudus
Berdasarkan musyawarah tersebut dihasilkan kesepakatan antara
lain:
1) Menugaskan Bapak Masyhud selaku Ketua YKD untuk menghadap
Bapak H. Ma'ruf, pengusaha rokok Jambu Bol Kudus guna
menyampaikan gagasan mendirikan SMA NU dan dimohon
bantuannya.
2) Menugaskan Bapak A. Moehaimin Oestman untuk mencari tanah
yang strategis untuk lokasi pembangunan gedung.
Akhirnya pada tanggal 12 Maret 1965, di hadapan Bapak R.
Sumarno selaku Camat Jati terjadilah transaksi jual beli tanah antara
Bapak Samsuri Kosim, Bapak Djamilun, Bapak Suwarno dan Bapak
Tabri yang kesemuanya selaku pihak penjual sebidang tanah di desa
Ploso dengan Bapak H. Ma'ruf, pengusaha rokok Jambu Bol selaku
pembeli dengan harga Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah).
60
Untuk merealisir terwujudnya SMA NU maka dibentuklah lembaga
berbadan hukum yaitu Yayasan Perguruan Islam Nahdlatul Ulama'
dengan akte No. 06 tanggal 28 Januari 1965:
Pelindung/Penasehat : 1. Drs. Soenarto Noto Widagdo
2. H.A. Ma’roef
Ketua : H. Masykur AW.
Wakil Ketua : H. Ambari Noor
Sekretaris : 1. Niam Zuhri
2. A. Moehaimin Oestman
Bendahara : H. Zaenuri Noor
Setelah terbentuk pengurus Yayasan dan tersedia tanah lokasi
sekolah, maka dimulailah pembangunan gedung SMA NU dengan
peletakan batu pertama oleh Bapak KH. Syaifuddin Zuhri selaku PB NU
(pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI) pada tanggal 28
Agustus 1966.
d. Rencana dan Tahapan Pembangunan
Adapun rencana induk pembangunan gedung SMA NU terdiri dari:
1) Ruang kelas 21 (8 X 10 m2) = 1.680 m2
2) Aula 12 x 30 m2 = 360 m2
3) Asrama 6 x 30 m2 = 180 m2
4) Rumah Nadlir 6 x 12 m2 = 72 m2
5) Kamar Mandir 4 x 40 m2 = 160 m2
6) Pagar Karas = 45 m2
Sedangkan pembangunan tahap pertama dimulai dengan
membangun gedung sekolah sebanyak 6 ruang kelas di bagian utara
menghadap ke selatan dengan pelaksana pembangunan Bapak Chusnan
Jayadi (karyawan PUK).
Pembangunan tahap pertama ini dilaksanakan berkat bantuan/
sumbangan dari :
61
1) Bapak H. Ma'ruf (PR. Jambu Bol Kudus) berupa 1 ruang kelas paling
timur dengan biaya Rp. 215.000
2) PR. Djarum Kudus, berupa 1 ruang kelas dengan biaya Rp. 150.000
3) Bapak H. Zaenuri Noor (Percetakan Menara Kudus) berupa 1 ruang
kelas dengan biaya Rp. 324.000
4) PR. SAB Kudus, berupa 1 ruang kelas dengan biaya Rp. 350.000
5) Bapak H. Ambari Noor, berupa 1 ruang kelas dengan biaya Rp.
350.000
6) Bapak H. Ma'ruf (PR. Jambu Bol Kudus) berupa 1 ruang kelas paling
barat beserta kamar mandi/WC dengan biaya Rp. 515.000. Biaya
keseluruhan sejumlah Rp. 2.052.000 dan selesai pembangunannya
pada tanggal 20 Januari 1969.
Pembangunan tahap pertama selesai, kemudian Bapak H. Ma'ruf
mewakafkan tanah lokasi gedung SMA NU Cabang Kudus yang tertuang
dalam surat pernyataan ikrar wakaf No. 08 tanggal 26 Februari 1969.
Pernyataan wakaf tersebut diterima oleh Bapak KH. Abu Amar
sebagai Rois Syuriyah NU Cabang Kudus dan Bapak H. Moehdi selaku
Ketua Tanfidziyah NU Cabang Kudus serta menunjuk Bapak H.A.
Moehaimin Oestman sebagai nadlir tanah wakaf tersebut.
e. Realisasi Kegiatan Pembangunan
Selesai persiapan fisik, pengurus Yayasan Perguruan Nahdlatul
Ulama' membentuk tim yang bertugas mempersiapkan pembukaan SMA
NU, baik tenaga guru, tenaga administrasi maupun segala sesuatu yang
diperlukan. Tim tersebut adalah :
1) Bapak Rodli Suhari
2) Bapak Ahmad Thoha
3) Bapak Sukarno, B.A.
Akhirnya berdasarkan surat keputusan Yayasan Perguruan Islam
Nahdlatul Ulama' No. 10/YPI/69 tanggal 10 September 1969 membuka
SMA NU dan kegiatan belajar mengajar dimulai tanggal 02 Januari 1970
62
yang dipimpin oleh Bapak Muchtar Effendi, B.A. sebagai kepala
sekolah.1
2. Letak Geografis
SMA NU Al Ma’ruf Kudus merupakan Sekolah Menengah Atas
yang terletak di Jalan AKBP R. Agil Kusumadya No. 2 Kudus dan
merupakan pintu gerbang Kabupaten Kudus serta di jalur pantura. Berbagai
jurusan angkutan umum, hampir semuanya melalui sekolah ini. Sekolah ini
berada di Desa Ploso Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dan terletak 1 km
dari kantor kecamatan Jati dan 1,5 km dari pusat Kota Kudus. Sedangkan
jarak terdekat dengan Sekolah Menengah Atas terdekat adalah 1 km.
Sebelah Utara : Perumahan PT PURA BARUTAMA, dan Brak/
Gudang PT PURA BARUTAMA
Sebelah Selatan : Perumahan PR Nojorono
Sebelah Timur : Jalan AKBP R. Agil Kusumadya
Sebelah Barat : SMP NU Al Ma’ruf Kudus, dan Rumah Penduduk
SMA NU Al Ma’ruf Kudus dibangun menghadap ke timur yang
berada di dataran sedang pada ketinggian ± 400 M di atas permukaan laut
dengan suhu rata-rata 250-350 Celsius. Menurut Junghun, dataran yang
berada di atas ketinggian ± 400 M di atas permukaan laut adalah dataran
sedang. Sehingga sekolah ini tidak terkena banjir.
Dengan melihat letak geografis tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa SMA NU AL Ma’ruf Kudus terletak di daerah yang
strategis yaitu berada di jalur pintu gerbang Kota Kudus dan jalur pantura.
Hal itu membuat peserta didik SMA NU AL Ma’ruf berasal dari berbagai
kabupaten seperti Kudus, Pati, Demak, Jepara, bahkan dari luar Jawa.2
3. Visi dan Misi SMA NU Al Ma'ruf Kudus
Visi sekolah dapat diartikan sebagai imajinasi moral yang
menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa yang akan datang.
Imajinasi seperti itu akan diwarnai oleh peluang dan tantangan yang
1 Dokumen Tim Penyusun, Sejarah SMA NU Al Ma’ruf Harlah ke-40,(Kudus, 2009). 2 Observasi langsung di SMA NU Al Ma’ruf pada tanggal 5 Maret 2018
63
diyakini akan terjadi di masa yang akan datang.3 Misi diartikan sebagai
tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Misi merupakan penjabaran
visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang
dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain misi adalah
bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam bentuk
visi dengan berbagai indikatornya.4
Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan.
Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang sangat panjang, maka
tujuan dikaitkan dengan jangka waktu menengah. Dengan demikian tujuan
pada dasarnya merupakan tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi
sekolah yang telah dicanangkan.
a. Visi SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Visi adalah pandangan atau gambaran tentang masa depan SMA
NU Al Ma’ruf Kudus, ke mana SMA ini akan dibawa dan
dikembangkan. Adapun vivi SMA NU Al Ma’ruf Kudus adalah: “Maju
dalam Prestasi, Santun dalam Pekerti. Terwujudnya generasi
muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah, cerdas, berkarakter mandiri
dan berakhlaqul karimah.”
Batasan visi tersebut adalah maju dan meningkat dalam prestasi
baik akademik maupun nonakademik yang selalu diimbangi oleh akhlak
mulia dan kesantunan budi pekerti. Dengan demikian, lulusan yang
dihasilkan adalah pribadi-pribadi yang ceerdas, terampil dan berbudi.
b. Misi SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Misi merupakan penjabaran dan perpanjangan tangan sebuah visi
dalam bentuk rumusan tugas atau tindakan untuk mewujudkan visi
tersebut. Adapun misi yang akan diwujudkan oleh SMA NU Al Ma’ruf
Kudus adalah:
1) Membentuk pribadi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah yang
beriman dan bertaqwa.
3 Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdiknas Dirjen Dikdasmen,
Jakarta, 2002, hlm. 8. 4 Ibid., hlm. 13.
64
2) Membentuk generasi yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.
3) Menjadi pribadi berkarakter dan berakhlaqul karimah.
4) Mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan memiliki
keunggulan di bidang akademik.
5) Menggiatkan pembelajaran ekstrakurikuler dan meningkatkan
prestasi non akademik.
6) Mampu mengimplementasikan tekhnologi dan komunikasi untuk
meningkatkan potensi akademik dan non akademik.
7) Mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi.
8) Mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
9) Memiliki bekal kehidupan untuk terjun di dunia kerja
c. Tujuan SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah antara lain :
1) Mewujudkan peserta didik beriman dan bertaqwa yang berhaluan
Ahlussunnah Wal Jama’ah dan warga negara yang bertanggung
jawab.
2) Membentuk generasi berkarakter dan berakhlakul karimah.
3) Meningkatkan perolehan nilai kemampuan akademik.
4) Memberikan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga
peserta didik mampu meningkatkan prestasi nonakademik.
5) Mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing melanjutkan
studi di perguruan tinggi
6) Mewujudkan generasi yang mampu berkiprah dalam kegiatan
keagamaan dan kemasyarakatan
7) Membekali peserta didik agar mampu terju di dunia kerja.5
4. Profil Umum SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Untuk mengenal lebih jelas tentang profil SMA NU Al Ma’ruf
Kudus, berikut ini akan diuraikan identitas sekolah dan identitas Kepala
Sekolah sebagai berikut :
5 Dokumen SMA NU Al Ma’ruf diambil pada tanggal 5 Maret 2018
65
a. Identitas Sekolah
1) Nama Sekolah : SMA NU Al Ma’ruf Kudus
2) NSS : 302031902006
3) Alamat : Jln. AKBP R. Agil Kusumadya No. 2
4) Desa/Kelurahan : Ploso
5) Kecamatan : Jati
6) Kabupaten/Kota : Kudus
7) Propensi : Jawa Tengah
8) Kode Pos : 59348
9) Telepon : (0291) 438939
10) Website : www.smanualmaruf.co.cc
11) E-mail : [email protected]
12) Tahun didirikan : 1969
13) Mulai dipakai : 1970
14) SK Pendirian Depag : No.40/X/4A/78
15) Lokasi : Pedesaan
16) Akreditasi : A (94,43)
17) SK Akrediatsi : 302031902006/300140
18) Klasifiklasi Sekolah : Mandiri
b. Identitas Kepala Sekolah
1) Nama : Drs. H. Shodiqun, M.Ag.
2) NIP : 19590226 198303 1 007
3) Pendidikan Terakhir : S2
4) Jurusan : Magister Agama6
6 Dokumen SMA NU Al Ma’ruf diambil pada tanggal 7 April 2012
66
5. Sarana dan Prasarana SMA NU Al Ma'ruf Kudus
Salah satu faktor yang memengaruhi proses belajar mengajar adalah
sarana dan prasarana yang memadai. Keberhasilan sebuah lembaga
pendidikan sangat ditentukan oleh kelengkapan fasilitas dan sumber belajar.
Sebaliknya pendidikan tanpa didukung oleh sarana dan fasilitas yang
memadai akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, sarana dan prasarana serta sumber belajar merupakan hal
yang esensial dan perlu dipertimbangkan dalam proses pendidikan.
Dalam upaya memperlancar proses pendidikan, sekolah
menyediakan sarana pendidikan. Hingga saat ini SMA NU Al Ma'ruf
mempunyai 30 ruang kelas, laboratorium IPA (fisika, kimia, biologi),
Bahasa, Agama, Komputer, Multimedia, IPS (koperasi), Perpustakaan,
sebuah ruang/kantor Kepala Sekolah, kantor Guru, kantor TU, Musholla dan
sarana pendidikan lainnya.
Pelaksanaan pembangunan sarana tersebut dilakukan secara
bertahap. Seperti halnya telah di-uraikan di atas, bahwa pembangunan tahap
pertama telah menghasilkan sebuah gedung yang terletak di bagian utara
menghadap ke selatan yang terdiri atas 6 ruang kelas.
Tahap demi tahap pembangunan sarana pendidikan terus
dilaksanakan. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya animo masyarakat
untuk menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah ini. Maka sejak tahun
1980/1981 diprogramkan untuk menambah dua lokasi ruang belajar setiap
tahunnya.
Pada tahun pelajaran 1981/1982 dibangun sebuah gedung
laboratorium IPA. Kemudian pada tahun 1983/1984 dirintis pembangun-an
gedung bertingkat (lantai 2) yang dilaksanakan secara bertahap.
Pada tahun pelajaran 1984/1985 SMA NU Al Ma'ruf mendapat
bantuan dari Depdikbud berupa paket gedung sebanyak dua ruang baru
menghadap ke timur lengkap dengan meubelairnya yang bernilai Rp.
20.000.000 (Dua puluh juta rupiah). Gedung bantuan tersebut diresmikan
67
penggunaannya oleh Bapak Drs. Soejatta Kepala Kanwil Depdikbud Jawa
Tengah pada kesempatan ke daerah tanggal 08 Oktober 1984.
Mulai tahun pelajaran 1983/1984 sampai tahun 1991/1992
pembangunan gedung bertingkat (lantai 2) yang terletak di bagian selatan
menghadap ke utara (seperti yang telah direncanakan) dapat terselesaikan.
Untuk meningkatkan fasilitas pendidikan seiring dengan
perkembangan jumlah peserta didik yang semakin meningkat serta mengejar
mutu sekolah maka dibangunlah beberapa fasilitas belajar mengajar yang
meliputi penambahan ruang kelas, pengadaan laboratorium bahasa dan
perehaban laboratorium IPA.
Penambahan tiga ruang kelas lantai 2 gedung sebelah utara yang
dilaksanakan pada tahun pelajaran 1995/1996, dilanjutkan dua ruang kelas
lantai 2 dan perehaban teras gedung sebelah utara pada tahun 1996/1997
serta penambahan dua ruang kelas lantai 2 pada tahun 1997/1998
mengakhiri pembangunan ruang kelas lantai 2 gedung sebelah utara.
Masih pada tahun 1997/1998 dilaksanakan pavingisasi halaman
sekolah. Hal ini dimaksudkan agar kondisi halaman tetap bisa dipakai
sebagai sarana kegiatan belajar mengajar baik kegiatan intrakurikuler,
misalnya pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan maupun kegiatan
ekstrakurikuler serta kegiatan lainnya. Disamping itu untuk mengantisipasi
agar halaman tidak "becek" jika musim hujan tiba dan meminimalisasi debu
pada waktu musim kemarau. Dan yang terpenting adalah penataan eksterior
sekolah terlihat rapi.
Mengingat jumlah peserta didik yang cukup besar dan fasilitas yang
dibutuhkan pun semakin besar, maka pada tahun 1998/1999 ditambahlah
dua ruang kelas lantai 3 gedung sebelah utara. Dilanjutkan pembangunannya
pada tahun 1999/2000 yaitu penambahan tiga ruang kelas lantai 3 gedung
sebelah utara. Pada tahun 2000/2001 pengadaan dan pemasangan fasilitas
lab. Bahasa senilai + Rp. 50.000.000 dan 2001/ 2002 merehab lab. IPA serta
pembangunan dua ruang kelas lantai 3 menghadap selatan.
68
Sejak tahun pelajaran 1998/1999 SMA NU Al Ma'ruf membuka
program Bahasa. Sejalan dengan komitmen program Bahasa yaitu agar
peserta didik memiliki kompetensi dalam bidang bahasa khususnya bahasa-
bahasa asing (Arab, Inggris, Prancis) maka pada tahun 2000/2001 diadakan
sebuah fasilitas yang "mungkin" masih jarang dimiliki oleh sekolah-sekolah
di kabupaten Kudus, yaitu sebuah laboratorium Bahasa yang cukup lengkap
dan representatif. Dilanjutkan pada tahun 2002/2003 dengan penambahan
fasilitas laboratorium Bahasa.
Kehadiran laboratorium Bahasa juga dimaksudkan agar semua
peserta didik SMA NU Al Ma'ruf memiliki keterampilan berbahasa asing
dengan baik sehingga dapat mengantisipasi era informasi sekarang ini.
Masih berkaitan dengan peningkatan fasilitas pendidikan khususnya
mata pelajaran IPA (Fisika, Biologi, Kimia) maka pada tahun 2001/2002
laboratorium direhab kembali.
Karena dirasa perlu ruang kelas lagi demi kelancaran proses belajar
mengajar, maka pada tahun 2001/2002 dibangun dua ruang kelas lantai 3
sebelah utara. Dan tahun 2002/2003 dilakukan rehab kamar kecil putra,
pembuatan garasi mobil dan dibangun kembali dua ruang lantai 3 paling
timur sendiri kemudian tahun 2003/2004 dilanjutkan dengan pembangunan
dua ruang lantai 3.
Pada tahun pelajaran 2004/2005, dibangun laboratorium IPA (Fisika,
Kimia, Biologi) dan laboratorium komputer dengan jumlah 35 unit untuk
praktik TIK kelas X serta awal tahun pelajaran 2005/2006 diadakan
penambahan 40 unit Pentium IV untuk kelas XI. Kemudian tahun pelajaran
2005/2006 melanjutkan pembangunan ruang kelas lantai 3 dan pemasangan
keramik teras serta penambahan 22 unit komputer untuk praktik TIK kelas
XII.
Dilanjutkan tahun pelajaran 2006/2007 dibangun laboratorium
multimedia yang terletak di lantai 2 sebelah barat yang dilengkapi sound
sistem, LCD proyektor, komputer, laptop. Juga dilakukan perluasan dan
rehab musholla serta penambahan tempat wudlu putri, kamar mandi putri di
69
lantai 1. Penambahan alat kesenian organ yang menunjang pelaksanaan
belajar mengajar dan ekstrakurikuler. Pada tahun pelajaran 2007/2008
merehab musholla kemudian membangun satu ruang laboratorium IPS, dua
ruang kamar mandi guru, satu ruang UKS dan pemasangan keramik lantai 1
sebelah selatan.
SMA NU Al Ma’ruf Kudus memiliki sarana dan fasilitas yang dapat
dilihat secara fisik dan non fisik. Secara fisik sarana dan fasilitas yang
dimiliki adalah:
a. Penyediaan lahan tanah untuk proses pendidikan
Tabel 4.1
Lahan Tanah
(1) Status Tanah Hak Milik
2. Luas tanah seluruhnya 3.840 m2
3. Luas bangunan 2.355 m2
4. Luas halaman dan taman 830 m2
5. Luas lapangan olah raga 655 m2
b. Penyediaan Ruangan
Tabel 4.2
Ruangan
No Jenis Ruang Jumlah Luas (m2)
1. Ruang Teori/Kelas 30 2160
2. Laboratorium Biologi 1 72
3. Laboratorium Kimia 1 72
4. Laboratorium Fisika 1 72
5. Laboratorium Bahasa 1 72
6. Laboratorium IPS 1 72
7. Laboratorium Komputer 3 216
8. Laboratorium Multimedia 1 144
9. Ruang Perpustakaan 1 81
70
10. Ruang Keterampilan 1 40
11. Ruang UKS 1 72
12. Koperasi/Toko 1 72
13. Ruang BP/BK 1 72
14. Ruang Kepala Sekolah 1 72
15. Ruang Guru 2 144
16. Ruang TU 1 72
17. Ruang OSIS 1 16
18. Kamar Mandi/WC Guru 5 0
19. Kamar Mandi/WC Peserta didik 16 0
20. Gudang 2 16
21. Ruang Ibadah 1 144
22. Ruang Multimedia 1 112
c. Keadaan Buku dan alat pendidikan menurut mata pelajaran
Tabel 4.3
Keadaan Buku dan Alat Pendidikan
No. Mata Pelajaran
Buku Alat Pendidikan
Pegangan Guru Teks Peserta
didik Penunjang
Peraga
(set)
Praktik
(set)
Media
(set) Jumla
h
Judul
Jumlah
Eks.
Jumlah
Judul
Jumlah
Eks.
Jumlah
Judul
Jumlah
Eks.
1. PPKn 10 10 2 250 228 444
2. Pendidikan Agama 24 40 3 330 2.807 5.090 10 30
3. Bahasa dan Sastra Indonesia 16 16 6 710 497 653 1 1 1
4. Bahasa Inggris 10 10 2 540 393 544 5 40 2
5. Sejarah Nasional dan Umum 3 3 5 1.411 341 452 1 2
6. Pendidikan Jasmani 10 10 6 240 52 65 6 6 1
7. Matematika 10 10 1 240 8 82 2
8.
IPA
a. Fisika 10 10 4 529 27 4.022 13 17 3
b. Biologi 10 10 4 290 28 127 5 10 2
c. Kimia 10 10 4 789 17 147 16 70
9.
IPS
a. Ekonomi 10 10 2 758 50 100
b. Sosiologi 4 4 2 590 5 14
71
c. Geografi 8 10 2 740 9 9
d. Sejarah Budaya 3 3 1 270
e. Tata Negara 4 4 1 370 10 13
f. Antropologi 2 2 7 295 25 27
10. Teknologi Informatika
Komputer 7 7 10 15 10 135 10
11. Pendidikan Seni 1 1 45 77 5 12
12. Bahasa Asing Lain 4 4 71 73 1 40 9
13. Bimbingan dan Penyuluhan 8 27 1 1 1
14. Muatan Lokal
15. Kerajinan Tangan dan
Kesenian 38 43
Sedangkan sarana non fisik adalah berupa fasilitas beapeserta didik
dari beberapa lembaga beapeserta didik kepada peserta didik yang
berprestasi dan telah mencukupi standar persyaratan. Lembaga pemberi
beapeserta didik tersebut adalah beapeserta didik bagi peserta didik kurang
mampu baik dari pemerintah.7
6. Kondisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Pendidikan, sebagai sebuah sistem memiliki sejumlah komponen
yang saling berkaitan antara satu dan yang lainnya untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan. Komponen-komponen pendidikan tersebut
antara lain adalah: Pendidik (guru) dan tenaga kependidikan, kurikulum,
metode, sarana prasarana dan evaluasi. Dari beberapa komponen tersebut,
pendidik (guru) dan tenaga kependidikan merupakan komponen terpenting
dalam pendidikan, terutama dalam menangani berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan mutu pendidikan.
Di dalam undang-undang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Sedangkan tenaga kependidikan memiliki tugas sebagai pelaksana
terselenggaranya proses pembelajaran secara baik dan nyaman. Di antara
7 Dokumen Profil SMA NU Al Ma’ruf diambil pada tanggal 5 Maret 2018
72
tugas-tugas yang diemban tenaga kependidikan adalah yang berkaitan
dengan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pencapaian tujuan pendidikan.
SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan, khususnya dalam hal pendidik (guru) dan tenaga
kependidikannya telah memenuhi standar yang memadai. SMA NU Al
Ma’ruf Kudus orang pendidik (guru) berstatus PNS dan 3 Guru Wiyata
Bhakti dengan disiplin ilmu masing-masing yang secara garis besar dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
a. Daftar Nama Guru
Tabel 4.4
Daftar Nama Guru Tahun Pelajaran 2017/2018
No Nama Mata
Pelajaran Alamat
1 Drs. H. Shodiqun, M.Ag. PAI Jln. Pattimura 25 Mlati Kidul
01/II Kudus
2 Suyono, S.Pd., M.Pd. Bhs. Inggris Kudus Permai Gg. XVIII No.
7 Kudus
3 Nasikhun, S.Pd. PKn / BK Salak Padurenan Gebog
Kudus
4 Drs. H. Sugiri Akhlak / BK Jl. Madukoro I/4 Perum
Gerbang Harapan Bae Kudus
5 Anas Ma'ruf, S.Ag. Pend. Agama
/ Seni Bdy
Bakalankrapyak Gg. Litbang
Djarum Kaliwungu Kudus
6 H. Dalkhin, S.Pd. Bhs. Inggris Janggalan 257 05/II Kudus
7 Drs. H. Suhardi Matematika Mlati Kidul 01/I Kudus
8 Kutarni HS, BA. Ekonomi /
Akuntansi
Jati Kulon 03/V Kudus
9 Nafi'uddin Fisika Loji Bakalankrapyak
Kaliwungu Kudus
73
10 Farchatin Sodiqah, S.Pd. Ekonomi /
Akuntansi
Jl. Madukoro Perum
Gondangmanis Kudus
11 Dra. Hj. Evi Siti Nuryati Sejarah / Bhs.
Daerah
Jetak Kembang 317 Kudus
12 Hj. Rini Dwi Kusmartini Kimia Kaliputu Gg. VI 153 Kudus
13 Drs. H. Sugiharto Penjaskes Tumpangkrasak 01/VII Jati
Kudus
14 Shofyatul Ulya
Dwiyana, S.Pd.
Bhs. Inggris Jetak Kembang 04/IV Kudus
15 H. Sarmani Masruri,
S.Ag.
Tarikh Prigi Kalikondang 04/V
Demak
16 Mufarikhah Daryanti,
S.Pd.
Kimia Gribig 04/IV Gebog Kudus
17 Sudiyati, S.S. Bhs.
Indonesia
Panjang 04/II Bae Kudus
18 Asrifah, A.Md. Biologi Kaliputu Gg. VI 153 Kudus
19 Sri Hayati, S.Pd. Bhs. Inggris Besito Gebog Kudus
20 Waluyo Mustaqim, S.Pd. Ekonomi /
Akuntansi
Peterongan Piji 02/V Bae
Kudus
21 M. Noor Afni, S.Pd. Matematika Ngaringan Klumpit Gebog
Kudus
22 Drs. Lasidi Riswanto Sosiologi Dersalam 02/V Kudus
23 Noor Yadi MF, S.H. Antropologi /
Penjaskes
Pringsewu Kaliwungu Kudus
24 Dra. Istiqomah Bhs. dan
Sastra Ind.
Perum Muria Indah E/135
Bae Kudus
25 Sri Mulyanti, S.Pd. BK / Pend.
Seni
Klumpit 03/I Gebog Kudus
26 Dra. Hj. Tri Wahyuni
WH.
Geografi /
Sejarah
Mlati Kidul 01/I Kudus
74
27 Sri Yulinah, S.Pd. BK Kajar 02/III Dawe Kudus
28 Mohamad Said BK Pringsewu 355 02/III
Kaliwungu Kudus
29 Mahmudah, S.Pd. Biologi Gondosari Gebog Kudus
30 Achmad Latif, S.Ag. Ke-NU-an /
Tarikh
Jl. Veteran Glantengan 37
Kudus
31 Miftah, S.Pd.I. TIK Jetak Kembang Gg. I 03/IV
Kudus
32 Dra. Siti Magfiroh, S.Pd. Tarikh / BK Prambatan Lor 05/IV
Kaliwungu Kudus
33 Lilik Soerjani, S.Pd. Sejarah / Bhs.
Daerah
Jetak Kembang 317 Kudus
34 Sofi'atun, S.Pd. Geografi Tumpang Badongan 171
04/II Jati Kudus
35 Abdul Anzis, S.Pd. Penjaskes Blimbingrejo Mayong Jepara
36 H. Najmuddin Hanif,
S.Pd.
Bhs. Inggris /
TIK
Bakalankrapyak Kaliwungu
Kudus
37 H.M. Salafi, BA. Hadits Ngembalrejo 02/V Bae
Kudus
38 Drs. H. Zaenal Anwar Al Qur'an Jl. K.H. Ahmad Dahlan
Kudus
39 Drs. Murtono, M.Pd. Bhs.
Indonesia
Perum Muria Indah E/135
Kudus
40 Drs. Mundioko Sosiologi Tumpangkrasak Gg. I Jati
Kudus
41 Drs. Noor Effendi Matematika Peganjaran Gg. I 05/III Bae
Kudus
42 Drs. Mugi Sulistyo Bhs. Arab Mejobo Kudus
43 Endang Sugiyarti L.,
S.Pd.
Bhs. dan
Sastra Ind.
Jati Kulon 825 04/V Jati
Kudus
75
44 Dra. Hj. Eka
Purwaningsih
Ekonomi /
Akuntansi
Jurang Gebog Kudus
45 Dewi Ulya Kana, S.Pd. Kimia Getas Pejaten 03/III Jati
Kudus
46 Drs. Ahmad Muzakki Al Qur'an /
Qiro'atul
Besito 04/VII Gebog Kudus
47 Aristina Faristiyani,
S.Pd.
Ekonomi /
Akuntansi
Besito Gebog Kudus
48 Nusqiyah Firdaus, S.T. Matematika Jekulo 58 Kudus
49 Sukarsih, S.Pd. Bhs.
Indonesia
Pasuruhan Lor 967 01/IX Jati
Kudus
50 Suaidah, S.Pd. PKn Prambatan Lor 01/I
Kaliwungu Kudus
51 Faizah, S.Pd. Bhs. Inggris Blender Peganjaran Gg. I
Bae Kudus
52 Fajriyatul Aliyah, S.Pd. Matematika Jepang 68 Mejobo Kudus
53 Noor Wahyono, S.T. TIK Honggosoco Jekulo Kudus
54 Dra. Suharni PKn Mlati Kidul 23 Kudus
55 H. Agus Salim, Lc. Bhs. Arab /
PAI
Undaan Lor Gg. XIX Kudus
56 Devi Yuanita, S.Pd. Bhs. Prancis Mlati Kidul 75 Kudus
57 Nurul Fadjeri Munaidi,
S.Pd.
BK Kradenan Demaan Kudus
58 Ulin Nuha, M.Ag. Pend. Agama
/ Ke-NU-an
Demangan 18D 02/III Kudus
59 Mulyo Atmojo, S.Pd. Matematika /
TIK
Honggosoco 152 03/IV
Jekulo Kudus
60 Yuyun Irawati, S.Pd. Sosiologi Klaling 121 02/I Jekulo
Kudus
61 Nanik Mu’yawanah Al-Qur’an Rejosari Dawe Kudus
76
62 Erwin Ridha Ardhi,
S.Pd.
Matematika Jati Kudus
63 Drs. Joko Warsito Fisika Singocandi 03/I Kudus
64 Dian Maulina Wijayanti,
S.Pd.
Sosiologi Garung Kaliwungu Kudus
65 Erna Anis Wardati, S.Pd. Fisika Margorejo 06/I Dawe Kudus
66 M. Arsyad Fardani Bhs. Daerah Salak Padurenan Gebog
Kudus
67 Hj. Siti Zaenab, S.Pd. Bhs. Inggris Tumpangkrasak Jati Kudus
68 Munthohar Seni Rupa Ngaluran 02/V Karanganyar
Demak
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahu bahwa guru yang
mengajar di SMA NU Al Ma’ruf Kudus semuanya memiliki predikat
Sarjana (S1) dan bahkan juga ada beberapa guru yang sudah memiliki
predikat Magister (S2), baik yang sudah diangkat maupun yang belum
diangkat jadi pegawai negeri. Selain itu ada juga beberapa guru yang
selain berpredikat Sarjana juga berlatar belakang pendidikan dari pondok
pesantren.
b. Data Guru
Tabel 4.5
Data Guru
Guru Lk Pr Jumlah
GT (Guru Tetap) 12 8 20
Dpk Disdik (Dipekerjakan Dinas Pendidikan) 6 10 16
Dpk (Dipekerjakan Departemen Agama) 1 - 1
GTT (Guru Tidak Tetap) 14 17 31
Jumlah 32 35 67
Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa
terdapat beberapa kategori guru yng terdapat di SMA NU Al Ma’ruf
77
Kudus. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah guru yang
berstatus sebagai guru tetap di SMA NU Al Ma’ruf ada 20 orang, guru
yang dipekerjakan Dinas Pendidikan ada 16 orang, guru yang
dipekerjakan oleh Departemen Agama ada 1 orang, dan guru yang
berstatus sebagai guru tidak tetap ada 31 orang.
c. Data guru berdasarkan ijazah
Tabel 4.6
Data Guru berdasarkan Ijazah
Ketenagaan <=
SLTA D3
Sarmud
Keg
S1
Keg. S2/S3 Jumlah
Kepala Sekolah 1 1
Guru Tetap 3 2 29 1 35
Guru Tidak Tetap 2 28 1 32
Guru Bantu/Kontrak
Tenaga Administrasi 16 1 17
Berdarasarkan data pada tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa
latar belakang pendidikan Guru di SMA NU Al Ma’ruf Kudus beragam
mulai dari Diploma 3 (D3) sampai Magister (S2). Berdasarkan data di
atas guru yang berlatang belakang pendidikan Diploma 3 (D3) ada 3
orang, yang berlatang belakang pendidikan Sarjana Muda ada 4 orang,
yang berlatar belakang Sarjana Keagamaan ada 57 orang, dan yang
berlatar belakang pendidikan Magister (S2) ada 3 orang. Sedangkan latar
belakang pendidikan tenaga Administrasi di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
pun beragam. Tenaga administrasi yang berlatar belakang pendidikan
SLTA/sederajat ada 16 orang dan yang berlatar belakang pendidikan
Diploma 3 (D3) ada satu orang.
78
d. Data Guru dan Kebutuhan Guru menurut Mata Pelajaran yang Diajarkan
Tabel 4.7
Data Guru dan Kebutuhan Guru menurut Mata Pelajaran yang
Diajarkan
No Mata Pelajaran Yang Ada
GT GTT
1 PPKn 1 2
2 Pendidikan Agama Islam 2 7
4 Bhs dan Sastra Indonesia 2 3
5 Bahasa Inggris 4 1
6 Sejarah Nasional dan Umum 1
7 Pendidikan Jasmani 2
8 Matematika 1 4
9 IPA (Khusus SLTP/MTs)
a. Fisika 2
b. Biologi 2 1
c. Kimia 2 2
10 IPS (Khusus SLTA/MA)
a. Ekonomi 3 2
b. Sosiologi 1 2
c. Geografi 2
d. Sejarah Budaya 1
e. Tata Negara
f. Antropologi 1
11 Pendidikan Seni 1
12 Bahasa Asing Lain 3
13 Bimbingan dan Penyuluhan 4 1
14 Muatan Lokal 2
15 Ke NU an 2
16 Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2
17 Bahasa Daerah 1
Jumlah 37 28
79
Sedangkan untuk mengetahui kondisi tenaga kependidikan (tenaga
administrasi) dapat dilihat pada tabel berikut ini :
a. Daftar Nama Pegawai
Tabel 4.8
Daftar Nama Pegawai Tahun Pelajaran 2017/2018
No Nama Alamat
1 H.M. Suyitno, A.Md. Pagongan Kidul 190B 03/I Kajeksan
Kudus
2 Emwin Arif Jl. Pangeran Puger Gg. VI 17 01/III
Demaan Kudus
3 Chambali Ks. Kedungpaso 69 Demangan Kudus
4 Siti Noordjanah Dalangan 51B 05/V Kudus
5 Sulisah Noor Kacu Banget 01/V Kaliwungu Kudus
6 Akhmad Naim Jati Kulon Gg. III Kudus
7 Mien Afrida Kerjasan 97 01/I Kudus
8 Siti Karomah Panjunan Kulon Kudus
9 Imam Bukhori Demangan 227 02/I Kudus
10 Chambali Senden 08/IV Ngawonggo Ceper Klaten
11 H. Sujono Sanusi Panjunan Wetan 380 02/I Kudus
12 Supriyadi Ploso Gg. I 06/V Jati Kudus
13 Sulhan Jung Pasir Demak
14 Sulasmindar Jati 903 Kudus
15 Sumari Ploso Gg. I Jati Kudus
16 Sukati Jati Kulon Gg. III 165 Kudus
17 Hadi Prayitno, S.Pd.I. Bakalankrapyak 08/II Kaliwungu Kudus
18 Sholikhan, S.Kom. Tumpangkrasak Bae Kudus
19 Farida Aristiyani Grogol Bakalankrapyak Kaliwungu
Kudus
20 Edi Susanto Burikan 01/IV Kudus
21 Mufad Purwosari 243A 01/III Kudus
22 Abdul Muchith Peganjaran 05/II Bae Kudus
23 Suprayikno Kalirejo Undaan Kudus
80
24 Doni Setiawan Hadiwarno Mejobo Kudus
25 Noorhadi Ploso Gg. I 06/V Jati Kudus
26 Hilal Farhandi Bakalankrapyak 07/II Kaliwungu Kudus
b. Data Pegawai
Tabel 4.9
Data Pegawai
Keterangan Lk Pr Jumlah
PTY (Pegawai Tetap Yayasan) 9 4 13
PTT (Pegawai Tidak Tetap Yayasan) 6 1 7
Jumlah 15 5 20
Berdasarkan data pada tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa
pegawai di SMA NU Al Ma’ruf Kudus terdiri dari pegawai tetap yayasan
yaitu sebanyak 13 orang dan pegawai tidak tetap yayasan sebanyak 7
orang.
c. Data Pegawai berdasarkan ijazah tertinggi
Tabel 4.10
Data Pegawai Berdasarkan Ijazah Tertinggi
Ijazah Tertinggi Jumlah
PT PTT Total
S.1 1 2 3
D3 1 - 1
SMA 10 4 14
SMEA 1 1
Jumlah 13 4 20
Berdasarkan data pada tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa
latar belakang pendidikan dari pegawai di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
juga beragam, mulai dari SMA/sederajat sampai dengan Sarjana (S1).
Adapun jumlah pegawai yang berlatar belakang pendidikan SMEA ada
satu orang, yang berlatar belakang pendidikan SMA ada 14 orang, yang
berlatar belakang pendidikan Diploma 3 (D3) ada satu orang, dan yang
berlatar belakang pendidikan Sarjana (S1) ada 3 orang.
81
7. Struktur Organisasi
Selanjutnya perlu juga dijelaskan struktur organisasi SMA NU Al
Ma’ruf Kudus. Struktur organisasi, dalam sebuah lembaga pendidikan
merupakan komponen yang sangat diperlukan. Keberadaan struktur
organisasi dimaksudkan untuk memperjelas hubungan kerja dan pembagian
kerja setiap sumber daya manusia sekolah demi mencapai visi, misi dan
tujuan sekolah yang telah ditentukan bersama. Koordinasi kerja yang baik
diperlukan agar pengelolaan sekolah dan kegiatan pendidikan dapat
dilaksanakan dengan baik, efektif dan efisien. Sekolah, sebagai lembaga
pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai unsur, membutuhkan suatu
tatanan kerja sama yang baik.
Berikut ini adalah bagan struktur organisasi SMA NU Al Ma’ruf
Kudus:
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Tata Usaha Bendahara
Sarpras
Perpustakaan
Kepegawaian
Umum Sarpras
Wakil Kepala
Sekolah
BP
Dewan Guru
Kepeserta
didikan
Kurikulum
Peserta didik
SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Peribadatan
Kepala
Sekolah
Komite
Badan Pelaksana Pendidikan Ma’arif NU
Sunan Dja’far Shadiq
Humas
82
Dari bagan tersebut, fungsi dan tugas pengelola SMA NU Al Ma’ruf
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi sebagai pimpinan administrasi dan supervisor.
1) Kepala Sekolah Selaku Pimpinan
a) Menyusun perencanaan
b) Mengorganisasikan kegiatan
c) Mengarahkan kegiatan
d) Mengkoordinasikan kegiatan
e) Melaksanakan pengawasan
f) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan
g) Menentukan kebijaksanaan
h) Mengadakan rapat
i) Mengambil keputusan
j) Mengatur proses belajar mengajar
k) Mengatur administrasi yaitu kantor, peserta didik, pegawai,
perlengkapan, keuangan
l) Mengatur Organisasi Peserta didik Intra Sekolah (OSIS)
m) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat
2) Kepala Sekolah Selaku Administrator
Selaku administrator, kepala sekolah bertugas mengelenggarakan
administrasi.
a) Perencanaan
b) Pengorganisasian
c) Pengarahan
d) Pengkoordinasian
e) Pengawasan
f) Kurikulum
g) Kepeserta didikan
h) Kantor
i) Kepegawaian
83
j) Perlengkapan
k) Keuangan
l) Perpustakaan
3) Kepala Sekolah selalu Supervisor
Selaku supervisor, kepala sekolah bertugas menyelenggarakan
supervisi mengenai:
a) Kegiatan belajar mengajar
b) kegiatan bimbingan dan penyuluhan
c) Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler
d) Kegiatan ketatausahaan
e) Kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan dunia usaha
Dalam melakasanakan tugasnya kepala sekolah dapat
mendelegasikan kepada guru yang ditunjuk sebagai wakil kepala kekolah
b. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum
Wakil kepala sekolah urusan/bidang kurikulum mempunyai tugas
membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun program pengajaran
2) Menyusun pembagian tugas guru
3) Menyusun jadwal pelajaran
4) Menyusun Jadwal evaluasi belajar
5) Menyusun pelaksanaan UAS/UNAS
6) Menyusun kriteria dan persyaratan naik/tidak naik serta lulus/ tidak
lulus
7) Menyusun jadwal penerimaan Buku Laporan Pendidikan (Rapor)
dan penerimaan STTB
8) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program suatu
pelajaran
9) Menyediakan daftar Buku Acara guru dan peserta didik
10) Menyusun laporan pelaksanaan pengajaran secara berkala
84
c. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kepesertadidikan
Wakil kepala sekolah urusan/bidang kepeserta didikan
mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Menyusun program pembinaan kepeserta didikan/OSIS
2) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan
peserta didik/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib
sekolah.
3) Membina dan melaksanakn koordinasi keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan (5K)
4) Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS
5) Melakukan pembinaan pengurus OSIS dalam berorganisasi
6) Menyusun program dan jadwal pembinaan peserta didik secara
berkala dan insidentil
7) Melaksanakan pemilihan calon peserta didik teladan dan calon
peserta didik penerima beapeserta didik
8) Mengadakan pemilihan peserta didik untuk mewakili sekolah dalam
kegiatan di luar sekolah
9) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepesertadidikan secara
berkala
d. Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana
Wakil kepala sekolah urusan/bidang sarana dan prasarana
mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Inventerisasi barang
2) Pendayagunaan sarana prasarana (termasuk kartu-kartu pelaksanaan
pendidikan)
3) Pemeliharaan (pengamanan, penghapusan, pengembangan)
4) Pengelolaan keuangan alat-alat pengajaran
85
e. Wakil Kepala Sekolah Urusan Hubungan Masyarakat
Wakil kepala sekolah urusan/bidang hubungan masyarakat
mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang
tua/wali peserta didik
2) Membina hubungan antar sekolah dengan POMG/BPPP
3) Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga
pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial lainnya
4) Memberikan/berkonsultasi dengan dunia usaha
5) Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala
f. Wakil Kepala Sekolah Urusan Peribadatan
Wakil kepala sekolah urusan/bidang peribadatan mempunyai
tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun program pembinaan peribadatan peserta didik sehari-hari
2) Memantau praktik peribadatan peserta didik di luar sekolah
3) Memberikan pengarahan di dalam pelaksanaan peringatan hari-hari
besar Islam dan Harlah NU
4) Mengintensifkan pelaksanaan zakat fitrah, qurban, dan
infaq/shadaqoh
5) Mengawasi kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah
6) Mengatur kunjungan rumah/silaturahim pada waktu-waktu tertentu
7) Membuat laporan pelaksanaan peribadatan peserta didik secara
berkala.
g. Guru
Selaku guru bertanggungjjawab kepala kepala sekolah dan
mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien. Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi:
1) Membuat program pengajaran (rencana kegiatan belajar mengajar
semester/tahunan)
2) Membuat satuan pengajaran (persiapan mengajar)
86
3) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
4) Melaksanakan kegiatan penialaian belajar (semester/tahunan)
5) mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi
tanggung jawab
6) Meneliti daftar hadir peserta didik sebelum memulai pelajaran
7) Membuat dan menyusun Lembar Kerja (job sheet) untuk mata
pelajaran yang memerlukan lembar kerja
8) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing
peserta didik
9) Mengatur kebersihan ruang tempat praktik, pengembalian alat
pinjaman, pemeliharaan dan keamanan sarana praktik
10) Memeriksa apakah peserta didik sudah faham benar akan cara
penggunaan masing-masing dan peralatannya untuk menghindari
terjadinya kerusakan dan kecelakaan
11) Mengadakan pemeriksaan, pemeliharaan, dan pengawasan
kebersihan masing-masing dan alat-alat praktik lainnya pada setiap
akhir pelajaran.
h. Wali Kelas
Wali Kelas membentu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Pengelolaan kelas
2) Penyelenggaraan administrasi kelas yang meliputi
3) Penyelenggaraan administrasi kelas yang meliputi:
4) Penyusunan/pembuatan statistik bulanan peserta didik
5) Pengisian daftar nilai peserta didik
6) Pembuatan catatan khusus tentang peserta didik
7) Pencatatan mutasi peserta didik
8) Pengisian buku laporan pendidikan (rapor)
9) Pembagian buku laporan pendidikan (rapor)
87
i. Bimbingan Penyuluh/Bimbingan Karier
Bimbingan Penyuluh/bimbingan karier membantu kepala sekolah
dalam kegiatan sebagai berikut:
1) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan penyuluhan
2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangkla mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi oleh peserta didik tentang kesulitan belajar
3) Memberikan layanan bimbingan penyuluhan kepada peserta didik
agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar
4) Melaksanakan koordinasi dengan urusan praktik/kepada instansi,
wali kelas dan guru dalam menilai peserta didik bila terjadi
pelanggaran yang dilakukan peserta didik
5) Penyusuan dan pemberian saran serta pertimbangan pemilihan
jurusan/program pendidikan bagi peserta didik
6) Memberikan saran dn pertimbangan kepada peserta didik dalam
memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan
pekerjaan yang sesuai
7) Mengadakan penilaian pelaksanaan BP/BK
8) Menyusun statistik hasil penilaian BP/BK
9) Menyusun laporan pelaksanaan BP/BK secara berkala
j. Kepala Urusan/Bagian Tata Usaha Sekolah
Kepala urusan/bagian tata usaha sekolah mempunyai tugas
melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggungjawab kepada
kepala sekolah meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Penyususunan program tata usaha sekoalah
2) Penyusunan keuangan sekolah
3) Pengurusan pegawai
4) Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah
5) Penyusunan perlengkapan sekolah
6) Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah
7) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan
secara berkala
88
k. Laboran
Laboran/juru bengkel membantu guru praktik laboratorium/
praktik dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Membantu untuk mempersiapkan ruang laboratorium/praktik
2) Mempersiapkan ruang laboratorium/praktik
3) Pemeliharaan dan penyimpanan bahan/alat parktik
4) Inventarisasi bahan/alat praktik
5) Pengawasan pelaksanaan praktik
6) Penyusunan laporan keadaan bahan alat praktik
7) Menerima, memeriksa, dan meneliti alat-alat/perkakas yang telah
dikembalikan oleh guru/peserta didik
8) Mengetahui kegunaan dan cara kerja setiap peralatan yang menjadi
wewenangnya
9) Melaporkan kalau ada alat rusak atau hilang kepada kelapa
instansinya untuk diproses lebih lanjut
l. Pustakawan
Pustakawan sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) Merencanakan pengadaan buku/bahan pustaka/media elektronik;
2) Mengurus pelayanan perpustakaan;
3) Merencanakan pengembangan perpustakaan;
4) Memelihara dan perbaikan buku-buku/bahan pustaka/media
elektronika;
5) Menginventarisasi dan mengadministrasikan buku-buku/bahan
pustaka/media elektronika;
6) Menyimpan buku-buku perpustakaan/media elektronika;
7) Menyusun tata tertib perpustakaan;
8) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara
berkala8
8 Dokumen SMA NU Al Ma’ruf Kudus diambil pada tanggal 5 Maret 2018
89
8. Kondisi Peserta didik
Peserta didik SMA NU Al Ma’ruf Kudus terbagi dalam 30
rombongan belajar yakni kelas X (10 rombongan belajar), kelas XI (10
rombongan belajar yang terdiri dari 1 jurusan Bahasa, 3 Jurusan IPA, dan 6
jurusan IPS), dan kelas XII (10 rombongan belajar yang terdiri dari 1
jurusan Bahasa, 3 Jurusan IPA, dan 6 jurusan IPS).
