bab iv pemecahan masalah 4.1. metodologi · pdf filemenggunakan pendekatan five forces model...
TRANSCRIPT
29
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.1. Metodologi Pemecahan Masalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab empat pertanyaan penelitian
sebagaimana telah diuraikan pada Bab III. Yang pertama apa saja faktor‐faktor
strategis yang dihadapi oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan
Kepariwisataan? Yang ke dua, apa strategi yang tepat bagi Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi PD. Jasa dan Kepariwisataan menghadapi
lingkungannya? Yang ke tiga, bagaimana advantage dari penerapan strategi
tersebut dapat dipertahankan (sustainable)? Dan yang ke empat apa program‐
program pokok Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD Jasa dan
Kepariwisataan untuk mengimplementasikan strategi tersebut diatas?
Analisis dimulai dengan melaksanakan identifikasi faktor‐faktor strategis
perusahaan dengan (a) mengamati lingkungan bisnis bengkel (eksternal) untuk
mengetahui peluang dan ancaman yang ada, analisis faktor eksternal ini
menggunakan pendekatan Five Forces Model (Porter, 1980) digabungkan dengan
analisis lingkungan umum (Fred r. david, 1997:106). Dan (b) analisis lingkungan
Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi (internal) dilaksanakan untuk
mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan yang ada, analisis faktor
internal ini menggunakan pendekatan analisa rantai nilai (Value Chain Analysis)
(Porter, 1985).
Analisis lingkungan eksternal dan internal ini kemudian diolah dengan matriks
EFAS, IFAS, dan SFAS (Wheelen dan Hunger, 2006). Hasil pengolahan ini
kemudian dimasukkan ke dalam Matriks TOWS sebagai gambaran kasar alternatif
strategi yang mungkin akan diterapkan oleh Unit Usaha Perbengkelan &
Transportasi. Kemudian menggunakan Matriks Strategi Generik (Porter, 1985)
untuk mendapatkan strategi bisnis yang tepat untuk Unit Usaha Perbengkelan &
30
Transportasi. Metodologi tersebut dapat disusun dalam beberapa tahapan seperti
ditunjukkan dalam gambar 4.1 dibawah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Tahapan Penelitian
31
Sesuai dengan pertanyaan‐pertanyaan penelitian, projek akhir ini dibatasi pada
perancangan strategi pada tingkatan bisnis disertai penjelasan pelaksanaan dalam
program.
4.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data, pengamatan, wawancara dan pengumpulan data sekunder
dilaksanakan dalam periode Agustus 2006 sampai April 2007. Pengamatan
dilasanakan di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi untuk mengetahui proses
bisnis, perkembagan dan kendala yang menjadi hambatan utama, juga
dilaksanakan pengamatan untuk mengetahui gambaran seputar industri
perbengkelan dengan melihat langsung dan mengamati beberapa kompetitor
serta usaha sejenis.
Wawancara dilaksanakan terhadap beberapa orang narasumber yang dianggap
kompeten di bidang perbengkelan dan dapat memberikan gambaran yang akurat
mengenai kondisi sebenarnya industri ini. Wawancara dilaksanakan sebanyak
dua kali untuk memperoleh gambaran konsistensi dan validasi terhadap jawaban
sebelumnya. Tujuan wawancara ini untuk mengukur kondisi industri
perbengkelan dan mengetahui posisi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
dalam industri tersebut serta untuk mengukur faktor‐faktor strategis kekuatan,
kelemahan, kesempatan dan ancaman sebagai dasar untuk menyusun strategi
bisnis selanjutnya.
Data sekunder meliputi data keuangan perusahaan (Konsolidasi), data keuangan
Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi, data pertumbuhan kendaraan dari
dinas pendapatan daerah (DISPENDA) kota Bandung, data pertumbuhan bengkel
dari kantor penanaman modal daerah (KPMD) kota Bandung, data penjualan
kendaraan bermotor roda empat dari GAIKINDO dan kuesioner yang menyertai
proses wawancara.
32
4.2.1. Pengumpulan Data Eksternal
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data eksternal meliputi model
Five Force (Porter, 1980) untuk mengidentifikasikan lingkungan industri terkait
dan model analisis lingkungan umum (Fred r. david, 1997:106) yang meliputi
Kekuatan Ekonomi, Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan,
kekuatan Politik, Hukum dan Pemerintah, Kekuatan Teknologi dan Kekuatan
Kompetitif.
Hubungan antara kekuatan eksternal dengan kondisi lingkungan industri dalam
merumuskan peluang dan ancaman terlihat dalam gambar 4.2. sebagai berikut:
Gambar 4.2. Hubungan antara Kekuatan Eksternal
4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five Force
Industri terkait dalam hal ini perusahaan yang memiliki dan memberikan
jasa layanan perbengkelan yang sama. Untuk menganalisis industri ini harus
memperhatikan struktur umum yang diwakili oleh lima kekuatan yaitu:, (a)
pembeli (buyers), (b) pemasok (suppliers), (c) pemain baru (new entrants), (d)
produk pengganti (substitutes), dan (e) pesaing (competitors). Sehingga hubungan
imbal balik yang ada dapat mengarahkan kita untuk mengetahui faktor
kemenarikan industri tersebut (industry attractiveness). Gambar 4.3.
mengilustrasikan struktur umum industri yang digambarkan oleh
Michael.E.Porter.
Lingkungan Umum
Kekuatan Ekonomi
Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan.
Kekuatan Politik, Hukum,
dan Pemerintah.
Kekuatan Teknologi
Kekuatan Kompetitif
Lingkungan Industri
Pesaing (Competitors)
Pembeli (Buyers)
Pemasok (Suppliers)
Produk Pengganti (Subtitute)
Pemain Baru (New Entrants)
Peluang dan Ancaman
33
Gambar 4.3. Porter’s Five Forces
a. Kekuatan Tawar Pembeli / konsumen
Konsumen mempunyai kekuatan tawar terhadap perusahaan ditunjukkan
oleh jumlah pembeli yang berpengaruh sangat sedikit, ketersediaan produk
subtitusi atau pengganti, biaya alih bagi konsumen, kontribusi kualitas
produk kepada konsumen, dan lain sebaginya. Kekuatan tawar konsumen
yang tinggi tidak diinginkan dan akan menyulitkan bagi perusahaan.
Konsumen dalam industri perbengkelan adalah para pemilik kendaraan
yang jumlahnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk pemilik
itu sendiri dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar antara lain
kendaraan milik pribadi, dan kendaraan milik pemerintah atau dinas
instansi. Dalam kelompok kendaraan operasional / dinas, lembaga dan
Badan Usaha Milik Daerah menjadi pembeli yang berpengaruh dan dalam
kelompok kendaraan pribadi, pemilik kendaraan baru merupakan
Kekuatan Tawar Pemasok:Jumlah Pemasok Ketersediaan Pemasok subtitusi Biaya alih dari pemasok Kontribusi terhadap kualitas produk Kontribusi biaya pasok terhadap biaya total Peran industri terhadap laba pemasok
Produk Pengganti:Ketersediaan produk pengganti
Hambatan Keluar: Asset khusus Biaya keluar Hubungan strategic dengan industri lain Hambatan emosional Kendala sosial & Pemerintah
Potential Entrants
Buyers
Substitutes
Suppliers
Industry Competitors
Rivalry Among Existing Firm
Hambatan Masuk: Skala ekonomi Differensiasi produk Identitas merek Biaya alih Akses ke jaringan distribusi Kebutuhan modal Akses ke teknologi Kurva pengalaman Kurva belajar
Persaingan Industri: Pertumbuhan Industri Differensiasi produk Biaya Alih Strategi korporasi
Kekuatan Tawar Pembeli: Jumlah pembeli yang berpengaruh Ketersediaan produk subtitusi Biaya alih pembeli Integrasi balik dari pembeli Kontribusi kualitas produk kepada pembeli Kontribusi biaya pembeli kepada industri
34
konsumen yang cukup berpengaruh. Tabel 4.1 menunjukkan kekuatan
tawar pembeli / konsumen di kota Bandung.
Tabel 4.1. Kekuatan Tawar Pembeli
ST T N R SR ST T N R SRKekuatan PembeliJumlah Pembeli Yang Berpengaruh Sedikit √ Banyak Sedikit √ BanyakKetersediaan Produk Subtitusi Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitBiaya Alih Pembeli Rendah √ Tinggi Rendah √ TinggiIntegrasi balik dari pembeli Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahKontribusi Kualitas Produk Kepada pembeli Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitKontribusi biaya pembeli ke Industri Besar √ Kecil Besar √ Kecil
Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah
SR → Sangat Rendah
Faktor lingkungan <<<Ancaman Persaingan Saat Ini
>>> <<<Ancaman Persaingan Nanti
>>>
Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.
Biaya alih konsumen dari satu bengkel ke bengkel lainnya relatif cukup
murah sehingga hal ini akan menjadi potensi ancaman dimana pesaing
yang memiliki keunggulan tertentu dapat meraih konsumen lebih banyak.
Hal ini diperkuat oleh integrasi kualitas produk yang dihasilkan akan
sangat berpengaruh terhadap konsumen terutama konsumen yang
memiliki tingkat mobilitas tinggi dan sangat memperhatikan faktor
kualitas.
b. Kekuatan Tawar Pemasok / suppliers
Beberapa faktor yang menjadikan kekuatan tawar pemasok menjadi besar
antara lain jumlah pemasok yang sedikit, ketersediaan subtitusi yang
sedikit, biaya alih produk yang cukup tinggi, kualitas produk mempunyai
kontribusi yang tinggi dan lain sebagainya. Hal ini dapat menyebabkan
daya tarik industri menjadi rendah bagi setiap perusahaan yang beroperasi
di dalam industri tersebut.
Dalam hal industri perbengkelan, pemasok terdiri dari beberapa kelompok
antara lain pemasok bahan pelumasan, pemasok spare parts kendaraan,
35
pemasok perlengkapan kendaraan, pemasok peralatan (tools and
equipments), pemasok peralatan kantor dan pemasok energi.
Untuk pelumasan pada saat ini sangat banyak produk yang ditawarkan
mulai dari produksi dalam negeri seperti pelumas PERTAMINA yang
menawarkan berbagai kategori pelumas, pelumas produksi negara –
negara tetangga (Asia Tenggara) seperti pelumas PETRONAS dan pelumas
dari Eropa serta Amerika. Setiap produk memiliki beberapa distributor
untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Indonesia.
Pemasok spare parts cukup beragam mulai dari spare parts Original Equiped
by Manufacture (OEM) yang direkomendasikan oleh setiap pabrikan
kendaraan sampai dengan pemasok parts hasil produksi dalam negeri.
Namun demikian pasar spare parts semakin diramaikan oleh masuknya
produk impor dari negara – negara Asia lainnya seperti China dan Taiwan.
Perlengkapan kendaraan meliputi barang‐barang habis pakai dan aksesoris
seperti ban, batere dan peralatan tambahan yang lebih cenderung ke arah
fashion. Seperti halnya pelumas dan spare parts, perlengkapan kendaraan
ini pun dipenuhi oleh banyak pemasok yang menawarkan produk dalam
negeri maupun produk impor. Tabel 4.2 menunjukkan kekuatan tawar
pemasok yang ada.
Tabel 4.2. Kekuatan Tawar Pemasok
ST T N R SR ST T N R SRKekuatan PemasokJumlah Pemasok Sedikit √ Banyak Sedikit √ BanyakKetersediaan Pasokan subtitusi Rendah √ Tinggi Rendah √ TinggiBiaya alih dari pemasok Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahKontribusi Terhadap Kualitas Produk Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahKontribusi Biaya Pasok Pada Biaya Total Besar √ Kecil Besar √ KecilPeran Industri Kepada Laba Pemasok Besar √ Kecil Besar √ Kecil
Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah
SR → Sangat Rendah
Faktor lingkungan <<<Ancaman Persaingan Saat Ini
>>> <<<Ancaman Persaingan Nanti
>>>
Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.
36
c. Kekuatan Tawar Pendatang Baru
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan tawar pendatang
baru antara lain sangat dipengaruhi oleh regulasi pemerintah dan
hambatan masuk kedalam industri. Hambatan masuk yang dapat
menyebabkan kendala bagi pendatang baru yaitu sekala ekonomi yang
dibutuhkan cukup besar, differensiassi produk cukup banyak, biaya alih
cukup besar, akses kepada jaringan distribusi utama cukup sedikit,
kebutuhan modal cukup tinggi, akses terhadap teknologi cukup sulit dan
adanya pengalaman serta kurva belajar cukup penting. Hambatan keluar
meliputi biaya keluar yang cukup tinggi, asset yang bersifat khusus dan
regulasi pemerintah. Hal‐hal yang menyangkut regulasi pemerintah antara
lain meliputi proteksi terhadap industri, regulasi mengenai industri,
konsistensi terhadap kebijakan pemerintah, bea cukai dan lain sebagainya.
Hambatan masuk bagi pendatang baru dalam industri perbengkelan cukup
tinggi dimana skala ekonomi yang di butuhkan untuk membangun bisnis
ini cukup besar, pemilihan lokasi yang strategis di tengah kota dekat dan
mudah diakses oleh pemilik kendaraan yang tentunya membutuhkan biaya
yang cukup tinggi, nilai investasi yang dibutuhkan untuk bangunan fisik
dan peralatan yang cukup tinggi dan modal kerja yang dibutuhkan untuk
memulai kegiatan operasional antara lain dialokasikan untuk persediaan
bahan baku, spare parts, dan biaya utility. Tabel 4.3 menggambarkan potensi
ancaman yang dapat dipicu oleh hambatan masuk yang ada.
