cerita rakyatd
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
KUMPULAN CERITA RAKYAT
Indonesia negara kepulauan berjajar dari Sabang hingga Merauke, memiliki ribuan
kisah unik tertuang dalam cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun dari nenek
moyang. Banyak nilai moral yang terkandung di dalamnya, karena pesan moral lebih
mengena bila disampaikan dalam bentuk cerita. Cerita rakyat menjadi cara ampuh
membentuk karakter seseorang. Bagaimana kondisi cerita rakyat zaman sekarang.
Seminar nasional bertema 'Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Menuju
Penggunaan Bahasa Indonesia yang Berkarakter, Kamis (25/10) silam di Universitas Negeri
Malang (UM) banyak menyoal cerita rakyat itu. Salah satu pembicara, Dwi Sulistyorini, SS
MHum menuturkan, cerita rakyat merupakan karya sastra yang dihasilkan masyarakat zaman
dahulu selain berfungsi sebagai hiburan, juga alat pendidikan untuk menyampaikan pesan
atau amanat yang umumnya bersifat didaktis demi mengajarkan etika dan moral.
DONGENG SANG BANGAU DAN KERA
Sang bangau punya kaki dan leher yang panjang. Sayapnya kuat dan lebar sehingga ia
mampu terbang tinggi dan jauh. Makanan kesukaannya adalah kodok. Selain itu ia suka
belalang, ulat pohon, dan bekicot. Sang bangau bersahabat dengan sang kera. Sang bangau
sering membantu mencari kutu sang kera. Jika bepergian jauh, sang bangau biasanya
menerbangkan sang kera. Akan tetapi, sang kera yang licik dan khianat selalu ingin enaknya
saja.
Pernah sang kera minta tolong sang bangau untuk menangkap ikan di sebuah kolam.
Sementara sang bangau bekerja, sang kera makan sampai kenyang. Setelah selesai, sang
bangau hanya mendapat bagian sedikit, karena sebagian telah disembunyikan terlebih dulu
oleh sang kera. Atas perlakuan yang demikian, sang bangau sudah tentu sakit hati. Namun
tidak sampai memutuskan hubungan. Mereka tampak rukun-rukun saja. Sampai pada suatu
hari sang kera ingin menipu sang bangau lagi. Sang kera ingin pergi ke Pulau Medang yang
terkenal buah sawonya. Tetapi bagaimana caranya untuk bisa ke sana karena kera yakin tidak
ada satu pun dari temannya yang mau meminjamkan perahu kepadanya. Satu-satunya
harapan adalah sang bangau. Ia mencari akal bagaimana agar sang bangau mau
menerbangkannya ke Pulau Medang.
Pada saat kelaparan melanda warga bangau, diajaklah sang bangau pergi ke Pulau
Medang. Sang kera bercerita bahwa di Pulau Medang pasti terdapat kodok yang banyak,
karena pulau itu tidak berpenghuni. Tanpa curiga sedikit pun, sang bangau tidak menolak
tawaran sang kera. Maka, ditentukanlah hari keberangkatan mereka. Keduanya berangkat
dengan penuh harapan memperoleh kehidupan yang layak di pulau seberang. “Bangau
sahabatku,” kata sang kera. “Sesampai di Medang nanti saya akan membuat perahu dari tanah
liat”. “Apakah kera sekarang sudah begitu pandai sehingga bisa membikin perahu?” tanya
sang bangau dengan nada tak percaya.
“Sudah lama saya pergi ke negeri orang-orang pandai belajar membuat perahu.
Sekarang saya baru bisa membuat perahu dari tanah liat”, jawab sang kera. “Yang Penting,
sang bangau harus membantu saya mengumpulkan tanah liatnya,” lanjut sang kera.
Sesuai dengan kesepakatan, pada suatu hari sang bangau berangkat menerbangkan
sang kera menuju Medang pulau harapan. Setelah beberapa saat terbang, tampaklah dari
kejauhan Pulau Medang yang menghijau. Di atas punggung sang bangau, sang kera telah
membayangkan buah-buah sawo yang harum baunya dan manis rasanya. Sang kera
menyuruh sang bangau terbang lebih cepat. Namun, apa daya. Sang bangau kecapaian, tidak
mampu terbang lebih cepat lagi. Apalagi sang kera terus-menerus mengajak bercakap-cakap
sambil duduk enak di atas punggung sang bangau. Dengan sisa tenaga yang ada, akhirnya
mereka sampai ke Pulau Medang. Dengan napas terengah-engah sang bangau mendarat
dengan selamat. Mereka beristirahat sebentar menikmati pemandangan indah di pulau yang
sunyi itu.
