bahan abrasif

59
3 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Abrasif 2.1.1 Pengertian Abrasif Abrasi adalah suatu proses untuk pelepasan suatu bahan yang dikenakan pada permukaan suatu bahan oleh bahan yang lain dengan penggosokan, pencungkilan, pemahatan, pengasahan atau dengan caxra mekanis lainnya secara berulang ulang oleh suatu gesekan (Anusavice, 2004). 2.1.2 Macam-macam Bahan Abrasif Ada beberapa jenis bahan abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas, kapur, korundum, intan, akik, pumis dll. Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak (Naibaho, 2004). 2.1.2.1 Bahan Abrasif Alami

Upload: rinda-julianti

Post on 22-Oct-2015

1.418 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Bahan Abrasif

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Abrasif

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bahan Abrasif

2.1.1 Pengertian Abrasif

Abrasi adalah suatu proses untuk pelepasan suatu bahan yang

dikenakan pada permukaan suatu bahan oleh bahan yang lain dengan

penggosokan, pencungkilan, pemahatan, pengasahan atau dengan caxra

mekanis lainnya secara berulang ulang oleh suatu gesekan (Anusavice, 2004).

2.1.2 Macam-macam Bahan Abrasif

Ada beberapa jenis bahan abrasif yang tersedia tetapi hanya yang

umum yang digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah

mencakup batu Arkansas, kapur, korundum, intan, akik, pumis dll.

Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih

disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak

(Naibaho, 2004).

2.1.2.1 Bahan Abrasif Alami

Bahan Abrasif Alami menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :

1. Batu Arkansas.

Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu

muda dan semi transluler yang ditambang di Arkansas.

Page 2: Bahan Abrasif

4

2. Kapur.

Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah

abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat.

3. Korundum.

Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna

putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium,

yang sudah banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental.

4. Intan.

Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas

karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut super

abrasif karena kemampuannya untuk mengasah substansi apapun.

5. Amril.

Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat

dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam

bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran.

6. Akik.

Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang

mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah

silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan.

Page 3: Bahan Abrasif

5

7. Pumis.

Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silica berwarna abu-

abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga

dapat ditemukan pada abrasif karet.

2.1.2.2 Jenis Bahan Abrasif Buatan

Bahan Abrasif Buatan menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :

1. Silikon karbid

Abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang

pertama kali dibuat. Silikon tersebut sangat keras dan rapuh.

Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk

partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efesiensi pemotongan

yang sangat tinggi untuk berbagai bahan termasuk, keramik, dan

bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai bahan abrasif pada

disk dan instrumen bonding vitraus serta karet.

Page 4: Bahan Abrasif

6

2. Oksida Alumunium

Abrasif sintetik kedua yang dikembangkan sesudah silikon karbid.

Oksida aluminium sintetik ( alumina) dibuat berupa bubuk

berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina

alami) karena kemurnianya. Oksida ini dipakai untuk oksida

bonding, abrasif berbentuk lapisan. White stone dibuat dari oksida

aliminium yang disintering untu merapikan email gigi, logam

campur, maupun bahan keramik.

3. Rouge

Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna

merah dalam rouge, bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan

berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk

memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.

Page 5: Bahan Abrasif

7

4. Oksida timah

Abrasif yang sangat halus ini digunakan sebagai bahan pemoles

untuk gigi dan restorasi logam di dalam mlut. Bahan ini dicampur

dengan air, alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif

ringan.

5. Abrasif intan sintetik

Intan buatan digunakan khusus sebagai bahan abrasif yang

memiliki lima kali tingkat abrasif dibandingkan intan alami.

Digunakan pada gergaji intan, bur intan(Anusavice, 2004).

2.1.2.3 Macam-Macam Bahan Abrasif Berdasarkan Kegunaannya

a. Bahan Abrasif Finishing

Merupakan bahan abrasif yang umumnya keras, kasar yang

digunakan pada permulaan untuk menghasilkan suatu

kontur/bentuk dari sebuah restorasi tau preparasi gigi dan untuk

membuang segala komponen permukaan yang tidak teratur.

Contoh : sand/pasir, carbides, zirconium silikat, emery.

Page 6: Bahan Abrasif

8

b. Bahan Abrasif Polishing

Mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dan bahan abrasi yang

digunakan umumnya kurang kekerasannya daripada bahan abrasi

yang digunakan untuk finishing. Bahan abrasi polishing ini digu

nakan untuk permukaan yang lebih halus yang telah diasah terlebih

dahulu oleh bahan abrasi finishing.

Contoh : aluminium oksid, garnet, pumice, kalsit, dll.

c. Bahan Abrasif Cleansing

Merupakan bahan yang halus dengan partikel yang berukuran kecil,

dan diharapkan mampu menghilangkan deposit-deposit halus yang

melekat di enamel atau pada suatu bahan restorasi.

Contoh : kaolin, kieselguhr (Naibaho, 2004)..

1. Berdasarkan Jenis dan Komposisi yang Dinilai Menurut Kekerasan

dan Ukuran dari Partikel Bahan Abrasif

a. Bahan Abrasif Keras

1. Diamond

2. Carbides : boron, tungsten, silikon

3. Oxide : aluminium, cornundum

b. Bahan Abrasif Sedang

1. Silikat : magnesium, pumice, tripoli

2. Zircates : zirconium silikat

3. Kieselguhr (Naibaho, 2004).

2.1.2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Daya abrasi Pembersih Gigi

Menurut Anusavice tahun 2004 faktor- faktor yang mempengaruhi

daya abrasi pembersih gigi yaitu :

1. Faktor- Fakor Ekstraoral

a. Jenis,Ukuran, dan Jumlah partikel pada pembersih gigi.