37
Tabel 4.3. Potensi Ancaman Pendatang Baru
ST T N R SR ST T N R SRHambatan MasukSkala ekonomi Kecil √ Besar Kecil √ BesarDiferensiasi produk Sedikit √ Banyak Sedikit √ BanyakIdentitas merek Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahBiaya Alih Rendah √ Tinggi Rendah √ TinggiAkses Kejaringan Distribusi Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitKebutuhan Modal Rendah √ Tinggi Rendah √ TinggiAkses Ke teknologi Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitKurva Pengalaman Tdk Penting √ Penting Tdk Penting √ PentingKurva Belajar Tdk Penting √ Penting Tdk Penting √ Penting
Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah
SR → Sangat Rendah
Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.
Potensi Ancaman Nanti>>>Faktor lingkungan <<<
Potensi Ancaman Saat Ini<<<>>>
Hambatan keluar bagi pelaku usaha di industri perbengkelan ini meliputi
asset‐asset yang bersifat khusus antara lain bangunan bengkel, peralatan
diagnostik dan lainnya, dan biaya pemutusan hubungan kerja yang
ditetapkan oleh pemerintah akan menjadi pertimbangn tersendiri. Tabel 4.4
menunjukkan potensi ancaman yang dapat ditimbulkan oleh hambatan
keluar yang ada.
Tabel 4.4. Potensi Ancaman Hambatan Keluar
ST T N R SR ST T N R SRHambatan KeluarAsset khusus Kecil √ Tinggi Tinggi √ KecilBiaya Keluar Kecil √ Tinggi Kecil √ TinggiHubungan Strategic dengan industri lain Tinggi √ Kecil Tinggi √ KecilHambatan Emosional Kecil √ Tinggi Kecil √ TinggiKendala Sosial & Pemerintah Tinggi √ Kecil Tinggi √ Kecil
Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah
SR → Sangat Rendah
Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.
Faktor lingkungan <<< >>> <<< >>>Potensi Ancaman Saat Ini Potensi Ancaman Nanti
38
d. Kekuatan Tawar Produk Pengganti / Subtitusi
Produk pengganti / subtitusi merupakan produk yang dapat menggantikan
produk yang dihasilkan di dalam industri. Dalam industri perbengkelan
ini, produk subtitusi dapat dikatakan tidak ada mengingat setiap produk
kendaraan bermotor yang diproduksi memerlukan perawatan lanjutan
dalam operasionalnya yang hanya dapat diberikan oleh bengkel atau auto
workshop.
Hal ini akan mendorong pemilik kendaraan untuk memanfaatkan jasa
layanan yang di berikan oleh bengkel sesuai dengan tingkat kebutuhannya
tanpa kecuali untuk memperoleh nilai ekonomis dan utilitas yang optimum
dari kendaraannya. Tabel 4.5 menunjukkan ancaman persaingan yang
ditimbulkan oleh produk pengganti / subtitusi.
Tabel 4.5. Produk Pengganti / Subtitusi
ST T N R SR ST T N R SRKetersediaan Produk Pengganti / SubtitusiKetersediaan Produk Subtitusi Banyak √ Sedikit Banyak √ Sedikit
Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah
SR → Sangat Rendah
Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.
Faktor lingkungan <<<Ancaman Persaingan Saat Ini
>>> <<<Ancaman Persaingan Nanti
>>>
e. Kekuatan Tawar Pesaing Industri
Beberapa hal yang menyangkut persaingan antara lain pertumbuhan
industri, konsentrasi dan keseimbangan dalam industri, differensiasi
produk, biaya tetap, biaya alih dari pemain dan berbagai hal lainnya. Tabel
4.6 menunjukkan tingkat persaingan dalam industri perbengkelan.
39
Tabel 4.6. Persaingan Industri
ST T N R SR ST T N R SRRivalitas PersainganPertumbuhan Industri Cepat √ Lambat Cepat √ LambatDiferensiasi produk Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitBiaya Alih Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahStrategi korporasi Penting √ Tdk Penting Penting √ Tdk Penting
Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah
SR → Sangat Rendah
>>>
Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.
<<<Ancaman Persaingan Nanti
>>>Faktor lingkungan <<<Ancaman Persaingan Saat Ini
4.2.1.2. Data eksternal perusahaan berdasarkan lingkungan umum
Untuk mengidentifikasikan kesempatan atau peluang dan ancaman yang ada atau
yang mungkin dihadapi oleh perusahaan harus memperhatikan kondisi
lingkungan eksternal untuk kemudian merumuskan strateginya.
Analisis lingkungan (environmental scanning) meliputi (a) Kekuatan Ekomomi, (b)
Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan, (c) Kekuatan Politik,
Pemerintah dan Hukum, dan (d) Kekuatan Teknologi, Kota Bandung yang berada
di Propinsi Jawa Barat pada khususnya dan Republik Indonesia secara umum.
a. Kekuatan Ekonomi
Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997 lalu, kondisi
perekonomian secara garis besar mengalami perbaikan yang cukup
signifikan setiap tahunnya. Parameter ukur yang dapat digunakan sebagai
indikator membaiknya perekonomian Indonesia diantaranya adalah
kebijakan moneter, nilai tukar rupiah, suku bunga Bank Indonesia dan lain
sebagainya. Kebijakan moneter Bank Indonesia menurunkan suku bunga
Bank Indonesia (BI rate) menjadi 12.50% pada bulan Mei 2006 dengan
didukung oleh langkah ‐ langkah kebijakan lainnya diharapkan mampu
memberikan sinyal positif terhadap upaya untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan dapat menjaga kestabilan kondisi pasar keuangan.
40
Penurunan BI rate diikuti oleh penurunan suku bunga simpanan, suku bunga
penjaminan deposito rupiah 1 bulan tetap berada pada level 12.50%. Suku
bunga deposito per 18 Mei 2006 di seluruh bank menurun dan berada pada
kisaran 9% ‐ 12.50%. Secara tertimbang rata‐rata suku bunga deposito 1 bulan
tercatat 11.7% pada bulan April 2006, untuk suku bunga kredit modal kerja
(KMK) tercatat 16.3%, kredit investasi (KI) tercatat 15.9% dan suku bungan
kredit konsumsi sebesar 17.7%. Gambar 4.4 menunjukkan perkembangan
berbagai suku bunga, sebagai berikut:
Sumber : Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006, Bank Indonesia
Gambar 4.4 Perkembangan Berbagai Suku Bunga
Kebijakan tersebut yaang mulai berlaku 1 januari 2006 tersebut diharapkan
dapat memicu pertumbuhan industri otomotif, sekaligus merangsang
produksi mobil Indonesia mencapai 650 ribu per tahun. (I‐MAGZ, edisi 2‐
Februari 2007, P: 9). Pada bulan November 2006 Bank Indonesia
mengumumkan turunnya suku bunga BI menjadi 9.50%, hal ini sangat
disambut gembira oleh kalangan perbankan dan perusahaan pembiayaan.
Karena dengan turunya suku bunga BI tersebut, tingkat suku bunga leasing
otomotif secara bertahap akan turun dan memicu pertumbuhan volume
kredit kendaraan mencapai 24%. Kondisi tersebut tentunya akan berimbas
kepada bisnis yang terkait dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
BI Rate
Penjaminan Deposisto 1 bln
Depo 1 bln
Kredit Konsumsi
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
41
Nilai tukar rupiah yang semakin membaik semenjak krisis ekonomi dapat
memberikan sedikit harapan bagi sektor industri. Gambar 4.5 menunjukkan
rata – rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, sebagai beriku:
Sumber : Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006, Bank Indonesia
Gambar 4.5 Rata‐rata Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah ini sangat berdampak terhadap besarnya investasi yang
diperlukan bagi pengusaha lokal, khususnya dalam bidang–bidang usaha
yang memiliki ketergantungan terhadap produk asing (import) yang cukup
tinggi. Hal ini terjadi pada usaha perbengkelan yang secara langsung
membutuhkan sebagian besar pasokan – pasokan peralatan kerja dan
pendukungnya dari negara lain.
Gambaran situasi perekonomian tersebut diperkuat oleh hasil survey Bank
Indonesia yang ditunjukkan pada Gambar 4.6. menunjukkan peningkatan
nilai impor kelompok barang – nonmigas‐ berdasarkan laporan (dokumen
PIB)1).
42
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 4.6 Perkembangan Impor Nonmigas – berdasarkan laporan (dokumen PIB)1)
Perkembangan tersebut diikuti oleh pertumbuhan jumlah kendaran
bermotor roda empat di Kota Bandung khususnya yang mengalami
kenaikkan yang cukup signifikan dari tahun 2004 yang berjumlah 178.677
kendaraan meningkat menjadi 469.302 kendaraan di tahun 2005. Gambar 4.7
menunjukkan perkembangan jumlah kendaraan berdasarkan jenis /
kategorinya, sebagai berikut:
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
2004 2005 mei 2006
Sedan/Sedan Station danSejenisnya
Jeep dan Sejenisnya
Station Wagon/Minibus danSejenisnya
Bus/Micro Bus dan Sejenisnya
PickUp/Truck/Tracktor/Head/Tank/double cab
Sumber : DISPENDA Kota Bandung
Gambar 4.7 Perkembangan Jumlah Kendaraan di Kota Bandung
(Ribu USD)
43
Hal ini mendorong pertumbuhan industri terkait seperti industri perawatan
dan perbaikkan kendaraan bermotor (perbengkelan) yang secara langsung
sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat memiliki lokasi yang cukup
strategis, dilihat dari segi komunikasi dan perekonomian. Pada saat
pembentukkan Kota Bandung menjadi daerah otonom tanggal 1 April 1906
memiliki luas wilayah 1.922 Ha dan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1987 wilayah Administrasi Kota
Bandung diperluas menjadi 16.729,65 Ha. Kota Bandung memiliki iklim yang
dipengaruhi oleh daerah pegunungan sehingga cuaca yang terbentuk sejuk
dan lembab.
Laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh
Badan Statistik Kota Bandung sebesar 0.20% dengan jumlah penduduk hasil
susenas 2004 adalah 2.232.624 jiwa yang terdiri dari 1.131.945 jiwa penduduk
perempuan dan 1.100.679 jiwa penduduk laki‐laki dengan rata – rata
kepadatan penduduk Kota Bandung 13.346 jiwa/km2. Jumlah tenaga kerja
yang tercatat di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung sebanyak 42.275 pencari
kerja, lowongan yang tersedia sebanyak 2.218 orang dengan jumlah
penempatan hanya untuk 2.211 orang.
c. Kekuatan Politik, Pemerintah dan Hukum
Peran serta pemerintah dalam mendukung industri otomotif di tanah air
semakin meningkat antara lain dengan diterbitkanya Peraturan Pemerintah
no.41/2005 yang menetapkan nilai Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah
(PPnBM) sebesar 5‐10% bagi kendaraan bermotor yang diharapkan dapat
menggairahkan industri otomotif di Indonesia yang memiliki bobot 6.76%
44
pada pertumbuhan sektor industri pada tahun 2006 (I‐MAGZ, edisi 2‐
Februari 2007,P:10).
Khususnya dalam rangka melindungi dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat umum. Salah satu peran pemerintah dalam industri perawatan
dan perbaikan kendaraan bermotor dituangkan dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 141 tahun 2003 dan No. 35 Tahun 1993 tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan bermotor dan Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 551/MPP/Kep/10/1999
tentang bengkel umum kendaraan bermotor.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 141 tahun 2003 dan No. 35
Tahun 1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor,
mensyaratkan kendaraan bermotor yang beredar di jalan raya memiliki
ambang batas tertentu sebagaimana di uraikan dalan tabel 4.7. sebagai
berikut:
Tabel 4.7. Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Tipe dan Kategori Kendaraan
Bobot Kendaraan ≤ 2.5 ton dan Kapasitas Penumpang ≤ 5 orang
Bobot Kendaraan penumpang > 2.5 ton dan barang ≤ 3.5 ton tempat duduk 6-8 Kelas I RM(Reference Mass; berat kosong kendaraan + 100 kg massa) ≤ 1250
Kelas II 1250 kg <RM≤ 1700 kg
kelas III RM.1700 kg ditetapkan
Kendaraan angkutan orang > 8 orang sampai 5 ton dan angkutan barang 3.5 – 12 ton serta kendaran gandeng/penarik/tempel 3.5 ton lebih
Bah
an
Bak
ar
Ben
sin HC +
NOx sebesar 0.5 gr/km
HC + NOx sebesar 0.5 gr/km
HC + NOx sebesar 0.5 gr/km
HC+NOx sebesar 0.7 gr/km
-
Ken
dara
an K
ateg
ori M
da
n N
Bah
an
Bak
ar
Min
yak
Die
sel
HC + NOx sebesar 0.7 gr/km.
