citra partai keadilan sejahtera di pemilu 2014...
TRANSCRIPT
CITRA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DI PEMILU 2014
(ANALISIS WACANA PEMBERITAAN PARTAI KEADILAN
SEJAHTERA PADA MEDIA ONLINE DETIKCOM)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Siti Nurhayati
NIM : 1110051100008
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H /2014 M
(ANALISIS WACANA PEMBERITAAN PARTAI KEADILAN
SEJAHTERA PADA MEDIA ONLINE DETIKCOM)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Siti Nurhayati
NIM : 1110051100008
Pembimbing,
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP. 1976081220050011005
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H /2014 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul CITRA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DI
PEMILU 2014 (ANALISIS WACANA PEMBERITAAN PARTAI
KEADILAN SEJAHTERA PADA MEDIA ONLINE DETIKCOM) telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24 September 2014. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Ketua Sidang, Sekertaris Sidang,
Dra. Hj Musfirah Nurlaily, M.A
NIP. 197801142009121002 NIP. 197104122200003201
Anggota
Penguji I Penguji II
Umi Musyarrofah, M.A Noor Bekti Negoro,
M.Si
NIP. 197108161997032002 NIP.
196503011999031001
Pembimbing
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP. 1976081220050011005
i
ABSTRAK
Siti Nurhayati
Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (Analisis Wacana
Pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera pada Media Online Detikcom)
Jelang pemilu, berbagai media dihiasi dengan pemberitaan mengenai
partai politik. Pemberitaan tersebut mengandung pesan tertentu yang bertujuan
membangun citra positif. Partai Keadilan Sejahtera memanfaatkan momentum
tersebut dengan merubah slogannya. Peristiwa tersebut turut mendapat perhatian
dari berbagai media, salah satunya Detikcom. Detikcom merupakan salah satu
media online yang menyajikan berita terpopuler. Detikcom menyajikan
pemberitaan tersebut dari sudut padang yang berbeda.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti memunculkan pertanyaan,
yaitu bagaimanakah wacana pemberitaan tentang citra Partai Keadilan Sejahtera
di Detikcom? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
berlandaskan paradigma kritis. Paradigma kritis memandang media sebagai alat
untuk menyebarkan ideologi. Hal tersebut biasanya tergambar melalui
penggunaan bahasa yang digunakan. Teknik analisis yang digunakan pada
penelitian ini ialah analisis wacana Norman Fairclough. Analisis ini mengaitkan
tiga dimensi yaitu analisis teks, discourse practice, dan sociocultural practice.
Teori yang digunakan ialah performa komunikatif. Menurut Pacanowsky
dan O‟Donnell Trujillo, performa merupakan metafora yang menggambarkan
proses simbolik dari pemahaman akan perilaku manusia dalam sebuah organisasi.
Performa komunikatif terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu performa ritual,
performa hasrat, performa sosial, performa politis dan performa enkulturasi.
Hasil penelitian dilapangan, pada tahap teks pemberitaan terkait perubahan
slogan PKS menggambarkan bagaimana PKS mempersiapkan pemilu 2014.
Representasi yang dihadirkan ialah Detikcom mengambil sudut pandang
persiapan Partai Keadilan Sejahtera dalam menghadapi pemilu 2014. Perubahan
slogan dan meningkatkan kesolidan kader merupakan hal yang ditampilkan dalam
pemberitaan ini. Detikcom hanya ingin menampilkan sisi lain dari Partai Keadilan
Sejahtera yang tengah dirundung prahara. Hal tersebut dapat terlihat dari
penggunaan gaya bahasa.
Pemberitaan yang berkenaan dengan perubahan slogan Partai Keadilan
Sejahtera dilatar belakangi oleh kasus korupsi import daging sapi yang menyeret
Luthfi Hasan Ishaaq. Perubahan slogan dan rutinitas yang dilakukan oleh PKS
membetuk kader loyalis yang solid. Usaha-usaha tersebut dirasa sebagai bentuk
pembentukan citra positif di mata publik. Pada tahap sociocultural, berita ini
dikategorikan pada level situasional. Detikcom membuat berita tersebut
berdasarkan keadaan situasi menjelang pemilu 2014.
