ca laring

57
1 KARSINOMA LARING REFERAT Dokter Pembimbing dr. H. Farid Wajdi Sp. THT-KL Disusun oleh : A. RIA KURNIAWATI 08310001 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: andi-ria-kurniawati

Post on 02-Aug-2015

128 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ca Laring

1

KARSINOMA LARING

REFERAT

Dokter Pembimbing

dr. H. Farid Wajdi Sp. THT-KL

Disusun

oleh :

A. RIA KURNIAWATI

08310001

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

SMF THT-KL RSUD TASIKMALAYA

2012

Page 2: Ca Laring

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karsinoma laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT.

Sebagai gambaran, di luar negeri karsinoma laring menempati urutan pertama

dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RSCM menempati urutan

ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal.1

Karsinoma laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan,

dengan perbandingan 5 : 1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun.2

Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa

hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok,

alkohol dan sinar radioaktif.1

Untuk menegakkan diagnosa karsinoma laring masih belum memuaskan,

hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga

dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan

yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.

Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.1

Secara umum penatalaksanaan karsinoma laring adalah dengan

pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung

stadium penyakit dan keadaan umum penderita.1

1

Page 3: Ca Laring

3

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan referat ini diantaranya adalah untuk memberikan

gambaran ringkas mengenai Karsinoma Laring.

1.3 Mafaat Penulisan

Referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta

pembaca mengenai Karsinoma Laring. Selain itu, referat ini juga akan dijadikan

untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik di bagian THT FKU

Malahayati.

Page 4: Ca Laring

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang

rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan

ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.3

Gambar 2. 1 : Gambar saluran pernafasan1

Laring terletak di bagian anterior leher setinggi korpus vertebra servikalis

III-VI. Laring menghubungkan bagian inferior faring dengan trakea.4

Kerangka laring terdiri dari Sembilan tulang rawan yang berhubungan

melalui ligamentum dan membrana. Dari Sembilan tulang rawan terdapat tiga

yang tunggal (Kartilago tiroid, Kartilago Krikoid, Kartilago epiglotika).4

3

Page 5: Ca Laring

5

Tulang dan tulang rawan laring yaitu :

a. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba

pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus

longus dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan.

Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah,

mandibula dan tengkorak.

b. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar,

terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan

mengembang ke arah belakang.

c. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan

merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi

tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot

krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot

krikoaritenoid posterior.5

Page 6: Ca Laring

6

Gambar 2. 2 : Anatomi laring2

Gambar 2. 3 Posisi Laring3

Page 7: Ca Laring

7

2.1.1 Otot-otot Laring

Otot-otot laring terdiri dari 2 kelompok yaitu otot ekstrinsik dan

otot intrinsik. Otot ekstrinsik yang utama bekerja pada laring secara

keseluruhan, sementara otot intrinsik menyebabkan gerakan antara

berbagai struktur-struktur laring sendiri.6

a. Otot-otot ekstrinsik :

1) Otot elevator :

- M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M. Stilohioid

meluas dari Os Hioid ke mandibula, lidah dan prosesus

stiloideus pada cranium.

2) Otot depressor :

- M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid

b. Otot-otot Intrinsik :

1) Otot Adduktor dan Abduktor :

- M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum

Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis :

- M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid

2) Otot yang mengatur pintu masuk laring :

- M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.7

Page 8: Ca Laring

8

Gambar 2. 4 : muskulus di laring2

2.1.2 Rongga Laring

Batas atas rongga laring ialah aditus laring,

Batas bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago

krikoid.

Batas depannya ialah permukaan belakang epiglotis, tuberkulum

epiglotis, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina

kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid

Batas belakangnya ialah M. Aritenoid transversus dan lamina

kartilago krikoid.7

Pada laring terdapat pita suara asli (plika vokalis) dan pita suara

palsu (plika ventrikularis). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan

disebut rima glotis, dan bidang antara plika ventrikularis kiri dan kanan

disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi

Page 9: Ca Laring

9

rongga laring dalam 3 bagian, yaitu: vestibulum laring/supraglotik (di

atas plika ventrikularis), glotik, dan subglotik (di bawah plika vokalis).4

Gambar 2. 5 : Rongga Laring5

2.1.3 Persarafan Laring

Saraf-saraf laring berasal dari Nervus Vagus (Nervus Kranialis

X) melalui ramus eksternus nervus laringeus superior dan nervus

laringeus rekurens. Nervus laringeus superior berakhir menjadi dua

cabang di dalam sarung karotis yaitu nervus laringeus internus (sensoris

dan otonom) dan nervus laringeus eksternus (motoris).4

Nervus laringeus rekurens mempersarafi semua otot laring

intrinsik, kecuali M. Krikotiroid yang dipersarafi oleh nervus laringeus

eksternus. 4

2.1.4 Perdarahan Laring

Arteri-arteri laring berasal dari cabang-cabang arteri tiroid

superior dan arteri tiroid inferior memasok darah kepada laring. Arteri

laring superior mengiringi ramus internus nervi laringealis superior

melalui membran tiroid dan kemudian bercabang-cabang untuk

mengantar darah ke permukan dalam laring. Arteri laring inferior

Page 10: Ca Laring

10

mengiringi nervus laringeus inferior dan memasok darah kepada

membran mukosa dan otot-otot di aspek inferior laring.4

Perdarahan laring terdiri dari 2 cabang, yaitu :

a. Arteri laringis superior, merupakan cabang dari arteri tiroid

superior. Berjalan melewati bagian belakang membran

tirohioid dan menembus membran ini untuk berjalan

disubmukosa dari dinding lateral dan lantai sinus piriformis

untuk mendarahi mukosa dari otot-otot laring.

b. Arteri laringis inferior, merupakan cabang arteri tiroid

inferior. Berjalan ke belakang sendi krikotiroid, lalu masuk

laring melalui daerah pinggir bawah M. konstriktor faring

inferior dan memperdarahi mukosa dan otot laring.4

Vena-vena laring mengikuti arteri-arteri laring. Vena laring

superior biasanya bersatu dengan vena tiroid superior, lalu bermuara ke

vena jugularis interna. Vena laring inferior bersatu dengan vena tiroid

inferior atau pleksus vena-vena tiroid yang beranastomosis pada aspek

anterior trachea.4

Page 11: Ca Laring

11

Gambar 2. 6 : Persarafan dan perdarahan Laring4

2.1.5 Pembuluh Limfa Laring

Pembuluh limfa eferen dari golongan superior bergabung dengan

kelenjar bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari

golongan inferior bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan

beberapa menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikula.8

Page 12: Ca Laring

12

Gambar 2. 7 : Persarafan, perdarahan dan pembuluh limfe laring2

2.2 Fisiologi

Walaupun laring biasanya dianggap sebagai organ penghasil suara,

namun ternyata mempunyai tiga fungsi utama yaitu:

a. proteksi jalan nafas

b. respirasi dan

c. fonasi.6

a. Proteksi jalan nafas

Perlindungan jalan nafas selama aksi menelan terjadi melalui

berbagai mekanisme berbeda. Aditus laringis sendiri tertutup oleh kerja

sfingter dari otot tiroaritenoid dalam plika ariepiglotika dan korda vokalis

Page 13: Ca Laring

13

palsu, disamping aduksi korda vokalis sejati dan aritenoid yang

ditimbulkan oleh otot intrinsik laring lainnya.6

b. Respirasi

Selama respirasi, tekanan intratoraks dikendalikan oleh berbagai

derajat penutupan korda vokalis sejati. Perubahan tekanan ini membantu

sistem jantung seperti juga ia mempengaruhi pengisian dan pengosongan

jantung dan paru. Selain itu, bentuk korda vokalis palsu dan sejati

memungkinkan laring berfungsi sebagai katup tekanan bila menutup,

memungkinkan peningkatan tekanan intratorakal yang diperlukan untuk

tindakan-tindakan mengejan.6

c. Fonasi

Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen

yang bergetar adalah pita suara, yang umumnya disebut tali suara. Pita

suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah dari glotis.9

Fungsi laring sebagai fonasi yaitu dengan membuat suara serta

menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh

peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka M.

krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan,

menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan M. krikoaritenoid

posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang.

