chaper ii.pdf

19
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oukup Oukup adalah sejenis mandi uap tradisional suku Karo. Menurut sejarah, oukup bertujuan untuk menjaga kesehatan bagi ibu-ibu pasca melahirkan dengan cara mandi uap atau disebut dengan oukup dalam bahasa Karo. Secara tradisi, seseorang atau ibu-ibu dibungkus dengan kain selimut dan kemudian diuap melalui sebuah wadah yang dipanasi dan diberi ramuan tumbuh-tumbuhan. Melalui ramuan yang diuapkan ini ibu yang habis melahirkan menurut tradisi Karo dipercaya akan segera memulihkan kembali kesehatan, stamina dan peredaran darahnya. Oukup juga dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Karo sangat baik untuk membersihkan darah kotor setelah proses melahirkan serta memudakan kembali kulit dari kerut-kerut setelah proses kehamilan. Menurut penuturan orang Karo, oukup ini baru bisa dilakukan dua pekan setelah persalinan, karena selama kurun waktu tersebut kemungkinan pendarahan tidak akan terjadi ( Nasution. J, dan Radiansyah R. C, 2009). Cara perawatan ini kemudian dipraktekkan secara turun-temurun dan menjadi tradisi yang khas bagi orang Karo. Sesuai dengan perkembangan zaman, tradisi ini terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Bentuk-bentuk perubahan ini dapat ditemui disekitar kota Medan. Walaupun perubahan yang ditemui itu adalah cara penggodogan dan teknik penguapannya, namun ramuan utama tidak banyak mengalami perubahan yang mendasar. Seandainya terdapat perkembangan jumlah jenis ramuan hanya sebatas pada ramuan alternatif dan Universitas Sumatera Utara

Upload: phamkiet

Post on 31-Dec-2016

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chaper II.pdf

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oukup

Oukup adalah sejenis mandi uap tradisional suku Karo. Menurut sejarah,

oukup bertujuan untuk menjaga kesehatan bagi ibu-ibu pasca melahirkan dengan

cara mandi uap atau disebut dengan oukup dalam bahasa Karo. Secara tradisi,

seseorang atau ibu-ibu dibungkus dengan kain selimut dan kemudian diuap

melalui sebuah wadah yang dipanasi dan diberi ramuan tumbuh-tumbuhan.

Melalui ramuan yang diuapkan ini ibu yang habis melahirkan menurut tradisi

Karo dipercaya akan segera memulihkan kembali kesehatan, stamina dan

peredaran darahnya. Oukup juga dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Karo

sangat baik untuk membersihkan darah kotor setelah proses melahirkan serta

memudakan kembali kulit dari kerut-kerut setelah proses kehamilan. Menurut

penuturan orang Karo, oukup ini baru bisa dilakukan dua pekan setelah

persalinan, karena selama kurun waktu tersebut kemungkinan pendarahan tidak

akan terjadi ( Nasution. J, dan Radiansyah R. C, 2009).

Cara perawatan ini kemudian dipraktekkan secara turun-temurun dan

menjadi tradisi yang khas bagi orang Karo. Sesuai dengan perkembangan zaman,

tradisi ini terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Bentuk-bentuk

perubahan ini dapat ditemui disekitar kota Medan. Walaupun perubahan yang

ditemui itu adalah cara penggodogan dan teknik penguapannya, namun ramuan

utama tidak banyak mengalami perubahan yang mendasar. Seandainya terdapat

perkembangan jumlah jenis ramuan hanya sebatas pada ramuan alternatif dan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chaper II.pdf

13

disesuaikan dengan kondisi lingkungan, terutama struktur dan komposisi vegetasi

di masing-masing wilayah, serta falsafah budaya yang melatarbelakanginya

(Walujo, 2002).

Modernisasi Oukup ternyata merubah pandangan masyarakat bahwa tidak

hanya ibu yang habis persalinan akan tetapi berkembang untuk semua kalangan,

tidak mengenal jenis kelamin maupun kelas usia. Secara perlahan fungsi Oukup

yang awalnya hanya untuk ibu pasca melahirkan, sekarang fungsi utama tersebut

bergeser ke: (1) Kesehatan, (2) Pengobatan, (3) Kebugaran, dan (4) Kecantikan

(Nasution, J. dan Radiansyah H. C. 2009).

