blkl upload

31

Click here to load reader

Upload: achmad-baihaqi

Post on 09-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ASURANSI PERTANIAN SEBAGAI JAMINAN PERLINDUNGAN TERHADAP RISIKO USAHA PERTANIAN

TRANSCRIPT

ASURANSI PERTANIAN SEBAGAI JAMINAN PERLINDUNGAN TERHADAP RISIKO USAHA PERTANIAN

(Tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya)

Disusun oleh:

Achmad Baihaqi 041111067

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI & BISNISUNIVERSITAS AIRLANGGA2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Tanah Indonesia yang subur menyebabkan beraneka ragamnya produk hasil pertanian Indonesia. Produk hasil pertanian tersebut juga berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, produk pertanian Indonesia juga menjadi produk ekspor unggulan Indonesia. Hal tersebut menjadikan sektor pertanian menjadi potensi besar Indonesia yang apabila terus dikembangkan bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap kemakmuran bangsa Indonesia.Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Pengembangan usaha agribisnis menjadi pilihan yang sangat strategis dan penting sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di luar minyak dan gas.Indonesia telah mampu mencapai swasembada pangan pada tahun 1984 melalui gerakan Revolusi Hijau yaitu gerakan untuk meningkatkan produksi pangan melalui usaha pengembangan teknologi pertanian. Penerapan pogram Revolusi Hijau di Indonesia sejak tahun enam puluhan melalui Program Panca Usaha Pertanian (PUP) yang meliputi pendirian beberapa pabrik pupuk kimia, memproduksi alat pengolah pertanian, serta pendirian industri pestisida.Sumbangan sektor pertanian terhadap PDB Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pencapaian PDB sektor pertanian sempit (tanaman bahan makanan, perkebunan, seta peternakan dan hasil-hasilnya) pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, mencapai nilai nominal Rp. 8807,17 triliun. Secara riil, pada tahu 2012 PDB atas dasar harga konstan 2000 untuk sektor pertanian dalam arti sempit mencapai Rp. 252,43 triliun. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2011, laju pertumbuhan total PDB ketiga subsektor pertanian tersebut sebesar 3,69 persen. Laju pertumbuhan tersebut dapat dilihat di gambar 1.1.

Sumber: Buletin PDB Sektor PertanianGambar 1.1 Sumbangan Sektor Pertanian Terhadap PDB dari Tahun 2008 2012

Meskipun pertanian menunjukkan hasil yang terus meningkat, namun di sisi lain pertanian merupakan salah satu usaha yang rawan terhadap dampak negative perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan yang dapat menyebabkan gagal panen. Jika tidak dianttispasi dengan langkah yang tepat, gagal panen ini dapat mengancam motivasi petani bahkan dapat mengancam ketahanan pangan negara. Kemampuan petani untuk dapat bertahan dari perubahan iklim terkendala oleh modal, penguasan teknologi dan akses pasar. Pendekatan konvensional dengan menerapkan salah satu atau kombinasi strategi produksi, pemasaran, finansial, dan pemanfaatan kredit informal diperkirakan kurang efektif, oleh karena itu diperlukan sistem proteksi melalui pengembangan asuransi pertanian terutama untuk padi. (Supartoyo dan Kasmiati)Asuransi bukan hanya dalam dunia bisnis, dalam kehidupan sehari-haripun asuransi sudah sangat dikenal. Anda tentu sudah sering dengar asuransi kecelakaan kerja, asuransi rumah, dan berbagai jenis asuransi lainya. Di dalam dunia bisnis, asuransi sudah sangat dikenal sebagai salah satu cara yang sering dijadikan alat untuk mengelola resiko dan berperan penting dalam mengatur risiko dalam berinvestasi. Dalam hal ini risiko yang dihadapi dalam berinvestasi akan dialihkan menjadi risiko asuransi. Dunia asuransi dewasa ini sudah begitu berkembang, namun pada saat yang sama asuransi masih sedikit sekali menyentuh dunia pertanian terutama di negara kita. Padahal seperti yang kita ketahui, sektor pertanian secara umum adalah leading sector di Indonesia. Tercatat lebih dari 50% penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor ini, bukan hanya menyediakan bahan pangan saja tetapi sektor pertanian juga menyediakan lapangan kerja yang cukup besar. Sektor pertanian juga dikenal telah menyediakan 48 juta lapangan kerja, menyediakan bahan baku industri serta penyedia bahan baku ekspor baik mentah maupun olahan (Riana, 2012: 4) Berusaha di bidang pertanian secara umum mempunyai potensi yang tinggi, namun risikonya juga sangat besar. Usaha pertanian memiliki karakteristik sebagai usaha yang penuh risiko terhadap dinamika alam, bersifat biologis dan musiman, rentan terhadap serangan hama dan penyakit, yang kesemuanya secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri dapat menyebabkan kerugian. Oleh karena sudah selayaknya usaha pertanian juga mendapat perhatian khusus untuk memperkecil risiko, dalam hal ini dengan manajemen risiko dalam bentuk asuransi, yang kita sebut dengan asuransi pertanian.

