bab iv pelaksanaan, hasil penelitian, dan...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
Pelaksanaan, Hasil Penelitian, dan Pembahasan
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Panunggalan 05
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah.
Jumlah siswa yang ada di SD Panunggalan 5 mulai dari kelas I sampai
kelas VI adalah sebanyak 115 siswa. Jumlah tenaga pendidik di SD Negeri
Panunggalan 05 sebanyak 11 Orang. 11 tenaga pendidik tersebut terdiri
dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru bahasa inggris, 2 guru agama
dan 1 guru penjaskes.
Penelitian ini dilakukan di kelas VI SD Negeri Panunggalan 02
Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan sebagai kelas uji coba
instrumen dan kelas VI SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon,
Kabupaten Grobogan sebagai kelas yang digunakan untuk eksperimen.
Jumlah siswa di SD Negeri Panunggalan 2 Kecamatan Pulokulon,
Kabupaten Grobogan sebagai kelas uji coba instrumen berjumlah 27
siswa. Sedangkan jumlah siswa di SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan
Pulokulon, Kabupaten Grobogan sebagai kelas eksperimen berjumlah 25
siswa. Adapun alasan yang menjadikan pertimbangan peneliti memilih
kelas VI SD Negeri Panunggalan 5, berdasarkan observasi pada tanggal 17
Februari 2016 pada kelas VI dalam mata pelajaran IPA dengan pokok
bahasan sistem tata surya, guru masih terlihat belum menerapkan metode
dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa terhadap
materi yang akan dipelajari, dan didukung dengan hasil belajar siswa yang
masih kurang membuat guru kelas mengusulkan pelaksanaan penelitian
dilaksanakan di kelas VI supaya mempersiapkan siswa dalam menghadapi
ujian maupun tes yang lainnya. Selain observasi dengan guru peneliti juga
melakukan wawancara kepada siswa siswi kelas VI SD Panunggalan 5,
39
hasilnya 23 dari 25 siswa di kelas VI tersebut mengatakan bahwa mereka
kurang menyukai mata pelajaran IPA karena materinya sulit-sulit dan
dalam penyampaiannya masih membosankan. Oleh karena itu penelitian
dilakukan di kelas VI SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2015/2016.
Penelitian pertama kali dilakukan dengan memberikan pretest pada
kelas VI dengan jumlah 25 siswa setelah instrument soal dikatakan valid,
dan reliabel. Kemudian peneliti baru mengadakan pretest yang telah
dilakukan pada tanggal 17 Maret 2016. Dalam penelitian ini pretest
dilakukan untuk mengukur hasil belajar IPA pada ranah kognitif sebelum
diberi perlakuan berdasarkan SK: 9. Memahami matahari sebagai pusat
tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya dan KD: 9.1.
Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya.
Kemudian dilakukan dengan memberikan posttest setelah diberi perlakuan
dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan
media lagu berdasarkan SK: 9. Memahami matahari sebagai pusat tata
surya dan interaksi bumi dalam tata surya dan KD: 9.1. Mendeskripsikan
sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 dan 26 Maret 2016
yang berkolaborasi dengan guru kelas VI SD Negeri Panunggalan 05 yaitu
bapak Jefri Yoga. P, S.Pd. SD dengan menggunakan model kooperatif tipe
talking stick berbantuan media lagu. Pembelajaran dilaksanakan pada jam
pertama dan kedua. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe
talking stick diawali dengan apersepsi menyanyikan lagu naik-naik
kepuncak gunung yang diganti liriknya dengan materi tata surya. Judul
lagu tersebut adalah “Sistem Tata Surya” siswa-siswi terlihat antusias saat
menyanyikan lagu tersebut, setelah beberapa kali lagu tata surya
dinyanyikan beberapa siswa sudah terlihat ada yang mulai meghafal
karena lagunya cukup mudah diingat oleh siswa, setelah itu guru mulai
menyampaikan tujuan pembelajaran. Untuk mempermudah proses
pembelajaran guru membagi siswa kedalam 5 kelompok. Setiap kelompok
40
memiliki 5 anggota secara acak. Guru mulai menyampaikan materi
pembelajaran dengan berpanduan pada buku paket SAINS untuk kelas VI
SD, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang kurang dipahami oleh siswa, siswa berdiskusi tentang materi
sistem tata surya secara berkelompok dan diberi waktu selama 15 menit,
setelah selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya guru
mempersilahkan siswa untuk menutup bacaan. Guru mengambil tongkat
dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu dengan diiringi
lagu “Sistem Tata Surya” tongkat digulirkan dari satu siswa ke siswa yang
lainnya. Guru memberhentikan lagu setiap saat, bersama dengan itu
tongkat berhenti dan dipegang oleh salah satu siswa. Siswa yang
beruntung akan mendapatkan sebuah pertanyaan dari guru dan mereka
harus menjawabnya secara langsung. Bersama dengan siswa guru
membahas dan membenarkan jawaban siswa yang kurang tepat.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpedoman pada RPP
yang disesuaikan dengan teori penggunaan model kooperatif tipe talking
stick. Pada pertemuan pertama siswa terlihat antusias saat bermain tongkat
berbicara/talking stick meskipun ada beberapa siswa yang masih melihat
papan tulis saat menyanyikan lagu “Sistem Tata Surya”. Pada pertemuan
kedua siswa diberikan materi yang sama dengan model kooperatif tipe
talking stick. Pada pertemuan kedua siswa sangat antusias saat mengikuti
pembelajaran bahkan seluruh siswa sudah menghafal lagu “Sistem Tata
Surya” dan menyanyikannya secara lantang baik saat apersepsi maupun
saat bermain talking stick. Namun begitu masih ada satu ataupun dua
siswa yang salah menjawab ketika mendapatkan soal dari guru saat
bermain talking stick. Disetiap akhir pembelajaran guru selalu melakukan
refleksi dan membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa. Setelah
pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan, pada pertemuan akhir
peneliti membagikan soal posttest. Data pretest dan posttest kemudian
dianalisis uji normalitas dan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan
uji t-test.
