bab iv pembahasan karakter tokoh naskah orang...
TRANSCRIPT
BAB IV
PEMBAHASAN KARAKTER TOKOH NASKAH ORANG ASING
BERDASARKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI
4.1 Identifikasi karakter tokoh berdasarkan pendekatan sosiologi.
Analisis karakter tokoh berdasarkan pendekatan sosiologi terhadap karya
sastra pasti akan meminjam norma-norma ilmu sosiologi, dan kenyataan yang
sebenarnya dimasyarakat untuk menjelaskan hubungan-hubungan antar unsur dalam
karya sastra. Sehingga implikasinya, persoalan persoalan yang kemudian muncul, dan
tidak dijelaskan dalam karya sastra, bisa diterangkan secara sosiologis. Anlisis tokoh
ini berfokus pada bagaimana relasi-relasi yang terjalin antara tokoh yang satu degan
tokoh yang lain dalam kondisi sosial yang ada. Maka, deskripsi hubungan antara
tokoh yang satu dengan tokoh lain bersifat sosiologis. Dari analisis relasi antar tokoh
inilah, maka persoalan sosial dalam karya sastra bisa diidentifikasi dan dirumuskan.
1. Analisis karakter tokoh Orang Asing
Tokoh sentral (utama) dalam naskah ini adalah Orang Asing, yaitu seorang
laki-laki kira-kira berumur 27 tahun, tingginya sedang, badannya agak lemah, kulit
kuning langsat, memiliki kumis dan jenggot runcing hitam. Lahir di tengah-tengah
keluarga miskin dilembah lituania. Lithuania merupakan daerah pertanian terpencil
dibawah pemerintahan Rusia. Diumur 13 tahun orang asing minggat dari rumah, ia
pergi ke kota besar utuk mencari kehidupan yang lebih baik dari kehidupannya saat
itu. Lahir sebagai seorang anak laki-laki membuat orang asing merasa bertanggung
jawab atas kehidupan keluarganya, sehingga diusia yang masih belia ia nekat
berangkat ke kota besar utuk mengubah nasib menjadi lebih baik. Dalam konteks
sosial kehidupan orang asing yang tinggal didusun terpencil, dilatar belakangi oleh
kemiskinan. Hal ini dapat dilihat pada dialog berikut :
27. Orang Asing
Sangat sunyi dan mengerikan disini. Aku kira orang bisa jadi gila karenanya.....mendengarkan angin bertiup dalam kayu, menyaksikan malam mendatang, berbulan-bulan begitu. (BERBALIK LIHAT ORANG-ORANG) aku bilang terus terang, aku mulai tak enak berjalan sendiri dihutan sehari suntuk, diantara pohon-pohon itu.
28. AYAH
Disebelah sana, dilembah. Ada beberapa rumah kira-kira tiga menit dari sini. Ndoro tentu tidak lewat sana, ya disana ada banyak orang.
29. IBU
(MENYIAPKAN MAKANAN LAGI) Dia memang barangkali mau kesana.
29. AYAH
Banyak pekerjaan diladang-ladang.
30. ORANG ASING
Tetapi dimusim hujan, kedaan lebih sukar bukan ?
31. AYAH
Ya, musim hujan memang sudah dekat.
32. ORANG ASING
Saya pikir kalian akan senang sesudah menabung barang sedikit, lalu pergi dari sini dan hidup dikota.
33. AYAH
Itu akan terjadi bila kambing bandot menetek anaknya, atau bila rezeki jatuh dari langit didepan si miskin.
34. IBU
Pak?
35. AYAH
Kita hampir-hampir tak dapat hidup dari tanah ini.
Hal ini menunjukkan bahwa fakta sosial keluarga miskin ini, menunjukkan
perilaku sosial orang asing sebagai seorang rakyat biasa yang hidup dalam
kemiskinan sama halnya dengan kedua orang tuanya yang sudah lama hidup sebagai
petani miskin. Sangat jelas terlihat bahwa kurangnya perhatian dari pemerintah,
membuat masyarakat yang hidup didaerah-daerah terpencil sulit untuk
membebaskan diri dari kemiskinan dan kebodohan. Status sosial masyarakat kelas
bawah membentuk karakter orang asing menjadi pribadi yang lemah dan kaku akan
tetapi keberaniannya melawan takdir kehidupan, membuatnya sukses dikota besar.
Dapat dilihat pada dialog berikut:
21. ORANG ASING
(AGAK BINGUNG) Aku kesasar, aku coba-coba jalan kaki ke bumiayu. Hari sangat cerah...aku suka betul jalan kaki dan kebetulan aku mengelilingi kota kecil daerah ini, ada..urusan.. ya, urusan pemerintah.
22. AYAH
Bumiayu? Ndoro terlalu nyasar dari jalan besar. Ndoro tentunya lelah. Apalagi dengan koper itu. Ndoro mungkin nanti bisa dirampok.
23. ORANG ASING
(MEMBUKA KOPERNYA) Ah, tidak banyak isi koper ini, hanya kertas-kertas saja. (RIANG) tatapi banyak uang. (MENGELUARKAN UANG) lihat banyak uang. Dengan ini saya bisa membelikan rumah sepuluh kali sebesar ini lengkap dengan isinya. Aku berani bertaru, kalian belum pernah lihat uang segitu banyak diatas meja. (IA MENGELUARKAN LAGI, KETAWA HISTERIS DAN MINUM TUAKNYA)
Fakta ini menunjukkan bahwa kehidupan orang asing berubah menjadi orang
sukses dikota besar. Latar sosial masyarakat perkotaan yang jauh berbeda dengan
kehidupan dipedesaan, membuat orang asing berlajar beradaptasi dengan lingkungan
masyarat yang baru. Akan tetapi, keberadaan ruang sosial ini menyebabkan terjadinya
perubahan devinisi sosial bagi orang asing, dimana kehidupan dikota besar jauh lebih
baik dibandingan dengan tetap tinggal dan miskin dipedesaan. Hal ini dapat dilihat
pada diaolog berikut
14. ORANG ASING
(JALAN AGAK KAKU MENDEKATI GADIS) Aku kira seorang gadis muda dan manis seperti kau, kadang-kadang tentu akan merasa jemu, hidup kerja terus-menerus ditempat seram seperti ini....meski indah sekalipun.
15. GADIS
(SETENGAH PADA DIRI SENDIRI) Saya punya kegembiraan sendiri.
16. ORANG ASING
Enak dikota besar. Jalan-jalan terang benderang dan sibuk. Darahmu akan mengalir lebih cepat. Sayang sekali kau tak akan tahu. Tak sadarkah kau hanya akan jadi kasar dan tua disini. Tiap hari akan makin kaku dan bodoh, kerja, kerja, kerja, kemudian kau akan seperti ibumu yang akhirnya kerdil dan jelek kemudian mati. Nah, apa katamu (KETAWA SEDIKIT HISTERIS) bila mendadak datang seorang satria (MELIHAT KEPADA GADIS) dan berjanji akan membawa kau ke kota besar dan kemudian memperlihatkan segala sesuatu kepadamu......membelikan pakaian dan perhiasan...dan memberikan padamu segala yang terbaik, seperti seorang putri....