Kata kunci : PKS, Detikcom, Citra, Performa Komunikatif, Analisis Wacana
Norman Fairclough.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan kuasa-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Sebagai manusia biasa, peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Peneliti yakin skripsi ini tidak akan
berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Arif Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I
Bidang Akademik. Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekertaris
Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A yang
selalu berkenan membantu peneliti.
3. Orang Tua, Bapak Sademi dan Ibu Ngadirah yang selalu menyertakan
nama anak-anaknya di setiap doanya, memberikan wejangan mengenai
hidup yang luar biasa dengan penuh kasih sayang.
4. Kakak ku, Arif Setiawan yang selalu memberi motivasi dan memberi
semangat kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku dosen pembimbing dan inspirator
bagi peneliti untuk terus belajar. Terima kasih atas waktu, tenaga serta
iii
ilmu yang telah Bapak berikan kepada peneliti. Dengan keramahan dan
kesabaran Bapak, memberikan kemudahan dan dorongan kepada
peneliti dalam proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.
6. Deden Mauli Darajat, M.Sc selaku dosen dan kakak senior yang telah
meluangkan waktu untuk memberi kontribusi dalam menyumbangkan
ide selama proses penelitian.
7. Rubiyanah, M.A dan Ade Rina Farida, M.Si, yang selalu berkenan
membantu dan memberi motivasi terhadap peneliti.
8. Kawan-kawan, Ambar Widati, Elsa Rachmawati, Wuri Aryani, Irni
Febriani, Afini Nur Fitria dan Triana Afrianti yang senantiasa
membantu dan menyemangati peneliti hingga akhir. Terlebih kepada
Hariswati Rachmadani Putri, kawan perjuangan, bertukar pikiran
dalam proses penyusunan skripsi.
9. Lita Nuroniah, Sartika Oktaviani dan Inna Normaningsih yang selalu
menyemangati dan mendukung peneliti.
10. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2010 yang telah membantu dan
menemani saya, khususnya kelas Jurnalistik A (Najua) yang
memberikan suasana keakraban selama empat tahun ini.
11. Nanang Supriyatna, selaku HR Detikcom yang membantu peneliti
memberikan data-data yang diperlukan dalam proses penelitian.
12. Elvan Dany Sutrisno (Redaktur Pelaksana Detikcom), Erwin Dariyanto
(Editor Detikcom) dan Hardani Triyoga (Wartawan Detikcom) yang
bersedia meluangkan waktunya untuk menjawab beberapa pertanyaan
peneliti.
iv
13. Dedi Supriadi, selaku Sekertaris Bidang Humas DPP PKS, yang
bersedia meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
14. Farida Nur „Aini, Desy Dwi Setiawati, Irwan Bengkulah dan
Rokhmatunnisa Febriani yang bersedia memberikan pendapatnya
dalam proses penelitian.
15. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini.
16. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
17. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini
hingga akhir yang tak disebutkan, semoga Allah senantiasa membalas
kebaikan kalian semua, Amin.
Akhir kata, penelitian ini dirasa masih jauh dari kata sempurna, namun peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 24 September 2014
Peneliti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………………........ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..…….1
B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………………………...6
1. Batasan Masalah ………………………………………………………6
2. Rumusan Masalah ……………………………………………..…….. 6
C. Tujuan Penelitian.……………………………………………………....... 7
D. Signifikasi Penelitian…………………………………..…………………. 7
E. Tinjauan Pustaka…...…………………………………………...………... 7
F. Metodologi Penelitian……………………………………………………. 8
1. Paradigma Penelitian………………………………………………8
2. Pendekatan Penelitian…………………………………………… 10
3. Jenis Penelitian…………………………………………………...11
4. Subjek dan Objek Penelitian…………………………………..… 12
5. Sumber Data…………………………………………………….. 11
6. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………….... 12
7. Teknik Pengumpulan Data………………………………………. 12
8. Teknik Analisis Data……………………………………………..14
G. Sistematika Penulisan……………………………..……………………...16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Performa Komunikatif…………………………………………18
B. Konseptualisasi Hiperealitas………………………………………… 21
C. Konseptualisasi Citra………………………………………………... 24
D. Analisis Wacana……………………………………………………...26
1. Analisis Wacana Kritis…………………………………………...26
vi
2. Analisis Wacana Norman Fairclough…………………………... .28
E. Media Online……………………………………………………………..31
F. Konseptualisasi Berita……………………………………………………33
1. Definisi Berita……………………………………………………….. 33
2. Jenis-jenis Berita…………………………………………………….. 34