41
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini terdiri dari data deskriptif dan analisis data.
Deskriptif data meliputi data hasil observasi implementasi model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dalam proses belajar
mengajar dan hasil belajar IPA sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan
(posttest). Sedangkan analisis data meliputi uji persyaratan yaitu uji
normalitas selanjutnya uji t-test dengan menggunakan paired samples test.
4.2.1 Analisis Deskriptif setiap Variabel
4.2.1.1 Variabel X (Model Kooperatif tipe talking stick berbantuan
media lagu)
Model kooperatif tipe talking stick yang merupakan variabel X atau
variabel bebas merupakan suatu model yang digunakan guru dalam
kegiatan pembelajaran supaya siswa aktif dalam pembelajaran. Dalam
penerapan model kooperatif tipe talking stick ini menggunakan langkah-
langkah pembelajaran diawali dengan kegiatan persiapan, kegiatan
pelaksanaan, dan kegiatan penutup. Kegiatan persiapan diawali dengan
menyiapkan alat dan bahan pembelajaran seperti tongkat/stick, materi dan
RPP, menyampaikan tujuan dan apersepsi. Langkah selanjutnya kegiatan
pelaksanaan dilakukan dengan pemberian materi pelajaran serta membagi
siswa dalam lima (5) kelompok, membimbing kelompok bekerja dan
belajar. Kegiatan penutup mencakup penarikan kesimpulan, pemberian
evaluasi, memberikan penghargaan bagi kelompok belajar serta tindak
lanjut.
Berdasarkan pada langkah-langkah pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe talking stick peneliti kemudian menyusun lembar
observasi, yang berfungsi sebagai alat pengumpul data penggunaan model
kooperatif tipe talking stick dalam kegiatan pembelajaran. Observasi
dilakukan untuk memantau jalannya perlakuan pembelajaran sesuai
dengan ketentuan dan teori yang digunakan. Langkah-langkah tersebut
kemudian disusun menjadi lembar observasi yang di dalamnya peneliti
42
menyediakan 2 kolom. Pada kolom keterangan “ya” menunjukkan bahwa
kegiatan dilaksanakan sedangkan kolom keterangan “tidak” menunjukkan
bahwa kegiatan tidak dilaksanakan. Untuk 23 aspek yang akan diobservasi
berdasarkan langkah-langkah model talking stick observer harus mengisi
setiap pertanyaan dengan memberikan tanda centang (√) sesuai dengan
kenyataan yang dilihatnya.
Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe talking
stick 1 (satu) KD disampaikan dalam dua kali pertemuan dan setiap
pertemuan kegiatan pembelajaran diobservasi. Hasil observasi selama 2
(dua) kali pertemuan pada kelas perlakuan dengan model kooperatif tipe
talking stick dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1
Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 1
No Aspek Indikator Keterangan
ya tidak
1. Pra
pembelajaran
(Penyampaian
tujuan dan
motivasi siswa)
1. Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam. √ -
2. Guru memeriksa kesiapan siswa
sebelum pembelajaran dimulai. √ -
3. Guru mengadakan doa bersama. √ -
4. Guru melakukan presensi. √ -
5. Guru memberikan motivasi agar
siswa bersungguh-sungguh dalam
belajar.
√ -
2.
Kegiatan awal
6. Guru mulai melakukan apersepsi
sesuai materi yang akan diajarkan. √ -
7. Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk merangsang
berfikir.
√ -
8. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang
akan dicapai hari ini.melalui papan
tulis.
√ -
3.
Kegiatan inti
(penyajian
informasi,
pengorganisasian
ke dalam
9. Guru menyampaikan materi pokok
pembelajaran yang akan dipelajari. √ -
10. Guru memberikan kesempatan
untuk siswa bertanya tentang materi
yang belum jelas.
√ -
43
kelompok
belajar)
11. Guru membagi siswa ke dalam 5
kelompok. √ -
12. Guru menyiapkan materi
pembelajaran tambahan dalam
bentuk teks untuk dibaca dan
dipelajari oleh masing-masing
kelompok.
√ -
13. Siswa berdiskusi untuk membahas
masalah yang terdapat di dalam
wacana.
√ -
14. Setelah siswa selesai membaca
materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan siswa
untuk menutup bacaan.
√ -
15. Guru mengambil tongkat dan
memberikannya kepada salah satu
siswa, setelah itu dengan diiringi
media lagu anak-anak (berisi materi
pembelajaran) tongkat digulirkan
dari satu siswa ke siswa yang
lainnya.
√ -
16. Setelah lagu selesai dinyanyikan,
siswa yang memegang tongkat
terakhir harus menjawab pertanyaan
dari guru.
√ -
17. Demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
√ -
4. Kegiatan
Akhir
(evaluasi,
pemberian
penghargaan)
18. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
tentang hal yang belum dipahami.
√ -
19. Guru melibatkan siswa dalam
membuat kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran.
√ -
20. Guru memberikan soal evaluasi. √ -
21. Guru melakukan refleksi
pembelajaran. √ -
22. Guru memberikan penghargaan
terhadap siswa yang aktif dalam
pembelajaran, dan memotivasi
siswa yang lainnya.
