bab iv pemecahan masalah 4.1. metodologi · pdf filemenggunakan pendekatan five forces model...

58
29 BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab empat pertanyaan penelitian sebagaimana telah diuraikan pada Bab III. Yang pertama apa saja faktorfaktor strategis yang dihadapi oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan Kepariwisataan? Yang ke dua, apa strategi yang tepat bagi Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD. Jasa dan Kepariwisataan menghadapi lingkungannya? Yang ke tiga, bagaimana advantage dari penerapan strategi tersebut dapat dipertahankan (sustainable)? Dan yang ke empat apa programprogram pokok Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD Jasa dan Kepariwisataan untuk mengimplementasikan strategi tersebut diatas? Analisis dimulai dengan melaksanakan identifikasi faktorfaktor strategis perusahaan dengan (a) mengamati lingkungan bisnis bengkel (eksternal) untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada, analisis faktor eksternal ini menggunakan pendekatan Five Forces Model (Porter, 1980) digabungkan dengan analisis lingkungan umum (Fred r. david, 1997:106). Dan (b) analisis lingkungan Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi (internal) dilaksanakan untuk mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan yang ada, analisis faktor internal ini menggunakan pendekatan analisa rantai nilai (Value Chain Analysis) (Porter, 1985). Analisis lingkungan eksternal dan internal ini kemudian diolah dengan matriks EFAS, IFAS, dan SFAS (Wheelen dan Hunger, 2006). Hasil pengolahan ini kemudian dimasukkan ke dalam Matriks TOWS sebagai gambaran kasar alternatif strategi yang mungkin akan diterapkan oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi. Kemudian menggunakan Matriks Strategi Generik (Porter, 1985) untuk mendapatkan strategi bisnis yang tepat untuk Unit Usaha Perbengkelan &

Upload: vanduong

Post on 14-Mar-2018

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

29

BAB IV 

PEMECAHAN MASALAH 

 

4.1. Metodologi Pemecahan Masalah 

Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  menjawab  empat  pertanyaan  penelitian 

sebagaimana  telah diuraikan pada Bab  III.   Yang pertama apa  saja  faktor‐faktor 

strategis yang dihadapi oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan 

Kepariwisataan?  Yang  ke  dua,  apa  strategi  yang  tepat  bagi  Unit  Usaha 

Perbengkelan  &  Transportasi  PD.  Jasa  dan  Kepariwisataan  menghadapi 

lingkungannya?  Yang  ke  tiga,  bagaimana  advantage  dari  penerapan  strategi 

tersebut  dapat  dipertahankan  (sustainable)?  Dan  yang  ke  empat  apa  program‐

program  pokok  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  PD  Jasa  dan 

Kepariwisataan untuk mengimplementasikan strategi tersebut diatas? 

Analisis  dimulai  dengan  melaksanakan  identifikasi  faktor‐faktor  strategis 

perusahaan  dengan  (a) mengamati  lingkungan  bisnis  bengkel  (eksternal)  untuk 

mengetahui  peluang  dan  ancaman  yang  ada,  analisis  faktor  eksternal  ini 

menggunakan pendekatan Five Forces Model  (Porter,  1980) digabungkan dengan 

analisis  lingkungan umum  (Fred r. david, 1997:106). Dan  (b) analisis  lingkungan 

Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  (internal)  dilaksanakan  untuk 

mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan yang ada, analisis faktor 

internal  ini menggunakan pendekatan  analisa  rantai  nilai  (Value Chain Analysis) 

(Porter, 1985). 

Analisis  lingkungan  eksternal  dan  internal  ini  kemudian  diolah  dengan matriks 

EFAS,  IFAS,  dan  SFAS  (Wheelen  dan  Hunger,  2006).  Hasil  pengolahan  ini 

kemudian dimasukkan ke dalam Matriks TOWS sebagai gambaran kasar alternatif 

strategi  yang  mungkin  akan  diterapkan  oleh  Unit  Usaha  Perbengkelan  & 

Transportasi.  Kemudian  menggunakan Matriks  Strategi  Generik  (Porter,  1985) 

untuk mendapatkan strategi bisnis yang tepat untuk Unit Usaha Perbengkelan & 

Page 2: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

30

Transportasi. Metodologi tersebut dapat disusun dalam beberapa tahapan seperti 

ditunjukkan dalam gambar 4.1 dibawah sebagai berikut: 

 

Gambar 4.1. Tahapan Penelitian 

Page 3: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

31

Sesuai dengan pertanyaan‐pertanyaan penelitian, projek  akhir  ini dibatasi pada 

perancangan strategi pada tingkatan bisnis disertai penjelasan pelaksanaan dalam 

program. 

 

4.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data 

Pengumpulan  data,  pengamatan, wawancara  dan  pengumpulan  data  sekunder 

dilaksanakan  dalam  periode  Agustus  2006  sampai  April  2007.  Pengamatan 

dilasanakan di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi untuk mengetahui proses 

bisnis,  perkembagan  dan  kendala  yang  menjadi  hambatan  utama,  juga 

dilaksanakan  pengamatan  untuk  mengetahui  gambaran  seputar  industri 

perbengkelan  dengan  melihat  langsung  dan  mengamati  beberapa  kompetitor 

serta usaha sejenis. 

Wawancara  dilaksanakan  terhadap  beberapa  orang  narasumber  yang  dianggap 

kompeten di bidang perbengkelan dan dapat memberikan gambaran yang akurat 

mengenai  kondisi  sebenarnya  industri  ini. Wawancara  dilaksanakan  sebanyak 

dua kali untuk memperoleh gambaran konsistensi dan validasi terhadap jawaban 

sebelumnya.  Tujuan  wawancara  ini  untuk  mengukur  kondisi  industri 

perbengkelan  dan mengetahui  posisi Unit Usaha  Perbengkelan &  Transportasi 

dalam  industri  tersebut  serta  untuk mengukur  faktor‐faktor  strategis  kekuatan, 

kelemahan,  kesempatan  dan  ancaman  sebagai  dasar  untuk menyusun  strategi 

bisnis selanjutnya. 

Data sekunder meliputi data keuangan perusahaan (Konsolidasi), data keuangan 

Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi,  data  pertumbuhan  kendaraan  dari 

dinas pendapatan daerah (DISPENDA) kota Bandung, data pertumbuhan bengkel 

dari  kantor  penanaman modal  daerah  (KPMD)  kota  Bandung,  data  penjualan 

kendaraan bermotor roda empat dari  GAIKINDO dan kuesioner yang menyertai 

proses wawancara. 

 

 

Page 4: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

32

4.2.1. Pengumpulan Data Eksternal 

Metode  yang  digunakan  untuk mengumpulkan  data  eksternal meliputi model 

Five  Force  (Porter,  1980)  untuk mengidentifikasikan  lingkungan  industri  terkait 

dan model  analisis  lingkungan  umum  (Fred  r.  david,  1997:106)  yang meliputi 

Kekuatan  Ekonomi,  Kekuatan  Sosial,  Budaya,  Demografi  dan  Lingkungan, 

kekuatan  Politik,  Hukum  dan  Pemerintah,  Kekuatan  Teknologi  dan  Kekuatan 

Kompetitif. 

Hubungan  antara kekuatan  eksternal dengan kondisi  lingkungan  industri dalam 

merumuskan peluang dan ancaman terlihat dalam gambar 4.2. sebagai berikut: 

 

 Gambar 4.2. Hubungan antara Kekuatan Eksternal 

 

4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five Force  

Industri  terkait dalam hal  ini perusahaan yang memiliki dan memberikan 

jasa  layanan  perbengkelan  yang  sama.  Untuk  menganalisis  industri  ini  harus 

memperhatikan  struktur  umum  yang  diwakili  oleh  lima  kekuatan  yaitu:,  (a) 

pembeli  (buyers),  (b)  pemasok  (suppliers),  (c)  pemain  baru  (new  entrants),  (d) 

produk pengganti (substitutes),  dan (e) pesaing (competitors).  Sehingga hubungan 

imbal  balik  yang  ada  dapat  mengarahkan  kita  untuk  mengetahui  faktor 

kemenarikan  industri  tersebut  (industry  attractiveness).  Gambar  4.3. 

mengilustrasikan  struktur  umum  industri  yang  digambarkan  oleh 

Michael.E.Porter.  

Lingkungan Umum

Kekuatan Ekonomi

Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan.

Kekuatan Politik, Hukum,

dan Pemerintah.

Kekuatan Teknologi

Kekuatan Kompetitif

Lingkungan Industri

Pesaing (Competitors)

Pembeli (Buyers)

Pemasok (Suppliers)

Produk Pengganti (Subtitute)

Pemain Baru (New Entrants)

Peluang dan Ancaman

Page 5: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

33

 Gambar 4.3.  Porter’s Five Forces 

 

a. Kekuatan Tawar Pembeli / konsumen 

Konsumen mempunyai kekuatan  tawar  terhadap perusahaan ditunjukkan 

oleh jumlah pembeli yang berpengaruh sangat sedikit, ketersediaan produk 

subtitusi  atau  pengganti,  biaya  alih  bagi  konsumen,  kontribusi  kualitas 

produk kepada konsumen, dan lain sebaginya. Kekuatan tawar konsumen 

yang tinggi tidak diinginkan dan akan menyulitkan bagi perusahaan. 

Konsumen  dalam  industri  perbengkelan  adalah  para  pemilik  kendaraan 

yang  jumlahnya mengalami peningkatan  setiap  tahunnya. Untuk pemilik 

itu  sendiri  dapat  dikelompokkan  dalam  dua  kelompok  besar  antara  lain 

kendaraan  milik  pribadi,  dan  kendaraan  milik  pemerintah  atau  dinas 

instansi.  Dalam  kelompok  kendaraan  operasional  /  dinas,  lembaga  dan 

Badan Usaha Milik Daerah menjadi pembeli yang berpengaruh dan dalam 

kelompok  kendaraan  pribadi,  pemilik  kendaraan  baru  merupakan 

Kekuatan Tawar Pemasok:Jumlah Pemasok Ketersediaan Pemasok subtitusi Biaya alih dari pemasok Kontribusi terhadap kualitas produk Kontribusi biaya pasok terhadap biaya total Peran industri terhadap laba pemasok 

Produk Pengganti:Ketersediaan produk pengganti

Hambatan Keluar: Asset khusus Biaya keluar Hubungan strategic dengan industri lain Hambatan emosional Kendala sosial & Pemerintah

Potential Entrants

Buyers

Substitutes

Suppliers 

Industry Competitors 

   

Rivalry Among Existing Firm 

Hambatan Masuk: Skala ekonomi Differensiasi produk Identitas merek Biaya alih Akses ke jaringan distribusi Kebutuhan modal Akses ke teknologi Kurva pengalaman Kurva belajar 

Persaingan Industri: Pertumbuhan Industri Differensiasi produk Biaya Alih Strategi korporasi 

Kekuatan Tawar Pembeli: Jumlah pembeli yang berpengaruh Ketersediaan produk subtitusi Biaya alih pembeli Integrasi balik dari pembeli Kontribusi  kualitas  produk  kepada pembeli Kontribusi  biaya  pembeli  kepada industri 

Page 6: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

34

konsumen  yang  cukup  berpengaruh.  Tabel  4.1  menunjukkan  kekuatan 

tawar pembeli / konsumen di kota Bandung. 

  Tabel 4.1. Kekuatan Tawar Pembeli 

ST T N R SR ST T N R SRKekuatan PembeliJumlah Pembeli Yang Berpengaruh Sedikit √ Banyak Sedikit √ BanyakKetersediaan Produk Subtitusi Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitBiaya Alih Pembeli Rendah √ Tinggi Rendah √ TinggiIntegrasi balik dari pembeli Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahKontribusi Kualitas Produk Kepada pembeli Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitKontribusi biaya pembeli ke Industri Besar √ Kecil Besar √ Kecil

Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah

SR → Sangat Rendah

Faktor lingkungan <<<Ancaman Persaingan Saat Ini

>>> <<<Ancaman Persaingan Nanti

>>>

Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.

  

Biaya  alih  konsumen  dari  satu  bengkel  ke  bengkel  lainnya  relatif  cukup 

murah  sehingga  hal  ini  akan menjadi  potensi  ancaman  dimana  pesaing 

yang memiliki keunggulan tertentu dapat meraih konsumen lebih banyak. 

Hal  ini  diperkuat  oleh  integrasi  kualitas  produk  yang  dihasilkan  akan 

sangat  berpengaruh  terhadap  konsumen  terutama  konsumen  yang 

memiliki  tingkat  mobilitas  tinggi  dan  sangat  memperhatikan  faktor 

kualitas. 

b. Kekuatan Tawar Pemasok / suppliers 

Beberapa  faktor yang menjadikan kekuatan  tawar pemasok menjadi besar 

antara  lain  jumlah  pemasok  yang  sedikit,  ketersediaan  subtitusi  yang 

sedikit, biaya alih produk yang cukup tinggi, kualitas produk mempunyai 

kontribusi  yang  tinggi  dan  lain  sebagainya. Hal  ini  dapat menyebabkan 

daya tarik industri menjadi rendah bagi setiap perusahaan yang beroperasi 

di dalam industri tersebut. 

Dalam hal industri perbengkelan, pemasok terdiri dari beberapa kelompok 

antara  lain  pemasok  bahan  pelumasan,  pemasok  spare  parts  kendaraan, 

Page 7: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

35

pemasok  perlengkapan  kendaraan,  pemasok  peralatan  (tools  and 

equipments), pemasok peralatan kantor dan pemasok energi.  

Untuk  pelumasan  pada  saat  ini  sangat  banyak  produk  yang  ditawarkan 

mulai  dari  produksi  dalam  negeri  seperti  pelumas  PERTAMINA  yang 

menawarkan  berbagai  kategori  pelumas,  pelumas  produksi  negara  – 

negara tetangga (Asia Tenggara) seperti pelumas PETRONAS dan pelumas 

dari  Eropa  serta  Amerika.  Setiap  produk  memiliki  beberapa  distributor 

untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Indonesia. 

Pemasok spare parts cukup beragam mulai dari spare parts Original Equiped 

by  Manufacture  (OEM)  yang  direkomendasikan  oleh  setiap  pabrikan 

kendaraan  sampai  dengan  pemasok  parts  hasil  produksi  dalam  negeri. 

Namun  demikian  pasar  spare  parts    semakin  diramaikan  oleh masuknya 

produk impor dari negara – negara Asia lainnya seperti China dan Taiwan. 

Perlengkapan kendaraan meliputi barang‐barang habis pakai dan aksesoris 

seperti ban, batere dan peralatan  tambahan yang  lebih cenderung ke arah 

fashion.  Seperti halnya pelumas dan  spare  parts, perlengkapan kendaraan 

ini pun dipenuhi oleh banyak pemasok yang menawarkan produk dalam 

negeri  maupun  produk  impor.  Tabel  4.2  menunjukkan  kekuatan  tawar 

pemasok yang ada. 

Tabel 4.2. Kekuatan Tawar Pemasok 

ST T N R SR ST T N R SRKekuatan PemasokJumlah Pemasok Sedikit √ Banyak Sedikit √ BanyakKetersediaan Pasokan subtitusi Rendah √ Tinggi Rendah √ TinggiBiaya alih dari pemasok Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahKontribusi Terhadap Kualitas Produk Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahKontribusi Biaya Pasok Pada Biaya Total Besar √ Kecil Besar √ KecilPeran Industri Kepada Laba Pemasok Besar √ Kecil Besar √ Kecil

Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah

SR → Sangat Rendah

Faktor lingkungan <<<Ancaman Persaingan Saat Ini

>>> <<<Ancaman Persaingan Nanti

>>>

Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.