HC + Nox sebesar 0.7 gr/km
HC+NOx sebesar 1.0 gr/km
HC+NOx sebesar 1.2 gr/km
-
Ken
dara
an
kate
gori
M,
N, d
an O
- - - - CO sebesar 4.0 gr/kWh, sementara HC+NOx sebesar 7.0 gr/kWh
Sumber : INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006
Diharapkan dengan diterapkanya peraturan ini dapat mengurangi dampak
pencemaran udara dan secara tidak langsung mendorong pertumbuhan
industri perawatan kendaraan bermotor, dimana untuk memenuhi peraturan
45
ini para pemilik kendaran bermotor dituntut untuk lebih disiplin dalam
memelihara kendaraannya.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor :
551/MPP/Kep/10/1999 tentang bengkel umum kendaraan bermotor,
mengatur kualifikasi bengkel kendaraan roda empat dan roda dua dimana
setiap bengkel yang beroperasi selain harus memiliki ijin usaha juga harus
memenuhi standar bengkel yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini selain
untuk melindungi masyarakat dari praktik – praktik yang dapat merugikan
juga untuk mendukung program pemerintah antara lain pembatasan emisi
gas buang.
d. Kekuatan Teknologi
Pertumbuhan kendaraan roda empat di Indonesia diiringi oleh
perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Seperti ditunjukkan pada
gambar 1.7 sebelumnya, perkembangan teknologi otomotif yang cukup pesat
dimulai pada awal tahun 1990. Perkembangan ini didukung oleh kebijakan
impor kendaraan roda empat pada tahun 1998 yang memungkinkan untuk
mendatangkan kendaraan secara utuh dari negara asalnya. Hal ini
mendorong perkembangan otomotif di Indonesia semakin up to date dengan
perkembangan teknologi otomotif di negara lain khususnya Jepang, Eropa
dan Amerika.
Perkembangan teknologi otomotif memberikan dampak semakin
meningkatnya kompleksitas perawatan dan perbaikkan kendaraan bermotor,
berbagai teknologi terkait engine management yang diatur perangkat
elektronik, sistem transmisi yang dikontrol secara elektronik dan terintegrasi
dengan engine management dan berbagai perangkat lainnya yang menunjang
mobilitas kendaraan maupun faktor keselamatan yang hampir seluruhnya
memiliki kontrol elektronik dan terintegrasi dengan engine manegement.
46
Faktor–faktor tersebut sudah tentunya tidak dapat ditangani oleh peralatan
kerja konvensional/manual melainkan membutuhkan peralatan – peralatan
khusus yang masing‐masing dapat memiliki peran tersendiri.
Perkembangan teknologi tersebut juga berimbas kepada peningkatan
teknologi pada industri perawatan dan perbaikan kendaraan salah satu
contohnya adalah diterapkannya sistem informasi terpadu yang diterapkan
di setiap gerai/bengkel untuk meningkatkan utilitas dan pelayanan terhdap
konsumen.
4.2.2. Pengumpulan Data Internal Perusahaan
Metode Analisis Rantai Nilai Porter (Porter’s Value Chain Analysis) digunakan
untuk mendapatkan data internal perusahaan, data diperoleh dengan wawancara
manajemen tinggi, dan para manajer (Kepala Bidang) serta dokumen‐dokumen
terkait lainnya. Gambar 4.8. menunjukkan diagram analisis rantai nilai.
Gambar 4.8. Analisis Rantai Nilai Porter (Porter’s Value Chain Analysis)
Analisis faktor internal ini meliputi (a) manajerial, (b) keuangan, (c) sumber daya
manusia, (d) pengembangan teknologi, (e) pengadaan, (f) operasional dan (g)
pemasaran.
Supp
ort A
ctivi
ties
Supp
ort A
ctivi
ties
Primary ActivitiesPrimary Activities
Human Resource Management & General Affairs(Manpower Planning, Training & Dev., Career Path & Performance Ev., Reward System)
Firm Infrastructure(General Management, Strategic Planning, Accounting, Finance)
Technology Development(Produk & Process Improvement)
Procurement(Purchasing parts, material & supplies)
Marketing & Sales(Service Preparation)Penerimaan
(Service Delivery)Perbaikan
(Service Delivery)Perbaikan
(Post Delivery Service)PDS
OperationsOperations
ProfitMargin
47
a. Manajerial
Infrastruktur manajerial Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi meliputi
sistem perencanaan, sistem kontrol manajemen, sistem komunikasi dan
informasi, struktur organisasi, kepemimpinan, dan image perusahaan yang
terbentuk. Infrastruktur manejerial ini menggambarkan sistem manajemen
yang diterapkan untuk mencapai tujuan atau melaksanakan visi dan misi
perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya.
Sistem perencanaan yang dimaksud di sini secara umum adalah bagaimana
unit usaha ini mempersiapkan strategi, perencanaan untuk meningkatkan
kinerja dan performa usaha untuk mendorong daya saing, mempertahankan
dan meningkatkan pangsa pasar. Kondisi pada saat ini masih memiliki
tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kantor pusat khususnya
bidang perencanaan dan pengembangan, hal ini menyebabkan kurang
sinergi dalam proses pelaksanaan dan sering kali kurang terbarukan. Secara
khusus bagaimana manajemen mempersiapkan program kerja yang akan
dilaksanakan setiap tahunnya dan rencana eksekusi pekerjaan yang ada.
Rencana kerja ini dilaksanakan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) yang disusun setiap tahunnya. Selama ini penyusunan
RKAP merupakan dianggap sebagai kegiatan rutin yang telah dilaksanakan
pada setiap tahun dengan kurang memperhatikan situasi dan kondisi yang
berkembang di lingkungan industri.
Sistem kontrol manajemen dilaksanakan sepenuhnya oleh Satuan Pengawas
Internal (SPI) yang secara umum memeriksa proses pelaksanaan kegiatan
berdasarkan kesesuaian prosedur administrasi. Sistem kontrol manajemen
tingkat tinggi terhadap manajemen di bawahnya dalam Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi sendiri masih kurang begitu signifikan
sehingga proses pelaksanaan operasional masih kurang optimal.
48
Sistem komunikasi dan informasi yang diterapkan dalam Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi masih belum mengalami perubahan dari
semenjak dibentuknya. Sistem komando yang memiliki kecenderungan
sentralistik serta kurang singkron proses komunikasi dengan administrasi
menyebabkan kinerjanya kurang mengalami peningkatan.
Struktur organisasi yang diterapkan secara umum masih mengunakan
struktur organisasi perusahaan tahun 2003, namun dalam pelaksanaannya
sudah mulai mengadopsi struktur organisasi yang baru walaupun masih
terdapat beberapa posisi yang masing kosong dan dirangkap oleh personel
yang ada. Hal ini menimbulkan ketimpangan‐ketimpangan yang
menghambat perkembangan usaha.
Kepemimpinan yang ada masih bersifat sentralistik dan didominasi oleh
individu yang menyebabkan tidak berfungsinya alur komunikasi dan
komando yang sistematis sesuai dengan tupoksinya masing – masing.
Sehingga beberapa bagian tidak dapat berperan sesuai dengan fungsinya.
Image perusahaan yang ingin dibentuk sebagai unit usaha yang mandiri dan
profesional menjadi sangat sulit untuk diwujudkan. Tabel 4.8 menunjukkan
hasil penilaian terhadap infrastruktur manajemen yang ada di Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi.
Tabel 4.8. Infrastruktur Manajerial
SL L N K SKSistem perencanaan √Sistem kontrol manajemen √Sistem komunikasi & informasi √Struktur Organisasi √Kepemimpinan √Image Perusahaan √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait
Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah
N → NetralK → Kuat
SK → Sangat Kuat
Faktor Kekuatan & kelemahan
49
b. Keuangan
Faktor keuangan meliputi penyusunan anggaran, sumber‐sumber
pendanaan, managemen keuangan dan program pensiun.
Penyusunan anggaran dilaksanakan setiap tahunnya dituangkan dalam
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Unit Usaha Perbengkelan &
Transportasi berdasarkan penggunaan anggaran tahun sebelumnya dan
kegiatan‐kegiatan tambahan yang bersifat situasional. Sering kali kurang
memperhatikan perkembangan industri dan lingkungan yang memerlukan
langkah‐langkah strategis untuk mengoptimalisasi operasional dalam bentuk
program‐program pengembangan.
Sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari anggaran PD.Jasa dan
Kepariwisataan yang ditunjang oleh penyertaan modal pemerintah melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya. Jumlah
penyertaan modal yang cukup besar khususnya untuk tahun anggaran 2006
dan 2007 dapat memicu perkembangan apabila dapat dimanfaatkan secara
optimal.
Managemen keuangan yang diterapkan sesuai dengan petunjuk pelaksanan
yang telah ditetapkan oleh kantor pusat sehingga kurang fleksibel dalam
mengahdapi kondisi industri yang dinamis.
Program pensiun bagi seluruh karyawan belum dapat diakomodir, sehingga
jaminan sosial bagi karyawan masih relatif rendah. Tabel 4.9 menunjukkan
hasil penilaian faktor keuangan di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi.
50
Tabel 4.9. Faktor Keuangan
SL L N K SKPenyusunan Anggaran √Sumber Pendanaan Jangka Panjang √Management Keuangan √Program Pensiun √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait
Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah
N → NetralK → Kuat
SK → Sangat Kuat
Faktor Kekuatan & kelemahan
c. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam bisnis
ini, hal ini meliputi proses seleksi, penerimaan dan penempatan, sistem
penggajian, sistem penghargaan, promosi, dan sistem training.
Proses seleksi sepenuhnya dilaksanakan oleh kantor pusat dengan
memperhatikan permohonan dan kebutuhan unit usaha. Proses penerimaan
ini disesuaikan dengan kebutuhan dan program pengembangan sumber
daya manusia secara keseluruhan sehingga sering kali terjadi ketimpangan–
ketimpangan baik dari segi jumlah, tingkat pendidikan dan keterampilan
yang kurang sesuai dengan kebutuhan yang ada di unit usaha. Penempatan
tenaga kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan dari kantor pusat sehingga
berdampak terhadap unit usaha.
Sistem penggajian setiap unit usaha sama dengan sistem penggajian kantor
pusat demikian juga dengan Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang
mengacu kepada surat edaran Gubernur Propinsi Jawa Barat mengenai
sistem penggajian Perusahaan Daerah. Hal ini menjadi kurang efektif dalam
merangsang pertumbuhan di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi pada
khususnya.
Sistem penghargaan dan promosi yang tidak berjalan dengan baik selama ini
menyebabkan terhambatnya pengembagan kinerja sumber daya manusia,
51
semenjak penggabungan Perusahaan Daerah proses penghargaan dan
promosi secara nyata tidak berjalan secara semestinya.
Program pelatihan yang sangat diperlukan untuk menjaga kualitas sumber
daya manusia agar selalu mengikuti perkembangan industri perbengkelan
tidak berjalan secara sistematis dan berkesinambungan, dapat terlihat dari
kurangnya program‐program pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak
perusahaan. Tabel 4.10 memperlihatkan hasil penilaian terhadap kondisi
sumber daya manusia yang ada di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi.
Tabel 4.10. Sumber Daya Manusia
SL L N K SKProses seleksi, Penerimaan & Penempatan √Sistem Penggajian √Sistem Penghargaan, Promosi √Sistem Training √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait
Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah
N → NetralK → Kuat
SK → Sangat Kuat
Faktor Kekuatan & kelemahan
d. Pengembangan Teknologi
Penggunaan teknologi sangat erat kaitannya dalam bisnis ini dimana
perkembangan teknologi otomotif yang semakin pesat, khususnya teknologi
peralatan‐peralatan penunjang dan perbaikan. Pengembangan teknologi
meliputi teknologi yang digunakan, pemilihan teknologi, fasilitas
operasional dan fasilitas pendukung.
Teknologi yang digunakan sangat erat kaitannya dengan kualitas yang
dihasilkan, beberapa proses perbaikkan memerlukan penggunaan peralatan
khusus. Sebagai contoh proses tune up mesin dapat dilaksanakan secara
manual maupun dengan menggunakan peralatan khusus yang tentunya
akan memperoleh hasil yang lebih presisi.
52
Pemilihan teknologi yang akan digunakan tentunya erat kaitannya dengan
segmen pasar yang akan dilayani, Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
dalam hal ini sebagai bengkel yang mampu melayani semua jenis kendaraan
tentunya memiliki sebaran yang luas terkait dengan teknologi tersebut.
Namun demikian skala prioritas tetap menjadi perhatian utama dalam
memberikan pelayanan kepada konsumen.
Fasilitas operasional yang ada tergolong cukup lengkap sesuai dengan
kategori bengkelnya, namun demikian beberapa peralatan telah beroperasi
dalam jangka waktu yang cukup lama dan belum ada proses peremajaan.
Proses peremajaan tentunya sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan
kerja yang semakin komplek dan dituntut ketepatan waktu. Kondisi Unit
Usaha Perbengkelan & Transportasi masih menggunakan fasilitas
operasional hasil ambil alih PD.Kerta Wahana pada tahun 1999 dan hingga
tahun 2006 belum mengalami perubahan yang cukup berarti.
Fasilitas pendukung meliputi sarana‐prasarana kerja masih tergolong
sederhana dan belum banyak mengalami perubahan yang signifikan sejalan
dengan perkembangan fasilitas operasional lainnya. Tabel 4.11.
memperlihatkan perkembangan teknologi yang ada di Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan Kepariwisataan.