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :1) Bagaimanakah konsep asuransi pertanian?2) Bagaimana peran asuransi pertanian dalam mengatasi risiko usaha pertanian di indonesia?

1.3 TujuanDari rumusan masalah diatas, maka dapat disusun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :1) Untuk mengetahui bagaimanakah konsep asuransi pertanian.2) Untuk mengetahui bagaimana peran serta asuransi pertanian dalam mengatasi risiko usaha pertanian.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Pengertian AsuransiSecara umum istilah asuransi atau pertanggungan dapat mempunyai berbagai arti dan batasan, sesuai dengan siapa yang memberikannya dan digunakan untuk sasaran apa. Dalam hal ini sesuai dengan sudut pandang dan manfaat yang akan diperoleh atau dituju, berkaitan dan sesuai dengan kepentingan masing-masing yang memberi batasan. Asuransi atau pertanggungan dapat ditelaah dan diberi batasan dari bidang-bidang ekonami, hukum, bisnis, matematika atau sosial (Badiah, 2013:6).Asuransi atau Pertanggungan diatur dalam Pasal 246 KUHD: Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen. Salah satu unsur penting dalam peristiwa asuransi yang terdapat dalam rumusan Pasal 246 KUHD adalah ganti kerugian. Unsur tersebut hanya menunjuk kepada asuransi kerugian (loss insurance) yang objeknya adalah harta kekayaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, menegaskan:Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa ada empat unsur yang terlibat dalam asuransi yaitu : 1) Penanggung atau insurer adalah yang memberikan proteksi. 2) Tertanggung atau insured adalah si penerima proteksi. 3) Peristiwa atau accident yang tidak diduga atau tidak diketahui sebelumnya atau peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian oleh peristiwa itu. 4) Kepentingan atau interest yang diasuransikan yang mungkin akan mengalami kerugian disebabkan oleh peristiwa tersebut.

2.2 Asuransi PertanianAsuransi pertanian adalah mekanisme finansial yang akan membantu mengelola kerugianpertanian akibat bencana alam atau iklim yang tidak mendukung diluar kemampuan petani untuk mengendalikanya. Manajemen risiko dibidang pertanian adalah masalah yang sangat penting dalam investasi dan keputusan finansial petani. Program asuransi sangat bergantung pada rasio cost/benefit bagi petani, pengusaha pertanian dan penyedia jasa asuransi dan yang tidak kalah pentingnya adalah asuransi yang diberikan didasarkan pada pertimbangan apakah biaya asuransi tersebut cukup efektif dalam menanggung sebuah risiko. Secara umum tujuan asuransi untuk sektor pertanian adalah untuk memberikan proteksi atau penggantian terhadap risiko gagal panen akibat serangan hama, penyakit, ataupun bencana alam. Asuransi pertanian ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi para pihak baik itu petani itu sendiri baik menyangkut tingkat produksi bahkan sampai pada perbaikan situasi ekonomi maupun perusahaan penyedia jasa asuransi.Asuransi pertanian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain :1) Asuransi pertanian akan melindungi petani dari kerugian secara finansial karena kegagalan panen melalui fungsi tanggunggan kerugian.2) Asuransi pertanian akan meningkatkan posisi tawar petani terhadap kredit pertanian. Hal ini karena asuransi pertanian menjamin perlindungan dari kegagalan panen maka petani peserta asuransi mendapat rasio kredit yang lebih baik jika asuransi termasuk didalamnya.3) Skim asuransi pertanian di samping meningkatkan stabilitas pendapatan petani dengan menanggung kerugian mereka dari kerusakan tanaman juga merupakan kebijakan yang positif dalam meningkatkan produktivitas dengan mencegah dan membatasi pengaruh bencana alam, khususnya hama dan penyakit.4) Asuransi pertanian memberikan kontribusi terhadap stabilitas ekonomi yang lebih baik akibat dampak dari kerusakan tanaman dalam ruang dan waktu.Sebagai salah satu bentuk usaha yang memiliki resiko pertanian, sudah selayaknya diperlukan suatu bentuk asuransi usaha yang tepat bagi pertanian. Resiko-resiko pertanian yang biasa melanda usaha ini adalah yang berakibat kepada gagal panen yang berasal dari kejadian peubahan iklim yang ekstrim, serangan hama atau rendahnya penggunaan teknologi pertanian. Jika hal ini tidak dapat diantisipasi dengan tepat, maka hal ini dapat melemahkan semangat petani untuk tetap melaksanakan kegiatan pertanian.Petani dalam kemampuannya beradaptasi dengan permasalahan ini dan dalam mengembangkan usahanya selalu terkendala oleh modal, penguasaan teknologi dan akses pasar. Pendekatan konvensional dengan menerapkan salah satu atau kombinasi strategi produksi, pemasaran, finansial, dan pemanfaatan kredit informal diperkirakan kurang efektif. Oleh karena itu diperlukan sistem proteksi melalui pengembangan asuransi pertanian.