 

Page 8: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

36

c. Kekuatan Tawar Pendatang Baru 

Beberapa  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  kekuatan  tawar  pendatang 

baru  antara  lain  sangat  dipengaruhi  oleh  regulasi  pemerintah  dan 

hambatan  masuk  kedalam  industri.  Hambatan  masuk  yang  dapat 

menyebabkan    kendala  bagi  pendatang  baru  yaitu  sekala  ekonomi  yang 

dibutuhkan  cukup  besar,  differensiassi  produk  cukup  banyak,  biaya  alih 

cukup  besar,  akses  kepada  jaringan  distribusi  utama  cukup  sedikit, 

kebutuhan modal cukup  tinggi, akses  terhadap  teknologi cukup sulit dan 

adanya pengalaman  serta kurva belajar  cukup penting. Hambatan keluar 

meliputi  biaya  keluar  yang  cukup  tinggi,  asset  yang  bersifat  khusus dan 

regulasi pemerintah. Hal‐hal yang menyangkut regulasi pemerintah antara 

lain  meliputi  proteksi  terhadap  industri,  regulasi  mengenai  industri, 

konsistensi terhadap kebijakan pemerintah, bea cukai dan lain sebagainya. 

Hambatan masuk bagi pendatang baru dalam industri perbengkelan cukup 

tinggi dimana skala ekonomi yang di butuhkan untuk membangun bisnis 

ini cukup besar, pemilihan  lokasi yang strategis di  tengah kota dekat dan 

mudah diakses oleh pemilik kendaraan yang tentunya membutuhkan biaya 

yang  cukup  tinggi, nilai  investasi yang dibutuhkan untuk bangunan  fisik 

dan peralatan yang cukup tinggi dan modal kerja yang dibutuhkan untuk 

memulai  kegiatan  operasional  antara  lain  dialokasikan  untuk  persediaan 

bahan baku, spare parts, dan biaya utility. Tabel 4.3 menggambarkan potensi 

ancaman yang dapat dipicu oleh hambatan masuk yang ada. 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

37

Tabel 4.3. Potensi Ancaman Pendatang Baru 

 

ST T N R SR ST T N R SRHambatan MasukSkala ekonomi Kecil √ Besar Kecil √ BesarDiferensiasi produk Sedikit √ Banyak Sedikit √ BanyakIdentitas merek Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahBiaya Alih Rendah √ Tinggi Rendah √ TinggiAkses Kejaringan Distribusi Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitKebutuhan Modal Rendah √ Tinggi Rendah √ TinggiAkses Ke teknologi Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitKurva Pengalaman Tdk Penting √ Penting Tdk Penting √ PentingKurva Belajar Tdk Penting √ Penting Tdk Penting √ Penting

Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah

SR → Sangat Rendah

Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.

Potensi Ancaman Nanti>>>Faktor lingkungan <<<

Potensi Ancaman Saat Ini<<<>>>

 

Hambatan keluar bagi pelaku usaha di  industri perbengkelan  ini meliputi 

asset‐asset  yang  bersifat  khusus  antara  lain  bangunan  bengkel, peralatan 

diagnostik  dan  lainnya,  dan  biaya  pemutusan  hubungan  kerja  yang 

ditetapkan oleh pemerintah akan menjadi pertimbangn tersendiri. Tabel 4.4 

menunjukkan  potensi  ancaman  yang  dapat  ditimbulkan  oleh  hambatan 

keluar yang ada. 

 

  Tabel 4.4. Potensi Ancaman Hambatan Keluar 

 

ST T N R SR ST T N R SRHambatan KeluarAsset khusus Kecil √ Tinggi Tinggi √ KecilBiaya Keluar Kecil √ Tinggi Kecil √ TinggiHubungan Strategic dengan industri lain Tinggi √ Kecil Tinggi √ KecilHambatan Emosional Kecil √ Tinggi Kecil √ TinggiKendala Sosial & Pemerintah Tinggi √ Kecil Tinggi √ Kecil

Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah

SR → Sangat Rendah

Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.

Faktor lingkungan <<< >>> <<< >>>Potensi Ancaman Saat Ini Potensi Ancaman Nanti

 

Page 10: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

38

d. Kekuatan Tawar Produk Pengganti / Subtitusi  

Produk pengganti / subtitusi merupakan produk yang dapat menggantikan 

produk  yang  dihasilkan  di  dalam  industri. Dalam  industri  perbengkelan 

ini, produk  subtitusi dapat dikatakan  tidak ada mengingat  setiap produk 

kendaraan  bermotor  yang  diproduksi  memerlukan  perawatan  lanjutan 

dalam operasionalnya yang hanya dapat diberikan oleh bengkel atau auto 

workshop.  

Hal  ini  akan  mendorong  pemilik  kendaraan  untuk  memanfaatkan  jasa 

layanan yang di berikan oleh bengkel sesuai dengan tingkat kebutuhannya 

tanpa kecuali untuk memperoleh nilai ekonomis dan utilitas yang optimum 

dari  kendaraannya.  Tabel  4.5  menunjukkan  ancaman  persaingan  yang 

ditimbulkan oleh produk pengganti / subtitusi. 

 

Tabel 4.5. Produk Pengganti / Subtitusi 

ST T N R SR ST T N R SRKetersediaan Produk Pengganti / SubtitusiKetersediaan Produk Subtitusi Banyak √ Sedikit Banyak √ Sedikit

Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah

SR → Sangat Rendah

Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.

Faktor lingkungan <<<Ancaman Persaingan Saat Ini

>>> <<<Ancaman Persaingan Nanti

>>>

 

 

e. Kekuatan Tawar Pesaing Industri 

Beberapa  hal  yang  menyangkut  persaingan  antara  lain  pertumbuhan 

industri,  konsentrasi  dan  keseimbangan  dalam  industri,  differensiasi 

produk, biaya tetap,  biaya alih dari pemain dan berbagai hal lainnya. Tabel 

4.6 menunjukkan tingkat persaingan dalam industri perbengkelan. 

 

Page 11: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

39

Tabel 4.6. Persaingan Industri 

ST T N R SR ST T N R SRRivalitas PersainganPertumbuhan Industri Cepat √ Lambat Cepat √ LambatDiferensiasi produk Banyak √ Sedikit Banyak √ SedikitBiaya Alih Tinggi √ Rendah Tinggi √ RendahStrategi korporasi Penting √ Tdk Penting Penting √ Tdk Penting

Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah

SR → Sangat Rendah

>>>

Sumber : Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap para nara sumber yang dipandang ahli dan terlibat langsung dalam industri ini.

<<<Ancaman Persaingan Nanti

>>>Faktor lingkungan <<<Ancaman Persaingan Saat Ini

 

4.2.1.2. Data eksternal perusahaan berdasarkan lingkungan umum 

Untuk mengidentifikasikan kesempatan atau peluang dan ancaman yang ada atau 

yang  mungkin  dihadapi  oleh  perusahaan  harus  memperhatikan  kondisi 

lingkungan eksternal untuk kemudian merumuskan strateginya. 

Analisis  lingkungan (environmental scanning) meliputi (a) Kekuatan Ekomomi, (b) 

Kekuatan  Sosial,  Budaya,  Demografi  dan  Lingkungan,  (c)  Kekuatan  Politik, 

Pemerintah dan Hukum, dan (d) Kekuatan Teknologi, Kota Bandung yang berada 

di Propinsi Jawa Barat pada khususnya dan Republik Indonesia secara umum. 

a. Kekuatan Ekonomi 

Sejak  krisis  ekonomi  melanda  Indonesia  pada  tahun  1997  lalu,  kondisi 

perekonomian  secara  garis  besar  mengalami  perbaikan  yang  cukup 

signifikan  setiap  tahunnya. Parameter ukur yang dapat digunakan  sebagai 

indikator  membaiknya  perekonomian  Indonesia  diantaranya  adalah 

kebijakan moneter, nilai  tukar  rupiah, suku bunga Bank  Indonesia dan  lain 

sebagainya.  Kebijakan  moneter  Bank  Indonesia  menurunkan  suku  bunga 

Bank  Indonesia  (BI  rate)  menjadi  12.50%  pada  bulan  Mei  2006  dengan 

didukung  oleh  langkah  ‐  langkah  kebijakan  lainnya  diharapkan  mampu 

memberikan sinyal positif  terhadap upaya untuk mendorong pertumbuhan 

ekonomi dan dapat menjaga kestabilan kondisi pasar keuangan.  

Page 12: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

40

Penurunan BI rate diikuti oleh penurunan suku bunga simpanan, suku bunga 

penjaminan deposito  rupiah  1 bulan  tetap berada pada  level  12.50%.  Suku 

bunga deposito per 18 Mei 2006 di seluruh bank menurun dan berada pada 

kisaran 9% ‐ 12.50%. Secara tertimbang rata‐rata suku bunga deposito 1 bulan 

tercatat 11.7% pada bulan April 2006, untuk suku bunga kredit modal kerja 

(KMK)  tercatat 16.3%, kredit  investasi  (KI)  tercatat 15.9% dan suku bungan 

kredit  konsumsi  sebesar  17.7%.  Gambar  4.4  menunjukkan  perkembangan 

berbagai suku bunga, sebagai berikut: 

 

 Sumber : Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006, Bank Indonesia 

Gambar 4.4 Perkembangan Berbagai Suku Bunga 

 

Kebijakan  tersebut yaang mulai berlaku 1  januari 2006  tersebut diharapkan 

dapat  memicu  pertumbuhan  industri  otomotif,  sekaligus  merangsang 

produksi mobil  Indonesia mencapai  650  ribu per  tahun.  (I‐MAGZ,  edisi  2‐

Februari  2007,  P:  9).  Pada  bulan  November  2006  Bank  Indonesia 

mengumumkan  turunnya  suku  bunga  BI  menjadi  9.50%,  hal  ini  sangat 

disambut  gembira  oleh  kalangan  perbankan  dan  perusahaan  pembiayaan. 

Karena dengan  turunya suku bunga BI  tersebut,  tingkat suku bunga  leasing 

otomotif  secara  bertahap  akan  turun  dan  memicu  pertumbuhan  volume 

kredit  kendaraan mencapai  24%. Kondisi  tersebut  tentunya  akan  berimbas 

kepada bisnis yang terkait dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. 

BI Rate

Penjaminan Deposisto 1 bln

Depo 1 bln

Kredit Konsumsi

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Page 13: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

41

Nilai  tukar  rupiah  yang  semakin membaik  semenjak  krisis  ekonomi dapat 

memberikan sedikit harapan bagi sektor  industri. Gambar 4.5 menunjukkan  

rata – rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, sebagai beriku: 

 

 

Sumber : Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006, Bank Indonesia 

Gambar 4.5 Rata‐rata Nilai Tukar Rupiah 

 

Nilai  tukar  rupiah  ini  sangat berdampak  terhadap besarnya  investasi yang 

diperlukan  bagi  pengusaha  lokal,  khususnya  dalam  bidang–bidang  usaha 

yang memiliki ketergantungan  terhadap produk asing  (import) yang  cukup 

tinggi.  Hal  ini  terjadi  pada  usaha  perbengkelan  yang  secara  langsung 

membutuhkan  sebagian  besar  pasokan  –  pasokan  peralatan  kerja  dan 

pendukungnya dari negara lain. 

Gambaran  situasi perekonomian  tersebut diperkuat oleh hasil  survey Bank 

Indonesia  yang  ditunjukkan  pada  Gambar  4.6. menunjukkan  peningkatan 

nilai  impor  kelompok  barang  –  nonmigas‐  berdasarkan  laporan  (dokumen 

PIB)1). 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

42

 

 Sumber :  Bank Indonesia 

Gambar 4.6 Perkembangan Impor Nonmigas – berdasarkan laporan (dokumen PIB)1) 

 

Perkembangan  tersebut  diikuti  oleh  pertumbuhan  jumlah  kendaran 

bermotor  roda  empat  di  Kota  Bandung  khususnya  yang  mengalami 

kenaikkan  yang  cukup  signifikan  dari  tahun  2004  yang  berjumlah  178.677 

kendaraan meningkat menjadi 469.302 kendaraan di tahun 2005. Gambar 4.7 

menunjukkan  perkembangan  jumlah  kendaraan  berdasarkan  jenis  / 

kategorinya, sebagai berikut: 

 

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

2004 2005 mei 2006

Sedan/Sedan Station danSejenisnya

Jeep dan Sejenisnya

Station Wagon/Minibus danSejenisnya

Bus/Micro Bus dan Sejenisnya

PickUp/Truck/Tracktor/Head/Tank/double cab

Sumber :  DISPENDA Kota Bandung 

Gambar 4.7 Perkembangan Jumlah Kendaraan di Kota Bandung 

 

(Ribu USD)

Page 15: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

43

Hal ini mendorong pertumbuhan industri terkait seperti industri perawatan 

dan  perbaikkan  kendaraan  bermotor  (perbengkelan)  yang  secara  langsung 

sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 

 

b. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan 

Kota  Bandung  terletak  di wilayah  Jawa  Barat memiliki  lokasi  yang  cukup 

strategis,  dilihat  dari  segi  komunikasi  dan  perekonomian.  Pada  saat 

pembentukkan Kota Bandung menjadi daerah otonom  tanggal 1 April 1906 

memiliki  luas  wilayah  1.922  Ha  dan  berdasarkan  Peraturan  Pemerintah 

Republik  Indonesia  Nomor  16  Tahun  1987  wilayah  Administrasi  Kota 

Bandung diperluas menjadi 16.729,65 Ha. Kota Bandung memiliki iklim yang 

dipengaruhi oleh daerah pegunungan sehingga cuaca yang  terbentuk sejuk 

dan lembab. 

Laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh 

Badan Statistik Kota Bandung sebesar 0.20% dengan jumlah penduduk hasil 

susenas 2004 adalah 2.232.624 jiwa yang terdiri dari 1.131.945 jiwa penduduk 

perempuan  dan  1.100.679  jiwa  penduduk  laki‐laki  dengan  rata  –  rata 

kepadatan  penduduk Kota  Bandung  13.346  jiwa/km2.  Jumlah  tenaga  kerja 

yang  tercatat di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung sebanyak 42.275 pencari 

kerja,  lowongan  yang  tersedia  sebanyak  2.218  orang  dengan  jumlah 

penempatan hanya untuk 2.211 orang. 

 

c. Kekuatan Politik, Pemerintah dan Hukum 

Peran  serta  pemerintah  dalam mendukung  industri  otomotif  di  tanah  air 

semakin meningkat antara  lain dengan diterbitkanya Peraturan Pemerintah 

no.41/2005 yang menetapkan nilai Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah 

(PPnBM)  sebesar  5‐10%  bagi  kendaraan  bermotor  yang  diharapkan  dapat 

menggairahkan  industri  otomotif  di  Indonesia  yang memiliki  bobot  6.76% 

Page 16: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

44

pada  pertumbuhan  sektor  industri  pada  tahun  2006  (I‐MAGZ,  edisi  2‐

Februari 2007,P:10). 

Khususnya  dalam  rangka  melindungi  dan  meningkatkan  kualitas  hidup 

masyarakat umum. Salah  satu peran pemerintah dalam  industri perawatan 

dan  perbaikan  kendaraan  bermotor  dituangkan  dalam Keputusan Menteri 

Lingkungan  Hidup  No.  141  tahun  2003  dan  No.  35  Tahun  1993  tentang 

Ambang  Batas  Emisi  Gas  Buang  Kendaraan  bermotor  dan  Keputusan 

Menteri  Perindustrian  dan  Perdagangan  Nomor  :  551/MPP/Kep/10/1999 

tentang bengkel umum kendaraan bermotor. 

