bab v hasil dan pembahasan 5.1 desain...

23
31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primer Desain primer dilakukan dengan menggunakan urutan gen lipase yang telah dikarakterisasi dimana open reading frame lengkap dan telah diklon serta diketahui secara pasti memiliki aktivitas enzim lipase. Urutan yang digunakan tersebut adalah urutan gen asilgliserol lipase dari bakteri dalam genus dan spesies yang sama dan hanya berbeda strain saja yaitu, Azospirillum sp. B510 dengan accession number NCBI NC_013857. Bakteri jenis ini memiliki banyak kemiripan dengan Azospirillum sp. JG3 sehingga diprediksi DNA pengkode lipase yang dihasilkan akan memiliki homologi dan tingkat kemiripan yang tinggi. Pendekatan seperti ini lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan dasar dari desain primer umum atau disebut sebagai degenerate primer. Urutan DNA yang digunakan dalam desain primer selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 1. Dengan menggunakan urutan nukleotida Azospirillum sp. B510 dan dengan software Primer3 diperoleh beberapa pasang primer. Beberapa kandidat primer tersebut adalah: Tabel 5.1 Kandidat primer hasil desain Primer3 Kandidat Pasangan Primer Posisi primer (*) Ukuran fragmen (pb) T m (°C) Konten GC (%) F 1 :CACCTACGCCTATGACCAG R 1 :CTTCAGGTCACGCAACAG 285-303 903-886 619 56,71 56,24 57,8 55,5 F 2 :ACCTACGCCTATGACCAG R 2 :CTTCAGGTCACGCAACAG 286-304 903-886 618 53,48 56,24 55,5 55,5 F 3 :GGATCACCTATACCCTCGTC R 3 :CTTCAGGTCACGCAACAG 563-582 903-886 341 55,95 56,24 55,0 55,5 F 4 :CACCTACGCCTATGACCAG R 4 :GATGTTGTCGGATGGATG 285-303 639-622 355 56,71 55,39 57,0 50,0 F 5 :CACCTACGCCTATGACCAG R 5 :TCTCGATGTTGTCGGATG 285-303 643-626 359 56,71 56,37 57,8 50,0 (*): berdasarkan urutan nukleotida dari Azospirillum sp. B510

Upload: vuongxuyen

Post on 31-Aug-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

31

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Desain Primer

Desain primer dilakukan dengan menggunakan urutan gen lipase yang

telah dikarakterisasi dimana open reading frame lengkap dan telah diklon serta

diketahui secara pasti memiliki aktivitas enzim lipase. Urutan yang digunakan

tersebut adalah urutan gen asilgliserol lipase dari bakteri dalam genus dan spesies

yang sama dan hanya berbeda strain saja yaitu, Azospirillum sp. B510 dengan

accession number NCBI NC_013857. Bakteri jenis ini memiliki banyak

kemiripan dengan Azospirillum sp. JG3 sehingga diprediksi DNA pengkode lipase

yang dihasilkan akan memiliki homologi dan tingkat kemiripan yang tinggi.

Pendekatan seperti ini lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan dasar dari

desain primer umum atau disebut sebagai degenerate primer. Urutan DNA yang

digunakan dalam desain primer selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 1.

Dengan menggunakan urutan nukleotida Azospirillum sp. B510 dan

dengan software Primer3 diperoleh beberapa pasang primer. Beberapa kandidat

primer tersebut adalah:

Tabel 5.1 Kandidat primer hasil desain Primer3

Kandidat Pasangan Primer Posisi

primer (*)

Ukuran

fragmen

(pb)

Tm

(°C)

Konten

GC (%)

F1:CACCTACGCCTATGACCAG

R1:CTTCAGGTCACGCAACAG

285-303

903-886

619 56,71

56,24

57,8

55,5

F2:ACCTACGCCTATGACCAG

R2:CTTCAGGTCACGCAACAG

286-304

903-886

618 53,48

56,24

55,5

55,5

F3:GGATCACCTATACCCTCGTC

R3:CTTCAGGTCACGCAACAG

563-582

903-886

341 55,95

56,24

55,0

55,5

F4:CACCTACGCCTATGACCAG

R4:GATGTTGTCGGATGGATG

285-303

639-622

355 56,71

55,39

57,0

50,0

F5:CACCTACGCCTATGACCAG

R5:TCTCGATGTTGTCGGATG

285-303

643-626

359 56,71

56,37

57,8

50,0

(*): berdasarkan urutan nukleotida dari Azospirillum sp. B510

Page 2: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

32

Dari hasil kandidat primer yang berhasil terdesain dengan menggunakan

Primer3, dipihlah salah satu yang dianggap memiliki kriteria lebih sebagai calon

pasangan primer yang digunakan pada amplifikasi menggunakan PCR. Akhirnya

dipilihlah pasangan primer F3 dan R3 dengan pertimbangan berikut ini. Pertama,

dibandingkan dengan pasangan primer yang lain F3 dan R3 memiliki perbedaan

Tm yang kecil sehingga ini menjadi antisipasi ketika proses sintesis primer. Tm

primer hasil desain biasanya akan berbeda dengan hasil sintesis dan dengan selisih

suhu yang sedikit akan memungkinkan perbedaan yang sedikit pula pada hasil

sintesis. Kedua adalah konten GC yang sama.

Dari hasil ini oligonukleotida F3 dijadikan forward primer dengan nama

AzoF3 sedangkan urutan keduanya (R3) adalah reverse primer dengan nama

AzoR3. Selengkapnya karakteristik hasil sintesis kedua primer tersebut

ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Primer hasil sintesis dan perkiraan hasil amplifikasinya

Pasangan Primer Posisi

primer (*)

Ukuran

fragmen

(pb)

Tm

(°C)

Konten

GC (%)

AzoF3 5'GGATCACCTATACCCTCGTC 3‘

AzoR3 5'CTTCAGGTCACGCAACAG 3'

563-582

903-886

341

62,4

62,9

55,0

55,6

(*): berdasarkan urutan nukleotida dari Azospirillum sp. B510

Daerah amplifikasi pasangan primer AzoF3 dan AzoR3 pada Azospirillum

sp. B510 ditunjukkan pada gambar berikut:

1 ATGCGGCGTAGCGGGTTGGCGGCTGTCGGCTTGGCGGCTGTTCTCGGGCTGGGGCTTCTG

61 CTTGGCGGCTGCGCCGCGGATTTCCAGCCGATGGGAGCGGCCGTCGTCGAGCCGCGGTTG

121 AACGACCGGGGACTGATCGCCGCCGACGGATTCGAGCTGCCGATGCGTTCCTGGCTGCCG

181 GCGGACGGCAAGGTCCGGGCGGCGGTGGTCGCCCTGCATGGCTTCAACGACTATTCCAAC

241 GCCTTCGACGGCGCCGGCCGCGACTTCGCCGCCGCCGGCATCGCCACCTACGCCTATGAC

F1,F2, F4,F5

301 CAGCGCGGTTTCGGCGCCACCCGCGACCGCGGCGTATGGCCGGGCACACCGACCCTGGTC

361 AGCGACGCCCGCACCGCGGTCGAAATGGTGCGCCGACGCCATCCCGGCGTCCCGGTCTAT

Page 3: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

33

421 CTTCTGGGCGAAAGCATGGGTGGGGCGGTGGTGCTCACCGCGATGACCGGCCCCAATCCG

481 CCCGAGGTCGCCGGCACCATCCTGGTCGCCCCCGCCGTCTGGGGCCGGCAGGCCATGGGC

541 TTCTTCCCGCGCGCCGCCCTGTGGATCACCTATACCCTCGTCCCCGGCATGGTCGTCCAT

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> AzoF3

601 CCGCCGCAGGATTTGGACATCCATCCATCCGACAACATCGAGATGCTGCGGGCGCTCGGC

661 CGCGACCCGCTGGTCATCAAGGGATCGCGGGTCGATGCGCTGGAGGGGTTGACCGACCTG

721 ATGGGCAGCGCGCTCGACGCCTGCCAGCATCTGCAAATCCCGTCCCTGGTCCTCTATGGC

781 GCGCATGAGGAGGTGCTGCCACCCAAGCCGGTCGAGCGGGCACTGAAGGAGTTCGAAACC

841 GGCGGGCGGCATGTCGTCGCCGTCTATCCCGACGGCTACCACATGCTGTTGCGTGACCTG

<<<<<<<<<<<<<<<

901 AAGGGCAAACTGGTCGTCGACGACATCGTCGCCTGGATCGAAAACCCGAAGCTGCCGCTG

<<< AzoR3

961 GCCAGCGGCGCCGACCGCGCTCCAAGGGCCCTGCTCGCCTCCAAGTGA

Gambar 5.1 Posisi urutan nukleotida primer AzoF3 dan AzoR3 pada

Azospirillum sp. B510

Dari hasil desain, pasangan primer yang didapatkan memiliki konten GC

yang sama yaitu 55%. Pada untai DNA pasangan basa G-C melibatkan tiga ikatan

hidrogen, sedangkan untuk pasangan basa A-T terlibat dalam dua ikatan hidrogen

(Burpo, 2001). Oleh karena itu keseimbangan prosentase GC memungkinkan

ikatan yang terbentuk lebih spesifik dan stabil. Spesifitas dan stabilitas ini juga

dipengaruhi oleh Tm primer.

Suhu leleh (Tm) primer seharusnya sama atau paling tidak perbedaan

antara forward primer dan reverse primer tidak terlalu jauh. Hasil desain primer

dengan menggunakan software Primer3 ini menghasilkan Tm masing-masing

untuk AzoF3 dan AzoR3 adalah 62,4 dan 62,9 °C, berbeda hanya 0,5 °C. Suhu ini

digunakan sebagai acuan untuk penentuan atau optimasi Ta (suhu annealing-

penempelan primer pada cetakan DNA), tahap penting dalam proses amplifikasi

DNA dengan menggunakan PCR. Ta yang terlalu tinggi akan menghasilkan

hibridisasi primer-cetakan DNA tidak cukup sehingga mengakibatkan rendahnya

produk PCR, sedangkan Ta yang terlalu rendah akan mengarah pada amplifikasi

Page 4: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

34

DNA yang tidak spesifik yang disebabkan oleh timgginya kemungkinan

kesalahan penempelan primer pada cetakan DNA (Burpo, 2001).

Persentase GC dan besarnya Tm primer secara tidak langsung juga

dipengaruhi oleh panjang primer. AzoF3 dan AzoR3 hasil desain memiliki

panjang masing-masing 20 pb dan 18 pb. Menurut Johnson (2000) primer-primer

yang digunakan dalam PCR sebaiknya memiliki ukuran 17 hingga 28 nukleotida

untuk dapat mengamplifikasi target DNA dengan spesifisitas yang bagus.

Semakin pendek ukuran primer akan menyebabkan terjadinya mispriming

(penempelan primer di tempat lain yang tidak dikehendaki) tinggi sehingga

menyebabkan spesifitas dari primer tersebut berkurang dan berakibat pada

efektifitas dan efisiensi proses PCR. Sedangkan panjang primer lebih dari 28 pb

tidak menyebabkan bertambahnya spesifisitas dan akan berpengaruh pada Tm

primer (Handoyo dan Rudiretna, 2001).

Dari hasil yang terlihat, maka software Primer3 ini bagus untuk digunakan

dalam desain pasangan primer PCR yang diturunkan langsung dari urutan

nukleotida pengkode enzim tertentu dalam penelitian ini adalah enzim lipase.

Akan tetapi software ini belum bisa secara langsung untuk mendesain jenis primer

lain misal, degenerate primer. Hal ini dikarenakan dalam mendesain jenis primer

tersebut memerlukan pensejajaran sekuen asam amino terlebih dahulu. Sedangkan

Primer3 tidak bisa untuk proses pensejajaran tersebut.

5.2 Isolasi DNA Azospirillum sp. JG3

Isolasi dan purifikasi DNA adalah tahap yang penting pada studi mengenai

makhluk hidup termasuk didalamnya adalah identifikasi molekular, genetika, dan

genom makhluk hidup. Pada penelitian ini DNA bakteri Azospirillum sp. JG3

diisolasi dengan menggunakan metode yang sebelumnya diterapkan oleh Zakary

et al. (2011) dengan beberapa modifikasi. Prisip dari teknik isolasi DNA ini

adalah pemecahan atau lisis dinding sel bakteri dengan menggunakan detergen

SDS yang dibantu dengan penambahan enzim yaitu proteinase K.

Sebelum menuju ke tahap lisis bakteri untuk mendapatkan DNA,

penambahan PBS diperlukan untuk menjaga jaringan, sel, dan protein agar tidak

Page 5: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

35

rusak selama proses penghancuran sel dan pelarutan komponen sel. Kemudian hal

ini bisa dilanjutkan ke tahap lisis bakteri. Bufer lisis yang digunakan mengandung

detergen Triton X-100 yang digunakan untuk memecah membran sel. Secara

keseluruhan fungsi dari bufer lisis juga untuk memisahkan protein histon dari

DNA dan mendenaturasikannya, serta merusak struktur sekunder dan tersier

protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan komposisi

bufer lisis yang digunakan.

Untuk mendapatkan kualitas DNA yang bagus tahap pencucian sangat

diperlukan yaitu dengan menggunakan NaCl dan EDTA. NaCl akan

mendenaturasi protein kromosomal sedangkan EDTA berperan sebagai agen

pengkhelat yang dapat menetralisir ion logam seperti Mg2+

dan Ca2+

. Mengkhelat

ion-ion ini akan menjaga DNA tetap utuh pada kondisinya. Pelet yang didapatkan

semuanya merupakan hasil dari sentrifugasi 4000 rpm selama 10 menit pada suhu

4 °C. Dari tahap pencucian kemudian pelet atau endapan dilarutkan pada tris-

EDTA dan lisis kembali dilakukan dengan menggunakan SDS dan proteinase K.

SDS digunakan untuk melarutkan membran sel. Enzim perusak komponen

penyusun sel atau penyusun sitosol biasanya ditambahkan pada sistem bufer SDS.

Enzim yang biasa dipergunakan adalah proteinase K. Proteinase K memecah

glikoprotein dan RNAse-DNAse inaktif pada konsentrasi 0,5% hingga 1% larutan

SDS (Shahriar et al., 2011). Pada penelitian ini digunakan konsentrasi SDS 10%

dan volume proteinase K sebanyak 20 µL. Hal ini dilakukan dengan alasan bakteri

yang akan diisolasi DNA-nya adalah golongan bakteri gram negatif yang

memiliki lapisan peptidoglikan lebih tebal dibandingkan dengan milik bakteri

gram positif. Lapisan inilah yang sering menjadi masalah dalam isolasi DNA

bakteri karena akan mempengaruhi pada tingkat kemurnian isolat DNA yang

didapatkan.