2.3 Definisi Resiko (Risk) dan Ketidakpastian (Uncertainty)Resiko dan uncertainty untuk pertama kalinya dibahas sebagai konsep yang berbeda oleh Frank Knight. Knight menyatakan pada kondisi uncertainty, baik alternatif outcome maupun probabilitas terjadinya suatu even tidak diketahui, sebaliknya di bawah resiko outcome dan probabilitas keduanya diketahui dengan pasti (Debertin, 1986).Sependapat dengan Knight, Ellis (1989) mendefinisikan resiko sebagai situasi di mana probabilitas even-even yang mempengaruhi hasil pengambilan keputusan telah diketahui. Probabilitas dalam definisi tersebut berarti frekuensi yang diharapkan terjadi dari sebuah atau sejumlah kejadian. Jumlah seluruh kemungkinan sama dengan satu. Dengan demikian resiko merupakan suatu hal yang obyektif dengan asumsi ketersediaan cukup informasi. Dalam prakteknya informasi yang simetri tidak semata-mata merujuk pada pengetahuan atau keserbatahuan seseorang atas kejadian tertentu, namun lebih pada derajat personal pengambilan keputusan atau dengan kata lain seberapa besar kepercayaan orang tersebut pada setiap peluang yang mungkin terjadi. Hingga batas ini resiko secara perlahan akan bergeser dari sudut pandang obyektif menjadi subyektif. Masih menurut Ellis (1989), uncertainty atau ketidakpastian tidak berkaitan secara langsung dengan peluang atau probabilitas. Dalam ekonomi pertanian ketidakpastian merupakan deskripsi karakter dan lingkungan ekonomi yang dihadapi rumah tangga petani di mana lingkungan tersebut mengandung beragam ketidakpastian yang direspon oleh petani berdasarkan kepercayaan subyektif mereka. Pada perkembangan selanjutnya secara konseptual risk dan uncertainty tidak lagi diartikan dalam terminologi yang dikotomis melainkan sebagai sebuah konsep yang berkesinambungan (kontinum) sebagaimana digambarkan berikut ini:

2.4 Jenis KetidakpastianSebagaimana telah diketahui, karakteristik sektor pertanian yang utama adalah tingginya derajat ketidakpastian dalam pengambilan keputusan produksi. Untuk itu perlu diketahui beberapa jenis ketidakpastian yang lazim terjadi di sektor pertanian.1) Resiko alamiah: meliputi dampak yang unpredictable dari iklim, hama, penyakit, dan bencana lainnya. Faktor determinan tersebut sangat berpengaruh pada produksi petani dan panjangnya siklus produksi. Kemampuan petani untuk mengatasi kendala-kendala alamiah semacam ini umumnya sangat bervariasi tergantung dari kemampuan petani membeli input produksi tunai yang relevan.2) Fluktuasi pasar: yaitu kesenjangan antara keputusan untuk memulai suatu usahatani dengan pencapaian output. Hal ini menunjukkan bahwa harga pasar pada titik penjualan tidak selalu diketahui pada saat keputusan produksi ditetapkan. Perlu campur tangan dan kebijakan pemerintah pada kondisi di mana terjadi kelangkaan informasi dan imperfeksi pasar. Khusus untuk komoditi tahunan juga terdapat lag waktu yang cukup lama (kesenjangan) antara saat tanam dan pemanenan (antara pengeluaran biaya produksi dan penerimaan)3) Ketidakpastian sosial: merujuk pada perbedaan akses dan kontrol sumberdaya tertentu serta ketergantungan hidup sekelompok petani kepada kelompok lain (dalam hal ini pemilik tanah dan faktor produksi melalui sistem bagi hasil)4) Kebijakan pemerintah dan perang: pertanian secara keseluruhan juga mengalami uncertainty berkenaan dengan perubahan kebijakan pemerintah dan atau perang yang secara langsung mempengaruhi peta kerjasama perekonomian antar negara (penetapan harga dunia dan pinjaman dana luar negeri bagi keperluan pembangunan).