Tabel 4.11. Pengembangan Teknologi
SL L N K SKTeknologi yang Digunakan √Pemilihan Teknologi √Fasilitas Operasional √Fasilitas Pendukung √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait
Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah
N → NetralK → Kuat
SK → Sangat Kuat
Faktor Kekuatan & kelemahan
53
e. Pengadaan
Proses pengadaan dalam hal ini pengadaan barang dan jasa guna
mendukung proses operasional yang ada untuk memperoleh hasil yang
optimum dan sesuai dengan harapan pelanggan meliputi pemilihan
suppliers, kontrol kualitas pembelian barang, material managemen dan
analisis harga, biaya serta standarisasi barang.
Dalam proses pengadaan barang dan jasa yang bersifat sebagai support atau
peralatan pendukung dan menggunakan alokasi dana khusus dari kantor
pusat menggunakan metode lelang sesuai dengan Kepres 80 tahun 2003 yang
disempurnakan oleh Kepres 06 tahun 2006 dan dilaksanakan oleh panitia
yang dibentuk oleh kantor pusat. Untuk pembelian bahan dan material yang
terkait langsung dengan proses produksi dapat dilaksanakan secara
langsung oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi.
Pemilihan supplier yang berlangsung selama ini berdasarkan kepada
kebutuhan rutin setiap periode tertentu dan dari segi kuantitas relatif sedikit
sehingga supplier yang dipilih yang memiliki lokasi terdekat dan mampu
memberikan penawaran terbaik, untuk setiap komponen atau peralatan
memiliki satu atau lebih supplier. Keterbatasan pemakaian bahan baku
menyebabkan posisi tawar yang dimiliki Unit Usaha Perbengkelan &
Transportasi menjadi lemah, dimana supplier utama yang mampu
memberikan penawaran yang lebih menarik tidak mampu diakomodasi
terkait dengan kondisi internal yang kurang memadai.
Kontrol kualitas terhadap pembelian barang dilaksanakan sebatas
pengamatan visual dan kesesuaian barang dengan kode barang serta
identitas dalam kemasan, dimana barang‐barang kualitas satu khusus untuk
spare parts memiliki kode barang yang sesuai dengan kode dalam katalog
yang diterbitkan oleh pembuatnya.
54
Material managemen dalam hal ini pengaturan stok parts dan bahan baku
habis pakai dilaksanakan secara manual dengan menggunakan kartu kontrol
dimana untuk setiap parts atau bahan habis pakai memiliki batas bawah dan
batas untuk menentukan jumlah stok di gudang. Pada saat parts tersebut
telah mencapai jumlah batas bawah maka bagian gudang segera melakukan
proses pemesanan atau pembelian barang tersebut. Namun demikian karena
pengadaan barang tersebut masih bersifat pembelian langsung sehingga
ketepatan waktu penyediaan barang tersebut menjadi tidak terukur.
Analisis harga dan biaya secara umum dibagi dua kelompok yang pertama
analisis biaya untuk kelompok konsumen umum (non dinas) yang kedua
analisis biaya untuk kelompok konsumen dinas. Hal ini dibedakan karena
sifat pembayaran dan penagihan untuk kedua kelompok tersebut berbeda.
Untuk kelompok pertama dikenakan tarif parts standar price list dan harga
jasa yang telah ditetapkan serta pengenaan pajak, untuk kelompok kedua
dikenai biaya tambahan disesuaikan dengan metode dan jangka waktu
pembayaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan kesepakan. Tabel 4.12.
menunjukkan kondisi pengadaan barang dan jasa di Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi.
Tabel 4.12. Pengadaan
SL L N K SKPemilihan supplier √Kontrol kualitas Pembelian barang √Material Management √Analisis Harga, Biaya & Standarisasi √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait
Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah
N → NetralK → Kuat
SK → Sangat Kuat
Faktor Kekuatan & kelemahan
55
f. Operasional
Operasional merupakan bagian utama dari rangkaian pelayanan kepada
konsumen hal ini sangat bergantung kepada fasilitas, kapasitas,
produktifitas, kontrol kualitas, kepemimpinan dan automasi.
Fasilitas operasional bengkel meliputi sarana prasarana dan peralatan yang
dipergunakan dalam proses perawatan dan perbaikkan kendaraan. Semakin
lengkap fasilitas yang disediakan akan meningkatkan kemampuan dan
kualitas proses perawatan maupun perbaikkan kendaraan. Seiring
perkembangan teknologi proses peremajaan menjadi sangat penting guna
menunjang perkembangan proses perawatan yang dibutuhkan. Kondisi pada
saat ini secara kuantitas dapat dikatakan cukup namun dari segi kualitas
fasilitas yang ada masih banyak memerlukan peremajaan mengingat masa
pakai yang relatif cukup lama.
Kapasitas bengkel yang ada pada saat ini masih cukup memadai dimana
mampu menampung lebih dari delapan kendaraan sekaligus dan dapat
dikembangkan menjadi empat belas kendaraan sekaligus. Total stall (area
perbaikkan) yang dimiliki mencapai sepuluh stall, kapasitas tersebut masih
belum termanfaatkan secara optimal.
Produktifitas kerja karyawan masih belum optimal dilihat dari beban kerja
dengan jumlah karyawan yang ada. Sebaran keterampilan setiap karyawan
yang cukup beragam dan tidak merata menyebabkan pembagian beban
pekerjaan kurang proporsional.
Kontrol kualitas terhadap hasil pekerjaan khususnya bagian operasional
terkait dengan produk jasa yang dihasilkan masih memiliki beberapa
kelemahan khususnya pada pelaksanaannya di lapangan. Beberapa
komponen terkait memiliki tugas dan tanggung jawab yang berhubungan
dilaksanakan oleh personel yang sama.
56
Kepemimpinan yang diterapkan di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
masih bersifat sentralistik dan terfokus kepada beberapa personel. Hal ini
menyebabkan sering terjadi kesalahan koordinasi dan komunikasi di tingkat
pelaksana. Namun demikian distribusi informasi bermula dari satu sumber
yang secara langsung bertanggung jawab terhadap seluruh komponen yang
ada.
Sistem automasi dalam perbengkelan meliputi automasi pengolahan data
dan automasi peralatan. Dari sisi automasi peralatan yang dimiliki pada saat
ini masih tergolong rendah, dimana mesin dan peralatan automasi untuk
proses perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor mulai bermunculan
pada masa sistem komputerisasi mesin kendaraan diperkenalkan. Hal ini
masih belum menarik perhatian Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
pada saat itu, namun demikian secara bertahap mulai menjajagi
kemungkinan‐kemungkinan automasi peralatan yang ada. Tabel 4.13.
memperlihatkan kondisi operasional di Unit Usaha Perbengkelan
&Transportasi.
Tabel 4.13. Operasional
SL L N K SKFasilitas √Kapasitas √Produktifitas √Kontrol Kualitas √Kepemimpinan √Automasi √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait
Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah
N → NetralK → Kuat
SK → Sangat Kuat
Faktor Kekuatan & kelemahan
g. Pemasaran
Proses pemasaran yang memegang peranan penting dalam meningkatkan
penjualan dan memperkenalkan produk kepada konsumen masih belum
57
dioptimalkan, beberapa komponen pemasaran meliputi analisa pasar,
promosi, tenaga pemasaran, strategi pemasaran dan pengembangan produk.
Analisa pasar seyogyanya dilaksanakan secara periodik untuk mengetahui
perkembangan pasar dan tren yang ada di industri perbengkelan. Namun
demikian captive market dari lingkungan dinas dan instansi yang secara
alamiah menjadi pelanggan tetap Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
menyebabkan analisa pasar kurang menjadi perhatian dan tidak mendapat
porsi yang sesuai. Lambat laun hal ini menyebabkan kurang tanggapnya
Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi terhadap pertumbuhan persaingan
yang ada dan tentunya berdampak langsung terhadap pertumbuhan usaha.
Proses promosi secara khusus tidak dilaksanakan karena berbagai macam
pertimbangan antara lain adanya captive market dari lingkungan dinas dan
instansi.
Tenaga pemasaran yang khusus tidak tersedia dan beberapa personel
merangkap jabatan sehingga dapat diprediksikan hasilnya kurang optimum.
Strategi pemasaran secara khusus tidak dirumuskan, namun demikian target
pemasaran dari tahun‐ketahun di titik beratkan kepada pasar kendaraan
dinas dan instansi di lingkungan Propinsi Jawa Barat.
Pengembangan produk untuk memberikan layanan yang lebih kepada
konsumen belum berjalan dengan optimum, produk – produk umum yang
menjadi kebutuhan dasar kendaraan operasional menjadi tulang punggung
Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi. Tabel 4.14 menunjukkan kondisi
pemasaran yang ada.
58
Tabel 4.14 Pemasaran
SL L N K SKAnalisa Pasar √Promosi & Advertising √Tenaga Pemasaran √Startegi Pemasaran √Pengembangan produk √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait
Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah
N → NetralK → Kuat
SK → Sangat Kuat
Faktor Kekuatan & kelemahan
4.3. Analisis dan Interpretasi
4.3.1. Analisis Lingkungan Eksternal
Data‐data eksternal yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar penilaian
menyeluruh mengenai kondisi kemenarikan industri perbengkelan (industry
attractiveness). Tabel 4.15 merupakan gambaran penilaian menyeluruh yang
dihitung berdasarkan nilai rata‐rata dari setiap faktor eksternal.
Tabel 4.15. Penilaian Keseluruhan Ancaman Persaingan Lingkungan Eksternal
ST T N R SR ST T N R SRPenilaian Menyeluruh √ √
Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah
SR → Sangat Rendah
Faktor lingkunganAncaman Persaingan Saat Ini Ancaman Persaingan Nanti
Dari hasil penilaian tersebut dapat diidentifikasikan kesempatan atau peluang
dan ancaman yang ada pada industri perbengkelan sebagaimana diuraikan pada
table 4.16. sebagai berikut:
59
Tabel 4.16. Faktor‐Faktor Peluang dan Ancaman
Peluang (O) Ancaman (T) 1. Pertumbuhan Industri cukup pesat
2. Perkembangan teknologi otomotif
3. Pertumbuhan pasar bengkel cukup besar
4. Pertumbuhan kendaraan roda empat cukup besar
5. Hambatan masuk bagi pesaing cukup besar
6. Kerjasama dengan manufacture terbuka
7. Kerjasama pelatihan teknik terbuka
8. Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah cukup besar
9. Jumlah pemasok cukup banyak
10. Kerjasama operasi dengan pemasok terbuka
11. Regulasi pembatasan emisi gas buang mulai diterapkan
12. Regulasi pemerintah untuk standarisasi bengkel mulai diterapkan
1. Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized dealer (Kompetitor) semakin besar
2. Banyak pesaing yang memiliki kemampuan yang sama atau lebih
3. Tumbuhnya Pesaing dengan dukungan manufaktur roda empat.
4. Posisi tawar konsumen cukup kuat
5. Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada pesaing yang menawarkan harga lebih murah denga kualitas layanan sama atau lebih baik.
6. pemasok dapat mempengaruhi harga pasar
4.3.2. Analisis Lingkungan Internal
Data–data internal perusahaan yang diperoleh berdasarkan penilaian Critical
Success Factor (CSF) dapat dilihat pada table 4.17.
Tabel 4.17. Penilaian Keseluruhan Kondisi Internal
SL L N K SKManagerial √Keuangan √HRD √Teknologi √Procurement √Operasi √Marketing & Sales √
Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah
N → NetralK → Kuat
SK → Sangat Kuat
Faktor Kekuatan & kelemahan
Kriteria yang digunakan untuk mengukur CSF ini dirumuskan berdasarkan pada
hasil wawancara internal yang dilaksanakan sebanyak dua kali. Kriteria‐kriteria
60
tersebut adalah (a) faktor manajerial yang antara lain dapat dilihat dari sistem
perencanaan kerja, system manajemen informasi, (b) faktor keuangan yang antara
lain dapat dilihat dari penyusunan anggaran dan manajemen keuangan, (c) faktor
sumber daya manusia yang antara lain dapat dilihat dari program pengembangan
tenaga kerja dan rewad system, (d) faktor teknologi yang antara lain dapat dilihat
dari penggunaan teknologi untuk aktifitas operasional, (e) faktor procurement
yang antara lain dapat dilihat dari pemilihan pemasok dan control kualitas, (f)
faktor operasi yang antara lain dapat dilihat dari fasilitas, kapasitas dan
produktifitas kerja, dan (g) faktor pemasaran yang antara lain dapat dilihat dari
promosi & advertisisng, program pemasaran dan tenaga pemasaran.
Berdasarkan analisis lingkungan internal di atas, dapat diidentifikasikan kekuatan
dan kelemahan pada Tabel 4.18. sebagai berikut:
Tabel 4.18. Faktor‐Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Dukungan pemerintah dalam penyertaan
modal 2. Sumber daya manusia dengan beragam
keterampilan 3. Sumber daya keuangan cukup baik 4. Peralatan teknis cukup lengkap 5. Memiliki hubungan yang baik dengan
pemasok 6. Memiliki hubungan yang baik dengan
asosiasi 7. Kapasitas yang cukup besar 8. Lokasi bengkel yang strategis 9. memiliki konsumen potensial (kendaraan
operasional dinas pemerintah)
1. Birokrasi yang panjang 2. Manajemen SDM kurang berjalan dengan
baik 3. Manajemen kualitas lemah 4. Supply chain manajemen lemah 5. Pembagian SDM operasi & adm yang tidak
merata 6. peralatan teknis (diagnostic tools) tidak up to
date 7. Sistem dokumentasi data lemah 8. Tidak ada standar operasi yang baku 9. Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus
untuk meningkatkan dan menjaga penjualan.