2.1.1 Manfaat Oukup

Beberapa tahun terakhir ini oukup dikenali sebagai SPA (solid per aqua)

tradisional yang kegunaannya lebih kepada perawatan tubuh, kebugaran dan

rileksasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa pusat sumber

informasi yaitu pengguna Oukup, tabib, pengusaha Oukup dan pedagang ramuan

Oukup di pasar,Oukup memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Menghilangkan sakit pinggang secara perlahan-lahan.

b. Menetralkan kadar gula dalam tubuh.

c. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ancaman penyakit.

d. Memperindah bentuk tubuh serta menghaluskan kulit.

e. Menyegarkan jasmani.

f. Mengendurkan saraf yang tegang.

g. Memperlancar peredaran darah.

h. Mengeluarkan angin yang tidak signifikan di dalam tubuh.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chaper II.pdf

14

i. Mengantisipasi ancaman hipertensi atau reumatik.

j. Menurunkan kadar kolesterol secara perlahan-lahan.

k. Menurunkan kadar lemak.

l. Menyehatkan paru-paru dan jantung.

m. Membangkitkan nafsu makan.

n. Meringankan kepala yang pusing/flu.

o. Menetralisir kesehatan ibu seusai bersalin.

Masing-masing usaha menawarkan keistimewaan tersendiri, mulai dari

kualitas ramuan, kenyamanan tempat, dan harga yang bersaing. Begitu juga ruang

untuk oukup, masing-masing usaha memiliki disain sendiri dengan luas

ruangannya hampir semua sama yaitu 1 x 1,5 meter. Tarif yang dikenakan

bervariasi mulai dari Rp.10.000 sampai Rp.50.000.

Persalinan merupakan peristiwa alamiah yang dapat terjadi secara normal

atau dengan gangguan. Meskipun persalinan berlangsung normal (keluar dari

rahim melalui jalan lahir tanpa bantuan peralatan) dan lancar, tetap menyebabkan

kelelahan bagi ibu. Kelelahan fisik akibat menyangga beban bayi dalam perut

ditambah proses persalinan telah menguras tenaga ibu. Untuk memulihkan kondisi

tubuhnya, ibu yang baru melahirkan sebaiknya beristirahat atau tidur. Kehamilan

dan pasca persalinan mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi

pada tubuh ibu. Kulit dan otot perut akan meregang, karena adanya janin dalam

perut. Perubahan tubuh yang lain biasanya berupa kegemukan, kulit meregang,

kulit kotor, dan rambut rontok. Perawatan tubuh yang baik akan memulihkan

kesehatan dan kecantikan ibu seperti keadaan semula (Handayani, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chaper II.pdf

15

Perawatan tubuh bagi ibu pasca melahirkan juga menjadi perhatian yang

sangat besar bagi orang Karo. Oukup merupakan salah satu cara perawatan

kesehatan ibu pasca melahirkan, artinya membuat ibu si bayi berkeringat dengan

cara memasak air disertai ramuan tertentu, kemudian setelah mendidih diangkat

dan didekatkan kepadanya sambil dibungkus dengan selimut. Uap air panas itu

memaksa si ibu berkeringat, maksudnya supaya si ibu sehat karena sisa kotoran di

dalam tubuhnya telah keluar. Hal ini merupakan suatu tradisi yang diturunkan

nenek moyang kepada generasi penerusnya dalam proses perawatan kesehatan ibu

pasca melahirkan. Oukup bukan hanya dari suku Karo saja, suku lain juga ada

hanya namanya saja yang berbeda. Untuk suku Jawa dinamakan ungkep, suku

Minang dinamakan batangi, suku Batak dinamakan martup, sedangkan suku

Minahasa disebut bakera. Ditinjau dari segi kegunaannya sama yaitu

menyegarkan kembali stamina dan memulihkan kesehatan bagi ibu pasca

melahirkan, hanya saja ramuan yang digunakan pastinya berbeda-beda

(Handayani,2003)

Pada banyak kebudayaan, wanita yang baru melahirkan dianggap berada

dalam kondisi dingin, berbeda halnya dengan saat ketika ia sedang hamil, yang

dianggap berada dalam kondisi panas (Foster & Anderson, 2005). Maka dalam

kondisi dingin setelah melahirkan, sang ibu dan juga bayinya dianggap

memerlukan pemanasan. Di lingkungan masyarakat Karo misalnya, wanita yang

baru melahirkan diharuskan tidur bersama bayinya di dekat tungku dapur selama

sekitar 10 hari sambil didiangi kayu keras yang dibakar secara terus menerus

untuk menghangatkan badan mereka (Bangun, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chaper II.pdf