Peristiwa diatas menunjukkan bahwa efek sosial yang muncul adalah arogansi
orang asing sebagai individu yang berada dalam struktur sosial masyarakat kelas atas.
Meskipun awalnya memiliki latar sosial yang sama dengan keluarganya, lantas
keadaan ini berubah saat orang asing berada dalam struktur sosial yang berbeda.
Akan tetapi, keadaan ini tidak lantas mengubah kesadaran orang asing terhadap nilai-
nilai kemanusian. Dapat dilihat pada dialog berikut :
7. ORANG ASING
Ah, saya kira berat, untuk mengurus segalanya hanya dengan seorang lelaki dalam keluarga atau....(JELAS) ibu punya anak laki-laki tentunya (MENYINDIR).
8. IBU
Tidak, dulu ada seorang. Ia minggat waktu berumur tiga belas tahun.
9. ORANG ASING
(DENGAN TERTAWA KECIL, SOPAN DAN AGAK GUGUP) Sayang, aku sangka wanita ingin ada orang yang ada orang yang akan melindunginya. Dan kini sebagai seorang ibu, ibu tentu akan menerima kembali anak itu bila ia pulang kerumah untuk menolong ibu dihari tua?
Maka dapat disimpulkan bahwa karakter orang asing terbentuk berdasarkan latar
kehidupan keluarganya yang hidup sebagai petani miskin, sifat kaku dan lemah yang
dimiliki orang asing merupakan dampak dari latar sosial kehidupan orang asing yang
hidup dibawah garis kemiskinan. hal ini menjelaskan bahwa latar sosial masyarakat
dapat mempengaruhi segala tindak dan laku seseorang.
2. Analisis karakter tokoh Ibu.
Tokoh ibu merupakan tokoh utama dalam naskah “Orang Asing”, ibu adalah
seorang perempuan paruh bayah kira-kira berumur 45 tahun, tingginya sedang,
badannya agak bungkuk karena keras bekerja, mukannya kurus, hidup sebagai petani
miskin didusun terpencil. Dalam konteks sosial, masyarakat pedesaan cenderung
hidup dibawah garis kemiskinan. latar sosial masyarakat kelas bawah merupakan
gambaran dari sisi kehidupan ibu yang menjadikanya sebagai sosok perempuan yang
kuat bekerja demi kelanjutan hidup keluarganya. Hal inipulah yang membentuk
karakter ibu menjadi seorang perempuan yang keras dan berani meski hidup ditengah
hutan. Dapat dilihat dari dialog berikut :
1. ORANG ASING
(BERDIRI) Apakah tidak takut sendiri dirumah terpencil ini, hanya dua perempuan. malam-malam seperti ini...?
2. IBU
Apa yang akan kami takutkan? Apa yang akan dirampok dari kami dan siapalah yang mau dengan saya? Sinah akan menghajar mereka. Ia lebih kuat dari kebanyakan lelaki.
Fakta ini mejelaskan bawah sosok ibu tidak seperti perempuan pada umumnya
yang cenderung penakut dan manja. Sangat jelas terihat bahwa status sosial
masyarakat, sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat itu sendiri. dalam hal ini
ibu merupakan seorang perempuan yang sama sekali tidak memiliki rasa takut
terhadap apapun. Namun kenyataan hidup sebagai masyarakat miskin, membuat ibu
cemas memikirkan kelangsungan hidup keluarganya. dapat dilihat pada dialog
berikut:
48. IBU
Apa yang kau bawa dari hutan?
49. AYAH
Tidak bawa apa-apa. Hutan terkutuk. Tak ada binatang, tak ada burung. (SEMUA DIAM MATI)
50. IBU
(DUDUK SEBELAH AYAH). Kita tak punya apa-apa. Bagaimana jika nanti hujan mulai datang?
Dialog di atas menjelaskan bahwa masyarakat pedesaan sangat bergantung pada
hasil alam sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat itu sendiri. fakta ini
mengungkapkan masyarakat yang tinggal didaerah terpencil senantiasa hidup
dibawah garis kemiskinan. hal ini yang kerap membuat ibu cemas akan kelangsungan
hidup keluarganya, terutama jika alam mulai tidak bersahabat. Namun berbagai
macam problematika kehidupan yang dialami ibu membuatnya menjadi sosok ibu
yang tegar dalam menghadapi kenyataan yang ada. Dapat dilihat pada dialog berikut :
51. AYAH
Aku lapar. Tak pernah cukup makan dirumah setan ini. Tak bisa hidup kita dari tanah ini.
52. IBU
Telahku berikan sebagian makanan padanya. Aku tau dia kaya, kita akan dapat persen dari dia. Cukup buat makan delapan hari, mungkin.
53. AYAH
Lalu?
54. IBU
Kita sampai sekarang masih bisa hidup.
Sangat jelas terlihat bahwa kenyataan yang dihadapi keluarga miskin ini, bukan
merupakan masalah baru bagi ibu dan keluarganya. meskipun begitu, ibu tidak serta
merta berbuat baik, dengan tidak memikirkan kelangsungan hidup keluarganya.
Dengan demikian pola pikir masyarakat yang hidup serba kekurangan, sering
menganggap tidak ada yang gratis didunia ini. Dapat dilihat dari dialog berikut :
55. AYAH Dia gila kataku. Siapa yang pernah mendengar orang jalan dihutan karena suka, kalau tidak karena gila. Dengan pakaian mentereng, membawa koper
56. GADIS
Tak ada orang yang liat dia datang kemari.
57. IBU
Jika dia gila, kita bisa dapat hadiah karena memelihara dia. Orang tuanya tentu kaya.
58. AYAH
Dia tidak gila, tetapi aneh. Ada yang membikin dia gila. Buat apa dia kemari. Uang itu semuanya. Cara dia ngomomg. Kau kira semua itu dia punya.
(IBU DAN GADIS SALING MEMANDANG SEDANG MENGGERAKKAN KEPALANYA)
59. IBU
Jika bukan kepunyaanya...
60. AYAH
Dia seperti maling. Lagak lakunya seperti maling. Barangkali dia mencuri, dia lari, sembunyi. Sebab itu dia datang kemari.
61. GADIS
Tak seoarangpun tahu, kalau dia kesini.
62. IBU
Kalo dia maling, kita akan dapat hadiah melaporkan dia.