Plika vokalis kini dalam keadaan efektif untuk  berkontraksi. Sebaliknya

kontraksi M. krikoaritenoid akan mendorong kartilago krikoaritenoid ke

Page 14: Ca Laring

14

depan, sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta

mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.8

Fungsi laring lainnya yaitu:

a. Refleks batuk

Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat

dibatukkan keluar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret

yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.

b. Sirkulasi

Dengan terjadi perubahan tekanan udara di dalam traktus

trakeobronkial akan mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus,

sehingga mempengaruhi sirkulasi dalam tubuh.

c. Menelan

Laring membantu menelan melalui 3 mekanisme, yaitu

gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan

mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak masuk

lagi ke dalam laring.

d. Emosi

Laring berfungsi mengekspresikan emosi seperti berteriak,

mengeluh, menangis, dan lain-lain.8

2.3 Definisi

Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau

daerah lainnya di tenggorokan. Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan

laring yang paling sering terjadi (94%).6 Karsinoma sel skuamosa adalah

Page 15: Ca Laring

15

karsinoma awal setempat yang berasal dari epitel skuamosa serta tampak sebagai

sel-sel kuboid dan keratinisasi.10

Gambar 2. 8 : Karsinoma Laring 7

2.4 Prevalensi

Sebagai gambaran perbandingan, di luar negeri karsinoma laring

menempati tempat pertama dalam urutan keganansan di bidang THT, sedangkan

di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, karsinoma laring menduduki urutan ketiga

setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.1

Menurut data statistik dari WHO (1961) yang meliputi 35 negara, seperti

dikutip oleh Batsakis (1979), rata-rata 1,2 orang per 100.000 penduduk meninggal

oleh karsinoma laring.1

Page 16: Ca Laring

16

Di Departemen THT FKUI/RSCM periode 1982-1987 proporsi

karsinoma laring 13,8% dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah kasus rata-rata

25 pertahun.1 Periode 1988-1992 karsinoma laring sebesar 9,97%, menduduki

peringkat ketiga keganasan THT (712 kasus). Karsinoma nasofaring sebesar

71,77%, diikuti oleh keganasan hidung dan paranasal 10,11%, telinga 2,11%,

orofaring/tonsil 1,69%, esophagus/bronkus 1,54%, rongga mulut 1,40% dan

parotis 0,28%.1

Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 – Juni 2003 dijumpai 97

kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8 : 1. Usia

penderita berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 – Februari 2000,

28 orang diantaranya telah dilakukan operasi laringektomi total.11

Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 11:1, terbanyak pada usia

56-69 tahun dengan kebiasaan merokok didapatkan pada 73,94%.2

2.5 Etiologi

Etiologi karsinoma laring belum diketahui secara pasti. Dikatakan oleh

para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok-kelompok

orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian

epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan

terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah:

a. Rokok

b. Alkohol

c. Terpajan oleh sinar radioaktif. 1

Page 17: Ca Laring

17

Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo

menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak

merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai

dengan kenaikkan jumlah rokok yang dihisap.1

Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis

dini dan pengobatan atau tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih

terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan

bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi

serta fungsi sfingter laring.1

2.6 Histopatologi

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua tumor

ganas laring. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkatan diferensiasi :

a. berdiferensiasi baik (grade 1)

b. berdiferensiasi sedang (grade 2)

c. berdiferensiasi buruk (grade 3).

Kebanyakan tumor ganas pita suara cenderung berdiferensiasi baik. Lesi

yang mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang

berdiferensiasi baik.1

Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah:

a. karsinoma anaplastik

b. karsinoma pseudosarkoma

c. adenokarsinoma

d. sarkoma. 12

Page 18: Ca Laring

18

Karsinoma Verukosa

Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak,

akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas

laring, lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan

3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat

menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase

regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak

efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.12

Adenokarsinoma

Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering

dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari

glotis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar, two years survival

rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal

dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi paska operasi.11

Kondrosarkoma

Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid

70%, tiroid 20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 – 60

tahun. Terapi yang dianjurkan adalah laringektomi total.4

Page 19: Ca Laring

19

2.7 Klasifikasi dan Stadium

Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982,

klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas :

a. Supraglotis (30-35%)

b. Glotis (60-65%)

c. Subglotis (1%)

Supraglotis

Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior

epiglotis yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik,

aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara palsu,

ventrikel. Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai

batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

Gambar 2. 9 : tumor ganas supraglotis6

Glotis

Page 20: Ca Laring

20

Yang termasuk glotis adalah : mengenai pita suara asli,

komisura anterior dan komisura posterior. Batas inferior glotis

adalah 10 mm dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan

batas inferior otot–otot intrinsik pita suara. Batas superior adalah

ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glotis dapat mengenai satu

atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis sejauh 10 mm, dan

dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus

vokalis kartilago aritenoid.