Jenis partikel bahan abrasif yang mempunyai tepi tajam akan

lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul,ukuran

partikel bahan abrasif lebih besar atau lebih lebar akan

Page 7: Bahan Abrasif

9

menghasilkan goresan yang lebih dalam daripada bahan abrasif

yang lebih kecil dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi

membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi.

b. Jumlah pembersih yang digunakan

Pembersih yang banyak digunakan adalah pasta dan pasta gigi,

ini disebabkan karena konsentrasi bahan abrasif pada pasta dan

pasta gigi berbentuk gel adalah 50-75 % lebih rendah daripada

bubuk.Oleh karena itu,bubuk lebih jarang digunakan karena

lebih memungkinkan terjadinya abrasi dentin dan sensitivitas

pulpa.

c. Jenis sikat gigi

Jenis sikat gigi yang mempunyai bulu-bulu lebih lentur akan

lebih mudah menekuk dan membawa lebih banyak partikel

abrasif untuk berkontak dengan struktur gigi dengan tekanan

yang relatif lebih ringan daripada jenis sikat gigi yang lebih

kasar.

d. Metode penyikatan gigi dan tekanan yang digunakan selama

penyikatan

Kecepatan gerakan menggosok selama penyikatan partikel

abrasif yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam

dan tekanan yang diberikan selama penyikatan,tekanan yang

terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan

meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.

e. Frekuensi dan Lama penyikatan

Yang terpenting didalam penyikatan gigi tidak perlu kuat tetapi

lama minimal 2 menit setiap kali menyikat gigi,ini adalah salah

satu cara untuk mengurangi daya abrasi.

f. Kemampuan koordinasi pasien

Kemampuan koordinasi pasien misalnya  dengan

menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat mengikis email

gigi, seperti menggigit pensil pulpen atau korek gigi dan tusuk

Page 8: Bahan Abrasif

10

gigi, Meskipun gigi bagian terkeras, tapi gigi juga rentan

terhadap kekuatan lemah yang dilakukan secara konstan.

2. Faktor Intraoral

a. Konsistensi saliva dan jumlahnya (variasi normal).

b. Xerostomia akibat obat, patologi kelenjar saliva, dan terapi

radiasi.

c. Keberadaan, jumlah, dan kualitas deposit gigi yang ada (pelikel,

plak, kalkulus).

d. Permukaan akar gigi yang terbuka

Adanya bahan restorasi, protesa gigi, dan alat ortodonsi.

2.1.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Abrasif

A. Kelebihan Bahan Abrasif

1. Ekonomis

2. Mudah digunakan

3. Estetika baik.

4. Kesehatan Oral (Vanable dan Lopresti, 2005).

B. Kekurangan Bahan Abrasif

1. Tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan potongan yang lebih

dalam pada area tersebut, menyebabkan kekasaran permukaan yang

berisiko menempelnya plak dan permukaan terlihat kusam

2. Menggunakan bahan abrasif yang lebih lunak dari pada permukaan

akan merusak bahan abrasif tersebut

3. Luka pada pulpa gigi dikarenakan menggosok material terlalu cepat

4. Risiko silikosis pernapasan karena pemajanan kronis terhadap

partikel bahan ini yang ada di udara cukup besar karena itu tindakan

pencegahan harus selalu dilakukan. Misalnya: Kieselguhr, karena

bahan yang paling halus (Vanable dan Lopresti, 2005).

Page 9: Bahan Abrasif

11

2.1.3 Manfaat Bahan Abrasif

Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut

untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi yakni: kesehatan mulut,

fungsi, dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan

meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa

makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah

permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan

yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan

pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi

dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua

permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas

karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles

dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles

dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan

oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah

kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi

tetangga maupun antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi

seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi

dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak

yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan

stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat

dokter gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara

berbeda daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang

mirip cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin

secara estetik kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya

bila berada di daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari

gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena

tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak anatomi

yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi

kesehatan maupun fungsi rongga mulut (Naibaho, 2004).

Page 10: Bahan Abrasif

12

2.2 Bahan Polish

2.2.1 Pengertian Bahan Polish

Polishing merupakan rangkaian prosedur yang berfungsi untuk

mengurangi atau menghilangkan goresan-goresan yang terjadi dari proses

pekerjaan sebelumnya. Pekerjaan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga

dapat menghasilkan permukaan restoratif yang mengkilat (Dwitanti, 2011).

2.2.2 Fungsi Bahan Polish

Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan :

1. Meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi

sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi

daerah permukaan dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi.

Permukaan yang lebih halus akan lebih mudah dijaga kebersihannya

dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-

hari karena dental flos dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang

lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi.

2. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipolis dengan

baik sisa makanan tidak mudah melekat pada permukaan restorasi

selama proses mastikasi. Yang terpenting, daerah kontak restorasi

yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga

maupun antagonisnya. Hal ini terjadi pada restorasi porselen yang

mempunyai kekerasan yang lebih dibanding email dan

dentin.permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan yang

tinggi pada gigi sehingga dapat menimbulkan hilangnya kontak

fungsional dan stabilitas antar gigi (Dwitanti, 2011).

2.2.3 Macam-macam Bahan Abrasif yang digunakan dalam proses

Polishing di Kedokteran Gigi

Kapur

Merupakan salah satu bentuk mineral dari calcite. Kapur adalah

abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. digunakan

Page 11: Bahan Abrasif

13

sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran

emas, amalgam, dan bahan plastis (Mac Cabe, 2008).

Pumice

Merupakan bahan silika yang berwarna abu-abu muda yang

dihasilkan dari aktivitas gunung berapi. Digunakan terutama

dalam bentuk pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet.

Kedua bentuk ini digunakan pada bahan plastik. Tepung pumis

adalah derivat batu volakanik yang sangat halus dari Italia dan

digunakan untuk memoles email gigi, lempeng emas, amalgam

gigi, dan resin akrilik (Mac Cabe, 2008).

Cuttle

Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk

abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari

bagian dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia.

Merupakan bubuk putih calcareus yang digunakan untuk prosedur

abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi

amalgam gigi (Mac Cabe, 2008).