Berdasarkan fakta ini, maka jelas terlihat bahwa perilaku masyarakat yang tidak
dilatar belakangi oleh ilmu pendidikan, sangat berpengaruh pada pola pikir
masyarakat itu sendiri terhadap anggota masyarakat yang lain. hal inilah yang
memicu perbedaan pendapat pada keluarga miskin ini. Maka dapat disimpulkan
bahwa karakter ibu dalam naskah iini digambarkan sebagai sosok wanita paruh baya
yang hidup sebagai petani miskin, keadaan ini yang mengharuskannya bekerja keras
demi kelangsungan hidup keluaganya. Sifat keras ibu terbentuk karena kelas sosial
masyarakat mayoritas miskin yang hidup didusun terpencil, senantiasa harus
membanting tulang demi kelangsungan hidup keluarganya.
1. Analisis karakter tokoh Ayah
Ayah adalah seorang laki-laki paru bayah kira-kira berumur 49 tahun, tingginya
sedang, badannya tegap. Hidup sebagai petani miskin bersama istri dan anaknya.
Latar sosial pedesaan yang ditempati oleh masyarakat miskin adalah tempat dimana
ayah dan keluarganya menggantungkan hidup mereka. Sosok ayah tidak lepas dari
perannya sebagai kepala rumah tangga, dimana ia bertanggung jawab atas hidup anak
dan istrinya. Dilihat dari fakta sosial masyarakat pedesaan sulit melepaskan diri dari
kemiskinan. Dapat dilihat dari dialog berikut:
48. IBU
Apa yang kau bawa dari hutan?
49. AYAH
Tidak bawa apa-apa. Hutan terkutuk. Tak ada binatang, tak ada burung. (SEMUA DIAM MATI)
50. IBU
(DUDUK SEBELAH AYAH). Kita tak punya apa-apa. Bagaimana jika nanti hujan mulai datang?
51. AYAH
Aku lapar. Tak pernah cukup makan dirumah setan ini. Tak bisa hidup kita dari tanah ini.
Peristiwa diatas menunjukkan bahwa ayah merupakan sosok laki-laki yang
kuat bekerja, membanting tulang demi menafkai keluarganya. akan tetapi kondisi
alam yang tidak menentu membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup
keluarganya. Dilihat dari latar sosial, keadaan ini sulit terelekkan terutama bagi
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kondisi alam sekitar, ditambah lagi
musim pancoraba yang bisa datang kapan saja membuat masyarakatnya hidup serba
kesulitan. Hal inilah yang sering membawa pengaruh buruk pada anggota masyarakat
itu sendiri. keberadaan ruang sosial ini menyebabkan terjadinya perubahan devinisi
sosial bagi ayah, dimana ia menyadari bahwa hidup miskin dipedesaan tidak
membuat hidup keluarganya menjadi lebih baik melainkan jauh lebih buruk.
berangkat dari keadaan inilah yang akhirnya memicu kecemburuan sosial terhadap
anggota masyarakat yang lain. Dapat dilihat pada diaolog berikut :
65. AYAH
(BERSANDAR DEKAT MEJA) Aku bekerja, pelihara kamu berdua. Bekerja sekuat tenaga dan aku akan mati kelaparan. Tapi dia maling, dia seorang diri dan punya banyak uang. Jika Tuhan ada, apa itu akan dibiarkannya?
66. IBU
Pak…
67. AYAH
(SEPERTI TAK SUKA DAN MAKIN KERAS) Kita sama-sama punya hak, apa artinya uang orang buruan seoarang diri, seperti dia.
Berdasarkan fakta diatas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh ayah memiliki
watak keras, perilaku sosial ini merceminkan sosok ayah sebagai seorang anggota
masyarakat yang telah lama hidup dalam kesengsaraan. Dalam konteks sosial
keadaan ini jelas tidak mudah bagi ayah akan tetapi sosoknya yang kuat
menjadikanya sebagai sorang bapak yang tetap bertanggung jawab atas hidup
keluarganya.
2. Analisis karakter tokoh Gadis
Gadis adalah tokoh utama dalam naskah ini. Ia dalah perempuan yang baru
saja dewasa. Lahir sebagai seorang perempuan, tidak lantas membuatnya menjadi
manja. Latar sosial yang ia tempati menjadikannya sebagai sosok perempuan yang
kuat, bahkan lebih kuat dari pada laki-laki. Dapat dilihat pada dialog berikut.
3. ORANG ASING
(BERDIRI) Apakah tidak takut sendiri dirumah terpencil ini. Hanya dua perempuan. Malam-malam seperti ini...
4. IBU
Apa yang akan kami takutkan ? apa yang akan dirampok dari kami dan siapalah yang mau dengan saya? Sinah akan menghajar mereka ia lebih kuat daripada kebanyakan lelaki.
3. ORANG ASING
(MEMBUNGKUK DENGAN PERASAAN TIDAK ENAK) Anak itu tegap badannya.
4. IBU
Dia kuat. Dia harus bekerja diladang dengan ayahnya.
Berdasarkan dialog tokoh-tokoh diatas, menjelaskan bahwa gadis adalah sosok
perempuan pekerja keras yang kerap membantu ayahnya bekerja diladang, sehingga
fisiknya menjadi kuat dan tegap badannya. Jika dilihat berdasarkan latar sosial maka
fakta ini mengungkapkan bahwa perempuan-perempuan yang tinggal didesa
terpencil, adalah prempuan-perempuan pekerja keras. Hal inilah yang membuat sosok
gadis tumbuh menjadi perempuan yang kasar, tidak seperti kebanyakan perempuan
pada umumnya. Dapat dilihat pada dialog berikut:
16. ORANG ASING
Enak dikota besar. Jalan-jalan terang benderang dan sibuk. Darahmu akan mengalir lebih cepat. Sayang sekali kau tak akan tahu. Tak sadarkah kau hanya akan jadi kasar dan tua disini. Tiap hari akan makin kaku dan bodoh, kerja, kerja, kerja, kemudian kau akan seperti ibumu yang akhirnya kerdil dan jelek kemudian mati. Nah, apa katamu (KETAWA SEDIKIT HISTERIS) bila mendadak datang seorang satria (MELIHAT KEPADA GADIS) dan berjanji akan membawa kau ke kota besar dan kemudian memperlihatkan segala sesuatu kepadamu......membelikan pakaian dan perhiasan...dan memberikan padamu segala yang terbaik, seperti seorang putri....
17. GADIS
(BERDIRI CEPAT DAN BERJALAN MENUJU ORANG ASING, AGAK PINCANG) aku pincang, digigit anjing, ndoro ingin lihat? (DIA MENGANGKAT KAINNYA DAN MENUNJUKKAN TEMPAT DIBAWAH LUTUT) apakah kaki seorang seperti ini? Lihat bekas ini. (memperlihatkan tangannya) gara-gara sebuah paku besar ini. (LUTUT KIRI ORANG ASING DIPIJAT DENGAN TANGANNYA DAN MENENGOK KEATAS, SENYUM SEDIKIT. ORANG ASING TERIAK SEDIKIT DAN MELANGKAH MUNDUR AGAK KAGET) pernah ndoro rasakan tangan seorang putri seperti ini?