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Konsep Asuransi Pertanian3.1.1 Konsep Asuransi Pertanian di Beberapa NegaraDi negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara Eropa, asuransi pertanian berkembang pesat dan efektif untuk melindungi petani. Oleh karena itu, asuransi pertanian termasuk salah satu strategi dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim. Kondisi ini berbeda dengan di negara berkembang. Perkembangan asuransi pertanian beragam dan belum menampakkan hasil yang memuaskan. Di Taiwan, asuransi pertanian berkembang dengan baik; di India, Bangladesh, dan Filipina perkembangannya lambat, sedangkan di Thailand kurang berkembang. Di Indonesia, asuransi pertanian belum terwujud, meskipun sejak tahun 1982-1998 telah tiga kali (1982, 1984, dan 1985) dibentuk Kelompok Kerja Persiapan Pengembangan Asuransi Panen. Pada tahun 1999, pengembangan asuransi pertanian dicanangkan lagi. Pembahasan serius telah dilakukan, tetapi untuk melangkah ke tahap implementasi perlu pertimbangan yang matang. Dibutuhkan berbagai masukan untuk merumuskan kebijakan, strategi, program, perintisan, dan instrumen kelembagaan yang sesuai dengan strategi pengembangan.Dalam rangka implementasi asuransi pertanian di Indonesia, penting untuk melihat berbagai model dan gagasan asuransi pertanian yang telah diterapkan di negara-negara lain sebagai bentuk perbandingan dan bahan pertimbangan dalam penerapan asuransi pertanian sehingga tidak menuai kegagalan tapi berujung pada kesuksesan yang mensejahterakan petani dan para pihak yang terlibat. Salah satu negara yang menyelenggarakan asuransi pertanian ialah Nigeria. Asuransi pertanian di Nigeria tersebut ialah (1) Meningkatkan produksi pertanian karena akan meningkatkan keyakinan yang lebih besar dalam mengadopsi pertanian baru dan lebih baik dalam praktek dan melakukan investasi yang lebih besar dalam sektor pertanian dari ekonomi Nigeria, sehingga meningkatkan total produksi; (2) Memberikan dukungan keuangan kepada petani dalam hal kerugian yang timbul dari bencana alam; (3) Meningkatkan aliran kredit pertanian dari pinjaman lembaga untuk para petani; (4) Meminimalkan atau menghilangkan kebutuhan akan keadaan darurat bantuan yang diberikan oleh Pemerintah selama periode bencana pertanian. Produk asuransi pertanian yang diterapkan di Nigeria juga terdiri dari beberapa jenis yaitu asuransi tanaman (crop isurance) yang merupakan asuransi yang jaminan ganti ruginya dilakukan jika terjadi kegagalan yang diakibatkan oleh bencana yang menyerang tanaman misalnya banjir, kebakaran, atau diserang oleh hama penyakit.Ada beberapa kebijakan terkait dengan crop insurance diantaranya ialah kebijakan mengenai harvest policy, credit policy, dan livestock insurance policies. Persoalan moral hazard merupakan masalah klasik dalam bisnis asuransi. Hal tersebut juga sangat rentan terjadi dalam asuransi pertanian. Oleh karena itu perlu sebuah sistem manajemen teknis dalam mengatasi persoalan tersebut sehingga sebelum program ini diterapkan di Indonesia, telah ada langkah taktis untuk mengatasi masalah moral hazard atau adverse selection. Beberapa hal yang harus jelas dan rinci dalam persoalan asuransi pertanian yaitu yang terkait dengan besarnya premi yang ditanggung petani namun juga tidak berpotensi merugikan perusahaan penyedia asuransi karena untuk kasus percobaan di Indonesia menunjukan bahwa perusahaan yang menyediakan asuransi pertanian mengalami kerugian yang sangat besar akibat jumlah klaim jauh lebih besar daripada premi yang terkumpul. Mekanisme pemberian subsidi yang dilakukan oleh pemerintah juga harus jelas sehingga seluruh anggaran termanfaatkan dengan baik mengingat pengelolaan dana-dana yang diperuntukkan untuk publik masih mengalami banyak permasalahan. Hal ini dapat diakibatkan oleh syarat administrasi yang sulit terpenuhi dan membebani masyarakat.

