case 1 preeklampsia

39
Laporan Kasus PREEKLAMPSIA Disusun oleh: Fadlia S.Ked 04054821517053 Audrey Witari S.Ked 04054821517056 Ferry Krisnamurti S.Ked 04054821517061 Stevanus Eliansyah Handrawan S.Ked 04054821618107 Renita Agustina S.Ked 04054821618090 Inthan Atika S.Ked 04084821618224 Dina Fatma Dwimarta S.Ked 04084821618225 Ivan Alexander Liando S.Ked 04084821618227 i

Upload: stevanus-handrawan

Post on 13-Jul-2016

37 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

preeklampsia

TRANSCRIPT

Laporan Kasus

PREEKLAMPSIA

Disusun oleh:

Fadlia S.Ked 04054821517053

Audrey Witari S.Ked 04054821517056

Ferry Krisnamurti S.Ked 04054821517061

Stevanus Eliansyah Handrawan S.Ked 04054821618107

Renita Agustina S.Ked 04054821618090

Inthan Atika S.Ked 04084821618224

Dina Fatma Dwimarta S.Ked 04084821618225

Ivan Alexander Liando S.Ked 04084821618227

Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi

Periode 21 Maret 2016 - 30 Mei 2016

Pembimbing: dr.Amirah Novaliani, Sp.OG

BAGIAN/ DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016

i

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Preeklampsia

Oleh :

Fadlia S.Ked

Audrey Witari S.Ked

Ferry Krisnamurti S.Ked

Stevanus Eliansyah Handrawan S.Ked

Renita Agustina S.Ked

Inthan Atika S.Ked

Dina Fatma Dwimarta S.Ked

Ivan Alexander Liando S.Ked

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti

Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Periode 21

Maret 2016- 30 Mei 2016.

Palembang, 04 April 2016

dr.Amirah Novaliani, Sp.OG

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Preeklampsia”.

Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di

Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP DR. Moh. Hoesin Palembang

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Amirah Novaliani, Sp.OG

selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan

penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan. Semoga laporanini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, 04 April 2016

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

BAB I LAPORAN KASUS ..............................................................................3

Identifikasi..............................................................................................3

Anamnesis..............................................................................................3

Pemeriksaan Fisik..................................................................................4

Pemeriksaan Tambahan..........................................................................6

Diagnosis................................................................................................7

Prognosis................................................................................................7

Tatalaksana.............................................................................................8

Laporan Persalinan.................................................................................8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................9

Klasifikasi...............................................................................................9

Faktor Risiko.........................................................................................11

Etiologi..................................................................................................12

Patofisiologi..........................................................................................12

Tatalaksana............................................................................................14

Komplikasi............................................................................................17

Algoritme Tatalaksana..........................................................................18

BAB IV ANALISIS KASUS...............................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi dalam kehamilan merupakan komplikasi kehamilan yang sering

diderita ibu hamil yaitu sekitar 5 hingga 10 persen. Hipertensi, perdarahan dan

infeksi adalah penyebab tersering morbiditas dan mortalitas ibu hamil.1

Preeklampsia merupakan penyakit hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan pada

masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan merupakan penyebab umum kematian

ibu dan bayi, serta menjadi penyebab terjadinya kelahiran prematur di seluruh

dunia. Menurut laporan yang dibuat untuk mencapai salah satu tujuan Millennium

Development Goals, rasio mortalitas ibu di ASEAN pada tahun 2010 adalah 150.

Dan penyakit hipertensi berkontribusi sekitar 1 dari 6 kematian ibu di ASEAN. 2

WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara

berkembang daripada negara maju.3 Prevalensi preeklampsia di Negara maju

adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% - 18%. Insiden

preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.4

Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat adanya

penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia, berbeda dengan insiden

infeksi yang semakin menurun sesuai dengan perkembangan temuan antibiotik.5

Preeklampsia/eklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius karena

bukan hanya berdampak pada ibu hamil dan melahirkan, namun juga

menyebabkan masalah pasca persalinan dan berdampak juga kepada bayi seperti

persalinan prematur atau pertumbuhan janin terhambat. Di Indonesia

preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu berkisar

1,5-25 %, sedangkan kematian bayi antara 45-50 %. Eklampsia menyebabkan

50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10 % dari total kematian maternal.6