Page 12: Bahan Abrasif

14

Aluminium oxide

Adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan setelah silikon

karbid. Aluminium oxide berupa bubuk berwarna putih. Dapat

lebih keras daripada korundum (alumina alami) karena

kemurniannya. Aluminium oxide banyak digunakan untuk

merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan keramik.

Emery yang merupakan suatu aluminium oxide alam yang sering

disebut corundum,aluminium oxide adalah bahan abrasive murni

dari berbentuk emery,garnet dibentuk dari sejumlah mineral

digunakan pada polishing gigi (Mac Cabe, 2008).

Amril.

Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang

dibuat dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya

dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran

kekasaran. Dapat digunakan untuk memoles logam campur atau

bahan plastis (Mac Cabe, 2008).

Quartz.

Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat

keras, tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral

yang sangat banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel kristalin

quatrz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang tajam

yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz

digunakan terutama untuk merapikan logam campur dan dapat

digunakan untuk mengasah email gigi (Mac Cabe, 2008).

Page 13: Bahan Abrasif

15

Tripoli.

Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan

rapuh. Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis

yang berwarna abu-abu dan merah adalah yang paling sering

digunakan dalam kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi

partikel yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat lunak

menjadi batang-batang senyawa pemoles. Digunakan untuk

memoles logam campur dan beberapa bahan plastik (Mac Cabe,

2008).

Rouge.

Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna

merah dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan

berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk

memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi (Mac Cabe,

2008).

Oksida Timah.

Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai

bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut.

Bahan ini dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk

membentuk pasta abrasif ringan (Mac Cabe, 2008).

Page 14: Bahan Abrasif

16

2.2.4 Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran

gigi

Kekerasan partikel abrasif; misalnya, diamond adalah bahan

yang paling keras, sedangkan batu apung, batu akik, dan lain-

lain relatif lebih lunak

Bentuk partikel bahan abrasif; partikel yang mempunyai tepi

tajam akan lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul.

Besar partikel bahan abrasif; partikel yang lebih besar sanggup

menghasilkan goresan yang lebih dalam.

Sifat-sifat mekanis bahan abrasif; bila bahan abrasif pecah,

hendaknya dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi kerapuhan

suatu bahan abrasif dapat merupakan suatu keberuntungan.

Kecepatan gerakan menggosok; gerakan partikel abrasif yang

perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam.

Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok, tekanan yang

terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan

meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.

Sifat-sifat bahan yang hendak digosok; bahan yang rapuh dapat

digosok dengan cepat, sedangkan bahan yang lunak dan kenyal

(misalnya, emas murni) akan mengalir dan bukannya terasah

oleh abrasif (Syafiar L, 2011).

Page 15: Bahan Abrasif

17

2.3 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Akrilik Resin

Komposit dan Tumpatan Semen

2.3.1 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish padaResin Akrilik

Aplikasi dan BahanAbrasifdanPolishpada Resin Akrilik menurut

Anusavice tahun 2004 yaitu :

1. Batu Arkansas

Batu endapan silika warna abu-abu muda dan semitranslusen yg

ditambang di Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal. Corak

padat,keras, seragam. Potongan kecil dicekatkan pd batang logam lalu

ditruin keberbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam

campur.

2. Pasir

Campuran partikel mineral kecil terutama silika. Berwarna

warnisehingga punya penampilan yg khas. Bentuk bulat atau

angular.Diaplikasikan dengan tekanan udara untuk menghilangkan

bahan tanamdari logam campur pengecoran. Dapat dilapiskan pada

disk kertas untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.

3. Pumis

Silika abu-abu muda. Dalam bentuk pasir atau abrasif karet. Untuk

bahan plastik. Bubuknya adalah derivat batu vulkanik yg sangat halus

dariitalia dan digunakan memoles email, lempeng emas, amalgam,

dan resin akrilik.

Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasive dan polish :

1. Kelebihan atau tonjolan akrilik dihilangkan dengan

menggunakan Arkansas stone yang telah dipasang pada mini

drill. Kemudian, permukaan akrilik bagian luar dihaluskan

dengan Arkansas stone, lalu diratakan dengan rempelas kasar

dan halus. Permukaan akrilik bagian dalam (fitting surface) yang

menempel pada gusi pasien tidak boleh dihaluskan karena akan

Page 16: Bahan Abrasif

18

mengakibatkan protesa longgar.Selanjutnya Vilt cone dipasang

pada minidrill, ambil pumice yang telah dicampur dengan air,

oleskan pada vilt cone dan digosokkan ke seluruh permukaan

luar resinakrilik. Setelah tampak halus, permukaan digosok

dengan kain wol atau flannel sampai terlihat mengkilat tinggi

(hooglans) atau seperti permukaan kaca (Tim Pengajar

Teknologi Kedokteran Gigi, 2010).

2. Finishing Dan Polishing Resin Akrilik

a. Finishing :

Pasang bur Arkansas di mini drill.

Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan

menggerus tonjolan atau permukaan kasar pada resin

akrilik. 

Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi

permukaan kasar.

Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi

ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin

akrilik dengan ampelas halus tersebut.

b. Polishing :

Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat

resin akrilik semakin halus dan mengkilat.

Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice

(yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih

banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata brush

atau dengan menggunakan mesin brush

Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area

permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus

ketika diraba.

Untuk membuat resin akr ilik menjadi mengkilat, gunakan

kain wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok

permukaan resin akrilik dengan kain tersebut (USU, 2012).

Page 17: Bahan Abrasif

19

2.3.2 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Komposit

Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Komposit menurut

Anusavice 2004 yaitu :

1. Intan

Mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon.

Senyawa paling keras, disebut super abrasif karena dapat mengasah

substansi apapun. Digunakan pada bahan keramik dan resin

komposit

2. Abrasif intan sintetik

Digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat 5 kali lebih besar dari

tingkat abrasif intan alami. Digunakan pada gergaji intan, roda, dan

bur intan. Blok yang ditanami partikel intan digunakan untuk

mengasah jenis abrasi yang lain. Pasta pemoles intan juga dibuat dari

partikel yang diameternya lebih kecil dari 5 um dan digunakan untuk

memoles bahan keramik. Abrasive intan sintetik digunakan terutama

untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan resin komposit.