Keputusan  Menteri  Lingkungan  Hidup  No.  141  tahun  2003  dan  No.  35 

Tahun 1993  tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, 

mensyaratkan  kendaraan  bermotor  yang  beredar  di  jalan  raya  memiliki 

ambang  batas  tertentu  sebagaimana  di  uraikan  dalan  tabel  4.7.  sebagai 

berikut: 

Tabel 4.7. Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor 

Tipe dan Kategori Kendaraan

Bobot Kendaraan ≤ 2.5 ton dan Kapasitas Penumpang ≤ 5 orang

Bobot Kendaraan penumpang > 2.5 ton dan barang ≤ 3.5 ton tempat duduk 6-8 Kelas I RM(Reference Mass; berat kosong kendaraan + 100 kg massa) ≤ 1250

Kelas II 1250 kg <RM≤ 1700 kg

kelas III RM.1700 kg ditetapkan

Kendaraan angkutan orang > 8 orang sampai 5 ton dan angkutan barang 3.5 – 12 ton serta kendaran gandeng/penarik/tempel 3.5 ton lebih

Bah

an

Bak

ar

Ben

sin HC +

NOx sebesar 0.5 gr/km

HC + NOx sebesar 0.5 gr/km

HC + NOx sebesar 0.5 gr/km

HC+NOx sebesar 0.7 gr/km

-

Ken

dara

an K

ateg

ori M

da

n N

Bah

an

Bak

ar

Min

yak

Die

sel

HC + NOx sebesar 0.7 gr/km.

HC + Nox sebesar 0.7 gr/km

HC+NOx sebesar 1.0 gr/km

HC+NOx sebesar 1.2 gr/km

-

Ken

dara

an

kate

gori

M,

N, d

an O

- - - - CO sebesar 4.0 gr/kWh, sementara HC+NOx sebesar 7.0 gr/kWh

Sumber : INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006  

Diharapkan dengan diterapkanya peraturan  ini dapat mengurangi dampak 

pencemaran  udara  dan  secara  tidak  langsung  mendorong  pertumbuhan 

industri perawatan kendaraan bermotor, dimana untuk memenuhi peraturan 

Page 17: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

45

ini  para  pemilik  kendaran  bermotor  dituntut  untuk  lebih  disiplin  dalam 

memelihara kendaraannya. 

Keputusan  Menteri  Perindustrian  dan  Perdagangan  Nomor  : 

551/MPP/Kep/10/1999  tentang  bengkel  umum  kendaraan  bermotor, 

mengatur kualifikasi bengkel kendaraan  roda  empat dan  roda dua dimana 

setiap bengkel yang beroperasi  selain harus memiliki  ijin usaha  juga harus 

memenuhi standar bengkel yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal  ini selain 

untuk melindungi masyarakat dari praktik – praktik yang dapat merugikan 

juga untuk mendukung program pemerintah antara  lain pembatasan  emisi 

gas buang. 

 

d. Kekuatan Teknologi 

Pertumbuhan  kendaraan  roda  empat  di  Indonesia  diiringi  oleh 

perkembangan  teknologi  yang  cukup  signifikan.  Seperti  ditunjukkan  pada 

gambar 1.7 sebelumnya, perkembangan teknologi otomotif yang cukup pesat 

dimulai pada awal  tahun 1990. Perkembangan  ini didukung oleh kebijakan 

impor kendaraan  roda empat pada  tahun 1998 yang memungkinkan untuk 

mendatangkan  kendaraan  secara  utuh  dari  negara  asalnya.  Hal  ini 

mendorong perkembangan otomotif di Indonesia semakin up to date dengan 

perkembangan  teknologi  otomotif di negara  lain  khususnya  Jepang, Eropa 

dan Amerika. 

Perkembangan  teknologi  otomotif  memberikan  dampak  semakin 

meningkatnya kompleksitas perawatan dan perbaikkan kendaraan bermotor, 

berbagai  teknologi  terkait  engine  management  yang  diatur  perangkat 

elektronik, sistem transmisi yang dikontrol secara elektronik dan terintegrasi 

dengan engine management dan berbagai perangkat  lainnya yang menunjang 

mobilitas  kendaraan maupun  faktor  keselamatan  yang  hampir  seluruhnya 

memiliki  kontrol  elektronik  dan  terintegrasi  dengan  engine  manegement. 

Page 18: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

46

Faktor–faktor  tersebut sudah  tentunya  tidak dapat ditangani oleh peralatan 

kerja  konvensional/manual melainkan membutuhkan peralatan  – peralatan 

khusus yang masing‐masing dapat memiliki peran tersendiri. 

Perkembangan  teknologi  tersebut  juga  berimbas  kepada  peningkatan 

teknologi  pada  industri  perawatan  dan  perbaikan  kendaraan  salah  satu 

contohnya adalah diterapkannya sistem  informasi  terpadu yang diterapkan 

di setiap gerai/bengkel untuk meningkatkan utilitas dan pelayanan  terhdap 

konsumen.  

 4.2.2. Pengumpulan Data Internal Perusahaan 

Metode  Analisis  Rantai  Nilai  Porter  (Porter’s  Value  Chain  Analysis)  digunakan 

untuk mendapatkan data internal perusahaan, data diperoleh dengan  wawancara 

manajemen  tinggi,  dan  para manajer  (Kepala  Bidang)  serta  dokumen‐dokumen 

terkait lainnya. Gambar 4.8. menunjukkan diagram analisis rantai nilai. 

 

Gambar 4.8. Analisis Rantai Nilai Porter (Porter’s Value Chain Analysis)  

Analisis faktor internal ini meliputi (a) manajerial, (b) keuangan, (c) sumber daya 

manusia,  (d)  pengembangan  teknologi,  (e)  pengadaan,  (f)  operasional  dan  (g) 

pemasaran. 

Supp

ort A

ctivi

ties

Supp

ort A

ctivi

ties

Primary ActivitiesPrimary Activities

Human Resource Management & General Affairs(Manpower Planning, Training & Dev., Career Path & Performance Ev., Reward System)

Firm Infrastructure(General Management, Strategic Planning, Accounting, Finance)

Technology Development(Produk & Process Improvement)

Procurement(Purchasing parts, material & supplies)

Marketing & Sales(Service Preparation)Penerimaan

(Service Delivery)Perbaikan

(Service Delivery)Perbaikan

(Post Delivery Service)PDS

OperationsOperations

ProfitMargin

Page 19: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

47

a. Manajerial 

Infrastruktur manajerial Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi meliputi 

sistem  perencanaan,  sistem  kontrol  manajemen,  sistem  komunikasi  dan 

informasi,  struktur organisasi, kepemimpinan, dan  image perusahaan yang 

terbentuk.  Infrastruktur manejerial  ini menggambarkan  sistem manajemen 

yang  diterapkan  untuk mencapai  tujuan  atau melaksanakan  visi  dan misi 

perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya. 

Sistem perencanaan yang dimaksud di sini secara umum adalah bagaimana 

unit  usaha  ini mempersiapkan  strategi,  perencanaan  untuk meningkatkan 

kinerja dan performa usaha untuk mendorong daya saing, mempertahankan 

dan  meningkatkan  pangsa  pasar.  Kondisi  pada  saat  ini  masih  memiliki 

tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kantor pusat khususnya 

bidang  perencanaan  dan  pengembangan,  hal  ini  menyebabkan  kurang 

sinergi dalam proses pelaksanaan dan sering kali kurang terbarukan. Secara 

khusus  bagaimana  manajemen  mempersiapkan  program  kerja  yang  akan 

dilaksanakan  setiap  tahunnya  dan  rencana  eksekusi  pekerjaan  yang  ada. 

Rencana kerja  ini dilaksanakan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran 

Perusahaan  (RKAP) yang disusun  setiap  tahunnya. Selama  ini penyusunan 

RKAP merupakan dianggap sebagai kegiatan rutin yang telah dilaksanakan 

pada setiap  tahun dengan kurang memperhatikan situasi dan kondisi yang 

berkembang di lingkungan industri. 

Sistem kontrol manajemen dilaksanakan sepenuhnya oleh Satuan Pengawas 

Internal  (SPI)  yang  secara  umum memeriksa  proses  pelaksanaan  kegiatan 

berdasarkan  kesesuaian  prosedur  administrasi.  Sistem  kontrol manajemen 

tingkat  tinggi  terhadap  manajemen  di  bawahnya  dalam  Unit  Usaha 

Perbengkelan  &  Transportasi  sendiri  masih  kurang  begitu  signifikan 

sehingga proses pelaksanaan operasional masih kurang optimal. 

Page 20: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

48

Sistem  komunikasi  dan  informasi  yang  diterapkan  dalam  Unit  Usaha 

Perbengkelan  &  Transportasi  masih  belum  mengalami  perubahan  dari 

semenjak  dibentuknya.  Sistem  komando  yang  memiliki  kecenderungan 

sentralistik  serta  kurang  singkron  proses  komunikasi  dengan  administrasi 

menyebabkan kinerjanya kurang mengalami peningkatan. 

Struktur  organisasi  yang  diterapkan  secara  umum  masih  mengunakan 

struktur  organisasi  perusahaan  tahun  2003,  namun  dalam  pelaksanaannya 

sudah mulai mengadopsi  struktur  organisasi  yang  baru  walaupun masih 

terdapat beberapa posisi yang masing kosong dan dirangkap oleh personel 

yang  ada.  Hal  ini  menimbulkan  ketimpangan‐ketimpangan  yang 

menghambat perkembangan usaha. 

Kepemimpinan  yang  ada  masih  bersifat  sentralistik  dan  didominasi  oleh 

individu  yang  menyebabkan  tidak  berfungsinya  alur  komunikasi  dan 

komando  yang  sistematis  sesuai  dengan  tupoksinya  masing  –  masing. 

Sehingga  beberapa  bagian  tidak  dapat  berperan  sesuai  dengan  fungsinya. 

Image perusahaan yang ingin dibentuk sebagai unit usaha yang mandiri dan 

profesional menjadi sangat sulit untuk diwujudkan. Tabel 4.8 menunjukkan 

hasil penilaian  terhadap  infrastruktur manajemen  yang  ada di Unit Usaha 

Perbengkelan & Transportasi. 

 

Tabel 4.8. Infrastruktur Manajerial 

SL L N K SKSistem perencanaan √Sistem kontrol manajemen √Sistem komunikasi & informasi √Struktur Organisasi √Kepemimpinan √Image Perusahaan √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait

Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah

N → NetralK → Kuat

SK → Sangat Kuat

Faktor Kekuatan & kelemahan

  

Page 21: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

49

b. Keuangan 

Faktor  keuangan  meliputi  penyusunan  anggaran,  sumber‐sumber 

pendanaan, managemen keuangan dan program pensiun. 

Penyusunan  anggaran  dilaksanakan  setiap  tahunnya  dituangkan  dalam 

Rencana Kerja Anggaran  Perusahaan  (RKAP) Unit Usaha  Perbengkelan & 

Transportasi  berdasarkan  penggunaan  anggaran  tahun  sebelumnya  dan 

kegiatan‐kegiatan  tambahan  yang  bersifat  situasional.  Sering  kali  kurang 

memperhatikan perkembangan  industri dan  lingkungan yang memerlukan 

langkah‐langkah strategis untuk mengoptimalisasi operasional dalam bentuk 

program‐program pengembangan. 

 Sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari anggaran PD.Jasa dan 

Kepariwisataan yang ditunjang oleh penyertaan modal pemerintah melalui 

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah  (APBD) setiap  tahunnya.  Jumlah 

penyertaan modal yang cukup besar khususnya untuk tahun anggaran 2006 

dan 2007 dapat memicu perkembangan apabila dapat dimanfaatkan  secara 

optimal. 

Managemen keuangan yang diterapkan sesuai dengan petunjuk pelaksanan 

yang  telah  ditetapkan  oleh  kantor  pusat  sehingga  kurang  fleksibel  dalam 

mengahdapi kondisi industri yang dinamis. 

Program pensiun bagi seluruh karyawan belum dapat diakomodir, sehingga 

jaminan  sosial bagi karyawan masih  relatif  rendah. Tabel 4.9 menunjukkan 

hasil penilaian faktor keuangan di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi. 

 

 

 

 

Page 22: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

50

Tabel 4.9. Faktor Keuangan 

SL L N K SKPenyusunan Anggaran √Sumber Pendanaan Jangka Panjang √Management Keuangan √Program Pensiun √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait

Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah

N → NetralK → Kuat

SK → Sangat Kuat

Faktor Kekuatan & kelemahan

 

c. Sumber Daya Manusia 

Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam bisnis 

ini,  hal  ini  meliputi  proses  seleksi,  penerimaan  dan  penempatan,  sistem 

penggajian, sistem penghargaan, promosi, dan sistem training.  

Proses  seleksi  sepenuhnya  dilaksanakan  oleh  kantor  pusat  dengan 

memperhatikan permohonan dan kebutuhan unit usaha. Proses penerimaan 

ini  disesuaikan  dengan  kebutuhan  dan  program  pengembangan  sumber 

daya manusia secara keseluruhan sehingga sering kali terjadi ketimpangan–

ketimpangan  baik  dari  segi  jumlah,  tingkat  pendidikan  dan  keterampilan 

yang kurang sesuai dengan kebutuhan yang ada di unit usaha. Penempatan 

tenaga kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan dari kantor pusat sehingga 

berdampak terhadap unit usaha. 

Sistem penggajian setiap unit usaha sama dengan sistem penggajian kantor 

pusat demikian  juga dengan Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi yang 

mengacu  kepada  surat  edaran  Gubernur  Propinsi  Jawa  Barat  mengenai 

sistem penggajian Perusahaan Daerah. Hal ini menjadi kurang efektif dalam 

merangsang pertumbuhan di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi pada 

khususnya. 

Sistem penghargaan dan promosi yang tidak berjalan dengan baik selama ini 

menyebabkan  terhambatnya  pengembagan  kinerja  sumber  daya  manusia, 

Page 23: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

51

semenjak  penggabungan  Perusahaan  Daerah  proses  penghargaan  dan 

promosi secara nyata tidak berjalan secara semestinya. 

Program pelatihan yang  sangat diperlukan untuk menjaga kualitas  sumber 

daya manusia  agar  selalu mengikuti  perkembangan  industri  perbengkelan 

tidak  berjalan  secara  sistematis dan  berkesinambungan, dapat  terlihat dari 

kurangnya  program‐program  pelatihan  yang  diselenggarakan  oleh  pihak 

perusahaan.  Tabel  4.10  memperlihatkan  hasil  penilaian  terhadap  kondisi 

sumber daya manusia yang ada di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi.  

 

Tabel 4.10. Sumber Daya Manusia 

SL L N K SKProses seleksi, Penerimaan & Penempatan √Sistem Penggajian √Sistem Penghargaan, Promosi √Sistem Training √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait

Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah

N → NetralK → Kuat

SK → Sangat Kuat

Faktor Kekuatan & kelemahan

  

d. Pengembangan Teknologi 

Penggunaan  teknologi  sangat  erat  kaitannya  dalam  bisnis  ini  dimana 

perkembangan teknologi otomotif yang semakin pesat, khususnya teknologi 

peralatan‐peralatan  penunjang  dan  perbaikan.  Pengembangan  teknologi 

meliputi  teknologi  yang  digunakan,  pemilihan  teknologi,  fasilitas 

operasional dan fasilitas pendukung. 

Teknologi  yang  digunakan  sangat  erat  kaitannya  dengan  kualitas  yang 

dihasilkan, beberapa proses perbaikkan memerlukan penggunaan peralatan 

khusus.  Sebagai  contoh  proses  tune  up  mesin  dapat  dilaksanakan  secara 

manual  maupun  dengan  menggunakan  peralatan  khusus  yang  tentunya 

akan memperoleh hasil yang lebih presisi. 