16

Meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara umum dilihat dalam

pengertian dan kepentingan yang sama, yakni untuk kelangsungan umat manusia,

namun dalam kehidupan berbagai kelompok etnis, terdapat bermacam-macam

titikberat perhatian dan sikap, khususnya dalam menanggapi proses ini. Sebagian

etnis lebih mementingkan aspek kultural dari kehamilan dan kelahiran, dan

sebagian lagi lebih menonjolkan aspek sosialnya. Banyak etnis di dunia

mempercayai bahwa tiap perpindahan dari satu tahapan kehidupan kepada tahapan

kehidupan yang lainnya merupakan suatu masa krisis yang gawat atau

membahayakan, baik yang bersifat nyata maupun bersifat gaib. Untuk itu

dilakukan upacara-upacara adat yang disebut crisisrite (upacara waktu krisis) atau

ritesdepassage (upacara peralihan) untuk menolak bahaya gaib yang mengancam

individu dan lingkungannya (Koentjaraningrat, 1990).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor sosial-budaya mempunyai

peranan penting dalam memahami perawatan ibu pasca melahirkan. Sebagian

pandangan budaya mengenai hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam

kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

2.1.2 Keanekaragaman Tumbuhan yang dipergunakan sebagai

Ramuan Oukup

Keanekaragaman jenis yang dimaksudkan adalah untuk menggambarkan

jumlah seluruh jenis yang diketahui dan didaftar dari hasil wawancara keseluruh

responden, baik para pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, maupun pedagang

ramuan oukup di pasar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

keanekaragaman jenis tumbuhan di masing-masing pusat sumber informasi

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chaper II.pdf

17

(pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup dan pedagang ramuan oukup di pasar)

berbeda-beda. Secara kumulatif dari seluruh informasi dicatat ada 69 jenis

tumbuhan yang terdiri atas 42 marga dan 28 suku yang digunakan sebagai ramuan

oukup (Lampiran 1). Diantara jenis-jenis itu, yang terbanyak adalah jenis yang

termasuk ke dalam suku Zingiberaceae (15 jenis), kemudian berturut-turut

Rutaceae (11 jenis), Arecaceae (8 jenis), dan selebihnya kurang dari 3 jenis,

bahkan hanya diwakili oleh 1 jenis. Besarnya keanekaragaman jenis yang

digunakan sebagai ramuan oukup menyatakan bahwa belum ada standarisasi

ramuan, baik yang dijual di pasar, yang digunakan ditempat-tempat praktek oukup

bahkan pengetahuan masyarakat tentang ramuan pun berbeda-beda. Sehingga

dalam penelitian ini dilakukan pengelompokkan ramuan yang merupakan

komponen utama dalam ramuan oukup tersebut ( Nasution. J, dan Radiansyah R.

C, 2009).

Berdasarkan hasil analisis data dari keempat pusat sumber informasi

(pengguna oukup, tabib, pengusaha oukup, dan pasar), tercatat sebanyak 16 jenis,

11 marga dan 7 suku, yang dikenali oleh seluruh responden. Hal ini menunjukkan

bahwa ke 16 jenis tumbuhan tersebut merupakan komponen utama dalam ramuan

oukup.

Secara tradisi, menurut para responden mengatakan, bahwa jenis-jenis

tersebut merupakan sumber bahan ramuan utama oukup untuk kesehatan ibu pasca

melahirkan. Sedangkan jenis-jenis lain hanya merupakan jenis ramuan pelengkap

atau jenis-jenis alternatif yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Sesuai

dengan kandungannya, Zingiberaceae dan Rutaceae banyak menghasilkan minyak

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chaper II.pdf

18

atsiri yang bermanfaat untuk antiseptik, aromaterapi, anti oksidan dan anti

mikroba sehingga berguna untuk memulihkan kesehatan ibu pasca melahirkan

( Nasution. J, dan Radiansyah R. C, 2009).