√ -
23. Guru menutup pembelajaran. √ -
44
Dari hasil observasi pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif tipe talking stick di kelas VI SD N Panunggalan 5 pada
pertemuan 1 yang dikakukan pada pada tanggal 24 Maret 2016
menunjukkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sudah
memenuhi kriteria penggunaan model kooperatif tipe talking stick. oleh
karena itu pada pertemuan 1 dapat dikatakan guru sudah menerapkan
model kooperatif tipe talking stick dengan baik sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 2
No Aspek Indikator Keterangan
ya tidak
1. Pra
pembelajaran
(Penyampaian
tujuan dan
motivasi siswa)
1. Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam. √ -
2. Guru memeriksa kesiapan siswa
sebelum pembelajaran dimulai. √ -
3. Guru mengadakan doa bersama. √ -
4. Guru melakukan presensi. √ -
5. Guru memberikan motivasi agar
siswa bersungguh-sungguh dalam
belajar.
√ -
2.
Kegiatan awal
6. Guru mulai melakukan apersepsi
sesuai materi yang akan diajarkan. √ -
7. Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk merangsang
berfikir.
√ -
8. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang
akan dicapai hari ini.melalui papan
tulis.
√ -
3.
Kegiatan inti
(penyajian
informasi,
pengorganisasian
ke dalam
kelompok
belajar)
9. Guru menyampaikan materi pokok
pembelajaran yang akan dipelajari. √ -
10. Guru memberikan kesempatan
untuk siswa bertanya tentang materi
yang belum jelas.
√ -
11. Guru membagi siswa ke dalam 5
kelompok. √ -
12. Guru menyiapkan materi
pembelajaran tambahan dalam
bentuk teks untuk dibaca dan
√ -
45
dipelajari oleh masing-masing
kelompok.
13. Siswa berdiskusi untuk membahas
masalah yang terdapat di dalam
wacana.
√ -
14. Setelah siswa selesai membaca
materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan siswa
untuk menutup bacaan.
√ -
15. Guru mengambil tongkat dan
memberikannya kepada salah satu
siswa, setelah itu dengan diiringi
media lagu anak-anak (berisi materi
pembelajaran) tongkat digulirkan
dari satu siswa ke siswa yang
lainnya.
√ -
16. Setelah lagu selesai dinyanyikan,
siswa yang memegang tongkat
terakhir harus menjawab pertanyaan
dari guru.
√ -
17. Demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
√ -
4. Kegiatan
Akhir
(evaluasi,
pemberian
penghargaan)
18. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
tentang hal yang belum dipahami.
√ -
19. Guru melibatkan siswa dalam
membuat kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran.
√ -
20. Guru memberikan soal evaluasi. √ -
21. Guru melakukan refleksi
pembelajaran. √ -
22. Guru memberikan penghargaan
terhadap siswa yang aktif dalam
pembelajaran, dan memotivasi
siswa yang lainnya.
√ -
23. Guru menutup pembelajaran. √ -
Dari hasil observasi pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif tipe talking stick di kelas VI SD N Panunggalan 5 pada
pertemuan 2 yang dikakukan pada pada tanggal 26 Maret 2016
menunjukkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sudah
46
memenuhi kriteria penggunaan model kooperatif tipe talking stick dengan
baik karena terlihat pada tabel 4.1 bahwa semua prosedur telah
dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu pada pertemuan 2 dapat
dikatakan guru sudah menerapkan model kooperatif tipe talking stick
dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum
dalam RPP.
Hasil observasi yang ada pada 4.1 dan 4.2 secara keseluruhan
sudah menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan model kooperatif
tipe talking stick dalam pembelajaran IPA, sudah melakukan semua
prosedur sesuai dengan model kooperatif tipe talking stick dalam proses
belajar mengajar dengan baik atau sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran yang tercantum dalam RPP, hal tersebut ditunjukkan dengan
pemberian tanda centang (√) pada keterangan “ya” mengandung maksud
sudah dilaksanakan.
4.2.1.2 Variabel Y (Hasil Belajar Siswa)
Dalam penelitian ini pengumpulan data hasil belajar IPA siswa
kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
menggunakan teknik pretest-posttest yaitu sebelum siswa diberi perlakuan
atau treatment dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berbantuan media lagu siswa diberikan pretest terlebih dahulu untuk
mengukur kemampuan awal siswa, kemudian pemberian posttest
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mendapatkan
perlakuan (treatment). Instrument pretest dan posttest sebelumnya telah uji
coba pada kelas uji coba di kelas VI SD N Panunggalan 2 Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan yaitu pada tanggal 14 Maret 2016
selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
Skor hasil belajar pretest dan posttest yang diperoleh masih berupa
data mentah. Untuk mempermudah menarik kesimpulan dari data yang
telah diperoleh maka data mentah tersebut perlu diolah terlebih dahulu
untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut. Data skor
47
hasil belajar pretest dan posttest yang diperoleh dari kelas VI SD N
Panunggalan 5 disajikan dan dianalisis secara diskriptif. Tujuannya agar
data tersebut dapat dipaparkan secara baik dan disimpulkan secara mudah.
Deskriptif data meliputi penyusunan data dalam bentuk tampilan yang
mudah terbaca secara lengkap. Tabel distribusi frekuensi merupakan salah
satu bentuk penyajian data yang sering ditampilkan secara visual dalam
bentuk diagram batang maupun histogram untuk menyederhanakan bentuk
dan jumlah data sehingga lebih mudah dipahami. Untuk itu sebelum
dilakukan analisis deskriptif, terlebih dahulu dibuat tabel destribusi
frekuensi skor hasil belajar pretest dan posttest.