Page 24: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

52

Pemilihan  teknologi yang akan digunakan  tentunya  erat kaitannya dengan 

segmen pasar yang akan dilayani, Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi 

dalam hal ini sebagai bengkel yang mampu melayani semua jenis kendaraan 

tentunya  memiliki  sebaran  yang  luas  terkait  dengan  teknologi  tersebut. 

Namun  demikian  skala  prioritas  tetap  menjadi  perhatian  utama  dalam 

memberikan pelayanan kepada konsumen. 

Fasilitas  operasional  yang  ada  tergolong  cukup  lengkap  sesuai  dengan 

kategori bengkelnya, namun demikian beberapa peralatan  telah beroperasi 

dalam  jangka waktu  yang  cukup  lama dan  belum  ada proses peremajaan. 

Proses peremajaan tentunya sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan 

kerja  yang  semakin  komplek  dan  dituntut  ketepatan waktu. Kondisi Unit 

Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  masih  menggunakan  fasilitas 

operasional hasil ambil alih PD.Kerta Wahana pada  tahun 1999 dan hingga 

tahun 2006 belum mengalami perubahan yang cukup berarti. 

Fasilitas  pendukung  meliputi  sarana‐prasarana  kerja  masih  tergolong 

sederhana dan belum banyak mengalami perubahan yang signifikan sejalan 

dengan  perkembangan  fasilitas  operasional  lainnya.  Tabel  4.11. 

memperlihatkan  perkembangan  teknologi  yang  ada  di  Unit  Usaha 

Perbengkelan & Transportasi PD.Jasa dan Kepariwisataan.  

 

Tabel 4.11. Pengembangan Teknologi 

SL L N K SKTeknologi yang Digunakan √Pemilihan Teknologi √Fasilitas Operasional √Fasilitas Pendukung √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait

Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah

N → NetralK → Kuat

SK → Sangat Kuat

Faktor Kekuatan & kelemahan

  

 

Page 25: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

53

e. Pengadaan 

Proses  pengadaan  dalam  hal  ini  pengadaan  barang  dan  jasa  guna 

mendukung  proses  operasional  yang  ada  untuk  memperoleh  hasil  yang 

optimum  dan  sesuai  dengan  harapan  pelanggan  meliputi  pemilihan 

suppliers,  kontrol  kualitas  pembelian  barang,  material  managemen  dan 

analisis harga, biaya serta standarisasi barang. 

Dalam proses pengadaan barang dan jasa yang bersifat sebagai support atau 

peralatan  pendukung  dan menggunakan  alokasi  dana  khusus  dari  kantor 

pusat menggunakan metode lelang sesuai dengan Kepres 80 tahun 2003 yang 

disempurnakan  oleh  Kepres  06  tahun  2006  dan  dilaksanakan  oleh  panitia 

yang dibentuk oleh kantor pusat. Untuk pembelian bahan dan material yang 

terkait  langsung  dengan  proses  produksi  dapat  dilaksanakan  secara 

langsung oleh Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi. 

Pemilihan  supplier  yang  berlangsung  selama  ini  berdasarkan  kepada 

kebutuhan rutin setiap periode tertentu dan dari segi kuantitas relatif sedikit 

sehingga  supplier  yang  dipilih  yang memiliki  lokasi  terdekat  dan mampu 

memberikan  penawaran  terbaik,  untuk  setiap  komponen  atau  peralatan 

memiliki  satu  atau  lebih  supplier.  Keterbatasan  pemakaian  bahan  baku 

menyebabkan  posisi  tawar  yang  dimiliki  Unit  Usaha  Perbengkelan    & 

Transportasi  menjadi  lemah,  dimana  supplier  utama  yang  mampu 

memberikan  penawaran  yang  lebih  menarik  tidak  mampu  diakomodasi 

terkait dengan kondisi internal yang kurang memadai. 

Kontrol  kualitas  terhadap  pembelian  barang  dilaksanakan  sebatas 

pengamatan  visual  dan  kesesuaian  barang  dengan  kode  barang  serta 

identitas dalam kemasan, dimana barang‐barang kualitas satu khusus untuk 

spare parts memiliki kode barang yang  sesuai dengan kode dalam katalog 

yang diterbitkan oleh pembuatnya.  

Page 26: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

54

Material managemen dalam hal  ini pengaturan  stok  parts dan  bahan  baku 

habis pakai dilaksanakan secara manual dengan menggunakan kartu kontrol 

dimana untuk setiap parts atau bahan habis pakai memiliki batas bawah dan 

batas  untuk menentukan  jumlah  stok  di  gudang.  Pada  saat  parts  tersebut 

telah mencapai  jumlah batas bawah maka bagian gudang segera melakukan 

proses pemesanan atau pembelian barang tersebut. Namun demikian karena 

pengadaan  barang  tersebut  masih  bersifat  pembelian  langsung  sehingga 

ketepatan waktu penyediaan barang tersebut menjadi tidak terukur.  

Analisis harga dan biaya secara umum dibagi dua kelompok yang pertama 

analisis  biaya  untuk  kelompok  konsumen  umum  (non  dinas)  yang  kedua 

analisis biaya untuk kelompok konsumen dinas. Hal  ini dibedakan karena 

sifat pembayaran dan penagihan untuk kedua kelompok  tersebut berbeda. 

Untuk kelompok pertama dikenakan  tarif parts standar price  list dan harga 

jasa  yang  telah  ditetapkan  serta  pengenaan  pajak,  untuk  kelompok  kedua 

dikenai  biaya  tambahan  disesuaikan  dengan  metode  dan  jangka  waktu 

pembayaran yang akan dilaksanakan  sesuai dengan kesepakan. Tabel 4.12. 

menunjukkan  kondisi  pengadaan  barang  dan  jasa  di  Unit  Usaha 

Perbengkelan & Transportasi. 

 

Tabel 4.12. Pengadaan 

SL L N K SKPemilihan supplier √Kontrol kualitas Pembelian barang √Material Management √Analisis Harga, Biaya & Standarisasi √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait

Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah

N → NetralK → Kuat

SK → Sangat Kuat

Faktor Kekuatan & kelemahan

  

 

 

Page 27: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

55

f. Operasional 

Operasional  merupakan  bagian  utama  dari  rangkaian  pelayanan  kepada 

konsumen  hal  ini  sangat  bergantung  kepada  fasilitas,  kapasitas, 

produktifitas, kontrol kualitas, kepemimpinan dan automasi. 

Fasilitas operasional bengkel meliputi sarana prasarana dan peralatan yang 

dipergunakan dalam proses perawatan dan perbaikkan kendaraan. Semakin 

lengkap  fasilitas  yang  disediakan  akan  meningkatkan  kemampuan  dan 

kualitas  proses  perawatan  maupun  perbaikkan  kendaraan.  Seiring 

perkembangan  teknologi  proses  peremajaan menjadi  sangat  penting  guna 

menunjang perkembangan proses perawatan yang dibutuhkan. Kondisi pada 

saat  ini  secara  kuantitas  dapat  dikatakan  cukup  namun  dari  segi  kualitas 

fasilitas  yang  ada masih  banyak memerlukan peremajaan mengingat masa 

pakai  yang relatif cukup lama. 

Kapasitas  bengkel  yang  ada  pada  saat  ini masih  cukup memadai  dimana 

mampu  menampung  lebih  dari  delapan  kendaraan  sekaligus  dan  dapat 

dikembangkan menjadi  empat  belas  kendaraan  sekaligus.  Total  stall  (area 

perbaikkan) yang dimiliki mencapai sepuluh stall, kapasitas  tersebut masih 

belum  termanfaatkan secara optimal. 

Produktifitas kerja karyawan masih belum optimal dilihat dari beban kerja 

dengan  jumlah karyawan yang ada. Sebaran keterampilan  setiap karyawan 

yang  cukup  beragam  dan  tidak  merata  menyebabkan  pembagian  beban 

pekerjaan kurang proporsional. 

Kontrol  kualitas  terhadap  hasil  pekerjaan  khususnya  bagian  operasional 

terkait  dengan  produk  jasa  yang  dihasilkan  masih  memiliki  beberapa 

kelemahan  khususnya  pada  pelaksanaannya  di  lapangan.  Beberapa 

komponen  terkait memiliki  tugas  dan  tanggung  jawab  yang  berhubungan 

dilaksanakan oleh personel yang sama. 

Page 28: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

56

Kepemimpinan yang diterapkan di Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi 

masih  bersifat  sentralistik  dan  terfokus  kepada  beberapa  personel. Hal  ini 

menyebabkan sering terjadi kesalahan koordinasi dan komunikasi di tingkat 

pelaksana. Namun demikian distribusi  informasi bermula dari satu sumber 

yang secara langsung bertanggung  jawab terhadap seluruh komponen yang 

ada. 

Sistem  automasi  dalam  perbengkelan meliputi  automasi  pengolahan  data 

dan automasi peralatan. Dari sisi automasi peralatan yang dimiliki pada saat 

ini masih  tergolong  rendah,  dimana mesin  dan  peralatan  automasi  untuk 

proses  perawatan  dan  perbaikan  kendaraan  bermotor mulai  bermunculan 

pada masa  sistem  komputerisasi mesin  kendaraan  diperkenalkan. Hal  ini 

masih  belum menarik  perhatian Unit Usaha  Perbengkelan &  Transportasi 

pada  saat  itu,  namun  demikian  secara  bertahap  mulai  menjajagi 

kemungkinan‐kemungkinan  automasi  peralatan  yang  ada.  Tabel  4.13. 

memperlihatkan  kondisi  operasional  di  Unit  Usaha  Perbengkelan 

&Transportasi. 

 

Tabel 4.13. Operasional 

SL L N K SKFasilitas √Kapasitas √Produktifitas √Kontrol Kualitas √Kepemimpinan √Automasi √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait

Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah

N → NetralK → Kuat

SK → Sangat Kuat

Faktor Kekuatan & kelemahan

  

g. Pemasaran 

Proses  pemasaran  yang memegang  peranan  penting  dalam meningkatkan 

penjualan  dan  memperkenalkan  produk  kepada  konsumen  masih  belum 

Page 29: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

57

dioptimalkan,  beberapa  komponen  pemasaran  meliputi  analisa  pasar, 

promosi, tenaga pemasaran, strategi pemasaran dan pengembangan produk. 

Analisa pasar  seyogyanya dilaksanakan  secara periodik untuk mengetahui 

perkembangan pasar  dan  tren  yang  ada di  industri perbengkelan. Namun 

demikian  captive  market  dari  lingkungan  dinas  dan  instansi  yang  secara 

alamiah menjadi pelanggan  tetap Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi 

menyebabkan analisa pasar kurang menjadi perhatian dan  tidak mendapat 

porsi  yang  sesuai.  Lambat  laun  hal  ini menyebabkan  kurang  tanggapnya 

Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi terhadap pertumbuhan persaingan 

yang ada dan tentunya berdampak langsung terhadap pertumbuhan usaha. 

Proses  promosi  secara  khusus  tidak  dilaksanakan  karena  berbagai macam 

pertimbangan  antara  lain  adanya  captive market dari  lingkungan dinas dan 

instansi. 

Tenaga  pemasaran  yang  khusus  tidak  tersedia  dan  beberapa  personel 

merangkap jabatan sehingga dapat diprediksikan hasilnya kurang optimum. 

Strategi pemasaran secara khusus tidak dirumuskan, namun demikian target 

pemasaran  dari  tahun‐ketahun  di  titik  beratkan  kepada  pasar  kendaraan 

dinas dan instansi di lingkungan Propinsi Jawa Barat. 

Pengembangan  produk  untuk  memberikan  layanan  yang  lebih  kepada 

konsumen belum berjalan dengan optimum, produk – produk umum yang 

menjadi kebutuhan dasar kendaraan operasional menjadi  tulang punggung 

Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi. Tabel  4.14 menunjukkan kondisi 

pemasaran yang ada. 

 

 

 

 

 

 

Page 30: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

58

Tabel 4.14 Pemasaran 

SL L N K SKAnalisa Pasar √Promosi & Advertising √Tenaga Pemasaran √Startegi Pemasaran √Pengembangan produk √Sumber : hasil wawancara dengan manager dan pejabat terkait

Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah

N → NetralK → Kuat

SK → Sangat Kuat

Faktor Kekuatan & kelemahan

 

 

4.3. Analisis dan Interpretasi 

4.3.1. Analisis Lingkungan Eksternal 

Data‐data  eksternal  yang  diperoleh  dapat  digunakan  sebagai  dasar  penilaian 

menyeluruh  mengenai  kondisi  kemenarikan  industri  perbengkelan  (industry 

attractiveness).  Tabel  4.15  merupakan  gambaran  penilaian  menyeluruh  yang 

dihitung berdasarkan nilai rata‐rata dari setiap faktor eksternal. 

 

Tabel 4.15. Penilaian Keseluruhan Ancaman Persaingan Lingkungan Eksternal  

ST T N R SR ST T N R SRPenilaian Menyeluruh √ √

Keterangan : ST → Sangat TinggiT → TinggiN → Netral R → Rendah

SR → Sangat Rendah

Faktor lingkunganAncaman Persaingan Saat Ini Ancaman Persaingan Nanti

  

Dari  hasil  penilaian  tersebut  dapat  diidentifikasikan  kesempatan  atau  peluang 

dan ancaman yang ada pada industri perbengkelan sebagaimana diuraikan pada 

table 4.16. sebagai berikut: 

 

Page 31: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

59

Tabel 4.16. Faktor‐Faktor Peluang dan Ancaman  

Peluang (O)  Ancaman (T) 1. Pertumbuhan Industri cukup pesat 

2. Perkembangan teknologi otomotif 

3. Pertumbuhan pasar bengkel cukup besar 

4. Pertumbuhan  kendaraan  roda  empat  cukup besar 

5. Hambatan masuk bagi pesaing cukup besar 

6. Kerjasama dengan manufacture terbuka 

7. Kerjasama pelatihan teknik terbuka 

8. Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah cukup besar 

9. Jumlah pemasok cukup banyak 

10. Kerjasama operasi dengan pemasok terbuka 

11. Regulasi  pembatasan  emisi  gas  buang  mulai diterapkan 

12. Regulasi pemerintah untuk standarisasi bengkel mulai diterapkan 

1. Dukungan  manufaktur  roda  empat  terhadap authorized dealer (Kompetitor) semakin besar 

2. Banyak  pesaing  yang  memiliki  kemampuan yang sama atau lebih 

3. Tumbuhnya  Pesaing    dengan  dukungan manufaktur roda empat. 

4. Posisi tawar konsumen cukup kuat 

5. Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada pesaing  yang  menawarkan  harga  lebih  murah denga kualitas layanan sama atau lebih baik. 

6. pemasok dapat mempengaruhi harga pasar 

 

4.3.2. Analisis Lingkungan Internal 

Data–data  internal  perusahaan  yang  diperoleh  berdasarkan  penilaian  Critical 

Success Factor (CSF) dapat dilihat pada table 4.17. 

