bioetika
DESCRIPTION
bioetika dan instrumen hukum yang mengaturnyaTRANSCRIPT
BIOETIKA
Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya
masalah pada masa yang akan datang.
universitas Gajah Mada Yogyakarta yang melaksanakan pertemuan Bioethics 2000; An
International Exchange dan Pertemuan Nasional I Bioetika dan Humaniora pada bulan
Agustus 2000. Pada waktu itu, Universitas Gajah Mada juga mendirikan center for Bioethics
and Medical humanities.
B. Prinsip-prinsip Dasar Bioetika
Beneficence
Non-malficence
Justice
Autonomy
1. Beneficence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan
kesehatan. Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi
pasien. Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada
pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang
buruk. Ciri-ciri prinsip ini, yaitu;
Mengutamakan Alturisme
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan
seorang dokter
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannya
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
Meenerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain
inginkan
Memberi suatu resep
2. Non-malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan
yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien
sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence
mempunyai ciri-ciri:
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Melindungi pasien dari serangan
Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Tidak melakukan White Collar Crime
3. Justice
Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata
dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.
Justice mempunyai ciri-ciri :
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
4. Autonomy
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus
diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Dalam
hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.
Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan
pasien demi dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri:
Menghargai hak menentukan nasib sendiri
Berterus terang menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Melaksanakan Informed Consent
Penelitian yang membutuhkan Ethical Clearance
Ethical clearance adalah pernyataan, bahwa rencana kegiatan penelitian yang tergambar
dalam protocol, telah dilakukan kajian dan telah memenuhi kaidah etik sehingga layak
dilaksanakan
Pada dasarnya seluruh penelitian/riset yang menggunakan manusia sebagai subyek
penelitian harus mendapatkan Ethical Clearance , baik penelitian yang melakukan
pengambilan spesimen, ataupun yang tidak melakukan pengambilan spesimen.
Penelitian/riset yang dimaksud adalah penelitian biomedik yang mencakup riset pada
farmasetik, alat kesehatan, radiasi dan pemotretan, prosedur bedah, rekam medis, sampel
biologik, serta penelitian epidemiologik, sosial dan psikososial
Pada Declaration of Helsinki ditetapkan bahwa selain diperlukan informed consent dari
subjek penelitian, diperlukan juga ethical clearance yang dikeluarkan oleh Komisi Etik.
Declaration of Helsinki juga mengatur tentang pemanfaatan hewan percobaan dalam
penelitian kesehatan dengan memperhatikan kesejahteraan hewan percobaan.
Pada tahun 1966, 2 tahun setelah diterbitkan Deklarasi Helsinki, Beecher dalam New
England Journal of Medicine menerbitkan tulisan yang cukup menggemparkan dan
mendapat tanggapan cukup luas(3). Beecher dalam tulisannya menjelaskan bahwa dari 100
artikel hasil penelitian kesehatan yang diterbitkan dalam jurnal terkemuka, 12 diantaranya
dinilai tidak memenuhi kaidah etik, dan memberikan 22 contoh perlakuan tidak etis para
peneliti terhadap subyek manusia. Belmont dalam laporannya pada 1979 mengemukakan 3
prinsip dasar etika pelaksanaan penelitian kedokteran atau kesehatan yang menyertakan
manusia sebagai subyek penelitian.
Berbeda dengan etika praktek kedokteran yang telah berusia tua sejak jaman Hippocrates,
etika dalam penelitian kesehatan pada umumnya termasuk epidemiologi masih relatif baru,
namun istilah penelitian kedokteran sudah bergeser menjadi penelitian kesehatan mengingat
semakin luasnya aspek kesehatan manusia yang menjadi lahan penelitian dan
pengembangan. Pedoman etik pada penelitian epidemiologi diterbitkan oleh Council of
International Organization of Medical Science (CIOMS) dengan bantuan Badan Kesenatan
Dunia (WHO) pada tahun 1991. Selanjutnya CIOMS dan WHO pada tahun 1993
menerbitkan pedoman etika dalam penelitian Biomedik yang kemudian dijadikan pedoman
bagi banyak negara termasuk Indonesia. (4,5).