Peserta didik SMA NU Al Ma’ruf Kudus terbagi dalam 14
rombongan belajar yakni kelas X (5 rombongan belajar), kelas XI (5
rombongan belajar yang terdiri dari 2 jurusan IPA dan 3 Jurusan IPS) dan
kelas XII (4 rombongan belajar yang terdiri dari 2 jurusan IPA dan 1
Jurusan IPS).
Kondisi peserta didik SMA NU Al Ma’ruf Kudus dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Data Peserta Didik SMA NU Al Ma’ruf
Tahun Pelajaran 2017/2018
Kelas Peserta didik Jumlah
Laki-Laki Perempuan
X. BBU 8 25 33
X. MIPA 1 13 24 37
X. MIPA 2 12 24 36
X. MIPA 3 12 25 37
X. IPS 1 15 23 38
X. IPS 2 15 22 37
X. IPS 3 15 22 37
X. IPS 4 16 20 36
X. IPS 5 17 19 36
X. IPS 6 15 21 36
Jumlah 138 225 220
XI. BBU 11 28 39
XI. MIPA 1 18 28 46
90
XI. MIPA 2 18 26 44
XI. MIPA 3 19 25 44
XI. IPS 1 14 24 38
XI. IPS 2 14 26 40
XI. IPS 3 14 24 38
XI. IPS 4 15 24 39
XI. IPS 5 14 24 38
XI. IPS 6 13 25 38
Jumlah 150 254 404
XII. Bhs 8 29 37
XII. IPA 1 12 27 39
XII. IPA 2 11 25 36
XII. IPA 3 12 28 40
XII. IPS 1 17 19 36
XII. IPS 2 18 18 36
XII. IPS 3 17 20 37
XII. IPS 4 17 19 36
XII. IPS 5 17 20 37
XII. IPS 6 17 18 35
Jumlah 146 223 369
Jumlah Seluruh 434 702 1136
B. Deskripsi Data
1. Strategi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius di SMA NU Al
Ma’ruf Kudus
Dalam menerapkan shalat fardhu dan shalat sunnah pada anak di
sekolah, tentunya guru mempunyai kebijakan atau langkah-langkah dalam
pelaksanaanya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Melalui Pengajaran atau Pemberian Materi
Dalam upaya pendisiplinan shalat fardhu pada siswa di SMA NU
Al Ma’ruf Kudus langkah pertama yang dilakukan guru SMA NU Al
91
Ma’ruf Kudus yaitu melalui pengajaran maksudnya siswa dan siswi di
berikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pelajaran Shalat
khusunya materi Shalat fardhu berjamaah dan Shalat Sunnaah. Siswa
diberi pengarahan tentang pentingnnya shalat, hikmah mengerjakan
shalat, akibat bila tidak mengerjakn shalat, serta materi yang menyangkut
Shalat fardhu sebagaimana yang di ungkapkan oleh Bapak Anas Ma’ruf
Selaku Guru PAI:
Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus ini siswa siswinya di berikan materi
shalat Fardhu dalam pembelajaran praktik Agama karena dengan
diberikannya materi shalat fardu lebih mendalam siswa akan
memahamai pentingnnya shalat dalam kehidupan sehari hari.9
Pendapat tersebut di dukung oleh Bapak Drs. Shodiqun selaku
Kepala Sekolah di SMA NU Al Ma’ruf Kudus, dia memberikan
pernyataan sebagai berikut:
Dengan memberi materi shalat fardhu dan sunnah pada siswa
sebelum praktik mereka akan faham dan mengerti tentang
pentingnya shalat bagi kehidupan meskipun di SMP/MTs mereka
sudah mendapatkan materi tentang shalat dengan harapan mereka
melakukan tidak hanya sebatas kewajiban semata tetapi sebagai
upaya dan sarana mendekatkan diri kepada Allah swt.10
Melihat dari wawancara tersebut memang pemberian materi shalat
sebelum pelaksanaan shalat sangat penting dengan harapan siswa dan
siswi mampu dan faham pentingnya shalat untuk kehidupan mereka. Saat
melakukan penelitian saya melihat Guru PAI sedang memberikan arahan
dan materi Shalat, siswa dan siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus dengan
seksama sedang memperhatikan arahan dan pemberian materi Shalat
Fardhu dan Sunnah, mereka antusias bertanya bila tidak mengerti dan
menjawab bila ditanya ternyata melalui pemberian materi dirasa harus
dilakukan.11
9 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 10 Wawancara dengan Bapak Drs. Shodiqun, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 11 Hasil Observasi pada tanggal 8 Januari 2018.
92
Dengan memberikan pendidikan sesuai dengan realita keadaan dan
kehidupan saat ini dan juga memberikan dorongan semangat motivasi
dalam belajar pendidikan agama akan lebih efektif tanpa harus mengikuti
prosedur buku yang mana memerlukan proses yang panjang. Pendapat ini
sesuai yang diungkapkan oleh Bapak Anas Ma’ruf selaku guru PAI di
SMA NU Al Ma’ruf Kudus.
Dalam memberikan materi kepada siswa kita harus jeli mana yang
harus didahulukan agar lebih bermanfaat kepada siswa. Bapak
Anas Ma’ruf Juga menambahkan pendapatnya terkait langkah dan
upaya yang dilakukan agar strategi tersebut tetap di jalankan.
Bahwa strategi dengan pemberian materi harus disesuaikan dengan
kemampuan siswa, menggunakan penyampaian yang tidak
monoton dan juga mengangkat permasalahan permasalahan yang
up to date/terbaru contohnya shalat menggunakan Bahasa
Indonesia bagaimana hukumnya jadi siswa akan tertarik untuk
mendengarkan.12
Namun juga dalam memberikan materi tentang shalat juga
dibutuhkan strategi dalam menyampaikan materi shalat agar siswa tidak
jenuh dan bosan dalam memahami materi yang di berikan adapun
ungkapan dari bapak Anas Ma’ruf:
Dalam penyampaian materi tentang shalat saya mencoba untuk
selalu dekat dengan siswa dengan sedikit senyum dan canda
sehingga anak didik saya merasa nyaman dengan saya sehingga
mereka bisa nyaman ketika mengikuti materi yang saya
sampaikan.13
Bapak Suyono selaku Wakil Kepala Sekolah mengatakan terkait
sejauh mana metode ini diimplementasikan:
Sampai sekarang kami masih mempertahankan metode pengajaran
atau pemberian materi ini karena siswa siswi bisa menerima
dengan baik metode ini dengan didindikasikan setiap kami
menjelaskan siswa juga mendengarkan dan bertanya jika mereka
belum memahami materi yang kami sampaikan.14
12 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 13 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 14 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari
2018.
93
Dalam Strategi pemberian materi Guru PAI juga menghadapi
beberapa kelemahan atau kesulitan Pak Anas Ma’ruf menjelaskan:
Kondisi siswa yang capek karena menerima materi pelajaran yang
padat sehingga siswa mengantuk, sehingga motivasi dan semangat
menerima materi yang disampaikan menurun.ada sebagian siswa
yang takut atau malu bertanya ketika tidak memahami materi yang
disampaikan.15
Dari uraian diatas, begitu jelas bahwa pemberian materi shalat
pada siswa yang dilakukan oleh guru PAI merupakan bentuk langkah
pertama dalam pembelajaran shalat fardhu dan Sunnah berjamaah.
b. Melalui Pembiasaan
Dalam pembelajaran ibadah shalat Fardhu dan sunnah tidak cukup
dengan pemberian materi shalat saja, namun juga dibutuhkan praktik
juga agar para anak didik mampu memahami dari unsur luar dan dari
dalam sebagaimana yang diungkapkan Bapak Suyono selaku Wakil
Kepala Sekolah:
Begini mas… selain mengajarkan materi shalat fardhu pada anak
didik, saya juga mengajak mereka melakukan shalat Dhuhur
berjamaah dan shalat Duha. Ini saya lakukan biar mereka faham
dan merasakan bahwa mendekatkan diri kepada Allah adalah hal
yang diwajibkan, karena tujuan hidup manusia adalah untuk
ibadah.16
Pak Anas Ma’ruf juga menambahkan pendapatnya langkah yang
kami lakukan agar strategi pembiasaan tetap bisa dipertahankan:
Kami selalu mengabsen secara berkelanjutan siswa yang shalat dan
yang tidak shalat di bantu OSIS dan wali kelas atau ketua kelas
sehingga kami bisa memantau perkembangan religiusitas dalam
diri siswa.17
Peneliti juga mewawancarai Imran salah satu siswa kelas XI
jurusan IPS dia menuturkan tentang di implementasikannya shalat fardhu
dan sunnah di SMA NU Al Ma’ruf Kudus menurutnya:
15 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 16 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Waka Kurikulum pada tanggal 8 Januari 2018. 17 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
94
Saya sangat setuju dengan di adakannya Shalat Dhuhur berjamaah
selain saya bisa shalat berjamaah. karena di rumah saya tidak
pernah shalat berjamaah ketika hari libur. Alasan yang lain banyak
teman saya yang ikut dan takut dihukum guru jadi saya shalat
saja.18
Terkait diimplementasikannya strategi dengan pembiasaan kepala
SMA NU Al Ma’ruf Kudus, Bapak Drs. Shodiqun dia memberikan
pernyataan sebagai berikut:
Memang praktik keagamaan itu perlu dan untuk itu saya jadikan
praktik-praktik itu menjadi rutinitas yang harus dijalani oleh setiap
siswa jadi ini bukan praktik ibadah lagi namun sudah masuk
jadwal.19
Dari uraian diatas, begitu jelas bahwa dalam pembelajaran ibadah
shalat fardhu tidak cukup hanya diberikan materi saja akan tetapi
dibutuhkan praktik juga. Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam upaya
pendisiplinan shalat, guru melakukan salah satu tindakannya yaitu
melalui pembiasaan yaitu melakukan kegiatan ibadah di sekolah, yang
dibimbing oleh guru PAI dan dewan guru, seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Anas Ma’ruf:
Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus kegiatan Shalat dhuhur berjamaah
diikuti oleh semua siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus dan dilakukan
di jam istirahat kedua ketika sudah masuk waktu dhuhur dengan
imam dari guru dari mata pelajaran lain dan dilakukan secara
bergiliran di hari hari yang berbeda-beda dan diabsen. untuk shalat
Duha di laksanakan ketika jam pelajaran praktik Agama di kelas
berbeda-beda dan hari yang berbeda yang di Imami oleh guru
Agama dan diabsen.20
Bapak Suyono memaparkan alasan menggunakan Strategi
Pembiasaan dia mengungkapkan:
Agar siswa tidak merasa terbebani dan merasa nyaman dengan apa
yang dilakukannya sehingga ada rasa rindu kepada Tuhannya maka
di butuhkan pembiasaan dan rutinitas yang di lakukan berulang-
18 Wawancara dengan Imran siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018. 19 Wawancara dengan Bapak Drs. Shodiqun, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 20 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
95
ulang sehingga menghasilkan perbuatan yang positif karena sesuatu
yang positif diawali yang bersifat positif.21
dia juga menambahkan pendapatnya:
Sejauh ini dan sampai saat ini strategi tersebut masih tetap
dipertahankan karena siswa dan siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus
sudah mulai terbiasa hal ini diindikasikan siswa banyak yang
mengikuti shalat Dhuhur berjamaah dari pada yang tidak
mengikuti.22
Pak Anas Ma’ruf menambahkan pendapatnya terkait hambatan
dalam Mengimplementasikan shalat Fardhu dan Sunnah dengan strategi
pembiasaan dia berpendapat:
Faktor kebiasaan di rumah dan lingkungan masyarakat yang kurang
mendukung untuk anak terbiasa shalat disisi lain orang tua yang
tidak mengarahkan anak atau mengajak anaknya untuk shalat.23
Keberhasilan dari Strategi yang diimplementasikan tidak terlepas
dari pemberian motivasi yang diberikan oleh Guru PAI Bapak Anas
Ma’ruf berpendapat:
Dari kognitif “Kami memberikan motivasi kepada siswa siswi
SMA NU AL Ma’ruf Kudus untuk semangat shalat berjamaah
dengan pemberian cerita-cerita atau kisah kisah sejarah para Nabi
dan Rasul yang selalu menjaga shalatnya dan akhirnya Nabi dan
Rasul mendapatkan kemudahan ketika di hadapkan pada kesulitan
dan mendapatkan ketenangan batin ketika mendekatkan diri pada
Allah, dari ranaf afektif kami seluruh guru SMA NU AL Ma’ruf
Kudus ketika sudah berkumandang Adzan Dhuhur ketika kami
melihat ada siswa yang masih di kelas dan di kantin kami mengajak
mereka untuk shalat Dhuhur berjamaah. Dari ranah psikomotorik
seluruh guru juga menyatu dan ikut shalat berjamaah bersama
siswa.24
Lebih lanjut Pak Anas Ma’ruf menjelaskan tentang kendala-
kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan strategi dengan
21 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari
2018. 22 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari
2018. 23 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 24 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
96
pemberian motivasi baik dari ranah kognitif, afektif, psikomotorik beliau
berpendapat:
Kendala dari ranah kognitif kurangnya pemahaman dan kesadaran
akan pentingnya shalat untuk kehidupan, dari ranah afektif sikap
siswa yang sulit untuk diajak shalat berjamaah karena lingkungan
yang kurang mendukung, ranah psikomotorik siswa yang masih
membuat kegaduhan dan jahil ketika temannya sedang
melaksanakan shalat dan dari kendala-kendala tersebut kami selaku
Guru PAI belajar dari problem yang kami hadapi dan sekarang ini
sedikit demi sedikit dapat kami selesaikan semua karena berkat
konsistensi dan istiqomah dari seluruh Bapak Ibu Guru, meskipun
masih ada siswa yang membandel yang terpenting mereka
melaksanakan shalat berjamaah dan program dalam mewujudkan
nilai religius tetap bisa di jalankan.25
c. Melalui Penegakkan Disiplin
Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus guru juga memberlakukan
penegakkan disiplin dalam upaya pendisiplinan shalat Fardhu dan
Sunnah. Hukuman pada dasarnya bukan karena Guru membenci tapi
tujuannya lebih kepada mendidik pada siswa-siswinya untuk disiplin
sehingga hukuman dijadikan sebagai rasa tanggung jawab apa yang telah
diperbuat sebagai contohnya diutarakan oleh Bapak Anas Ma’ruf selaku
Guru PAI:
Begini Mas ….untuk menghadapi anak-anak yang sering tidak ikut
shalat Duha dan Dhuhur biasanya saya menghukum untuk
membaca Istiqhfar dan membaca Surah Yasin di halaman sekolah,
alasan saya supaya mereka tidak mengulangi lagi.26
Adapun ungkapan dari Bapak Suyono selaku waka kurikulum, dia
memberi pernyataan sebagai berikut:
Saya sering menjumpai anak yang masih berada di kelas dan di
kantin sekolah ketika waktu pelaksanaan shalat Dhuhur akhirnya
saya suruh untuk membaca Surah Yasin dan Istiqhfar, tergantung
25 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 26 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
97
berapa kali dia tidak shalat jika sering meninggalkan shalat saya
suruh membaca berkali-kali ditambah hukuman lain.27
Dari contoh tersebut bahwa ditunjukkan hukuman yang diterima
para siswa bukan semata mata benci dengan mereka tapi semata ingin
mendidik mereka agar mereka malu dan tidak mengulangi lagi, kalaupun
ini tidak dilakukan dikhawatirkan siswa akan mengulangi lagi.
Sebagaiman yang diungkapkan oleh Bapak Kepala Sekolah yaitu Bapak
Drs. Shodiqun:
Anak sekarang ini tidak cukup hanya dibilangin mulut tapi perlu
diberi hukuman dengan hukuman yang membuat mereka jera
namun yang sifatnya mendidik seperti menyapu Mushalla Sekolah.
Ini saya lakukan bukan semata marah pada mereka tetapi agar
mereka jera dan tidak mengulangi lagi.28
Dari ungkapan bapak Drs. Shodiqun bahwasanya hukuman fisik
yang sifatnya mendidik itu perlu namun dalam batas sewajarnya dan juga
hukuman yang di lakukan itu haruslah mendidik agar siswa tidak
mengulangi lagi.
Adapun dalam implementasi dzikir di SMA NU Al Ma’ruf Kudus hal
tersebut bertujuan untuk membentuk sikap taat dan patuh terhadap aturan
Allah SWT, baik dalam hal aqidah, ibadah maupun mu’amalah. Sehingga
segala gerak dan langkah serta tutur kata memancarkan akhlak Allah SWT.
yang penuh rahmah, berbudi luhur dan jauh dari akhlak tercela, adapun
langkah-langkah Guru PAI yang di gunakan untuk mencapai tujuan tersebut
melalui:
a. Melalui Nasehat (Mauidzah)
Pemahaman mengenai dzikir, menurut informan Anas Ma’ruf
selaku guru PAI yaitu, mengingat Allah SWT, dengan mengingat Allah
hati akan menjadi tenang, segala permasalahan yang dihadapi menjadi
27 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari
2018. 28 Wawancara dengan Bapak Drs. Shodiqun, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018
98
mudah, sembuh dari rasa tertekan yang menjadi faktor pencetus stress
berikut kutipan wawancaranya:
Jika siswa sedang dihadapkan suatu tugas sekolah yang banyak
yang sedang membebaninya sehingga ia merasa tertekan dan
dirinya merasa stress, maka dengan pemberian dzikir akan
menjadikan hatinya menjadi tenang karena dengan ingat Allah hati
menjadi tenang.29
Selain itu adapun pengertian dari dzikir, para responden
mengungkapkan bahwa, dzikir itu ialah mengingat Allah SWT, akan
tetapi maksud dari masing-masing responden berbeda, ada yang
mengungkapkan bahwa dzikir itu hanya lafad Subhanallah,
Alhamdulilah, Astaqhfirullah dan Allahu Akbar, seperti yang
diungkapkan oleh Imran selaku siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus berikut
kutipan hasil wawancara; Kalau dzikir itu kaya Istighfar, Allahu Akbar,
Subhanallah.30
Hal ini sama seperti yang diungkapkan Tina selaku siswa SMA NU
Al Ma’ruf Kudus yang lain yang mana mereka memahami dzikir itu
hanya lafadz saja tanpa mengetahui makna dari dzikir tersebut.berebeda
dengan siswa SMA yang lain mengungkapkan bahwa dzikir yang
maksudnya, yaitu mengingat apa yang dipikirkannya, jika ia sedang
mengingat Allah maka ia artikan dzikir itu mengingat Allah, begitu pun
ia artikan dzikir itu ingat segala apa yang dipikirkannya. Berikut kutipan
hasil wawancara;
Dzikir yaitu kita mengingat, mengingat apapun yang ada dipikiran,
paling utama mengingat Allah SWT.31
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, peran dari Guru PAI
sangat penting bagi mereka. Mengingat dari hasil wawancara ini
sebagian besar siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus masih belum
memahami betul pengetahuan agama termasuk pengetahuan mengenai
29 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 30 Wawancara dengan Imran siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018. 31 Wawancara dengan Tina siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018.
99
dzikir baik pada saat sedang beribadah, bekerja, dan menuntut ilmu.
bahwa menurut guru PAI pemahaman siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus
sangat kurang sekali .karena dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan
keluarga dan masyarakat mereka tidak terbiasa untuk berdzikir, dan ini
menjadi kewajiban untuk mengajarkan kembali, mengingatkan kembali.
Setelah mereka ingat dan mngenal dzikir, kita dapat melanjutkan pada
pemberian materi yang diberikan selanjutnya.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan bapak Anas Ma’ruf selaku
guru PAI di SMA NU Al Ma’ruf Kudus;
Pemahaman siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus mengenai dzikir,
mereka harus diajarkan juga diingatkan kembali, kita bimbing lagi
mulai dari pengertian dzikir, apakah mereka tahu dan ingat, setelah
mereka mengenal arti dzikir baru kita lanjutkan bacaan dan dzikir
itu sendiri, juga kita tambahkan artinya agar mereka bisa
memahami betul, mengingat mereka itu kesehariannya tinggal di
lingkungan masyarakat dan keluarga.32
Setelah dilakukan wawancara lebih lanjut, saya coba untuk
mengemukakan seberapa banyak mereka berdzikir dalam sehari berikut
bacaan apa yang mereka baca dan jawabanya pun bermacam-macam,
menurut Tina selaku siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus, mengatakan
bahwa mereka berdzikir setiap selesai shalat Dhuhur berjamaah dan
shalat sunnah. Berikut kutipan wawancaranya;
Setiap selesai shalat Dhuhur berjamaah dan shalat sunnah Dhuha
saya membaca istighfar, tahmid, tahlil, dan takbir sebanyak 3 kali
saya suka berdzikir minta sama Allah SWT. Berikut dzikir yang
saya dibaca astaghfirullah, ya Allah, Amin ya Rabbal alamin,
Alhamdulilah, Allahu Akbar, lailaha Illallah. Mudah-mudah aja
yang saya ingat, yang saya baca.33
Adapun pendapat dari Imran selaku siswa SMA NU Al Ma’ruf
Kudus, ia mengatakan bahwa ketika berdzikir ketika sedang banyak
tugas, berikut kutipan wawancarannya;
32 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 33 Wawancara dengan Tina siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018.