 

Tabel 4.17. Penilaian Keseluruhan Kondisi Internal  

SL L N K SKManagerial √Keuangan √HRD √Teknologi √Procurement √Operasi √Marketing & Sales √

Keterangan : SL → Sangat LemahL → Lemah

N → NetralK → Kuat

SK → Sangat Kuat

Faktor Kekuatan & kelemahan

 

Kriteria yang digunakan untuk mengukur CSF ini dirumuskan berdasarkan pada 

hasil wawancara  internal yang dilaksanakan  sebanyak dua kali. Kriteria‐kriteria 

Page 32: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

60

tersebut  adalah  (a)  faktor manajerial  yang  antara  lain  dapat  dilihat  dari  sistem 

perencanaan kerja, system manajemen informasi, (b) faktor keuangan yang antara 

lain dapat dilihat dari penyusunan anggaran dan manajemen keuangan, (c) faktor 

sumber daya manusia yang antara lain dapat dilihat dari program pengembangan 

tenaga kerja dan rewad system, (d) faktor teknologi yang antara  lain dapat dilihat 

dari  penggunaan  teknologi  untuk  aktifitas  operasional,  (e)  faktor  procurement 

yang  antara  lain dapat dilihat dari pemilihan pemasok dan  control  kualitas,  (f) 

faktor  operasi  yang  antara  lain  dapat  dilihat  dari    fasilitas,  kapasitas  dan 

produktifitas kerja, dan  (g)  faktor pemasaran yang antara  lain dapat dilihat dari 

promosi & advertisisng, program pemasaran dan tenaga pemasaran. 

Berdasarkan analisis lingkungan internal di atas, dapat diidentifikasikan kekuatan 

dan kelemahan pada Tabel 4.18. sebagai berikut:  

Tabel 4.18. Faktor‐Faktor Kekuatan dan Kelemahan  

Kekuatan (S)  Kelemahan (W) 1. Dukungan  pemerintah  dalam  penyertaan 

modal 2. Sumber  daya  manusia  dengan  beragam 

keterampilan 3. Sumber daya keuangan cukup baik 4. Peralatan teknis cukup lengkap 5. Memiliki  hubungan  yang  baik  dengan 

pemasok  6. Memiliki  hubungan  yang  baik  dengan 

asosiasi 7. Kapasitas yang cukup besar 8. Lokasi bengkel yang strategis 9. memiliki  konsumen  potensial  (kendaraan 

operasional dinas pemerintah) 

1. Birokrasi yang panjang 2. Manajemen  SDM  kurang  berjalan  dengan 

baik 3. Manajemen kualitas lemah 4. Supply chain manajemen lemah 5. Pembagian SDM operasi & adm yang tidak 

merata 6. peralatan teknis (diagnostic tools) tidak up to 

date 7. Sistem dokumentasi data lemah 8. Tidak ada standar operasi yang baku 9. Tidak  ada  tenaga  pemasaran  yang  khusus 

untuk  meningkatkan  dan  menjaga penjualan. 

  

4.3.3. Pengerucutan Faktor‐Faktor Strategis 

Untuk mempertajam  faktor‐faktor strategis   yang disusun dalam Matriks SWOT 

seperti  di  tunjukkan  dalam  tabel  4.19.  menggunakan  analisis  Matriks  EFAS, 

Matriks IFAS dan Matriks SFAS. 

 

Page 33: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

61

Tabel 4.19. SWOT 

Ancaman (Threath)• Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized

dealer (Kompetitor) semakin besar• Banyak pesaing yang memiliki kemampuan yang sama atau

lebih• Tumbuhnya Pesaing dengan dukungan manufaktur roda

empat.• Posisi tawar konsumen cukup kuat• Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada• pesaing yang menawarkan harga lebih murah denga• kualitas layanan sama atau lebih baik.• pemasok dapat mempengaruhi harga pasar

Kelemahan (Weakness)• Birokrasi yang panjang• Manajemen SDM kurang berjalan dengan baik• Manajemen kualitas lemah• Supply chain manajemen lemah• Pembagian SDM operasi & adm yang tidak merata• peralatan teknis (diagnostic tools) tidak up to date• Sistem dokumentasi data lema• Tidak ada standar operasi yang baku• Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus untuk

meningkatkan dan menjaga penjualan.

Peluang (Opportunities)• Pertumbuhan Industri cukup pesat• Perkembangan teknologi otomotif• Pertumbuhan pasar bengkel cukup besar• Pertumbuhan kendaraan roda empat cukup besar• Hambatan masuk bagi pesaing cukup besar• Kerjasama dengan manufacture terbuka• Kerjasama pelatihan teknik terbuka• Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah cukup

besar• Jumlah pemasok cukup banyak• Kerjasama operasi dengan pemasok terbuka• Regulasi pembatasan emisi gas buang mulai diterapkan• Regulasi pemerintah untuk standarisasi bengkel mulai

diterapkan

Kekuatan (Strenght)• Dukungan pemerintah dalam penyertaan modal• Sumber daya manusia dengan beragam keterampilan• Sumber daya keuangan cukup baik• Peralatan teknis cukup lengkap• Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok • Memiliki hubungan yang baik dengan asosiasi• Kapasitas yang cukup besar• Lokasi bengkel yang strategis• memiliki konsumen potensial (kendaraan operasional dinas 

pemerintah)

Eksternal FaktorInternal Faktor

Ancaman (Threath)• Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized

dealer (Kompetitor) semakin besar• Banyak pesaing yang memiliki kemampuan yang sama atau

lebih• Tumbuhnya Pesaing dengan dukungan manufaktur roda

empat.• Posisi tawar konsumen cukup kuat• Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada• pesaing yang menawarkan harga lebih murah denga• kualitas layanan sama atau lebih baik.• pemasok dapat mempengaruhi harga pasar

Kelemahan (Weakness)• Birokrasi yang panjang• Manajemen SDM kurang berjalan dengan baik• Manajemen kualitas lemah• Supply chain manajemen lemah• Pembagian SDM operasi & adm yang tidak merata• peralatan teknis (diagnostic tools) tidak up to date• Sistem dokumentasi data lema• Tidak ada standar operasi yang baku• Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus untuk

meningkatkan dan menjaga penjualan.

Peluang (Opportunities)• Pertumbuhan Industri cukup pesat• Perkembangan teknologi otomotif• Pertumbuhan pasar bengkel cukup besar• Pertumbuhan kendaraan roda empat cukup besar• Hambatan masuk bagi pesaing cukup besar• Kerjasama dengan manufacture terbuka• Kerjasama pelatihan teknik terbuka• Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah cukup

besar• Jumlah pemasok cukup banyak• Kerjasama operasi dengan pemasok terbuka• Regulasi pembatasan emisi gas buang mulai diterapkan• Regulasi pemerintah untuk standarisasi bengkel mulai

diterapkan

Kekuatan (Strenght)• Dukungan pemerintah dalam penyertaan modal• Sumber daya manusia dengan beragam keterampilan• Sumber daya keuangan cukup baik• Peralatan teknis cukup lengkap• Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok • Memiliki hubungan yang baik dengan asosiasi• Kapasitas yang cukup besar• Lokasi bengkel yang strategis• memiliki konsumen potensial (kendaraan operasional dinas 

pemerintah)

Eksternal FaktorInternal Faktor

 

 

4.3.3.1. Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary) 

Matriks  ini  memberikan  gambaran  untuk  mengevaluasi  informasi  kompetitif 

meliputi  situasi  dan  kondisi  ekonomi,  industri,  social,  cultural,  lingkungan, 

politik, pemerintah, hukum dan teknologi. Matriks ini disusun oleh faktor–faktor  

peluang  dan  ancaman  yang  dihadapi  oleh  perusahaan,  dengan melihat  faktor–

faktor  yang  dapat  mempengaruhi  strategi  perusahaan  saat  ini  dengan 

memberikan  bobot  tertinggi  untuk  faktor  yang memiliki  dampak  paling  basar. 

Penilaian  diberikan  untuk  melihat  besarnya  respon  yang  harus  diberikan 

perusahaan terhadap faktor–faktor tersebut.  Seluruh penilaian tersebut diperoleh 

dari hasil wawancara dengan nara sumber yang dianggap kompeten. Untuk Unit 

Usaha  Perbengkelan  dan  Transportasi  dapat  dilihat  pada  table  4.20.  sebagai 

berikut: 

 

 

Page 34: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

62

Tabel 4.20. Matriks EFAS   

Faktor Strategis Eksternal Bobot Nilai Nilai Terbobot Komentar

Peluang (Opportunities)O1 Pertumbuhan Industri cukup pesat 10% 4.00 0.40 Pertumbuhan rata-rata pertahun diatas 10%O2 Perkembangan teknologi otomotif 9% 4.00 0.36 Peningkatan kebutuhan peralatan uji.O3 Pertumbuhan pasar bengkel cukup besar 5% 3.00 0.15O4 Pertumbuhan kendaraan roda empat cukup besar 5% 3.00 0.15 Pertumbuhan rata-rata pertahun diatas 100%O5 Hambatan masuk bagi pesaing cukup besar 5% 2.00 0.10 Dibutuhkan investasi awal yang cukup besar.O6 Kerjasama dengan manufaktur terbuka 4% 2.00 0.08 New vehicle warrantyO7 Kerjasama pelatihan teknik terbuka 4% 2.00 0.08 Adanya trainning center yang dibuka untuk mekanik umum.O8 Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah cukup besar 6% 3.00 0.18 Kendaraan dinas yang ada di kota BandungO9 Jumlah pemasok cukup banyak 3% 2.00 0.06 UKM binaan Manufacturer, dan importir umum.O10 Kerjasama operasi dengan pemasok terbuka 3% 2.00 0.06 Pemasok-pemasok utama / besar membuka kerjasama operasi

untuk memperluas jaringan.O11 Regulasi pembatasan emisi gas buang mulai diterapkan 4% 4.00 0.16 Akan berdampak pada peningkatan jumlah konsumenO12 Regulasi pemerintah untuk standarisasi bengkel mulai diterapkan 3% 2.00 0.06 Standarisasi bengkel sebagai persyaratan untuk mendapatkan

otorisasi sebagai bengkel rujukkan uji emisi dsb.

Ancaman (Threath)T1 Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized dealer (Kompetitor)

semakin besar10% 2.00 0.20 Mempercepat transfer knowledge untuk produk-produk terbaru.

T2 Banyak pesaing yang memiliki kemampuan yang sama atau lebih 5% 2.00 0.10 Memberikan alternatif pilihan kepada konsumen.T3 Tumbuhnya Pesaing dengan dukungan manufaktur roda empat. 5% 2.00 0.10 Authorized dealer meningkatkan kapasitas bengkel yang ada

untuk menambah daya serap pasar.T4 Posisi tawar konsumen cukup kuat 7% 2.00 0.14 Konsumen dapat menentukan kualitas layanan yang

diharapkan.T5 Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada pesaing yang menawarkan

harga lebih murah denga kualitas layanan sama atau lebih baik.7% 2.00 0.14 Konsumen memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap

harga.T6 pemasok dapat mempengaruhi harga pasar 5% 2.00 0.10 Pemasok dapat meningkatkan harga pasar dengan berafiliasi

dengan pemasok sejenis.Total 100% 2.62  

 

Nilai  terbobot  yang  diperoleh  sebesar  2.62  menunjukkan  respon  perusahaan 

terhadap  faktor  eksternal  yang  dapat  berdampak  pada  kinerja  saat  ini  dan 

perkembangan ke depan cukup lemah. 

 

4.3.3.2. Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) 

Matriks ini memberikan gambaran untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan 

utama di dalam  suatu  bisnis. Bobot  yang di peroleh menggambarkan  besarnya 

dampak  terhadap  perusahaan  dan  nilai  menunjukkan  respon  atau  reaksi 

perusahaan  terhadap  dampak  tersebut.  Besarnya    penilaian  yang  diperoleh 

berdasarkan hasil wawancara dengan nara  sumber dari  lingkungan manajemen 

perusahaan. Matriks  IFAS untuk Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat 

dilihat dalam tabel 4.21. di bawah ini. 

 

Page 35: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

63

Tabel 4.21. Matriks IFAS  

Faktor Strategis Internal Bobot Nilai Nilai Terbobot Komentar

Kekuatan (Strenght)S1 Dukungan pemerintah dalam penyertaan modal 8% 4.00 0.32S2 Sumber daya manusia dengan beragam keterampilan 6% 3.00 0.18 Latar belakang pendidikan yang berfariasiS3 Sumber daya keuangan cukup baik 7% 3.00 0.21 Adanya penyertaan modal setiap tahunnya.S4 Peralatan teknis cukup lengkap 6% 3.00 0.18 Sesuai persyaratan untuk kualifikasi B1S5 Memiliki hubungan yang baik dengan pemasok 3% 2.00 0.06S6 Memiliki hubungan yang baik dengan asosiasi 3% 2.00 0.06 Sebagai media informasi yang cukup up to date.S7 Kapasitas yang cukup besar 8% 3.00 0.24 Kapasitas bengkel yang terpakai masih rendah.S8 Lokasi bengkel yang strategis 8% 3.00 0.24 Berada di pusat kota bandungS9 memiliki konsumen potensial (kendaraan operasional dinas

pemerintah)7% 3.00 0.21 Kendaraan operasional dinas pemerintah

Kelemahan (Weakness)W1 Birokrasi yang panjang 8% 2.00 0.16 kebijakan-kebijakan dipusatkan di tingkat kepala unit, baik

itu kebijakan umum, opersional maupun keuangan.W2 Manajemen SDM kurang berjalan dengan baik 6% 2.00 0.12 Masih bersifat insidensial.W3 Manajemen kualitas lemah 5% 2.00 0.10 Karyawan menilai kualitas kerja secara individu.W4 Supply chain manajemen lemah 4% 2.00 0.08 Stock material dan parts masih bersifat insidensial.W5 Pembagian SDM operasi & adm yang tidak merata 4% 2.00 0.08 Proporsi tidak berimbangW6 peralatan teknis (diagnostic tools ) tidak up to date 4% 3.00 0.12 Engine ScanerW7 Sistem dokumentasi data lemah 3% 3.00 0.09 Khusunya data operasionalW8 Tidak ada standar operasi yang baku 5% 2.00 0.10 SOP tidak ditetapkanW9 Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus untuk meningkatkan

dan menjaga penjualan.5% 3.00 0.15 Promosi dan pemasaran belum dilaksanakan secara

proaktif.Total 100% 2.70  

 Nilai  terbobot  yang  diperoleh  sebesar  2.70  menunjukkan  respon  perusahaan 

terhadap  faktor  internal  yang  dapat  berdampak  pada  kinerja  saat  ini  dan 

perkembangan ke depan cukup lemah. 

 

4.3.3.3. Matriks SFAS (Strategic Factors Analysis Summary) 

Matriks  ini merupakan  rangkuman dari matriks  IFAS dan EFAS, dibobot ulang 

namun tetap mengadopsi nilai yang sama. Variable‐variabel yang masuk kedalam 

matriks  ini  di  susun  berdasarkan  variable  yang  memiliki  bobot  terbesar  dari 

matrik IFAS dan EFAS sehingga dapat memberikan jumlah variable yang mudah 

untuk  dikendalikan  dalam  membantu  memformulasikan  faktor  strategis 

selanjutnya. Matriks SFAS dapat dilihat pada table 4.22. berikut ini. 

 

 

Page 36: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

64

Tabel 4.22. Matriks SFAS  

Faktor Strategis Bobot Nilai Nilai Terbobot

Shor

tIn

term

edia

teLo

ng

Komentar

S1 Dukungan pemerintah dalam penyertaan modal 7% 4.00 0.28 x Adanya penyertaan modal setiap tahunnya.S7 Kapasitas bengkel yang masih cukup besar 7% 3.00 0.21 x x Kapasitas bengkel yang terpakai masih rendah.S8 Lokasi yang strategis 7% 3.00 0.21 x Relatif mudah dijangkauS9 Memiliki konsumen potensial (kendaraan dinas pemerintah) 6% 3.00 0.18 x x Adanya rekomendasi gubernur untuk seluruh dinas, instansi dan

BUMD untuk menggunakan fasilitas unit usaha perbengkelan PDJK dalam memelihara dan perbaikan kendaraan operasional.