Setelah tahap tersebut, protein dan kontaminan lainnya dihilangkan dengan

presipitasi NaCl. Dan presipitasi terakhir dilakukan dengan isopropanol.

Mekanisme presipitasi dengan menggunakan isopropanol ini adalah dengan

menggunakan sistem perbedaan kelarutan. Semula DNA berada dalam fasa

aquaeous (air) dan tidak larut dalam isopropanol. Di sisi lain alkohol lebih mudah

Page 6: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

36

larut dalam air dibandingkan dengan DNA. Hal ini menyebabkan isopropanol

akan menyatu atau larut dengan air sehingga DNA terdesak, terpisah, dan

terpresipitasi. Keuntungan menggunakan isopropanol dibandingkan dengan etanol

adalah efisiensi dari proses presipitasi yang dihasilkan lebih tinggi sehingga lebih

efisien jika rendemen DNA yang dihasilkan sangat sedikit. Kelemahannya terletak

pada kurang volatilnya isopropanol dibandingkan dengan etanol, sehingga hal ini

menyebabkan pengeringan pelet DNA perlu waktu lebih lama. Pelet DNA yang

dihasilkan juga tidak terlalu melekat didasar tabung saat setelah dilakukan

sentrifugasi (Chen et al., 2010).

DNA Azospirillum sp. JG3 telah berhasil diisolasi. Analisis kualitatif dari

DNA hasil isolasi dilakukan dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa

untuk menunjukkan bahwa DNA bakteri tersebut berhasil terisolasi atau tidak.

Hasil elektroforesis isolat DNA ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Gambar 5.2 Elektroforegram Isolasi DNA Azospirillum sp. JG3 dengan

variasi waktu inkubasi bakteri (A) 24 jam, (B) dan (C) 40 jam

Visualisasi hasil kualitas isolasi DNA Azospirillum sp. JG3 ditunjukkan

dengan terbentuknya pita DNA yang tebal dan jelas pada daerah dekat sumur gel.

Dari tiga variasi isolat DNA yang dianalisis, DNA lajur ke-3 (C) menunjukkan

hasil yang bagus, dibuktikan dengan pita DNA terlihat dengan jelas dan tidak

Page 7: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

37

terdapatnya pita visualisasi dari RNA seperti yang ditunjukkan pada lajur A dan

B. Sehingga isolat C inilah yang selanjutnya digunakan sebagai cetakan DNA

pada proses PCR. Konsentrasi yang digunakan dalam proses selanjutnya akan

ditentukan setelah dilakukan analisis kuantitatif pada isolat DNA.

Tabel 5.3 Data analisis kuantitatif hasil isolasi DNA

No. Sampel A (260 nm) A (280 nm) Rasio (A260/A280)

1 A 0,119 0,103 1,16

2 B 0,114 0,087 1,31

3 C 0,104 0,087 1,20

Berdasarkan analisis kuantitatif DNA dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis menunjukkan rasio absorbansi 260/280 1,2 -1,3 dari 3

macam sampel. Nilai kemurnian ini dinilai masih rendah dan isolat DNA yang

didapatkan masih terkontaminasi oleh protein jika dibandingan dengan tingkat

DNA murni memiliki rasio absorbansi 260/280 mendekati 1,80. Protein tersebut

kemungkinan besar berasal dari lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri

Azospirillum sp. JG3 mengingat bakteri ini adalah bakteri gram negatif di mana

pada lapisan tersebut lebih tebal jika dibandingkan dengan lapisan peptidoglikan

milik bakteri gram positif. Ketika dikalkulasikan konsentrasi DNA terkuantifikasi

adalah 260 ng/µL. Meskipun nilai rasio absorbansi 260/280 rendah, DNA ini bisa

untuk amplifikasi PCR karena proses PCR tidak dipengaruhi oleh tingkat

kemurnian DNA.

5.3 Amplifikasi DNA Pengkode Lipase dengan PCR

Karakterisasi urutan DNA pengkode enzim lipase dalam penelitian ini

menggunakan teknik PCR. Metode PCR disini adalah yang paling menjanjikan

ditinjau dari kesederhanaan, spesifisitas, dan sensitivitasnya (Mirhendi et al.,

2006). Amplifikasi DNA target dengan menggunakan teknik ini memerlukan

beberapa protokol, di antaranya adalah cetakan DNA, primer forward, primer

reverse, bufer PCR, MgCl2, dan enzim DNA polimerase. Cetakan DNA yang

digunakan untuk proses amplifikasi ini adalah DNA Azospirillum sp. JG3 hasil

Page 8: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

38

isolasi sebelumnya. Konsentrasi cetakan yang digunakan bukan 260 ng/µL atau

menggunakan hasil isolasi DNA secara langsung melainkan menggunakan

cetakan dengan konsentrasi tertentu. Menurut Sambrook dan Russell (2001),

konsentrasi cetakan DNA yang digunakan untuk proses amplifikasi DNA dengan

teknik PCR adalah 10 ng/µL hingga 1 µg/µL. Dalam penelitian ini dipilih

konsentrasi cetakan DNA 50 ng/µL. Kisaran konsentrasi ini biasa digunakan

dalam proses PCR yang dilakukan dari DNA genom bakteri atau yeast.

Penggunaan konsentrasi cetakan DNA yang rendah atau tidak pekat juga berguna

untuk menghindari kesalahan penempelan primer ketika terjadi amplifikasi DNA

target.

Sepasang primer diperlukan untuk menginisiasi terjadinya amplifikasi atau

perbanyakan DNA. Dalam tahap ini digunakanlah pasangan primer hasil desain

yaitu AzoF3 dan AzoR3. Konsentrasi yang digunakan dari sepasang primer juga

tertentu. Dalam penelitian ini digunakan primer forward dan primer reverse

dengan konsentrasi 10 pmol/µL dengan panjang masing-masing 20 dan 18

nukleotida.

Protokol lain yang diperlukan dalam proses PCR adalah bufer PCR,

MgCl2, dNTP, dan enzim DNA polimerase. Fungsi bufer di sini adalah untuk

menjaga pH medium karena PCR hanya akan berlangsung pada pH tertentu. Ion

Mg2+

dari MgCl2 bertindak sebagai kofaktor yang berfungsi untuk menstimulasi

aktivasi enzim DNA polimerase. Dengan adanya MgCl2 ini akan meningkatkan

interaksi primer dengan cetakan DNA yang membentuk kompleks larut dengan

dNTP (Handoyo dan Rudiretna, 2001). dNTP sendiri merupakan suatu campuran

dari dATP (deoksiadenosin trifosfat), dTTP (deoksitimidin trifosfat), dCTP

(deoksisitidin trifosfat), dan dGTP (deoksiguanosin trifosfat). dNTP ini bertindak

sebagai agen pembangun DNA yang diperlukan dalam proses perpanjangan DNA

yang terkatalisis oleh enzim DNA polimerase. Dalam penelitian ini, protokol-

protokol tersebut berada dalam 1 butir PureTaq Ready To Go PCR. Penggunaan

kit ini mempermudah peneliti karena tidak perlu lagi melakukan optimasi

konsentrasi masing-masing. Pada volume akhir 25 µL konsentrasi dNTP adalam

200 mM dalam 10mM Tris-HCl (pH 9,0), 50 mM KCl, dan 1,5 mM MgCl2

Page 9: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

39

(GE Healthcare, 2006). Ketika kebutuhan protocol-protokol tersebut terpenuhi,

selanjutnya proses PCR bisa terlaksana.