Berdasakan peristiwa diatas maka dapat dilihat bahwa gadis memiliki cacat
fisik yang diakibatkan oleh gigitan hewan(anjing). Dalam konteks sosial, perempuan
yang hidup sebagai seorang pekerja yang kesehariannya melakukan pekerjaan laki-
laki akan menjadi sosok perempuan yang keras, hal ini dapat dilihat dari perilaku
sosial masyarakat itu sendiri. Dimana gadis seharusnya menjadi perempuan yang
lembut lakunya, akan tetapi keadaan dan faktor lingkunganlah yang akhirnya
mengubah ia menjadi seperti sosok laki-laki.
Hal ini juga yang pada akhirnya membuat dirinya menjadi perempuan yang
kaku dan kasar, efek sosial yang muncul adalah rasa tidak percaya diri dikarenakan
ia memiliki kekurangan fisik. Maka dapat disimpulkan bahwa tokoh gadis memiliki
perwatakkan yang keras, dimana ia lahir sebagai seorang perempuan, akan tetapi
hidup dan bekerja seperti seorang laki-laki. Badannya kuat dan tegap, faktor
lingkunganlah yang paling mempengaruhi terbentuknya karakter gadis sehingga ia
menjadi sosok perempuan yang kaku dan kasar.
4.2 Analisis Permasalahan Sosial Antar Tokoh.
1. Orang Asing dengan Ibu
Relasi tokoh-tokoh antara Orang Asing dengan Ibu tidak terjalin begitu baik,
hal ini disebabkan oleh faktor ketidak dekatan antara ibu dengan anak. latar sosial
kehidupan orang asing dan keluarganya yang hidup sebagai petani miskin, membuat
hubungan keduanya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keadaan inilah yang
membuat Orang Asing minggat diumur 13 tahun. Belasan tahun keduanya tidak
bertemu, hingga pada suatu malam yang tidak di sangkah-sangkah, Orang Asing
kembali kerumah orang tuanya tanpa seorangpun mengenalinnya. Sambil menunggu
Ayahnya Pulang, Orang Asingpun mencoba menyinggung keberadaan anak laki-laki
di tengah-tengah keluarga kecil ini. Dapat dilihat pada dialog berikut:
3. ORANG ASING
Ah, saya kira berat, untuk mengurus segalanya hanya dengan seorang lelaki dalam keluarga atau... (JELAS) ibu punya anak laki-laki tentunya. (MENYINDIR)
4. IBU
Tidak, dulu ada seorang. Ia minggat waktu berumur tiga belas tahun.
5. ORANG ASING
(DENGAN TERTAWA KECIL, SOPAN DAN AGAK GUGUP) Sayang, aku sangka wanita ingin ada orang yang akan melindunginya. Dan kini sebagai seorang ibu, ibu tentu akan menerima kembali anak itu bila ia pulang kerumah untuk menolong ibu dihari tua
Dengan berdasarkan dialog diatas maka jelas sekali Orang Asing sangat
menyanyangi Ibunya, akan tetapi Ibunya sendiri tidak yakin bahwa akan menerima
kepulangan anaknya jika ia benar-benar kembali. Bahkan mungkin Ibu tidak pernah
lagi berharap anak laki-lakinya akan pulang dan membahagiakanya dihari tua. Akan
tetapi Orang Asing tidak serta merta mengaku baahwa ia adalah putranya. Melainkan
ia mengaku sebagai orang yang kesasar dihutan. Dapat dilihat pada dialog berikut :
19. ORANG ASING
Apakah bapak tuan rumah disini? Apa kabar, pak? Istri bapak sangat baik, memperbolehkan aku tidur disini. Aku tersesat dihutan dan kemalaman. Tapi aku sangat beruntung menemukan rumah ini.
20. AYAH
Bagaiman ndoro sampai dalam hutan dengan pakaian seperti itu?
21. ORANG ASING
(AGAK BINGUNG) Aku kesasar. Aku coba-coba jalan kaki ke bumiayu. Hari sangat cerah...aku suka betul jalan kaki dan kebetulan aku mengelilingi kota kecil daerah ini, ada...urusan...ya, urusan pemerintah.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa Orang Asing telah kembali kerumah orang
tuanya, dengan berpura-pura tersesat dihutan. akan tetapi ia menyembunyikan
identitasnya sebagai anak kandung dari keluarga miskin ini. Jelas terihat bahwa
Orang Asing bukan lagi sebagai masyarakat biasa, ia telah bekerja sebagai pejabat
negara (pemerintah) dikota besar. Meskipun keduanya menduduki sruktur sosial yang
sama, yaitu Orang Asing menjadi pejabat negara, sedangkan ibunya sebagai
masyarakat biasa. Tetapi pranata sosial yang berubah menyebabkan terjadinya
perubahan definisi sosial diantara keduannya. Dapat dilihat pada dialog berikut:
23. ORANG ASING
(MEMBUKA KOPERNYA) Ah, tidak banyak isi koper ini, hanya kertas-kertas saja. (RIANG) tatapi banyak uang. (MENGELUARKAN UANG) lihat banyak uang. Dengan ini saya bisa membelikan rumah sepuluh kali sebesar ini lengkap dengan isinya. Aku berani bertaru, kalian belum pernah lihat uang segitu banyak diatas meja. (IA MENGELUARKAN LAGI, KETAWA HISTERIS DAN MINUM TUAKNYA)
Hal ini menunjukkan perilaku sosial Orang Asing sebagai pemerintah yang
bergelimang harta, terlihat sombong ketika ia mengeluarkan banyak uang dengan
sikap yang agak berbelebihan. Sedangkan ibunya yang hidup dalam pranata sosial
masyarakat desa tetap bersikap biasa saja. Akan tetapi justru hal inilah yang akhirnya
membuat ibu merasa tidak sia-sia ia telah berbuat baik terhadap tamu mereka, yang
sebenarnya adalah anak kandungnya sendiri. dapat dilihat pada dialog berikut:
52. IBU
Telahku berikan sebagian makanan padanya. Aku tau dia kaya, kita akan dapat persen dari dia. Cukup untuk makan delapan hari, mungkin.
Setelah mengetahui Orang Asing adalah orang kaya, maka Ibu berharap akan
mendapat persen, karena telah berbuat baik pada Orang Asing. Mungkin cukup untuk
persediaan delapan hari. Akan tetapi justru hal inilah yang akhirnya menjadi akar
permasalahan relasi sosial antara Orang Asing dengan Ibu, sebab harta milik orang
asing memicu keserakahan ibu demi kelanjutan hidup keluarganya dapat dilihat pada
dialog berikut:
72. IBU
(MEMERAS TANGANNYA MENDEKATI DAPUR)N) Kita akan kelaparan dimusim hujan nanti.
Juga pada dialog berikut:
79. IBU
(DENGAN SUARA RENDAH CEPAT) Dia tidur. Ia tidak akan melawan. Kami akan datangi dia. Tak ada orang tahu. Kita harus dapatkan uang itu...kau pengecut.