3.1.2 Risiko Usaha Tani dan Kebutuhan Asuransi PertanianSecara tradisional, petani telah mengembangkan pendekatan praktis untuk mengatasi risiko, baik secara individual maupun berkelompok. Menyimpan sebagian hasil panen padi dalam lumbung, menanam umbi-umbian di pekarangan atau ladang, dan memelihara ternak merupakan cara-cara praktis yang lazim ditempuh untuk mengatasi risiko usaha tani. Hal seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti India, Tanzania, dan El Salvador. Dalam menghadapi risiko, petani menerapkan strategi yang berbeda-beda. Umumnya, mereka menerapkan satu atau kombinasi dari beberapa strategi berikut:1) Strategi produksi, mencakup diversifikasi atau memilih usaha tani yang pembiayaan dan atau pengelolaan produksinya fleksibel. Petani Indonesia umumnya menerapkan strategi diversifikasi usaha tani.2) Strategi pemasaran, misalnya menjual hasil panen secara berangsur, memanfaatkan sistem kontrak untuk penjualan produk yang akan dihasilkan, dan melakukan perjanjian harga antara petani dan pembeli untuk hasil panen yang akan datang. Upaya yang banyak dilakukan petani Indonesia ialah dengan cara menjual hasil panen secara berangsur.3) Strategi finansial, mencakup melakukan pencadangan dana yang cukup, melakukan investasi pada kegiatan berdaya hasil tinggi, dan membuat proyeksi arus tunai berdasarkan perkiraan biaya produksi, harga jual produk, dan produksi. Di Indonesia strategi ini belum populer.4) Pemanfaatan kredit informal, seperti meminjam uang atau barang kebutuhan pokok dari pedagang atau pemilik modal perorangan. Strategi ini banyak diterapkan petani kecil di Indonesia.5) Menjadi peserta asuransi pertanian untuk menutup kerugian yang diperkirakan akan terjadi. Strategi ini banyak ditempuh oleh petani di negara maju dan sebagian petani di negara berkembang. Di Indonesia, asuransi pertanian formal belum berkembang.Meskipun beberapa strategi tersebut telah diterapkan oleh sebagian petani, mereka masih sulit mengatasi risiko berusaha tani. Oleh karena itu diperlukan strategi lain yang sistematis, misalnya melalui asuransi pertanian, suatu lembaga ekonomi yang berfungsi untuk mengelola risiko yang dihadapi petani. Tujuannya adalah: 1) menstabilkan pendapatan petani dengan mengurangi kerugian karena kehilangan hasil; 2) merangsang petani mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan produksi dan efisiensi penggunaan sumber daya; dan 3) mengurangi risiko yang dihadapi lembaga perkreditan pertanian dan meningkatkan akses petani ke lembaga tersebut.

