behavioralisme dan statistik

2
BEHAVIORALISME DAN STATISTIK Pendekatan tradisionalis yang selama ini membangun ilmu politik banyak mengalami kendala dalam proses produksi teori Hal ini disebabkan oleh prasyarakat keterlibatan pembuat teori dalam proses yang ia teliti, dan pengalaman historis membuat teori hanya bisa diproduksi di lapangan saja. Dalam paradigma idialis hubungan internasional, seorang yang akan menduduki posisi politik haruslah memiliki sejumlah pengalaman, yang memungkinkan ia bisa menjalankan dengan baik. Demikian pula dalam proses memproduksi teori, pendekatan tradisional yang banyak bercorak kualitatif menuntut hal yang serupa. Seorang peneliti harus terlibat secara intens dalam proses pembuatan teori, yang bisa jadi untuk mendapatkan generalisasi akan memerlukan waktu dan ruang yang sangat panjang. Sehingga tidak berlebihan kiranya jika proses produksi teori menjadi teramat sulit. Pada akhirnya teori dianggap akan sahih manakala lahir secara alamiah dan tidak mendapatkan perlakuan khusus dari peneliti. Pendekatan kualitatif memang mampu menghasilkan teori-teori yang monumental akan tetapi tidak siap menyediakan penjelasan yang cepat terhadap gejala sosial. Dari sinilah kemudian mazhab behavioralis mencoba memberikan alternatif bagi proses pembentukan teori-teori melalui penggunaan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam batas tertentu sangat dekat, bahkan menggunakan alat utamanya adalah statistik. Para peneliti memungkinkan melakukan pengujian dengan membuat parameter di laboratorium masing-masing, baru kemudian diujikan di lapangan. Atau para peneliti bisa mencari data di lapangan baru kemudian diuji di laboratorium. Tradisi berfikir kuantitatif ini sangatlah mirip dengan tradisi berfikir ilmuan eksakta, dan memang para pengagas mazhab ini mengadopsi tradisi ilmiah eksakta untuk membangun teorisasi dalam ilmu sosial. Tradisi ilmu sosial yang sebelumnya sulit membangun teori menjadi mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam produksi teori. Apalagi setelah perangkat utama statistik sudah terkomputerisasi, seperti program Microstat, SPPS bahkan sekarang ini Microsoft sudah membangun aplikasi statistik yang berbasis Windows 2000. Dengan perangkat ini para peneliti hanya melakukan proses pengumpulan data, sesuai dengan teori yang hendak dibangun, atau mendesain treatment terhadap obyek penelitian untuk

Upload: dwi-januanto-nugroho

Post on 09-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Behavioralisme Dan Statistik

BEHAVIORALISME DAN STATISTIK

Pendekatan tradisionalis yang selama ini membangun ilmu politik banyak mengalami

kendala dalam proses produksi teori Hal ini disebabkan oleh prasyarakat keterlibatan pembuat

teori dalam proses yang ia teliti, dan pengalaman historis membuat teori hanya bisa diproduksi

di lapangan saja. Dalam paradigma idialis hubungan internasional, seorang yang akan

menduduki posisi politik haruslah memiliki sejumlah pengalaman, yang memungkinkan ia bisa

menjalankan dengan baik.

Demikian pula dalam proses memproduksi teori, pendekatan tradisional yang banyak

bercorak kualitatif menuntut hal yang serupa. Seorang peneliti harus terlibat secara intens dalam

proses pembuatan teori, yang bisa jadi untuk mendapatkan generalisasi akan memerlukan waktu

dan ruang yang sangat panjang. Sehingga tidak berlebihan kiranya jika proses produksi teori

menjadi teramat sulit.

Pada akhirnya teori dianggap akan sahih manakala lahir secara alamiah dan tidak

mendapatkan perlakuan khusus dari peneliti. Pendekatan kualitatif memang mampu

menghasilkan teori-teori yang monumental akan tetapi tidak siap menyediakan penjelasan yang

cepat terhadap gejala sosial.

Dari sinilah kemudian mazhab behavioralis mencoba memberikan alternatif bagi proses

pembentukan teori-teori melalui penggunaan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

dalam batas tertentu sangat dekat, bahkan menggunakan alat utamanya adalah statistik. Para

peneliti memungkinkan melakukan pengujian dengan membuat parameter di laboratorium

masing-masing, baru kemudian diujikan di lapangan. Atau para peneliti bisa mencari data di

lapangan baru kemudian diuji di laboratorium. Tradisi berfikir kuantitatif ini sangatlah mirip

dengan tradisi berfikir ilmuan eksakta, dan memang para pengagas mazhab ini mengadopsi

tradisi ilmiah eksakta untuk membangun teorisasi dalam ilmu sosial.

Tradisi ilmu sosial yang sebelumnya sulit membangun teori menjadi mengalami

perkembangan yang sangat pesat dalam produksi teori. Apalagi setelah perangkat utama

statistik sudah terkomputerisasi, seperti program Microstat, SPPS bahkan sekarang ini

Microsoft sudah membangun aplikasi statistik yang berbasis Windows 2000.

Dengan perangkat ini para peneliti hanya melakukan proses pengumpulan data, sesuai

dengan teori yang hendak dibangun, atau mendesain treatment terhadap obyek penelitian untuk

Page 2: Behavioralisme Dan Statistik

mendapatkan data lapangan (primer). Setelah proses pengumpulan data dilakukan tinggal

memasukkan data dalam program aplikasi tersebut. Sehingga dari proses ini akan diperoleh

hubungan variabel satu dengan yang lain dalam bentuk hubungan pembuktian statistik. Proses

ini ternyata mampu melakukan proses penyederhanaan penelitian sekaligus mampu

memproduksi teori dengan lebih cepat.

Memang harus diakui metode kuantitatif mengalami banyak kritikan akibat proses

nominalisasi fakta sosial yang dinamis. Proses generalisasi dengan menggunakan metode

penarikan kesimpulan induktif juga dianggap banyak mengabaikan unsur atau nilai yang

melekat dalam fakta sosial. Budaya parokhial di Eropa pada masa abad 17 amat berbeda dengan

budaya parohial yang berada di masyarakat Asia Tenggara pada abad 21 ini, sebab dalam

pandangan kuantitatif perbedaan ruang dan waktu tidak akan banyak mempengaruhi kualitas

fakta sosial.

Sedangkan dalam pandangan kelompok kualitatif, justru substansi fakta sosial yang padat

nilai (value ladden) acapkali ditabrak oleh pendekatan kuantitatif. Dan pandangan terakhir

terhadap kritik terhadap metode kuantitatif adalah persoalan rekayasa data. Dalam pendekatan

kuantitatif sebelum melaksanakan penelitian sudah dibuatkan intrumen yang akan diukur dari

suatu obyek. Artinya pendekatan kuantitatif terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan

kesimpulan teoretik, siapakah yang paling tahu fakta sosial tersebut, apakah peneliti atau obyek

penelitian sendiri. Perlakuan yang tidak alamiah ini dianggap akan mengurangi akurasi

kebenaran metode kuantitatif yang padat dengan statistik.

Sehingga kita menyaksikan mazhab behavioralis kemudian direvisi dengan mazhab post

behavioralis yang semakin memberikan emphati terhadap struktur nilai. Meskipun mendapat

kritik yang substansial bukan berarti statistik luruh dalam disiplin ilmu politik. Bahkan sekarang

ini dengan era informasi yang sangat cepat, proses pengambilan keputusan akan banyak

memerlukan bantuan metode statistik.