Sementara sang bangau masih kelelahan setelah terbang dengan beban tubuh sang
kera yang berat. Sang kera sudah berada di atas pohon sawo dengan wajah berseri. Ia
melompat dari pohon sawo yang satu ke pohon sawo yang lain. Mulutnya mengunyah buah-
buah sawo yang masak tanpa berhenti. Kodok yang diperkirakan melimpah ruah tidak ada
seekor pun. Terpaksa sang bangau hanya berbaring melepaskan lelah. Sesekal, ia menangkap
kepiting kecil yang lewat di dekatnya. Namun, karena sang bangau tidak biasa makan
kepiting, perutnya terasa agak mual. Sementara itu, sang kera telah tertidur di atas pohon.
Perutnya tampak membiru tanda kekenyangan.
FABEL PERLOMBAAN ANTARA KELINCI DAN KURA-KURA
Di sebuah hutan kecil di pinggir desa ada seekor kelinci yang sombong. Dia suka
mengejek hewan – hewan lain yang lebih lemah. Hewan – hewan lain seperti kura – kura,
siput, semut dan hewan – hewan kecil lain tidak ada yang suka pada kelinci yang sombong
itu.
Suatu hari, si kelinci berjalan dengan angkuhnya mencari lawan yang lemah untuk diejeknya.
Kebetulan dia bertemu dengan kura – kura.
Kelinci : “Hei, kura – kura, si lambat, kamu jangan jalan aja dong…..lari begitu, biar cepat
sampai.”
Kura – kura : “Biarlah kelinci, memang jalanku lambat. Yang penting aku sampai dengan
selamat ke tempat tujuanku, daripada cepat – cepat nanti jatuh dan terluka.”
Kelinci : “Hei kura – kura, bagaimana kalau kita adu lari. Kalau kau bisa menang, aku akan
beri hadiah apapun yang kau minta.”
Padahal di dalam hati kelinci berkata.
Kelinci : “Mana mungkin dia akan bisa mengalahkanku.”
Kura – kura : “Wah, kelinci mana mungkin aku bertanding adu cepat denganmu, kamu bisa
lari dan loncat dengan cepat, sedangkan aku berjalan selangkah demi selangkah sambil
membawa rumahku yang berat ini.”
Kelinci : “Nggak bisa, kamu nggak boleh menolak tantanganku ini. Pokoknya besok pagi aku
tunggu kau di bawah pohon beringin. Aku akan menghubungi pak serigala untuk menjadi
wasitnya.”
Kura – kura hanya bisa diam melongo. Di dalam hatinya berkata.
Kura – kura : “Mana mungkin aku bisa mengalahkan kelinci ?”
Keesokan harinya si kelinci menunggu dengan sombongnya di bawah pohon beringin. Pak
serigala juga sudah datang untuk menjadi wasit. Setelah kura – kura datang pak serigala
berkata.
Pak serigala : “Peraturannya begini, kalian mulai dari pohon garis di sebelah sana yang di
bawah pohon mangga itu. Kalian bisa lihat nggak ?”
Kelinci : “Bisa….”
Kura – kura : “Bisa….”
Pak serigala : “Nah siapa yang bisa datang duluan di bawah pohon beringin ini, itulah yang
menang.” Oke,……satu……dua……tiga……mulai !”
Kelinci segera meloncat mendahului kura – kura, yang mulai melangkah pelan karena dia
tidak bisa meninggalkan rumahnya.
Kelinci : “Ayo kura – kura, lari dong !” Baiklah aku tunggu disini ya….”
Kelinci duduk sambil bernyanyi. Angin waktu itu berhembus pelan dan sejuk,
sehingga membuat kelinci mengantuk dan tak lama kemudian kelinci pun tertidur.
Dengan pelan tapi pasti kura – kura melangkah sekuat tenaga. Dengan diam – diam dia
melewati kelinci yang tertidur pulas. Beberapa langkah lagi dia akan mencapai garis finish.
Ketika itulah kelinci bangun. Betapa terkejutnya dia melihat kura – kura sudah hampir
mencapai finish sekuat tenaga dia berlari dan meloncat untuk mengejar kura – kura. Namun
sudah terlambat, kaki kura – kura telah menyentuh garis finish dan pak serigala telah
memutuskan bahwa pemenangnya adalah kura – kura. Si kelinci sombong terdiam terhenyak,
seolah tak percaya bahwa dia bisa tertidur. Jadi siapa pemenangnya ya kura – kura.
LEGENDA DANAU TOBA
Pada zaman dahulu kala, ada seorang pemuda yang bernama Toba, ia yatim piatu dan
bekerja sebagai petani di bagian utara pulau Sumatera. Daerah tersebut sangatlah kering.
Selain bertani terkadang Toba suka memancing dan menangkap ikan (Dalam terminology
orang Batak disebut mandurung, yang artinya menangkap ikan dengan cara menjaring).