100
Setiap selesai shalat dhuhur, sambil berdzikir terus yang saya baca
istiqhfar terus membaca Laa Ilaha IIIallah.34
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi guru PAI
mengemukakan bahwa terkadang menjumpai siswa yang sedang
mengalami masalah dengan keluarga ada juga yang mengalami masalah
dengan pelajaran, maka siswa terkadang lebih agresif, lebih mudah
tersinggung, cepat marah dan emosi yang tidak menentu terbukti setelah
diberikan bimbingan dzikir dan do’a siswa bisa lebih tenang, selain itu
siswa bisa untuk diajak ngobrol, sehingga mereka bisa lebih terbuka dan
bahkan sampai mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi oleh
para siswa SMA, meskipun tidak secara keseluruhan dan hanya sebagian
saja dan hal yang sangat terpenting ada siswa yang mulai mengamalkan
dzikir sebagaimana kutipan wawancara Bapak Suyono selaku Wakil
Kepala Sekolah sebagai berikut;
Saya melihat mereka yang agresif menjadi bisa menjadi tenang bisa
untuk diajak bicara, ia bisa lebih terbuka lagi, bahkan sampai
curhat masalah pribadinya. Saya berharap semoga yang siswa yang
menghadapi masalah baik di lingkungan keluarga dan sekolah bisa
terselesaikan. Yang terpenting itu mereka merasakan ketenangan
dulu itu sudah baik menurut saya.35
Dan hal yang sangat terpenting dari hasil bimbingan ini, adanya
siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus mulai mengamalkan, sebagaimana
kutipan wawancara dengan pembimbing sebagai berikut;
Karena kita bimbinganya ketika jam praktik agama atau ketika jam
pelajaran agama Islam, jadi kesehariannya kami tidak bisa
memantau siswa satu persatu.36
Pembimbing melihat secara keseluruhan bagi siswa SMA NU Al
Ma’ruf Kudus yang sering mengikuti bimbingan terlihat jelas bahwa
mereka yang menghadapi masalah atau yang stress tatkala mengikuti
34 Wawancara dengan Imran siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018. 35 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari
2018. 36 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
101
bimbingan dzikir hatinya menjadi lebih tenang, lebih ikhlas, tidak kasar,
bahkan sampai ada yang mengamalkan bimbinganya dzikir yang saya
berikan di luar jam pelajaran praktik agama atau di luar shalat Dhuhur
berjamaah atau shalat Duha.
Manfaat dari semua itu di antaranya kita mendapat ketenangan dari
Maha Kuasa Allah SWT, dan itu sangat saya rasakan, semuanya
atas kuasanya karena hanya Allah lah yang pemberi ketenangan
yang sebenarnya.37
b. Melalui Pembiasaan
Kegiatan dilaksanakan setiap selesai shalat Dhuhur berjamaah dan
ketika shalat sunnah duha ketika jam pelajaran praktik Agama dan
kegiatan ini dipimpin oleh guru Agama yang bertempat di
Mushalla SMA NU Al Ma’ruf Kudus.38
Tekhnik bimbingan dzikir yang guru PAI berikan dapat berupa
Asmaul Husna atau bacaan dzikir yang paling mudah untuk dihafal dan
dipraktikkan takbir, tahlil , dan tahmid yang bertujuan siswa siswi SMA
NU Al Ma’ruf Kudus menjadi tenang berikut kutipan wawancaranya Pak
Anas Ma’ruf;
Bimbingan dzikirnya yang dilakukan berupa membaca surat
alfatihah, alikhlas, al falaq, an Nass, syahadat.39
Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa SMA NU Al Ma’ruf
Kudus berkumpul di Mushalla untuk memulai shalat Dhuhur berjamaah
ketika itu waktu sudah menunjukkan jam 12.00 WIB siang semua siswa
SMA NU Al Ma’ruf Kudus shalat Dhuhur berjamaah dan setelah itu
suasana hening sejenak dilanjutkan dzikir yang dipimpin oleh Guru
Agama Islam.
Adapun dalam implemetasi budaya religius melalui busana muslim di
SMA NU Al Ma’ruf Kudus, idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya
diarahkan pada takut pada aturan bukan takut pada orang. Orang melakukan
37 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 38 Hasil Observasi pada tanggal 8 Januari 2018. 39 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
102
sesuatu karena taat pada aturan bukan karena taat pada orang yang
memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu kesadaran maka
menciptakan kondisi yang nyaman dan aman. Pada dasarnya penegakan
disiplin adalah mendidik agar seseorang taat pada aturan dan tidak
melanggar larangan yang dilandasi oleh sebuah kesadaran. Maka untuk
mewujudkan hal tersebut dalam implementasi busana muslim maka guru
PAI melakukan strategi;
a. Melalui Penegakan Disiplin
Dari hasil pengamatan dan penelitian yang saya lakukan pada
tanggal 8 Januari 2018 di SMA NU Al Ma’ruf Kudus bahwa
pengetahuan dan pemaknaan tentang busana muslim untuk siswa
khususnya siswi di sekolah tersebut setiap satu siswi dengan siswi yang
lain berbeda-beda. Drs. Shodiqun selaku Kepala Sekolah memaparkan;
Bahwa Pemakaian busana Muslim yang pengkhususan dalam
pemakaian jilbab setiap pelajaran agama Islam dan praktik agama
merupakan seragam khusus yang juga dijadikan sebagai satu ciri
khas yang menonjol dan bisa dikenal masyarakat umumnya.
Sedangkan menurut pemahaman dari masyarakat sekitar sekolah
bahwa siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus belum sepenuhnya
memakai jilbab yang didasari dengan kemauan dan keikhlasan diri
siswi, akan tetapi mereka memakai jilbab hanya karena tuntutan
aturan dan tata tertib sekolah yang wajib dipatuhi. Pemakaian jilbab
pada siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus merupakan suatu kewajiban
yang harus dijalankan dan tidak boleh ditinggalkan, karena jika
tidak memakai jilbab akan mendapatkan sanksi.40
Kepala sekolah berharap kepada para siswi memiliki keikhlasan
dan niat yang betul-betul murni dari diri siswa untuk memakai jilbab
tanpa paksaan dari pihak manapun. Sehingga pihak sekolah tidak berani
memaksa para siswinya untuk memakai jilbab. Jika pihak sekolah
memberi tekanan dan paksaan maka ditakutkan nantinya akan
memberikan dampak negatif pada generasi baru dan juga penilaian
masyarakat yang awalnya berminat belajar dan menyekolahkan anaknya
di SMA NU Al Ma’ruf Kudus, namun dengan diberlakukannya tekanan
40 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018.
103
dan paksaan tersebut generasi baru dan masyarakat menjadi tidak
berminat belajar dan menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Maka
dengan diberlakukannya peraturan untuk memakai jilbab pada pelajaran
agama Islam dan juga praktik agama Islam merupakan suatu usaha pihak
sekolah dalam melatih siswi untuk berdisiplin dalam mematuhi tata tertib
dan membudayakan cara berpakaian yang sopan dan rapi. Dengan ciri
khas yang dimiliki SMA NU Al Ma’ruf Kudus dan ciri khas tersebut
belum tentu dimiliki oleh sekolah SMA yang lain, maka SMA NU Al
Ma’ruf Kudus mampu bersaing dengan SMA yang lain. Mengingat
semakin banyak persaingan sekolah untuk menjadi sekolah unggulan
sekarang ini. Akan tetapi jika dilihat dari faktanya meskipun siswi di
sekolah memakai jilbab, tapi belum tentu di luar nanti akan tetap
memakai jilbab.
Karena beliau bapak Kepala Sekolah menganggap bahwa sebagus
apapun pakaian yang dipakai tapi belum tentu dan belum bisa
mencerminkan akhlak pribadi masing-masing orang. Sehingga pakaian
tidak bisa dijadikan sebagai cerminan perilaku dan akhlak bagi para
pemakainya. Begitu juga sama halnya dengan tujuan dari aturan
memakai jilbab pada siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang didasari niat
tulus dan keikhlasan para siswi akan memberikan dampak positif dan
hasil yang optimal, bukan hanya pakaian yang bagus akan tetapi akhlak
dan perilaku siswi juga ikut mencerminkan kemuliaan akhlak.
Sedangkan menurut pendapat bapak Suyono selaku Wakil Kepala
Sekolah bahwa:
Pengetahuan dan pemaknaan tentang memakai jilbab pada siswi
SMA NU Al Ma’ruf Kudus belum maksimal, karena masih dalam
tahap pembelajaran. Jadi mereka belum menyadari sepenuhnya,
dapat dilihat dari sikap setiap siswi pada saat melakukan olah raga.
Mereka masih mempunyai perasaan terganggu dengan memakai
jilbab. Mungkin mereka belum begitu menyadarinya. Jadi mereka
kadang-kadang melepas jilbab. Karena mereka merasa panas dan
kurang nyaman dengan jilbab yang dipakai. Para siswi belum bisa
menempatkan dirinya kapan mereka harus memakai dan melepas
jilbab dan juga tidak menyadari keadaan sekitarnya apakah ada
104
orang laki-laki non muhrim yang dengan sengaja
memperhatikannya atau tidak. Dan mereka belum menyadari
bahwa melepas jilbab itu membuka aurat dan hukumnya adalah
dosa.41
Dari pemaparan Kepala Sekolah mengenai pemakaian jilbab pada
siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus berbeda dengan pemaparan Pak
Suyono selaku Wakil Kepala Sekolah. Menurut Wakil Kepala Sekolah
pengetahuan dan pemaknaan siswa tentang memakai jilbab belum
maksimal, karena selain bermula dari aturan yang ditetapkan oleh pihak
sekolah, siswi juga masih dalam tahap pembelajaran yang mana awalnya
hanya dilatih untuk memakai jilbab dan dikenalkan dengan makna jilbab
yang hakiki. Tahap pembelajaran ini melalui proses yang sangat lama
sehingga nantinya siswi akan menyadari sepenuhnya tentang
pengetahuan dan makna memakai jilbab. Jika siswi sudah menyadari
dengan sepenuhnya tentang pengetahuan dan pemaknaan memakai
jilbab, maka siswi tidak akan melakukan hal-hal yang menyimpang
seperti pada waktu berlangsungnya mata pelajaran Penjaskes siswi
merasa terganggu dan kurang nyaman dengan pemakaian jilbab.
Dengan pemakaian jilbab mereka merasa panas dan tidak bebas
mengembangkan potensi diri. Sehingga dengan keadaan tersebut para
siswi belum bisa menempatkan dirinya kapan mereka harus memakai dan
melepas jilbab dan juga tidak menyadari keadaan sekitarnya apakah ada
orang laki-laki non muhrim yang dengan sengaja memperhatikannya atau
tidak. Begitu juga mereka belum bisa memahami bahwa melepas jilbab
itu membuka aurat dan hukumnya adalah dosa. Dari penjelasan diatas
dapat dipahami bahwa para siswi belum memiliki kesadaran dari diri
masing-masing untuk memakai jilbab secara sepenuhnya, sehingga
mereka melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang seperti, melepas
jilbab kapan pun jika mereka merasa terganggu dan tidak nyaman dengan
jilbab yang mereka pakai, tanpa menyadari keadaan sekitarnya. Menurut
41 Wawancara dengan Bapak Suyono, selaku Wakil Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari
2018.
105
pemaparan dari Pak Anas Ma’ruf selaku guru PAI dia mengatakan
bahwa;
Siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus kadang-kadang ada yang belum
bisa atau belum tahu cara memakai jilbab. Dengan begitu bagi yang
belum siap untuk memakai jilbab kadang-kadang suka dilepas
dengan berbagai alasan.42
Mengenai pemaparan dari Pak Anas Ma’ruf bahwa tidak semua
siswi tahu dan paham cara memakai jilbab, hanya beberapa siswa saja
yang bisa dan tahu cara memakai jilbab, sehingga bagi siswi yang merasa
dirinya belum siap untuk memakai jilbab maka, kadang-kadang mereka
melepas jilbab yang dipakainya dengan berbagai alasan. Beberapa hal
yang mereka jadikan alasan untuk melepas jilbab diantaranya: model
jilbab yang kurang praktis, bahan jilbab yang tidak memberikan
kenyamanan kepada pemakainya, mereka kurang terbiasa memakai jilbab
di rumah. Oleh karena itu usaha pihak sekolah untuk
mempermudah dalam memberikan ketentuan jilbab yang tidak
membebani bagi siswinya. Dengan begitu nantinya siswi akan merasa
nyaman dan senang memakai jilbab.
Menurut Tina selaku siswi di SMA NU Al Ma’ruf Kudus bahwa
memakai jilbab merupakan salah satu unsur yang terpenting bagi
orang tua untuk mempercayai setiap tingkah laku anak-anaknya.
Karena anaknya kelihatan sopan.43
Pendapat para siswi memakai jilbab merupakan hal yang terpenting
dan yang diinginkan oleh orang tua/ wali murid. Karena bagi mereka
dengan memakai jilbab akan bisa mengontrol tingkah laku anak-anaknya,
sehingga tidak akan melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan.
Selain itu orang tua/ wali murid merasa senang dan bangga jika anaknya
memakai jilbab, karena terlihat rapi dan sopan.Tapi pada kenyataannya
masih banyak siswi yang belum mengetahui tentang jilbab, dari pendapat
Tina pun pengetahuan mengenai jilbab sangat minim, karena mereka
42 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 43 Wawancara dengan Tina siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018.
106
belum terbiasa untuk memakai jilbab. Karena kebanyakan siswi SMA
NU Al Ma’ruf Kudus belum tahu dan terbiasa dengan memakai jilbab.
Tapi meskipun begitu peraturan ini harus dijalankan. Karena tujuan dari
awal sekolah di dalam penerapan pemakaian jilbab guna melatih dan
mendisiplinkan siswinya agar kelihatan rapi dan sopan.
Kami bangga sebagai umat Islam karena jilbab tidak hanya
menutup aurat tetapi juga sebagai pelindung diri dari orang-orang yang
berbuat jahat karena jaman sekarang banyak orang-orang yang tidak
bertanggung jawab yang ingin menghancurkan Islam dengan
mengatasnamakan Islam.
b. Melalui Pemberian Motivasi
Pemberian motivasi dilakukan guru PAI guna membangkitkan
semangat agar siswa tetap bisa belajar dan memahami bahwa menutup
aurat adalah hukumnya wajib, dan juga sebagai sarana untuk mensi’arkan
Islam. Menurut penjelasan kepala sekolah bahwa:
Memakai jilbab bagi siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus adalah
diberlakukannya pada hari-hari tertentu dan pada suatu acara atau
tempat yang mewajibkan siswi untuk memakai jilbab, seperti hari-
hari besar yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha atau
pada waktu berada disuatu tempat yang mewajibkan memakai
jilbab. Seperti forum-forum BDI (Badan Dakwah Islamiyah), pada
anak-anak mengajak untuk memakai jilbab. Namun ada juga yang
menafsirkan bahwa memakai jilbab itu hanya sebatas untuk
mentaati tata tertib sekolah, karena mungkin di luar lingkungan
sekolah mereka ada yang belum memakai jilbab.44
Bisa dipaparkan dari penjelasan kepala sekolah bahwa siswi SMA
NU Al Ma’ruf Kudus mengartikan makna memakai jilbab hanya
diperuntukkan di hari-hari tertentu atau peringatan dan di suatu acara
yang mana didalamnya diharuskan untuk memakai jilbab, misalnya hari-
hari besar seperti Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri.
Sedangkan acara seperti acara BDI (Badan Dawah Islamiyah). Disisi lain
siswi juga mengartikan makna memakai jilbab hanya untuk mematuhi
44 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018.
107
aturan dan tata tertib yang telah ditentukan oleh pihak sekolah, sehingga
mereka menganggap memakai jilbab sebagai tuntutan bukan sebagai
kemauan diri pribadi. Maka siswi memakai jilbab jika berada di
lingkungan sekolah saja dan belum tentu di luar lingkungan sekolah dia
memakai jilbab.
Menurut pendapat Pak Anas Ma’ruf selaku guru PAI dia
memaparkan bahwa:
kami selalu memberikan motivasi siswa dan siswi khususnya siswi
SMA NU Al Ma’ruf Kudus untuk memakai jilbab diantaranya:
untuk melindungi kehormatan/ harga diri siswa dalam pergaulan
khususnya di luar sekolah; sebagai tanda bahwa siswi tersebut
mayoritas bernuansa Islam; suatu trend; dan untuk mengendalikan
tingkah laku dalam pergaulan.45
Ada beberapa motivasi memakai jilbab yang dipaparkan menurut
pendapat Bapak Anas Ma’ruf seperti yang pertama, manfaat dan
kegunaan jilbab yang digunakan sebagai pelindung diri, kehormatan dan
hargai diri siswa dalam pergaulan di luar sekolah, supaya siswi tidak
terpengaruh oleh pergaulan bebas dan Westernisasi. Mengingat semakin
bebasnya pergaulan para remaja kini yang mengakibatkan kerusakan
moral dan akhlak para pelajar. Sehingga dengan adanya jilbab
diharapkan bisa mengontrol pergaulan di lingkungan sekolah maupun
luar sekolah. Kedua, dengan memakai jilbab kita sudah menunjukkan
sebagai seorang muslimah sejati. Begitu juga pada siswi SMA NU Al
Ma’ruf Kudus yang berciri khas dengan memakai jilbab, maka sekolah
tersebut bernuansakan Islami. Ketiga, Siswi yang memakai jilbab bukan
berarti tidak mengerti zaman, akan tetapi dengan memakai jilbab justru
mengikuti trend masa kini. Menurut Bapak Anas Ma’ruf dengan melihat
realita yang ada banyak sekali perempuan yang memakai jilbab. Dengan
pemakaian jilbab yang diaplikasikan pada siswa dapat memberikan
motivasi untuk menggunakan jilbab. Bahkan dalam agama Islam jilbab
wajib digunakan untuk menutup aurat. Bahkan di dalam surat An-Nuur
45 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
108
ayat 31 dan Al-Ahzab Ayat 59 ditegaskan bahwa wanita wajib untuk
memakai jilbab. Oleh karena itu di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
diwajibkan untuk memakai jilbab pada sebagai pembiasaan siswa dalam
memakai jilbab, karena memakai jilbab harus dengan kesadaran dan
keikhlasan serta kebiasaan secara terus menerus. Keempat, Dengan
memakai jilbab dapat menghindarkan siswi dari perilaku yang tidak
senonoh sehingga dapat membentengi diri dari hal-hal negatif yang
dilakukan orang lain. Dengan pemakaian jilbab siswi akan merasa aman
dan terlindungi.
Menurut Tina bahwa motivasi memakai jilbab adalah untuk
mendapatkan kepercayaan dari orang tua. Misalnya keluar rumah
sewaktu-waktu selalu mendapatkan sorotan positif dari orang tua.
Untuk melatih diri supaya terbiasa memakai jilbab. Sebagaimana
yang telah dilakukan orang lain sebagai seorang muslim.46
Pendapat murid alasan dalam memakai jilbab adalah memperoleh
kepercayaan dari orang tua. Kita sebagai murid dengan mendapatkan
kepercayaan tersebut dapat memanfaatkannya sebaik mungkin, misalnya
kita izin keluar rumah untuk belajar kelompok kepada orang tua, kita
harus bersikap jujur atas tujuan tersebut. Dari segi pemakaian jilbab
diharapkan dapat melatih kerapian dan kesopanan dalam berpakaian yang
sesuai dengan syar’i. Orang tua akan memberikan kepercayaan kepada
anaknya dan tidak merasa was-was bila anaknya keluar rumah dan
bergaul dengan teman-temannya maka kebebasan akan diberikan kepada
seorang anak.
Menurut Pak Anas Ma’ruf motivasi memakai jilbab beliau utarakan
kepada siswa ketika jam pelajaran agama dan praktik agama.
Motivasi yang saya sampaikan adalah; pertama, bahwa jilbab
untuk menutupi kekurangan pada diri seseorang misalnya ada yang
cacat tidak menjadi tahu secara langsung. Kedua, bahwa jilbba
untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim. Ketiga, status
46 Wawancara dengan Tina siswa kelas IX jurusan IPS, pada tanggal 8 Januari 2018.
109
sekolah mengikuti kaidah agama, dengan memakai jilbab bisa
meredakan keinginan seseorang atau menjauhi zina.47
Dari hasil interview dengan Pak Anas Ma’ruf penulis dapat
menyimpulkan pertama, bahwa siswi apabila ada kecacatan dalam
fisiknya bisa tertutupi dengan jilbabnya berbeda dengan siswi yang tidak
berjilbab apabila ada kecacatan dalam dirinya, misalnya rambut keriting
maka akan lebih cantik dengan memakai jilbab. Dan mereka tidak perlu
kesalon untuk mempercantik dirinya karena malu pada orang yang
melihatnya. Kedua, sebagai tanda atau simbol bahwa dia beragama Islam
karena di dalam Islam sendiri wanita diwjibkan memakai jilbab. Ketiga,
jika para siswi dalam lingkungan sekolah membiasakan memakai jilbab,
maka hal ini merupakan nilai tambahan bagi SMA NU Al Ma’ruf Kudus
dimana SMA NU Al Ma’ruf Kudus mendapatkan respon yang baik bagi
masyarakat khususnya bagi calon siswi baru. Selain itu SMA NU Al
Ma’ruf Kudus juga tidak kalah dengan pesantren maupun Madrasah
Aliyah yang ada. Di sisi lain dengan memakai jilbab bisa meredakan
seseorang karena manusia makhluk yang merasa kurang dan ingin
sesuatu yang lebih sehingga dengan memakai jilbab bisa mengendalikan
segala keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang belum tentu itu
bermanfaat menurut dirinya.
Ada beberapa manfaat memakai jilbab bagi siswi SMA NU Al
Ma’ruf Kudus. Pertama, berjilbab merupakan budaya Islam yang sudah
diterapkan dari zaman Rasulullah SAW sampai kehidupan sekarang ini
sehingga kita selaku umat Islam yang mentaati perintah Allah dan
Rasulnya, memiliki kewajiban untuk melestarikan salah satu budaya
Islam tersebut. Begitu juga para siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang
memakai jilbab, mereka sudah mentaati dan melaksanakan perintah Allah
dan Rasulnya. Kedua, dengan adanya peraturan yang disusun oleh pihak
sekolah secara tidak langsung bisa melatih siswi untuk hidup disiplin.
Selain disiplin dalam mematuhi peraturan pihak sekolah yang telah
47 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
110
ditentukan dan juga disiplin dalam menjaga dan melaksanakan syari’at
Allah dan Rasul. Ketiga, berawal dari mendidik generasi muda untuk
memakai jilbab maka akan memberikan titik cerah dalam kehidupan
nantinya. Begitu juga dalam mendidik siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus
untuk memakai jilbab akan memberikan contoh yang baik kepada
masyarakat. Jika generasi yang dilahirkan oleh SMA NU Al Ma’ruf
Kudus memiliki keagungan akhlak dan pribadi yang mulia maka, akan
melahirkan generasi baru yang lebih baik yang juga memiliki keagungan
akhlak dan pribadi yang mulia seperti generasi sebelumnya. Keempat
dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan pesat menjadikan
pergaulan bebas merajalela dikalangan remaja dan pelajar. Berdasarkan
realita yang ada kebanyakan para remaja dan pelajar terperangkap dalam
pergaulan bebas. Sehingga upaya SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam
membentengi para siswinya yaitu dengan melatih dalam pemakaian
jilbab. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan para siswi yang belum
memakai jilbab bisa mencontoh para siswi yang berjilbab.