W1 Birokrasi yang panjang 7% 2.00 0.14 x kebijakan-kebijakan dipusatkan di tingkat kepala unit, baik itu kebijakan umum, opersional maupun keuangan.

W2 Manajemen SDM kurang berjalan dengan baik 5% 2.00 0.11 x Masih bersifat insidensialW8 Tidak ada standar operasi yang baku 4% 2.00 0.09 x Standar operasi yang baku tidak berjalan dengan baik dan tidak up to

date.W9 Tidak ada tenaga pemasaran yang khusus untuk meningkatkan

dan menjaga penjualan4% 3.00 0.13 x Promosi dan pemasaran belum dilaksanakan secara proaktif.

O1 Pertumbuhan Industri cukup pesat. 9% 4.00 0.35 x x Pertumbuhan rata-rata pertahun diatas 10%O2 Teknologi otomotif yang berkembang pesat. 8% 4.00 Peningkatan kebutuhan alat ujiO3 Pertumbuhan pasar bengkel mobil cukup besar. 4% 3.00 0.13 x x Ada peningkatan jumlah kendaraan cukup besarO8 Jumlah kendaraan operasional dinas pemerintah meningkat 5% 2.00 0.11 x Adanya penambahan armada baru dan peremajaan setiap tahunnyaT1 Dukungan manufaktur roda empat terhadap authorized

(pesaing) meningkat9% 2.00 0.18 x Mempercepat transfer knowledge untuk produk-produk terbaru.

T4 Posisi tawar konsumen cukup kuat. 6% 2.00 0.12 x Konsumen dapat menentukan kualitas layanan yang diharapkan.T5 Konsumen dapat dengan mudah beralih kepada pesaing yang

menawarkan harga lebih mudah dengan kualitas pelayanan sama atau lebih baik.

6% 2.00 0.12 x Konsumen memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap harga.

T6 Pemasok dapat mempengaruhi harga pasar. 4% 2.00 0.09 x Pemasok dapat meningkatkan harga pasar dengan berafiliasi dengan pemasok sejenis.

Total 100% 2.45

Duration

  

Nilai  terbobot  yang  diperoleh  sebesar  2.45  menunjukkan  respon  perusahaan 

secara menyeluruh terhadap faktor internal dan eksternal yang dapat berdampak 

pada kinerja saat ini dan perkembangan ke depan cukup lemah. 

 

4.4. Perumusan Strategi 

4.4.1. Metode Perumusan Strategi 

Metode  perumusan  strategi  ditunjukkan  dalam  gambar  4.9.  dimana  Strategi 

dirumuskan  dengan menggunakan matriks  strategi  generik  dan matriks  empat 

strategi dasar yang disusun berdasarkan analisis SWOT. Kemudian dirumuskan 

dalam matrik TOWS sebagai dasar untuk membangun sustainability dan  formula 

strategi. 

Page 37: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

65

 Gambar 4.9. Metode Perumusan Strategi 

 

4.4.2. Matriks Strategi Generik 

Strategi generik atau dikenal pula sebagai strategi bisnis atau startegi kompetitif 

merupakan  alternatif  yang  dapat  digunakan  untuk  perbaikan  posisi  kompetitif 

perusahaan dalam hal ini Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi. Berikut bagan 

Matriks Strategi Generik yang ditunjukan dalam gambar 4.10.  

 

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

 Gambar 4.10. Matriks Strategi Generik Porter 

 

Melihat  faktor  kekuatan  dan  kelemahan  yang  dimiliki  oleh  Unit  Usaha 

Perbengkelan  &  Transportasi  seperti  ditunjukkan  dalan  tabel  4.19.,  untuk 

memperbaiki  posisi  kompetitif  perusahaan  diperlukan  dua  tahapan  proses 

meliputi perbaikan kelemahan dan meningkatkan kekuatan.  

SWOT 

Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman 

Perumusan Strategi berdasarkan Matriks Strategi Generik 

Perumusan Strategi berdasarkan Matriks Empat Strategi 

Dasar 

TOWS Matriks

Membangun Sustainability / interlocking activity 

Formula Strategi

Page 38: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

66

Kelemahan–kelemahan  yang  dimiliki  oleh  Unit  Usaha  Perbengkelan  & 

Transportasi  cukup  menghawatirkan  hal  ini  disebabkan  lambatnya  proses 

pengembangan diri yang disebabkan oleh beberapa  faktor  antara  lain: birokrasi 

yang  panjang  dimana  setiap  proses  pegambil  keputusan  terpusat  kepada  satu 

orang untuk selanjutnya harus melibatkan kantor pusat dan prosedur pengolahan 

dokumentasi  mensyaratkan  adanya  keterlibatan  kantor  pusat  hal  ini 

menyebabkan  waktu  yang  diperlukan  untuk  koordinasi  semakin  panjang  dan 

tidak efektif. Pengembangan sumber daya manusia tidak menjadi perhatian yang 

serius  terlihat  dari  sedikitnya  program–progrm  peningkatan  keterampilan  dan 

pengetahuan  baik  itu  yang  bersifat  operasional maupun  administratif.  Hal  ini 

mendorong  semakin  tertinggalnya  kualitas  sumber  daya  manusia  yang  ada 

dengan  perkembangan  teknologi  yang  semakin  pesat.  Selain  itu  dampak  dari 

lemahnya  pengembangan  sumber  daya  manusia  berakibat  pada  menurunnya 

kualitas  manajemen  mutu  dan  tidak  ada  perbaikan  dan  konsistensi  standar 

operasi  yang  baku.  Posisi  pemasaran  sebagai  ujung  tombak  perusahaan  tidak 

dioptimalkan secara nyata. 

Untuk  menghadapi  peluang    yang  ada  dan  sangat  menarik  antara  lain 

perkembangan teknologi otomotif yang akan memberikan kontribusi lebih karena 

didukung  oleh pengalaman, meningkatnya pasar yang dipicu oleh peningkatan 

jumlah  kendaraan  bermotor  khususnya  mobil  dan  regulasi  pemerintah  untuk 

membatasi  emisi  gas  buang  kendaraan  bermotor  yang  beroperasi  di  jalan  raya 

merupakan  peluang  yang  harus  dimanfaatkan  secara  optimal  dengan  tetap 

memperhatikan  ancaman‐ancaman  yang  akan  dihadapi  seperti  semakin 

meningkatnya  dukungan  manufaktur  mobil  terhadap  authorized  dealer  dalam 

bentuk  informasi  teknis  untuk  kendaraan‐kendaraan  terbaru,  biaya  alih 

konsumen yang rendah dimana konsumen memiliki kesempatan untuk memilih 

bengkel yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap kebutuhannya, yang 

didorong  oleh  semakin meningkatnya  pengetahuan  konsumen  tentang  layanan 

Page 39: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

67

jasa bengkel, posisi  tawar supplier yang kuat khususnya supplier utama penyedia 

original parts yang menjadi standar manufaktur mobil.  

Sebagai  tahap  pertama  dalam  usaha  meningkatkan  posisi  Unit  Usaha 

Perbengkelan  &  Transportasi  dalam  industri,  maka  direkomendasikan  untuk 

memperbaiki  kelemahan  dengan  memanfaatkan  kekuatan  yanga  ada  untuk 

menfokuskan  pada  pasar  kendaraan  dinas  operasional,  dalam  startegi  generik 

porter  berada  pada  posisi  differensiasi  fokus  atau  kuadran  kanan  bawah. 

Diperlihatkan pada gambar 4.11. sebagai berikut: 

 

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

 Gambar 4.11. Posisi strategi tahap I 

 

Tahap  pertama  sebagai  tahap  perbaikan‐perbaikan  dialokasikan  waktu  selama 

lima tahun, tahun pertama digunakan untuk persiapan dan proses restrukturisasi 

birokrasi  dimana Unit Usaha  Perbengkelan &  Transportasi  ini  dapat  dijadikan 

Strategic  Business  Unit  (SBU)  yang  mandiri  sehingga    dapat  mengelola 

administrasinya secara mandiri dan akan berdampak  terhadap efektifitas system 

kerja yang berlangsung. Pada   dua  tahun pertama  ini dapat dilaksanakan secara 

pararel usaha‐usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada baik itu 

bagian  operasional  dan  bagian  administrasi  (back  office)  dengan  penguatan  di 

sektor  pemasaran. Memasuki  tahun  ke  tiga  dilaksanakan  pemantapan  dan  pra 

Page 40: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

68

implementasi  System  Bisnis  Unit  (SBU)  mandiri,  melaksanakan  restrukturisasi 

quality  assurance  system,  program  pemasaran  dan  penyusunan  standar  operasi 

yang baru serta pemantapan kualitas sumber daya manusia. 

Setelah  tahap  pertama  dapat  dilaksanakan  dan  mampu  untuk  menunjukkan 

peningkatan kinerja,  tahap selanjutnya adalah meningkatkan kekuatan yang ada 

untuk dapat mengambil peluang yang semakin menarik, dengan memperhatikan 

faktor kekuatan yang ditunjukan dalam table 4.19.  

Kekuatan  yang  dimiliki  oleh  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  selain 

lokasi  yang  strategis  yang mudah  diakses  dari  seluruh  penjuru Kota  Bandung 

diantaranya  masih  tersediannya  kapasitas  yang  cukup  besar  dan  masih 

dimungkinkan  untuk  dikembangkan,  memiliki  dukungan  yang  kuat  dari 

Pemerintah Derah Propinsi Jawa Barat dalam bentuk penyertaan modal, memiliki 

hubungan  dengan  asosiasi  perbengkelan  (ASBEKINDO)  yang  cukup  baik 

sehingga  memudahkan  akses  terhadap  perkembangan  informasi,  memiliki 

hubungan  yang  baik  dengan  penyedia  barang  dan  jasa  khususnya  dengan 

penyedia peralatan bengkel dan barang keperluan kendaraan. 

Untuk  mengoptimalkan  peluang  dan  ancaman  yang  ada  maka  dapat 

dilaksanakan upaya‐upaya untuk meningkatkan posisi kompetitif di  industri  ini, 

antara  lain  sebagai  tahap ke dua dengan  tetap mengoptimal dan meningkatkan 

market share pasar kendaraan dinas opersional pemerintah dan Badan Usaha Milik 

Daerah, melakukan penguatan untuk  selanjutnya posisi differensiasi  fokus akan 

bergeser  kearah  diferensiasi,  seperti  ditunjukkan  pada  gambar  4.12.  sebagai 

berikut: 

 

     

    

Page 41: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

69

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

Cost Leadership Differentiation

Cost Focus Differentiation Focus

Lower Cost Differentiation

Broa

d Ta

rget

Narro

w Ta

rget

Competitive Advantage

Com

petit

ive S

cope

  

Gambar 4.12. Posisi strategi tahap II 

 

Langkah‐langkah  strategi  yang  dapat  dilaksanakan  pada  tahap  kedua 

dialokasikan  waktu  selama  lima  tahun  tahun  antara  lain,  tahun  pertama 

melakukan  intensifikasi untuk meningkatkan market share pasar kendaraan dinas 

operasional dinas dan badan usaha milik daerah, melakukan  investasi  teknologi 

pengujian  emisi gas buang untuk mengambil peluang dimana  setiap kendaraan 

yang  akan  meregistrasikan  kendaraannya  harus  disertakan  surat  pemeriksaan 

emisi  gas  buang,  tahun  kedua  melakukan  investasi  teknologi  alat  uji  engine 

diagnostic  tools  untuk  menangkap  peluang  kendaraan‐kendaraan  yang 

mengadopsi  teknologi  terbaru,  melakukan  afiliasi  atau  kerjasama  dengan 

manufaktur mobil untuk meningkatkan  kemampuan  operasional  dan  informasi 

serta memiliki akses untuk klaim garansi kendaraan baru, memanfaatkan beberpa 

supplier  parts untuk memberikan  alternative pilihan kepada konsumen  sehingga 

dapat  memberikan  nilai  tambah  bagi  produktifitas  konsumen.  Tahun  ketiga 

digunakan  untuk  fokus  terhadap  pasar  kendaraan  niaga Multi  Purpose  Vehicle 

(MPV) dan Sport Utility Vehicle (SUV). 

 

 

 

Page 42: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

70

4.4.3 Matriks Empat Strategi Dasar 

Matriks Empat Strategi Dasar yang diperkenalkan oleh Kenichi Ohmae meliputi 

strategi  bisnis  yang  dihadapi  perusahaan  dalam  menghadapi  persaingan, 

bagaimana berkompetisi untuk memperkuat posisi perusahaan dalam industri. 

Seperti ditunjukan dalam gambar 4.13. sebagai berikut:  

 

Old, Existing Strengths

New and Creative Strengths

Com

pete

(wise

ly)Av

oid

head

on

com

petit

ion

1. KFS

2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom

3. Aggressive initiatives

Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit

Intensify functional differentiation

Ask “why-whys”

Old, Existing Strengths

New and Creative Strengths

Com

pete

(wise

ly)Av

oid

head

on

com

petit

ion

1. KFS

2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom

3. Aggressive initiatives

Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit

Intensify functional differentiation

Ask “why-whys”

Old, Existing Strengths

New and Creative Strengths

Com

pete

(wise

ly)Av

oid

head

on

com

petit

ion

1. KFS

2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom

3. Aggressive initiatives

Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit

Intensify functional differentiation

Ask “why-whys”

 

Gambar 4.13. Empat Strategi Dasar Tahap I 

 

Dengan  memperhatikan  analisi  internal  dan  eksternal  yang  telah  dibahas 

sebelumnya  ,  sebagai  tahap  pertama Unit Usaha  Perbengkelan &  Transportasi 

disarankan untuk berada pada kuadran dua untuk mengeksplorasi kelemahan–

kelemahan kompetitor dan memanfaatkannya sebagai peluang pasar serta sebagai 

kesempatan  untuk  memperbaiki  kelemahan–kelemahan  yang  ada,  dengan 

demikian Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat mengambil ceruk pasar 

tersebut  khususnya  kendaraan–kendaraan  operasional  dinas  yang  belum 

seluruhnya  dapat  diserap.  Karena  pada  dasarnya  Unit  Usaha  Perbengkelan  & 

Transportasi  tidak memiliki  kekuatan  yang  cukup  untuk  berhadapan  langsung 

dengan competitor. 

Page 43: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

71

Projected competitor dalam hal ini adalah authorized dealer Auto 2000 TOYOTA yang 

memiliki  beberapa  kelemahan  sebagaimana  terlihat  dalam  table  4.23  sebagai 

berikut: 

 

Tabel 4.23 kelemahan kompetitor 

Faktor  Kelemahan 

1. Biaya (Ongkos Perbaikan & Parts) 

2. Service 

a. Cara pembayaran, penagihan         

b. Ketersediaan parts 

c. Waktu operasi 

3. Pasar 

Tinggi 

 

Tidak dapat dilakukan penagihan mundur, dan dimuka 

Hanya menyediakan parts OEM 

Sesuai jam kantor, sabtu setengah hari 

Prioritas utama, perawatan sampai km 10.000, 

Sumber: pengamatan dan wawancara 

 

Melihat  beberapa  kelemahan  yang  dapat  diidentifikasikan  membuka  peluang 

untuk mengoptimalkan Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dalam  industri 

antara  lain, sebagai  tahap pertama dengan mengalokasikan waktu  lima  tahun di 

pergunakan untuk restrukturisasi untuk menguatkan manjemen, pengembangan 

dan  penguatan  sumber  daya manusia. Memberikan  dan meningkatkan metode 

pembayaran dimuka dan pembayaran dibelakang khusunya untuk meningkatkan 

hubungan  dengan  dinas  dan  instansi  pemerintah,  memperpanjang  waktu 

pelayanan untuk mengambil pasar yang lebih luas.   