4.2.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Pretest
Pretest untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar ranah
kognitif) sebelum diberi perlakuan. Jumlah soal pretest sebanyak 10 soal
pilihan ganda dan 5 soal uraian yang diambil dari soal yang valid setelah
dianalisis validitas, dan reliabilitas. Skor hasil belajar ranah kognitif dari
hasil pretest yang diperoleh masih berupa data mentah. Untuk itu perlu
diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai
data tersebut.
Berikut ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil
belajar pretest. Untuk mempermudah membuat tabel distribusi frekuensi
skor hasil belajar pretest, pertama menentukan berapa banyaknya kelas
(K), setelah itu menghitung jangkauan (Range), dan panjang interval
kelasnya (I) dengan rumusnya seperti dibawah ini Sugiyono (2011):
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,33 log n
= 1 + 3,3 log 25
= 5,61 (dibuat menjadi 6 kelas)
Range (R) = (Skor maksimal – Skor minimal) + 1
= (72-36) + 1
= 37
48
Interval =
=
= 6,1 (dibuat menjadi 7)
Setelah diketahui banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan
berapa jumlah jangkauan (Range), dan panjang Interval Kelasnya (I),
kemudian disusun tabel distribusi frekuensinya. Rangkuman distribusi
frekuensi skor pretest dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Rangkuman Distribusi Frekuensi Skor Pretest
No Interval Frekuensi Presentase
1 36-42 4 16%
2 43-49 7 28%
3 50-56 8 32%
4 57-63 3 12%
5 64-70 1 4%
6 71-77 2 8%
Jumlah 25 100%
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 36
sampai dengan 42 terdiri dari 4 siswa dengan presentase 16%, siswa yang
mendapat nilai 43 sampai dengan 49 terdiri dari 7 siswa dengan presentase
28%, siswa yang mendapat nilai 50 sampai dengan 56 terdiri dari 8 siswa
dengan presentase 32%, siswa yang mendapat nilai 57 sampai dengan 63
terdiri dari 3 siswa dengan presentase 12%, siswa yang mendapat nilai 64
sampai dengan 70 terdiri dari 1 siswa dengan presentasi 4% dan siswa
yang mendapat nilai 71 sampai dengan 77 terdiri dari 2 siswa dengan
presentase 8% dari jumlah seluruh siswa kelas VI SD N Panunggalan 5
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Berdasarkan Kriteria
49
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 63) data hasil perolehan nilai pretest
(sebelum diberikan perlakuan) dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Ketuntasan Hasil Belajar Pretest
Kategori Range Pretest
Frekuensi Presentase (%)
Tuntas 63-100 3 12%
Tidak tuntas 0-63 22 88%
Jumlah 25 100%
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar pretest
dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 63) sebanyak 22 siswa atau 88% dari 25
siswa. Sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM ≥ 63) sebanyak 3 siswa atau 12% dari 25 siswa.
Distribusi selanjutnya dilakukan dilakukan analisis deskriptif. Di
bawah ini merangkum data empirik sebelum diberikan perlakuan
pembelajaran (pretest) menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berbantuan media lagu pada pelajaran IPA siswa kelas VI SD N
Panunggalan 5 berdasarkan SK. 9. Memahami matahari sebagai pusat tata
surya dan interaksi bumi dalam tata surya, dan KD. 9.1 Mendeskripsikan
sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya telah diklasifikasikan pada
tabel 4.5 Descriptive Statistics di bawah ini dengan ukuran tendensi sentral
(Mean), pengukuran penyimpangan (Range, Standar Deviation, dan
Variance)
50
Tabel 4.5
Descriptive Statistics Pretest
Tabel 4.5 menunjukkan jumlah (N) sebanyak 25 mempunyai
rentangan (range) sebesar 36 berfungsi untuk mencari panjang kelas dalam
distribusi frekuensi. Selanjutnya, skor maksimal 72 sedangkan skor
minimal sebesar 36 dengan rata-rata hitung (mean) 52,16. Kemudian
standar deviasi (Std. Deviation) sebesar 10,359 yang berfungsi untuk
menunjukkan tingkat (drajat) variasi kelompok atau ukuran standar atau
penyimpangan dari reratanya. Terakhir memiliki nilai varians (variance)
sebesar 107,307 yang berfungsi untuk mengetahui tingkat penyebaran atau
variasi data.
4.2.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Posttest
Penelitian ini juga terdapat posttest pada subjek penelitian. Posttest
digunakan untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar IPA pada ranah
kognitif) sesudah diberi perlakuan. Posttest dilakukan untuk mengukur
pengaruh penerapan model kooperatif tipe talking stick dalam
pembelajaran IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan. Jika ada perbedaan pretest sebelum
diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan dengan model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap hasil belajar
IPA, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara pembelajaran
sesudah diberi perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berbantuan media lagu dengan sebelum diberi perlakuan. Jumlah soal
posttest sebanyak 10 soal pilihan ganda, dan 5 uraian diambil dari soal
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Variance
PRETEST 25 36 36 72 52.16 10.359 107.307
Valid N (listwise) 25
51
yang valid setelah analisis validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran
instrument tes. Skor hasil belajar dari hasil posttest yang diperoleh masih
berupa data mentah. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu untuk
memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut.