Fakta ini mengungkapkan bahwa kekayaan milik orang asing akhirnya
membutakan hati dan pikiran Ibu, dimana ia berencana menyuruh suaminya untuk
membunuh dan merampas harta Orang Asing selagi ia tidur. Maka jelas terlihat
bahwa hubungan batin antara ibu dengan anak sama sekali tidak dirasakan oleh Ibu
yang mengandung dan melahirkan Orang Asing sebagai anak laki-lakinya. Hingga
pada akhirnya nilai-nilai kemanusiaan terhadap sesama manusia yang merupakan
anggota masyarakat tidak lagi dipedulikan oleh Ibu yang telah dibutakan oleh harta.
Dapat dilihat pada dialog berikut:
82. IBU
Sudah beres?
83. AYAH
Aku.... (MERINGKUS) tidak. Aku rasa mau muntah. Aku tak bisa. Aku tak jadi masuk. Aku bekerja sehari-hari. Aku jadi sakit. (BATUK DAN GERAKKAN LEHERNYA).
84. IBU
Mesti
Tujuannya adalah menghabisi nyawa Orang Asing. Hingga pada akhirnya Ibu dan
Gadislah yang akhirnya membunuh Orang Asing dengan kejam.
Juga dialog berikut:
198. IBU
(JALAN KEARAH KAMAR ORANG ASING) Ayuh lekas, yah, nabi!syukur!
Maka dengan seketika Orang Asingpun meninggal dengan tragis. Dan selang
beberapa waktu setelah membunuh Orang Asing, barulah semuanya terungakap oleh
Tukang Warung bahwa sebenarnya Orang Asing itu adalah anak laki-laki mereka
yang dulu minggat. Dan kini telah kembali untuk menolong kedua orang tuannya
dihari tua. Maka fakta ini menjelaskan bahwa persoalan sosial yang terjadi antara
Orang Asing dan Ibu muncul karena status sosial yang tidak lagi sama. Sebab Orang
Asing yang telah menduduki latar sosial sebagai masyarakat kelas atas sama sekali
tidak pernah berpikir bahwa sebuah lelucon yang ia buat untuk memberi kejutan
untuk keluargannya ternyata berdapak serius hingga nyawanya melayang. Dapat
dilihat pada dialog berikut :
234. TUKANG WARUNG
(KETAWA GELAK) Semua sampai hampir semaput mendengar. Dia bilang padaku : Akan aku bilang. Aku orang kaya yang kesasar dihutan dan perlu penginapan. Aku akan perlihatkan uangku, aku akan perhatikan muka mereka dan pandang mereka. Dan esok harinya aku akan bilang. Lihat inilah anakmu yang telah meninggal dan yang telah kembali. Sangat gembira nampaknya. “Kau akan bisa simpan rahasiamu semalam-malaman” kataku. Dan rupanya memang tak bisa. Aku tak bisa simpan rahasia itu. “Akulah yang pertama-tama akan kasih selamat pada mereka besok pagi” kataku. Biarlah sekarang aku kasih selamat kamu semua. (MINUM DARI GELAS)
Maka dapat disimpulkan bahwa persoalan sosial yang terjadi diantara keduanya,
semata-mata karena masalah ekonomi yang timbul karena kedatangan Orag Asing
yang secara tiba-tiba hadir ditengah-tengah keluarga miskin ini. Walaupun diakhir
cerita Ibu menyesali perbuatannya, akan tetapi waktu tidak dapat diputar, sehingga
peristiwa ini meninggalkan luka batin yang mendalam bagi seorang Ibu.
2. Orang Asing dengan Ayah
Hubungan Orang Asing dengan Ayahnya sama halnya dengan hubungan Orang
Asing dengan Ibunya. Semenjak Orang Asing minggat dari rumah, ia sama sekali
telah dilupakan oleh orang tuannya. Terutama oleh Ayahnya yang seharusnnya
bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, atas minggatnya anak laki-laki
mereka diumur yang masih belia yaitu 13 tahun. Fakta ini mengungkap adanya
ketidakpedulian orang tua terhadap anak, entah dikarenakan oleh keterbatasan
ekonomi atau mungkin kesibukan orang tua terutama Ayah sebagai orang yang
sehari-harinya bekerja banting tulang untuk mencarai nafkah untuk keluargannya.
Apapun itu jelas keadaan ini dialami Orang Asing, maka Inilah awal dari putusnya
hubungan antara ayah dengan anak.
Kurang lebih empat belas tahun lamanya keduanya tidak pernah bertemu.
Bahkan mungkin Ayah tidak pernah bermimpi suatu hari nanti akan bertemu anak
laki-lakinya kembali. Maka suatu hari tanpa sepengetahuan Ayah, Orang Asingpun
muncul ditengah keluarga miskin ini. Akan tetapi ia menyembunyikan identitasnya
terlebih dahulu. Dapat dilihat pada dialog berikut :
18. IBU
Ini suami saya. (ORANG ASING MENGHAMPIRI AYAH, AGAK GUGUP)
19. ORANG ASING
Apakah bapak tuan rumah disini? Apa kabar, pak? Istri bapak sangat baik, memperbolehkan aku tidur disini. Aku tersesat dihutan dan kemalaman. Tapi aku sangat beruntung menemukan rumah ini.
20. AYAH
Bagaimana ndoro sampai dalam hutan dengan pakaian seperti itu?
Setelah bertemu dengan Ayahnya, ada perasaan gugup yang menyelimuti Orang
Asing setelah sekian lama mereka tidak berjumpa, akan tetapi perasaan ini hanya
dirasakan Orang Asing, sebab ia belum mengaku sebagai anak dari keluarga ini.
keadaan ini tidak berlangsung lama, sebab Ayah mulai curiga dengan perilaku Orang
Asing dengan pakaian yang agak mencolok, tiba-tiba masuk kehutan. Fakta ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin juga tidak mudah dibohongi. Melihat
penampilan Orang Asing memakai pakaian mentereng dengan harta benda yang ia
miliki, menimbulkan prasangka buruk terhadap status sosial orang asing sebagai
anggota masyarakat. dilihat pada dialog berikut :
37. ORANG ASING
Aduh capek benar aku jalan kaki dalam hutan itu. Baiknya aku tidur saja sudah jauh malam tentunya.
38. AYAH
Kira-kira jam delapan lewat.
39. ORANG ASING
(TERTAWA) Tentu bapak tak punya arloji. (DIAM SEJENAK KEMUDIAN TERTAWA KERAS) Tentu tak tahu jam berapa mesti pergi tidur. Aku akan pinjamkan arlojiku untuk semalam. Ya, (JAM DIKELUARKAN DARI SAKUNYA) lihat. Emas betul, seluruhnya emas. Aku akan gantungkan disana didinding itu. Aku bertaruh kalian belum pernah lihat arloji emas tergantung didindingmu, bukan.