Instrumen Hukum
UUD 1945
Nuremberg Code
Universal Declaration on Bioethics
and Human Rights
• UNESCO mencanangkan Deklarasi Universal tentang
Bioetika dan Hak Azasi Manusia (2005)*
• Beberapa pasal yang penting adalah
– Pasal 4 : Benefit and harm
– Pasal 5 : Autonomy and individual responsibility
– Pasal 6 : Consent
– Pasal 10 : Equality, justice and equity
– Pasal 12 : Respect for cultural diversity and pluralism
– Pasal 15 : Sharing of benefits
Menteri Kesehatan dan Menteri
Pertanian Nomor 108/M/Kp/IX/2004, Nomor
1045/menkes/SKB/IX/2004, dan Nomor 540.1/Kpts/
OT.160/9/2004 Tanggal 17 September 2004 tentang Komisi
Bioetika Nasional;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
BAB IV
Penelitian Pengembangan Kesehatan Terhadap Manusia
Pasal 8
(1) Penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap manusia hanya dapat dilakukan atas
dasar persetujuan tertulis dari manusia yang bersangkutan.
(2) Persetujuan tertulis dapat pula dilakukan oleh orang tua atau ahli warisnya apabila
manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1):
a) tidak mampu melakukan tindakan hukum;
b) karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan
dapat menyatakan persetujuan secara tertulis;
c) telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagai obyek
penelitian dan pengembangan kesehatan.
(3) Persetujuan tertulis bagi penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap keluarga
diberikan oleh kepala keluarga yang bersangkutan dan terhadap masyarakat dalam wilayah
tertentu oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah yang bersangkutan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mendapatkan persetujuan tertulis diatur oleh
Menteri.
Pasal 9
Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 wajib dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia,
keluarga dan masyarakat yang bersangkutan.
Pasal 10
Manusia, keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 berhak
mendapat informasi terlebih dahulu dari penyelenggara penelitian dan pengembangan
kesehatan mengenai :
a. tujuan penelitian dan pengembangan kesehatan serta penggunaan hasilnya;
b. jaminan kerahasiaan tentang identitas dan data pribadi;
c. metode yang digunakan;
d. risiko yang mungkin timbul;
e. hal lain yang perlu diketahui oleh yang bersangkutan dalam rangka penelitian dan
pengembangan kesehatan.
Pasal 11
Penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan berkewajiban menjaga
kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi atau keluarga atau masyarakat yang
bersangkutan.
Pasal 12
Manusia, keluarga, atau masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 berhak
sewaktu-waktu mengakhiri atau menghentikan keterlibatannya dalam penelitian dan
pengembangan kesehatan.
Pasal 13
Penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap:
a. anak-anak hanya dapat dilakukan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan anak-
anak;
b. wanita hamil atau menyusui hanya dapat dilakukan dalam rangka pembenaran masalah
kehamilan, persalinan, atau peningkatan derajat kesehatannya;
c. penderita penyakit jiwa atau lemah ingatan hanya dapat dilakukan dalam rangka
mengetahui sebab terjadinya penyakit jiwa atau lemah ingatan, pengobatan, atau rehabilitasi
sosialnya.
Pasal 14
(1) Manusia, keluarga, atau masyarakat berhak atas ganti rugi apabila pelaksanaan
penelitian dan pengembangan kesehatan terhadapnya mengakibatkan terganggunya
kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian penyelenggara
penelitian dan pengembangan kesehatan.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
Pasal 15
(1) Penerapan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan pada tubuh manusia hanya
dapat dilakukan setelah sebelumnya diterapkan pada hewan percobaan.
(2) Pelaksanaan penerapan hasil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dilaksanakan apabila dapat dipertanggungjawabkan dari segi kesehatan dan keselamatan
jiwa manusia.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan dan tata cara penerapan hasil penelitian dan
pengembangan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri
setelah mendapat pertimbangan dari Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.