Tahun ke dua untuk menjalin kerjasama dengan para supplier guna memberikan 

alternatif  pilihan  kepada  konsumen,  melaksanakan  pelatihan  lanjutan  untuk 

meningkatkan  kualifikasi  sumber  daya manusia  khususnya  bidang  operasional 

untuk mempersiapkan pangsa pasar yang lebih luas. 

Tahap kedua sebagai  tahap  lanjutan dari proses penguatan  internal perusahaan, 

Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat bergerak kearah kuadran ke  tiga 

dengan  menghadapi  kompetitor  dengan  kekuatan  sendiri  dimana  Unit  Usaha 

Perbengkelan & Transportasi menawarkan sesuatu yang berbeda dari kompetitor. 

Seperti ditunjukkan gambar 4.14. sebagai berikut: 

Page 44: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

72

Old, Existing Strengths New and Creative Strengths

Com

pete

(wise

ly)Av

oid

head

on

com

petit

ion

1. KFS

2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom

3. Aggressive initiatives

Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit

Intensify functional differentiation

Ask “why-whys”

Old, Existing Strengths New and Creative Strengths

Com

pete

(wise

ly)Av

oid

head

on

com

petit

ion

1. KFS

2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom

3. Aggressive initiatives

Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit

Intensify functional differentiation

Ask “why-whys”

Old, Existing Strengths New and Creative Strengths

Com

pete

(wise

ly)Av

oid

head

on

com

petit

ion

1. KFS

2. Relative superiority 4. Strategic degree of freedom

3. Aggressive initiatives

Exploit competitor’s weakness Maximize user benefit

Intensify functional differentiation

Ask “why-whys”

 

Gambar 4.14. Empat Strategi Dasar Tahap II 

 

Tahap  kedua  dialokasikan  waktu  lima  tahun,  dimana  tahun  pertama 

dipergunakan untuk membangun kekuatan untuk menghadapi kompetitor antara 

lain  melakukan  investasi  teknologi  uji  emisi  dan  investasi  engine  diagnostic. 

Melakukan multi sourcing untuk memperoleh variasi barang dengan variasi harga 

yang akan ditawarkan untuk konsumen dengan menghususkan kepada  tipe dan 

jenis  kendaraan  Multi  Purpose  Vehicle  (MPV)  dan  Sport  Utility  Vehicle  (SUV). 

Integrated  Car  Solution  sebagai  layanan  yang  ditawarkan  untuk  semakin 

mempermudah  dan  mengakomodasi  kebutuhan  konsumen.  Memasuki  tahun 

kedua, mengimplementasikan secara penuh program‐program yang  terkait pada 

pengembangan tahun pertama. 

 

4.4.4. Matriks TOWS  

Matriks  ini digunakan untuk memperoleh alternatif strategi yang dapat diambil, 

dimana  peluang  dan  ancaman  dapat  dipasangkan  dengan  kekuatan  dan 

kelemahan  perusahaan  untuk  memperoleh  alternatif  strategi  dan  seterusnya. 

Matrik TOWS untuk Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi dapat dilihat pada 

gambar 4.15 berikut ini. 

Page 45: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

73

 

Internal Faktor 

(IFAS) 

 

Eksternal Faktor  

( EFAS) 

Kekuatan (Strenght) 

‐ Lokasi 

‐ Kapasitas 

‐ Dukungan  Pemerintah  Daerah Propinsi Jawa Barat 

‐ Hubungan dengan Asosiasi 

‐ Hubungan dengan Supplier 

‐ Keuangan Kuat 

Kelemahan (Weakness) 

‐ Birokrasi yang panjang 

‐ Kualitas SDM Operasional dan Adm lemah 

‐ Manajemen kualitas lemah 

‐ Pembagian  tugas  dan  tanggung jawab lemah 

‐ Pemasaran lemah 

‐ Tidak ada standar operasi yang baku 

Peluang (Opportunities) 

‐ Perkembangan teknologi otomotif 

‐ Kendaraan  dinas  operasional pemerintah 

‐ Pertumbuhan Industri 

‐ Pertumbuhan Pasar 

‐ Hambatan masuk 

‐ Pembatasan emisi gas buang 

SO Strategi 

‐ Intensifikasi pasar kendaraan dinas & operasional 

‐ Fokus pada kendaraan niaga (MPV & SUV) 

‐ Investasi  teknologi  alat  uji  emisi dan engine diagnostik tools 

WO Strategi 

‐ Focus  pada  kendaraan  dinas (Meningkatkan  Market  share  pada kendaraan dinas) 

‐ Restrukturisasi 

a. Birokrasi ( SBU Mandiri) 

b. Quality reengineering (QA, SOP) 

c. Mereposisi  karyawan  operasional, Adm dan pemasaran. 

‐ Pengembangan  SDM  operasional, Adm & pemasaran. 

Ancaman (Threath) 

‐ Dukungan  manufaktur  mobil terhadap  authorized  dealer (Pesaing) 

‐ Biaya alih konsumen rendah 

‐ Posisi tawar konsumen kuat 

‐ Posisi tawar supplier kuat 

ST Strategi 

‐ Membangun  afiliasi    dengan manufaktur  mobil  untuk memperoleh  dukungan  teknik (technical support) 

‐ Multi Sourcing 

‐ Kerja  sama  operasi  (KSO)  dalam menyediakan pelumas 

WT Strategi 

‐ Restrukturisasi birokrasi 

‐ Pengembangan  SDM  operasional, Adm & Pemasaran. 

‐ Restrukturisasi Rantai pasok  (Supply Chain) terkait kualitas dan effisiensi 

Gambar 4.15. Matriks TOWS 

 

TOWS matriks  diatas memperlihatkan  faktor–faktor  strategi  bisnis  dan  strategi 

korporat  untuk meningkatkan  posisi  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi 

dalam  industri  perawatan  dan  perbaikan  kendaraan  roda  empat.  Faktor–faktor 

strategis tersebut diperlihatkan pada tabel 4.24., sebagai berikut: 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 46: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

74

Tabel 4.24. Startegi Bisnis dan Strategi Korporat 

Startegi Bisnis  Strategi Korporat yang Menunjang 

Tahap I 

‐ Focus pada kendaraan dinas (Meningkatkan Market share pada kendaraan dinas) 

‐ Restrukturisasi Rantai pasok  (Supply Chain)  terkait kualitas dan effisiensi 

‐ Pengembangan  SDM  operasional,  Adm  & pemasaran. 

Tahap I 

‐ Restrukturisasi 

a. Birokrasi ( SBU Mandiri) 

b. Quality reengineering (QA, SOP) 

c. Mereposisi karyawan operasional, Adm dan pemasaran. 

‐ Kerja  sama  operasi  (KSO)  dalam menyediakan pelumas 

Tahap II 

‐ Intensifikasi pasar kendaraan dinas & operasional 

‐ Fokus pada kendaraan niaga (MPV & SUV) 

‐ Investasi  teknologi  alat  uji  emisi  dan  engine diagnostik tools. 

‐ Membangun  afiliasi    dengan  manufaktur  mobil untuk  memperoleh  dukungan  teknik  (technical support). 

‐ Multi Sourcing 

Tahap II 

‐ Kerja  sama  operasi  (KSO)  dalam menyediakan pelumas 

 

 

Urutan waktu  penerapan  Strategi  bisnis  secara  umum  dapat  dipetakan  dalam 

gambar 4.16 di bawah ini: 

 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Restrukturisasi

- Birokrasi

- QE

- Reposisi Karyawan

2 Fokus Pada Kendaraan Dinas

3 Pengembangan SDM

4 Pengembangan metode pembayaran

5 Intensifikasi kendaraan dinas

6 Investasi teknologi

7 Fokus pada kendaraan MPV & SUV

8 Multi Sourching

9 Kerjasama operasi (KSO)

Tahap I

Tahap II

TahunKeteranganKegiatanNo

 Gambar 4.16. Road Map Penerapan Strategi Bisnis   

 

 

Page 47: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

75

4.4.5.  Membangun Sustainability  

Fit strategy dikemukakan oleh Michael E.Porter dalam Harvard Business Review 

yang berjudul What is Strategy? Dimana fit strategi menjadikan posisi perusahaan 

menjadi unik  /  spesifik dan mendorong daya  saing usaha perusahaan,  sehingga 

kompetitor akan kesulitan untuk menyamai atau mengimitasi proses pemasran, 

proses operasi atau menduplikasi produk yang ditawarkan. 

Secara umum ada  tiga  tipe  fit  strategi antara  lain  sebagai  tahap pertama adalah 

konsistensi antara setiap aktifitas yang ada pada setiap fungsi dalam perusahaan 

dan  terhadap  strategi  secara  keseluruhan.  Tahap  kedua  adalah  pada  saat  salah 

satu aktifitas menguatkan aktifitas lainnya. Tahap ketiga penguatan aktifitas yang 

mendorong  pada  optimasi  proses.  Mapping  Activity  System  untuk  Unit  Usaha 

Perbengkelan & Transportasi dapat dilihat pada gambar 4.17. 

Fungsi pemasaran yang  fokus  terhadap kendaraan dinas dan operasional antara 

lain   kendaraan dinas operasional dilingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, 

Pemerintah Kota Bandung dan Badan Usaha Milik Daerah khususnya kendaraan‐

kendaraan  penumpang  non  bus  didukung  oleh  fungsi  keuangan  yang 

menawarkan berbagai metode pembayaran, fungsi operasional yang memberikan 

layanan  sesuai  dengan  persyaratan  pabrik  dan  penggunaan  komponen  orisinal 

atau yang setara serta memberikan  layanan akses terhadap bengkel yang mudah 

dan fleksibel. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 48: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

76

 

Fokus padaKendaraan

Dinas & JenisMPV/SUV

MetodePembayaran

Fleksibel

ProsesPerbaikkansesuai dng

OEM

AksesFleksibel

MOU dngDinas/lembaga di

LingkunganPemerintahPropinsi

MOU dngBUMD

MOU dng Bank Jabar untukpembayaran

kreditPembayaranBerjangka

PembayaranTunai, kartudebit & kartu

Kredit

JemputKendaraan

Perbaikkandi tempat

Derek kendaraan

Penerapan IT utnuk program 

laporanbulanan

Pembayarandi Muka

Multi supplier

Training Karyawan

secara berkala

On Line Service

Konsultasi & informasi

MOU dngDinas/lembagadi LingkunganPemerintah

Kota Bandung

Fokus padaKendaraan

Dinas & JenisMPV/SUV

MetodePembayaran

Fleksibel

ProsesPerbaikkansesuai dng

OEM

AksesFleksibel

MOU dngDinas/lembaga di

LingkunganPemerintahPropinsi

MOU dngBUMD

MOU dng Bank Jabar untukpembayaran

kreditPembayaranBerjangka

PembayaranTunai, kartudebit & kartu

Kredit

JemputKendaraan

Perbaikkandi tempat

Derek kendaraan

Penerapan IT utnuk program 

laporanbulanan

Pembayarandi Muka

Multi supplier

Training Karyawan

secara berkala

On Line Service

Konsultasi & informasi

MOU dngDinas/lembagadi LingkunganPemerintah

Kota Bandung

 

 

Gambar 4.17. Mapping Activity System Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi 

 Metode  pembayaran  yang  ditawarkan meliputi  pembayaran  secara  tunai/kartu 

debit/kartu  kredit,  pembayaran  dimuka,  pembayaran  berjangka  dan  kredit 

melalui  Bank  Jabar.  Keuntungan  yang  diperoleh  konsumen  untuk  metode 

pembayaran tersebut adalah sebagai berikut: 

• Pembayaran tunai/debit/kartu kredit diperuntukan bagi konsumen umum dan 

instansi  non  program,  akan  diikutsertakan  pada  program  promosi  yang 

bersifat sewaktu–waktu. 

• Pembayaran  dimuka  diperuntukan  bagi  konsumen  dinas/instansi  dan 

perusahaan  umum,  dimana  program  ini  terdiri  dari  tiga  paket  antara  lain 

Page 49: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

77

paket I untuk layanan cuci dan pelumasan, paket II untuk layanan perawatan 

rutin  sampai  70.000  km,  dan  paket  III  untuk  semua  jenis  layanan  yang 

disediakan. Masing‐masing memiliki  nilai  nominal  tertentu  yang  tercantum 

dalam  kartu  keanggotaan  dan  nilai  tersebut  akan  berkurang  pada  saat 

melakukan transaksi dan dapat diperpanjang atau diisi ulang secara periodik. 

Keuntungan konsumen yang mengikuti program ini antara lain: 

a. Diskon jasa dan parts sebesar 5% atau sesuai program yang berjalan. 

b. Bebas biaya technical assistance selama keanggotaan 

c. Mendapat prioritas pelayanan 

d. Mendapat  laporan  bulanan  mengenai  perawatan  /  perbaikkan  yang 

sudah  dilaksanakan  dan  perawatan  rutin  yang  harus  segera 

dilaksanakan. 

e. Ruang tunggu bagi pengemudi dan makanan ringan. 

• Pembayaran  berjangka diperuntukkan  bagi  konsumen  instansi dilingkungan 

pemerintah dimana proses pembayaran dilaksanakan pada  akhir bulan  atau 

triwulan disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah disediakan. 

• Pembayaran  melalui  kredit  Bank  Jabar  diperuntukkan  bagi  konsumen 

dilingkungan  pemerintah  dimana  proses  pencairan  anggaran membutuhkan 

waktu yang cukup lama dan sangat dipengaruhi oleh faktor‐faktor non teknis 

lainnya.  Sehingga  untuk  menghindari  terganggunya  kegiatan  operasional 

dinas yang diakibatkan oleh tidak siapnya kendaraan operasional, Unit Usaha 

Bengkel bekerja sama dengan Bank Jabar menyediakan alokasi dana talangan 

untuk menanggulangi keterlambatan pencairan dana. 

 

Operasional  bengkel  yang  didukung  oleh  tenaga  terampil  dan  terlatih  akan 

memberikan   pelayanan yang berkualitas sesuai dengan yang dipersaratkan oleh 

pabrik dengan menggunakan komponen‐komponen orisinal dan atau yang sesuai 

Page 50: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

78

dengan  persyaratan  serta  menyediakan  komponen  yang  di  persyaratkan  oleh 

konsumen  untuk  menunjang  aktifitasnya.  Kegiatan  tersebut  didukung  oleh 

material  supply  yang  terencana  dimana  kerjasama  dengan  distributor  utama 

komponen  dan  parts  dapat  menjamin  ketersediaan  barang  serta  hubungan 

dengan para suppliers untuk memberikan alternatif pilihan bagi konsumen. 

Akses  terhadap  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  ditambah  untuk 

memudahkan  konsumen  menjangkau  lokasi  bengkel  antara  lain  jemput 

kendaraan ditempat  khususnya  bagi member, perbaikan ditempat,  jasa  layanan 

derek  (kerjasama  dengan  pihak  jasa  marga),    dan  on  line  service  pada  tahap 

pertama dilakukan melalui telepon dan selanjutnya dikembangkan melalui media 

internet. 

Keseluruhan  aktifitas  tersebut  saling  mendukung  dan  menguatkan  sehingga 

posisi  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  dapat  dikatakan  unik  dan 

memiliki nilai tambah tersendiri terhadap kompetitor. Hal  ini menjadi hambatan 

untuk pesaing menduplikasi aktifitas yang ada dalam Unit Usaha Perbengkelan. 