Sifat berlebihan yang ditunjukkan Orang Asing terhadap Ayahnya menimbulkan
kecemburuan sosial tersendiri dibenak sang Ayah. Dimana Ayah menganggapnya sebagai
maling yang hendak melarikan diri dengan hasil curiannya. Dapat dilihat pada dialog berikut:
63. AYAH
(MENGAMBIL ARLOJI) Barang emas ini dan uang itu. Apa haknya barang ini. Mungkin banyak orang kelaparan karena dia mencuri. Dia kaya maling.
Hal ini menunjukkan bahwa efek sosial yang muncul adalah rasa tidak percaya
sesama masyarakat terhadap anggota masyarakat yang lain, yang baru pertama kali
mereka temui. Hingga akhirnnya peristiwa ini berdampak buruk pada hilangnya
nyawa seseorang. Keluarga inipun berencana untuk membunuh Orang Asing, dan
Orang yang ditunjuk untuk melakukan perbutan bejat ini adalah Ayah sendiri. dapat
dilihat pada dialog berikut :
85. AYAH
Aku tak bisa... seperti ini. Tuak. Aku perlu tuak.
86. IBU
Habis diminumnya. Mesti kau melakukannya.
AYAH TERHUYUNG-HUYUNG KEDINDING BELAKANG DAN MENGENAKAN BAJU
87. AYAH
(MEROGOH KANTONGNYA) Aku kewarung dulu beli tuak. Aku ada duit sedikit. Aku mesti minum tuak, kalau tidak, tidak bida aku kerjakan itu. Aku akan minum sampai setengah mampus. Ya, Tuhan. (TEGAKKAN BADANNYA DAN BICARA LEBIH TERATUR) Jika aku kembali nanti, lihatlah aku akan siap tikam siapa saja. Aku sekarang capek dan sakit. Aku tak bisa bunuh orang kalau kerongkonganku mampu dan merasa sakit. Aku telah bekerja sehari suntuk. (MEMBUKA PINTU) Aku akan segera kembali. Aku bersumpah, akan aku bunuh dia. (KELUAR)
Tujuannya adalah membunuh Orang Asing, akan tetapi Ayah tidak memiliki
cukup kebernian untuk melakukannya. Dengan alasan terlalu capek dan merasa sakit
karena seharian bekerja. Jelas terlihat bahwa sebenarnnya Ia tidak mau melakukan
perbuatan keji ini. akan tetapi harga diri sebagai laki-laki yang tidak mau dianggap
pengecut, membuatnya ingin tetap melakukannyan namun ia harus minum tuak
terlebih dahulu. Maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan sosial yang terjadi
antara Ayah dengan Orang Asing, semata-mata karena kecemburuan sosial yang
muncul karena sikap Orang Asing yang dirasakan Ayah berlebihan ketika ia berlagak
seperti jutawan besar didepan simiskin. Maka dari itulah muncul rasa iri hati dibenak
Ayah yang merasa seperti diremehkan.
3. Orang Asing dengan Gadis
Relasi sosial antara Orang Asing dengan Gadis tidak berjalan sebagaimana
hubungan antara kakak dengan adik yang saling menjaga, dan mengasihi satu sama
lain. Setelah sekian lama tidak berjumpa kurang lebih 14 tahun lamannya, membuat
keduannya tidak lagi saling mengenal secara fisik. Dapat dilihat pada dialog berikut :
9. ORANG ASING
(DENGAN TERTAWA KECIL, SOPAN DAN AGAK GUGUP) Sayang, aku sangka wanita ingin ada orang yang akan melindunginya. Dan kini sebagai seorang ibu, ibu tentu akan menerima kembali anak itu bila ia pulang kerumah untuk menolong ibu dihari tua?
10. IBU
(RAGU-RAGU) Ah, tidak tahu....
11. GADIS
Ia tenggelam. (JENGKEL)
Peristiwa diatas menjelaskan bahwa ada perasaan jengkel yang tiba-tiba muncul
ketika disinggungtentang keberadaan saudara laki-lakinya. Meskipun tidak secara
langsung, akan tetapi Gadis seketika memotong pembicaraan dengan mengatakan
bahwa saudari laki-lakinya sudah mati tenggelam. Rasa jengkel dibenak Gadis
terhadap saudaranya jelas terlihat ketika diungkit masa lalu mereka. Dilihat dari fakta
sosial, hal ini menunjukkan bahwa adannya beban moril yang dipikul sang adik
ketika kakak laki-lakinya pergi dari rumah. Dimana ia sebagai anak perempuan, harus
bekerja layaknya seorang laki-laki demi menyambung hidup. Beban inilah yang
dirasannya mungkin akan sedikit lebih ringan apabila saudarannya masih ada. Akan
tetapi mimpi itu sirnah setelah kepergian kakaknya. Dapat dilihat pada dialog berikut:
14. ORANG ASING
(JALAN AGAK KAKU MENDEKATI GADIS) Aku kira seorang gadis muda dan manis seperti kau, kadang-kadang tentu akan merasa jemu, hidup kerja terus-menerus.
15. GADIS
(SETENGAH PADA DIRI SENDIRI) Saya punya kegembiraan sendiri.
Peristiwa ini menunjukkan perilaku Gadis yang memiliki pandangan yang
berbeda terhadap hidup yang dijalaninya. Mekipun hidup sebagai gadis miskin ia
tetap memiliki kebahagiaannya sendiri. Akan tetapi Orang Asing mencoba untuk
memberi pandangan yang lebih baik dengan hidup dikota besar. Dapat dilihat pada
dialog berikut :
16. ORANG ASING
Enak dikota besar. Jalan-jalan terang benderang dan sibuk. Darahmu akan mengalir lebih cepat. Sayang sekali kau tak akan tahu. Tak sadarkah kau hanya akan jadi kasar dan tua disini. Tiap hari akan makin kaku dan bodoh, kerja, kerja, kerja, kemudian kau akan seperti ibumu yang akhirnya kerdil dan jelek kemudian mati. Nah, apa katamu (KETAWA SEDIKIT HISTERIS) bila mendadak datang seorang satria (MELIHAT KEPADA GADIS) dan berjanji akan membawa kau ke kota besar dan kemudian memperlihatkan segala sesuatu kepadamu......membelikan pakaian dan perhiasan...dan memberikan padamu segala yang terbaik, seperti seorang putri....
17. GADIS
(BERDIRI CEPAT DAN BERJALAN MENUJU ORANG ASING, AGAK PINCANG) aku pincang, digigit anjing, ndoro ingin lihat? (DIA MENGANGKAT KAINNYA DAN MENUNJUKKAN TEMPAT DIBAWAH LUTUT) apakah kaki seorang seperti ini? Lihat bekas ini. (memperlihatkan tangannya) gara-gara sebuah paku besar ini. (LUTUT KIRI ORANG ASING DIPIJAT DENGAN TANGANNYA DAN MENENGOK KEATAS, SENYUM SEDIKIT. ORANG ASING TERIAK SEDIKIT DAN MELANGKAH MUNDUR AGAK KAGET) pernah ndoro rasakan tangan seorang putri seperti ini?