Etiologi pasti preeklampsia masih belum diketahui, namun terdapat faktor

risiko yang mempengaruhi kejadian preeklampsia. Faktor risiko yang

mempengaruhi terjadinya preeklampsia kehamilan pertama (primigravida),

adanya riwayat kehamilan sebelumnya menderita preeklampsia, usia kehamilan

tua (lebih dari 40 tahun), terdapat hipertensi kronis atau penyakit ginjal kronis,

2

riwayat trombofilia, kehamilan multifetus, fertilisasi in vitro, adanya riwayat

preeklampsia pada keluarga, mengalami diabetes melitus tipe I atau tipe II, serta

lupus ertiyematosus sistemik.7

Diagnosis preeklampsia dapat didasari oleh temuan klinis. Seperti yang

telah didefinisikan oleh American College of Obstetrics and Gynecology,

diagnosis penyakit ini didasari oleh nilai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada

minimal dua kali pengukuran, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/dl. Edema,

temuan klasik pada penyakit ini, tidak lagi dianggap sebagai kriteria diagnostik

karena rendahnya angka sensitivitas dan spesifisitasnya. Pemeriksaan

laboratorium, seperti tes fungsi hati, tes urine, dan kreatinin serum dapat

membantu dalam menentukan karakterristik kerusakan organ, namun juga tidak

spesifik untuk mendiagnosis preeklampsia.8

Preeklampsia merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan yang

menyebabkan sakit berat, serta kematian pada ibu, janin dan neonatus, terlebih

kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang (RSMH) cukup tinggi maka penulis melaporkan salah satu kasus

preeklampsia yang terjadi di RSMH beserta tinjauan pustaka dan analisisnya.

Laporan kasus ini diharapkan bermanfaat bagi praktisi kesehatan sebagai referensi

yang ingin mengkaji mengenai preeklampsia.

BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI

a. Nama :Nuraini Binti M. Nur

b. Umur :39 tahun

c. Alamat : Dusun IV Kel. Harapan Kec. Pemulutan Kab. OI

d. Suku : Sumatra

e. Bangsa : Indonesia

f. Agama : Islam

g. Pendidikan : SLTP

h. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

i. MRS : 23 Maret 2016 Pukul 05:10:39

j. No. RM : 943991

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Mau melahirkan dengan darah tinggi dan anak tidak lahir-lahir

Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak +10 jam SMRS, os mengeluh sakit perut menjalar ke pinggang

semakin lama semakin sering dan kuat (+), riwayat keluar darah/lendir (+),

riwayat keluar air-air (+). Os lalu ke bidan dan dikatakan mau melahirkan

dengan darah tinggi, os lalu dirujuk ke IRD RSMH pukul 05:10. Riwayat

sakit kepala (-), riwayat nyeri ulu hati (-), riwayat mual muntah (-),Os

mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan

.

4

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat darah tinggi pada kehamilan ini (-), riwayat darah tinggi sebelum

hamil (-), riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya (-).

Status Sosial Ekonomi dan Gizi : sedang

Status Perkawinan : menikah, 1 kali, lamanya 1 tahun

Status Reproduksi : menarche usia 13 tahun, siklus haid

teratur, lamanya 5 hari.

HPHT 27 Juni 2015

Status Persalinan :

1. 2000, ditolong bidan, BB tidak ditimbang, laki-laki, sehat

2. 2002, dilahirkan di RSUD Bari, 3900 gram, laki-laki, sehat

3. 2014, 2 bulan, abortus, tidak dikuret

4. Hamil ini

III. PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Pemeriksaan Fisik Umum:

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Umum: Tampak sakit sedang

Tekanan Darah : 190/110 mmHg

Nadi : 120 x/menit

Suhu : 36,10C

Pernafasan : 20 x/menit

PEMERIKSAAN KHUSUS

Kepala : Normocephali

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

5

THORAX

A. PARU

Inspeksi : Simetris kanan-kiri

Palpasi : Stemfremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi :Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),

wheezing (-).