2. Unsur-unsur apa sajakah yang mendukung strategi dalam membangun
budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Pada dasarnya setiap pendidikan agama Islam pasti akan ada unsur
pendukung dan penghambat, terutama dalam mengembangkan budaya
religius di tingkat SMA, berikut ini adalah pemaparan wawancara dengan
Kepala Sekolah SMA NU Al Ma’ruf Kudus:
Kalau menyangkut unsur/faktor pendukung dalam membangun
budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus sejauh ini ya karena
peran serta guru-gurunya mas, di sini bukan hanya guru agama saja
yang ikut berpartisipasi dalam menerapkan budaya religius tapi guru
non agama pun juga ikut dalam melestarikan dan mengembangkan
budaya religius, contohnya shalat fardhu, shalat sunnah, dzikir dan
berbusana muslim.48
Dari wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam
membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus ini mendapat
48 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018.
111
dukungan dari semua guru baik guru agama maupun guru non agama,
kebersamaan ini mereka tujukan agar ditiru oleh peserta didiknya,
kematangan spiritual juga tidak hanya diajarkan kepada peserta didiknya,
melainkan kepada semua guru dan warga sekolah. Persamaan kedudukan
inilah yang menjadikan sekolah ini menjadikan kesetaraan antara guru dan
murid, hal tersebut ditegaskan juga oleh bapak Anas Ma’ruf:
Saya juga mengusulkan kepada bapak Kepala Sekolah tentang
kewajiban yang dijalankan di sekolah ini bukan hanya kepada murid
saja, akan tetapi guru juga harus ikut serta dalam setiap kegiatan
keagamaan agar menjadi contoh yang baik bagi siswa.49
Pernyataan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa seorang guru
memanglah harus menjadi tauladan yang baik bagi peserta diidknya, bukna
hanya menyampaikan ilmu saja, akan tetapi juga mengajari praktiknya
secara langsung dengan baik. Guru tidak seharusnya hanya mengajarkan
moral dan etika yang aik akan tetapi juga harus mencontohkan hal tersebut
agar ditiru oleh peseta didiknya.
3. Unsur-unsur yang menghambat strategi dalam membangun budaya
religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Pendidikan nilai keagamaan mempunyai posisi yang penting dalam
upaya mewujudkan upaya budaya religius. Karena hanya dengan pendidikan
nilai keagamaan, anak didik akan menyadari pentingnya nilai keagamaan
dalam kehidupan.dari keberhasilan penanaman nilai keagamaan tersebut
pasti ada faktor pendukung dan penghambatnya di antaranya adalah:
a. Hambatan dalam menerapkan shalat berjamaah dengan adanya
pembelajaran yang dilakukan oleh guru PAI di SMA NU Al Ma’ruf
Kudus dalam pendiplinan siswa dalam shalat fardhu dan sunnah pada
siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus tentu ada faktor yang menghambat
dalam mencapai pelaksanaan tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut
antara lain:
1) Minimnya jam pelajaran agama Islam
49 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
112
Kurangnya jam pelajaran agama merupakan hambatan yang
paling dirasakan oleh siswa, karena 1 jam pelajaran agama akan habis
untuk penyampaian materi shalat fardhu dan sunnah secara teoritis.
Sedangkan praktik dan pengamalan khususnya shalat sunnah sangat
dirasa minim waktunya.
Adapun ungkapan dari bapak Kepala Sekolah Drs. Shodiqun
mengungkapkan:
minimnya jam pelajaran agama ini merupakan faktor
penghambat dalam pembelajaran Agama, apalagi jam pelajaran
Praktik Agama 1 jam pelajaran Agama akan habis untuk
menyampaikan materi dan harus dengan disertai praktik agar
anak tau bagaimana cara-cara shalat fardhu khususnya shalat
sunnah.50
Dari uraian di atas memang dalam pembelajaran praktik agama
membutuhkan waktu yang lumayan lama apalagi tentang materi shalat
sunnah yang jarang mereka lakukan.
2) Kurangnya Kesadaran dari Siswa
Setiap siswa memiliki sifat yang berbeda-beda, ada yang patuh
apabila di perintah guru dan ada juga yang bandel. Demikian yang
terjadi di SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam upaya mendisplinkan
shalat frdhu dan sunnah, ada siswa yang apabila dia diperintah dia
langsung bergegas melaksanakannya akan tetapi da juga siswa yang
malas melakukannya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Anas
Ma’ruf:
Begini Mas …disini itu setiap anak mempunyai watak yang
berbeda-beda ada yang patuh misalnya apabila waktu shalat
dhuhur sudah waktunnya tanpa disuruh pun mereka sudah
langsung bergegas ke Mushalla , tetapi ada yang membandel
kalau tidak disuruh tidak mau melaksanakan shalat dhuhur.51
Berdasarkan hasil observasi, saat itu pukul 12.00 WIB
menunjukkan bahwa jam istirahat kedua dan waktu shalat dhuhur
50 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018. 51 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
113
telah tiba, ada sebagian siswa dengan sadar langsung menuju ke
Mushalla dan mengambil air wudhu kemudian mengambil posisi rapi
dan bershaf akan tetapi ada juga siswa yang masih duduk-duduk di
teras kelas padahal sudah ditegur oleh salah satu guru, setelah ditegur
bukannya malah ke Mushalla tetapi hanya berpindah tempat.52
Dari uaraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurangnya
kesadaran dari siswa bisa menjadi penghambat guru dalam upaya
pendiplinan shalat fardhu di sekolah.
3) Minimnya Sarana yang Dimiliki
Dalam pembelajaran shalat fardhu khusunya shalat sunnah
tentunya mempunyai peran yang sangat penting karena tanpa sarana
sarana yang memadai pembelajaran shalat fardhu tidak akan
maksimal. Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam upaya penanaman
nilai religius mengalami hambatan menyangkut sarana yang dimiliki
ukuran Mushalla tidak sesuai dengan jumlah keseluruhan siswa
siswinya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Anas Ma’ruf
selaku guru PAI;
DI SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam pelaksanaan jama’ah
shalat Dhuhur mengalami kendala dengan Mushalla yang tidak
terlalu besar yang tidak sesuai dengan jumlah siswa-siswinya
yang banyak meskipun kegiatan shalat dhuhur berjamaah tetap
dapat di lakukan dengan memakai teras mushalla yang sedikit
membantu bisa menampung jumlah siswa yang banyak.53
Penjelasan di atas juga dipertegas denga pernyataan dari Kepala
Sekolah yaitu Bapak Drs. Shodiqun:
Dalam pelaksanaan kegiatan jama’ah shalat Dhuhur disini
diikuti oleh seluruh siswa dan siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus
hanya masalah kami ukuran mushalla yang sebenarnya bisa
dikatakan besar tetapi jika digunakan menampung seluruh siswa
tidak mencukupi akhirnya menggunakan teras mushalla yang
bisa menampung siswa laki-laki dan perempun dan yang
52 Hasil observasi, pada tanggal 8 Januari 2018. 53 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
114
terpenting ibadah shalat Dhuhur berjamaah tetap bisa dijalankan
setiap hari.54
Dari uraian di atas ternyata minimnya sarana untuk menunjang
kegiatan keagamaan akan menghambat upaya efektifitas pelaksanaan
pembelajaran dan pengalaman ibadah secara individu maupun massal.
Hal ini tentunya kurang menguntungkan untuk mengupayakan
implementasi shalat fardhu dan sunnah.
b. Hambatan dalam Menerapkan Dzikir
Menuurt bapak Anas Ma’ruf dalam mengimplementasikan dzikir
di SMA NU Al Ma’ruf Kudus ada beberapa hambatan:
Kami dalam mengimplementasikan dzikir terkadang menghadapi
beberapa masalah diantaranya: 1) siswa kurang konsentrasi dan
fokus dalam berdzikir; 2) lingkungan keluarga yang tidak terbiasa
untuk berdzikir; 3) pengaruh lingkungan masyarakat yang tidak
mendukung; 4) pengaruh pergaulan teman; dan 5) pemahaman
yang kurang terhadap makna dzikir yang diucapkan.55
c. Hambatan dalam Menerapkan Busana Muslim
Bapak Anas Ma’ruf memaparkan implementasi busana muslim di
SMA NU Al Ma’ruf Kudus:
Diwajibkan untuk memakai seragam muslim dan semua siswa
sudah melakukannya bukan berarti kami tidak menghadapi
masalah, masalah yang kami hadapi adalah pemahaman terhadap
pemakaian buana muslim karena sebagian besar siswa atau siswi
SMA NU Al Ma’ruf Kudus memiliki pemahaman bahwa seragam
atau busana muslim hanya sebatas melaksanakan aturan tata tertib
sekolah bukan dipahami sebagai aturan syari’at Islam yang harus
dilaksanakan, faktor lingkungan dan pergaulan yang memiliki
pengaruh yang besar ditambah lagi dengan banyakmya tontonan
atau acara-acara televisi yang sangat kurang mendidik.56
54 Wawancara dengan Bapak Shodiqun, selaku Kepala Sekolah pada tanggal 8 Januari 2018. 55 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018. 56 Wawancara dengan Bapak Anas Ma’ruf, selaku Guru PAI pada tanggal 8 Januari 2018.
115
C. Analisis Data
1. Analisis Strategi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius di
SMA NU Al Ma’ruf Kudus
a. Startegi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius Melalui
Shalat Berjamaah
1) Pembiasaan
Pembiasaan shalat Dhuhur berjamaah telah diterapkan di SMA
NU Al Ma’ruf Kudus sudah sejak lama karena program shalat Dhuhur
berjamaah adalah program pembiasaan yang dipandang sangat perlu
untuk dijalankan sebagai langkah strategis untuk membina akhlak
siswa.
Diterapkannya pembiasaan shalat fardhu berjamaah di SMA
NU Al Ma’ruf Kudus tersebut karena siswa dipandang kurang
produktif dalam memanfaatkan waktu istirahat mereka, contohnya
seperti berlama-lama di kantin, internetan Hot Spot, terlalu boros
dengan uang saku mereka dan lain-lain. Oleh karena itu, program
pembiasaan shalat fardhu berjamaah ini harus diterapkan bagi siswa di
SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Selain itu penerapan pembiasaan shalat
fardhu berjamaah juga sebagai upaya siswa dapat memanfaatkan
waktu istirahatnya dengan baik dan lebih melatih untuk selalu
membiasakan disiplin lebih-lebih dalam hal beribadah shalat tepat
waktu, salah satunya seperti shalat dhuhur berjamah. Kalau siswa
sudah terbiasa shalat tepat waktu, maka kegiatan-kegiatan lain yang
mereka kerjakan akan tepat waktu pula. Selain itu, siswa tidak hanya
menguasai teori-teori pelajaran saja, tetapi mereka diharapkan tidak
melupakan ritual-ritual ibadah, salah satunya adalah shalat Dhuhur
berjamaah.
Pembiasaan Shalat fardhu berjamaah ini juga dilaksanakan
agar siswa dapat membiasakannya di lingkungan desa mereka masing-
masing. Selain itu, siswa dapat lebih menghemat uang sakunya,
karena waktu istirahat mereka digunakan untuk Shalat fardhu
116
berjamaah. Pembiasaan ini dilaksanakan selain bertujuan untuk
melatih beribadah kepada siswa, diharapkan mereka juga menjadi
lebih dekat atau akrab dengan sesama teman dan lebih menjaga sopan
santun terhadap para guru, atau bahkan terhadap orang tua. Karena
shalat fardhu berjamaah ini dilaksanakan dengan bersama-sama dalam
satu masjid di luar sekolah, jadi secara tidak langsung mereka saling
menjaga hubungan baik dengan sesama dan tidak saling mengganggu,
serta lebih menjaga sopan santun terhadap para guru.
Dari beberapa strategi yang diterapkan strategi ini yang
memberikan pengaruh paling besar, karena siswa diarahkan untuk
membiasakan melakukan shalat berjamaah. Seorang siswa memiliki
kebiasan terentu yang positif dapat melaksanakannya dengan mudah
dan senang hati. Bahkan, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan
dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai tua.
Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah, tetapi juga
berhubungan dengan aspek batiniah, pembiasaan dalam sejarah
tercatat sebagai model yang paling berhasil dalam pembentukan
kepribadian warga sekolah.
Hal ini sebagaimana diugkapkan oleh Marimba, pembiasaan
adalah modal utama dalam pengajaran pendidikan agama Islam, tidak
hanya dalam lingkungan keluarga dan kehidupan sehari-hari saja
tetapi juga dilakukan dalam lingkungan sekolah sebagai sarana untuk
menuntut ilmu. Nilai-nilai agama Islam yang terkandung dalam
ibadah dan perbuatan keseharian manusia harus dihayati dan dipahami
dengan baik. Dengan adanya pembiasaan yang dilakukan dalam diri
individu akan lebih cepat untuk mengerti dan memahami nilai-nilai
Islam yang terkandung dalam perbuatan sehari-hari.57
Imam al-Ghozali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin
menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa
57 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al Maarif, Bandung, 1980, hlm.
119.
117
yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ada beberapa pembiasaan yang diterapkan oleh Guru PAI di
SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam rangka pengembangan nilai-nilai
keagamaan, di antaranya: mengerjakan shalat Fardhu dan shalat
Sunnah berjamaah. Pembiasaan adalah salah satu strategi yang sangat
penting dalam pelaksanaan pengembangan nilai-nilai religius.
Seseorang yang mempunyai kebiasaan tertentu dapat
melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala
sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk
diubah dan tetap berlangsung sampai tua. Untuk mengubahnya sering
kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius. Bagi para
orang tua dan guru, pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha
membangkitkan kesadaran atau pengertian terus menerus akan
maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Sebab, pembiasaan
digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan
sesuatu secara optimis seperti shalat Fardhu dan shalat Sunnah,
melainkan agar ia dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah
tanpa merasa susah atau berat hati.
Berdasarkan data yang telah didapat di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa budaya religius yang diimplementasikan di SMA
NU Al Ma’ruf Kudus tersebut berupa dibiasakannya kegiatan shalat
Fardhu dan Sunnah. Budaya religius di lembaga pendidikan
merupakan budaya yang tercipta dari pembiasaan kegiatan religius
yang berlangsung lama dan terus menerus bahkan sampai muncul
kesadaran dari semua anggota lembaga pendidikan untuk melakukan
nilai religius itu. Pijakan awal dari budaya religius adalah adanya
religiusitas atau keberagaman. Keberagaman adalah menjalankan
agama secara menyeluruh. Dengan melaksanakan agama secara
menyeluruh maka seseorang pasti telah terinternalisasi nilai-nilai
religius.
118
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Muhaimin, budaya
religius merupakan hal yang urgen dan harus diciptakan di lembaga
pendidikan, karena lembaga pendidikan merupakan salah satu
lembaga yang mentransformasikan nilai atau melakukan pendidikan
nilai.58 Menurut S. P. Robbins Nilai-nilai penting untuk mempelajari
perilaku organisasi karena nilai meletakkan fondasi untuk memahami
sikap dan motivasi serta mempengaruhi persepsi kita. Individu-
individu memasuki suatu organisasi dengan gagasan yang
dikonsepsikan sebelumnya mengenai apa yang “seharusnya” dan “
tidak seharusnya”. Tentu saja gagasan-gagasan itu tidak bebas nilai.59
Bahkan robbin menambahkan bahwa nilai itu mempengaruhi sikap
dan perilaku.60 Sedangkan budaya religius merupakan salah satu
wahana untuk menstransfer nilai kepada peserta didik. Tanpa adanya
budaya religius, maka pendidik akan kesulitan melakukan transfer
nilai kepada anak didik dan transfer nilai tersebut tidak cukup hanya
dengan mengandalakan pembelajaran di dalam kelas. Karena
pembelajaran di kelas rata-rata hanya menggembleng aspek kognitif
saja.
2) Pemberian Motivasi
Keberhasilan dari ranah kognitif di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
sudah cukup bagus, karena sebelumnya mereka sangat minim
pengetahuannya dalam hal ibadah khususnya shalat berjamaah,
disamping mereka dari keluarga yang berlatar belakang kurang
mengetahui ajaran agama, lingkungan luar maupun teman bermain
mereka, juga sebagian dari mereka masuk ke SMA NU Al Ma’ruf
Kudus tersebut tanpa bekal pengetahuan ibadah yang banyak, rata-rata
dari mereka tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja, tetapi semenjak
58 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 287. 59 S. P. Robbins, Organizational Behavior, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1991, hlm. 158. 60 Ibid, hlm. 159.
119
masuk di SMA NU Al Ma’ruf Kudus tersebut banyak kemajuan dari
masalah shalat, seperti bacaan dalam shalat.
Dalam Implementasinya sudah cukup baik hanya saja
kesadaran beberapa dari mereka dalam melaksanakan ibadah belum
sampai kedalam hati, dalam artian mereka belum menyadari benar arti
ibadah khususnya shalat sehingga mereka masih terbebani dengan
ibadah itu sendiri, dengan keadaan yang demikian Guru PAI di SMA
NU Al Ma’ruf Kudus tetap berkomitmen dan mempertahankan
strategi ini dengan tetap memberikan motivasi kepada siswa atau siswi
mereka agar tetap shalat Fardhu berjamaah dan shalat Sunnah.
Dalam memberikan motivasi kepada siswa Guru PAI di SMA
NU Al Ma’ruf Kudus menyelipkan materi-materi shalat, memberikan
hadiah, mengancam siswa dan selalu menanyakan serta mengajak
siswanya shalat. Berkaitan dengan sarana prasarana guru PAI
memberikan mukenah, pemberian buku panduan shalat dan menempel
bacaan-bacaan shalat di tembok masjid sekolah. terkait dengan
motivasi guru PAI sering memberikan ceramah tentang shalat pada
saat jam pembelajaran dan selalu menanyakan siswa apakah sudah
shalat atau belum? Dan mengancam siswanya akan memberikan nilai
jelek apabila ketahuan tidak melaksanakan shalat fardhu munfarid
atau shalat fardhu berjamaah.
Guru Agama mengajak siswa shalat berjamaah apabila adzan
telah dikumandangkan. Guru Agama menemani siswa melaksanakan
shalat, mengimami dan membimbing siswa. Guru Agama apabila
bertemu dengan siswa pada saat istirahat kedua beliau selalu
menanyakan sudah shalat atau belum. Hanya beberapa guru saja yang
melaksanakan shalat berjamaah bersama siswa dengan tujuan Agar
siswa memiliki semangat untuk melaksanakan shalat Berjamaah
contohnya shalat Dhuhur, siswa mendapatkan ketenangan batiniyah
sehingga shalat bisa menjadi kebutuhan siswa lebih menedekatkan diri
120
kepada Allah sehingga ketengan batiniyah yang mereka dapatkan dan
pintu ilmu yang bermanfaat akan mereka dapatkan pula.
Menurut Hamzah B. Uno Motivasi memiliki akar kata dari
bahasa Latinmovere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak.
Dengan begitu, memberikan motivasi bisa diartikan dengan
memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut
dapat bergerak. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan keefektifan dan keberhasilan dalam pembelajaran, karena
peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki
motivasi belajar tinggi.61
Menurut Purwa Atmaja Prawira Pengertian motivasi belajar
Motivasi belajar yaitu segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong
atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan
kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk
memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.62 Menurut Noer Rohmah
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan
keseluruhan karena umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama
menggerakkan siswa untuk belajar. Atau dengan kata lain, motivasi
belajar adalah daya penggerak dalam diri individu untuk elakukan
kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta
pengalaman Motivasi ini tumbuh karena keinginan untuk bisa
mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong dan mengarahkan
61 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis Bidang Pendidikan, Bumi
Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 23. 62 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Baru, Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta, 2013, hlm. 320
121
minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan
termotivasi untuk mencapai prestasi.63
Menurut Zakiah Daradjat, “motivasi belajar adalah usaha yang
disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri
murid yang menunjang kegiatan kearah tujuan-tujuan belajar.64 Dalam
proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat diibaratkan sebagai
bahan bakar yang dapat menggerakkan mesin. Motivasi yang baik
dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan dapat
meningkatkan prestasi belajar di kelas. Hakikat motivasi belajar
adalah dorongan yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku dan
semangat untuk lebih giat dan rajin belajar agar dapat mendapat
prestasi yang memuaskan.
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Berbagai macam motivasi tersebut
antara lain:
a) Motivasi menurut sifatnya dibedakan atas tiga macam, yaitu:
(1) Motivasi takut (fear motivation), individu melakukan suatu
perbuatan karena takut.
(2) Motivasi intensif (incentive motivation), individy melakukan
suatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu intensif. Bentuk
intensif ini bermacam-macam, seperti; mendapatkan
honororium, bonus, hadiah, penghargaan, piagam, dan lain
sebagainya.
(3) Sikap (attitude motivation/self motivation), sikap merupakan
suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau
ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek, seorang yang
memiliki sikap positif.
63 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, Teras, Yogyakarta, 2012, hlm. 241. 64 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta,
2011, hlm. 140.
122
b) Motivasi instrinsik dan ekstrinsik
(1) Motivasi instrinsik adalah suatu bentuk motivasi yang berasal
dari dalam diri individu dalam menykapi suatu tugas dan
pekerjaan yang diberikan kepada individu dan mmebuat ugas
dan pekerjaan tersebut mampu membrikan kepuasan batin bagi
individu sendiri.65
(2) Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari
luar individu siswa juga menorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan sekolah, suri
tauladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-
contoh kongkret motivasi ekstrinsik diantaranya adalah: (1)
belajar demi memenuhi kewajiban; (2) belajar demi
menghindari hukuman yang diancamkan; (3) belajar demi
memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) belajar demi
meningkatkan gengsi; (5) belajar demi memperoleh pujian dari
orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) belajar demi
tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi
persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.66
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri
individu. Menurut Djaali, motivasi adalah kondisi fisiologis
dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan.67 Dari beberapa penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang
menyebabkan individu bergerak/terdorong untuk melakukan
suatu hal/perbuatan. Motivasi sangat dibutuhkan bagi setiap
65 Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2011,
hlm. 87. 66 Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik: Implementasi KTSP & UU No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Gaung Persada Press, Jakarta, 2008, hlm. 109. 67 Djaali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 101.
123
individu dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi yang tinggi
akan dapat mempercepat tercapainya suatu tujuan yang
diinginkan.
3) Peningkatan Kedisiplinan
Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus dalam mengimplementasikan
strategi penegakan disiplin karena mengingat visi, misi dan tujuan
sekolah yang mengarah kepada pembentukan peserta didik yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sekolah menerapkan
nuansa islami demi mendukung tujuan mulia yang telah ditetapkan.
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk menyiapkan peserta
didik yang kompeten dan berdaya saing tinggi dengan dilandasi
keimanan dan ketaqwaan yang kuat.
Pembinaan disiplin ibadah dimulai dari disiplin dalam
berpakaian yang menutup aurat ketika shalat fardhu berjamaah.