Pada tahap PCR ada tiga tahap yang harus menjadi perhatian. Tahap

tersebut berturut-turut adalah denaturasi, penempelan primer pada cetakan DNA

(annealing),dan pemanjangan untai DNA hasil amplifikasi (extension).

Denaturasi dilakukan pada suhu 95 °C selama 30 detik. Proses ini

membuka untai double helix DNA dengan memecah ikatan hidrogen yang

menghubungkan keduanya (Rahman et al., 2013) sehingga pada tahap selanjutnya

primer AzoF3 dan AzoR3 akan menempel pada masing-masing bagiannya. Suhu

yang digunakan untuk menempelkan primer-primer pada cetakan DNA adalah

57 °C selama 30 detik. Suhu yang diperlukan untuk penempelan primer ini

tergantung pada komposisi basa, panjang, dan konsentrasi DNA. Suhu annealing

terbaik biasanya 2-5 °C di bawah Tm. Tm merupakan suhu pada saat setengah dari

molekul DNA mengalami denaturasi. Pada suhu terlalu tinggi menyebabkan

penempelan primer spesifik tetapi konsentrasi amplikon yang didapatkan sangat

kecil sehingga suhu annealing sangat kritis pada proses amplifikasi DNA target.

Sedangkan suhu terlalu rendah menyebabkan pita DNA target yang diharapkan

hasilnya tidak spesifik. Sedangkan ekstensi primer pada proses PCR biasa

dilakukan pada suhu 72 °C karena pada suhu ini adalah suhu optimum polimerase

DNA. Waktu ekstensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 detik.

Secara umum untuk mengamplifikasi setiap satu kilo basa DNA diperlukan waktu

1 menit (Rahman et al., 2013).

Siklus PCR yang digunakan dalam amplifikasi DNA target pengkode

enzim lipase ini sebanyak 35 kali. Jumlah siklus yang biasa digunakan adalah

antara 30-35. Penggunaan siklus lebih dari jumlah tersebut tidak akan

meningkatkan jumlah amplikon yang bermakna justru dikhawatirkan akan

menambah masalah pada keberadaan produk atau amplikon non-target.

Hasil amplifikasi DNA dengan PCR dengan pasangan primer AzoF3 dan

AzoR3 ditunjukkan pada gambar di bawah ini setelah dianalisis kualitatif

menggunakan elektroforesis dengan konsentrasi gel agarosa 1,5%.

Page 10: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

40

Gambar 4.3 Hasil Amplifikasi DNA dengan primer AzoF3 dan AzoR3 (A)

fragmen 820 pb (B) fragmen 229 pb (M) DNA marker 100 pb

Hasil analisis kualitatif di atas menunjukkan adanya 2 fragmen yang

berhasil diamplifikasi oleh primer AzoF3 dan AzoR3. Pada ukuran

820 pb menunjukkan pita tebal dan sangat jelas, sedangkan ukuran basa yang

lebih pendek yaitu 229 pb jauh lebih tipis (penentuan panjang fragmen pada

Lampiran 3). Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa primer yang digunakan adalah

primer yang spesifik. Semakin spesifik primer yang digunakan semakin sedikit

pula DNA fragmen yang dihasilkan pada saat amplifikasi DNA target. Langkah

selanjutnya yang diambil adalah mengisolasi kedua fragmen DNA yang

dihasilkan.

Jika dikembalikan ke awal lagi, maka hasil amplifikasi DNA target

pengkode lipase ini tidaklah cocok dengan perkiraan awal. Pada tahap desain

primer PCR, perkiraan hasil amplifikasinya adalah 341 pb. Maka bisa ditarik

kesimpulan bahwa ketidaksamaan hasil amplifikasi dengan dugaan awal adalah

dasar dari desain primer yang digunakan yaitu urutan nukleotida pengkode lipase

500 pb

1 kb A

B

M

Page 11: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

41

milik Azospirillum sp. B510. Ukuran 341 pb akan didapatkan dengan

menggunakan pasangan primer AzoF3 dan AzoR3 pada hasil amplifikasi jika

yang digunakan sebagai cetakan DNA adalah DNA milik Azospirillum sp. B510

bukan Azospirillum sp. JG3. Hal ini disebabkan karena homologi urutan

nukleotida gen yang sama antar mikroba berbeda-beda, dan bisa jadi sekuen

nukleotida Azospirillum sp. JG3 yang terletak di antara primer AzoF3 dan AzoR3

tidak sama dengan Azospirillum sp. B510 melainkan ada tambahan sekuen

sehingga menyebabkan panjang amplikon tidak 341 bp. Primer AzoF3 dan AzoR3

dinilai cocok untuk mengamplifikasi urutan DNA lipase milik Azospirillum sp.

JG3, hal ini dibuktikan dengan adanya pita amplikon DNA yang tebal dengan

ukuran 820 pb.

5.4 Isolasi Fragmen DNA

Proses amplifikasi DNA menggunakan proses PCR membutuhkan

berbagai optimasi untuk menghasilkan target fragmen DNA yang diharapkan. Jika

hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan dalam arti saat proses

amplifikasi fragmen DNA yang dihasilkan lebih dari satu maka purifikasi fragmen

yang diinginkan adalah langkah berikutnya yang harus ditempuh. Isolasi fragmen

DNA dari gel agarosa dalam penelitian ini menggunakan metode pemisahan

kolom dengan menggunakan PureLinkTM

Quick Gel Extraction Kit (Invitrogen).

Kit ini mampu memurnikan fragmen DNA dari TAE gel agarosa pada berbagai

konsentrasi dan titik leleh.

Hasil purifikasi pertama dilakukan untuk ukuran amplikon 820 pb.

Hasilnya diverifikasi secara kualitatif menggunakan elektroforesis gel agarosa 1%

untuk mengetahui kualitas DNA murni yang dihasilkan dari isolasi fragmen

produk PCR. Dari hasil analisis kualitatif tersebut terlihat telah didapatkan

fragmen tunggal untuk DNA target 820 bp Gambar 5.4 sehingga bisa langsung

bisa disekuensing untuk diketahui urutan nukleotidanya.

Page 12: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

42

Gambar 5.4 Hasil purifikasi fragmen DNA 820 pb (M) DNA marker 1 kb

Sedangkan fragmen lain dari produk amplifikasi PCR ukuran 229 pb

sangat sulit untuk dilakukan purifikasi. Pengambilan fragmen produk PCR dari

gel agarosa tetap dilakukan, akan tetapi perlakuan selanjutnya bukanlah

sekuensing. Hal ini dikarenakan konsentrasi fragmen DNA yang didapatkan

terlalu sedikit dengan ditandainya tipisnya pita DNA pada awal verifikasi produk

amplifikasi PCR yang dihasilkan. Langkah yang ditempuh untuk mendapatkan

konsentrasi DNA pada ukuran tersebut yang cukup untuk dilakukan sekuensing

adalah dengan cara re-PCR.

Re-PCR adalah suatu proses amplifikasi DNA target yang dilakukan

kembali dengan protokol dan kondisi reaksi yang sama dengan PCR pertama akan

tetapi yang membedakan disini adalah cetakan DNA yang digunakan. Re-PCR

menggunakan cetakan DNA dari hasil purifikasi fragmen dari gel agarosa dengan

konsentrasi yang sangat kecil.