Gambar 2. 10 : Tumor ganas glotis6

Subglotis

Yang termasuk subglotis adalah dinding subglotis. Tumbuh

lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai batas

inferior krikoid.8

Page 21: Ca Laring

21

Gambar 2. 11 : Tumor ganas subglotis6

Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC :

a. Tumor primer (T)

Supraglottis :

T is : tumor insitu

T 0 : tidak jelas adanya tumor primer l

T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal

T 1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika

ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.

T 1b: tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga

ventrikel atau pita suara palsu

T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya

infiltrasi ke dalam.

T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.

Glotis :

T is : tumor insitu

T 0 : tak jelas adanya tumor primer

Page 22: Ca Laring

22

T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior

dan posterior) dengan pergerakan normal

T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli

T 1b : tumor mengenai kedua pita suara

T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra

glotis maupun subglotis dengan pergerakan pita suara

normal atau terganggu.

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke

dua pita suara

T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring

Subglotis :

T is : tumor insitu

T 0 : tak jelas adanya tumor primer

T 1 : tumor terbatas pada subglotis

T 1a : tumor terbatas pada satu sisi

T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi

T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau

kedua pita suara asli dengan pergerakan normal atau

terganggu

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua

pita suara

T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas

keluar laring.

Page 23: Ca Laring

23

b. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)

Nx: kelenjar tidak dapat dinilai

N0: secara klinis tidak ada kelenjar.

N1: klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3cm

N2: klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm

atau klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter

≤ 6 cm

N2a: klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3

cm - ≤ 6 cm.

N2b: klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan

diameter ≤ 6 cm

N3: kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra

lateral

N3a: klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm

N3b :klinis terdapat kelenjar bilateral

N3c: klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral

c. Metastase jauh (M)

M0: tidak ada metastase jauh

M1: terdapat metastase jauh

d. Stadium :

Stadium I : T1 N0 M0

Stadium II : T2 N0 M0

Stadium III : T3 N0 M0

Page 24: Ca Laring

24

T1, T2, T3, N1, M0

Stadium IV : T4, N0, M0

Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1.1

2.8 Gejala Klinis

2.8.1 Gejala-gejala Dini

Gejala-gejala dini dari karsinoma laring ialah :

a. suara parau (serak) dan sesuai dengan keterlibatan timbul

b. nyeri

c. dispnea dan akhirnya

d. disfagia.6

Serak

Disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas

nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara,

ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita

suara. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara

baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau

penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan

ligamentum krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf.

Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran

kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi

kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari

Page 25: Ca Laring

25

biasanya. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan

nafas atau paralisis komplit.1

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada

letak tumor. Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak

merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah

ventrikel laring, dibagian baeah plika ventrikularis, atau di batas

inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor

supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau

tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak

khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang

mengganjal di tenggorok. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara

bergumam (hot potato voice).3

Nyeri

Keluhan nyeri tenggorok dapat bervariasi dari rasa goresan

sampai rasa nyeri yang tajam.1

Dispnea dan stridor

Adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan

dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh

gangguan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau

sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada umumnya dispnea dan

stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik.1

Disfagia

Page 26: Ca Laring

26

Adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring

dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling

sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri saat menelan

(odinofagia) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai

struktur ekstra laring.1

2.8.2 Gejala-gejala Lain

a. Batuk dan hemoptisis.