Adapun peserta didik laki-laki diwajibkan memakai celana panjang
pakaian lengan pendek yang dinilai oleh guru Agama. Untuk
pembinaan ibadah shalat, pemfokusan dilakukan pada beberapa aspek,
yaitu penguasaan peserta didik terhadap tata cara pelaksanaan shalat
dan kedisiplinan peserta didik dalam melaksanakan shalat.
Aspek penguasaan peserta didik terhadap tata cara pelaksanaan
meliputi bagaimana mereka melakukan gerakan shalat secara baik dan
benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan nabi Muhammad SAW
Kemudian guru PAI menilai dan mengoreksi jika terdapat kekurangan
pada gerakan yang dipraktikkan oleh para peserta didik.
Selain memfokuskan pada gerakan-gerakan shalat, pembinaan
shalat difokuskan juga pada penguasaan peserta didik terhadap bacaan
doa-doa untuk tiap gerakan shalat. Pada aspek ini guru Pendidikan
Agama Islam memeriksa masing-masing peserta didik, apakah mereka
telah menguasai bacaan doa untuk tiap gerakan shalat atau belum.
Peserta didik dikelompokkan menjadi dua kelompok, kelompok yang
124
sudah menguasai seluruh bacaan doa dan yang belum menguasai.
Selain guru memberikan beberapa catatan keterangan mengenai
kemampuan apa saja yang belum dikuasai oleh peserta didik.
Tujuan utama di SMA NU Al Ma’ruf Kudus mengadakan
pembinaan disiplin kepada peserta didik yaitu agar mereka disiplin
melaksanakan shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut dapat dilihat dari beberapa ketetapan indikator, yaitu peserta
didik: a) melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari-hari; b) tepat
waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu; dan c) khusyu’ dalam
melaksanakan shalat lima waktu.
Dalam membina kedisiplinan peserta didik dalam pelaksanaan
ibadah shalat lima waktu tersebut, kami melakukan beberapa langkah,
yaitu: memberi pemahaman kepada peserta didik tentang shalat,
menyelenggarakan praktik pelaksanaan shalat, memantau dan
mengontrol pelaksanaan shalat peserta didik.
Menurut M. Furqon Hidayatullah penegakan aturan penegakan
disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan (rule enforcement).
Idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya diarahkan pada “takut
pada aturan bukan takut pada orang”. Orang melakukan sesuatu
karena taat pada aturan bukan karena taat pada orang yang
memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu kesadaran maka
menciptakan kondisi yang nyaman dan aman. Pada dasarnya
penegakan disiplin adalah mendidik agar seseorang taat pada aturan
dan tidak melanggar larangan yang dilandasi oleh sebuah kesadaran.
Penerapan reward and punishment (penghargaan dan
hukuman) merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika
penerapannya secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif,
terutama dalam rangka penegakan disiplin.68 Jadi, disiplin itu
sebenarnya difokuskan pada pengajaran. Menurut Ariesandi arti
68 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, Yuma
Pressindo, Surakarta, 2010, hlm. 45-49.
125
disiplin sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan karakter anak
secara bertahap sehingga menjadi seseorang yang memiliki kontrol
diri dan berguna bagi masyarakat.69
Mendefinisikan disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana
orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Dalam
Dictionary Of Education mengartikan disiplin sebagai berikut:
a) Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan,
dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk
mencapa tindakan yang lebih efektif.
b) Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri,
meskipun menghadapi rintangan.
c) Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan
hukuman atau hadiah.
d) Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan
menyakitkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan,
bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam
keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta ada suatu pelanggaran-
pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun
pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap
sekolah secara keseluruhan.
Menurut Musrofi cara yang dilakukan untuk meningkatkan
prestasi akademik peserta didik diantaranya adalah meningkatkan
kedisiplinan anak.70 Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam
69 Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji Melejitkan
Potensi Optimal Anak, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm. 230-231. 70 M. Musrofi, Melestarikan Prestasi Akademik Siswa, Cara Praktis Menambah Jam
Belajar, PT Pustaka Intan Madani , Yogyakarta, 2010,. hlm. 3.
126
mendidik karakter. Banyak orang sukses karena menegakkan
kedisiplinan. Penegakan disiplin antara lain dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut:
a) Peningkatan motivasi
Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan atau
mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis
motivasi, yaitu yang pertama motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang berasal dari luar diri kita. Kedua motivasi intrinsik adalah
motivasi yang berasal dari dalam diri kita. Dalam menegakkan
disiplin, mungkin berawal berdasarkan motivasi ekstrinsik. Orang
melakukan sesuatu karena paksaan, pengaruh orang lain, atau
karena keinginan tertentu. Akan tetapi setelah berproses, orang
tersebut dapat saja berubah ke arah yang lebih baik motivasi
intrinsik. Setelah merasakan bahwa dengan menerapkan disiplin
memiliki dampak positif bagi dirinya kemudian orang tersebut
melakukan sesuatu dilandasi dengan kesadaran dari dalam dirinya
sendiri. Idealnya menegakkan disiplin itu sebaiknya dilandasi oleh
sebuah kesadaran.
b) Pendidikan dan latihan
Pendidikan dan latihan merpakan salah satu faktor penting
dalam membentuk dan menempa disiplin. Pendidikan dan latihan
merupakan suatu proses yang di dalamnya ada beberapa aturan atau
prosedur yang harus diikuti oleh peserta didik. Misalnya, gerakan-
gerakan latihan, mematuhi atau mentaati ketentuan-ketentuan atau
peraturanperaturan, mendidik orang untuk membiasakan hidup
dalam kelompok, menumbuhkan rasa setia kawan, kerja sama yang
erat dan sebagainya.
c) Kepemimpinan
Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru, atau
orangtua terhadap anggota, peserta didik ataupun anaknya turut
menentukan berhasil atau tidaknya dalam pembinaan disiplin.
127
Karena pemimpin merupakan panutan, maka faktor keteladanan
juga sangat berpengaruh dalam pembinaan disiplin bagi yang
dipimpinnya.
d) Penegakan aturan
Penegakan disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan (rule
enforcement). Idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya
diarahkan pada “takut pada aturan bukan takut pada orang”. Orang
melakukan sesuatu karena taat pada aturan bukan karena taat pada
orang yang memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu
kesadaran maka menciptakan kondisi yang nyaman dan aman. Pada
dasarnya penegakan disiplin adalah mendidik agar seseorang taat
pada aturan dan tidak melanggar larangan yang dilandasi oleh
sebuah kesadaran.
e) Penerapan reward and punishment
Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman
merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika penerapannya
secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif, terutama dalam
rangka penegakan disiplin.71
4) Pemberian Materi
Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus siswa-siswinya diberikan
materi shalat Fardhu dalam pembelajaran praktik agama karena
dengan diberikannya materi shalat Fardu lebih mendalam siswa akan
memahami pentingnnya shalat dalam kehidupan sehari hari. Dengan
memberi materi shalat Fardhu dan Sunnah pada siswa sebelum praktik
mereka akan faham dan mengerti tentang pentingnya shalat bagi
kehidupan meskipun di SMP/MTs mereka sudah mendapatkan materi
tentang shalat sehingga dengan harapan mereka melakukan tidak
hanya sebatas kewajiban semata tetapi sebagai upaya dan sarana
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
71 M. Furqon Hidayatullah, Op.Cit., hlm 45-49.
128
Pemberian materi shalat sebelum pelaksanaan shalat sangat
penting dengan harapan siswa-siswi mampu dan faham pentingnya
shalat untuk kehidupan mereka. Dengan memberikan pendidikan
sesuai dengan realita keadaan dan kehidupan saat ini dan juga
memberikan dorongan semangat motivasi dalam belajar pendidikan
agama akan lebih efektif tanpa harus mengikuti prosedur buku yang
mana memerlukan proses yang panjang.
Dalam memberikan materi kepada siswa harus jeli mana yang
harus didahulukan agar lebih bermanfaat kepada siswa bahwa strategi
dengan pemberian materi harus disesuaikan dengan kemampuan
siswa, menggunakan penyampaian yang tidak monoton dan juga
mengangkat permasalahan permasalahan yang up to date terbaru
contohnya shalat menggunakan Bahasa Indonesia bagaimana
hukumnya jadi siswa akan tertarik untuk mendengarkan dalam
penyampaian materi tentang shalat. Dan sampai sekarang guru PAI
masih mempertahankan metode ini karena siswa-siswi bisa menerima
dengan baik metode ini dengan diindikasikan setiap kami menjelaskan
siswa juga mendengarkan dan bertanya jika mereka belum memahami
materi yang kami sampaikan.
Menurut Jamaluddin Idris pemberian materi agar terlaksananya
pembinaan shalat berjamaah maka awal tindakan yang harus
diterapkan seorang pendidik adalah memberikan pengertian akan
pentingnya shalat berjamaah. Dan shalat berjamaah termasuk dalam
materi pendidikan Islam. Pendidikan Islam tersendiri bertujuan untuk
membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar
menjadi pengabdi kepada Allah SWT yang setia.
Maka aktivitas pendidikan Islam diarahkan kepada upaya
membimbing manusia agar dapat menempatkan diri dan berperan
sebagai individu yang taat dalam menjalankan ajaran agama Allah.
Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang diarahkan untuk
129
membentuk sikap takwa. Ciri takwa ini salah satunya mendirikan
shalat,72 QS. Al- Baqarah: 3-4;
بلذينٱ لغيبٱيؤمنون يقيمون لوةٱو لص ينفقون رزقنهم لذينٱو٣ومما يؤمنونب و منقبلك نزل
وماأ إليك نزل
لأخرةٱبماأ يوقنون ٤هم
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki Kami
anugerahkan kepada mereka; Dan mereka yang beriman
kepada kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu
dan kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya kehidupan akhirat. (Q.S. Al Baqarah; 3-
4).73
b. Startegi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius melalui
Dzikir
1) Demonstrasi (Praktik)
Tradisi dzikir setelah shalat fardhu Dhuhur di SMA NU Al
Ma’ruf Kudus memiliki keunikan tersendiri, adapun keunikan yang
dimaksudkan oleh peneliti adalah dikarenakan pelaksanaan dzikir
dipimpin oleh siswa. Terjadinya strategi yang demikian dikarenakan
untuk melatih siswa tersebut agar kelak setelah mereka keluar dari
SMA NU Al Ma’ruf sudah terbiasa sehingga tidak mengalami grogi,
kekakuan dalam memimpin pelaksanaan ibadah tersebut. Pelaksanaan
dzikir dipimpin oleh siswa yang telah ditugaskan yang sebelumnya
telah mendapatkan pelatihan dan pemberian materi dari guru PAI
tentang bacaan dzikir yang harus dihafalkan. Hal ini dimaksudkan
sebagai media latihan agar kelak selama berkecimpung di masyarakat
tidak mengalami kekakuan dan grogi dalam berdakwah.
Adapun alasan Guru PAI meggunakannya strategi tersebut
bahwa strategi ini mengadopsi dari pondok pesantren yang
memberikan kesempatan siswa untuk melatih mental dan juga melatih
jiwa kepemimpinan siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus untuk
72 Jamaluddin Idris, Kompilasi Pemikiran Pendidikan, Taufiqiyah Sa’adah, Yogyakarta, 2005,
hlm. 153. 73 Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surat Al Baqarah; 3-4.
130
dilibatkan kegiatan agama seperti menjadi imam dzikir. Ini berawal
dulu pernah menempatkan siswa-siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus di
pondok pesantren ketika bulan Ramadhan kami melihat santri laki laki
yang asli menetap disitu mampu dengan baik memimpin siswa-siswi
SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang sedang mengikuti pesantren dari
situlah kami selaku Guru PAI memiliki inisiatif untuk menerapkan
strategi tersebut di SMA NU Al Ma’ruf Kudus.
Menurut Winarno Surakhmad, metode demonstrasi sebagai
metode mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar
sengaja diminta siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas
suatu proses.74 Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian
informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan atau pertunjukan
tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Menurut Muhibbin
Syah Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan,dan urutan melakukan sesuatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melaui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan.75
Menurut Ismail, metode demonstrasi adalah metode
pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik.76 Jadi metode demonstrasi yaitu sebuah cara yang
digunakan dalam proses belajar mengajar dengan cara
memperlihatkan peragaan sesuatu/kegiatan baik langsung maupun
menggunakan peraga. Khusus pada pembahasan ini yaitu
memperagakan tentang shalat. Baik menggunakan metode visual
maupun secara langsung.
74 Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Jemmars, Bandung, 1980, hlm. 87. 75 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2008, hlm. 208. 76 Ismail, Op.cit., hlm. 20.
131
2) Melalui Mauidzah (Nasehat)
Siswa memahami dzikir itu hanya lafadz saja tanpa
mengetahui makna dari dzikir tersebut, yaitu mengingat apa yang
dipikirkannya, jika ia sedang mengingat Allah maka ia artikan dzikir
itu mengingat Allah, begitu pun ia artikan dzikir itu ingat segala apa
yang dipikirkannya. Sebagian besar siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus
masih belum memahami betul pengetahuan agama termasuk
pengetahuan mengenai dzikir baik pada saat sedang beribadah,
bekerja, dan menuntut Ilmu.
Pemahaman siswa masih kurang terkait tentang arti dzikir, hal
tersebut dikarenakan dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan
keluarga dan masyarakat mereka tidak terbiasa untuk berdzikir, dan
ini menjadi kewajiban untuk mengajarkan kembali, mengingatkan
kembali. Setelah mereka ingat dan mengenal dzikir, dapat
melanjutkan pada pemberian materi yang diberikan selanjutnya.
Mereka harus diajarkan juga diingatkan kembali, di bimbing
lagi mulai dari pengertian dzikir, apakah mereka tahu dan ingat,
setelah mereka mengenal arti dzikir baru kita lanjutkan bacaan dan
dzikir itu sendiri, juga kita tambahkan artinya agar mereka bisa
memahami betul, mengingat mereka itu kesehariannya tinggal di
lingkungan masyarakat dan keluarga, “Setiap selesai shalat Dhuhur
berjama’ah dan Shalat sunnah Dhuha saya membaca Istighfar,
Tahmid, Tahlil, dan Takbir sebanyak 3 kali saya suka berdzikir minta
sama Allah SWT .
Siswa yang sedang mengalami masalah dengan keluarga ada
juga yang mengalami masalah dengan pelajaran, maka siswa
terkadang lebih agresif, lebih mudah tersinggung, cepat marah dan
emosi yang tidak menentu terbukti setelah diberikan bimbingan dzikir
dan do’a siswa bisa lebih tenang, selain itu siswa bisa untuk diajak
ngobrol, sehingga mereka bisa lebih terbuka dan bahkan sampai
mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa,
132
meskipun tidak secara keseluruhan dan hanya sebagian saja dan hal
yang sangat terpenting ada siswa yang mulai mengamalkan dzikir.
Mereka yang agresif menjadi bisa menjadi tenang bisa untuk
diajak bicara, ia bisa lebih terbuka lagi, bahkan sampai curhat masalah
pribadinya. Saya berharap semoga yang siswa yang menghadapi
masalah baik di lingkungan keluarga dan sekolah bisa terselesaikan.
Yang terpenting itu mereka merasakan ketenangan dulu itu sudah baik
menurut saya. Dan hal yang sangat terpenting dari hasil dzikir ini
adanya siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus mulai mengamalkan.
Bimbinganya ketika jam praktik agama atau ketika jam
pelajaran agama Islam, jadi kesehariannya guru PAI tidak bisa
memantau siswa satu persatu yang sering mengikuti bimbingan
terlihat jelas bahwa siswa yang menghadapi masalah atau yang stress
tatkala mengikuti bimbingan dzikir hatinya menjadi lebih tenang,
lebih ikhlas, tidak kasar, bahkan sampai ada yang mengamalkan
bimbinganya dzikir yang saya berikan di luar jam pelajaran praktik
Agama atau di luar shalat Dhuhur berjamaah atau shalat Dhuha.
Menurut Warson “Manfaat dari semua itu di antaranya
mendapat ketenangan dari Maha Kuasa Allah SWT, dan itu sangat
saya rasakan, semuanya atas kuasanya karena hanya Allah lah yang
pemberi ketenangan yang sebenarnya mendidik melalui mauidzah,
mauidzah berarti nasehat.77 Menurut Rasyid Ridla mengartikan
mauidzah adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran
dengan jalan apa yang dapat meneyentuh hati dan membangkitkannya
untuk mengamalkannya.78 Metode mauidzah, harus mengandung tiga
unsur, yakni:
a) uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh
seorang, dalam hal ini santi, misalnya tentang sopan santun, harus
berjamaah maupun kerajinan dalam beramal;
77 Warson, Kamus Al Munawir, hlm. 1568. 78 Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, Maktabah al-Qahirah, Mesir, tt , hlm. 404.
133
b) motivasi dalam melakukan kebaikan;
c) peringatan tentang dosa atau bahaya.
3) Pembiasaan
Kegiatan dzikir dilaksanakan setiap selesai shalat Dhuhur
berjamaah dan ketika selesai shalat Dhuha pada jam pelajaran praktik
agama dan kegiatan ini dipimpin oleh guru agama yang bertempat di
mushalla SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Teknik bimbingan dzikir yang
guru PAI berikan dapat berupa bacaan Asmaul Husna atau bacaan
dzikir yang paling mudah untuk dihafal dan dipraktikkan Takbir,
Tahlil, dan Tahmid yang bertujuan siswa-siswi di SMA NU Al Ma’ruf
Kudus menjadi tenang dengan membaca surat al Fatihah, al Ikhlas, al
Falaq, an Nass, dan Syahadat.
Menurut M. Ngalim Purwanto, pembiasaan merupakan kunci
dalam pandangan Islam adalah bahwa anak sejak lahir telah diciptakan
dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar dan iman dari
Allah. Misalnya dengan dzikir, anak telah mampu melakukannya.
Oleh karena itu seorang guru dapat membiasakan siswa untuk
bersama-sama shalat di sekolah, dari sini diharapkan siswa akan
memiliki rasa tanggung jawab melaksanakan dzikir di rumah maupun
di masyarakat, dan diharapkan akan terbentuk jiwa keagamaan yang
positif pada diri siswa dikemudian hari.
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting
sekali, oleh karena itu sebagai permulaan dan sebagai pangkal
pendidikan pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak dilahirkan
anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-
perbuatan yang baik. Anak-anak dapat menurut dan taat kepada
peraturan-peraturan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga,
di sekolah dan juga di tempat lain.79
79 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2009, hlm. 177.
134
c. Strategi Guru PAI dalam Membangun Budaya Religius melalui
Busana Muslim
1) Mauidzah (Nasehat)
Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus implementasi busana muslim
sudah terimplementasikan secara maksimal sehingga guru agama bisa
memberikan nasehat dengan leluasa meskipun masih ada sebagian
kecil siswa atau siswi yang membandel melanggar tidak mau
mengenakan busana muslim, meskipun demikian sekolah tidak tinggal
diam. Sekolah berani menindak tegas kepada siswa yang tidak mau
mentaati peraturan tata tertib yang dibuat.
Menurut Rasyid Ridla,80 “Mauidzah adalah nasehat peringatan
atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa yang dapat meneyentuh
hati dan membangkitkannya untuk mengamalkannya Metode
maidzah, harus mengandung tiga unsur, yakni a)uraian tentang
kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seorang, dalam hal
ini santi, misalnya tentang sopan santun, harus berjamaah maupun
kerajinan dalam beramal; b) motivasi dalam melakukan kebaikan c)
peringatan tentang dosa atau bahaya.
2) Penegakan Disiplin
Bahwa pemakaian busana muslim utamanya dalam pemakaian
jilbab setiap harinya merupakan dijadikan sebagai satu ciri khas yang
menonjol dan bisa di kenal masyarakat umumnya. Sedangkan menurut
pemahaman dari masyarakat sekitar sekolah bahwa siswi SMA NU Al
Ma’ruf Kudus belum sepenuhnya memakai jilbab yang didasari
dengan kemauan dan keikhlasan diri siswi, akan tetapi mereka
memakai jilbab hanya karena tuntutan aturan dan tata tertib sekolah
yang wajib dipatuhi. Pemakaian jilbab pada siswi SMA NU Al Ma’ruf
Kudus merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan dan tidak
boleh ditinggalkan, karena jika tidak memakai jilbab akan
mendapatkan sanksi.
80 Rasyid Ridla, Op.cit., hlm. 405.
135
Guru PAI berharap para siswi memiliki keikhlasan dan niat
yang betul-betul murni dari diri siswa untuk memakai jilbab tanpa
paksaan dari pihak manapun. Sehingga pihak sekolah tidak berani
memaksa para siswinya untuk memakai jilbab. Jika pihak sekolah
memberi tekanan dan paksaan maka ditakutkan nantinya akan
memberikan dampak negatif pada generasi baru dan juga penilaian
masyarakat yang awalnya berminat belajar dan menyekolahkan
anaknya di SMA NU AL MA’RUF KUDUS, namun dengan
diberlakukannya tekanan dan paksaan tersebut generasi baru dan
masyarakat menjadi tidak berminat belajar dan menyekolahkan
anaknya di sekolah tersebut.
Maka dengan diberlakukannya peraturan untuk memakai jilbab
pada pelajaran agama Islam dan juga praktik agama Islam merupakan
suatu usaha pihak sekolah dalam melatih siswi untuk berdisiplin
dalam mematuhi tata tertib dan membudayakan cara berpakaian yang
sopan dan rapi. Dengan ciri khas yang dimiliki SMA NU AL
MA’RUF KUDUS dan ciri khas tersebut belum tentu dimiliki oleh
sekolah SMA yang lain, maka SMA NU AL MA’RUF KUDUS
mampu bersaing dengan SMA yang lain. Mengingat semakin banyak
persaingan sekolah untuk menjadi sekolah unggulan sekarang ini.
Akan tetapi jika dilihat dari faktanya meskipun siswi di sekolah
memakai jilbab, tapi belum tentu di luar nanti akan tetap memakai
jilbab.
Sebagus apapun pakaian yang dipakai belum tentu dan belum
bisa mencerminkan akhlak pribadi masing-masing orang. Sehingga
pakaian tidak bisa dijadikan sebagai cerminan perilaku dan akhlak
bagi para pemakainya. Begitu juga sama halnya dengan tujuan dari
aturan memakai jilbab pada siswi SMA NU AL MA’RUF KUDUS
yang didasari niat tulus dan keikhlasan para siswi akan memberikan
dampak positif dan hasil yang optimal, bukan hanya pakaian yang
136
bagus akan tetapi akhlak dan perilaku siswi juga ikut mencerminkan
kemuliaan akhlak.
Pengetahuan dan pemaknaan tentang memakai jilbab pada
siswi SMA NU AL MA’RUF KUDUS belum maksimal, karena
mereka masih dalam tahap pembelajaran. Jadi mereka belum
menyadari sepenuhnya, dapat dilihat dari sikap setiap siswi pada saat
melakukan olah raga. Mereka masih mempunyai perasaan terganggu
dengan memakai jilbab. Mungkin mereka belum begitu
menyadarinya. Jadi mereka kadang-kadang melepas jilbab. Karena
mereka merasa panas dan kurang nyaman dengan jilbab yang dipakai.