820 pb

M

1 kb

Page 13: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

43

Gambar 5.5 Hasil re-PCR fragmen 229 pb (M) DNA marker 100 pb

5.5 Urutan DNA Hasil sekuensing

Sekuensing dilakukan dengan metode Dye ddNTP terminator dengan

pemisahan fragmen menggunakan metode elektroforesis kapiler. Dua fragmen

hasil reaksi PCR dalam penelitian ini disekuensing dengan menggunakan dua

primer, AzoF3 dan AzoR3.

Kromatogram hasil pemisahan fragmen reaksi PCR untuk sekuensing

kedua fragmen dicantumkan dalam Lampiran 3. Pertama hasil pembacaan

sekuensing untuk fragmen gen lipase 820 pb adalah sebagai berikut:

Sekuen Fragmen 820 pb dengan primer AzoF3

1 TACTGCAAGT CGAGCGGACA GAAGGGAGCT TGCTCCCGGA TGTTAGCGGC 50

51 GGACGGGTGA GGANGGATGG GGTAACCTGC CTGTAAGACT GGGATAACTC 100

101 CGGGATACCG GAGANAAAGG TGCTGTCATC CTTNCACCTC ACCCTGTGGA 150

151 GCCACACCCT AGGGTTGGCC AATCTACTCC CCCGAGCGAG GGAGGGCACG 200

201 AGCCAGGACT GGGCATAAAG ACAAGGGCAT AGCCATCTAT TGGAAACCTG 250

251 TGCTTCTGAC AGC

Sekuen Fragmen 820 pb dengan primer AzoR3 1 TTTTCAGGGG ACGGCAACAG GCTCGTACCT CAACATCAAC TTGGAGGATG 50

200 pb

300 pb

M

200 pb

300 pb

Page 14: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

44

51 CCGGGGACAG CGGCCGTACG AGCGCTAGGG CCGAGCGACG TTATGACTTC 100

101 CGTTAGTAGG GGAACAATCC GTACAGTGCG CAAGCCCGGC CGGATTACAT 150

151 GGCCACCCGG ATTGGCGCCA CCAATAGCGG GGGCTCTACG TTGGGAACGG 200

201 AATCAGGCCG TCGTGCGTGC AGCATTTGGC GGGGTAGCGC GCATATGAAT 250

251 TACGAGTGCT GAACCAAATC AATCCGACAT ACTATGGGGA GAGCGTGATC 300

301 GGTGCACTGG AAGACATAAC GCAAGCCACG GTGGATGATT ATACCCGGGC 350

351 AGCCGGTCGC CCACAAACAT CTGGAAGCGG GGGTGATCAA AGATTTGTGC 400

401 ATAAAACAGG CGCCGGACGT CCGGAGCGAG TTTTTTGCAC CGATCTTTGA 450

451 TACACAGGAT TTCGAGCTCC CACTGGGCGA CTGGCTGCCC CGTTAGAATC 500

501 ATCGCCGTGG CGATGGGTAT GTCTTCAAAC ACACCGATCA CGTCCTCACG 550

551 ATAGTCCACA GGATTGATGT CCTCGACCAC TGCCAACTGA TCTGCACGCC 600

601 CCCACTCCAC GTCCAGCCAG AAGAGGGCCA GATTGCCGTC GCCAGGCAAG 650

651 AGCCGCCATA AAACATGGGC CCAATCAGCG TTCCATCGGT AATCGCCCAG 700

701 CATGGTCTAT GCAGGAAGTC GCCGTCTTAA ACAAAGTCAG AGTCGGGCTA 750

751 TCCCCTGGCG CTTGTAGTAA GCGACGTAGA CGGCGTGTGC AGTCGAGCAT 800

801 GCC

Gambar 5.6 Urutan DNA hasil sekuensing dengan primer AzoF3 dan

AzoR3

Dari hasil sekuensing fragmen 820 pb ini terlihat hasil sekuensing dengan

menggunakan primer AzoF3 lebih pendek. Hal ini mengakibatkan tidak adanya

keseimbangan jumlah nukleotida ketika disejajarkan dengan hasil sekuensing

dengan menggunakan primer AzoR3. Data kromatogram dari AzoF3 pun dinilai

sangat jelek ditunjukkan resolusi puncak yang sangat rendah, kemungkinan besar

disebabkan oleh inhibitor pada sampel yang berupa kontaminan atau konsentrasi

cetakan DNA dan primer tidak mencukupi saat reaksi sekuensing. Pada prinsipnya

sekuensing pada satu cetakan DNA dilakukan 2 kali dengan 2 primer berbeda

untuk melengkapi sekuen satu dengan yang lain yang disebut sebagai daerah

konsensus. Reverse complement dari sekuen AzoR3 disejajarkan dengan sekuen

AzoF3 pada program BioEdit sehingga diperoleh daerah konsensus seperti yang

terlihat di bawah ini:

1 TTTTCAGGGG ACGGCAACAG GCTCGTACCT CAACATCAAC TTGGAGGATG 50

51 CCGGGGACAG CGGCCGTACG AGCGCTAGGG CCGAGCGACG TTATGACTTC 100

101 CGTTAGTAGG GGAACAATCC GTACAGTGCG CAAGCCCGGC CGGATTACAT 150

151 GGCCACCCGG ATTGGCGCCA CCAATAGCGG GGGCTCTACG TTGGGAACGG 200

201 AATCAGGCCG TCGTGCGTGC AGCATTTGGC GGGGTAGCGC GCATATGAAT 250

251 TACGAGTGCT GAACCAAATC AATCCGACAT ACTATGGGGA GAGCGTGATC 300

Page 15: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

45

301 GGTGCACTGG AAGACATAAC GCAAGCCACG GTGGATGATT ATACCCGGGC 350

351 AGCCGGTCGC CCACAAACAT CTGGAAGCGG GGGTGATCAA AGATTTGTGC 400

401 ATAAAACAGG CGCCGGACGT CCGGAGCGAG TTTTTTGCAC GGATCTTTGA 450

451 TACACAGGAT TTCGAGCTCC CACTGGGCGA GCTGGCTGCC GGCCGTTAGA 500

501 ATCGGATCGC CGTGGACGGA TGGGGTAACC TGTCTTCAAA CACACCGATC 550

551 ACGTCCTCAC GATACCGTCC ACAGGGTTGA TGTCCTCCGA CCACTGCCAA 600

601 CTGATCTGCC ACGCCCTAGG GTTGGCCACT CCACGTCCAG CCAGAAGAGG 650

651 GCCAGATTGC CGTCGCCAGG CAAGAGCCGC CATAAAGACA TGGGCCCAAT 700

701 CAGCGTTCCA TCGGTAATCG CCCAGCATGG TCTATGACAG GAAGTCGCCG 750

751 TCTTAAACAA AGTCAGAGTC GGGCTATCCC CTGGCGCTTG TAGTAAGCGA 800

801 CGTAGACGGC GTGTGCAGTC GAGCATGCC

Gambar 5.5 Urutan konsensus fragmen gen 820 pb.