Kenyataan ini menimbulkan rasa tidak percaya diri terhadap diri sang Gadis
sebab ia memiliki cacat fisik dikarenakan gigitan hewan. Akan tetapi keadaan ini
tidak berlangsung lama. setelah mengetahui bahwa orang Asing memiliki banyak
harta, Gadispun mulai terprovokasi dengan kekayaan Orang Asing, sehingga mereka
merencanakan untuk membunuh dan merampas harta milik orang asing, dan
kemudian mereka akan pergi dan hidup dikota. Nafsu yang tidak terbendung lagi
membuat Gadislah yang akhirnya turun tangan untuk menghabisi nyawa orang Asing
dengan bantuan ibunnya. Dapat dilihat pada dialog berikut :
209. IBU
Sudahlah. Dia takkan lagi bergerak. Ayahmu mesti tanam dia dihutan sekarang. Atau besok. Kita akan pergi dari sini. Sebelum musim hujan. Kita tak akan miskin lagi. (TERDENGAR SAYUP-SAYUP DILUAR, AGAK JAUH) Apa itu? Ayahmu pulang. (SUARA BERTAMBAH KERAS) Siap-siaplah. Ia tidak sendiri. Aku dengar dia ngomong-ngomong. Mungkin dengan orang lain. Bangun. Lihat sendiri, kita harus siap.
210. GADIS
(CEPAT BERDIRI) Selesai. Kita bisa bilang sudah selesai semuanya. Aku senang kita bisa pergi. Kita akan kaya. Aku akan kaya dan pakai baju sutra.
Maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan sosial yang terjadi antara Gadis
dan Orang Asing, berawal dari semenjak kepergian Orang Asing yang akhirnya
meninggalkan rasa benci yang begitu mendalam dalam benak sang gadis. Sebab ialah
yang harus bekerja seperti kebanyakan lelaki, yang seharusnya adalah tanggung
jawab saudaranya sebagai anak tertua. Maka inilah yang menjadi akar persoalan
sosial diantara keduanya.
4. Ayah dengan Ibu
Ayah dan Ibu adalah sepasang suami istri yang telah bertahun-tahun hidup
sebagai petani miskin. Hubungan keduanya berjalan baik, setiap hari ayah bekerja
diladang sedangkan ibu berada dirumah. Diusia menjelang hari tua, keduannya masih
tetap membanting tulang demi menyambung hidup. Dapat dilihat pada dialog berikut
:
48. IBU
Apa yang kau bawa dari hutan?
49. AYAH
Tidak bawa apa-apa. Hutan terkutuk. Tak ada binatang, tak ada burung. (SEMUA DIAM MATI)
50. IBU
(DUDUK SEBELAH AYAH) Kita tak punya apa-apa. Bagaimana jika nanti hujan mulai datang.
Fakta ini menjelaskan bahwa hutan tempat mereka menggantungkan hidup
sudah tidak bisa diharapkan lagi. Ayah sebagai kepala rumah tangga telah bekerja
keras untuk mencari nafkah bagi keluarganya, akan tetapi kondisi alam yang mulai
tidak bersahabat membuat keluarga ini kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Persoalan disharmoni relasi sosial Ibu dengan Ayah muncul saat ibu merencanakan
untuk menghabisi nyawa Orang Asing yang merupakan tamu mereka malam itu.
Dapat dilihat pada dialog berikut :
72. IBU
(MEMERAS TANGANNYA MENDEKATI DAPUR) Kita akan kelaparan dimusim hujan nanti.
73. AYAH
(GEMETAR) Mengapa kau lihat aku. Apa yang kalian pikir. Aku tak mengerti apa yang kalian pikir.
74. IBU
Kau gemetar, pak. Sampai-sampai mejanya ikut gemetar.
75. AYAH
Mengapa aku dipandang juga. Aku tak tahan melihat matamu. (DIAM PANJANG, HAMPIR MENANGIS) Aku pernah bunuh orang sekali... sekali... dalam perkelahian. Ya, Tuhan... aku... tidak (MEREKA BERPANDANGAN, BERDIAM DIRI) aku harus berfikir... bilang apa-apa... besok...
76. GADIS
Sekarang.
77. AYAH
Dia tamu kita.
Peristiwa diatas menunjukkan bahwa otak dari rencana pembunuhan Orang
Asing adalah Ibu. Sebab ketakutan akan tidak bisa memenuhi kebutuhan diwaktu
musim hujan datang, membuatnya berpikir pendek untuk bisa mendapatkan harta
milik Orang Asing. Sedangkan Ayah merasa perbuatan itu kurang manusiawi, apalagi
Orang Asing adalah tamu mereka malam itu. Meskipun ia pernah satu kali
membunuh orang dalam sebuah perkelahian, akan tetapi ia tidak cukup berani untuk
mengulang perbuatannya dalam kondisi yang berbeda. Hal inilah yang memicu
persoalan antara Ibu dengan Ayah, dimana Ibu begitu bersikeras ingin merampas
harta Orang Asing. Dapat dilihat pada dialog berikut :
79. IBU
(DENGAN SUARA RENDAH CEPAT) Dia tidur. Cuma sekali. Ia tidak akan melawan. Kami akan datangi dia. Tak ada orang tahu. Kita harus dapatkan uang itu... kau pengecut.
Sangat jelas terlihat bahwa akar permasalahan antara Ibu dengan Ayah terjadi
karena tuntutan ekonomi. Dimana ayah sebagai kepala rumah telah berusaha
membanting tulang demi keluargannya, akan tetapi nasib baik belum berpihak pada
keluarga miskin ini. Maka dari itulah muncul niat jahat yang tidak terkendali dari Ibu.
Maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan sosial diantara keduanya terjadi karena
masalah ekonomi, Ayah sebagai kepala Rumah tangga sudah tidak tahu harus berbuat
apa, sehingga ia mengikuti kemauan istrinya.
5. Ibu dengan Gadis
Ibu dan Gadis adalah dua orang perempuan pekerja keras, hidup dan lahir di
pedesaan membuat Ibu dan anak ini menjadi perempuan-perempuan yang kuat karena
pekerjaan sehari-hari keduannya adalah seorang petani. Gadis membantu ayahnya
bekerja diladang, begitu juga dengan Ibu. Meskipun keduannya terlihat akur, namun
kadang hubungan mereka begitu kaku. Dapat dilihat pada dialog berikut :
102. IBU
(KEMBALI DUDUK) Lagi pula siapa yang akan datang malam seperti ini.
103. GADIS
Kadang-kadang mereka datang.
104. IBU
Ya, kadang-kadang mereka datang untuk menemui kau bukan? Kebiasaan anak-anak muda seminggu sekali. Ketika aku masih gadis.