3.1.3 Rencana Bangun Skim Asuransi PertanianPengembangan asuransi pertanian perlu mempertimbangkan tujuan dan prinsip pengembangan lembaga asuransi pertanian, perilaku petani dalam menghadapi risiko, dan prasyarat yang harus dipenuhi untuk bekerjanya sistem asuransi pertanian. Dalam praktek, pengembangan asuransi pertanian di Indonesia perlu memperhatikan tiga hal berikut: 1) pengambilan keputusan oleh sebagian besar petani tidak hanya mempertimbangkan faktor ekonomi tetapi juga sosial budaya;2) sebagian besar usaha tani berskala kecil dan sering kali sebagai usaha sambilan; dan3) usaha tani umumnya terpencar dengan pola tanam yang beragam. Kesemua itu akan mempengaruhi biaya operasional asuransi pertanianAda sembilan unsur kunci yang menentukan efektivitas, kelancaran operasional, dan keberlanjutan sistem asuransi pertanian, yaitu:1) Petani sasaran; dalam arti apakah sasarannya petani tertentu berdasarkan kategori skala usaha, partisipasi dalam lembaga perkreditan, status garapan, dan sebagainya. Untuk kasus usaha tani padi lebih layak tidak dilakukan pemilahan berdasarkan tiga kategori tersebut.2) Cakupan komoditas usaha tani; untuk semua komoditas atau komoditas tertentu. Berpijak pada kondisi yang ada, tampaknya lebih layak mengembangkan asuransi pertanian untuk komoditas tertentu, khususnya padi.3) Cakupan asuransi. Dalam konteks ini, yang utama ialah kaitannya dengan nilai jaminan dan penentuan kerugian. Faktor-faktor yang diperhitungkan dalam penilaian jaminan dan penentuan kerugian lazimnya dikaitkan dengan peluang terjadinya klaim dan kesanggupan petani membayar premi yang dikaitkan dengan kompensasi yang dinikmati petani dalam menjalankan usaha tani.4) Nilai premi dan prosedur pengumpulannya. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan aspek yang mempengaruhi kelayakan finansial asuransi pertanian dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan produksi pangan.5) Mekanisme penyesuaian kerugian. Penentuan mekanisme penyesuaian kerugian harus memperhitungkan struktur biaya kelembagaan asuransi pertanian maupun struktur biaya dan risiko usaha tani. Informasi dan data yang dibutuhkan dalam merancang mekanisme penyesuaian kerugian dapat diperoleh melalui survei yang disempurnakan berdasarkan hasil penelitian dengan pendekatan kaji tindak.6) Struktur organisasi terkait dengan skim yang dipilih. Jika berbentuk BUMN, persoalan yang berkaitan dengan aspek property right harus disesuaikan dengan kerangka hukum yang berlaku. Di tingkat operasional, struktur organisasi yang dibentuk harus pula memperhatikan eksistensi kelembagaan di tingkat petani yang relevan dengan asuransi pertanian.7) Skim pendanaan. Jika bentuk badan usaha yang dipilih ialah BUMN maka kebijakan pemerintah yang diberlakukan untuk badan-badan usaha milik negara akan berlaku pula sebagai acuan dalam skim pendanaan asuransi pertanian. Modifikasi mungkin diperlukan terkait dengan keunikan sistem asuransi pertanian.8) Susunan penjaminan ulang. Secara teknis, susunan penjaminan ulang harus diputuskan sejak kelembagaan asuransi pertanian akan didirikan. Meskipun demikian, modifikasi dan penyempurnaan diperlukan berdasarkan hasil evaluasi dan pemantauan.9) Komunikasi dengan petani. Di antara sembilan unsur kunci dalam skim asuransi pertanian, komunikasi dengan petani merupakan hal yang paling penting. Pengembangan sistem komunikasi perlu memperhatikan kelembagaan lokal. Jika pendekatan yang ditempuh ialah kelompok tani sehamparan maka penguatan kelompok tani merupakan syarat mutlak. Peningkatan kemampuan kelompok tani dalam pencatatan kegiatan usaha tani diperlukan dalam upaya menekan biaya operasional asuransi.

3.2 Peran Serta Asuransi Pertanian dalam Mengatasi Risiko Usaha PertanianAsuransi pertanian memiliki peranan penting dan strategis dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan ditinjau dari empat perspektif yakni ekonomi, lingkungan, sosial dan kelembagaan.3.2.1 Asuransi Pertanian dalam Perspektif EkonomiManfaat ekonomi merupakan hal utama dari asuransi pertanian karena asuransi ini ditujukan untuk menjaga sumber mata pencaharian dan keberlangsungan usaha tani masyarakat setelah terkena bencana. Asuransi pertanian berperan penting dalam menyelamatkan ekonomi rumah tangga masyarakat tani yang selama ini masih merupakan kelompok masyarakat dengan pendapatan yang rendah, hal ini tentu akan berdampak tehadap kondisi ekonomi secara umum karena sejauh ini kelompok masyarakat berpendapatan rendah mayoritas menggunakan uang mereka untuk belanja konsumsi sehingga tidak memiliki persiapan atau tabungan dalam mengahadapi bencana alam, dalam kondisi seperti ini petani banyak melakukan pinjaman, menggadaikan barang atau berhubungan dengan rentenir untuk memperoleh dana pinjaman sehingga hal ini tentu semakin menjerat petani dalam jangka panjang. Kondisi ini menuntut solusi agar masyarakat tani tidak terus terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan tersebut. Asuransi pertanian menjadi sebuah solusi atas ketidakberdayaan masyarakat menghadapi kondisi-kondisi tidak terduga, sehingga asuransi pertanian diharapkan mampu membantu masyarakat tani mengatasi persoalan temporal ini agar dapat terhindar dari berbagai bentuk ketergantungan yang merugikan. Untuk melihat tingkat keberhasilan aspek ekonomi ada beberapa hal yang muncul dan diidentifikasikan mampu menjadi kendala yang berdampak terhadap keberlanjutan program dalam jangka panjang yaitu:1) Ciri khas dari sektor pertanian di Indonesia: memilki usaha yang terpencar-pencar, sistem produk bervariasi, skala usaha kecil yang berimplikasi terhadap biaya administrasi dalam usaha asuransi (aspek ekonomi)2) Pemanfaatan kredit informal lazim ditempuh oleh sebagian besar para pelaku sektor pertanian (aspek ekonomi, dan sosial)3) Nilai dan komposisi APBD juga berpotensi memberikan dampak terhadap potensi permintaan asuransi umum. (aspek teknis, dan ekonomi).