Para siswi belum bisa menempatkan dirinya kapan mereka harus
memakai dan melepas jilbab dan juga tidak menyadari keadaan
sekitarnya apakah ada orang laki-laki non muhrim yang dengan
sengaja memperhatikannya atau tidak. Dan mereka belum menyadari
bahwa melepas jilbab itu membuka aurat dan hukumnya adalah dosa.
Pengetahuan dan pemaknaan siswa tentang memakai jilbab
belum maksimal, karena selain bermula dari aturan yang ditetapkan
oleh pihak sekolah, siswi juga masih dalam tahap pembelajaran yang
mana awalnya hanya dilatih untuk memakai jilbab dan dikenalkan
dengan makna jilbab yang hakiki. Tahap pembelajaran ini melalui
proses yang sangat lama sehingga nantinya siswi akan menyadari
sepenuhnya tentang pengetahuan dan makna memakai jilbab. Jika
siswi sudah menyadari dengan sepenuhnya tentang pengetahuan dan
pemaknaan memakai jilbab, maka siswi tidak akan melakukan hal-hal
yang menyimpang seperti pada waktu berlangsungnya mata pelajaran
penjaskes siswi merasa terganggu dan kurang nyaman dengan
pemakaian jilbab.
Dengan pemakaian jilbab mereka merasa panas dan tidak
bebas mengembangkan potensi diri. Sehingga dengan keadaan
tersebut para siswi belum bisa menempatkan dirinya kapan mereka
harus memakai dan melepas jilbab dan juga tidak menyadari keadaan
137
sekitarnya apakah ada orang laki-laki non muhrim yang dengan
sengaja memperhatikannya atau tidak. Begitu juga mereka belum bisa
memahami bahwa melepas jilbab itu membuka aurat dan hukumnya
adalah dosa. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa para siswi
belum memiliki kesadaran dari diri masing-masing untuk memakai
jilbab secara sepenuhnya, sehingga mereka melakukan tindakan-
tindakan yang menyimpang seperti, melepas jilbab kapan pun jika
mereka merasa terganggu dan tidak nyaman dengan jilbab yang
mereka pakai, tanpa menyadari keadaan sekitarnya.
Menurut Furqon, kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam
mendidik karakter. Banyak orang sukses karena menegakkan
kedisiplinan. Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak
berhasil karena kurang atau tidak disiplin. Banyak agenda yang telah
ditetapkan tidak dapat berjalan karena kurang disiplin. Menanamkan
prinsip agar peserta didik memiliki pendirian yang kokoh merupakan
bagian yang sangat penting dari strategi menegakkan disiplin.81
3) Pemberian Motivasi
Diberlakukannya jilbab pada setiap kegiatan sehari-hari di
SMA NU Al Ma’ruf Kudus, utamanya dalam setiap kegiatan
keagamaan seperti hari-hari besar yaitu hari raya Idul Fitri dan hari
raya Idul Adha atau pada waktu berada disuatu tempat yang
mewajibkan memakai jilbab. Seperti forum-forum BDI (Badan
Dakwah Islamiyah), pada anak-anak mengajak untuk memakai jilbab.
Namun ada juga yang menafsirkan bahwa memakai jilbab itu hanya
sebatas untuk mentaati tata tertib sekolah, karena mungkin diluar
lingkungan sekolah mereka ada yang belum memakai jilbab.
Siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus mengartikan makna
memakai jilbab hanya diperuntukkan di hari-hari tertentu atau
peringatan dan di suatu acara yang mana di dalamnya diharuskan
81 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, Yuma
Pressindo, Surakarta, 2010, hlm. 45-49.
138
untuk memakai jilbab, misalnya hari-hari besar seperti hari raya Idul
Adha dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan acara seperti acara BDI
(Badan Dawah Islamiyah), disisi lain siswi mengartikan makna
memakai jilbab hanya untuk mematuhi aturan dan tata tertib yang
telah ditentukan oleh pihak sekolah, sehingga mereka menganggap
memakai jilbab sebagai tuntutan bukan sebagai kemauan diri pribadi.
Maka siswi memakai jilbab jika berada di lingkungan sekolah saja dan
belum tentu di luar lingkungan sekolah dia memakai jilbab.
Dari Pemahaman para siswa tersebut guru PAI memaparkan
bahwa kami selalu memberikan motivasi siswa dan siswi khususnya
siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus untuk memakai jilbab diantaranya:
a) Untuk melindungi kehormatan/harga diri siswa dalam pergaulan
khususnya di luar sekolah.
b) Sebagai tanda bahwa siswi tersebut mayoritas bernuansa Islam.
c) Suatu trend
d) Untuk mengendalikan tingkah laku dalam pergaulan.
Di sisi lain ada beberapa motivasi memakai jilbab yang
pertama manfaat dan kegunaan jilbab yang digunakan sebagai
pelindung diri, kehormatan dan hargai diri siswa dalam pergaulan di
luar sekolah, supaya siswi tidak terpengaruh oleh pergaulan bebas dan
Westernisasi.
Mengingat semakin bebasnya pergaulan para remaja kini yang
mengakibatkan kerusakan moral dan akhlak para pelajar. Sehingga
dengan adanya jilbab diharapkan bisa mengontrol pergaulan di
lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Kedua, dengan memakai
jilbab kita sudah menunjukkan sebagai seorang muslimah sejati.
Begitu juga pada siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang berciri khas
dengan memakai jilbab, maka sekolah tersebut bernuansakan Islami.
Ketiga, siswi yang memakai jilbab bukan berarti tidak mengikuti
perkembangan zaman, akan tetapi dengan memakai jilbab justru
mengikuti tren masa kini. Dengan melihat realita yang ada banyak
139
sekali perempuan yang memakai jilbab. Dengan pemakaian jilbab
yang diaplikasikan pada siswa dapat memberikan motivasi untuk
menggunakan jilbab. Bahkan dalam agama Islam jilbab wajib
digunakan untuk menutup aurat. Bahkan di dalam surat An-Nuur ayat
31 dan Al-Ahzab Ayat 59:
إلاماوقل زينتهن ايبدينل و هن فروج ن فظ يح و رهن بص
أ من ن ض يغض للمؤمنت
وأ تهن
لبعول إلا زينتهن يبدين ال يوبهنو ج ى
عل مرهن بخ ربن ليض منهاو هر ظئهونهنءابا إخ بنى و
أ ونهن إخ و
أ تهن
بناءبعولأ و
أ ئهن
بناأ و
أ تهن
ءاباءبعول وأ ن
وأ يمنهن
أ ماملكت و
أ ئهن
ا نس وأ وتهن خ
أ بنى و
لتبعينٱأ ول
يرأ
بةٱغ إرل من
الٱ لرج ولٱأ لذينٱلطف عورت على وا هر يظ اءٱلم لنس لهن رج
بأ ربن يض لا و
إلى توبوا و زينتهن من فين يخ ما مٱليعل لل يه
أ ميعا ملمؤمنونٱج لعلك
ون لح ٣٣تفArtinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-
laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nur: 31)
يهاأ لنبىٱي اء نس و بناتك و زوجك
لبيبهنلمؤمنينٱقللأ منج يهن
عل نين يد ن فلايؤذينوك نيعرفن
أ دنى
أ اللٱذلك ارحيم ور ف ٩٥غ
Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
140
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59)
Pada ayat di atas ditegaskan bahwa wanita wajib untuk
memakai jilbab. Oleh karena itu di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
diwajibkan untuk memakai jilbab pada sebagai pembiasaan siswa
dalam memakai jilbab, karena memakai jilbab harus dengan kesadaran
dan keikhlasan serta kebiasaan secara terus menerus. Keempat,
Dengan memakai jilbab dapat menghindarkan siswi dari perilaku yang
tidak senonoh sehingga dapat membentengi diri dari hal-hal negatif
yang dilakukan orang lain. Dengan pemakaian jilbab siswi akan
merasa aman dan terlindungi.
Bahwa motivasi memakai jilbab adalah untuk mendapatkan
kepercayaan dari orang tua. Misalnya keluar rumah sewaktu-waktu
selalu mendapatkan sorotan positif dari orang tua. Untuk melatih diri
supaya terbiasa memakai jilbab. Sebagaimana yang telah dilakukan
orang lain sebagai seorang muslim.
Pendapat murid alasan dalam memakai jilbab adalah
memperoleh kepercayaan dari orang tua, sebagai murid dengan
mendapatkan kepercayaan tersebut dapat memanfaatkannya sebaik
mungkin, misalnya kita izin keluar rumah untuk belajar kelompok
kepada orang tua, kita harus bersikap jujur atas tujuan tersebut. Dari
segi pemakaian jilbab diharapkan dapat melatih kerapian dan
kesopanan dalam berpakaian yang sesuai dengan syar’i. Orang tua
akan memberikan kepercayaan kepada anaknya dan tidak merasa was-
was bila anaknya keluar rumah dan bergaul dengan teman-temannya,
maka kebebasan akan diberikan kepada seorang anak.
Penulis dapat menyimpulkan pertama bahwa siswi apabila ada
kecacatan dalam fisiknya bisa tertutupi dengan jilbabnya bebeda
dengan siswi yang tidak berjilbab apabila ada kecacatan dalam
dirinya, misalnya rambut keriting maka akan lebih cantik dengan
memakai jilbab. Dan mereka tidak perlu ke salon untuk mempercantik
141
dirinya karena malu pada orang yang melihatnya. Kedua sebagai tanda
atau simbol bahwa dia beragama Islam, karena di dalam Islam sendiri
wanita diwajibkan memakai jilbab. Ketiga jika para siswi dalam
lingkungan sekolah membiasakan memakai jilbab, maka hal ini
merupakan nilai tambahan bagi SMA NU Al Ma’ruf Kudus dimana
SMA NU Al Ma’ruf Kudus mendapatkan respon yang baik bagi
masyarakat khususnya bagi calon siswi baru. Selain itu SMA NU Al
Ma’ruf Kudus juga tidak kalah dengan pesantren maupun Madrasah
Aliyah yang ada di sisi lain dengan memakai jilbab bisa meredakan
seseorang karena manusia makhluk yang merasa kurang dan ingin
sesuatu yang lebih sehingga dengan memakai jilbab bisa
mengendalikan segala keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang
belum tentu itu bermanfaat menurut dirinya.
Ada beberapa manfaat memakai jilbab bagi siswi SMA NU Al
Ma’ruf Kudus. Pertama Berjilbab merupakan budaya Islam yang
sudah diterapkan dari zaman Rasulullah SAW sampai kehidupan
sekarang ini sehingga kita selaku umat Islam yang mentaati perintah
Allah dan Rasulnya, memiliki kewajiban untuk melestarikan salah
satu budaya Islam tersebut. Begitu juga para siswi SMA NU Al
Ma’ruf Kudus yang memakai jilbab, mereka sudah mentaati dan
melaksanakan perintah Allah dan Rasulnya. Kedua dengan adanya
peraturan yang disusun oleh pihak sekolah secara tidak langsung bisa
melatih siswi untuk hidup disiplin. Selain disiplin dalam mematuhi
peraturan pihak sekolah yang telah ditentukan dan juga disiplin dalam
menjaga dan melaksanakan syari.at Allah dan Rasul. Ketiga berawal
dari mendidik generasi muda untuk memakai jilbab maka akan
memberikan titik cerah dalam kehidupan nantinya. Begitu juga dalam
mendidik siswi SMA NU Al Ma’ruf Kudus untuk memakai jilbab
akan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Jika generasi
yang dilahirkan oleh SMA NU Al Ma’ruf Kudus memiliki keagungan
akhlak dan pribadi yang mulia maka, akan melahirkan generasi baru
142
yang lebih baik yang juga memiliki keagungan akhlak dan pribadi
yang mulia seperti generasi sebelumnya.
Keempat dengan perkembangan zaman yang semakin maju
dan pesat menjadikan pergaulan bebas merajalela dikalangan remaja
dan pelajar. Berdasarkan realita yang ada kebanyakan para remaja dan
pelajar terperangkap dalam pergaulan bebas. Sehingga upaya SMA
NU Al Ma’ruf Kudus dalam membentengi para siswinya yaitu dengan
melatih dalam pemakaian jilbab. Dengan adanya upaya tersebut
diharapkan para siswi yang belum memakai jilbab bisa mencontoh
para siswi yang berjilbab.
Menurut Djaali, motivasi adalah kondisi fisiologis dan
psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dari
beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan yang menyebabkan individu bergerak/terdorong untuk
melakukan suatu hal/perbuatan. Motivasi sangat dibutuhkan bagi
setiap individu dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi yang tinggi akan
dapat mempercepat tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.82
2. Analisis Unsur-unsur apa sajakah yang mendukung strategi dalam
membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
a. Kerjasama semua warga sekolah
Sebuah sekolah yang menerapkan budaya Islami di
lingkungannya, berarti telah mengadakan perubahan penting di dalam
organisasi tersebut yang berorientasi ke depan. Secara sederhana, ajaran
agama Islam ditempatkan sebagai basic reference seluruh kegiatan
pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa setiap kegiatan di sekolah
memahami rujukan utama al-Qur’an dan sunnah Rasul, baik pada tingkat
aplikasi maupun konseptual, atau dengan kata lain bahwa ajaran Islam
merupakan pondasi seluruh aktifitas warga sekolah.
82 Djaali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 101.
143
Dalam sebuah pembentukan budaya religuis, kerjasama dari
semua pihak sekolah sangat menjadi faktor yang sangat penting. Dengan
adanya dukungan dari warga sekolah, maka budaya yang dikembangkan
akan berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Oleh SMA NU Al
Ma’ruf Kudus, konsep tersebut diterjemahkan dalam bentuk budaya
sekolah Islami (BUSI). Hal ini dilakukan bukan karena sekolah tersebut
memiliki identitas sebagai sekolah ‘Islam’, yang hanya berfungsi sebagai
simbol untuk melengkapi nama sekolah. Akan tetapi, gerakan ini menjadi
spirit utama yang menjadi pemompa stamina para pengelola lembaga
untuk mewujudkan visi misi. Sehingga suasana ke-Islaman tersebut
bukan hanya makna simbolik tetapi lebih dari itu, berupa penanaman dan
pengembangan nilai-nilai religius.
Berdasarkan pemaparan Kepala Sekolah SMA NU Al Ma’ruf
Kudus bahwa dalam membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf
Kudus ini mendapat dukungan dari semua guru baik guru agama maupun
guru non agama, kebersamaan ini mereka tujukan agar ditiru oleh peserta
didiknya, kematangan spiritual juga tidak hanya diajarkan kepada peserta
didiknya, melainkan kepada semua guru dan warga sekolah. Persamaan
kedudukan inilah yang menjadikan sekolah ini menjadikan kesetaraan
antara guru dan murid
Pernyataan kepala sekolah tersebut ditegaskan juga oleh bapak
Anas Ma’ruf bahwa kewajiban yang dijalankan di sekolah ini bukan
hanya kepada murid saja, akan tetapi guru juga harus ikut serta dalam
setiap kegiatan keagamaan agar menjadi contoh yang baik bagi siswa.
Pernyataan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa seorang guru
memanglah harus menjadi tauladan yang baik bagi peserta didiknya,
bukan hanya menyampaikan ilmu saja, akan tetapi juga mengajari
praktiknya secara langsung dengan baik. Guru tidak seharusnya hanya
mengajarkan moral dan etika yang aik akan tetapi juga harus
mencontohkan hal tersebut agar ditiru oleh peseta didiknya.
144
Budaya religius yang telah terbentuk di lembaga pendidikan
beraktualisasi ke dalam dan ke luar pelaku budaya menurut dua cara.
Aktualisasi budaya ada yang berlangsung secara covert
(samar/tersembunyi) dan ada yang overt (jelas/terang). Yang pertama
adalah aktualisasi budaya yang berbeda antara aktualisasi ke dalam
dengan ke luar, ini disebut covert, yaitu seseorang yang tidak berterus
terang, berpura-pura, lain di mulut lain di hati, penuh kiasan, dalam
bahasa lambang, ia diselimuti rahasia. Yang kedua adalah aktualisasi
budaya yang tidak menunjukkan perbedaan antara aktualisasi ke dalam
dengan aktualisasi ke luar, ini disebut dengan overt. Pelaku overt selalu
berterus terang dan langsung pada pokok pembicaraan.83
Budaya religius di lembaga pendidikan merupakan budaya yang
tercipta dari pembiasaan suasana religius yang berlangsung lama dan
terus menerus bahkan sampai muncul kesadaran dari semua anggota
lembaga pendidikan untuk melakukan nilai religius itu. Pijakan awal dari
budaya religius adalah adanya religiusitas atau keberagamaan.
Keberagamaan adalah menjalankan agama secara menyeluruh. Dengan
melaksanakan agama secara menyeluruh maka seseorang pasti telah
terinternalisasi nilai-nilai religius.
Budaya religius merupakan hal yang urgen dan harus diciptakan
di lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan merupakan salah satu
lembaga yang mentransformasikan nilai atau melakukan pendidikan
nilai. Sedangkan budaya religius merupakan salah satu wahana untuk
menstranfer nilai kepada peserta didik. Tanpa adanya budaya religius,
maka pendidik akan kesulitan melakukan transfer nilai kepada anak didik
dan transfer nilai tersebut tidak cukup hanya dengan mengandalkan
pembelajaran di dalam kelas. Karena pembelajaran di kelas rata-rata
hanya menggembleng aspek kognitif saja. Maka dari itu, suatu lembaga
pendidikan harus dan wajib mengembangkan budaya religius untuk
83 Sahlan, Asmaun, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah upaya mengembangkan PAI dari
Teori ke Aksi, UIN-Malik press, Malang, 2009, hlm. 84.
145
menciptakan ketenangan dan ketentraman bagi orang yang ada di
dalamnya.
b. Adanya program sekolah seperti BDI (Badan Dakwah Islamiyah)
BDI (Badan Dakwah Islam) merupakan salah satu ekstrakurikuler
yang berbasis pada pendidikan agama Islam di SMA NU Al Ma’ruf
Kudus sebagai wadah untuk mempererat ukhuwah Islamiyah dan
beramar ma’ruf nahi munkar sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena
Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan
Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar ummat
beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu keseluruhannya
terliput dalam lingkup: Al Qur’an dan Hadits, Keimanan, Akhlak, dan
Fiqh/Ibadah. Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri,
sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun
minallah wa hablun minannas).
Dengan adanya Kegiatan ekstrakurikuler ini diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran (terutama
pendidikan agama Islam) yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan ekstrakurikuler
dikembangkan pengalaman “pengalaman yang bersifat nyata yang dapat
membawa siswa pada kesadaran atas pribadi, sesama, lingkungan dan
Tuhan-nya, dengan kata lain bahwa kegiatan ektrakurikuler dapat
146
meningkatkan Emotional Qoutient (EQ) siswa yang di dalamnya terdapat
aspek kecerdasan sosial/kompetensi sosial.
3. Analisis Unsur-unsur yang menghambat strategi dalam membangun
budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
a. Faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan shalat Fardhu
berjamaah
1) Faktor Sarana dan Prasarana
Faktor penghambat dalam mengimplemenatsikan shalat fardhu
bejamaah di SMA NU Al Ma’ruf tersebut adalah fasilitas mushalla
atau sarana dan prasarana. Dalam pembelajaran shalat Fardhu
berjamaah khusunya shalat Sunnah tentunya mempunyai peran yang
sangat penting karena tanpa sarana prasarana yang memadai
pembelajaran shalat Fardhu tidak akan maksimal. Di SMA NU Al
Ma’ruf Kudus dalam upaya penanaman nilai religius mengalami
hambatan menyangkut sarana yang dimiliki ukuran Mushalla tidak
sesuai dengan jumlah keseluruhan siswa-siswinya akan tetapi kegiatan
shalat Dhuhur berjamaah tetap dapat dilakukan dengan memakai teras
mushalla yang sedikit membantu bisa menampung kegiatan yang
banyak.
Minimnya sarana untuk menunjang kegiatan keagamaan akan
menghambat upaya efektifitas pelaksanaan pembelajaran dan
pengalaman ibadah secara individu maupun massal. Hal ini tentunya
kurang menguntungkan untuk mengupayakan implementasi shalat
Fardhu dan Sunnah.
Dari pembahasan di atas terkait keterbatasan sarana dan
prasarana sebagai faktor penghambat dalam mengimplementasikan
Budaya Religius juga di perkuat oleh teori yang di kembangkan
Mujammil Qomar menurutnya Faktor pendukung dan penghambat
dalam mengembangkan budaya religius disekolah yang juga tidak
kalah penting ialah kelengkapan sarana dan prasarana. Hal ini
dikarenakan bahwa sarana dan prasarana merupakan komponen
147
penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Keberadan
sarana dan prasarana mutlak dibutuhkan. Tanpa adanya sarana dan
prasarana proses pendidikan akan mengalami kesulitan yang sangat
serius bahkan bisa menggagalkan pendidikan.84
2) Kurangnya jam pelajaran
Kurangnya jam pelajaran agama merupakan hambatan yang
paling dirasakan oleh siswa, karena 1 jam pelajaran agama akan habis
penyampaian materi shalat Fardhu dan Sunnah secara teoritis.
Sedangkan praktik dan pengalaman khususnya shalat sholat Sunnah.
Minimnya jam pelajaran agama ini merupakan faktor
penghambat dalam pembelajaran agama, apalagi jam pelajaran praktik
agama 1 jam pelajaran agama akan habis untuk menyampaikan materi
dan harus dengan di sertai praktik agar anak tau bagaimana cara-cara
shalat Fardhu khususnya shalat Sunnah. Dari uraian di atas memang
dalam pembelajaran praktek agama membutuhkan waktu yang
lumayan lama apalagi tentang materi shalat Sunnah yang jarang
mereka lakukan.
Menurut Ahmad Tafsir, budaya globalisasi yang melanda
kehidupan masyarakat juga merambah kehidupan para pelajar,
sehingga para pelajar ikut terpengaruh oleh budaya globalisasi yang
merusak moral. Kemerosotan akhlak pada manusia menjadi salah satu
problem dalam perkembangan pendidikan nasional, di mana terkadang
para tokoh pendidik sering menyalahkan pada adanya globalisasi
kebudayaan, sebagaimana dijelaskan oleh Tafsir, bahwa globalisasi
kebudayaan sering dianggap sebagai penyebab kemerosotan akhlak
tersebut.85
84 Mujamil Qamar, Manajemen Pendidikan Islam, PT. Glora Aksara Pertama, Malang, 2007,
hlm. 170. 85 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dan Keluarga, Rosdakarya, Bandung, 1996, hlm. 1.
148
b. Faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan budaya religius
melalui Dzikir
Dari siswa itu sendiri tidak semua memiliki keberanian dan
mental ketika berada di depan untuk memimpin dzikir padahal
sebenarnya mereka semua bisa dan mampu hanya masalah faktor mental
yang menjadi penghalang.dan meskipun kami selaku Guru PAI memiliki
kesulitan bukan berarti ini tidak berhasil yang terpenting setiap kelas satu
dua atau tiga siswa laki-laki yang sudah memberanikan diri untuk maju
menjadi imam dzikir.
Semangat siswa atau kesadaran siswa yang masih kurang akan
pentingnya dzikir bagi kehidupan khususnya untuk ketenangan bagi diri
sendiri, selain dari itu lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap
pembentukan karakter siswa itu sendiri, siswa berdzikir di sekolah tetapi
sulit untuk diimpementasikan di lingkungan masyarakat dari pembahasan
di atas.