Bila ditinjau dari bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan di

dalam oukup, terdapat 9 (sembilan) macam bagian tumbuhan yang digunakan

yaitu daun, batang, bunga, buah, biji, rimpang, umbi, akar, kulit dan seluruh

bagian tumbuhan. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak

digunakan, yaitu 35,2% atau 25 jenis, menyusul buah dan rimpang masing-masing

19,7% atau 14 jenis, dan bagian tumbuhan lainnya dibawah 10%. Dengan

demikian bagian daun, buah dan rimpang merupakan bagian yang paling utama

dalam ramuan oukup, sedangkan bagian tumbuhan yang lain hanya merupakan

bagian ramuan oukup terbuat dari rebusan berbagai tumbuhan. Menurut, Nasution

(2009) dari seluruh informasi dicatat ada 69 jenis ramuan oukup.

Tabel 2.1 Keanekaragaman Tumbuhan Yang Dipergunakan Sebagai

Ramuan Oukup

NO Nama Jenis

Bagian Tumbuhan yang digunakan

Ketersediaan di Alam

Nama Lokal Nama Ilmiah

1. Daun paris Justicia sp Daun Banyak

2. Rengas Gluta renghas L. Daun Kurang

3. Seledri Apium graveolens L. Daun Banyak

4. Pegagan Centella asiatica (L.) Urban Daun Banyak

5. Nira Arenga pinnata Merr. Akar Kurang

6. Pinang Areca catechu L. Akar Banyak

7. Rotan Calamus sp.1 Akar Kurang

8. Rotan rambung Calamus sp.2 Akar Kurang

9. Rotan runtih Calamus sp. 3 Akar Kurang

10. Rumbia Metroxylon sp. Akar Kurang

11. Ketang Calamus sp. 4 Daun Kurang

12. Enau Arenga pinnata Merr. Buah Kurang

13. Sundur langit Emilia sonchifolia (L.)DC Daun Kurang

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chaper II.pdf

19

14. Nenas Ananas comosus (L.) Merr. Buah Kurang 15. Salinsayo Gaultheria Leucocarpa Blume Daun Kurang

16. Kemiri Aleurites moluccana Willd. Biji Banyak

17. Sapot-sapot Desmodium dasylobum Miq. Daun Kurang

18. Bambu Bambusa vulgaris Schrad. Akar Banyak

19. Rumput parang tegoh Eleusine indica (L.)Gaertn Seluruh bagian Kurang

20. Sere wangi Andropogon citratus DC. Batang Banyak

21. Asam glugur Garcinia atroviridis Griff. Daun Banyak

22. Bunga lawang Illicium verum Hook. Bunga Kurang

23. Jintan hitam/torbangun

Coleus amboinicus Lour. Daun Banyak

24. Nilam Pogostemon cablin (Blaanco) Bth Daun Banyak

25. Kemangi Ocimum basilicum L. Daun Banyak

26. Pirawas Cinnamomum porrectum (Roxb.) Kosterm

Daun Kurang

27. Kulit manis Cinnamomum burmanii Blume Daun Banyak

28. Bawang putih Allium cepa L. Umbi Banyak

29. Bawang merah Allium sativum L. Umbi Banyak

30. Gundera Allium schoenoprasum L. Daun Kurang

31. Benalu kopi/surindan kopi

Serurulla Perugia (Jack) Danser Daun Banyak

32. Senduduk/ senggani Melastoma sp. L. Daun Banyak

33. Pala Myristica fragrans Houtt. Bunga Banyak

34. Cengkeh Syzygium aromaticum L.Merr Buah Banyak

35. Kayu putih Eucalyptus alba Reinw. Daun Banyak

36. Pandan wangi Pandannus amaryllifolius Roxb. Daun Banyak

37. Lada Piper nigrum L. Biji Banyak

38. Sirih liar Piper caducibracteum Daun Banyak

39. Ciak-ciak Polygonium chinense L. Daun Kurang

40. Jeruk hantu Citrus sp. 1 Buah Kurang 41. Jeruk kayu Citrus sp.2 Buah Kurang

42. Jeruk kejaren Citrus sp. 3 Buah Kurang

43. Jeruk kelele Citrus sp. 4 Buah Kurang

44. Jeruk kersik Citrus sp. 5 Buah Kurang

45. Jeruk kuku harimau Citrus medica “sarcodactylis” Buah Kurang

46. Jeruk malem jeruk Citrus sp. 6 Buah Kurang

47. Jeruk mungkur/purut Citrus Hystrix DC. Buah Banyak

48. Jeruk nipis Citrus aurantifolia Buah Banyak

49. Jeruk pagar/ gawang Citrus medica L. Buah Banyak

50. Jeruk puraga Citrus nobilis Lour. Buah Banyak

51. Daun besan Eurycoma longifolia Jack Buah Kurang

52. Daun ikan-ikan Maoutia asperra Wedd Daun Kurang 53. Jelatang Laporte decumana Wedd Seluruh bagian Banyak

54. Salagundi Vitex trifoliat L Daun Banyak

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chaper II.pdf

20

55. Bungle Zingiber purpureum Roxb Rimpang Banyak 56. Cekala Nicolaia speciosa Batang Banyak

57. Jahe Zingiber officinale Roscoe Rimpang Banyak

58. Jahe merah Zingiber officinale Var Rimpang Banyak

59. Jahe prancis Zingiber sp Rimpang Banyak

60. Kencur Kaempferia galangan L Rimpang Banyak

