behavioralisme dan statistik
DESCRIPTION
bahan kuliahTRANSCRIPT
BEHAVIORALISME DAN STATISTIK
Pendekatan tradisionalis yang selama ini membangun ilmu politik banyak mengalami
kendala dalam proses produksi teori Hal ini disebabkan oleh prasyarakat keterlibatan pembuat
teori dalam proses yang ia teliti, dan pengalaman historis membuat teori hanya bisa diproduksi
di lapangan saja. Dalam paradigma idialis hubungan internasional, seorang yang akan
menduduki posisi politik haruslah memiliki sejumlah pengalaman, yang memungkinkan ia bisa
menjalankan dengan baik.
Demikian pula dalam proses memproduksi teori, pendekatan tradisional yang banyak
bercorak kualitatif menuntut hal yang serupa. Seorang peneliti harus terlibat secara intens dalam
proses pembuatan teori, yang bisa jadi untuk mendapatkan generalisasi akan memerlukan waktu
dan ruang yang sangat panjang. Sehingga tidak berlebihan kiranya jika proses produksi teori
menjadi teramat sulit.
Pada akhirnya teori dianggap akan sahih manakala lahir secara alamiah dan tidak
mendapatkan perlakuan khusus dari peneliti. Pendekatan kualitatif memang mampu
menghasilkan teori-teori yang monumental akan tetapi tidak siap menyediakan penjelasan yang
cepat terhadap gejala sosial.
Dari sinilah kemudian mazhab behavioralis mencoba memberikan alternatif bagi proses
pembentukan teori-teori melalui penggunaan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
dalam batas tertentu sangat dekat, bahkan menggunakan alat utamanya adalah statistik. Para
peneliti memungkinkan melakukan pengujian dengan membuat parameter di laboratorium
masing-masing, baru kemudian diujikan di lapangan. Atau para peneliti bisa mencari data di
lapangan baru kemudian diuji di laboratorium. Tradisi berfikir kuantitatif ini sangatlah mirip
dengan tradisi berfikir ilmuan eksakta, dan memang para pengagas mazhab ini mengadopsi
tradisi ilmiah eksakta untuk membangun teorisasi dalam ilmu sosial.
Tradisi ilmu sosial yang sebelumnya sulit membangun teori menjadi mengalami
perkembangan yang sangat pesat dalam produksi teori. Apalagi setelah perangkat utama
statistik sudah terkomputerisasi, seperti program Microstat, SPPS bahkan sekarang ini
Microsoft sudah membangun aplikasi statistik yang berbasis Windows 2000.
Dengan perangkat ini para peneliti hanya melakukan proses pengumpulan data, sesuai
dengan teori yang hendak dibangun, atau mendesain treatment terhadap obyek penelitian untuk
mendapatkan data lapangan (primer). Setelah proses pengumpulan data dilakukan tinggal
memasukkan data dalam program aplikasi tersebut. Sehingga dari proses ini akan diperoleh
hubungan variabel satu dengan yang lain dalam bentuk hubungan pembuktian statistik. Proses
ini ternyata mampu melakukan proses penyederhanaan penelitian sekaligus mampu
memproduksi teori dengan lebih cepat.
Memang harus diakui metode kuantitatif mengalami banyak kritikan akibat proses
nominalisasi fakta sosial yang dinamis. Proses generalisasi dengan menggunakan metode
penarikan kesimpulan induktif juga dianggap banyak mengabaikan unsur atau nilai yang
melekat dalam fakta sosial. Budaya parokhial di Eropa pada masa abad 17 amat berbeda dengan
budaya parohial yang berada di masyarakat Asia Tenggara pada abad 21 ini, sebab dalam
pandangan kuantitatif perbedaan ruang dan waktu tidak akan banyak mempengaruhi kualitas
fakta sosial.
Sedangkan dalam pandangan kelompok kualitatif, justru substansi fakta sosial yang padat
nilai (value ladden) acapkali ditabrak oleh pendekatan kuantitatif. Dan pandangan terakhir
terhadap kritik terhadap metode kuantitatif adalah persoalan rekayasa data. Dalam pendekatan
kuantitatif sebelum melaksanakan penelitian sudah dibuatkan intrumen yang akan diukur dari
suatu obyek. Artinya pendekatan kuantitatif terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan
kesimpulan teoretik, siapakah yang paling tahu fakta sosial tersebut, apakah peneliti atau obyek
penelitian sendiri. Perlakuan yang tidak alamiah ini dianggap akan mengurangi akurasi
kebenaran metode kuantitatif yang padat dengan statistik.
Sehingga kita menyaksikan mazhab behavioralis kemudian direvisi dengan mazhab post
behavioralis yang semakin memberikan emphati terhadap struktur nilai. Meskipun mendapat
kritik yang substansial bukan berarti statistik luruh dalam disiplin ilmu politik. Bahkan sekarang
ini dengan era informasi yang sangat cepat, proses pengambilan keputusan akan banyak
memerlukan bantuan metode statistik.