Hingga pada suatu hari ia pergi mandurung. Sudah setengah hari ia melakukan
pekerjaan itu namun tak satu pun ikan di dapatnya. Karena hari sudah mulai gelap maka Toba
pun bergegas hendak pulang ke rumah. Namun tanpa sengaja ia melihat seekor ikan yang
besar dan indah, ikan itu berwarna kuning emas.
Toba menangkap ikan besar itu dan dengan segera membawanya pulang.
Sesampainya di rumah karena sangat lapar maka ia hendak langsung memasak ikan itu,
namun saat melihat ikan indah itu, dia pun mengurungkan niatnya. Ia lebih memilih untuk
memeliharanya. Lalu Toba menaruhnya di sebuah wadah yang besar dan memberi ikan
tersebut makanan.
Keesokan harinya seperti biasa, ia pergi bertani ke ladangnya, dan hingga tengah hari ia pun
pulang ke rumah dengan tujuan hendak makan siang. Tetapi alangkah terkejut dirinya, ketika
melihat didalam rumahnya telah tersedia masakan yang siap untuk dimakan dan tampak
terhampar beberapa keping uang emas. Ia sungguh terheran heran. Lama ia berpikir siapa
yang melakukan semua itu, tetapi karena perutnya sudah lapar akhirnya ia pun menyantap
dengan lahap masakan tersebut.
Kejadian ini pun terus berulang-ulang. Setiap kali ia pulang hendak makan, masakan
demi masakan telah terhidang di rumahnya. Hingga pemuda tersebut mempunyai siasat untuk
mengintip siapa yang melakukan semua itu.
Keesokan harinya Toba mulai menjalankan siasatnya. Seperti biasanya, dia berangkat
dari rumah, seakan mau pergi ke lading. Lalu, ia tiba-tiba melompat dan mulai bersembunyi
diantara pepohonan dekat rumahnya. Lama ia menunggu, hingga akhirnya begitu ia ingin
keluar dari persembunyiannya, ia melihat mulai ada asap di dapur rumahnya. Dengan
perlahan ia berjalan menuju kebelakang rumahnya untuk melihat siapa yang melakukan
semua itu.
Toba sangat terkejut ketika ia melihat ada seorang wanita yang sangat cantik dan
berambut panjang sedang memasak didapur rumahnya. Toba menjadi sangat terpesona
karena wajah perempuan yang berdiri dihadapannya luar biasa cantiknya. Dia belum pernah
melihat perempuan secantik itu.
Diceritakan oleh perempuan itu bahwa dia adalah penjelmaan dari ikan besar yang telah
didapat oleh Toba disungai. Kemudian dijelaskan pula bahwa beberapa keping uang emas
yang terletak didapur itu adalah penjelmaan sisiknya.
Hingga pada suatu hari Toba si petani melamar perempuan tersebut untuk jadi
istrinya. Perempuan itupun ternyata menyatakan bersedia menerima lamarannya dengan
syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengungkit
asal-usul istrinya penjelmaan dari ikan. setelah lelaki itu bersumpah demikian, kawinlah
mereka.
Setahun kemudian, mereka dikarunia seorang anak laki-laki yang mereka berinama
Samosir. Anak itu sangat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang
baik dan pemalas. suatu hari, anak itu disuruh ibunya mengantarkan nasi keladang untuk
ayahnya. Akan tetapi ditengah jalan, sebagian nasi dan lauk-pauknya di makan sang anak.
Setibanya diladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya. Saat
menerimanya, sang ayah sudah merasa sangat lapar maka Toba jadi sangat marah ketika
melihat nasi yang diberikan kepadanya hanya sisa-sisa.
Amarah Toba semakin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan
sebagian besar dari nasi itu. Kesabarannya sang ayah jadi hilang dan dia pukuli anaknya
sambil mengatakan.”Anak yang tidak bisa diajar. Tidak tahu diuntung, Betul-betul kau anak
keturunan perempuan yang berasal dari ikan”
Sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya dirumah. Kepada ibunya
dia adukan bahwa dia dipukuli ayahnya. Semua cercaan yang diucapkan ayahnya kepadanya
dia ceritakan pula. mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama karena
suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang dia ucapkan kepada
anaknya itu.
Si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu
jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat dipuncak bukit itu.
tanpa bertanya lagi, si anak Samosir segera melakukan perintah ibunya. dia berlari-lari
menuju kebukit tersebut dan mendakinya.
Lalu sang ibu berlari menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dari dari rumah
mereka. Ketika dia tiba ditepi sungai itu kilat menyambar disertai bunyi guruh yang
menggelegar. Sesaat kemudian dia melompat kedalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi
seekor ikan besar. pada saat yang sama, sungai itupun banjir besar dan turun pula hujan yang
sangat lebat.
Berselang beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan
tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Pak Toba tidak bisa menyelamatkan
dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas
dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang kemudian hari dinamakan Danau Toba.
Dan Pulau kecil ditengah-tengahnya diberinama pulau samosir.