Menurut Mulyasa, faktor penghambat dalam mengembangkan
budaya religius di sekolah ialah partisipasi masyarakat dalam
mengembangkan budaya religius disekolah. Hal ini mengingat bahwa
sekolah dan masyarakat merupakan partnership dalam berbagai aktifitas
yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, diantaranya:
1) Sekolah dan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.
2) Sekolah dan tenaga kependidikan menyadari pentingnya kerjasama
dengan masyarakat.
3) Sekolah dan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil bagian
serta bantuan dalam pendidikan di sekolah.86
86 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007,
hlm. 167-168.
149
c. Faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan budaya religius
melalui buana muslim
Dampak dari perkembangan trend dan fhasion, melahirkan sikap
dalam diri siswa berjilbabnya hanya untuk penutup saja misalkan rambut
disemir warna, atau rambut direbounding (diluruskan ) atau juga hanya
sekedar ikut-ikutan teman atau juga hanya untuk fashion semata.
sekarang berjilbab besok tidak memakai jilbab, dan hanya sedikit yang
benar-banar berjilbab secara ikhlas dengan niat untuk beribadah sehingga
berjilbab hanya untuk menutupi apa yang dilarang di sekolah seperti
yang sudah dijelaskan di atas. Rendahnya kesadaran siswa untuk
berjilbab menjadikan jilbab hanya dijadikan sebagai alat untuk
melegalkan apa yang telah di larang di sekolah.
Berbeda dengan apa yang terjadi di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
implementasi busana muslim meskipun di SMA NU Al Ma’ruf Kudus di
wajibkan untuk memakai seragam muslim dan semua siswa sudah
melakukannya bukan berarti kami tidak menghadapi masalah, masalah
yang kami hadapi adalah pemahaman terhadap pemakaian busana
muslim karena sebagaian besar siswa atau siswi SMA NU Al Ma’ruf
Kudus memiliki pemahaman bahwa seragam atau busana muslim hanya
sebatas melaksanakan aturan tata tertib sekolah bukan dipahami sebagai
aturan syar’at Islam yang harus dilaksanakan, faktor lingkungan dan
pergaulan yang memiliki pengaruh yang besar.
Dari pembahasan di atas terkait faktor penghambat dalam
menerapkan busana muslim menurut Ahmad Tafsir, faktor penghambat
dalam mengembangkan budaya religius di sekolah ialah budaya
globalisasi yang melanda kehidupan masyarakat juga merambah
kehidupan para pelajar, sehingga para pelajar ikut terpengaruh oleh
budaya globalisasi yang merusak moral. Kemerosotan akhlak pada
manusia menjadi salah satu problem dalam perkembangan pendidikan
nasional, di mana terkadang para tokoh pendidik sering menyalahkan
pada adanya globalisasi kebudayaan, sebagaimana dijelaskan oleh Tafsir,
150
bahwa globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai penyebab
kemerosotan akhlak tersebut.87
4. Analisis SWOT unsur pendukung dan penghambat strategi dalam
membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
Kemajuan dalam bidang industri dan teknologi telah masuk ke dalam
semua lini kehidupan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun
masyarakat pedesaan. Kemajuan tersebut mengakibatkan terjadinya
perobahan tingkah laku masyarakat. Dengan terciptanya alat komunikasi
dan transportasi dunia yang dulunya amat luas, sekarang menjadi suatu desa
yang amat kecil, daratan dan lautan tidak lagi menjadi penghalang untuk
menjagkau suatu daerah.
Perubahan tersebut ikut mempengaruhi dunia pendidikan tidak
terkecuali di SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Oleh karena itu untuk merespon
perubahan tersebut pihak sekolah harus bersifat lebih terbuka dengan
menerapkan konsep-konsep baru yang lebih sesuai dengan perkembangan
yang terjadi.
Salah satu konsep baru yang diperkenalkan dalam manajemen sekolah
adalah analisis SWOT, yaitu suatu analisa keadaan yang melihat dari empat
sudut pandang, yaitu: strength (kekuatan) menganalisis keunggulan/
kekuatan sumber daya dasar yang ada, weakness (kelemahan) menganalisis
keterbatasan sumber daya yang ada yang dapat menghambat tercapainya
tujuan pendidikan, opportunity (peluang) menganalisis situasi- situasi utama
yang menguntungkan bagi organisasi/lembaga pendidikan, dan threat
(tantangan) menganalisis situasi-situasi utama yang tidak menguntungkan
bagi situasi pendidikan.88 Dalam analisis SWOT ini ada dua dua fator yang
sangat mempengaruhi maju mundurnya pendidikan, yaitu faktor dominan
dan faktor penghambat. Yang termasuk faktor dominan adalah (kekuatan
dan peluang) dan faktor penghambat (kelemahan dan tantangan).
87 Ahamd Tafsir, Op.cit., hlm. 2. 88 Jurnal MP3A, Visi, Misi, dan Strategi Pembinaan Madrasah, Departemen Agama
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004, hlm. 20.
151
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh SMA NU Al Ma’ruf Kudus
dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung terlaksananya tugas dan
fungsi sekolah khususnya dalam membangun budaya religius siswa
dengan baik. Beberapa aspek lingkungan sekolah yang menjadi kekuatan
pada SMA NU Al Ma’ruf Kudus adalah:
1) Faktor Intern
a) Kepala Sekolah
Kepala sekolah di SMA NU Al Ma’ruf Kudus memiliki
pengalaman kerja lebih dari 20 tahun, berlatar belakang pendidikan
Magister (S2), pandai bergaul, berkharisma, berwawasan luas,
berdedikasi tinggi dan disiplin, bertanggung jawab.
b) Guru
Jumlah guru di SMA NU Al Ma’ruf Kudus sebanyak 67 orang dan
telah berkualifikasi Magister (S2) 2 orang, berkualifikasi Sarjana
(S1) Keagamaan 57 orang, berkualifikasi Sarjana Muda 4 orang,
dan berkualifikasi Diploma 3 (D3) 3 orang. Memiliki dedikasi dan
loyalitas tinggi, jumlah jam mengajar minimal 24 jam per minggu.
c) TU
Jumlah staf tata usaha di SMA NU Al Ma’ruf Kudus 17 orang dan
berlatar belakang pendidikan Diploma 3 (D3) orang serta berlatar
belakang pendidikan SLTA 16 orang, rata-rata kerja minimal 5
tahun.
d) Siswa
Siswa di SMA NU Al Ma’ruf Kudus pada tahun pelajaran
2017/2018 berjumlah 1136 siswa, yang terdiri dari 434 siswa putra
dan 702 siswa putri.
e) Sarana Prasarana
Luas lahan/tanah 3.840 m2, luas bangunan 2.355 m2, luas halaman
dan taman 830 m2, luas lapangan olah raga 655 m2, jumlah ruang
belajar/kelas sebanyak 30 kelas dengan luas masing-masing kelas
152
72 m2, perpustakaan 1 ruang, laboratorium biologi 1 ruang,
laboratorium kimia 1 ruang, laboratorium fisika 1 ruang,
laboratorium bahasa 1 ruang, laboratorium IPS 1 ruang,
laboratorium komputer 3 ruang, laboratorium multimedia 1 ruang,
ruang keterampilan 1 ruang, ruang keterampilan 1 ruang, ruang
UKS 1 ruang, koperasi 1 ruang, ruang BP/BK 1 ruang, ruang
kepala sekolah 1 ruang, ruang guru 2 ruang, ruang TU 1 ruang,
ruang OSIS 1 ruang, kamar mandi/WC guru 5 ruang, kamar
mandi/WC siswa 16 ruang, gudang 2 ruang, ruang iabadah 1 ruang,
ruang multimedia 1 ruang.
2) Faktor Ekstern
a) Lingkungan Masyarakat
SMA NU Al Ma’ruf Kudus terletak di pintu gerbang Kabupaten
Kudus serta di jalur pantura, berbagai jurusan angkutan umum,
hampir semuanya melalui sekolah ini sehingga mudah terjangkau
oleh semua kendaraan, status sosial ekonomi menengah pendidikan
masyarakat bervariasi, tamatan sekolah lanjutan pertama dan
sekolah menengah atas, sarjana. Masih suka bergotong royong dan
religius, tingkat kekerasan masyarakat dan tingkat kenakalan
remaja dapat digolongkan masih rendah, keamanan lingkungan
cukup kondusif karena berada di daerah aman dan terkendali.
b) Dinas Instasi Terkait
Dinas pendidikan, dinas kesehatan, kepolisian semuanya mudah
untuk diajak bekerjasama.
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan-kelemahan merupakan aspek yang menunjukkan
keterbatasan atau kekurangan sekolah baik dalam sumber daya,
kemampuan atau keterampilan maupun kapabilitas yang secara serius
dapat menjadi penghalang bagi terlaksananya tugas dan fungsi sekolah
dengan baik. Aspek-aspek yang menjadi kelemahan SMA NU Al Ma’ruf
Kudus adalah:
153
1) Faktor Intern
a) Kepala Sekolah
Kurangnya motivasi, inovasi terhadap terciptanya lingkungan
sekolah berwawasan budaya utamanya budaya religius warga
sekolah dalam hal ini siswa.
b) Guru
Pendidikan terkait budaya religius yang dilakukan oleh guru PAI
ada yang belum masuk (terintegrasi) dalam mata pelajaran, rasa
tanggung jawab sebagian guru masih kurang terhadap terciptanya
budaya religius siswa di SMA NU Al Ma’ruf Kudus.
c) TU
Tanggung jawab TU terhadap perubahan akhlak terkait terciptanya
budaya religius siswa masih rendah, hanya befokus kepada
administrasi sekolah.
d) Siswa
Tanggung jawab dalam berinteraksi kehidupan sosial masih lemah,
cenderung lebih banyak bermain, kurangnya minat, kesadaran serta
pemahaman siswa terkait arti serta tujuan dari setiap budaya
religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus.
e) Sarana Prasarana
Interaksi kehidupan sosial di sekolah sudah mengarah pada
harmonisasi dalam perwujudan perundangan dan penghijauan,
penempatan ruang kelas berdasarkan tata letak, ruang belajar
kurang terpelihara, pemeliharaan alat kebersihan/kesehatan begitu
kurang terpelihara walaupun banyak yang baru, kurang luasnya
tempat ibadah/musholla yang ada mengingat jumlah siswa yang
begitu banyak, serta kurangnya waktu/jam untuk praktik ibadah di
lingkungan SMA NU Al Ma’ruf Kudus.
154
2) Faktor Ekstern
a) Lingkungan Masyarakat
Adanya sebagian masyarakat yang kurang peduli terhadap interaksi
kehidupan sosial di lingkungan sekolah, golongan ekonomi
menengah (pekerjaan penduduk: karyawan swasta, PNS, Pekerja
jasa, wiraswasta/ dagang, petani, dan lain-lain).
b) Dinas Instansi Terkait
Memiliki kepentingan masing-masing, koordinasi dan komunikasi
bersifat menunggu perintah, walaupun ada keterpaduan program
peningkatan budaya religius dalam mewujudkan warga sekolah
yang religius, kegiatan kelihatannya bersifat seremonial.
c. Peluang (Opportunity)
Peluang merupakan kondisi lingkungan sekolah yang dapat
memberikan keuntungan bagi warga sekolah, maka harus dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya oleh kepala sekolah. Beberapa peluang yang
dimiliki oleh SMA NU Al Ma’ruf Kudus adalah:
1) Faktor Intern
a) Kepala Sekolah
Dapat menggunakan kepemimpinannya semaksimal mungkin,
selalu memotivasi dan berinovasi terus menerus demi terciptanya
budata religius di sekolah, dapat memberikan contoh dan
transparansi, dapat memberikan reward dan sanksi.
b) Guru/TU
Dapat beramal shaleh, mendapat imbal jasa, melakukan, mengajak,
menjadi tauladan warga sekolah terutama siswa untuk menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif dan mewujudkan budaya
religius dilingkungan sekolah, melaksanakan program dan
memiliki rasa tanggung jawab.
c) Siswa
Menggali/menambah pengetahuan dan pengalaman tentang budaya
religius, selalu memperhatikan dan mempraktikkan setiap materi
155
yang disampaikan guru, menaati setiap tata tertib sekolah,
senantiasa menjaga nama baik almamter kapanpun dan dimanapun,
berinteraksi sosial lebih leluasa tetapi tidak meninggalkan budaya
religi yang telah didapat di sekolah.
d) Sarana Prasarana
Setiap warga sekolah senantiasa dapat memanfaatkan semua sarana
prasarana yang ada semaksimal mungkin, serta menjaganya supaya
tetap dalam kondisi baik.
2) Faktor Ekstern
a) Lingkungan Masyarakat
Dapat bekerjasama dengan warga sekolah dalam upaya
mencipatakan budaya religius di lingkungan sekolah, serta
memanfaatkan potensi lingkungan sekolah yang kondusif.
b) Dinas Instansi Terkait
Meningkatkan kerjasama, mensupport serta senantiasa memberikan
masukan demi terciptanya budaya religius di lingkungan sekolah,
memanfaatkan serta memaksimalkan potensi lingkungan sekolah.
d. Ancaman (Threats)
Ancaman atau tantangan merupakan situasi lingkungan yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup sekolah, baik untuk saat ini maupun
masa yang akan datang. Maka harus diantisipasi agar tidak menjadi
penghambat atau gangguan bagi terlaksananya tugas dan fungsi sekolah.
Beberapa ancaman yang dihadapi oleh SMA NU Al Ma’ruf Kudus
adalah:
1) Faktor Intern
a) Kepala Sekolah
Mengelola sekolah untuk berbudaya religius terhadap setiap warga
sekolah di lingkungan sekolah menjadi terhambat apabila pada saat
program dicanangkan terjadinya pergantian pimpinan.
156
b) Guru
Penuhnya materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik sehingga ada yang berpandangan proses belajar
mengajar harus kondusif dan nyaman dan tidak dikaitkan dengan
pengembangan diri lainnya.
c) TU
Pengadministrasian sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan
budaya religius tidak ditertibkan.
d) Siswa
Adanya pengaruh luar yang biasanya dapat mempengaruhi
terhadap tindakan perbuatannya yang mengarah kepada perbuatan
yang tidak baik.
e) Sarana Prasarana
Sesuatu yang baru menjadi perhatian sehingga adanya berlebihan
dalam penggunannya sehingga mengakibatkan terjadinya
kerusakan.
2) Faktor Ekstern
a) Lingkungan Masyarakat
Adanya lingkungan masyarakat yang kurang peduli terhadap
budaya religius.
b) Dinas Instansi Terkait
Pengharapan kegiatan sesuai program namun tidak adanya tindak
lanjut.
Budaya religius juga merupakan sarana pengembangan proses
pembelajaran dan lingkungan belajar. Karena pada prinsipnya budaya
religius dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk
melaksanakan pendekatan pembelajaran konstrukstivistik. Dimana
lingkungan sekitar dapat dimanipulasi dan dieksplorasi menjadi sumber
belajar, sehingga guru bukan satu-satunya sumber belajar. Di samping itu,
budaya religius juga berfungsi dan berperan langsung dalam pengembangan
157
pembelajaran pendidikan agama atau religiusitas. Pendidikan agama atau
religiusitas tidak hanya mengarah pada aspek kognitif saja, namun
seharusnya mengarah kepada afektif. Maka selanjutnya pendidikan agama
akan mengarah kepada praktik dan kegiatan sosial dalam aktivitas
keseharian, baik di lembaga pendidikan maupun di luar lembaga
pendidikan.
Model pembelajaran yang demikianlah yang akan membuat peserta
didik lebih mampu untuk berpikir dan kreatif sehingga akan melahirkan
konklusi yang tidak sama dengan gurunya. Model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontrukstivistik yang sangat dianjurkan pada
dekade akhir-akhir ini untuk menggebrak dan meningkatkan mutu
pendidikan Nasional.
Salah satu hal yang penting lagi adalah budaya religius dapat
digunakan sebaga wahana pelaksanaan pendidikan karakter. Karakter anak
didik akan dapat dibentuk dan kualitas pendidikan akan mampu
ditingkatkan dengan anak didik melakukan pembelajaran dengan metode
pembiasaan, sehingga nilai-nilai religius akan langsung ter-include ke dalam
diri anak didik, dengan anak melakukan kegiatan yang merupakan bagian
dari budaya religius.
Strategi membangun budaya religius di SMA NU Al Ma’ruf Kudus
dilakukan melalui beberapa metode berdasakam penjabaran visi, misi dan
tujuan.
a. Visi
“Maju dalam Prestasi, Santun dalam Pekerti. Terwujudnya
generasi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah, cerdas, berkarakter
mandiri dan berakhlaqul karimah”. Batasan visi tersebut adalah maju
dan meningkat dalam prestasi baik akademik maupun nonakademik yang
selalu diimbangi oleh akhlak mulia dan kesantunan budi pekerti. Dengan
demikian, lulusan yang dihasilkan adalah pribadi-pribadi yang ceerdas,
terampil dan berbudi.
158
b. Misi
1) Membentuk pribadi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah yang beriman
dan bertaqwa.
2) Membentuk generasi yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.
3) Menjadi pribadi berkarakter dan berakhlaqul karimah.
4) Mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan memiliki
keunggulan di bidang akademik.
5) Menggiatkan pembelajaran ekstrakurikuler dan meningkatkan
prestasi non akademik.
6) Mampu mengimplementasikan tekhnologi dan komunikasi untuk
meningkatkan potensi akademik dan non akademik.
7) Mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi.
8) Mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
9) Memiliki bekal kehidupan untuk terjun di dunia kerja
c. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah antara lain :
1) Mewujudkan peserta didik beriman dan bertaqwa yang berhaluan
Ahlussunnah Wal Jama’ah dan warga negara yang bertanggung
jawab.
2) Membentuk generasi berkarakter dan berakhlakul karimah.
3) Meningkatkan perolehan nilai kemampuan akademik.
4) Memberikan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga
peserta didik mampu meningkatkan prestasi nonakademik.
5) Mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing melanjutkan studi
di perguruan tinggi.
6) Mewujudkan generasi yang mampu berkiprah dalam kegiatan
keagamaan dan kemasyarakatan.
7) Membekali peserta didik agar mampu terjun di dunia kerja.
d. Budaya Religius
Budaya merupakan suatu kesatuan yang unik dan bukan jumlah
dari bagian-bagian suatu kemampuan kreasi manusia
159
yang immaterial, berbentuk kemampuan psikologi manusia yang
immeterial, berbentuk kemampuan psikologis seperti ilmu pengetahuan,
teknologi, kepercayaan, keyakinan, seni dan sebagainya.
Agar budaya menjadi nilai-nilai yang tahan lama, maka harus ada
proses internalisasi budaya. Internalisasi berarti proses menanamkan dan
menumbuhkembangkan suatu nilai atau budaya menjadi bagian diri (self)
orang yang bersangkutan. Penanaman dan penumbuhkembangan nilai
tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik metodik pendidikan dan
pengajaran. Seperti pendidikan, pengarahan, indoktrinasi, brain
washing dan lain sebagainya.
Budaya Religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol
yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas, dan tenaga
kependidikan lainnya, siswa, atau warga sekolah pada umumnya. Sebab
itu budaya tidak hanya berbentuk simbolik semata sebagaimana yang
tercermin diatas, tetapi didalamnya penuh dengan nilai-nilai. Perwujudan
budaya juga tidak hanya muncul begitu saja tetapi melalui proses
pembudayaan.
Religious culture dalam konteks ini berarti pembudayaan nilai-nilai
agama Islam dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat, yang
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam yang diperoleh
siswa dari hasil pembelajaran di sekolah, agar menjadi bagian yang
menyatu dalam perilaku siswa sehari-hari dalam lingkungan sekolah atau
masyarakat. Bentuk kegiatan pengamalan budaya agama Islam di
sekolah, di antaranya adalah; membiasakan salam, membiasakan berdoa,
membaca al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai, membiasakan kultum,
membiasakan shalat dhuha, shalat dhuhur berjamaah, dzikir setelah
shalat, menyelenggarakan PHBI, menyantuni anak yatim, acara halal bi
halal, dan sebagainya.
Dengan demikian, budaya religius sekolah pada hakikatnya adalah
terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berperilaku
160
dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan
menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar
maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam
tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.
e. Strategi Membangun Budaya Religius
Proses perwujudan budaya religius dilakukan dengan dua strategi,
yaitu instructive sequential strategy dan structive sequential strategy.
1) Instructive Sequential Strategy
Pada strategi ini, upaya perwujudan budaya religius menekankan
pada asek struktural yang bersifat instruktif, yang mengandalkan
komitmen pemimpin untuk melakukan upaya sistematis melalui force
untuk mewujudkan budaya religius, sehingga punishment dijadikan
sebagai salah satu cara untuk mewujudkan budaya religius sekolah.
Adapun proses perwujudannya sebagai berikut:
a) penciptaan suasana religius,
b) internalisasi nilai,
c) keteladanan,
d) pembiasaan, dan
e) pembudayaan.
2) Structive Sequential Strategy
Pada straegi ini, upaya perwujudan budaya religius sekolah lebih
menekankan pada pentingnya membangun kesadaran diri (self
awareness), sehingga diharapkan akan tercipta sikap, perilaku dan
kebiasaan religius yang pada akhirnya akan membentuk budaya
religius sekolah. Adapun prosesnya sebagai berikut:
a) penciptaan suasana religius,
b) sikap,
c) perilaku,
d) kebiasaan, dan
e) pembudayaan.
161
Gambar 4.2
Strategi Membangun Budaya Religius Siswa
Visi:
“Maju dalam prestasi, santun dalam pekerti, terwujudnya generasi
muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah, cerdas, berkarakter mandiri dan
berakhlaqul karimah”
Misi: 1. Membentuk pribadi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah yang beriman dan bertaqwa.
2. Membentuk generasi yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.
3. Menjadi pribadi berkarakter dan berakhlaqul karimah.
4. Mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan memiliki keunggulan di bidang
akademik.
5. Menggiatkan pembelajaran ekstrakurikuler dan meningkatkan prestasi non akademik.
6. Mampu mengimplementasikan tekhnologi dan komunikasi untuk meningkatkan potensi
akademik dan non akademik.
7. Mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi.
8. Mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
9. Memiliki bekal kehidupan untuk terjun di dunia kerja
Tujuan: 1. Mewujudkan peserta didik beriman dan bertaqwa yang berhaluan Ahlussunnah Wal
Jama’ah dan warga negara yang bertanggung jawab.
2. Membentuk generasi berkarakter dan berakhlakul karimah.
3. Meningkatkan perolehan nilai kemampuan akademik.
4. Memberikan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga peserta didik mampu
meningkatkan prestasi nonakademik.
5. Mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi.
6. Mewujudkan generasi yang mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan
kemasyarakatan.
7. Membekali peserta didik agar mampu terjun di dunia kerja.
Budaya Religius: Budaya Religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru,
petugas, dan tenaga kependidikan lainnya, siswa, atau warga sekolah pada umumnya.
Instructive Sequential Strategy 1. penciptaan suasana religius,
2. internalisasi nilai,
3. keteladanan,
4. pembiasaan, dan
5. pembudayaan.
Structive Sequential Strategy 1. penciptaan suasana religius,
2. sikap,
3. perilaku,
4. kebiasaan, dan
5. pembudayaan.