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya

timbul dengan tertekannya hipofaring disertai secret yang mengalir

ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan

tumor supraglotik.1

b. Nyeri alih ke telinga ipsilateral

c. Halitosis

d. penurunan berat badan

Menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis

jauh.1

e. Perbesaran kelanjar getah bening leher

Dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang

menunjukkan tumor pada stadium lanjut.1

f. Nyeri tekan laring

Adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi

supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.1

Page 27: Ca Laring

27

2.8.3 Gejala dan tanda sumbatan laring

Gejala dan tanda sumbatan laring yang tampak adalah :8

a. Sesak napas (dispnea).

b. Stridor (napas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi.

c. Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal,

epigastrium, supraklavikula, interkostal. Cekungan itu terjadi

sebagai upaya dari otot-otot pernafasan untuk mendapatkan

oksigen yang adekuat.

d. Gelisah karena pasien haus udara (air hunger).

e. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium

dengan tanda dan gejala :

a. Stadium 1 : cekungan tampak pada waktu inspirasi di

suprasternal, stridor pada waktu inspirasi dan pasien masih

tenang.

b. Stadium 2 : cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal

makin dalam, ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di

daerah epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah. Stridor terdengar

pada waktu inspirasi.

c. Stadium 3 : cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium

juga terdapat di infra klavikula dan sela-sela iga, pasien sangat

gelisah dan dispnea. Stridor terdengar pada waktu inspirasi dan

ekspirasi.

Page 28: Ca Laring

28

d. Stadium 4 : cekungan- cekungan di atas bertambah jelas, pasien

sangat gelisah, tampak sangat ketakutan dan sianosis. Jika

keadaan ini berlangsung terus maka pasien akan kehabisan

tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnia. Pasien

lemah dan tertidur,akhirnya meninggal karena asfiksia.8

2.9 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan THT rutin

c. Laringoskopi

d. Radiologi foto polos leher dan dada

e. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI

f. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti.13

Berikut ini adalah algoritma diagnosa karsinoma laring :13

Page 29: Ca Laring

29

Anamnesa

Didapatkan keluhan berupa suara serak, nafas berbunyi, sulit

bernafas, nyeri tenggorokkan, batuk berdarah, sulit menelan dan

kadang–kadang ditemukan bau mulut, penurunan berat badan.8

Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung

menggunakan kaca laring atau langsung dengan menggunakan

laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran

tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi

anatomi.1

Page 30: Ca Laring

30

Radiologi

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan

laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologi. Foto torak diperlukan

untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan

metastasis di paru.6 Radiografi jaringan lunak leher merupakan studi

survei yang baik. Udara digunakan sebagai agen kontras alami untuk

memvisualisasikan lumen laring dan trachea. Ketebalan jaringan

retrofaringeal dapat dinilai. Epiglotis dan lipatan ariepiglotik dapat

divisualisasikan. Namun, radiografi tidak memiliki perandalam

manajemen kanker laring saat ini.13

CT Scan laring

Dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih

seksama, misalnya perjalanan tumor pada tulang rawan tiroid dan

daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.3

Penentuan stadium awal pada diagnosa klinis berdasarkan pada

keterlibatan beberapa tempat pada supraglotis laring dan mobilitas pita

suara. Pencitraan dapat membantu dalam mengidentifikasi perluasan

submukosa transglotis yang tersembunyi. Kriteria pencitraan lesi T3

adalah perluasan ke ruang pra-epiglotis (paralayngeal fat) atau tumor

yang mengerosi kebagian dalam korteks dari kartilago tiroid. Tumor

yang mengerosi ke bagian luar korteks kartilago tiroid merupakan

stadium T4a. ada yang berpendapat bahwa kerterlibatan korteks bagian

Page 31: Ca Laring

31

luar saja tanpa keterlibatan sebagian besar tendon bisa memenuhi

kriteria pencitraan lesi T4.13

Tumor stadium T4 (a dan b) sulit diidentifikasikan hanya

dengan pemeriksaan klinis saja, karena sebagian besar kriteria tidak

dapat diniai dengan palpasi dan endoskopi. Pencitraan secara Cross-

sectional diindikasikan untuk mengetahui komponen anatomi yang

terlibat untuk menentukan stadium tumor.13

Untuk mendapatkan gambaran yang baik, ketebalan potongan

tidak boleh lebih dari 3 mm dan laring dapat dicitrakan dalam

beberapa detik, dan dengan artefak minimal akibat gerakan.13

Gambar 2. 12 : Normal laring pada CT-Scan potongan Axial6

Page 32: Ca Laring

32

Gambar 2. 13 : Karsinoma laring pada CT-Scan potongan Axial6

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dari

bahan biopsi laring dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening

di leher. Dari hasil patologi anatomi terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.1