105. GADIS
Ibu selalu cemburu padaku.
Hal ini menjelaskan bahwa relasi antara keduannya saling bersinggungan ketika
berbicara masalah pribadi, fakta ini menjelaskan bahwa ada beberapa pria yang
seminggu sekali sering menemui gadis. Lantas Ibupun teringat masa lalunya ketika ia
masih gadis. Akan tetapi Gadis menganggap Ibunya cemburu terhadapnya. Dapat
dilihat pada dialog berikut :
106. IBU
Cemburu! Ketika aku masih gadis, berpuluh-puluh pemuda mengikuti aku.
107. GADIS
Jadi tua dan pencemburu.
108. IBU
Kau selalu benci padaku. Aku ibumu kau keliru membenci ibumu, kau aneh.
109. GADIS
Ibu yang benci padaku. Memang benar kau ibu, tapi sekarang cinta telah berubah.
110. IBU
Kau tahu bagaimana menjadi ibu. Dan tak akan pernah tahu. (MUNCUL ORANG ASING, IBU DAN GADIS AGAK KAGET)
Berdasarkan peristiwa diatas dapat diambil sebuah kejelasan bahwa hubungan
keduannya terlihat kaku ketika berbincang masalah percintaan, dimana gadis merasa
Ibunya selalu cemburu kalo ada banyak pria yang mendekatinya, sedangkan ibu
menempatkan dirinya sebagai sesama perempuan yang terlihat tidak mau kalah
dengan anaknya. Lantas keadaan ini membuat keduanya mengungkapkan perasaan
masing-masing terhadap satu sama lain. disisi lain Gadis merasa Ibu membencinya,
dan Ibupun sebaliknya, menganggap Anaknya aneh karena berfikir demikian.
Meskipun kenyataannya begitu ada hal lain yang menjadi akar dari permasalahan
sosial antara keduanya. Dapat dilihat pada dialog berikut :
176. IBU
Banyak anak muda yang menanyakan kau bukan?
177. GADIS
Ah, gila... kita mesti dapatkan uang itu. Aku mau pergi dari sini.
178. IBU
Kau kira orang akan memperhatikan kau dikota? Gadis kota cantik-cantik.
Disini jelas terlihat bahwa Ibu begitu cemburu terhadap anak gadisnya,
walaupun Gadis memiliki cacat fisik akan tetapi ia merupakan gadis yang manis,
yang menjadi incaran anak muda. Akan tetapi bukan itu yang menyebabkan persoalan
sosial antara keduanya, ada masalah besar yang mereka rencanakan yaitu membunuh
Orang Asing. Dan nafsu untuk membunuh Orang Asing begitu tidak terkendali,
sehingga Gadispun memutuskan untuk melakukannya sendiri. dapat dilihat pada
dialog berikut :
190. GADIS
Pisau ini tua dan kuat.
191. IBU
Duduk saja kau. Ayahmu segera kembali.
192. GADIS
(SEDANG MENCARI SESUATU DALAM PETI LAIN) Aku bisa gila, menunggu. (BERDIRI DENGAN KAMPAK DITANGANNYA) Tak begitu tajam, tapi kuat.
193. IBU
Apa maksudmu?
194. GADIS
(PASANG LAMPU DIMEJA) Diam, kita bereskan sendiri saja.
Tujuannya adalah membunuh Orang Asing, hal inilah yang menjadi
permasalahan sosial antara Ibu dengan Gadis, dimana ibu menyuruh Gadis untuk
bersabar sampai menunggu Ayahnya pulang, sebab Ayahnyalah yang akan
membunuh Orang Asing. Akan tetapi hati dan pikiran Gadis telah dibutakan oleh
harta. Iapun tidak mendengar perkataan Ibunya, dengan seketika Ia selesai
membunuh Orang Asing dengan bantuan ibunya. Dan akhirnya ketika mereka
mengetahui bahwa Orang Asing adalah saudara kandungnya, maka Ibu dan Gadis
hanya bisa menyesali perbuatan keduanya. Maka dapat disimpulkan bahwa
permasalahan sosial diantara keduanya terjadi saat kebenarannya terungkap.
6. Ayah dengan Gadis
Sebagai Ayah dan anak hubungan keduanya cukup saling memahami satu sama
lain. Gadis sering membantu Ayahnya bekerja diladang, hal yang mungkin hanya
dilakukan anak laki-laki, biasa dilakukan oleh Gadis. Meskipun begitu permasalahan
sosial antara keduanya muncul saat kehadiran Orang Asing dirumah mereka. Dapat
dilihat pada dialog berikut :
44. AYAH
(SAMBIL MAKAN) Kau selalu bicara tentang laki-laki. Itu ada seorang buat kau. Kenapa kau diam saja. Dia perhatikan kau dan mabuk.
45. GADIS
(MEMBAWA LAUK-PAUK) Laki-laki lemah. Tangannya kayak perempuan, laki-laki jelek begitu.
46. AYAH
Kau takut. Kau memang selalu takut.
47. GADIS
Dia bukan laki-laki. Dia banci, kecil begitu, lemah dan cerewet seperti bapak.
Berdasarkan peristiwa diatas dapat dilihat bahwa hubungan keduanya sudah
sangat mengerti akan jiwa masing-masing, sehingga Ayahnya mencoba untuk
menyinggung hubungan Gadis dengan para lelaki yang datang padanya. Fakta ini
juga mengungkap bahwa gadis adalah seorang yang penakut dari dulu. Hal inilah
yang akhirnya memicu persoalan sosial antara keduanya. Dimana ketika mereka
merencanakan untuk membunuh Orang Asing, Ayahnya tidak mampu melakukannya
sebelum ia mabuk terlebih dahulu sehingga timbul anggapan dari Gadis bahwa
Ayahnya adalah laki-laki pengecut. Dapat dilihat pada dialog berikut :
GADIS
Dia pengecut.
IBU
Dia bukan pengecut. Dia terlalu banyak berfikir. Kau tak mengerti kalau dia sudah mabuk... beres. Dia tidak akan pikir lagi.
GADIS
Kalau aku mau bunuh orang. Aku tak perlu minum tuak lebih dahulu.
Sangat jelas terlihat bahwa Gadis merasa lebih hebat dari Ayahnya. Ia begitu
bersikeras untuk ingin membunuh Orang Asing. Hal inilah yang menjadi persoalan
sosial bagi keduanya, karena rasa ketidak sabaran menunggu Ayahnya pulang begitu
tidak terkendali, maka gadislah yang akhirnya menghabisi nyawa Orang Asing
dengan bantuan Ibunya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa permasalahan sosial
diantara keduanya terjadi saat Ayah tidak sanggup membunuh Orang Asing sebelum
ia mabuk, dan Gadislah yang akhirnya melakukan perbuatan nekat itu sehingga ia
harus menanggung resikonya.