61. Kuning gajah/ kunyit Curcuma domestica Val Rimpang Banyak

62. Laja Alpinia sp Rimpang Banyak

63. Lempuyang Zingiber Americanus Blume Rimpang Banyak

64. Lengkuas Alpinia galanga (L) Willd Rimpang Banyak

65. Temu giring Curcuma heyneana Val & Zyp Rimpang Kurang

66. Temu ireng Curcuma aeroginosa Roxs Rimpang Kurang 67. Temu kunci Boesenbergia pandurata Roxb Rimpang Banyak

68. Temu mangga Curcuma mannga Val & Zyp Rimpang Banyak

69. Temulawak Curcuma xanthorhiza Roxb Rimpang Banyak (diambil dari http://atemalem.com/oukup-spa-rempah-khas-karo/)

Tumbuh-tumbuhan ini mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang

disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatil oils adalah komoditi

ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu. Biji-bijian

bahkan putik bunga (Gunawan, 2009). Kegunaan minyak atsiri sangat banyak,

tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingannya. Minyak atsiri

digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun pewangi.

Tumbuh-tumbuhan ini ketika direbus akan mengeluarkan aroma atau bau

yang disebut dengan aromaterapi. Aromaterapi dapat mengurangi stres,

menenagkan pikiran dan membangkitkan semangat dan gairah dan dipercaya

dapat membersihkan racun dalam tubuh (Ulla, 2009).

2.2 Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan

cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan

turun temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam

masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chaper II.pdf

21

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran

dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman. Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang

diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan

pengobatan secara tradisional (Latief, 2012).

Menurut WHO (Agoes A dan Jakob T, 1999), pengobatan tradisional

adalah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan

pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak,

dalam melakukan diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap

ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial. Defenisi pengobatan tradisional

menurut WHO tersebut mengacu kepada adanya pengalaman praktek yaitu, hasil-

hasil yang diamati secara terus-menerus dari geneerasi baik secara lisan maupun

tulisan.

2.2.1 Kebijakan Pengobatan Tradisional

Meskipun pelayanan kesehatan modern telah semakin berkembang di

Indonesia, jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap

tinggi. Menurut SUSENAS 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia

melakukan pengobatan sendiri, 31,7% menggunakan obat tradisional, dan 9,8%

menggunakan cara pengobatan tradisional.

a. Kebijakan Umum

Berikut ini dua kebijakan umum dalam pengobatan tradisional:

1. Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya pengobatan atau

perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran atau keperawatan, yang

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chaper II.pdf

22

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatan.

2. Pengobatan tradisional perlu dibina dan diawasi untuk diarahkan agar

dapat menjadi pengobatan dan perawatan cara lain yang dapat

dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.

b. Kebijakan Khusus

Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar

dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan

dengan norma agama. Ini tercantum dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009

(Pasal 59)Pengobatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan

keamanannya perlu terus dibina, ditingkatkan, dikembangkan, dan diawasi untuk

digunakan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

2.2.2 Pengelompokan Obat Tradisional

Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3,

yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disiapkan dan disediakan secara

tradisional. Obat bahan alam yang sediaannya masih berupa simplisia sederhana.

Khasiat dan keamanannya baru terbukti secara empiris secara turun-temurun.