3. Nilai-nilai Sebuah Berita……………………………………………..36
G. Konseptualisasi Pemilu…………………………………………………. .38
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Detikcom………………………………………………………... 42
B. Perkembangan Detikcom………………………………………………... 44
C. Visi dan Misi Detikcom………………………………………………….49
D. Struktur Redaksional Detikcom………………………………………….50
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Analisis Teks………………………………………………………… 53
B. Analisis Discourse Practice…………………………………………. 82
1. Analisis Produksi Teks………………………………………….. 82
2. Analisis Konsumsi Teks……………………………………….. 98
C. Sociocultural Practice……………………………………………….105
D. Interpretasi Penelitian……………………………………………….109
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………… 114
B. Saran……………………………………………………………….. 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Survei Tingkat Elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera Di Pemilu
2014……………………………………………………………………………… 3
Tabel 2 Kerangka Analisis………………………………………………………. 29
Tabel 3 Analisis Teks Berita yang berjudul “Hilangkan Kata 'Bersih', PKS Ganti
Slogan Jadi 'Cinta, Kerja, & Harmoni' ”, edisi Jumat, 19 April 2013 19:03
WIB…………………………………………………………………………........55
Tabel 4 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Berganti Nama, Partai Dakwah
Menuai Berkah”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 16:23 WIB………………………… 59
Tabel 5 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Geliat Gerakan Takjil Nasional
Hingga Bank Sampah”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 15:45 WIB…………………..63
Tabel 6 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Ogah Dinilai Melorot Beri Bantuan
Sosial”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 14:21 WIB………………………………….. 67
Tabel 7 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Dana Partai Pantungan, Atau dari
Asing?”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 13:30 WIB…………………………………. 71
Tabel 8 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Jalur Pengajian Tetap Jadi Andalan
Rekrutmen Kader”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 12:41 WIB…………………........ 75
Tabel 9 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Habis Soeharto Lahirlah Partai
Keadilan”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 12:10 WIB……………………………….. 79
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Analisis Wacana Tiga Dimensi Norman Fairclough……… 15
Gambar 2 Alur Pemberitaan di Detikcom hingga ke Khalayak………………. 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media massa merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan
masyarakat. Di abad informasi ini, media massa telah dianggap sebagai tokoh
utama bagi masyarakat untuk memperoleh informasi. Terlebih, sejak angin segar
kebebasan pers di era reformasi hadir. Media tak hanya dianggap sebagai agen
sosialisasi pendidikan saja, melainkan sebagai agen perubahan dalam segala hal.
Sehingga tak jarang media massa merupakan salah satu agen penting bagi
peradaban masyarakat saat ini.
Bila dilihat dari fungsinya, media massa memiliki empat fungsi, pertama,
menghimpun dan menyebarluaskan informasi bagi khalayak. Kedua, memberikan
pendidikan bagi khalayak. Ketiga, sebagai media hiburan bagi khalayak. Keempat,
sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.1Namun
dalam perkembangannya, media massa saat ini telah bertransformasi fungsi,
menjadi salah satu agen pembentuk citra. Hal tersebut tak jarang terlihat saat
jelang pemilu. Saat berkampanye, partai politik bersaing untuk menarik massa
melalui media. Sehingga jelang pemilu, sebagian media gencar memberitakan
partai politik peserta pemilu.
Berdasarkan fenomena tersebut, Alo Liliweri mengasumsikan bahwa partai
politik yang sukses adalah jika ia berhasil membangun partisipan politik rakyat,
dan dibangun berdasarkan hubungan atau menggunakan semua “indera” media
1 Zaenuddin, HM. The Journalist, (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 9-10
2
massa.2 Dengan kata lain, sebuah partai politik akan dapat di kenal dan menarik
simpati masyarakat dengan jalan menguasai media massa yang ada.
Maraknya kasus korupsi yang menimpa petinggi partai membuat kepercayaan
masyarakat kian lama semakin menurun terhadap partai politik. Oleh karena itu
sebagai jalan pintasnya, partai politik mempergunakan media sebagai agen
pembentuk citra agar menaikan tingkat elektabilitas di masyarakat. Selain itu
pembentukan citra ini diharapkan dapat menutupi tindakan yang dinilai negatif,
seperti korupsi di massa lampau. Sehingga dapat membentuk opini publik yang
berbeda. Fenomena tersebut dapat terlihat saat jelang pemilu.