3. Instrument Poles : abrasif karet, disk dengan partikel halus atau

amplas, dan pasta poles dengan partikel halus.

Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasif dan polish.

1. Finishing Dan Polishing Resin Komposit

Finishing dapat dilakukan 5 menit setelah dicuring. Finishing

dilakukan dengan menggunakan pisau atau diamond stone.

Finishing yang terakhir dapat dilakukan dengan mengunakan

karet abrasif atau rubber cup dan disertai pasta pemolis atau disk

aluminium oksida (USU, 2012).

2. Finishing Dan Polishing Composite

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan

restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat

permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera

setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau

sekitar 3 menit setelah pengerasan awal (USU, 2012).

Page 18: Bahan Abrasif

20

Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades,

seperti 12 atau12b atau specific resin carving instrument yang

terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium.

2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs,

berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber

point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta

polishing (Manappallil, 2003).

a. Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar

pada resin komposit dan dapat digunakan untuk membentuk

anatomi pada permukaan restorasi.

b. Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi.

Bagian yang abrasive dari disk dapat mencapai bagian

embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari

beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa

digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan

polishing.

c. Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang

paling kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang

yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat

permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang

utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat

permukaan yang terdapat ekses membentuk groove,

membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta

membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi

anterior.

d. Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan

proksimal margin gingival untuk membuat kontak

Page 19: Bahan Abrasif

21

interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik.

Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang

besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-

hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum,

dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk

finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis

dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara

berurutan (Manappallil, 2003).

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk

menghilangkan ekses-ekses di area proksimal, dan margin

gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari

resin komposit.

2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash

dari resin komposit pada aspek distal

3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur

dan untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi

resin komposit.

4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi

oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide

digunakan untuk menghaluskan permukaan oklusal

restorasi

6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau

finishing atau polishing permukaan proksimal untuk

membuat kontak proksimal (Manappallil, 2003).

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus

menyesuaikan bentuk restorasi sesuai dengan anatomi gigi

yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.

Page 20: Bahan Abrasif

22

2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal

seperti tactil, kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak

oklusal dengan gigi antagonisnya (Manappallil, 2003).

2.3.3 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Tumpatan Semen

(GIC)

a. Klasifikasi :

Tipe I (konvensional) sebagai bahan perekat restorasi. Tipe II

sebagai bahan restorasi

Ada 4 macam : Ionomer Kaca konvensional, Ionomer Kaca

hybrid, Kaca tricure Ionomer, Kaca metal

Komposisi :

Liquid : Terdapat cairan asam tartaric yang dapat meningkatkan

stabilitas material, poliakrilik acid.

Powder : Kaca kalsium fluoro aluminosilikat yang larut dalam

asam (poliakrilik acid) (Vanable, 2004).

b. Manipulasi :

Ada 2 Mekanis : Menggunakan amalgamator Manual : Ada 3

cara (sircular motion , figure eight, fold and press motion)

Menggunakan alat (semen spatel untuk mengaduk), plastis

instrument (untuk memasukkan ke dalam cavitas)

Powder :Liquid = 1,3 : 1 atau sesuai anjuran pabrik

Pencampurannya hingga tampak glossy (mengkilat) tidak boleh

hingga buram (Vanable, 2004).

2.4 Pasta Gigi

2.4.1 Definisi

Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semi-aqueous yang digunakan

bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh

permukaan gigi. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi

Page 21: Bahan Abrasif

23

untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies,

membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi

bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan

gingiva. Di Indonesia pasta gigi sering juga disebut odol, yaitu salah satu merk

pasta gigi. Walaupun merk ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak lagi dijual di

Indonesia, nama odol telah menjadi nama generik (Syamsuni, 2006).

Pasta gigi pertama kali diproduksi di Jerman oleh Dresden Chemical

Laboratory Lingner, yang sekarang dikenal sebagai Lingner Werke AG. Pada

tahun 1892 sebagai cairan pencuci mulut/ mouthwash odol, mouthwash pada

tahun 1900-an adalah merk ternama dan yang paling luas penggunaanya

dihampir seluruh daratan Eropa (Syamsuni, 2006).

Karl August Lingner adalah orang yang menciptakan mouthwash dan

dia adalah orang yang giat mengkampanyekan hidup higienis. Dia juga dikenal

sebagai orang pertama yang mengadakan International Hygiene Exhibition

pada tahun 1911. Dia mendirikan museum The German Hygiene (Syamsuni,

2006).

2.4.2 Fungsi Pasta Gigi

Untuk membersihkan gigi.

Untuk mengurangi pembentukan plak.

Memperkuat gigi terhadap karies.

Membersihkan dan memoles permukaan gigi

Menghilangkan atau mengurangi bau mulut

Memberikan rasa segar pada mulut, serta

Memelihara kesehatan gingiva (Anonymous, 2001).

2.4.2 Macam-Macam Pasta Gigi

1. Pasta gigi baking soda.

Pasta gigi baking soda mengandung sodium bicarbonat memiliki

banyak keuntungan salah satunya dapat memberikan efek kontrol

karies, oleh karena komposisinya terdiri dari baking soda-flouride,

Page 22: Bahan Abrasif

24

dimana baking soda terdiri dari hydrate silica yang aksinya sesuai

dengan aksi flouride (Maulani, 2006).

2. Pasta gigi Therapeutik

Pasta gigi therapeutik dibagi menjadi 2 kelompok :

a. Pasta gigi therapeutik yang tidak mengandung flouride seperti

pasta gigi yang mengandung klorofil ,antibiotik, amonium dan

enzim inhibitor.

b. Pasta gigi therapeutik yang mengandung flouride untuk mencegah

terjadinya karies gigi, contohnya Sodium Flouride (NaF),

Stannous Flouride (SnF2), Sodium monofluorophosphate

(Na2PO3F), Amine Fluoride (NH4-F) (Maulani, 2006).