B. JANTUNG

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis tidak teraba

Perkusi : Jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).

ABDOMEN

Lihat pemeriksaan obstetrik

EKSTREMITAS

Edema pretibial (+) / (+)

PEMERIKSAAN OBSTETRIK

Pemeriksaan Luar

Leopold: Tinggi fundus uteri 3 jari bawah processus xyphoideus (32 cm),

letak memanjang, punggung kiri, presentasi belakang kepala, His 2x/10

menit/35 detik, DJJ 140 x/menit, TBJ 2945 gram.

Pemeriksaan Dalam

Vaginal touche: Portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-), H III,

teraba kepala, teraba caput ukuran 4x4 cm, penunjuk sulit dinilai

6

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Pemeriksaan Laboratorium (pukul 06:01:45)

Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHematologiHb 12,3 mg/dl 11,7-15,5 mg/dlRBC 4,06 juta/m3 4,2-4,87 juta/m3

WBC 17,9 x 103/m3 4,5-11 x 103/m3

Ht 36% 43-49 %Trombosit 252.000/m3 150-450/m3

Diff. Count 0/0/88/5/7 0-1/1-6/50-70/20-40/2-8

Kimia klinikHatiBilirubin total 0,40 0,1-1 mg/dLBilirubin Direk 0,18 0 – 0,2 mg/dLBilirubin Indirek 0,22 <0,8 mg/dLAST/SGOT 13 0-32 U/lALT/SGPT 8 0-31 U/lLDH 477 240-480 U/lMetabolisme KarbohidratGlukosa sewaktu 132 mg/dl <200 mg/dlGinjalUreum 17 16,6- 48,5 mg/dlAsam Urat 4,00 < 5,7 mg/dLKreatinin 0,60 0,5- 0,9 mg/dlElektrolitKalsium (Ca) 9,3 8.8- 10,2 mg/dlMagnesium (Mg) 1,77 1,4 – 2,1 mg/dlUrinalisisWarna Kuning KuningKejernihan Agak keruh Jernih Berat jenis 1.030 1.003 – 1.030pH 6,0 5 - 9Protein ++ Negatif Glukosa + Negatif Keton + NegatifDarah +++ Negatif Bilirubin Negatif Negatif Urobilinogen 1 0,1 – 1,8 Nitrit Negatif Negatif Leukosit esterase Negatif Negatif Sedimen urine

7

Epitel Leukosit Eritrosit Silinder Kristal Bakteri Mukus Jamur

Negatif 0 - 2 80 - 100 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

Negatif 0-5 0-1 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

V. DIAGNOSIS KERJA

G4P2A1 hamil 38 minggu inpartu kala II lama (diluar) tidak cakap

pervaginam dengan PEB JTH preskep.

VI. PROGNOSIS

Prognosis Ibu :dubia ad bonam

Prognosis Janin :dubia ad bonam

VII. TATALAKSANA (Planning / P)

a. TERAPI

IVFD RL gtt xx/menit

Inj. MgSO4 sesuai protokol (injeksi pertama im 8 gr, 4 gr boka dan 4 gr

boki selanjutnya 4 gr boka atau boki tiap 6 jam hingga 24 jam

postpartum)

Nifedipin 4 x 10 mg

Terminasi partus perabdominam

Konsul penyakit dalam, mata dan anestesi

b. MONITORING

Observasi tanda vital, His, dan DJJ.

Observasi balance cairan dan diuresis pasang kateter menetap.

8

VIII. LAPORAN PERSALINAN

23 Maret 2016

Pukul. 12:30

Operasi Sectio Caesarea dimulai

Pukul. 12:35

Lahir neonatus perabdominam, neonatus hidup, laki-laki, BB 2600 gr, PB:

46 cm, Apgar Score 8/9 FTAGA caput ukuran pada occipital.

Pukul. 12:55

Lahir lengkap plasenta, BP 550 gram, PTP 48 cm, ukuran 18x19 cm2

dilanjutkan tubektomi pada kedua tuba. Perdarahan aktif (-). Keadaan umum

ibu post partum baik.