Berdasarkan data konsensus sekuen di atas, maka urutan nukleotida untuk

fragmen hasil PCR yang semula diperkirakan 820 pb menjadi 829 pb. Fragmen

kedua juga berhasil diketahui urutan nukleotidanya dengan menggunakan primer

AzoF3 dan AzoR3. Panjang sekuen antara keduanya tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan. Hasil pembacaan fragmen gen lipase yang kedua

adalah sebagai berikut:

Sekuen Fragmen 229 pb dengan primer AzoF3

1 CGGAAAAGAA GCTGGAGCTC GACGCCGCCT GTTCATGTCG GCCGCTACTG 50

51 CGGCGGCTGG CACGCCAGCA CCCAAGGCAT GGGCCGGGCC AGTTTCCACC 100

101 TGGTGGTGCA GGGCCATTGC TGGCTGCATA TCGATGGCCA GGCGCACCCG 150

151 CTGCGCCTGG AGAGCGGCGA TGCGGTGTTC CTGTTGCGTG ACCTGAAGA

Sekuen Fragmen 229 pb dengan primer AzoR3 1 TGGATCACCT ATACCCTCGT CGATTGGTTA TTAGAGAGCC TGGAGCTCGA 50

51 CGCCAGCCTG TTCCATGTCG GCCGCTAGTG CGGCGGCTGG CACGCCAGCA 100

101 CCCAGGGCAT GGGCCGGGCC AGTTTCCACC TGGTGGTGCA GGGCCATTGC 150

151 TGGCTGCATA TCGATGGCCA GGCGCAGCCG CGCGACCTGA ATTCGGAACC 200

201 TG

Gambar 5.6 Urutan Fragmen DNA 229 pb hasil sekuensing menggunakan

primer AzoF3 dan AzoR3

Hasil sekuensing terhadap fragmen dengan primer AzoF3 menghasilkan

urutan nukleotida sebanyak 201 pb sedangkan sekuensing fragmen pendek ini

dengan menggunakan primer AzoR3 menghasilkan 205 pb. Pembacaan sekuen

gabungan antara kedua hasil ini dilakukan dengan cara yang sama dengan

Page 16: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

46

fragmen gen sebelumnya, yaitu menggunakan program BioEdit dimana sekuen

AzoR3 dijadikan reverse complement-nya. Hasil konsensus yang merupakan

urutan lengkap sekuensing fragmen 229 ini adalah seperti pada gambar dibawah

ini di mana terdapat 230 pb.

1 TGGATCACCT ATACCCTCGT CGATTGGTTA TTAGAGAGCC TGGAGCTCGA 50

51 CGCCAGCCTG TTCCATGTCG GCCGCTAGTG CGGCGGCTGG CACGCCAGCA 100

101 CCCAGGGCAT GGGCCGGGCC AGTTTCCACC TGGTGGTGCA GGGCCATTGC 150

151 TGGCTGCATA TCGATGGCCA GGCGCAGCCG CTGCGACCTG GAGAGCGGCG 200

201 ATTCGGTGAA CCTGTTGCGT GACCTGAAGA

Gambar 5.7 Urutan konsensus nukleotida fragmen 229 pb.

5.6 Analisis Urutan Nukleotida

Kedua fragmen produk PCR yang telah diketahui sekuen lengkapnya

dianalisis dengan menggunakan prosedur bioinformatika. Pertama yang dilakukan

adalah mengetahui kesamaan kedua sekuen yang dihasilkan dengan urutan

nukleotida pengkode enzim lipase milik bakteri Azospirillum sp. B510.

Pensejajaran sekuen-sekuen dari hasil PCR DNA Azospirillum sp. JG3 ini

menggunakan software Clustal Omega. Software ini merupakan versi terbaru dari

generasi sebelumnya yaitu ClustalW dan ClustalX yang diyakini memiliki tingkat

keakuratan data lebih baik dibanding dengan seri lamanya. Hasil penjajaran

sekuen 829 pb dan 230 pb dengan gen lipase dari Azospirillum sp. B510 disajikan

pada gambar di bawah ini:

CLUSTAL O(1.1.0) multiple sequence alignment

Azo_sp_B510 ATGCGGCGTAGCGGGTTGGCGGCTGTCGGCTTGGCGGCTGTTCTCGGGCTGGGGCTTCTG

Azo_sp_JG3_820 ---------------TTTTCAGGGGACGGCAA-----CA-GGCTCGTACCTCAACATCAA

** *.* *:****:: *: **** .* ..*:**:.

Azo_sp_B510 CTTGGCGGCTGCGCCGCGGATTTCCAGCCGATGGGAGCGGCCGTCGTCGAGCCGCGGTTG

Azo_sp_JG3_820 CTTGGAGGATG----------------CCGGGGACAGCGGCCGTAC--------------

*****.**.** ***. *. *********.

Azo_sp_B510 AACGACCGGGGACTGATCGCCGCCGACGGATTCGAGCTGCCGATGCGTTCCTGGCTGCCG

Azo_sp_JG3_820 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 GCGGACGGCAAGGTCCGGGCGGCGGTGGT-CGCCCT---GCATGGCTTCAACGACTATTC

Azo_sp_JG3_820 ---GAGCGCTAGGGCCGAGCGACGTTATGACTTCCGTTAGTAGGGGAA------C-AATC

** **:*** ***.***.** *. * ** * * ** :: * *:**

Page 17: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

47

Azo_sp_B510 CAACGCCTTCGACGGCGC-----CGGCCGCGACTTCGCCGCCGCCGGCA---TCGCCACC

Azo_sp_JG3_820 CG------TACAGTGCGCAAGCCCGGCCGG-ATTACATGGCCACCCGGATTGGCGCCACC

*. *. * **** ****** * *:*. ***.** * * *******

Azo_sp_B510 TACGCCT--------ATGACCAGCGCGGTTTCGGCGCCACCCGCGACCGCGGCGTATGGC

Azo_sp_JG3_820 AATAGCGGGGGCTCTACGTTGGGAACGGAATCAGGCCG--TCGTGCGTGCAGCATTTGGC

:* . * * *: .*..***::**.* * ** *. **.**.*:****

Azo_sp_B510 CGGGCACACCGACCCTGGTCAGCGACGCCCGCACCGCGGTCGAAATGGTGCGCCGACGCC

Azo_sp_JG3_820 GGGGTAGCGCGCATATGAATTACGA-------------------GTGCTGAACCAAATC-

*** * . **.. .**.: :.*** .** **..**.*. *

Azo_sp_B510 ATCCCGGCGTCCCGGTCTATCTTCTGGGCGAAAGCATGGGTGGGGCGGTGGTGCT-----

Azo_sp_JG3_820 AATCCG---------ACATACTATGGG--GAGAGCGTGATCGGTGCACTGGAAGACATAA

*: *** :*:::**: ** **.***.**. ** **. ***:. :

Azo_sp_B510 ----CACCGCGATGACCGGCCCCAATCCGCCCGAGGTCGCCGGCACCATCCTGGTCGCCC

Azo_sp_JG3_820 CGCAAGCCACGGTGGATGA-----TTATACCCG-GGCAG-----------CCGGTCGCCC

..**.**.**.. *. :*. .**** ** .* * ********

Azo_sp_B510 CC-GCCGTCTGGGGCCGGCA--GGCC------ATGGGCTTCTTCCCGCGCGCC----GCC

Azo_sp_JG3_820 ACAAACATCTGGAAGCGGGGGTGATCAAAGATTTGTGCATAAAA-CAGGCGCCGGACGTC

.* ..*.*****.. *** . *. * :** **:*.::. *. ***** * *

Azo_sp_B510 CTGTGGATCACCTATACCCTCGTCCCCGGCATGGTCGTCCATCCGCCGCAGGATTTGGAC

Azo_sp_JG3_820 CGGAGCGAGTTTTTTGCA--------CGGA----TC---TTTGATACACAGGATTTCGAG

* *:* .: : *:*.*. ***. ** :* . .*.******** **

Azo_sp_B510 ATCCATCCATCCGACAACATCGAGATGCTGCGGGCGCTCGGCCGCGACCCGCTGGTCATC

Azo_sp_JG3_820 CTCCCACTGG---------GCG------AGCTGGCTGCCGGCCGTTA-----------GA

.***.:* . ** :** *** ****** * .