3.2.2 Asuransi Pertanian dalam Perspektif LingkunganAktifitas pertanian memiliki keterkaitan erat dengan kondisi alam dan lingkungan serta sulit dihindarkan dari bencana alam yang terjadi terlebih dengan perubahan iklim yang sering terjadi akhir-akhir ini sehingga banyak merugikan petani dan menurunkan minat bertani masyarakat sehingga hal ini tentu mengancam keberlanjutan pertanian di Indonesia. Aktifitas bertani yang semakin berkurang tentu akan berdampak pada kualitas lingkungan yang semakin rendah mengingat pembangunan fisik (rumah, gedung, kantor dan lain-lain) terus bertambah sementara kegiatan bercocok tanam semakin berkurang akibat risiko bertani yang semakin tinggi, oleh karena itu asuransi pertanian merupakan bentuk manajemen risiko usaha tani yang dapat memicu terjadinya keseimbangan dalam pemanfaatan alam dan memicu perbaikan kualitas lingkungan hidup.Laporan Economic and Environmental Effects of Agricultural Insurance Programs tahun 2012 menunjukan bahwa asuransi pertanian atau tanaman juga mempengaruhi produksi dalam tiga cara utama yaitu sebagai berikut:1) Subsidi meningkatkan pendapatan bersih per hektar dan dengan demikian meningkatkan insentif untuk menanam tanaman yang memenuhi syarat dan menanam lebih banyak tanaman dengan tingkat subsidi yang lebih tinggi;2) Ketersediaan asuransi tanaman, yang dimungkinkan oleh program pemerintah, mendorong penanaman tanaman tertanggung pada bidang yang tidak akan dinyatakan untuk dipertimbangkan karena potensi kerugian yang signifikan, dan3) Dengan mengurangi kemungkinan kerugian dari hasil dan harga yang rendah, asuransi tanaman menciptakan insentif bagi petani untuk melakukan sedikit praktek mitigasi risiko lain dan karena itu lebih focus pada peningkatan produktivitas rata-rata.4) Pemanfaatan kredit informal lazim ditempuh oleh sebagian besar para pelaku sektor pertanian (aspek ekonomi, dan sosial)5) Kepercayaan masyarakat terhadap institusi asuransi yang masih sangat kurang (aspek sosial budaya, dan teknis)

3.2.3 Asuransi Pertanian dalam Perspektif SosialAspek sosial, merupakan tinjauan keberhasilan dari pelaksanaan program yang dilihat dari pengaruhnya terhadap kondisi sosial yang ada didalam suatu negara atau masyarakat sebagai satu kesatuan yang saling terintegrasi. Untuk melihat tingkat keberhasilan aspek sosial ada beberapa hal yang muncul dan diidentifikasikan mampu menjadi kendala yang berdampak terhadap keberlanjutan program dalam jangka panjang yaitu:1) Belum terbentuknya mind set petani terhadap asuransi (menyangkut aspek sosial budaya)2) Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan teknologi yang menyebabkan relatif tingginya peluang terjadinya kegagalan produksi dalam hal ini berhubungan dengan biaya (benefit/cost) mengenai tindakan upaya mengatasi resiko. (aspek sosial budaya, dan ekonomi)3) Moral hazard yg berdampak pada unsur usaha kesengajaan dalam proses klaim asuransi (aspek sosial budaya).4) Pemanfaatan kredit informal lazim ditempuh oleh sebagian besar para pelaku sektor pertanian (aspek ekonomi, dan sosial)5) Kepercayaan masyarakat terhadap institusi asuransi yang masih sangat kurang (aspek sosial budaya, dan teknis).