Bahan-bahan jamu umumnya berasal dari semua bagian tanaman, bukan hasil

ekstraksi/isolasi bahan aktifnya saja. Berisi seluruh bahan Tanaman yang menjadi

penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara

tradisional berdasarkan pengalaman (Purwanto. Y, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chaper II.pdf

23

Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun

bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu

pada resep peninggalan leluhur atau pengalaman leluhur. Sifat jamu umumnya

belum terbukti secara ilmiah (empirik) namun telah banyak dipakai oleh

masyarakat luas. Belum ada pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi

digunakan dengan bukti empiris berdasarkan pengalaman turun temurun

(Purwanto. Y, 2002).

1. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan

alam yang dapat berupa Tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk

melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih rumit, kompleks dan

berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan

pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi

dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa

penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar

kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak/sari Tanaman obat,

standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun

kronis (Purwanto. Y, 2002).

2. Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat

disetarakan dengan obat modern karena :

a. Proses pembuatannya yang telah terstandar

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chaper II.pdf

24

b. Ditunjang bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan

criteria memenuhi syarat ilmiah

c. Protokol uji yang telah disetujui

d. Dilakukan oleh pelaksana yang kompeten

e. Memenuhi prinsip etika

f. Tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat

Dengan dilakukannya uji klinik, maka akan meyakinkan para praktisi

medis ilmiah untuk menggunakan obat herbal ke dalam sarana pelayanan

kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena

manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah (Purwanto. Y, 2002)

2.3 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan

Perawatan ibu pasca melahirkan adalah perawatan ibu yang telah selesai

melahirkan, dimana perawatan ini membantu ibu dalam pemulihan tubuh setelah

melahirkan, perawatan nifas yang meliputi: perawatan perineum, perawatan

payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi.

1. Perawatan perineum

Beberapa metode untuk merawat daerah perineum yang bertujuan untuk

memberikan rasa nyaman dan mengurangi resiko infeksi, beberapa metode untuk

ibu antara lain : terapi panas dingin, perawatan perineum, dan cara duduk.

2. Perawatan payudara

Pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat

penting untuk merawat payudara terutama untuk memperlancarkan pengeluaran

ASI. Tujuan perawatan payudara adalah untuk: Menjaga payudara tetap bersih

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chaper II.pdf

25

dan kering terutama puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong

payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, memperlancar produksi ASI

Perawatan payudara sangat penting dilakukan karena payudara merupakan satu-

satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir

sehingga harus dilakukan sedini mungkin yaitu: 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan.

Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari (Anggraini,2010).

Perawatan payudara dapat dilakukan dengan cara: menjaga payudara agar

tetap bersih, dan kering, terutama puting susu, menggunakan BH yang

menyokong payudara, mengoleskan kolostrum atau ASI yang keluar sekitar

puting susu apabila puting susu lecet dan menyusui tetap dilakukan dimulai dari

puting susu yang tidak lecet, mengistirahatkan payudara apabila lecet berat selama

24 jam, minum paracetamol 1 tablet selama 4-6 jam untuk menghilangkan nyeri,

melakukan pengompresan dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5

menit apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, mengurut payudara

dari pangkal menuju puting atau menggunakan sisir untuk mengurut payudara

dengan arah Z menuju puting.

ASI sebagian dikeluarkan dari bagian depan payudara sehingga puting

susu menjadi lunak, bayi disusui setiap 2-3 jam dan apabila tidak dapat menghisap

seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan lalu meletakkan kain dingin

pada payudara setelah menyusui (Saifuddin, 2005)

2.3.1 Resiko Ibu Pasca Melahirkan

Beberapa resiko yang terjadi pada ibu pasca melahirkan yaitu :

a. Gangguan emosional

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chaper II.pdf

26

pasca persalinan umumnya dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu postpartum blues,

depresi postpartum, dan psikosis postpartum.

Postpartum blues adalah suatu tingkat keadaan depresi bersifat sementara

yang dialami oleh kebanyakan ibu yang baru melahirkan karena perubahan

tingkat hormon, tanggung jawab baru akibat perluasan keluarga dan

pengasuhan terhadap bayi.

Depresi postpartum kelanjutan dari postpartum blues yang makin parah

dan tidak boleh diabaikan.