Azo_sp_B510 AAGGGATCGCGGGTCGATGCGCTGGAGGGGTTGACCGACCTGATGGGCAGCGCGCTCG--

Azo_sp_JG3_820 ATCGGATCGCCG-----TGGACGGATGGGGTAACCTGTCTTCAAACACACCGATCACGTC

*: ******* * ** .* *.:*****:..* *:* * *:. .** **. *:**

Azo_sp_B510 ----------------------------------ACGCCTGCCAGCA--TCTGCAAATCC

Azo_sp_JG3_820 CTCACGATACCGTCCACAGGGTTGATGTCCTCCGACCACTGCCAACTGATCTGCCACGCC

** .******.*: *****.*. **

Azo_sp_B510 CGTCCCTGGTCC--TCTATGGCGCGCATGAGGAGGTGCTGCCA-CCCAAGCCGGTCGAG-

Azo_sp_JG3_820 CTAGGGTTGGCCACTCCACGTCCAGCCAGAAGAGGGCCAGATTGCCGTCGCCAGGCAAGA

* : * * ** ** * * * .**.:**.**** *:*. : ** :.***.* *.**

Azo_sp_B510 ---------------CGGGCACTGAAGGAGTTCGA-----A----ACCGGC-----GGGC

Azo_sp_JG3_820 GCCGCCATAAAGACATGGGCCCAATCAGCGTTCCATCGGTAATCGCCCAGCATGGTCTAT

****.*:.:..*.**** * * .**.** .

Azo_sp_B510 GGCATGTCGTCGCCGTCTATCCCGACGGCTACCACATGCTGTTGCGTGACCTGAAGGGCA

Azo_sp_JG3_820 GACAGGAAGTCGCCGTCTTAAACAAAGTCAGAGTCGGGCTATCCC-----CTGG--CG--

*.** *:.**********::..*.*.* *:.. :*. ***.* * ***. *

Azo_sp_B510 AACTGGTCGTCGACGACATCGTCGCCTGGATCGAAAACCCGAAGCTGCCGCTGGCCAGCG

Azo_sp_JG3_820 --CTTGTAGTAAGCGACGTAGACGGCGTGTGC----------------------------

** **.**...****.*.*:** * *: *

Azo_sp_B510 GCGCCGACCGCGCTCCAAGGGCCCTGCTCGCCTCCAAGTGA

Azo_sp_JG3_820 -AGTCG------------------AGCATGCC---------

.* ** :**: ***

Gambar 5.8 Hasil Penjajaran sekuen fragmen 820 Azospirillum sp. JG3

dengan Azospirillum sp. B510.

Page 18: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

48

CLUSTAL O(1.1.0) multiple sequence alignment

Azo_sp_B510 ATGCGGCGTAGCGGGTTGGCGGCTGTCGGCTTGGCGGCTGTTCTCGGGCTGGGGCTTCTG

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 CTTGGCGGCTGCGCCGCGGATTTCCAGCCGATGGGAGCGGCCGTCGTCGAGCCGCGGTTG

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 AACGACCGGGGACTGATCGCCGCCGACGGATTCGAGCTGCCGATGCGTTCCTGGCTGCCG

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 GCGGACGGCAAGGTCCGGGCGGCGGTGGTCGCCCTGCATGGCTTCAACGACTATTCCAAC

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 GCCTTCGACGGCGCCGGCCGCGACTTCGCCGCCGCCGGCATCGCCACCTACGCCTATGAC

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 CAGCGCGGTTTCGGCGCCACCCGCGACCGCGGCGTATGGCCGGGCACACCGACCCTGGTC

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 AGCGACGCCCGCACCGCGGTCGAAATGGTGCGCCGACGCCATCCCGGCGTCCCGGTCTAT

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 CTTCTGGGCGAAAGCATGGGTGGGGCGGTGGTGCTCACCGCGATGACCGGCCCCAATCCG

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 CCCGAGGTCGCCGGCACCATCCTGGTCGCCCCCGCCGTCTGGGGCCGGCAGGCCATGGGC

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 TTCTTCCCGCGCGCCGCCCTGTGGATCACCTATACCCTCGTCCCCGGCATGGTCGTCCAT

Azo_sp_JG3_229 ---------------------TGGATCACCTATACCCTCGTCGATTGGTTATTAG-----

********************* . * :*. *.*

Azo_sp_B510 CCGCCGCAGGATTTGGACATCCATCCATCCGACAACATCGAGATGCTGCGGGCGCTCGGC

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 CGCGACCCGCTGGTCATCAAGGGATCGCGGGTCGATGCGCTGGAGGGGTTGACCGACCTG

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 ATGGGCAGCGCGCTCGACGCCTGCCAGCATCTGCAAATCCCGTCCCTGGTCCTCTATGGC

Azo_sp_JG3_229 -AGAGCCTGGAGCTCGACGCCAGCCTGTTCCATGTC------------GGCCGC------

:*.**. *.**********:***:* : *: :. * ** *

Azo_sp_B510 GCGCATGAGGAGGTGCTGCCA--------CCCAAG-------CCGGTCGAGCGGGCA-CT

Azo_sp_JG3_229 ----TAGTGCGGCGGCTGGCACGCCAGCACCCAGGGCATGGGCCGGGCCAGTTTCCACCT

::*:* .* **** ** ****.* **** * ** ** **

Azo_sp_B510 GAAGGAGTTCGAAACCGGCGGGCGGCATGTCGTC-----------GCCGTCT--------

Azo_sp_JG3_229 GGTGGTGCAGGGCCATTGCTGGCTGCATATCGATGGCCAGGCGCAGCCGCTGCGACCTGG

*.:**:* : *.... ** *** ****.***: ****

Azo_sp_B510 ATCCCGACGGCTACCACATGCTGTTGCGTGACCTGAAGGGCAAACTGGTCGTCGACGACA

Azo_sp_JG3_229 AGAGCGGCGATTCGGTGAACCTGTTGCGTGACCTGAAGA---------------------

* . **.**. *. : *: ******************.

Azo_sp_B510 TCGTCGCCTGGATCGAAAACCCGAAGCTGCCGCTGGCCAGCGGCGCCGACCGCGCTCCAA

Azo_sp_JG3_229 ------------------------------------------------------------

Azo_sp_B510 GGGCCCTGCTCGCCTCCAAGTGA

Azo_sp_JG3_229 -----------------------

Gambar 5.9 Hasil Penjajaran sekuen fragmen 229 Azospirillum sp. JG3

dengan Azospirillum sp. B510.

Page 19: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

49

Berdasarkan hasil pensejajaran baik sekuen 829 pb dan 230 pb dari

Azospirillum sp. JG3 dengan sekuen gen lipase dari Azopsirillum sp. B510

menunjukkan bahwa sekuen 829 pb yang dihasilkan belum memenuhi daerah

amplifikasi seperti yang diperkirakan pada waktu desain primer sedangkan untuk

sekuen 230 pb hampir mendekati. Daerah tersebut adalah daerah belakang yang

merupakan posisi target amplifikasi gen target. Hal ini disebabkan karena

perbedaan jenis DNA yang teramplifikasi pada dua bakteri tersebut. Gen

pengkode lipase dari Azospirillum sp. B510 berasal dari plasmid pAB510c

(Kaneko et al, 2010) sedangkan yang diuji dari DNA Azospirillum sp. JG3

merupakan DNA kromosom. Meskipun begitu sekuen-sekuen hasil PCR tersebut

masih memiliki prosentase kemiripan dengan sekuen lipase pAB510c milik

Azospirillum sp. B510.