4.3.3. Pengerucutan Faktor‐Faktor Strategis
Untuk mempertajam faktor‐faktor strategis yang disusun dalam Matriks SWOT
seperti di tunjukkan dalam tabel 4.19. menggunakan analisis Matriks EFAS,
Matriks IFAS dan Matriks SFAS.
61
Tabel 4.19. SWOT
Ancaman (Threath)• Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized
dealer (Kompetitor) semakin besar• Banyak pesaing yang memiliki kemampuan yang sama atau
lebih• Tumbuhnya Pesaing dengan dukungan manufaktur roda
empat.• Posisi tawar konsumen cukup kuat• Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada• pesaing yang menawarkan harga lebih murah denga• kualitas layanan sama atau lebih baik.• pemasok dapat mempengaruhi harga pasar
Kelemahan (Weakness)• Birokrasi yang panjang• Manajemen SDM kurang berjalan dengan baik• Manajemen kualitas lemah• Supply chain manajemen lemah• Pembagian SDM operasi & adm yang tidak merata• peralatan teknis (diagnostic tools) tidak up to date• Sistem dokumentasi data lema• Tidak ada standar operasi yang baku• Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus untuk
meningkatkan dan menjaga penjualan.
Peluang (Opportunities)• Pertumbuhan Industri cukup pesat• Perkembangan teknologi otomotif• Pertumbuhan pasar bengkel cukup besar• Pertumbuhan kendaraan roda empat cukup besar• Hambatan masuk bagi pesaing cukup besar• Kerjasama dengan manufacture terbuka• Kerjasama pelatihan teknik terbuka• Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah cukup
besar• Jumlah pemasok cukup banyak• Kerjasama operasi dengan pemasok terbuka• Regulasi pembatasan emisi gas buang mulai diterapkan• Regulasi pemerintah untuk standarisasi bengkel mulai
diterapkan
Kekuatan (Strenght)• Dukungan pemerintah dalam penyertaan modal• Sumber daya manusia dengan beragam keterampilan• Sumber daya keuangan cukup baik• Peralatan teknis cukup lengkap• Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok • Memiliki hubungan yang baik dengan asosiasi• Kapasitas yang cukup besar• Lokasi bengkel yang strategis• memiliki konsumen potensial (kendaraan operasional dinas
pemerintah)
Eksternal FaktorInternal Faktor
Ancaman (Threath)• Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized
dealer (Kompetitor) semakin besar• Banyak pesaing yang memiliki kemampuan yang sama atau
lebih• Tumbuhnya Pesaing dengan dukungan manufaktur roda
empat.• Posisi tawar konsumen cukup kuat• Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada• pesaing yang menawarkan harga lebih murah denga• kualitas layanan sama atau lebih baik.• pemasok dapat mempengaruhi harga pasar
Kelemahan (Weakness)• Birokrasi yang panjang• Manajemen SDM kurang berjalan dengan baik• Manajemen kualitas lemah• Supply chain manajemen lemah• Pembagian SDM operasi & adm yang tidak merata• peralatan teknis (diagnostic tools) tidak up to date• Sistem dokumentasi data lema• Tidak ada standar operasi yang baku• Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus untuk
meningkatkan dan menjaga penjualan.
Peluang (Opportunities)• Pertumbuhan Industri cukup pesat• Perkembangan teknologi otomotif• Pertumbuhan pasar bengkel cukup besar• Pertumbuhan kendaraan roda empat cukup besar• Hambatan masuk bagi pesaing cukup besar• Kerjasama dengan manufacture terbuka• Kerjasama pelatihan teknik terbuka• Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah cukup
besar• Jumlah pemasok cukup banyak• Kerjasama operasi dengan pemasok terbuka• Regulasi pembatasan emisi gas buang mulai diterapkan• Regulasi pemerintah untuk standarisasi bengkel mulai
diterapkan
Kekuatan (Strenght)• Dukungan pemerintah dalam penyertaan modal• Sumber daya manusia dengan beragam keterampilan• Sumber daya keuangan cukup baik• Peralatan teknis cukup lengkap• Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok • Memiliki hubungan yang baik dengan asosiasi• Kapasitas yang cukup besar• Lokasi bengkel yang strategis• memiliki konsumen potensial (kendaraan operasional dinas
pemerintah)
Eksternal FaktorInternal Faktor
4.3.3.1. Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)
Matriks ini memberikan gambaran untuk mengevaluasi informasi kompetitif
meliputi situasi dan kondisi ekonomi, industri, social, cultural, lingkungan,
politik, pemerintah, hukum dan teknologi. Matriks ini disusun oleh faktor–faktor
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan, dengan melihat faktor–
faktor yang dapat mempengaruhi strategi perusahaan saat ini dengan
memberikan bobot tertinggi untuk faktor yang memiliki dampak paling basar.
Penilaian diberikan untuk melihat besarnya respon yang harus diberikan
perusahaan terhadap faktor–faktor tersebut. Seluruh penilaian tersebut diperoleh
dari hasil wawancara dengan nara sumber yang dianggap kompeten. Untuk Unit
Usaha Perbengkelan dan Transportasi dapat dilihat pada table 4.20. sebagai
berikut:
62
Tabel 4.20. Matriks EFAS
Faktor Strategis Eksternal Bobot Nilai Nilai Terbobot Komentar
Peluang (Opportunities)O1 Pertumbuhan Industri cukup pesat 10% 4.00 0.40 Pertumbuhan rata-rata pertahun diatas 10%O2 Perkembangan teknologi otomotif 9% 4.00 0.36 Peningkatan kebutuhan peralatan uji.O3 Pertumbuhan pasar bengkel cukup besar 5% 3.00 0.15O4 Pertumbuhan kendaraan roda empat cukup besar 5% 3.00 0.15 Pertumbuhan rata-rata pertahun diatas 100%O5 Hambatan masuk bagi pesaing cukup besar 5% 2.00 0.10 Dibutuhkan investasi awal yang cukup besar.O6 Kerjasama dengan manufaktur terbuka 4% 2.00 0.08 New vehicle warrantyO7 Kerjasama pelatihan teknik terbuka 4% 2.00 0.08 Adanya trainning center yang dibuka untuk mekanik umum.O8 Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah cukup besar 6% 3.00 0.18 Kendaraan dinas yang ada di kota BandungO9 Jumlah pemasok cukup banyak 3% 2.00 0.06 UKM binaan Manufacturer, dan importir umum.O10 Kerjasama operasi dengan pemasok terbuka 3% 2.00 0.06 Pemasok-pemasok utama / besar membuka kerjasama operasi
untuk memperluas jaringan.O11 Regulasi pembatasan emisi gas buang mulai diterapkan 4% 4.00 0.16 Akan berdampak pada peningkatan jumlah konsumenO12 Regulasi pemerintah untuk standarisasi bengkel mulai diterapkan 3% 2.00 0.06 Standarisasi bengkel sebagai persyaratan untuk mendapatkan
otorisasi sebagai bengkel rujukkan uji emisi dsb.
Ancaman (Threath)T1 Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized dealer (Kompetitor)
semakin besar10% 2.00 0.20 Mempercepat transfer knowledge untuk produk-produk terbaru.
T2 Banyak pesaing yang memiliki kemampuan yang sama atau lebih 5% 2.00 0.10 Memberikan alternatif pilihan kepada konsumen.T3 Tumbuhnya Pesaing dengan dukungan manufaktur roda empat. 5% 2.00 0.10 Authorized dealer meningkatkan kapasitas bengkel yang ada
untuk menambah daya serap pasar.T4 Posisi tawar konsumen cukup kuat 7% 2.00 0.14 Konsumen dapat menentukan kualitas layanan yang
diharapkan.T5 Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada pesaing yang menawarkan
harga lebih murah denga kualitas layanan sama atau lebih baik.7% 2.00 0.14 Konsumen memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap
harga.T6 pemasok dapat mempengaruhi harga pasar 5% 2.00 0.10 Pemasok dapat meningkatkan harga pasar dengan berafiliasi
dengan pemasok sejenis.Total 100% 2.62
Nilai terbobot yang diperoleh sebesar 2.62 menunjukkan respon perusahaan
terhadap faktor eksternal yang dapat berdampak pada kinerja saat ini dan
perkembangan ke depan cukup lemah.
4.3.3.2. Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Matriks ini memberikan gambaran untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
utama di dalam suatu bisnis. Bobot yang di peroleh menggambarkan besarnya
dampak terhadap perusahaan dan nilai menunjukkan respon atau reaksi
perusahaan terhadap dampak tersebut. Besarnya penilaian yang diperoleh
berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber dari lingkungan manajemen
perusahaan. Matriks IFAS untuk Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat
dilihat dalam tabel 4.21. di bawah ini.
63
Tabel 4.21. Matriks IFAS
Faktor Strategis Internal Bobot Nilai Nilai Terbobot Komentar
Kekuatan (Strenght)S1 Dukungan pemerintah dalam penyertaan modal 8% 4.00 0.32S2 Sumber daya manusia dengan beragam keterampilan 6% 3.00 0.18 Latar belakang pendidikan yang berfariasiS3 Sumber daya keuangan cukup baik 7% 3.00 0.21 Adanya penyertaan modal setiap tahunnya.S4 Peralatan teknis cukup lengkap 6% 3.00 0.18 Sesuai persyaratan untuk kualifikasi B1S5 Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok 3% 2.00 0.06S6 Memiliki hubungan yang baik dengan asosiasi 3% 2.00 0.06 Sebagai media informasi yang cukup up to date.S7 Kapasitas yang cukup besar 8% 3.00 0.24 Kapasitas bengkel yang terpakai masih rendah.S8 Lokasi bengkel yang strategis 8% 3.00 0.24 Berada di pusat kota bandungS9 memiliki konsumen potensial (kendaraan operasional dinas
pemerintah)7% 3.00 0.21 Kendaraan operasional dinas pemerintah
Kelemahan (Weakness)W1 Birokrasi yang panjang 8% 2.00 0.16 kebijakan-kebijakan dipusatkan di tingkat kepala unit, baik
itu kebijakan umum, opersional maupun keuangan.W2 Manajemen SDM kurang berjalan dengan baik 6% 2.00 0.12 Masih bersifat insidensial.W3 Manajemen kualitas lemah 5% 2.00 0.10 Karyawan menilai kualitas kerja secara individu.W4 Supply chain manajemen lemah 4% 2.00 0.08 Stock material dan parts masih bersifat insidensial.W5 Pembagian SDM operasi & adm yang tidak merata 4% 2.00 0.08 Proporsi tidak berimbangW6 peralatan teknis (diagnostic tools ) tidak up to date 4% 3.00 0.12 Engine ScanerW7 Sistem dokumentasi data lemah 3% 3.00 0.09 Khusunya data operasionalW8 Tidak ada standar operasi yang baku 5% 2.00 0.10 SOP tidak ditetapkanW9 Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus untuk meningkatkan
dan menjaga penjualan.5% 3.00 0.15 Promosi dan pemasaran belum dilaksanakan secara
proaktif.Total 100% 2.70
Nilai terbobot yang diperoleh sebesar 2.70 menunjukkan respon perusahaan
terhadap faktor internal yang dapat berdampak pada kinerja saat ini dan
perkembangan ke depan cukup lemah.
4.3.3.3. Matriks SFAS (Strategic Factors Analysis Summary)
Matriks ini merupakan rangkuman dari matriks IFAS dan EFAS, dibobot ulang
namun tetap mengadopsi nilai yang sama. Variable‐variabel yang masuk kedalam
matriks ini di susun berdasarkan variable yang memiliki bobot terbesar dari
matrik IFAS dan EFAS sehingga dapat memberikan jumlah variable yang mudah
untuk dikendalikan dalam membantu memformulasikan faktor strategis
selanjutnya. Matriks SFAS dapat dilihat pada table 4.22. berikut ini.
64
Tabel 4.22. Matriks SFAS
Faktor Strategis Bobot Nilai Nilai Terbobot
Shor
tIn
term
edia
teLo
ng
Komentar
S1 Dukungan pemerintah dalam penyertaan modal 7% 4.00 0.28 x Adanya penyertaan modal setiap tahunnya.S7 Kapasitas bengkel yang masih cukup besar 7% 3.00 0.21 x x Kapasitas bengkel yang terpakai masih rendah.S8 Lokasi yang strategis 7% 3.00 0.21 x Relatif mudah dijangkauS9 Memiliki konsumen potensial (kendaraan dinas pemerintah) 6% 3.00 0.18 x x Adanya rekomendasi gubernur untuk seluruh dinas, instansi dan
BUMD untuk menggunakan fasilitas unit usaha perbengkelan PDJK dalam memelihara dan perbaikan kendaraan operasional.
W1 Birokrasi yang panjang 7% 2.00 0.14 x kebijakan-kebijakan dipusatkan di tingkat kepala unit, baik itu kebijakan umum, opersional maupun keuangan.