Berikut ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil
belajar posttest. Untuk mempermudah membuat tabel distribusi frekuensi
skor hasil belajar posttest, pertama menentukan berapa banyaknya kelas
(K), setelah itu menghitung jangkauan (Range), dan panjang interval
kelasnya (I) dengan rumusnya seperti dibawah ini Sugiyono (2011):
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,33 log n
= 1 + 3,3 log 25
= 5,61 (dibuat menjadi 6 kelas)
Range (R) = (Skor maksimal – Skor minimal) + 1
= (96-56) + 1
= 41
Interval =
=
= 6,83 (dibuat menjadi 7)
Setelah diketahui banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan
berapa jumlah jangkauan (Range), dan panjang Interval Kelasnya (I),
kemudian disusun tabel distribusi frekuensinya. Rangkuman distribusi
frekuensi skor posttest dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Rangkuman Distribusi Frekuensi Skor Posttest
No Interval Frekuensi Presentase
1 56-62 1 4%
52
2 63-69 3 12%
3 70-76 5 20%
4 77-83 1 4%
5 84-90 3 12%
6 91-97 12 48%
Jumlah 25 100%
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 56
sampai dengan 62 terdiri dari 1 siswa dengan presentase 4%, siswa yang
mendapat nilai 63 sampai dengan 69 terdiri dari 3 siswa dengan presentase
12%, siswa yang mendapat nilai 70 sampai dengan 76 terdiri dari 5 siswa
dengan presentase 20%, siswa yang mendapat nilai 77 sampai dengan 83
terdiri dari 1 siswa dengan presentase 4%, siswa yang mendapat nilai 84
sampai dengan 90 terdiri dari 3 siswa dengan presentasi 12% dan siswa
yang mendapat nilai 91 sampai dengan 97 terdiri dari 12 siswa dengan
presentase 48% dari jumlah seluruh siswa kelas VI SD N Panunggalan 5
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 63) data hasil perolehan nilai posttest
(setelah diberikan perlakuan) dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Ketuntasan Hasil Belajar Posttest
Kategori Range Posttest
Frekuensi Presentase (%)
Tuntas 63-100 24 96%
Tidak tuntas 0-63 1 4%
Jumlah 25 100%
Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar posttest
dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 63) sebanyak 1 siswa atau 4% dari 25 siswa.
53
Sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥
63) sebanyak 24 siswa atau 96% dari 25 siswa.
Distribusi selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Di bawah ini
merangkum data empirik setelah diberikan perlakuan pembelajaran
(posttest) menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan
media lagu pada pelajaran IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5
berdasarkan SK. 9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan
interaksi bumi dalam tata surya, dan KD. 9.1 Mendeskripsikan sistem tata
surya dan posisi penyusun tata surya telah diklasifikasikan pada tabel 4.8
Descriptive Statistics di bawah ini dengan ukuran tendensi sentral (Mean),
pengukuran penyimpangan (Range, Standar Deviation, dan Variance).
Tabel 4.8
Descriptive Statistics Posttest
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Variance
POSTTEST 25 40 56 96 84.48 12.183 148.427
Valid N (listwise) 25
Tabel 4.8 menunjukkan jumlah (N) sebanyak 25 mempunyai
rentangan (range) sebesar 40 berfungsi untuk mencari panjang kelas dalam
distribusi frekuensi. Selanjutnya, skor maksimal 96 sedangkan skor
minimal sebesar 56 dengan rata-rata hitung (mean) 84,48. Kemudian
standar deviasi (Std. Deviation) sebesar 12,183 yang berfungsi untuk
menunjukkan tingkat (drajat) variasi kelompok atau ukuran standar atau
penyimpangan dari reratanya. Terakhir memiliki nilai varians (variance)
sebesar 148,427 yang berfungsi untuk mengetahui tingkat penyebaran atau
variasi data.
4.3 Uji Prasyarat
54
Sebelum dilakukan analisis Uji T-test, dilakukan uji prasyarat atau
sering disebut dengan uji asumsi terlebih dahulu. Dalam sebuah penelitian
teknik analisis yang digunakan menggunakan analisis parametrik dan
analisis nonparametrik. Menurut Slameto (2015) “ciri statistik parametrik
secara umum terletak pada jenis datanya yang berupa data interval atau
rasio, sementara distribusi datanya (populasi) mendekati normal hingga
normal”. Sedangkan ciri statistik non parametrik menurut Slameto (2015)
adalah “terletak pada jenis datanya yang berupa data nominal atau ordinal,
sementara distribusi datanya tidak diketahui atau bisa disebut tidak
normal”. Jika dalam penelitian ini digunakan analisis parametrik maka
seharunya dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah The One Grup
Pretest-Postest Desain. Dalam desain ini sampel yang digunakan hanya 1
kelas yaitu kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan yang sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu
sampel diberi pretest (tes awal) dan di akhir pembelajaran sampel diberi
posttest (test akhir) setelah diberi perlakuan menggunakan model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Maka uji prasyarat
yang digunakan hanya Uji Normalitas karena sampel yang digunakan
hanya 1 kelas yaitu kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan.