Tanda bintang menunjukkan nukleotida yang sama pada semua fragmen

yang dibandingkan. Perbandingan urutan nukleotida fragmen 829 pb dan 230 pb

menunjukkan prosentase kemiripan berturut-turut sebesar 55,59% dan 61,03%

dengan gen pengkode lipase milik Azospirillum sp. B510 pada plasmid pAB510c.

Tingkat kemiripan kedua sekuen hasil ini bisa dikatakan hampir sama karena

perbedaannya yang tidak terlalu signifikan. Berdasarkan data-data ini bisa

diindikasikan bahwa Azospirillum sp. JG3 memiliki bagian dari gen pengkode

lipase yang terletak pada kromosomnya. Penelitian lanjut tentang keberadaan gen

pengkode enzim lipase pada bakteri ini masih sangat diperlukan, baik dari segi

DNA kromosomik maupun DNA plasmid dengan menggunakan primer yang

lebih spesifik, misal degenerate primer.

Tingkat kemiripan antar gen lipase sebelumnya pernah dibahas oleh Bell

et al. (2002). Pada ulasannya, meskipun urutan gen lipase tersebut memiliki

struktur dan mekanisme yang sama, gen-gen lipase menunjukkan sedikit

kemiripan (kurang dari 20%) pada tingkat asam amino. Hal demikian juga

dibuktikan oleh Beven, et al., 2008, bahwa sekuen gen lipase A dan lipase B dari

Ps. fluorescens C9 memiliki sedikit sekali kemiripan, yaitu kurang dari 10%

dengan menggunakan program pensejajaran Clustal. Beven et al., 2008, juga

Page 20: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

50

membandingkan lipase A Ps. fluorescens dengan sesama lipase A dari Ps. fragi

yang hanya memiliki kemiripan 45%.

Analisis nukleotida dari kedua fragmen hasil ini juga dilakukan dengan

menggunakan software nucleotide BLAST dari NCBI. Azospirillum sp. JG3

merupakan bakteri yang diisolasi dari tanah dari golongan bakteri gram negatif.

Analisis nucleotide BLAST menunjukkan kemiripan ~90% untuk fragmen 230

bp dan ~70% untuk fragmen 829 pb (lampiran 5) dengan bakteri tanah gram

negatif lainnya, yaitu Pseudomonas sp, tetapi sayangnya enzim yang dikode

bukan dari golongan lipase melainkan merkuri reduktase dan AraC family

transcriptional regulator.

(A)

(B)

Gambar 5.10 Distribusi hasil BLASTing dari (A) fragmen 230 pb

(B) fragmen 829 pb.

Page 21: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

51

Berikut ini adalah daftar kemiripan fragmen gen 230 pb dan 829 pb

dengan bakteri Pseudomonas sp.

Tabel 5.4 Hasil pensejajaran dengan BLAST dari fragmen 230 pb.

Deskripsi Max

Score

E-

Value

Max

Ident

(%)

Pseudomonas entomophila str. L48, kromosom,

sekuen lengkap

274 2E-70 90

Pseudomonas putida HB3267, genom lengkap 260 3E-66 88

Pseudomonas putida S16, genom lengkap 255 1E-64 87

Pseudomonas putida GB-1, genom lengkap 248 2E-62 86

Pseudomonas putida DOT-T1E, genom lengkap 246 6E-62 86

Pseudomonas putida ND6, genom lengkap 246 6E-62 86

Pseudomonas putida F1, genom lengkap 246 6E-62 86

Pseudomonas putida BIRD-1, genom lengkap 242 7E-61 86

Pseudomonas putida KT2440, genom lengkap 237 3E-59 86

Pseudomonas protegens CHA0, genom lengkap 210 4E-51 85

Pseudomonas protegens Pf-5, genom lengkap 210 4E-51 82

Tabel 5.5 Hasil pensejajaran dengan BLAST dari fragmen 829 pb

Deskripsi Max

Score

E-

Value

Max

Ident

(%)

Pseudomonas putida HB3267, genom lengkap 271 6E-69 76

Pseudomonas putida KT2440, genom lengkap 241 1E-59 74

Pseudomonas putida BIRD-1, genom lengkap 230 2E-56 74

Pseudomonas putida ND6, genom lengkap 226 2E-55 73

Pseudomonas putida F1, genom lengkap 226 2E-55 73

Dari data BLAST ini meragukan asumsi pertama bahwa bakteri

Azospirillum sp. JG3 pada kromosomnya terdapat gen pengkode lipase. Analisis

peneliti menyimpulkan ada dua kemungkinan sehingga didapatkan data seperti

ini. Pertama, Azospirillum sp. JG3 tidak menutup kemungkinan mampu

menghasilkan enzim lain di samping lipase yang terdapat pada untaian DNA

Page 22: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

52

kromosomnya. Hal ini tentunya memerlukan investigasi lebih lanjut. Kedua, dari

awal ada kontaminan bakteri lain yang terdapat pada kultur bakteri yang akan

diisolasi DNA kromosomnya. Dugaan terbesar adalah adanya Pseusomonas sp.

yang sama-sama merupakan bakteri tanah gram negatif. Dengan demikian untuk

penelitian selanjutnya perlu dilakukan uji kemurnian dari isolat bakteri

Azospirilium sp. JG3 seperti yang dilakukan oleh Nurosid et al. (2008) sebelum

dilakukan karakterisasi fragmen gen pengkode lipase maupun pengkode enzim

lainnya.

Page 23: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Primeretd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/61973/potongan/S1-2014... · protein dengan tetap menjaga kestabilan untai DNA target pada pH dan

53

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh pada penelitian ini, maka dapat

disimpulkan beberapa hal berikut:

1. Urutan nukleotida enzim asilgliserol lipase dari Azospirillum sp. B510

dapat digunakan untuk desain primer PCR dalam rangka mengamplifikasi

fragmen gen lipase dari Azospirillum sp. JG3.

2. Pasangan primer AzoF3 (5’ GGA TCA CCT ATA CCC TCG TC 3’) dan

AzoR3 (5’ CTT CAG GTC ACG CAA CAG 3’) dapat mengamplifikasi

fragmen gen putatif lipase Azospirillum sp. JG3 dengan panjang fragmen

829 pb (0,8 kb) dan 230 pb (0,2 kb).

3. Urutan nukleotida fragmen gen putatif lipase Azospirillum sp. JG3

masing-masing memiliki kemiripan 55,59% (0,8 kb) dan 61,03% (0,2 kb)

dengan urutan nukleotida pengkode enzim asilgliserol lipase milik

Azospirillum sp. B510 (NC_013857).

6.2 Saran

Penelitian ini masih memerlukan investigasi lebih lanjut mengenai

kecocokan primer dengan cetakan DNA Azospirillum sp. JG3 dan disarankan

kedepannya untuk menggunakan degenerate primer yang disusun berdasarkan

urutan asam amino dari beberapa lipase bakteri. Bisa juga dalam penelitian

digunakan primer yang tetap disusun berdasarkan urutan DNA pengkode

asilgliserol lipase milik Azospirillum sp. B510 di mana urutan primer diambil

pada daerah yang terletak di antara daerah conserve.