W2 Manajemen SDM kurang berjalan dengan baik 5% 2.00 0.11 x Masih bersifat insidensialW8 Tidak ada standar operasi yang baku 4% 2.00 0.09 x Standar operasi yang baku tidak berjalan dengan baik dan tidak up to
date.W9 Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus untuk meningkatkan
dan menjaga penjualan4% 3.00 0.13 x Promosi dan pemasaran belum dilaksanakan secara proaktif.
O1 Pertumbuhan Industri cukup pesat. 9% 4.00 0.35 x x Pertumbuhan rata-rata pertahun diatas 10%O2 Teknologi otomotif yang berkembang pesat. 8% 4.00 Peningkatan kebutuhan alat ujiO3 Pertumbuhan pasar bengkel mobil cukup besar. 4% 3.00 0.13 x x Ada peningkatan jumlah kendaraan cukup besarO8 Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah meningkat 5% 2.00 0.11 x Adanya penambahan armada baru dan peremajaan setiap tahunnyaT1 Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized
(pesaing) meningkat9% 2.00 0.18 x Mempercepat transfer knowledge untuk produk-produk terbaru.
T4 Posisi tawar konsumen cukup kuat. 6% 2.00 0.12 x Konsumen dapat menentukan kualitas layanan yang diharapkan.T5 Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada pesaing yang
menawarkan harga lebih mudah dengan kualitas pelayanan sama atau lebih baik.
6% 2.00 0.12 x Konsumen memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap harga.
T6 Pemasok dapat mempengaruhi harga pasar. 4% 2.00 0.09 x Pemasok dapat meningkatkan harga pasar dengan berafiliasi dengan pemasok sejenis.
Total 100% 2.45
Duration
Nilai terbobot yang diperoleh sebesar 2.45 menunjukkan respon perusahaan
secara menyeluruh terhadap faktor internal dan eksternal yang dapat berdampak
pada kinerja saat ini dan perkembangan ke depan cukup lemah.
4.4. Perumusan Strategi
4.4.1. Metode Perumusan Strategi
Metode perumusan strategi ditunjukkan dalam gambar 4.9. dimana Strategi
dirumuskan dengan menggunakan matriks strategi generik dan matriks empat
strategi dasar yang disusun berdasarkan analisis SWOT. Kemudian dirumuskan
dalam matrik TOWS sebagai dasar untuk membangun sustainability dan formula
strategi.
65
Gambar 4.9. Metode Perumusan Strategi
4.4.2. Matriks Strategi Generik
Strategi generik atau dikenal pula sebagai strategi bisnis atau startegi kompetitif
merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk perbaikan posisi kompetitif
perusahaan dalam hal ini Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi. Berikut bagan
Matriks Strategi Generik yang ditunjukan dalam gambar 4.10.
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Gambar 4.10. Matriks Strategi Generik Porter
Melihat faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi seperti ditunjukkan dalan tabel 4.19., untuk
memperbaiki posisi kompetitif perusahaan diperlukan dua tahapan proses
meliputi perbaikan kelemahan dan meningkatkan kekuatan.
SWOT
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
Perumusan Strategi berdasarkan Matriks Strategi Generik
Perumusan Strategi berdasarkan Matriks Empat Strategi
Dasar
TOWS Matriks
Membangun Sustainability / interlocking activity
Formula Strategi
66
Kelemahan–kelemahan yang dimiliki oleh Unit Usaha Perbengkelan &
Transportasi cukup menghawatirkan hal ini disebabkan lambatnya proses
pengembangan diri yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: birokrasi
yang panjang dimana setiap proses pegambil keputusan terpusat kepada satu
orang untuk selanjutnya harus melibatkan kantor pusat dan prosedur pengolahan
dokumentasi mensyaratkan adanya keterlibatan kantor pusat hal ini
menyebabkan waktu yang diperlukan untuk koordinasi semakin panjang dan
tidak efektif. Pengembangan sumber daya manusia tidak menjadi perhatian yang
serius terlihat dari sedikitnya program–progrm peningkatan keterampilan dan
pengetahuan baik itu yang bersifat operasional maupun administratif. Hal ini
mendorong semakin tertinggalnya kualitas sumber daya manusia yang ada
dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Selain itu dampak dari
lemahnya pengembangan sumber daya manusia berakibat pada menurunnya
kualitas manajemen mutu dan tidak ada perbaikan dan konsistensi standar
operasi yang baku. Posisi pemasaran sebagai ujung tombak perusahaan tidak
dioptimalkan secara nyata.
Untuk menghadapi peluang yang ada dan sangat menarik antara lain
perkembangan teknologi otomotif yang akan memberikan kontribusi lebih karena
didukung oleh pengalaman, meningkatnya pasar yang dipicu oleh peningkatan
jumlah kendaraan bermotor khususnya mobil dan regulasi pemerintah untuk
membatasi emisi gas buang kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan raya
merupakan peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal dengan tetap
memperhatikan ancaman‐ancaman yang akan dihadapi seperti semakin
meningkatnya dukungan manufaktur mobil terhadap authorized dealer dalam
bentuk informasi teknis untuk kendaraan‐kendaraan terbaru, biaya alih
konsumen yang rendah dimana konsumen memiliki kesempatan untuk memilih
bengkel yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap kebutuhannya, yang
didorong oleh semakin meningkatnya pengetahuan konsumen tentang layanan
67
jasa bengkel, posisi tawar supplier yang kuat khususnya supplier utama penyedia
original parts yang menjadi standar manufaktur mobil.
Sebagai tahap pertama dalam usaha meningkatkan posisi Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi dalam industri, maka direkomendasikan untuk
memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan kekuatan yanga ada untuk
menfokuskan pada pasar kendaraan dinas operasional, dalam startegi generik
porter berada pada posisi differensiasi fokus atau kuadran kanan bawah.
Diperlihatkan pada gambar 4.11. sebagai berikut:
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Gambar 4.11. Posisi strategi tahap I
Tahap pertama sebagai tahap perbaikan‐perbaikan dialokasikan waktu selama
lima tahun, tahun pertama digunakan untuk persiapan dan proses restrukturisasi
birokrasi dimana Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi ini dapat dijadikan
Strategic Business Unit (SBU) yang mandiri sehingga dapat mengelola
administrasinya secara mandiri dan akan berdampak terhadap efektifitas system
kerja yang berlangsung. Pada dua tahun pertama ini dapat dilaksanakan secara
pararel usaha‐usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada baik itu
bagian operasional dan bagian administrasi (back office) dengan penguatan di
sektor pemasaran. Memasuki tahun ke tiga dilaksanakan pemantapan dan pra
68
implementasi System Bisnis Unit (SBU) mandiri, melaksanakan restrukturisasi
quality assurance system, program pemasaran dan penyusunan standar operasi
yang baru serta pemantapan kualitas sumber daya manusia.
Setelah tahap pertama dapat dilaksanakan dan mampu untuk menunjukkan
peningkatan kinerja, tahap selanjutnya adalah meningkatkan kekuatan yang ada
untuk dapat mengambil peluang yang semakin menarik, dengan memperhatikan
faktor kekuatan yang ditunjukan dalam table 4.19.
Kekuatan yang dimiliki oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi selain
lokasi yang strategis yang mudah diakses dari seluruh penjuru Kota Bandung
diantaranya masih tersediannya kapasitas yang cukup besar dan masih
dimungkinkan untuk dikembangkan, memiliki dukungan yang kuat dari
Pemerintah Derah Propinsi Jawa Barat dalam bentuk penyertaan modal, memiliki
hubungan dengan asosiasi perbengkelan (ASBEKINDO) yang cukup baik
sehingga memudahkan akses terhadap perkembangan informasi, memiliki
hubungan yang baik dengan penyedia barang dan jasa khususnya dengan
penyedia peralatan bengkel dan barang keperluan kendaraan.
Untuk mengoptimalkan peluang dan ancaman yang ada maka dapat
dilaksanakan upaya‐upaya untuk meningkatkan posisi kompetitif di industri ini,
antara lain sebagai tahap ke dua dengan tetap mengoptimal dan meningkatkan
market share pasar kendaraan dinas opersional pemerintah dan Badan Usaha Milik
Daerah, melakukan penguatan untuk selanjutnya posisi differensiasi fokus akan
bergeser kearah diferensiasi, seperti ditunjukkan pada gambar 4.12. sebagai
berikut:
69
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Cost Leadership Differentiation
Cost Focus Differentiation Focus
Lower Cost Differentiation
Broa
d Ta
rget
Narro
w Ta
rget
Competitive Advantage
Com
petit
ive S
cope
Gambar 4.12. Posisi strategi tahap II
Langkah‐langkah strategi yang dapat dilaksanakan pada tahap kedua
dialokasikan waktu selama lima tahun tahun antara lain, tahun pertama
melakukan intensifikasi untuk meningkatkan market share pasar kendaraan dinas
operasional dinas dan badan usaha milik daerah, melakukan investasi teknologi
pengujian emisi gas buang untuk mengambil peluang dimana setiap kendaraan
yang akan meregistrasikan kendaraannya harus disertakan surat pemeriksaan
emisi gas buang, tahun kedua melakukan investasi teknologi alat uji engine
diagnostic tools untuk menangkap peluang kendaraan‐kendaraan yang
mengadopsi teknologi terbaru, melakukan afiliasi atau kerjasama dengan
manufaktur mobil untuk meningkatkan kemampuan operasional dan informasi
serta memiliki akses untuk klaim garansi kendaraan baru, memanfaatkan beberpa
supplier parts untuk memberikan alternative pilihan kepada konsumen sehingga
dapat memberikan nilai tambah bagi produktifitas konsumen. Tahun ketiga
digunakan untuk fokus terhadap pasar kendaraan niaga Multi Purpose Vehicle
(MPV) dan Sport Utility Vehicle (SUV).
70
4.4.3 Matriks Empat Strategi Dasar
Matriks Empat Strategi Dasar yang diperkenalkan oleh Kenichi Ohmae meliputi
strategi bisnis yang dihadapi perusahaan dalam menghadapi persaingan,
bagaimana berkompetisi untuk memperkuat posisi perusahaan dalam industri.
Seperti ditunjukan dalam gambar 4.13. sebagai berikut:
Old, Existing Strengths
New and Creative Strengths
Com
pete
(wise
ly)Av
oid
head
on
com
petit
ion
1. KFS
2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom
3. Aggressive initiatives
Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit
Intensify functional differentiation
Ask “why-whys”
Old, Existing Strengths
New and Creative Strengths
Com
pete
(wise
ly)Av
oid
head
on
com
petit
ion
1. KFS
2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom
3. Aggressive initiatives
Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit
Intensify functional differentiation
Ask “why-whys”
Old, Existing Strengths
New and Creative Strengths
Com
pete
(wise
ly)Av
oid
head
on
com
petit
ion
1. KFS
2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom
3. Aggressive initiatives
Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit
Intensify functional differentiation
Ask “why-whys”
Gambar 4.13. Empat Strategi Dasar Tahap I
Dengan memperhatikan analisi internal dan eksternal yang telah dibahas
sebelumnya , sebagai tahap pertama Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
disarankan untuk berada pada kuadran dua untuk mengeksplorasi kelemahan–
kelemahan kompetitor dan memanfaatkannya sebagai peluang pasar serta sebagai
kesempatan untuk memperbaiki kelemahan–kelemahan yang ada, dengan
demikian Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat mengambil ceruk pasar
tersebut khususnya kendaraan–kendaraan operasional dinas yang belum
seluruhnya dapat diserap. Karena pada dasarnya Unit Usaha Perbengkelan &
Transportasi tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk berhadapan langsung
dengan competitor.
71
Projected competitor dalam hal ini adalah authorized dealer Auto 2000 TOYOTA yang
memiliki beberapa kelemahan sebagaimana terlihat dalam table 4.23 sebagai
berikut:
Tabel 4.23 kelemahan kompetitor
Faktor Kelemahan
1. Biaya (Ongkos Perbaikan & Parts)
2. Service
a. Cara pembayaran, penagihan
b. Ketersediaan parts
c. Waktu operasi
3. Pasar
Tinggi
Tidak dapat dilakukan penagihan mundur, dan dimuka
Hanya menyediakan parts OEM
Sesuai jam kantor, sabtu setengah hari
Prioritas utama, perawatan sampai km 10.000,
Sumber: pengamatan dan wawancara
Melihat beberapa kelemahan yang dapat diidentifikasikan membuka peluang
untuk mengoptimalkan Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dalam industri
antara lain, sebagai tahap pertama dengan mengalokasikan waktu lima tahun di
pergunakan untuk restrukturisasi untuk menguatkan manjemen, pengembangan
dan penguatan sumber daya manusia. Memberikan dan meningkatkan metode
pembayaran dimuka dan pembayaran dibelakang khusunya untuk meningkatkan
hubungan dengan dinas dan instansi pemerintah, memperpanjang waktu
pelayanan untuk mengambil pasar yang lebih luas.
Tahun ke dua untuk menjalin kerjasama dengan para supplier guna memberikan
alternatif pilihan kepada konsumen, melaksanakan pelatihan lanjutan untuk
meningkatkan kualifikasi sumber daya manusia khususnya bidang operasional
untuk mempersiapkan pangsa pasar yang lebih luas.