2.10 Diagnosis Banding

a. TBC laring

b. Sifilis laring

c. Tumor jinak laring

d. Penyakit kronis laring

2.11 Penatalaksanaan

2.11.1 Penatalaksanaan Karsinoma Laring

Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu

pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya.

a. Pembedahan

Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :

1) Laringektomi

a) Laringektomi parsial

Page 33: Ca Laring

33

Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma

laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi,

dan tumor stadium II.

b) Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring

mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas

bawah cincin trakea.

2) Diseksi Leher Radikal

Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2)

karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat

rendah. Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis

stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke kelenjar

limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.

Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase

jauh.

b. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan

supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya

90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga

suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200

rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.

Page 34: Ca Laring

34

Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh

Ogura, Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya

adalah untuk memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa

kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang

melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama 4–

6 minggu diikuti dengan laringektomi total.

c. Sitostatika

Pemakaian sitostatika belum memuaskan, biasanya jadwal

pemberian sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum

memburuk, di samping harga obat ini yang relatif mahal, sehingga

tidak terjangkau oleh pasien.1

d.Rehabilitasi

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui

bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki

prognosis yang baik. rehabilitasi mencakup : “Vocal Rehabilitation,

Vocational Rehabilitation dan Social Rehabilitation”.1

Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring

menyebabkan cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan

laring beserta pita suara yang berada di dalamnya, maka pasien

menjadi afonia dan bernafas melalui stoma permanen di leher. 14

Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu

suara, yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah

Page 35: Ca Laring

35

submandibula, ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esofagus

melalui proses belajar. 14

Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi

suara ini. Tetapi faktor fisik dan psiko-sosial merupakan 2 faktor

utama. Mungkin dengan adanya wadah perkumpulan guna

menghimpun pasien-pasien tuna laring guna menyokong aspek psikis

dalam lingkup yang luas dari pasien, baik sebelum maupun sesudah

operasi.14

2.11. 2 Penatalaksanaan Sumbatan Laring

Dalam penanggulangan sumbatan laring prinsipnya diusahakan supaya

jalan nafas lancar kembali. Tindakan konservatif dengan medikamentosa

dilakukan pada sumbatan laring stadium 1. Tindakan operatif atau resusitasi

yang dilakukan pada stadium 2 dan 3 yaitu intubasi endotrakea dan trakeostomi

sedangkan krikotirotomi dilakukan pada stadium 4.8

a. Intubasi endotrakea

Indikasi intubasi endotrakea yaitu:

1) Untuk mengatasi sumbatan saluran nafas atas

2) Membantu ventilasi

3) Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial

4) Mencegah aspirasi sekret di rongga mulut atau yang berasal

dari lambung. Ukuran pipa endotrakea harus sesuai dengan

ukuran trakea pasien dan umumnya untuk dewasa dipakai

Page 36: Ca Laring

36

yang diameter dalamnya 7–8,5 mm. Pipa endotrakea tidak

boleh lebih dari 6 hari dan selanjutnya dilakukan trakeostomi.

b. Trakeostomi

Merupakan tindakan membuat lubang pada dinding depan/

anterior trakea untuk  bernafas. Menurut letak stroma, trakeostomi

dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini

adalah cincin trakea ke tiga. Indikasi trakeostomi yaitu :

1) Mengatasi obstruksi laring

2) Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus

3) Untuk memasang respirator

4) Untuk mengambil benda asing dari subglotis

c. Krikotirotomi

Krikotirotomi merupakan tindakan penyelamat pasien dalam

keadaan gawat nafas dengan cara membelah membran krikotiroid.

Tindakan ini harus dikerjakan cepat walaupun persiapannya darurat.

Kontraindikasi krikotirotomi pada anak dibawah 12 tahun,

tumor laring yang sudah meluas ke subglotis dan terdapat laringitis.8

2.12 Prognosis

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan

kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma

laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70% dan stadium

Page 37: Ca Laring

37

IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5

year survival rate sebesar 50%.11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tumor laring merupakam tumor yang cukup sering ditemui di THT.