Pukul. 13:40

Operasi Selesai

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Klasifikasi

Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of The

National High Blood Pressure Education Program Working Group on High

Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah:9

1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan

20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur

kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca

persalinan.

2. Preeklampsia-eklampsia. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul

setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah

preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.

3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi

kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai

proteinuria.

4. Hipertensi gestasional (transient hypertension) adalah hipertensi yang

timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang

setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda

preeklampsia tanpa proteinuria.

Sebagai batasan yang disebut hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg pada

dua kali pemeriksaan yang berjarak 4 jam atau lebih dan proteinuria, jika protein

dalam urine melebihi 0,3 gr/24 jam atau dengan pemeriksaan kualitatif minimal

positif (+) satu. Edema tidak lagi menjadi kriteria diagnosis karena sering terjadi

pada kehamilan normal.

10

Klasifikasi Preeklamsia/eklamsia

Pembagian preeklamsia sendiri dibagi dalam golongan ringan dan berat.

Berikut ini adalah penggolongannya:9

1. Preeklampsia Ringan

Preeklampsia ringan didiagnosis berdasarkan atas timbulnya

hipertensi disertai proteinuria dan/ atau edema setelah kehamilan 20

minggu.

a. Hipertensi: sistolik/ diastolik ≥ 140/ 90 mmHg. Proteinuria: 300 mg/

24 jam.

b. Edema: edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.

2. Preeklampsia Berat

Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah

sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai

proteinuria ¿ 5 g/ 24 jam. Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat

bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:

a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110

mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah

dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

b. Proteinuria ¿ 5 g/ 24 jam.

c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam.

d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.

e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,

skotoma dan pandangan kabur.

f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen

(akibat teregangnya kapsula Glisson).

g. Edema paru-paru dan sianosis.

h. Hemolisis mikroangiopatik.

i. Trombositopenia berat: ¿ 100.000 sel/ mm3 atau penurunan trombosit

dengan cepat.

11

j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar

alanin dan aspartate aminotransferase.

k. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.

l. Sindrom HELLP.

Preeklampsia berat dibagi menjadi preeklampsia berat tanpa

impending eclampsia dan preeklampsia berat dengan impending

eclampsia. Impending eclampsia adalah preeklampsia berat disertai gejala-

gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-

muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah

3. Jika terjadi tanda-tanda preeklamsia yang lebih berat dan disertai

dengan adanya kejang yang menyeluruh dan koma, maka dapat

digolongkan ke dalam eklamsia.

Faktor Risiko

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan,

yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut: 4

1. Umur > 40 tahun

2. Nullipara

3. Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya

4. Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru

5. Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih

6. Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan

7. Kehamilan multipel

8. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)

9. Hipertensi Kronik

10. Penyakit Ginjal

11. Sindrom antifosfolipid (APS)

12. Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio

13. Obesitas sebelum hamil

12

Etiologi

Preeklampsia disebabkan oleh berbagai etiologi, meliputi faktor ibu,

plasenta, dan janin. Etiologi yang dianggap penting mencakup invasi trofoblastik

abnormal pada pembuluh darah uterus, toleransi imunologis yang bersifat

maladaptif, maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskuler, dan faktor-

faktor genetik.1

Patofisiologi

Penyebab preeklampsia hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak

teori mengemukakan tentang terjadinya preeklampsia, tetapi tidak ada satu pun

dari teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak

dianut adalah sebagai berikut:9

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Pada preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan arteri

spiralis dan jaringan matriks sekitarnya (lihat Gambar 3). Lapisan otot arteri

spiralis tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak mungkin untuk

mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami

vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”. Lalu, aliran

darah uteroplasenta menurun hingga terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.

Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan lainnya.

Gambar 1. Invasi Trofoblas (Cunningham, et al., 2010)

13

2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

a. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/ radikal bebas

Kegagalan invasi trofoblas akan mengakibatkan plasenta

iskemik. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan

menghasilkan oksidan atau radikal bebas. Salah satu oksidan yang

dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,

khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Membran

sel endotel akan rusak sehingga komponen asam lemak tidak jenuh

berubah menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tidak hanya

merusak membran sel, tapi juga akan merusak nukleus, dan protein sel

endotel.

b. Disfungsi sel endotel

Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan disfungsi

endotel, bahkan kerusakan seluruh struktur sel endotel. Pada saat

terjadi disfungsi sel endotel, akan mengakibatkan:

- Gangguan metabolisme prostaglandin sehingga produksi

prostasiklin (PGI2) akan turun.

- Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami

kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2).

- Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus (glomerular

endotheliosis).

- Peningkatan permeabilitas kapiler.

- Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin

yang bersamaan dengan turunnya Nitric Oxide (NO).

- Peningkatan faktor koagulasi.

3. Teori intoleransi imunologi antara ibu dan janin

Pada plasenta preeklampsia, terjadi penurunan ekspresi Human Leucocyte

Antigen-G (HLA-G). Berkurangnya HLA-G akan menghambat invasi trofoblas ke

dalam desidua. Selain itu, penurunan ekspresi HLA-G juga berperan terhadap

penolakan hasil konsepsi (plasenta).

14

4. Teori adaptasi kardiovaskular genetik

Pada preeklampsia, akan terjadi kehilangan daya refrakter terhadap bahan

vasokonstriktor, dan peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor.

Banyak peneliti telah membuktikan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-

bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I

(pertama).

Tatalaksana Preeklamsia/ eklamsia

1. Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk

rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).

2. Perawatan penting pada PEB adalah pengelolaan cairan karena berisiko

terjadi edema paru dan oliguria. Sebab kedua keaadan tersebut belum

jelas tetapi salah satu faktor yang sangat memungkinkan adalah

hipovolemia. Oleh karena itu, monitoring input cairan sangat penting.

Cairan yang diberikan dapat berupa

a. Ringer –dextrose 5 % atau cairan garam faali jumlah tetesan

<125 cc/jam

b. Dekstrose 5 % yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus RL (60

– 125 cc/jam) 500 cc

3. Dipasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oligouria

terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2 – 3 jam atau < 500 cc/24

jam.

4. Berikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila

mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang

sangat asam.

15

Terapi medikamentosa

Medikamentosa untuk kejang, hipertensi, dan edema

1. Obat anti Kejang

A. Magnesium sulfat

Loading dose : initial dose :

4 gram MgSO4 : intravena (40% dalam 10 cc), selama 15 menit

Maintenance dose :

Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer / 6 jam, atau diberikan 4 / 5

gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m tiap 4-6 jam

Syarat-syarat pemberian MgsO4 :

Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium

glukonas 10% = 1 g (10% dalam 10cc) diberikan i.v 3 menit

Refleks patella (+) kuat

Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distresss

napas

Urine output >100 cc

Magnesium sulfat dihentikan bila : Ada tanda-tanda intoksikasi dan

setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang berakhir

B. Tiopental

C. Diazepam dosis yang diperlukan tinggi

D. Feritoin

2. Hipertensi

Antihipertensi lini pertama : Nifedipin, dosis10-20 mg per oral, diulangi

setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.5

Antihipertensi lini kedua :

Sodium nitroprusside : 0,25μg i.v/kg/menit, infus: ditingkatkan 0,25μg

i.v/kg/ 5 menit,

Diazokside : 30-60mg i.v/ 5 menit: atau i.v infus 10mg/menit/dititrasi

16

Diuretikum tidak diberikan secara rutin kecuali ada edema paru, payah jantung

kongestif atau edema anasarka. Diuretikum yang dipakai biasanya adalah

furosmide.

Pengelolaan Kehamilan

Semua kehamilan eclampsia diterminasi tanpa memandang keadaan janin

maupun usia kehamilan

Kehamilan diterminasi setelah hemodinamika dan metabolisme ibu stabil

Stabilisasi dicapai dalam 4-8 jam setelah salah satu keadaan berikut:

a. Pemberian obat kejang terakhir

b. Kejang terakhir

c. Pemberian obat anti hipertensi terakhir

d. Penderita mulai sadar

Pada pasien eklampsia dianjurkan untuk melakukan persalinan secara seksio

cecarea.Indikasi untuk sesio cecarea adalah serviks masih lancip, tertutup pada

primigravida, kepala janin masih tinggi, dan atau adanya prasangkaan disproporsi

sefalopelvik.