Tahap kedua sebagai tahap lanjutan dari proses penguatan internal perusahaan,
Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat bergerak kearah kuadran ke tiga
dengan menghadapi kompetitor dengan kekuatan sendiri dimana Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi menawarkan sesuatu yang berbeda dari kompetitor.
Seperti ditunjukkan gambar 4.14. sebagai berikut:
72
Old, Existing Strengths New and Creative Strengths
Com
pete
(wise
ly)Av
oid
head
on
com
petit
ion
1. KFS
2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom
3. Aggressive initiatives
Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit
Intensify functional differentiation
Ask “why-whys”
Old, Existing Strengths New and Creative Strengths
Com
pete
(wise
ly)Av
oid
head
on
com
petit
ion
1. KFS
2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom
3. Aggressive initiatives
Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit
Intensify functional differentiation
Ask “why-whys”
Old, Existing Strengths New and Creative Strengths
Com
pete
(wise
ly)Av
oid
head
on
com
petit
ion
1. KFS
2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom
3. Aggressive initiatives
Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit
Intensify functional differentiation
Ask “why-whys”
Gambar 4.14. Empat Strategi Dasar Tahap II
Tahap kedua dialokasikan waktu lima tahun, dimana tahun pertama
dipergunakan untuk membangun kekuatan untuk menghadapi kompetitor antara
lain melakukan investasi teknologi uji emisi dan investasi engine diagnostic.
Melakukan multi sourcing untuk memperoleh variasi barang dengan variasi harga
yang akan ditawarkan untuk konsumen dengan menghususkan kepada tipe dan
jenis kendaraan Multi Purpose Vehicle (MPV) dan Sport Utility Vehicle (SUV).
Integrated Car Solution sebagai layanan yang ditawarkan untuk semakin
mempermudah dan mengakomodasi kebutuhan konsumen. Memasuki tahun
kedua, mengimplementasikan secara penuh program‐program yang terkait pada
pengembangan tahun pertama.
4.4.4. Matriks TOWS
Matriks ini digunakan untuk memperoleh alternatif strategi yang dapat diambil,
dimana peluang dan ancaman dapat dipasangkan dengan kekuatan dan
kelemahan perusahaan untuk memperoleh alternatif strategi dan seterusnya.
Matrik TOWS untuk Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat dilihat pada
gambar 4.15 berikut ini.
73
Internal Faktor
(IFAS)
Eksternal Faktor
( EFAS)
Kekuatan (Strenght)
‐ Lokasi
‐ Kapasitas
‐ Dukungan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat
‐ Hubungan dengan Asosiasi
‐ Hubungan dengan Supplier
‐ Keuangan Kuat
Kelemahan (Weakness)
‐ Birokrasi yang panjang
‐ Kualitas SDM Operasional dan Adm lemah
‐ Manajemen kualitas lemah
‐ Pembagian tugas dan tanggung jawab lemah
‐ Pemasaran lemah
‐ Tidak ada standar operasi yang baku
Peluang (Opportunities)
‐ Perkembangan teknologi otomotif
‐ Kendaraan dinas operasional pemerintah
‐ Pertumbuhan Industri
‐ Pertumbuhan Pasar
‐ Hambatan masuk
‐ Pembatasan emisi gas buang
SO Strategi
‐ Intensifikasi pasar kendaraan dinas & operasional
‐ Fokus pada kendaraan niaga (MPV & SUV)
‐ Investasi teknologi alat uji emisi dan engine diagnostik tools
WO Strategi
‐ Focus pada kendaraan dinas (Meningkatkan Market share pada kendaraan dinas)
‐ Restrukturisasi
a. Birokrasi ( SBU Mandiri)
b. Quality reengineering (QA, SOP)
c. Mereposisi karyawan operasional, Adm dan pemasaran.
‐ Pengembangan SDM operasional, Adm & pemasaran.
Ancaman (Threath)
‐ Dukungan manufaktur mobil terhadap authorized dealer (Pesaing)
‐ Biaya alih konsumen rendah
‐ Posisi tawar konsumen kuat
‐ Posisi tawar supplier kuat
ST Strategi
‐ Membangun afiliasi dengan manufaktur mobil untuk memperoleh dukungan teknik (technical support)
‐ Multi Sourcing
‐ Kerja sama operasi (KSO) dalam menyediakan pelumas
WT Strategi
‐ Restrukturisasi birokrasi
‐ Pengembangan SDM operasional, Adm & Pemasaran.
‐ Restrukturisasi Rantai pasok (Supply Chain) terkait kualitas dan effisiensi
Gambar 4.15. Matriks TOWS
TOWS matriks diatas memperlihatkan faktor–faktor strategi bisnis dan strategi
korporat untuk meningkatkan posisi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
dalam industri perawatan dan perbaikan kendaraan roda empat. Faktor–faktor
strategis tersebut diperlihatkan pada tabel 4.24., sebagai berikut:
74
Tabel 4.24. Startegi Bisnis dan Strategi Korporat
Startegi Bisnis Strategi Korporat yang Menunjang
Tahap I
‐ Focus pada kendaraan dinas (Meningkatkan Market share pada kendaraan dinas)
‐ Restrukturisasi Rantai pasok (Supply Chain) terkait kualitas dan effisiensi
‐ Pengembangan SDM operasional, Adm & pemasaran.
Tahap I
‐ Restrukturisasi
a. Birokrasi ( SBU Mandiri)
b. Quality reengineering (QA, SOP)
c. Mereposisi karyawan operasional, Adm dan pemasaran.
‐ Kerja sama operasi (KSO) dalam menyediakan pelumas
Tahap II
‐ Intensifikasi pasar kendaraan dinas & operasional
‐ Fokus pada kendaraan niaga (MPV & SUV)
‐ Investasi teknologi alat uji emisi dan engine diagnostik tools.
‐ Membangun afiliasi dengan manufaktur mobil untuk memperoleh dukungan teknik (technical support).
‐ Multi Sourcing
Tahap II
‐ Kerja sama operasi (KSO) dalam menyediakan pelumas
Urutan waktu penerapan Strategi bisnis secara umum dapat dipetakan dalam
gambar 4.16 di bawah ini:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Restrukturisasi
- Birokrasi
- QE
- Reposisi Karyawan
2 Fokus Pada Kendaraan Dinas
3 Pengembangan SDM
4 Pengembangan metode pembayaran
5 Intensifikasi kendaraan dinas
6 Investasi teknologi
7 Fokus pada kendaraan MPV & SUV
8 Multi Sourching
9 Kerjasama operasi (KSO)
Tahap I
Tahap II
TahunKeteranganKegiatanNo
Gambar 4.16. Road Map Penerapan Strategi Bisnis
75
4.4.5. Membangun Sustainability
Fit strategy dikemukakan oleh Michael E.Porter dalam Harvard Business Review
yang berjudul What is Strategy? Dimana fit strategi menjadikan posisi perusahaan
menjadi unik / spesifik dan mendorong daya saing usaha perusahaan, sehingga
kompetitor akan kesulitan untuk menyamai atau mengimitasi proses pemasran,
proses operasi atau menduplikasi produk yang ditawarkan.
Secara umum ada tiga tipe fit strategi antara lain sebagai tahap pertama adalah
konsistensi antara setiap aktifitas yang ada pada setiap fungsi dalam perusahaan
dan terhadap strategi secara keseluruhan. Tahap kedua adalah pada saat salah
satu aktifitas menguatkan aktifitas lainnya. Tahap ketiga penguatan aktifitas yang
mendorong pada optimasi proses. Mapping Activity System untuk Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi dapat dilihat pada gambar 4.17.
Fungsi pemasaran yang fokus terhadap kendaraan dinas dan operasional antara
lain kendaraan dinas operasional dilingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat,
Pemerintah Kota Bandung dan Badan Usaha Milik Daerah khususnya kendaraan‐
kendaraan penumpang non bus didukung oleh fungsi keuangan yang
menawarkan berbagai metode pembayaran, fungsi operasional yang memberikan
layanan sesuai dengan persyaratan pabrik dan penggunaan komponen orisinal
atau yang setara serta memberikan layanan akses terhadap bengkel yang mudah
dan fleksibel.
76
Fokus padaKendaraan
Dinas & JenisMPV/SUV
MetodePembayaran
Fleksibel
ProsesPerbaikkansesuai dng
OEM
AksesFleksibel
MOU dngDinas/lembaga di
LingkunganPemerintahPropinsi
MOU dngBUMD
MOU dng Bank Jabar untukpembayaran
kreditPembayaranBerjangka
PembayaranTunai, kartudebit & kartu
Kredit
JemputKendaraan
Perbaikkandi tempat
Derek kendaraan
Penerapan IT utnuk program
laporanbulanan
Pembayarandi Muka
Multi supplier
Training Karyawan
secara berkala
On Line Service
Konsultasi & informasi
MOU dngDinas/lembagadi LingkunganPemerintah
Kota Bandung
Fokus padaKendaraan
Dinas & JenisMPV/SUV
MetodePembayaran
Fleksibel
ProsesPerbaikkansesuai dng
OEM
AksesFleksibel
MOU dngDinas/lembaga di
LingkunganPemerintahPropinsi
MOU dngBUMD
MOU dng Bank Jabar untukpembayaran
kreditPembayaranBerjangka
PembayaranTunai, kartudebit & kartu
Kredit
JemputKendaraan
Perbaikkandi tempat
Derek kendaraan
Penerapan IT utnuk program
laporanbulanan
Pembayarandi Muka
Multi supplier
Training Karyawan
secara berkala
On Line Service
Konsultasi & informasi
MOU dngDinas/lembagadi LingkunganPemerintah
Kota Bandung
Gambar 4.17. Mapping Activity System Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
Metode pembayaran yang ditawarkan meliputi pembayaran secara tunai/kartu
debit/kartu kredit, pembayaran dimuka, pembayaran berjangka dan kredit
melalui Bank Jabar. Keuntungan yang diperoleh konsumen untuk metode
pembayaran tersebut adalah sebagai berikut:
• Pembayaran tunai/debit/kartu kredit diperuntukan bagi konsumen umum dan
instansi non program, akan diikutsertakan pada program promosi yang
bersifat sewaktu–waktu.
• Pembayaran dimuka diperuntukan bagi konsumen dinas/instansi dan
perusahaan umum, dimana program ini terdiri dari tiga paket antara lain
77
paket I untuk layanan cuci dan pelumasan, paket II untuk layanan perawatan
rutin sampai 70.000 km, dan paket III untuk semua jenis layanan yang
disediakan. Masing‐masing memiliki nilai nominal tertentu yang tercantum
dalam kartu keanggotaan dan nilai tersebut akan berkurang pada saat
melakukan transaksi dan dapat diperpanjang atau diisi ulang secara periodik.
Keuntungan konsumen yang mengikuti program ini antara lain:
a. Diskon jasa dan parts sebesar 5% atau sesuai program yang berjalan.
b. Bebas biaya technical assistance selama keanggotaan
c. Mendapat prioritas pelayanan
d. Mendapat laporan bulanan mengenai perawatan / perbaikkan yang
sudah dilaksanakan dan perawatan rutin yang harus segera
dilaksanakan.
e. Ruang tunggu bagi pengemudi dan makanan ringan.
• Pembayaran berjangka diperuntukkan bagi konsumen instansi dilingkungan
pemerintah dimana proses pembayaran dilaksanakan pada akhir bulan atau
triwulan disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah disediakan.
• Pembayaran melalui kredit Bank Jabar diperuntukkan bagi konsumen
dilingkungan pemerintah dimana proses pencairan anggaran membutuhkan
waktu yang cukup lama dan sangat dipengaruhi oleh faktor‐faktor non teknis
lainnya. Sehingga untuk menghindari terganggunya kegiatan operasional
dinas yang diakibatkan oleh tidak siapnya kendaraan operasional, Unit Usaha
Bengkel bekerja sama dengan Bank Jabar menyediakan alokasi dana talangan
untuk menanggulangi keterlambatan pencairan dana.
Operasional bengkel yang didukung oleh tenaga terampil dan terlatih akan
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan yang dipersaratkan oleh
pabrik dengan menggunakan komponen‐komponen orisinal dan atau yang sesuai
78
dengan persyaratan serta menyediakan komponen yang di persyaratkan oleh
konsumen untuk menunjang aktifitasnya. Kegiatan tersebut didukung oleh
material supply yang terencana dimana kerjasama dengan distributor utama
komponen dan parts dapat menjamin ketersediaan barang serta hubungan
dengan para suppliers untuk memberikan alternatif pilihan bagi konsumen.
Akses terhadap Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi ditambah untuk
memudahkan konsumen menjangkau lokasi bengkel antara lain jemput
kendaraan ditempat khususnya bagi member, perbaikan ditempat, jasa layanan
derek (kerjasama dengan pihak jasa marga), dan on line service pada tahap
pertama dilakukan melalui telepon dan selanjutnya dikembangkan melalui media
internet.
Keseluruhan aktifitas tersebut saling mendukung dan menguatkan sehingga
posisi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat dikatakan unik dan
memiliki nilai tambah tersendiri terhadap kompetitor. Hal ini menjadi hambatan
untuk pesaing menduplikasi aktifitas yang ada dalam Unit Usaha Perbengkelan.