 

4.4.6. Formula Strategi 

Setelah  analisis  dilaksanakan  dalam mengidentifikasikan  faktor  strategis, maka 

tahap  selanjutnya  adalah  menyusun  formula  strategi,  yang  merupakan 

perencanaan  bagaimana  dapat mencapai  tujuan  dan misinya  serta  diharapkan 

dapat  meningkatkan  keunggulan  kompetitif.  Berikut  table  4.25.  menunjukkan 

formula strategi yang dapat diimplementasikan untuk Unit Usaha Perbengkelan  

& Transportasi sebagai berikut:  

 

 

 

 

Page 51: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

79

Tabel 4.25. Formula Startegi 

Strategi Korporasi dan Bisnis  Strategi Fungsional 

Strategi Koporasi 

1. Restrukturisasi 

a. Birokrasi ( SBU Mandiri) 

b. Quality reengineering (QA, SOP) 

c. Mereposisi  karyawan  operasional,  Adm  dan pemasaran. 

2. Kerja sama operasi (KSO) 

a. KSO alokasi kerja 

Strategi Fungsional 

1. Memperbaiki  sistem  pelayanan  dengan  menetapkan standar operasi yang baku. 

2. Menerapkan sistem informasi terpadu 

3. Menempatkan tenaga pemasaran yang khusus 

4. Kontrak karyawan non‐ahli 

5. Menambah tenaga kerja operasional yang berpengalaman 

6. Mengurangi tenaga administrasi.  

7. Menempatkan pengelolaan pelumasan oleh pihak ketiga 

Strategi Bisnis 

1. Focus pada kendaraan dinas (Meningkatkan Market share pada kendaraan dinas) 

2. Restrukturisasi  Rantai  pasok  (Supply  Chain)  terkait kualitas dan effisiensi 

3. Pengembangan SDM operasional, Adm & pemasaran. 

4. Intensifikasi pasar kendaraan dinas & operasional 

5. Fokus pada kendaraan niaga (MPV & SUV) 

6. Memberikan  layanan  uji  emisi  dan  engine  diagnosa dengan  investasi  teknologi  alat  uji  emisi  dan  engine diagnostik tools. 

7. Membangun  afiliasi    dengan  manufaktur  mobil  untuk memperoleh dukungan teknik (technical support). 

8. Multi Sourcing parts dan bahan baku. 

Strategi Fungsional 

1. Memperbaiki sistem pengadaan barang / bahan baku. 

2. Menerapkan  sistem  informasi  terpadu  untuk  pelayanan barang dan jasa. 

3. Menambah  penggunaan  teknologi  untuk  perawatan kendaraan. 

4. Pemasaran fokus pada kendaraan dinas 

5. Inisiasi  pengembangan  pasar  baru  khususnya  badan usaha dan lembaga milik pemerintah. 

6. Penetrasi pasar pada kendaraan niaga (MPV & SUV) 

7. Diskon khusus untuk  dinas dan lembaga 

8. Menurunkan biaya overhead 

9. Mengembangkan sistem pembayaran 

10. Mengadakan  pendidikan  dan  pelatihan  untuk karyawan. 

11. Mengikusertakan karyawan dalam program pensiun. 

12. Memberikan  insentif dan pembagian keuntungan dari laba yang diperoleh bagi karyawan tetap. 

 

 

4.4.6.1.Strategi Korporasi 

Strategi  korporasi  digunakan  untuk  pengelolaan  keseluruhan  perusahaan  atau 

grup perusahaan dan digunakan sebagai acuan dalam mendesain strategi bisnis di 

setiap anak perusahaan maupun Strategic Business Unit (SBU) yang berada dalam 

perusahaan. 

Dalam hal  ini Perusahaan Daerah  Jasa dan Kepariwisataan Propinsi  Jawa Barat 

menerapkan  beberapa  strategi  korporasi  yang  dapat  mendukung  Unit  Usaha 

Perbengkelan &  Transportasi  yaitu  strategi  koperatif  dan  strategi  berkembang. 

Page 52: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

80

Strategi koperatif merupakan strategi yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan 

bekerjasama perusahaan lain dengan melibatkan partisipasi kepemilikan maupun 

non‐kepemilikan dalam bentuk kerja sama operasi (KSO), aliansi dan konsorsium. 

Strategi  koperatif  yang  sering dilaksanakan  oleh perusahaan  adalah  kerja  sama 

operasi  (KSO).  Strategi  berkembang  diantaranya  merger  (penggabungan)  & 

akuisisi, Restrukturisasi dan sebagainya. 

Strategi  korporasi  yang  menunjang  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  

sebagaimana  disebutkan  diatas  yaitu  restrukturisasi,  restrukturisasi  ini  akan 

membawa  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi menjadi  Strategic  Business 

Unit (SBU) yang mandiri yang secara hukum dapat berdiri sendiri dalam bentuk 

badan  hukum  tersendiri  yang  dalam  operasional  sehari‐harinya  dapat 

mempersingkat proses administrasi dan tentunya dapat bersaing lebih kompetitif. 

Strategi korporasi yang kedua adalah kerja sama operasi (KSO), yang menunjang 

Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi adalah kerja sama operasi alokasi kerja, 

dimana  untuk  beberapa  proses  dapat  dilaksanakan  oleh  pihak  ketiga.  Sebagai 

contoh, proses yang dapat di KSO kan adalah pekerjaan pelumasan kendaraan. 

Strategi yang berfokus kepada peningkatan posisi bersaing produk dan jasa yang 

dihasilkan  dalam  suatu  industri  atau  segmen  pasar  tertentu.  Hal  ini  dapat 

mengatasi  permasalahan  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  dalam 

meningkatkan  daya  saingnya.  Fit  staretgi  digunakan  untuk  menciptakan 

hambatan  bagi  kompetitor  untuk  malaksanakan  duplikasi/imitasi  terhadap 

aktifitas  yang  dijalankan  oleh  Unit  Usaha  Perbengkelan  sehingga  posisinya 

memiliki keunikkan tersendiri dan mampu memberikan nilai tambah. 

 

 

 

 

Page 53: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

81

4.4.6.2.Strategi Bisnis 

Strategi bisnis atau strategi bersaing digunakan untuk meningkatkan daya saing 

produk dan jasa perusahaan dalam segmen pasar tertentu. Bagaimana Unit Usaha 

Perbengkelan & Transportasi dapat bersaing dalam bisnis perbengkelan / industri 

perbengkelan ini. 

Dari hasil analisis dan interpretasi faktor‐faktor internal dan eksternal Unit Usaha 

Perbengkelan &  Transportasi,  strategi  bisnis  yang  dirumuskan  dibagi  kedalam 

dua  tahapan yaitu  tahap pertama proses perbaikkan atas kelemahan‐kelemahan 

yang  ada meliputi proses  restrukturisasi birokrasi,  fokus pada  kendaraan dinas 

dan  operasional  pemerintah,  dan  pengembangan  sumber  daya manusia.  Tahap 

kedua  proses  penguatan  yang  meliputi  intensifikasi  pasar,  fokus  pada  pasar 

kendraan niaga MPV dan  SUV, melaksanakan  investasi  teknologi uji  emisi dan 

peralatan diagnosa mesin, afiliasi dengan manufaktur mobil untuk memperoleh 

dukungan  teknik dan melaksanakan multi  sourcing untuk penyediaan parts dan 

bahan baku. 

 

4.4.6.3.Strategi Fungsional 

Strategi  fungsional merupakan derivasi dari strategi koporasi dan strategi bisnis 

suatu perusahaan dan secara umum strategi fungsional dalam sebuah perusahaan 

diinformasikan  berdasarkan  fungsi‐fungsi  yang  ada  sebagai  berikut:  Strategi 

fungsional pemasaran, Strategi fungsional produksi (operasi), Strategi fungsional 

keuangan, Strategi fungsional sumber daya manusia, Strategi fungsional teknologi 

dan lain sebagainya. 

  

 

 

  

Page 54: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

82

4.5. Program‐Program Pokok 

4.5.1. Metode Penyusunan Program‐Program Pokok 

Program‐program  pokok  disusun  dari  perumusan  strategi  bisnis,  strategi 

fungsional dan strategi korporat yang mendukung. Gambar 4.18 memperlihatkan 

metode penyusunan program‐program pokok sebagai berikut: 

 

 

Gambar 4.18. Metode Penyusunan Program‐Program Pokok   

4.5.2. Program‐Program Pokok 

Untuk melaksanakan  strategi  bisnis  yang  telah  dirumuskan  sebelumnya  dapat 

dipertimbangkan  langkah‐langkah  atau  program‐program  pokok  untuk 

mendorong percepatan sebagaimana ditampilkan dalam tabel 4,26 berikut: 

                     

Strategi  Korporat 

Strategi  Bisnis 

Strategi  Fungsional  Pr

ogram‐Program  

Poko

k  

Perkiraan Hasil Implementasi program‐

Program Pokok

Page 55: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

83

Tabel 4.26. Program‐program Pokok Untuk Mengimplementasi Strategi Bisnis 

NO  Strategi Fungsional  Program  Estimasi Biaya  PIC 

TAHAP I 

1  Restrukturisasi  

(Startegi Korporasi) 

a. Mengembangkan SBU Mandiri. 

b. Reposisi karyawan 

c. Pengembangan SDM operasional 

Rp. 500.000.000,00  Direktur Operasi PDJK 

2  Memperbaiki  sistem pelayanan  dengan menetapkan  standar operasi yang baku. 

a. Membuat  dan  merevisi  SOP  service, keuangan, umum dan gudang. 

b. Penataan Layout 

Rp. 750.000.000,00 

Rp.4.000.000.000,00 

Ka Unit Perbengkelan dan Transportasi 

3  Menerapkan  sistem informasi terpadu 

a. Menerapkan software bravo service 

b. Menerapkan software keuangan 

c. Menerapkan sofware gudang 

d. Menerapkan software SDM 

Rp. 300.000.000,00  Ka Bid SDM& Umum, Keuangan, 

Operasional 

4  Menempatkan  tenaga pemasaran  yang khusus. 

 

a. Recruiting Staff marketing   Rp. 50.000.000,00  Ka bid Umum PDJK 

5  Kontrak  karyawan non‐ahli 

a. Outsourcing Security (SATPAM) 

b. Outsourcing Cleaning Service 

Rp. 15.000.000,00  Ka bid Umum PDJK 

6  Menambah  tenaga kerja  operasional yang berpengalaman 

a. Recruiting Master Mekanik  

b. Recruiting Senior Mekanik 

Rp. 20.000.000,00  Ka bid Umum PDJK 

7  Mengurangi  tenaga administrasi.  

a. Transfer  tenaga  ADM  Unit Perbengkelan ke Unit Lain. 

Rp. 10.000.000,00  Ka bid Umum PDJK 

8  Menempatkan pengelolaan pelumasan oleh pihak ketiga 

a. Kerjasama  Dengan  Penzoil    untuk penyediaan  pelumas  dan  operasional pelumasan. 

Rp. 10.000.000,00  Ka Unit Perbengkelan dan Transportasi 

9  Memperbaiki  sistem pengadaan  barang  / bahan baku. 

Multi Sourching Parts / Bahan Baku 

a. Depo parts Tunas regional 

b. Astra Oto parts 

c. KLS 

d. PJS 

e. AS 

Rp. 300.000.000,00  Ka Unit Perbengkelan dan Transportasi 

10  Pemasaran  fokus pada kendaraan dinas 

a. Sosialisasi  Surat  Keputusan  Gubernur untuk  menggunakan  sarana  dan fasilitas  Unit  Usaha  Bengkel  bagi seluruh kendaraan dinas. 

b. Membuat  data  base  jadwal  perawatan berkala  seluruh  kendaraan  dinas dilingkungan  pemerintah  Propinsi Jawa Barat. 

c. Membuat  Marketing  Plan  &  Marketing Action  serta  marketing  tools  untuk menunjang kegiatan diatas. 

Rp. 50.000.000,00  Ka Unit Perbengkelan dan Transportasi 

 

Lanjutan Tabel 4.26

Page 56: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

84

4.5.3. Perkiraan Hasil Implementasi Program 

Dengan  melaksanakan  program‐program  pokok  tersebut  dapat  diproyeksikan 

perkembangan  Unit  Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  yang  posistif  dengan 

adanya peningkatan pendapatan dan  laba  sebelum pajak yang  cukup  signifikan 

sebagai mana ditunjukkan oleh gambar 4.19.  

Rp(1,000,000,000.00)

Rp-

Rp1,000,000,000.00

Rp2,000,000,000.00

Rp3,000,000,000.00

Rp4,000,000,000.00

Rp5,000,000,000.00

Rp6,000,000,000.00

Rp7,000,000,000.00

Pendapatan Rp1,476,344,702.00 Rp2,216,048,699.0 Rp1,641,449,055.10 3,767,697,500.00 4,898,006,750.00 6,367,408,775.00

Laba sebelum pajak (Rp25,910,613.34) Rp173,539,341.00 Rp38,354,343.33 847,731,937.50 1,102,051,518.75 1,432,666,974.38

2003 2004 2005 Thn Ke-1 (investasi) Thn ke-2 (investasi) Thn ke-3 (investasi)

 IRR : 28.51% NPV: Rp 3.980.175.660,00 

Gambar 4.19. Proyeksi Pendapatan Hasil Implementasi Program 

 

4.6. Kesimpulan 

Dari hasil analisis dan intrepetasi hasil yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat 

disimpulkan  sebagai  berikut,  faktor‐faktor  strategis  yang  dihadapi  oleh  Unit 

Usaha  Perbengkelan  &  Transportasi  PD  Jasa  dan  Kepariwisataan  antara  lain 

sebagai mana ditunjukkan  oleh  tabel  4.19.  SWOT dimana  kekuatan perusahaan 

cukup  kecil  (lemah),  dengan  demikian  wajar  apabila  market  share  perusahaan 

cenderung menurun. 

Menjawab  pertanyaan  yang  ke  dua,  strategi  yang  tepat  bagi  Unit  Usaha 

Perbengkelan  &  Transportasi  PD.  Jasa  dan  Kepariwisataan  ditunjukkan  oleh 

gambar 4.15 Matrik TOWS. Untuk menghadapi lingkungan industri yang semakin 

berkembang  diantisipasi  dengan melaksanakan  tahapan  strategi  yang  pertama 

Page 57: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

85

untuk memperbaiki  kelemahan  yang  ada  dengan  kekuatan  yang  dimiliki  dan 

yang  kedua melakukan  penetrasi  pasar  segmen  khusus  dengan  kekuatan  yang 

ada. 

Advantage  dari  penerapan  strategi  tersebut  dapat  dipertahankan  (sustainable) 

dengan melakukan aktifitas‐aktifitas yang dapat menghambat kompetitor untuk 

melakukan  aktifitas yang  sama  atau menduplikasinya. Seperti ditunjukkan oleh  

Gambar 4.17. Mapping Activity System Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi. 

Program‐program pokok Unit Usaha Perbengkelan & Transportasi PD  Jasa dan 

Kepariwisataan  untuk mengimplementasikan  strategi  tersebut  ditunjukkan  oleh 

Tabel  4.26.  Program‐program  Pokok  Untuk Mengimplementasi  Strategi  Bisnis. 

Proyeksi  peningkatan  pendapatan  hasil  dari  implementasi  program‐program 

pokok tersebut ditunjukkan Gambar 4.19. Proyeksi Pendapatan Dengan Investasi. 

 

                                

Page 58: BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi · PDF filemenggunakan pendekatan Five Forces Model ... (Value Chain Analysis) ... 4.2.1.1 Data eksternal berdasarkan model Porter’s Five

86