Sikap terhadap kehamilan pasien PEB dapat aktif maupun konservatif: 9

• Aktif dengan indikasi:

– Ibu:

• umur kehamilan ≥ 37 minggu

• Adanya tanda-tanda impending eklampsia

• Kegagalan terapi pada perawatan konservatif

• Diduga solusio plasenta

• Timbul onset persalinan, ketuban pecah, perdarahan

– Janin:

• Tanda-tanda fetal distress

• Tanda-tanda IUGR

• Oligohidramnion

• NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal

17

– Laboratorik

• Sindroma HELLP

• Cara mengakhiri kehamilan (terminasi) dilakukan berdasar keadaan

obstetrik pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.

• Konservatif dengan indikasi kehamilan preterm < 37 minggu tanpa disertai

tanda-tanda impending eklampsia dan keadaan janin baik.9

Komplikasi

Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan

bayi hidup dari ibu yang menderita preeklamsia dan eklamsia.

18

Algoritme Tatalaksana

Tidak Ya

Temuan ibu dan janin

Usia kehamilan ≥ 37 mingguAtauUsia kehamilan ≥ 34 minggu dengan:

• Tanda inpartu atau KPD• CTG abnormal• Perkiraan berat bayi melalui USG < 5

persentil• Curiga abruptio placentae

Usia kehamilan kurang dari 37 mingguRawat inap atau rawat jalan dengan evaluasi ibu setiap 2 mingguEvaluasi Janin:

• Dengan preeklamsia:2 minggu sekali dengan NST

• Dengan hipertensi gestasional:1 minggu sekali dengan NST

Usia kehamilan ≥ 37 mingguAtauUsia kehamilan ≥ 34 minggu dengan:

• Tanda inpartu atau KPD• CTG abnormal• Perkiraan berat bayi melalui USG < 5

persentil• Curiga abruptio placentae

• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih• Kondisi ibu atau janin memburuk• In partu atau KPD

• Lahirkan (terminasi Kehamilan)• Prostaglandin jika diperlukan induksi

ANALISIS KASUS

Ny. N usia 39 tahun G1P0A0 hamil 38 minggu dirujuk ke RSMH dengan

keluhan mau melahirkan dengan darah tinggi dan anak tidak lahir-lahir (kala II

lama). Pada riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan sejak ± 10 jam SMRS

pasien mengeluh perut mulas yang menjalar ke pinggang makin lama makin

sering dan kuat, riwayat keluar darah/lendir (+), riwayat keluar air-air (+), hal ini

menunjukkan bahwa pada pasien telah terlihat adanya tanda-tanda inpartu.

Riwayat sakit kepala (-), riwayat nyeri ulu hati (-), riwayat mual muntah (-)

menyingkirkan kemungkinan adanya komplikasi preeklampsia. Pasien juga

mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan, hal ini

menunjukkan kemungkinan janin hidup.

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pasien 190/110

mmHg yang termasuk pada tekanan darah tinggi, takikardi (nadi 120x/menit) dan

pemeriksaan vital lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan tanda vital tersebut

mengarahkan diagnosis ibu ini kepada hipertensi dalam kehamilan. Apabila

dilihat dari usia kehamilan ibu yang sudah 38 minggu menyingkirkan diagnosis

hipertensi kronik dan hipertensi kronik superimposed preeklampsia. Tekanan

darah pasien yang ≥ 160/110 mmHg berarti bahwa preeklampsia yang diderita

pasien ini adalah preeklampsia berat (PEB). Pada pemeriksaan fisik khusus

didapatkan edema pretibia yang mengarahkan diagnosis kepada preeklampsia.

Pemeriksaan penunjang didapatkan proteinuria ++ yang memperkuat

diagnosis preeklampsia. Hasil pemeriksaan tanda-tanda hemolisis, enzim hati, dan

platelet berada pada batas normal shingga kita dapat menyingkirkan adanya

sindrom HELLP.

Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari di bawah

prosesus xiphoideus (32cm), dengan bagian yang berada pada bagian fundus uteri

adalah bokong. Letak memanjang, punggung teraba disebelah kiri, bagian

terbawah adalah kepala, dapat disimpulkan janin berada pada presentasi kepala.