4.4.6. Formula Strategi
Setelah analisis dilaksanakan dalam mengidentifikasikan faktor strategis, maka
tahap selanjutnya adalah menyusun formula strategi, yang merupakan
perencanaan bagaimana dapat mencapai tujuan dan misinya serta diharapkan
dapat meningkatkan keunggulan kompetitif. Berikut table 4.25. menunjukkan
formula strategi yang dapat diimplementasikan untuk Unit Usaha Perbengkelan
& Transportasi sebagai berikut:
79
Tabel 4.25. Formula Startegi
Strategi Korporasi dan Bisnis Strategi Fungsional
Strategi Koporasi
1. Restrukturisasi
a. Birokrasi ( SBU Mandiri)
b. Quality reengineering (QA, SOP)
c. Mereposisi karyawan operasional, Adm dan pemasaran.
2. Kerja sama operasi (KSO)
a. KSO alokasi kerja
Strategi Fungsional
1. Memperbaiki sistem pelayanan dengan menetapkan standar operasi yang baku.
2. Menerapkan sistem informasi terpadu
3. Menempatkan tenaga pemasaran yang khusus
4. Kontrak karyawan non‐ahli
5. Menambah tenaga kerja operasional yang berpengalaman
6. Mengurangi tenaga administrasi.
7. Menempatkan pengelolaan pelumasan oleh pihak ketiga
Strategi Bisnis
1. Focus pada kendaraan dinas (Meningkatkan Market share pada kendaraan dinas)
2. Restrukturisasi Rantai pasok (Supply Chain) terkait kualitas dan effisiensi
3. Pengembangan SDM operasional, Adm & pemasaran.
4. Intensifikasi pasar kendaraan dinas & operasional
5. Fokus pada kendaraan niaga (MPV & SUV)
6. Memberikan layanan uji emisi dan engine diagnosa dengan investasi teknologi alat uji emisi dan engine diagnostik tools.
7. Membangun afiliasi dengan manufaktur mobil untuk memperoleh dukungan teknik (technical support).
8. Multi Sourcing parts dan bahan baku.
Strategi Fungsional
1. Memperbaiki sistem pengadaan barang / bahan baku.
2. Menerapkan sistem informasi terpadu untuk pelayanan barang dan jasa.
3. Menambah penggunaan teknologi untuk perawatan kendaraan.
4. Pemasaran fokus pada kendaraan dinas
5. Inisiasi pengembangan pasar baru khususnya badan usaha dan lembaga milik pemerintah.
6. Penetrasi pasar pada kendaraan niaga (MPV & SUV)
7. Diskon khusus untuk dinas dan lembaga
8. Menurunkan biaya overhead
9. Mengembangkan sistem pembayaran
10. Mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan.
11. Mengikusertakan karyawan dalam program pensiun.
12. Memberikan insentif dan pembagian keuntungan dari laba yang diperoleh bagi karyawan tetap.
4.4.6.1.Strategi Korporasi
Strategi korporasi digunakan untuk pengelolaan keseluruhan perusahaan atau
grup perusahaan dan digunakan sebagai acuan dalam mendesain strategi bisnis di
setiap anak perusahaan maupun Strategic Business Unit (SBU) yang berada dalam
perusahaan.
Dalam hal ini Perusahaan Daerah Jasa dan Kepariwisataan Propinsi Jawa Barat
menerapkan beberapa strategi korporasi yang dapat mendukung Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi yaitu strategi koperatif dan strategi berkembang.
80
Strategi koperatif merupakan strategi yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan
bekerjasama perusahaan lain dengan melibatkan partisipasi kepemilikan maupun
non‐kepemilikan dalam bentuk kerja sama operasi (KSO), aliansi dan konsorsium.
Strategi koperatif yang sering dilaksanakan oleh perusahaan adalah kerja sama
operasi (KSO). Strategi berkembang diantaranya merger (penggabungan) &
akuisisi, Restrukturisasi dan sebagainya.
Strategi korporasi yang menunjang Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi
sebagaimana disebutkan diatas yaitu restrukturisasi, restrukturisasi ini akan
membawa Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi menjadi Strategic Business
Unit (SBU) yang mandiri yang secara hukum dapat berdiri sendiri dalam bentuk
badan hukum tersendiri yang dalam operasional sehari‐harinya dapat
mempersingkat proses administrasi dan tentunya dapat bersaing lebih kompetitif.
Strategi korporasi yang kedua adalah kerja sama operasi (KSO), yang menunjang
Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi adalah kerja sama operasi alokasi kerja,
dimana untuk beberapa proses dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga. Sebagai
contoh, proses yang dapat di KSO kan adalah pekerjaan pelumasan kendaraan.
Strategi yang berfokus kepada peningkatan posisi bersaing produk dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu industri atau segmen pasar tertentu. Hal ini dapat
mengatasi permasalahan Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dalam
meningkatkan daya saingnya. Fit staretgi digunakan untuk menciptakan
hambatan bagi kompetitor untuk malaksanakan duplikasi/imitasi terhadap
aktifitas yang dijalankan oleh Unit Usaha Perbengkelan sehingga posisinya
memiliki keunikkan tersendiri dan mampu memberikan nilai tambah.
81
4.4.6.2.Strategi Bisnis
Strategi bisnis atau strategi bersaing digunakan untuk meningkatkan daya saing
produk dan jasa perusahaan dalam segmen pasar tertentu. Bagaimana Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi dapat bersaing dalam bisnis perbengkelan / industri
perbengkelan ini.
Dari hasil analisis dan interpretasi faktor‐faktor internal dan eksternal Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi, strategi bisnis yang dirumuskan dibagi kedalam
dua tahapan yaitu tahap pertama proses perbaikkan atas kelemahan‐kelemahan
yang ada meliputi proses restrukturisasi birokrasi, fokus pada kendaraan dinas
dan operasional pemerintah, dan pengembangan sumber daya manusia. Tahap
kedua proses penguatan yang meliputi intensifikasi pasar, fokus pada pasar
kendraan niaga MPV dan SUV, melaksanakan investasi teknologi uji emisi dan
peralatan diagnosa mesin, afiliasi dengan manufaktur mobil untuk memperoleh
dukungan teknik dan melaksanakan multi sourcing untuk penyediaan parts dan
bahan baku.
4.4.6.3.Strategi Fungsional
Strategi fungsional merupakan derivasi dari strategi koporasi dan strategi bisnis
suatu perusahaan dan secara umum strategi fungsional dalam sebuah perusahaan
diinformasikan berdasarkan fungsi‐fungsi yang ada sebagai berikut: Strategi
fungsional pemasaran, Strategi fungsional produksi (operasi), Strategi fungsional
keuangan, Strategi fungsional sumber daya manusia, Strategi fungsional teknologi
dan lain sebagainya.
82
4.5. Program‐Program Pokok
4.5.1. Metode Penyusunan Program‐Program Pokok
Program‐program pokok disusun dari perumusan strategi bisnis, strategi
fungsional dan strategi korporat yang mendukung. Gambar 4.18 memperlihatkan
metode penyusunan program‐program pokok sebagai berikut:
Gambar 4.18. Metode Penyusunan Program‐Program Pokok
4.5.2. Program‐Program Pokok
Untuk melaksanakan strategi bisnis yang telah dirumuskan sebelumnya dapat
dipertimbangkan langkah‐langkah atau program‐program pokok untuk
mendorong percepatan sebagaimana ditampilkan dalam tabel 4,26 berikut:
Strategi Korporat
Strategi Bisnis
Strategi Fungsional Pr
ogram‐Program
Poko
k
Perkiraan Hasil Implementasi program‐
Program Pokok
83
Tabel 4.26. Program‐program Pokok Untuk Mengimplementasi Strategi Bisnis
NO Strategi Fungsional Program Estimasi Biaya PIC
TAHAP I
1 Restrukturisasi
(Startegi Korporasi)
a. Mengembangkan SBU Mandiri.
b. Reposisi karyawan
c. Pengembangan SDM operasional
Rp. 500.000.000,00 Direktur Operasi PDJK
2 Memperbaiki sistem pelayanan dengan menetapkan standar operasi yang baku.
a. Membuat dan merevisi SOP service, keuangan, umum dan gudang.
b. Penataan Layout
Rp. 750.000.000,00
Rp.4.000.000.000,00
Ka Unit Perbengkelan dan Transportasi
3 Menerapkan sistem informasi terpadu
a. Menerapkan software bravo service
b. Menerapkan software keuangan
c. Menerapkan sofware gudang
d. Menerapkan software SDM
Rp. 300.000.000,00 Ka Bid SDM& Umum, Keuangan,
Operasional
4 Menempatkan tenaga pemasaran yang khusus.
a. Recruiting Staff marketing Rp. 50.000.000,00 Ka bid Umum PDJK
5 Kontrak karyawan non‐ahli
a. Outsourcing Security (SATPAM)
b. Outsourcing Cleaning Service
Rp. 15.000.000,00 Ka bid Umum PDJK
6 Menambah tenaga kerja operasional yang berpengalaman
a. Recruiting Master Mekanik
b. Recruiting Senior Mekanik
Rp. 20.000.000,00 Ka bid Umum PDJK
7 Mengurangi tenaga administrasi.
a. Transfer tenaga ADM Unit Perbengkelan ke Unit Lain.
Rp. 10.000.000,00 Ka bid Umum PDJK
8 Menempatkan pengelolaan pelumasan oleh pihak ketiga
a. Kerjasama Dengan Penzoil untuk penyediaan pelumas dan operasional pelumasan.
Rp. 10.000.000,00 Ka Unit Perbengkelan dan Transportasi
9 Memperbaiki sistem pengadaan barang / bahan baku.
Multi Sourching Parts / Bahan Baku
a. Depo parts Tunas regional
b. Astra Oto parts
c. KLS
d. PJS
e. AS
Rp. 300.000.000,00 Ka Unit Perbengkelan dan Transportasi
10 Pemasaran fokus pada kendaraan dinas
a. Sosialisasi Surat Keputusan Gubernur untuk menggunakan sarana dan fasilitas Unit Usaha Bengkel bagi seluruh kendaraan dinas.
b. Membuat data base jadwal perawatan berkala seluruh kendaraan dinas dilingkungan pemerintah Propinsi Jawa Barat.
c. Membuat Marketing Plan & Marketing Action serta marketing tools untuk menunjang kegiatan diatas.
Rp. 50.000.000,00 Ka Unit Perbengkelan dan Transportasi
Lanjutan Tabel 4.26
84
4.5.3. Perkiraan Hasil Implementasi Program
Dengan melaksanakan program‐program pokok tersebut dapat diproyeksikan
perkembangan Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang posistif dengan
adanya peningkatan pendapatan dan laba sebelum pajak yang cukup signifikan
sebagai mana ditunjukkan oleh gambar 4.19.
Rp(1,000,000,000.00)
Rp-
Rp1,000,000,000.00
Rp2,000,000,000.00
Rp3,000,000,000.00
Rp4,000,000,000.00
Rp5,000,000,000.00
Rp6,000,000,000.00
Rp7,000,000,000.00
Pendapatan Rp1,476,344,702.00 Rp2,216,048,699.0 Rp1,641,449,055.10 3,767,697,500.00 4,898,006,750.00 6,367,408,775.00
Laba sebelum pajak (Rp25,910,613.34) Rp173,539,341.00 Rp38,354,343.33 847,731,937.50 1,102,051,518.75 1,432,666,974.38
2003 2004 2005 Thn Ke-1 (investasi) Thn ke-2 (investasi) Thn ke-3 (investasi)
IRR : 28.51% NPV: Rp 3.980.175.660,00
Gambar 4.19. Proyeksi Pendapatan Hasil Implementasi Program
4.6. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan intrepetasi hasil yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut, faktor‐faktor strategis yang dihadapi oleh Unit
Usaha Perbengkelan & Transportasi PD Jasa dan Kepariwisataan antara lain
sebagai mana ditunjukkan oleh tabel 4.19. SWOT dimana kekuatan perusahaan
cukup kecil (lemah), dengan demikian wajar apabila market share perusahaan
cenderung menurun.
Menjawab pertanyaan yang ke dua, strategi yang tepat bagi Unit Usaha
Perbengkelan & Transportasi PD. Jasa dan Kepariwisataan ditunjukkan oleh
gambar 4.15 Matrik TOWS. Untuk menghadapi lingkungan industri yang semakin
berkembang diantisipasi dengan melaksanakan tahapan strategi yang pertama
85
untuk memperbaiki kelemahan yang ada dengan kekuatan yang dimiliki dan
yang kedua melakukan penetrasi pasar segmen khusus dengan kekuatan yang
ada.
Advantage dari penerapan strategi tersebut dapat dipertahankan (sustainable)
dengan melakukan aktifitas‐aktifitas yang dapat menghambat kompetitor untuk
melakukan aktifitas yang sama atau menduplikasinya. Seperti ditunjukkan oleh
Gambar 4.17. Mapping Activity System Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi.
Program‐program pokok Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD Jasa dan
Kepariwisataan untuk mengimplementasikan strategi tersebut ditunjukkan oleh
Tabel 4.26. Program‐program Pokok Untuk Mengimplementasi Strategi Bisnis.
Proyeksi peningkatan pendapatan hasil dari implementasi program‐program
pokok tersebut ditunjukkan Gambar 4.19. Proyeksi Pendapatan Dengan Investasi.
86