Psikosis postpartum gejala ini berlanjut lebih dari dua minggu, maka dapat

menjadi tanda terjadinya gangguan depresi yang lebih berat (Iskandar,

2004).

b. Pendarahan

Hasil penelitian didapat secara umum bahwa dari 58 orang Ibu yang

mengalami anemia saat kehamilan, yang mengalami perdarahan saat melahirkan

sebanyak 42 orang (72,4%), sedangkan yang tidak mengalami perdarahan saat

melahirkan sebanyak 16 orang (27,6%). Selain itu dari 62 orang Ibu yang tidak

mengalami anemia saat kehamilan, yang mengalami perdarahan saat melahirkan

sebanyak 18 orang (29%), sedangkan yang tidak mengalami perdarahan saat

melahirkan sebanyak 44 orang (71%), (Rosmiyati, 2014).

2.4 Budaya dalam Perawatan Pasca Melahirkan

1. Definisi Budaya

Budaya berasal dari sangskerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari buddhi

yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan dengan akal.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chaper II.pdf

27

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya

terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang

didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Syafrudin, 2009).

Kebudayaan adalah sebuah konsep yang defininya sangat beragam.

Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan

music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan lmu

pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003). Variasi biasa terlihat

diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur. Variasi ini sering berhubungan

dengan faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Efek dari perbedaan kultur dan

individual pada perawatan kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi

perawat untuk mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan.

Perawat perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur

dalam memberikan pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada

kompetensi kultural berupa keterampilan dan pengetahuan penting untuk

memahami dan mengapresiasikan perbedaan kultur dan dapat mengaplikasikan

keterampilan praktek klinik (Arlene & Gloria, 2001).

2. Aspek Budaya Dalam Perawatan Masa Nifas

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang

menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu

bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2009).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu

hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping

faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chaper II.pdf

28

mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak

melakukan kebiasaan/adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu

hamil, bersalin dan nifas (syafrudin. 2009).

Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang

menyambut masa-masa kehamilan. Upacara upacara yang diselenggarakan mulai

dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam

menurut adat istiadat daerah masing-masing (syafrudin, 2009).

Pada masyarakat Maluku, pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong

agar lidah bayi tidak ada bercak putih, nenas, mangga tidak bagus untuk rahim

(Syafrudin, 2009).

Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa, upacara, penanganan bagi ibu

hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah dan menjadi gambaran

penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Oleh karena itu

ilmu pengetahuan sosial kemasyarakat sangat penting dipahami oleh seorang

bidan dalam menjalankan tugasnya.

Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan

berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya,

pendidikan dan adat istiadat yang berbeda. pengetahuan sosial dan budaya yang

dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk

merubah prilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat

yang berprilaku sehat (Syafrudin, 2009).

Dalam budaya Karo cara perawatan Ibu Pasca Melahirkan yaitu setelah

mandi si Ibu diberikan param ke seluruh tubuhnya, setelah itu dipakaikan stagen

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chaper II.pdf

29

yang dililitkan di pinggang untuk merampingkan pinggang ibu, lalu perawatan

minum jamu untuk membersihkan darah kotor, dan untuk menhangatkan badan,

dan ASI nya lebih enak untuk si bayi nya. Pengertian param disini adalah obat

pelumur seperti bedak basah yang dilumurkan pada bagian tubuh untuk

menghilangkan rasa pegal (ketegangan urat) atau terkilir.

2.5 Kerangka Teori

Suatu teori lain dikembangkan oleh Lawrence Green yang telah dicoba

untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,

yang mengatakan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh

dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku

itu sendiri terbentuk dari 3 (tiga) faktor yaitu:

1. Faktor –faktor predisposisi (predisporsing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan

kelompok refleksi dari perilaku masyarat.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chaper II.pdf

30

2.6 Kerangka Pikir

Dari kerangka pikir diatas menggambarkan bahwa bahan-bahan ramuan

oukup, pengetahuan ibu tentang oukup, pandangan ibu tentang oukup, serta

dorongan keluarga yang mendukung ibu saat menjalani proses oukup ini dapat

mempengaruhi proses penggunaan oukup pada ibu pasca melahirkan pada Suku

Karo.

- Bahan-bahan Ramuan

Oukup

- Pengetahuan tentang

Oukup

- Pandangan tentang

Oukup

- Dorongan Keluarga

Penggunaan Oukup Pada Ibu

Pasca Melahirkan Di Desa

Sukanalu Simbelang

Universitas Sumatera Utara