Media massa memiliki kemampuan untuk membentuk opini publik.
Kemampuan tersebut lantas dimanfaatkan oleh beberapa kalangan. Pada sebagian
besar kasus yang menimpa partai politik di tanah air saat jelang pemilu, seorang
komunikator politik (pejabat politik) menggunakan media sebagai alat untuk
menggiring opini publik dengan hal-hal positif.
Permainan bahasa yang digunakan oleh media dalam mengungkapkan sebuah
peristiwa merupakan hal terpenting dalam membentuk citra partai. Bahasa tak
hanya sekedar sebagai alat untuk menyajikan sebuah gagasan melainkan
membentuk sebuah gagasan yang diinginkan oleh komunikator. Terlebih bahasa
menguasai persepsi atas segala sesuatu, dengan demikian mempengaruhi apa
yanag dilihat orang maupun bagaimana orang mengonseptualisasikan realitas.3
Kasus korupsi yang menimpa Luthfi Hasan Ishaq, Mantan Presiden Partai
Keadilan Sejahtera ini memberikan efek terhadap tingkat elektabilitas partai di
2 Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta,2010) , h.
26 3 Dan Nimmo, Komunikasi Politik, (Bandung :PT Remaja Rosdakarya,2011), h. 87
3
pemilu 2014. Hal ini dibuktikan dengan beberapa hasil survei yang menyatakan
elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera berikut ini:
Tabel 1
Hasil Survei Tingkat Elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera Di
Pemilu 2014 4
No
Lembaga Survei
Presentase
Peringkat
1. Lembaga Survei Nasional 3,8 10
2. Lembaga Survei Indonesia 4,2 7
3. Pol Tracking Institute 2,9 8
Melihat beberapa hasil survei di atas, dapat dikatakan bahwa tingkat elektabilitas
Partai Keadilan Sejahtera di pemilu 2014 mengalami penurunan. Bahkan tingkat
elektabilitas partai ini tak lebih dari 5,0 % , sehingga sulit rasanya mendapat
banyak kursi di parlemen. Oleh karena itu, para petinggi partai yang berideologi
Islam tersebut, mencari jalan untuk membentuk peta kekuatan jelang pemilu 2014.
Salah satu caranya ialah mengubah slogan yang awalnya “bersih, peduli dan
profesional” menjadi “cinta, kerja dan harmoni”.
Perubahan slogan ini dilakukan di Semarang, Jawa Tengah. Perubahan slogan
ini merupakan salah satu cara yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera dalam
menghadapi pemilu 2014 mendatang. Dalam orasinya, Anis Matta, Presiden
Partai Keadilan Sejahtera meyakini dengan slogan tersebut Partai Keadilan
4 lsn07.com, lsi.or.id, poltracking.com diakses pada tanggal 1 Maret 2014, pukul
16.00 WIB
4
Sejahtera akan masuk dalam tiga besar. Hal ini dengan cara menghidupkan tiga
unsur tersebut dalam ranah politik. Partai Keadilan Sejahtera ingin mengubah
paradigma politik yang menakutkan menjadi menyenangkan dihadapan
masyarakat.5
Kata "cinta" adalah salah satu kata paling populer di dalam dunia seni dan
kehidupan nyata yang identik dengan keindahan dan pengorbanan. Kata cinta
akan berimplikasi positif pada kata kedua yaitu kerja. Atas nama cinta seseorang
bisa memberikan sebuah totalitas dalam bekerja. Karena cinta pula akan lahir
sebuah harmoni dari keberagaman Indonesia baik suku, ras atau berbagai
perbedaan Ideologi dan pandangan.6
Perubahan slogan ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh Partai
Keadilan Sejahtera dalam menawarkan salah satu keadaan bersahabat dalam
berpolitik. Hal ini diharapkan dapat menarik simpatik masyarakat. Selain itu,
perubahan slogan ini pun diharapkan dapat mengubah pandangan masyarakat
mengenai citra partai usai prahara diawal tahun 2013 lalu. Sehingga pada pemilu
2014 mendatang, Partai Keadilan Sejahtera dapat meraup suara sebanyak-
banyaknya.