3.2.4 Asuransi Pertanian dalam Perspektif KelembagaanAsuransi merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan investasi yang fungsinya selain memberikan fasilitas pertanggungan bagi masyarakat dari berbagai potensi resiko, asuransi juga sebagai lembaga investasi jangka panjang yang mengelola dana masyarakat. Sehingga dalam hal ini perlu sekali bagi lembaga asuransi memberikan laporan pertanggungjawaban secara rutin (setahun sekali) kepada masyarakat mengenai dana-dana masyarakat yang telah diinvestasikan ke dalam bentuk polis asuransi dengan tujuan transparansi dan memberikan tingkat kepercayaan yang besar kepada masyarakat terhadap lembaga asuransi.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanSebagai implikasi dari perubahan iklim, risiko, dan ketidakpastian dalam usaha tani menyebabkan resiko pada usaha pertanian semakin besar. Upaya mengatasi resiko dan ketidakpastian tersebut melalui salah satu atau kombinasi dari strategi produksi, strategi finansial, ataupun pemanfaatan kredit informal diperkirakan tidak memadai. Pengembangan sistem proteksi formal yang sistematik dalam bentuk asuransi pertanian diperlukan untuk mengurangi resiko tersebut.Di negara-negara maju asuransi pertanian telah diterapkan dan sangat efektif untuk melindungi petani. Petani di Indonesia juga membutuhkan adanya asuransi pertanian untuk melindungi mereka dari ketidakpastian hasil usaha pertaian. Pengembangan asuransi pertanian perlu mempertimbangkan tujuan dan prinsip pengembangan lembaga asuransi pertanian, perilaku petani dalam menghadapi risiko, dan prasyarat yang harus dipenuhi untuk bekerjanya sistem asuransi pertanian.Asuransi pertanian memiliki peranan penting dan strategis dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan ditinjau dari empat perspektif yakni ekonomi, lingkungan, sosial dan kelembagaan. Dengan adanya asuransi pertanian maka akan meningkatkan motivasi petani untuk berkarya yang nantinya juga akan mempengaruhi aspek ekonomi lainnya.

4.2 SaranDari pembahasan mengenai asuransi pertanian diatas, penulis dapat memberikan saran :1. Pemerintah perlu segera melaksanakan asuransi pertanian di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan memberikan perlindungan bagi para petani sekaligus solusi agar petani keluar dari poverty trap.2. Peran pemerintah dalam mengembangkan asuransi pertanian sangat menetukan. Adanya subsidi dari pemerintah untuk asuransi pertanian akan sangat membantu mensukseskan asuransi pertanian.3. Diperlukan peraturan dan kelembagaan yang jelas untuk melaksanakan asuransi pertanian agar dapat berjalan dengan baik.4. Perlu dilakukan sosialisasi yang optimal tentang asuransi pertanian agar para petani mengetahui pentingnya asuransi pertanian bagi mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pertanian. 2013. Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2011-2012. Buletin PDB Sektor Pertanian. XII (I): 1-7.

Koerniawati, Tatiek. 2012. Hedging: Suatu Alternatif Manajemen Risk dan Uncertainty, (Online). (http://tatiek.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Hedging-sebagai-konsep-asuransi-produk-pertanian.pdf diakses ^ Juli 2014)

Pasaribu, M. Sahat dkk. 2010. Pengembangan Asuransi Usaha Tani Padi Untuk Menanggulangi Risiko Kerugian 75% Akibat Banjir, Kekeringan, dan Hama Penyakit. Jakarta: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Republik Indonesia. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang). Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. 1992

Sumaryanto & A. R. Nurmanaf. 2007. Simpul-Simpul Strategis Pengembangan Asuransi Pertanian Untuk Usaha Tani Padi di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. XXV (II): 89-103

Supratoyo, Yesi Hendriani & kasmiati. ________. Asuransi Pertanian Sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha Tani Menuju Pertanian Berkelanjutan: Tinjauan Konseptual. Bogor : Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Suryono, Arief. 2009. Asuransi Kesehatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992. Jurnal Dinamika Hukum. IX (III): 213-221

Riana, Fitria Dina. 2012. Kredit dan Asuransi Pertanian. Malang: Lab. Manajemen dan Analisis Agribisnis Universitas Brawijaya.

20