Uji normalitas digunakan kerena, untuk mengetahui apakah varian
memiliki distribusi normal atau tidak dengan tingkat signifikansi harus di
atas 0,05. Uji normalitas untuk kelas yang digunakan dalam eksperimen
oleh peneliti diambil dari nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) dan
posstest (setelah diberi perlakuan) dengan menggunakan model kooperatif
tipe talking stick berbantuan media lagu. Uji normalitas dilakukan sebelum
melakukan uji T-tes. Uji normalitas berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan SPSS 16.0, hasil uji normalitas nilai pretest-posttest pada
kelas yang dilakukan eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan
55
model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dapat dilihat
pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Output Uji Normalitas Nilai Pretest dan Posttest
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
pretestKE posttestKE gainscoreKE
N 25 25 25
Normal Parametersa Mean 52.16 84.48 32.32
Std. Deviation 10.359 12.183 13.262
Most Extreme Differences Absolute .165 .214 .119
Positive .115 .172 .110
Negative -.165 -.214 -.119
Kolmogorov-Smirnov Z .823 1.068 .594
Asymp. Sig. (2-tailed) .507 .204 .873
a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa instrumen pretest dan posttest
mempunyai data pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan
tingkat signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) 0,507 untuk pretest dan
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,204 untuk posttest. Jika dirumuskan 0,507 > 0,05
(pretest) dan 0,204 > 0,05 (posttest). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kedua data pretest dan posttest dinyatakan berdistribusi normal
dengan tingkat signifikasikan > 0,05. Untuk melihat sebaran data uji
normalitas di atas, berikut ini disajikan Gambar 4.3.2 yaitu grafik
normalitas hasil belajar pretest dan Gambar 4.3.3 yaitu Grafik normalitas
hasil belajar posttest.
56
Gambar 4.3.2 Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Pretest
Grafik 4.3.3 Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Posttest
4.4 Hasil Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah kelas VI SD N
Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan satu
perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking stick, artinya
57
sebelum diberikan posttest (diberi perlakuan) siswa terlebih dahulu
diberikan pretest (tanpa perlakuan). Untuk melakukan dan mendapatkan
hasil dari Uji T-test maka dapat menggunakan bantuan SPSS 16.0 dengan
Statistik Paired Sample T-test. Uji T-tes (Paired Sample T-test) dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
kooperatif tipe talking stick terhadap pencapaian kognitif siswa. Hasilnya
dapat dilihat juga melalui perbadaan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berbantuan media lagu pada pelajaran IPA. Karena hipotesis dalam
penelitian ini hanya ada satu yaitu ada atau tidaknya pengaruh model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap hasil belajar
IPA, maka hasil dari uji hipotesis tersebut hanya untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh dari 2 variabel. Dari hipotesis yang sudah
dirumuskan pada bab III yaitu:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan model kooperatif tipe
talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif
materi IPA siswa kelas VI SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan, dengan nilai sig > 0,05.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model kooperatif tipe
talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif
materi IPA siswa kelas VI SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan, dengan nilai sig < 0,05.
Untuk pengambilan keputusan apakah H0 ditolak atau diterima
maka menggunakan taraf signifikansi yaitu jika signifikansi > 0,05 maka
H0 diterima, jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Hasil analisis data
Uji T-test atau uji beda rata-rata (Paired Samples Statistics) menggunakan
SPSS For Windows Version 16.0 dapat dilihat pada tabel 4.10.
58
Tabel 4.10
Hasil Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pretestKE 52.16 25 10.359 2.072
posttestKE 84.48 25 12.183 2.437
Berdasarkan tabel 4.10 jumlah N sebanyak 25 siswa. Nilai rata-rata
hitung (mean) untuk pretest adalah 52,16, sedangkan (mean) untuk
posttest adalah 84,48 dengan simpangan baku (Std Deviation) pada pretest
sebesar 10,356, sedangkan posttest 12,183. Jadi rata-rata hasil belajar
siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking
stick berbantuan media lagu lebih tinggi dari pada sebelum diberi
perlakuan. Untuk selanjutnya dilakukan Uji t-test (Paired Samples T-test)
untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata nilai pretest dan
posttest. Hasil uji T-test (Paired Samples T-test) dari nilai pretest dan
posttest hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Uji T-test Pretest dan Posttest hasil belajar IPA
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 pretestKE -
posttestKE -32.320 13.262 2.652 -37.794 -26.846 -12.185 24 .000
59
Tabel 4.11 menunjukkan hasil t-hitung yang telah dilakukan
diperoleh dengan menggunakan Paired Samples Test. Berdasarkan hasil
analisis SPSS pada kolom Sig (2-tailed) diperoleh nilai 0,000. Jika pada
rumusan hipotesis yaitu H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu
terhadap pencapaian kognitif materi IPA Tata Surya siswa kelas VI SD N
Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dengan nilai
sig > 0,05. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian
kognitif materi IPA Tata Surya siswa kelas VI SD N Panunggalan 5
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan nilai sig < 0,05. Maka
dari hasil output disimpulkan bahwa H1 diterima karena sig < 0,05 yaitu
0,000 < 0,05. Berarti hal ini bermakna bahwa pencapaian kognitif IPA
siswa (pretest) sebelum diberi perlakuan berbeda dengan pencapaian
kognitif IPA siswa (posttest) setelah diberi perlakuan menggunakan model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Nilai rata-rata
pembelajaran sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berbantuan media lagu lebih tinggi dari nilai rata-rata pembelajaran
sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan
media lagu.
Hal ini diperkuat dengan informasi yang memaparkan nilai rata-
rata pembelajaran sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking
stick berbantuan media lagu dan nilai rata-rata pembelajaran sesudah
menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu.
Rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan model kooperatif tipe
talking stick berbantuan media lagu yaitu sebesar 52,16 dan rata-rata
pembelajaran sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berbantuan media lagu yaitu sebesar 84,48. Berarti rata-rata nilai siswa
sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan
media lagu dengan siswa sebelum menggunakan model kooperatif tipe
talking stick berbantuan media berbeda. Nilai posttest siswa yang
60
menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu
lebih tinggi daripada nilai pretest belajar siswa sebelum menggunakan
model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Dalam hal ini
diartikan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe talking
stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif materi IPA Tata
Surya. Jadi dapat disimpulkan: Terdapat pengaruh pencapaian kognitif
yang signifikan antara sebelum dan sesudah penggunaan model kooperatif
tipe talking stick berbantuan media lagu pada mata pelajaran IPA siswa
kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas VI SD N
Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan berjumlah 25
orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 8 siswa perempuan. Pada waktu
peneliti melakukan observasi langsung di kelas, dalam pembelajaran terlihat
masih banyak siswa yang cenderung kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Hal itu dibuktikan masih banyak siswa yang pasif, sering diam
dan ada beberapa siswa yang asik main sendiri ketika guru sedang
menyampaikan materi. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas VI
SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, banyak
siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran IPA sulit dipahami. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru
dalam pembelajaran kurang sesuai dengan karakter siswa ataupun materi
yang dipelajari. Akan tetapi antusias siswa meningkat ketika guru
menerapkan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dalam
pembelajaran IPA. Model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu
adalah suatu model pembelajaran menggunakan bantuan tongkat/stick yang
berperan melibatkan atau mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar dimana dalam proses belajar mengajar guru meminta siswa untuk
bernyanyi lagu singkat tentang materi tata surya sambil menggulirkan
61
tongkat/stick sebagai tongkat berbicara. Sebagian besar siswa berlatih untuk
aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi
yang telah diajarkan sehingga siswa yang berperan aktif terhadap kegiatan
pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas terlebih dahulu guru
mempersiapkan alat dan bahan lalu guru menjelaskan tujuan yang akan
dicapai dalam pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu kepada siswa, sehingga
siswa tidak mengalami kebingungan atau kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan
media lagu.
Desain eksperimen yang digunakan peneliti adalah The One Grup
Pretest-Postest Design. Sesuai dengan desain yang digunakan sampel terlebih
dahulu diberikan pretest sebelum diberikan posttest. Pretest dalam penelitian
ini merupakan hasil belajar ranah kognitif IPA siswa sebelum diberikan
perlakuan (model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu)
sedangkan posttest merupakan hasil belajar ranah kognitif IPA siswa setelah
diberikan perlakuan atau dalam pembelajarannya menerapkan model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Untuk hasil belajar
pretest dan posttest terdiri dari empat indikator yang dijadikan kisi-kisi
instrumen tes berupa soal pilihan ganda dan uraian yaitu 1) mencari informasi
tentang planet-planet yang beredar mengelilingi matahari, 2) menentukan
posisi-posisi planet dalam tata surya, 3) mendeskripsikan peredaran planet-
planet di dalam tata surya, 4) mendiskripsikan benda-benda langit yang
mengelilingi matahari selain planet.
Berdasarkan perbandingan hasil analisis penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Martiani (2014), Wahyuni (2013), dan Ulfa (2011) terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya terletak pada
penggunaan model pembelajaran talking stick (variabel bebas) dan mata
pelajaran yang terletak pada variabel terikat yaitu hasil belajar IPA, dimana
perbedaan dalam penelitian ini pembelajaran talking stick berfungsi sebagai
“model pembelajaran” sedangkan penelitian sebelumnya berfungsi sebagai
62
“metode pembelajaran”. Berdasarkan persamaan dan perbedaan yang telah
dilakukan dengan penelitian sebelumnya terdapat persamaan yang telah
diyakini dapat meningkatkan hasil belajar melalui model ataupun metode
pembelajaran talking stick pada mata pelajaran IPA, dimana dalam
pembelajaran model talking stick ini dapat menimbulkan antusias belajar
siswa yang tinggi, sehingga siswa mampu terlibat secara aktif dalam proses
kegiatan pembelajaran dan hasil pembelajaran siswa mengalami peningkatan.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu model kooperatif tipe
talking stick dan pencapaian kognitif IPA. Maka sesuai pengujian hipotesis
didapat pembahasan yaitu Terdapat pengaruh yang signifikan pada
pengunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu
terhadap pencapaian kognitif IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran
2015/2016. Hal itu terbukti dengan rata-rata nilai posttest (setelah diberikan
perlakuan) yaitu 84,48 dengan nilai terendah 56 dan nilai tertinggi 96 lebih
tinggi dibanding rata-rata nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan) yaitu
52,16 dengan nilai terendah 36 dan nilai tertinggi 96. Dilihat dari jumlah
siswa yang tuntas nilai petest sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM ≥ 63) sebanyak 3 siswa atau 12% dari 25 siswa. Sedangkan nilai
posttest sebanyak 24 siswa atau 96% dari 25 siswa. Meskipun terdapat
peningkatan pencapaian kognitif siswa tetapi masih ada 1 siswa yang belum
tuntas. Berdasarkan analisis Uji T-test menggunakan Paired Samples Test
pada kolom Sig (2-tailed) diperoleh nilai 0,000. Jika pada rumusan hipotesis
yaitu H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan model
kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian
kognitif IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan, dan nilai sig > 0,05. H1: Terdapat pengaruh yang
signifikan antara penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan
media lagu terhadap pencapaian kognitif IPA siswa kelas VI SD N
Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dan nilai sig <
0,05, maka dari hasil output disimpulkan bahwa Hα diterima karena sig <
63
0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Berarti dapat diambil keputusan bahwa: “Terdapat
pengaruh yang signifikan antara penggunaan model kooperatif tipe talking
stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif IPA siswa kelas VI
SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan”. Nilai
rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking
stick berbantuan media lagu lebih tinggi dari nilai rata-rata pembelajaran
sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media
lagu. Perbedaan pencapaian kognitif antara pretest dan posttest ini
dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran di dalam kelas.