3. Mentasent.

Merupakan campuran 0,75 % gel peroksida dengan baking soda

dan 1100 ppm sodium fluoride. Produk ini sudah banyak dipakai

masyarakat karena konsentrasi yang rendag dengan hydrogen

peroksida tidak membuat alergi (Maulani, 2006).

4. Triclosan

Triclosan memiliki agen anti bakterial dengan spektrum luas, efektif

untuk melawan banyak jenis bakteri sehingga digunakan sebagai

agen anti bakterial dalam perawatan kesehatan rongga mulut. Produk

pasta yang mengandung zinc sitrat dan triclosan yang dikeluarkan

unilever efektif juga untuk mereduksi pembentukan plak dan

preventif pada gingivitis (Maulani, 2006).

5.Anti tartar atau Kalkulus (karang gigi)

Pasta gigi yang berfungsi sebagai anti kalkulus terdiri dari kombinasi

tetrasodium phosphat dan disodium dihydrogen pyrophosphat.

Kristal pyrophosphate dapat menjadi agen inhibitor dalam

Page 23: Bahan Abrasif

25

menghambat pertumbuhan kalkulus. Produk yang sama fungsinya di

pasaran sekarang terdiri dari NaF, zinc sitrat, trrihydrate contohnya

seperti close-up. Tetapi perlu diingat kristal pyrophosphate dan

phosphonate dapat juga menghambat remineralisasi (Maulani, 2006).

6. Anti hipersensitif

Pasta gigi yang berfungsi sebagai anti kalkulus terdiri dari kombinasi

tetrasodium phosphat dan disodium dihydrogen pyrophosphat.. Agen

aktifnya terdiri dari potasium nitrat, strontium chloride, dan sodium

sitrat. Contoh lainnya yang direkomendasikan pada therapeutik

dental adalah sensodyne-F, dengan kombinasi agen aktif yang

memberikan efek anti hipersensitif dan preventif karies (Maulani,

2006).

7. Pemutih dan pengkilap gigi

Pasta yang berfungsi sebagai pemutih gigi dan pemoles gigi dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu pasta dengan peroksida dan pasta tanpa

peroksida. Pasta tanpa peroksida lebih bersifat abrasif yang terasa

pada waktu pertengahan pemakaian pasta ini. Pasta dengan

peroksida dikenal sebagai tooth whiteners (bahan yang dapat

memutihkan gigi). Efeknya dapat dirasakan setelah pemakaian 2-3

kali. Produk ini terdiri dari hydrogen peroksida atau carbamide

peroksida yang berfungsi sebagai bleaching dan whitening.

Carbamide peroksida dirusak dan dibentuk menjadi urea dan

hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida kembali menjadi radikal

bebas yang berikatan dengan oksigen yang nantinya menjadi

molekul bleaching yang aktif. Penggunaan peroksida yang banyak

dapat menyebabkan warna hitam pada permukaan lidah dan

Page 24: Bahan Abrasif

26

berbahaya untuk pulpa dan jaringan lunak di rongga mulut (Maulani,

2006).

2.4.3 Komposisi Pasta Gigi

1. Bahan abrasif (20-50%)

Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk

bubuk pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan

plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu

untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara

lain silica atau hydrated silica, sodium bikarbonat, aluminium oxide,

dikalsium fosfat dan kalsium karbonat (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

2. Air (20-40%)

Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut (Herdiyati dan

Sasmita, 2010).

3. Humectant atau pelembab (20-35%)

Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga

kelembaban. Digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab

(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

4. Bahan perekat (1-2%)

Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi

bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid

dan liquid pada suatu pasta gigi. Contohnya glyserol, sorbitol dan

polyethylene glycol (PEG) dan cellulose gum (Herdiyati dan Sasmita,

2010).

5. Surfectan atau Deterjen (1-3%)

Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran

adalah Sodium Lauryl Sulphate (SLS) yang berfungsi menurunkan

tegangan permukaan, mengemulsi (melarutkan lemak) dan

Page 25: Bahan Abrasif

27

memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba

dan sisa makanan menjadi lebih mudah. Sodium Lauryl Sulphate ini

juga memiliki efek antibakteri (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

6. Bahan penambah rasa ( 0-2%)

Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk

memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint,

stroberi, kayu manis bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak.

Tambahan rasa pada pasta gigi akan membuat menyikat gigi menjadi

menyenangkan (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

7. Bahan terapeutik (0-2%)

Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah

flour, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan antimikroba, bahan

pemutih, bahan pengawet. Manfaat masing bahan terapeutik adalah :

a) Fluoride

Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel

dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat

bakteri untuk memproduksi asam. Jenis fluoride yang terdapat

dalam pasta gigi adalah Stannous fluoride, Sodium fluoride dan

Sodium monofluorofosfat. Stannous. Stannous fluoride atau Tin

fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi

yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium

fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat

membuat stein abu-abu pada gigi. Sodium fluoride atau NaF

Page 26: Bahan Abrasif

28

merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi,

tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasive

(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

b) Bahan desensitisasi

Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk

perawatan hipersensitivitas dentin/hipersensi. Bahan sensitivitas

yang sering digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate

yang dapat memblok transmisi nyeri di antara sel-sel syaraf dan

Stronsium chloride yang dapat memblok tubulus dentin (Herdiyati

dan Sasmita, 2010).

c) Bahan anti-tartar

Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium

dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada

permukaan gigi, misalnya Tetrasodium pyrophosphate (Herdiyati

dan Sasmita, 2010).

d) Bahan antimikroba

Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat

pertumbuhan bakteri, misalnya Trikolsan (bakterisidal), Zinc

citrate atau Zinc phosphate (bakteriostatik). Selain itu, ada

beberapa herbal yang ditambahkan sebagai anti mikroba dalam

pasta gigi misalnya daun sirih dan siwak (Herdiyati dan Sasmita,

2010).