Pada pemeriksaan his didapatkan his 2 kali dalam 10 menit, lamanya 35 detik, hal

ini menunjukkan his tidak adekuat pada pasien yang sudah berada pada kala II.

20

Detak jantung janin 140x/menit menyingkirkan kemungkinan kegawatan

janin, dan taksiran berat janin 2945 gram sehingga dapat diperkirakan berat janin

ibu ini normal.

Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tidak teraba, pembukaan

lengkap, ketuban (-), H III, teraba kepala, teraba caput ukuran 4x4 cm, penunjuk

sulit dinilai. Hal ini menunjukkan bahwa pasien telah memasuki kala II dengan

presentasi kepala.

Dengan adanya tekanan darah tinggi, proteinuria, tanda-tanda inpartu, serta

pemeriksaan luar dan dalam tersebut kita dapat menegakkan diagnosis pasien ini

yaitu G4P2A1 hamil 38 minggu inpartu kala II lama (diluar) tidak cakap

pervaginam dengan PEB JTH preskep.

Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya PEB yaitu usia tua.

Sedangkan faktor risiko lainnya seperti nullipara, riwayat keluarga pernah

preeklampsia/eklampsia, obesitas, dll, tidak dijumpai.

Sesuai dengan protokol, maka pasien diberi obat-obatan medikamentosa

berupa obat antikejang (MgSO4) dan obat antihipertensi (Nifedipine). Selain itu

pengelolaan pasien PEB, selain mencegah terjadinya kejang dan pengobaan

hipertensi, juga mencakup pengelolaan cairan karena penderita memiliki resiko

tinggi terjadinya edema paru dan oliguria. Oleh karena itu, monitoring input

cairan dan output cairan sangat penting dan harus dilakukan. Pada pasien

dilakukan management aktif terhadap kehamilan karena usia kehamilan lebih dari

37 minggu dan pasien telah masuk ke dalam kala II yang tidak cakap pervaginam.

Cara terminasi pilihan pada kasus adalah secara perabdominam dikarenakan kala

II yang lama dan his ibu tidak adekuat.

Lahir neonatus perabdominam, neonatus hidup, laki-laki, BB 2600 gr, PB:

46 cm, Apgar Score 8/9 FTAGA.Lahir lengkap plasenta, BP 550 gram, PTP 48

cm, ukuran 18x19 cm2 dilanjutkan tubektomi pada kedua tuba. Perdarahan aktif

(-). Keadaan umum ibu post partum baik.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. G., Kenneth J. Leveno, Steven L. Bloom, John C. Hauth,

Dwight J. Rouse, dan Catherine Y. Spong. 2014. Williams Obstetrics:

“Pregnancy Hypertension”. McGraw-Hill Medical, New York, United States

America.

2. Tin TT, Theingi M, Saw L, Win MO, Aung KK, Moe KM, Kyaw ZT.

Promoting antenatal care services for early detection of pre-eclampsia. WHO

South-East Asia Journal of Public Healt, 1(3):290-298; 2012.

3. Osungbade KO, Ige OK. Public Health Perspectives of Preeclampsia in

Developing Countries: Implication for Health System Strengthening. Journal

of Pregnancy. 2011.

4. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Report on the achievement

of millennium development goals Indonesia. Jakarta: Bappenas; 2007:51.

5. POGI. Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tentang

Preeklampsia.

6. Sitti ND. Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSU

PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–2009. Buletin Penelitian

Sistem Kesehatan, 13(4):378–385; 2010.

7. Tanto, C. dan I Putu Gede Kayika. 2014. Hipertensi Dalam Kehamilan.

Dalam: Tanto, C. (Editor). Kapita Selekta Kedokteran (hal. 416-420). Media

Aeusculapius, Jakarta, Indonesia.

8. ACOG. Hypertension in Pregnancy: Report of the ACOG Task Force on

Hypertension in Pregnancy Obstetrics & Gynecology Vol 122 No 5.

November 2013.

9. Abdul BS, Trijatmo R, Gulardi HW [Editor]. Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2010.