Pembelajaran yang dipengaruhi pada model pembelajaran ini adalah mata
pelajaran IPA pada pokok bahasan sistem tata surya. Hal ini sesuai dengan
kelebihan model kooperatif tipe talking stick dimana dalam kegiatan
pembelajaran lebih berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator,
artinya dalam pembelajaran talking stick siswa akan lebih terlibat dan aktif
saat proses pembelajaran berlangsung, siswa diberi tanggung jawab lebih
untuk dapat memahami materi pembelajaran dan akan berlatih berbicara
mengungkapkan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru melalui
bantuan tongkat/stick, sehingga akan menimbulkan antusias siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian di atas dapat
diketahui bahwa pembelajaran IPA menggunakan model kooperatif tipe
talking stick berbantuan media lagu dapat melibatkan siswa aktif dan antusias
saat mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar
ranah kognitif siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Martiani (2014), Wahyuni (2013), dan Ulfa (2011) yang menyatakan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa atau hasil belajar siswa meningkat dan
melibatkan siswa aktif atau antusias saat mengikuti proses pembelajaran.
Dengan demikian pihak sekolah atau guru dapat menerapkan dan
mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Sesuai dengan
64
urian pembahasan yang ada dalam penelitian ini maka dapat dipaparkan
implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut:
a. Implikasi Teoritis
1. Pembelajaran kooperatif learning tipe talking stick menekankan pada
keaktifan siswa yang menciptakan suasana belajar siswa menarik dan
menyenangkan di kelas dengan melatih siswa untuk dapat berbicara dan
menyampaikan pendapat sambil bernyanyi gembira. Pembelajaran
menggunakan model kooperatif tipe talking stick menjadikan siswa lebih
aktif dan antusias dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran
menggunakan model kooperatif tipe talking stick siswa dituntut untuk
mampu mengungkapkan atau mengutarakan pendapat di depan kelas
misalnya dalam menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi
yang telah dipelajari, sehingga seluruh siswa mempersiapkan diri atau
belajar dengan giat agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan oleh guru. Dalam pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe talking stick siswa akan dibentuk menjadi beberapa
kelompok untuk mempelajari materi secara lebih mendalam. Dengan
berkelompok akan terbentuk interaksi yang positif dan komunikasi antar
siswa serta pertukaran pengetahuan atau pengalaman yang mereka miliki
akan bertambah. Masing-masing kelompok akan mendapat materi
tambahan terkait dengan mata pelajaran yang dipelajari. Siswa diberi
waktu untuk memahami dan mempelajari materi tersebut baru kemudian
bermain dengan tongkat/talking stick. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu
memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hal itu
terbukti rata-rata nilai posttest setelah diberikan perlakuan menggunakan
model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata nilai pretest sebelum diberikan perlakuan,
maka sebagai upaya sekolah dan guru dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dapat menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan
65
media lagu. Setelah membandingkan teori model kooperatif tipe talking
stick dengan penelitian hasilnya sejalan dan saling melengkapi. Setelah
pembelajaran model kooperatif tipe talking stick disesuaikan dengan
standar proses (EEK) maka model kooperatif tipe talking stick menjadi
lebih fleksibel atau mudah digunakan oleh guru dan hasilnya terbukti
bahwa model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu
berpengaruh pada hasil belajar siswa.
2. Secara signifikan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model kooperatif
tipe talking stick berbantuan media lagu yang disesuaikan dengan
karakteristik siswa serta materi yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini
penerapan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu
telah melibatkan siswa aktif atau antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga siswa akan lebih memahami materi yang
dipelajari dan tentunya hasil belajar IPA siswa meningkat. Hasil ini
mendukung pendapat Martiani (2014), Wahyuni (2013), dan Ulfa (2011)
yang menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu model atau metode yang digunakan, peran guru dalam mengajarkan
materi, serta peran siswa sebagai subjek didik.
b. Implikasi Praktis
1. Implikasi praktis berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi sekolah,
bagi guru, dan bagi siswa. Pembelajaran menggunakan model kooperatif
tipe talking stick dapat digunakan sebagai salah satu kebijakan yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Baik siswa
dengan karakteristik yang ulet, rajin, mandiri, memiliki kepercayaan diri
dan disiplin belajar yang tinggi atau siswa yang cepat bosan dengan
rutinitas di dalam kelas, kaku dan kurang antusias. Pembelajaran
menggunakan menggunakan model kooperatif tipe talking stick ini
menekankan pada aktifitas siswa untuk belajar dengan cara mengingat
materi pembelajaran secara berkelompok baik melalui penjelasan guru,
buku maupun lagu yang telah dinyanyikan untuk mempermudah siswa
66
dalam menghafal materi sekaligus melatih kemampuan siswa dalam
berbicara didepan kelas. Penggunaan menggunakan model kooperatif
tipe talking stick berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar
yang diperoleh siswa setelah diberikan perlakuan atau treatment
menggunakan menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berbantuan media lagu (posttest) mengalami peningkatan dibandingkan
hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest).
2. Pembelajaran menggunakan menggunakan model kooperatif tipe talking
stick memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan
aktifitas, kreatifitas, dan memudahkan siswa dalam mengingat materi
pembelajaran yang telah diberikan oleh guru, sehingga IPA tidak menjadi
pembelajaran yang membosankan atau sulit untuk dipelajari oleh siswa
dan hasil belajar siswa meningkat. Dengan demikian menggunakan
model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam mengajarkan
suatu materi terutama pada mata pelajaran IPA yang dalam proses
pembelajarannya bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa didalam
kelas.