8. Bahan pemutih (0.05-0,5%)

Bahan pemutih yang biasa digunakan antara lain Sodium carbonat,

Hidrogen peroksida, citroxane, dan sodium hexametaphospate

(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

9. Bahan pengawet (0,05-0,5%)

Bahan pengawet ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme dalam pasta gigi. Bahan pengawet yang sering

Page 27: Bahan Abrasif

29

ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoate,

Methylparaben dan Etihylparaben (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

2.4.4 Sifat Pasta Gigi

Menurut Retno tahun 2007 sifat pasta gigi yaitu :

1. Kekentalan (Viskositas)

Sediaan pasta gigi direncanakan memiliki viskositas atau kekentalan

yang tinggi dimana pasta merupakan sediaan yang bagian padatanya

lebih besar dibanding bagian cair. Oleh karena itu pasta gigi harus

cukup kental agar mencegah terjadinya pengerasan atau pengeringan

pada pasta gigi.

2. pH

Derajat keasaman atau pH sediaan pasta gigi ini diusahakan untuk

disamakan dengan pH fisiologis mulut atau bila berbeda, pH yang

ada haruslah aman bila digunakan. Karena semakin jauh beda antara

pH pasta gigi dengan pH fisiologis mulut (dapat jauh lebih tinggi/

jauh lebih rendah) maka sediaan dapat menimbulkan efek samping

yang negatif

3. Warna

Sediaan pasta gigi ini direncanakan untuk memiliki warna putih. Hal

ini disesuaikan dengan bahan-bahan yang tidak mengandung pewarn

dan sesuai dengan kebutuhan gigi yang bagus apabila tetap berwarna

putih bersih. Apabila ditambahkan pewarna dikhawatirkan dapat

mempengaruhi warna asli gigi.

4. Kemudahan penggosokan dan penimbulan busa

Mudah dalm polishing untuk dapat menghilangkan partikel makanan

yg menempel pada gigi dan menimbulkan busa.

5. Bau dan rasa

Pasta gigi biasanya beraroma menthol dan rasanya aga pedas sejuk

karena paper minta oil yg dikandungnya. tidak toksik.

Page 28: Bahan Abrasif

30

2.4.5 Ciri-ciri pasta gigi yang baik

Menurut Dwi tahun 2011 ciri-ciri pasta gigi yang baik yaitu:

Mengandung banyak fluor, kecuali untuk anak batita pada pasta gigi

yang digunakan jika mengandung banyak fluor tidak baik.

Tidak banyak berbusa.

Ketika digunakan untuk sikat gigi dapat menghilangkan partikel-

partikel asing, sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi, plak

atau karanggigi dan dapat membersihkan gigi.

Haruslah tidak bersifat toksik, memiliki rasa yang menyenangkan

dan setelah menggunakan terasa segar di mulut.

2.4.6 Mengaplikasikan Pasta Gigi

Aplikasi pasta gigi berfluoride sepanjang bulu sikat gigi untuk dewasa,

atau sebesar biji jagung untuk anak dibawah usia 6 tahun, karena beberapa

pasta gigi memiliki sifat abrasif, apalagi pada pasta gigi yang mencegah

terbentuknya stain atau noda pada permukaan gigi. Jangan lupa pilihlah pasta

gigi berfluoride (Tjahajawati, dkk. 2009).

2.4.6.1 Cara Menyikat Gigi

Sikat gigi adalah alat untuk membersihkan gigi yang berbentuk

sikat kecil dengan pegangan. Pasta gigi biasanya ditambahkan ke sikat

gigi sebelum menggosok gigi. Sikat gigi banyak jenisnya, dari yang

bulunya halus sampai kasar, bentuknya kecil sampai besar, dan

berbagai desain pegangan. Kebanyakan dokter gigi menganjurkan

penggunaan sikat yang lembut karena sikat keras dapat merusak lapisan

enamel dan melukai gusi (Tjahajawati, dkk. 2009).

Salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi adalah dengan

menyikat gigi. Dengan menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut pun

akan terjaga, selain menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi dan

penyakit gigi dan gusi. Banyak jenis dan ragam sikat gigi yang dijual di

Page 29: Bahan Abrasif

31

pasaran, dari yang manual maupun elektrik. Sebetulnya, apa saja syarat

sikat gigi yang bagus, yang terpenting adalah bulu sikat dan lebar

kepala sikat. Untuk bisa menjangkau daerah-daerah gigi bagian

belakang, ukuran kepala sikat gigi yang ideal adalah 35 – 40 mm.

Bahkan, orang dewasa sebaiknya juga memakai sikat gigi anak, karena

ukurannya yang kecil akan membantu menjangkau bagian gigi yang

paling dalam (Tjahajawati, dkk. 2009).

Berikut ini adalah cara menggosok gigi yang baik dan benar ketika

menggosok gigi yaitu :

Pegang sikat gigi senyaman mungkin, oleskan pasta gigi. Sikat

atau sapukan sikat gigi pada bagian gigi depan secara niak turun

dan pelan-pelan. Menyikat gigi dengan cara yang kasar atau

terlalu keras bisa menipiskan lapisan gusi dan gigi menjadi

sensitif. Pelan-pelan saja dan pastikan semua kotoran bagian-

bagian telah dibersihkan dengan baik.

Setelah bagian depan selesai, pindah ke bagian gigi kanan

kemudian bagian kiri, cara menyikatnya sama seperti di bagian

depan yaitu dengan cara naik turun dari atas ke bawah.

Setelah bagian depan, kanan dan kiri sudah selesai dibersihkan

sekarang menuju ke bagian gigi geraham. Sapukan secara pelan-

pelan dan pastikan semua kotoran tersapu bersih oleh bulu sikat

dan tak ada kotoran yang tertinggal.

Setelah gigi geraham selesai dibersihkan, kita menuju gigi

bagian dalam atas dan bawah. Sikat secara pelan dan merata.