Tumor pada laring terbagi menjadi 2, yaitu tumor laring jinak dan tumor laring

ganas. Tumor laring jinak  jarang ditemukan, hanya kurang dari 5% dari seluruh

tumor laring.

Etiologi dari karsinoma laring belum diketahui secara pasti. Dikatakan

oleh beberapa ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok

orang yang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Terpajan dengan sinar

radioaktif pun dikatakan dapat menyebabkan penyakit ini.

Suara serak merupakan gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala

paling dini tumor pita suara. Dispnae dan stidor cukup sering ditemukan juga,

gejala ini disebabkan oleh sumbatan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan

kotoran atau sekret dan fiksasi oleh pita suara. Nyeri tenggorok, disfagia, batuk,

hemoptisis, nyeri alih telinga ipsilateral, halitosis, penurunan berat badan dapat

juga terjadi pada pasien. Pembesaran kelenjar getah bening pada leher

Page 38: Ca Laring

38

dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukan tumor pada

stadium lanjut. Nyeri tekan laring positif bila sudah terjadi komplikasi.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan anmnesis, pemeriksaan laring secara

langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan penunjang juga dilakukan, seperti

pemeriksaan laboratorium, foto thorak dan CT Scan laring. Diagnosis pasti

ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dan biopsi jarum halus pada

pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dan hasil dari patologi anatomi yang

terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

Stadium awal tumor kepala dan leher merupakan penyakit yang dapat

disembuhkan bila mendapatkan pengobatan yang tepat. Keputusan untuk

pengobatan, radiasi maupun operasi tergantung dari ukuran dan lokasi dari tumor

itu sendiri, keadaan pasien dan tentu saja pengetahuan dan pengalaman dokter

yang menanganinya.

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan

kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma

laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70% dan stadium

IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5

year survival rate sebesar 50%.

36

Page 39: Ca Laring

39

DAFTAR PUSTAKA

1. H e r m a n i B . T u m o r L a r i n g . D a l a m S o e p a r d i E A , d k k ,

p e n y u n t i n g . B u k u Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala dan Leher . Edisi ke-6. Jakarta:FKUI; 2009; h

194-98.

2. Castellanos PF, Spector JG, Kaiser TN. Tumors of the larynx and

laryngopharynx. In: Otorhinolaryngology head and neck surgery.

Ballenjer JJ. Snow JB Eds. Fifteenth Edition. Baltimore, Philadelphia,

Hongkong, London, Munich, Sidney, Tokyo. Lea & Febiger 1996: p. 585-

652

3. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear Nose and Throat diseases, A.

Pocket Reference. Edisi ke-2. New York. Thieme Med. 1994. h. 423-432.

4. Keith L. Moore. Anatomi Klinik Dasar. Hipocrates. Jakarta. 2002. h.433-

438

5. Bailey BJ. Early Glottic Carcinoma. Dalam : Bailey BJ. Ed. Head and

Neck Surgery Otolaringology. Vol. 2. ed Philadelphia. JB Lippincot. h.

1313-1360.

Page 40: Ca Laring

40

6. Lawrence R. Boies, Jr. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. EGC. Jakarta.

1997. h. 446-447

7. Lawson W, Biller HFM, Suen JY. Cancer of the Larynx. Dalam Myers

EN, Suem JY. Ed. Cancer of the Head and Neck. Churchill Livingstone. h.

533-560.

8.

9. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI. EGC. Jakarta.

2007.

10. Kumala P, et al. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. EGC.

Jakarta. 1998.

11. Siti Hajar Haryuna. http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti

%20hajar.pdf. Diunduh pada tanggal 22 September 2012, Pukul 20.00

WIB.

12. Hanna E, Suen JY. Larynx. Dalam : Closel G, Larson DL, Shah JP,

Essential of Head and Neck Oncology. New York Thieme, 1998. h. 223-

239.

13.

14. Charous Steven J.Early. Stage Head & Neck Cancer Surgery. Head and

Neck Cancer.United States of America.K luwer Academic Publishers. 2004. h.

85-114