Selain membersihkan gigi, jangan lupa juga bersihkan lidah dan

langit-langit lidah serta bagian pipi samping kanan dan kiri.

Lakukan dengan pelan saja. Membersihkan gigi dan lidah ini

juga bisa mengurangi bau mulut hingga 80 persen. 

Dalam menyikat gigi sebaiknya gunakan sikat yang berbulu

lembut, terutama untuk gigi yang sensitif.

Page 30: Bahan Abrasif

32

Ritme menggosok gigi yang baik adalah dari 8-10 gosokan dan

jeda waktunya 2-3 menit.

Untuk hasil yang maksimal anda juga bisa memakai obat kumur

untuk membersihkan secara menyeluruh bakteri yang menempel

di gigi dan gusi.

Simpan sikat gigi di tempat yang bersih untuk menghindari sikat

yang terinfeksi bakteri luar. Jangan lupa ganti juga sikat gigi

setiap 3 bulan sekali. Dan terakhir, pakai sikat gigi hanya untuk

seorang saja, tidak boleh bergantian. Hal ini untuk menghindari

berpindahnya bakteri dari orang yang satu ke lainnya

(Tjahajawati, dkk. 2009).

Berikut kesalahan-kesalahan yang mungkin kita lakukan dalam

menyikat gigi:

Menyikat gigi terlalu keras

Kebiasaan menyikat gigi terlalu keras atau dengan tekanan yang

terlalu kencang dan dilakukan terus-menerus dapat melukai

jaringan lunak di sekitar gigi, seperti gusi yang menjadi turun

atau resesi. Kegiatan menyikat gigi cukup dengan tekanan yang

ringan saja.

Menyikat gigi dengan arah menyamping

Menyikat gigi dengan arah yang salah juga merupakan hal yang

tidak benar karena tidak efektif membersihkan permukaan gigi

dari plak perusak gigi tersebut. Menyikat gigi yang benar adalah

dengan arah vertikal dari gusi ke gigi dengan sudut 45 derajat

terhadap gigi. Perlu diketahui bahwa plak banyak terkumpul

pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi. Menyikat gigi dengan

arah menyamping juga dapat menyebabkan posisi gusi menjadi

lebih turun.

Page 31: Bahan Abrasif

33

Menggunakan bulu sikat yang keras atau kasar

Pandai-pandailah memilih sikat gigi, gunakan sikat gigi dengan

bulu sikat yang lembut agar tidak merusak jaringan lunak di

sekitar gigi. Selain itu bulu sikat yang keras dan kasar juga tidak

nyaman untuk kita gunakan.

Sikat gigi tidak menjangkau seluruh permukaan gigi

Perhatikanlah saat kita menyikat gigi, sudahkah kita yakin

bahwa seluruh permukaan gigi kita terjangkau oleh sikat gigi.

Daerah-daerah yang sering terabaikan atau terlupakan saat

menyikat gigi adalah permukaan gigi bagian dalam yang

menghadap ke lidah dan juga gigi geraham atau gigi belakang

karena sulit terjangkau. Jadi pastikan semua permukaan gigi

bersih setelah kita menyikat gigi. Untuk daerah sela-sela gigi

dapat dibantu dibersihkan dengan benang gigi atau dental floss.

Waktu yang salah saat menyikat gigi

Masihkah kita menyikat gigi saat pagi dan sore hari atau

disamakan dengan rutinitas mandi kita? Kebiasaan menyikat

gigi paling baik dilakukan pada pagi hari setelah sarapan dan

malam hari tepat sebelum tidur (Tjahajawati, dkk. 2009).

2.5 Flour

2.5.1 Definisi Flour

Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang F dan nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere,

berarti "mengalir".

Fluor merupakan gashalogen univalen beracun berwarna kuning-hijau

yang paling reaktif secara kimia dan electron negatif dari seluruh unsur.

Page 32: Bahan Abrasif

34

Dalam bentuk murninya dia sangat berbahaya, dapat menyebabkan

pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit (Herdiyati dan

Sasmita, 2010).

Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan pasta gigi berfungsi

memberikan efek deterjen sebagai satu dari tiga bahan utamanya disamping

bahan abrasi sebagai pembersih mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa

segar pada mulut (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

Penambahan fluor pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan

cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk

memproduksi asam. Jenis fluor yang terdapat dalam pasta gigi adalah

stannous fluoride, Sodium fluoride dan sodium monofluorofosfat.Stannous

fluoride atau tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam

pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium

fosfat).Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat membuat

stein abu-abu pada gigi.Sodium fluoride atau NaF merupakan fluor yang

paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat digunakan

bersamaan dengan bahan abrasif (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

2.5.2 Manfaat Flour

Fluor berperan untuk mengurangi kerusakan gigi, mengurangi restorasi

gigi, mengurangi kehilangan atau pencabutan gigi, mengurangi kesakitan dan

kelainan iatrogenik lebih rendah pada umumnya geligi lebih estetis

pencegahan yang efektif (biaya).Selain itu flour berfungsi sebagai

penghambat karies di dalam lingkungan mulut (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

2.5.3 Jenis-jenis Flour

Penambahan fluor pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan

cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk

memproduksi asam. Adapun macam- macam fluor yang terdapat dalam pasta

gigi adalah sebagai berikut:

Page 33: Bahan Abrasif

35

1. Stannous fluor

Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta

gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif

(kalsium fosfat).Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahanya

dapat membuat stein abu-abu pada gigi (Herdiyati dan Sasmita,

2010).

2. Sodium fluoride

NaF merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta

gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif

(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

3. Sodium monofluorofosfat (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

2.5.4 Cara Pemberian Flour

A. Pemberian Fluor Secara Sistemik.

Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui

pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga

memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur

yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air

minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang

berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli

sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor, yang

kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. Contoh

penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari

air kemasan) dan fluoridasi garam dapur (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :

Fluoridasi air minum

Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh

suatu daerah,atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk

itu akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum

ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain

dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak

Page 34: Bahan Abrasif

36

baik yaitu dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada

mottled enamel gigi-gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik

permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak,

dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali (Herdiyati dan Sasmita,

2010).

Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum

adalah 0,7–1,2ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit.

Linanof bahwa fluoridasi airminum dapat menurunkan karies 40–50%

pada gigi susu (Angela, 2005).

Pemberian fluor melalui makanan

Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor

yang cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah

terjadinya karies gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada

sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air mineral, minuman

ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu

makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan

fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang

tinggal di daerah yang sumberairnya rendah fluor atau tidak

difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara

berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak

disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan

kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis. (Herdiyati dan Sasmita,

2010)

Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan

Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu

dikombinasikandengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet

tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko

karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor

yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg

per hari) (Angela, 2005).

Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga

anak 16 tahun.Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25

Page 35: Bahan Abrasif

37

mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg,dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg

(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

B. Penggunaan Fluor Secara Topikal

Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk

melindungi gigi darikaries, fluor bekerja dengan cara menghambat

metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat

melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit

yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi

kimia: Ca10(PO4)6(OH)2+F →Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel

yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses

demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.

Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit

dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang

telah kehilangan mineral tersebut (Kidd dan Bechal, 1991).

Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi,

yangterutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat,

karena penurunan pH plaksampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh

bakteri yang menghasilkan asam (Rosen, 1991;Wolinsky, 1994).

Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan

sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan

pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan

yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses

karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi,

dilakukan dengan beberapa cara (Herdiyati dan Sasmita, 2010):

Topikal aplikasi yang mengandung fluor

Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada

enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5

menit, danselama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur

(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF

yang memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian

Page 36: Bahan Abrasif

38

varnish fluor. NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah

karies. NaF merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat

disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik,

tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini

dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam

bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Herdiyati dan

Sasmita, 2010).

Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak

kesukaran, misalnyarasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan

kecenderungannya mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn

dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan

segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih

baru. Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi

ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gram dengan air

destilasi 10ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8 (Kidd dan

Bechal, 1991).

APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil,

tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan

pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam

bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahantopikal aplikasi

yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering

mempunyai tambahan rasa seperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis

(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi

mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk

mencegah atau menghambatperkembangan karies. Pemberian varnish

fluor diberikan setiap empat atau enam bulansekali pada anak yang

mempunyai resiko karies tinggi. Salah satu varnish fluor

adalahduraphat (colgate oral care) merupakan larutan alkohol varnis

alami yang berisi 50 mgNaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000 ppm

fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena

anak dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik

Page 37: Bahan Abrasif

39

sehingga dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan

fluorosis enamel (Angela, 2005).

Sikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor

Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi

yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Angela,

2005).

Akan tetapi pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi

karena pada umunya mereka masihbelum mampu berkumur dengan

baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta

gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g

(1gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi) (Kidd dan

Bechal, 1991).

Berkumur dengan obat kumur yang mengandung fluor

Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies

sebanyak 20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang

berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies (Angela,

2005). Berkumur fluor diindikasikan untuk anak yang berumur diatas

enam tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang

dewasa yang mudah terserang karies, serta bagi pasien-pasien yang

memakai alat ortho (Kidd danBechal, 1991).

2.5.5 Efek Samping Pemberian Fluor

1. Fluorosis gigi

Fluorosis adalah kelainan yang terjadi pada permukaan gigi akibat

kelebihan fluor. Dengan tanda tanda permukaan enamel gigi menjadi

kasar dan terlihat sebagai lubang-;ibang kecil dari putih kapur sampai

kecoklat-coklatan. Dibanding dengan enamel yang sehat maka pada

fluoris gigi secara histologi akan diapati hal-hal sebagai berikut:

a. Berkurangnya jumlah sel-sel ameloblast (hipoplasi) yang mengganggu

pembentukan dari matriks sehingga menyebabkan terjadinya lubang-

lubang kecil (Kidd dan Bechal, 1991).

Page 38: Bahan Abrasif

40

b. Pengurangan dan deposit-deposit mineral (hipokalsifikasi) dan disertai

perkembangan gigi sehingga menyebabkan warna seperti kabur (Kidd

dan Bechal, 1991).

Fluorosis merupakan keadaan ireversibel yang disebabkan oleh

pemasukan Plum yang berlebihanselama periode perkembangan gigi.Fluor

menyebabkan fluorosis dengan merusak sel pembentuk email yaitu

ameloblas sehingga terjadi gangguan mineralisasi gigi dengan

terbentuknya porus pada permukaan email. Terjadi perubahan struktur dari

kristal email. Meskipun sel tubuh lain seperti tulang dapat mengalami

gangguan fungsi oleh pemakaian fluor yang berlebih, namun organ email

merupakan bagian tubuh yang paling sensitif terhadap efek toksik dati

fluor. Makin tinggi derajat fluorosis, risiko karies juga meningkat karena

adanya ceruk dan hilangnya lapisan permukaan email (mottled email)

(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

Konsentrasi fluor yang tinggi, lebih dari 2ppm dapat mempengaruhi

gigi-gigi yang sedang terbentuk sehingga terjadi fluorisis.Dari alasan

diatas maka pemberian fluor ini harus hati-hati (Kidd dan Bechal, 1991).

2. Toksisitas fluor

Zat fluor seperti juga zat kimia lainnya, dapat dipakai sebagai zat

makanan,obat atau racun tergantung pada dosisnya, karena zat fluor ini

biasanya dipakai sebagai racun untuk mematikan tikus, maka banyak

penelitian diadakan untuk mengetahui sampai dimana fluor ini dapat

dipergunakan dengan tidak merugikan kesehatan manusia (Kidd dan

Bechal, 1991).

Zat fluor ini bahayanya untuk manusia kalau sekaligus dimakan

250 mgr yaitu dapat menimbulkan gejala-gejala nausea dan muntah-

muntah sedangkan dosis lethal diperkirakan sekitar 1mg F/kg BB (Kidd

dan Bechal, 1991).