Pemberitaan tersebut tak luput dari sorotan media, mulai dari media cetak,
elektronik maupun online. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini,
membuat masyarakat tak hanya sekedar membutuhkan informasi yang akurat dan
menarik saja. Akses kecepatan dan kepraktisan, merupakan hal penting bagi
masyarakat di abad informasi saat ini dalam memperoleh sebuah informasi.
5 Angling Adhitya Purbaya, “Hilangkan Kata 'Bersih', PKS Ganti Slogan Jadi 'Cinta,
Kerja, & Harmoni’,” Detikcom, Jumat, 19April 2013 6 http://www.pkspiyungan.org/2013/04/menakar-efektifitas-tagline-baru-pks-by.html
diakses pada tanggal 26/4/2014 jam 16.00
5
Dengan demikian dapat dikatakan media online merupakan salah satu media yang
paling sering digunakan oleh masyarakat.
Peneliti tertarik untuk meneliti media online Detikcom sebagai subjek
penelitian karena Detikcom merupakan salah satu media online yang berisikan
berita-berita terpolpuler yang dikemas secara ringan, sehingga segmentasi
pembacanya dari kalangan manapun. Selain itu tinggat pembaca media ini pun
cukup signifikan. Hal ini dibuktikan dari hasil survei alexa.com, salah satu
website yang meneliti jumlah pengunjung website di seluruh dunia.
Berdasarkan tingkat popularitasnya pada tahun 2014, Detikcom menempati
peringkat 9 di Indonesia, sedangkan di dunia mendapat peringkat 328. Untuk
perolehan pengunjung pada tahun ini, portal ini memperoleh 90,7% pengunjung.
Jumlah pegunjung terbesar dari portal Detikcom berasal dari kanal news.detik.com
dengan persentase 45.84%, sport.detik.com dengan persentase 21.13% dan
hot.detik.com dengan persentase 18.24%.7
Selain hal tersebut peneliti tertarik mengambil topik ini karena dalam
pemberitaan mengenai perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera, Detikcom
memilih untuk memberitakan melalui angel yang berbeda dari media lainnya.
Dalam hal ini, Detikcom menagitkan pemberitaan tersebut dengan metamorfosis
yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera. Metamorfosis di sini ialah mengulas
mengenai rekam jejak Partai Keadilan Sejahtera.
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini mencoba menggali motif dibalik
pemberitaan citra Partai Keadilan Sejahtera jelang pemilu 2014 dengan
melakukan analisis wacana terhadap pemberitaan yang berkaitan dengan
7 www.alexa.com, diakses pada tanggal 11 Maret 2014, pada pukul 23.00
6
perubahan slogan partai. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti mengambil judul
“Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 : Analisis Wacana terhadap
Pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera pada Media Online Detikcom.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti membatasi
penelitian ini pada pemberitaan di Detikcom edisi 19 April 2013 dan 23 Juli
2013, dengan judul :
a. Hilangkan Kata 'Bersih', PKS Ganti Slogan Jadi 'Cinta, Kerja, & Harmoni'.
b. Berganti Nama, Partai Dakwah Menuai Berkah.
c. Geliat Gerakan Takjil Nasional Hingga Bank Sampah.
d. Ogah Dinilai Melorot Beri Bantuan Sosial.
e. Dana Partai Pantungan, Atau dari Asing?
f. Jalur Pengajian Tetap Jadi Andalan Rekrutmen Kader.
g. Habis Soeharto Lahirlah Partai Keadilan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini, adalah :
Bagaimanakah wacana pemberitaan Detikcom tentang Partai Keadilan
Sejahtera di Detikcom?
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui bagaimana Detikcom
mewacanakan pemberitaaan citra Partai Keadilan Sejahtera terkait dengan
pelaksanaan pemilu 2014.
D. Signifikasi Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, manfaat,
pengetahuan dan pemahaman dalam bidang komunikasi, khususnya
jurnalistik. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberi pendalaman
mengenai bagaimana sebuah peristiwa diwacanakan oleh media.
2. Praktis
Selain menambah dan membuka cakrawala keilmuan, penelitian ini
diharapkan dapat memberi kontribusi secara praktik, khususnya dalam
membongkar sisi lain media berdasarkan wacana sebuah peristiwa.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menentukan judul skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka di
Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Berdasarkan tinjauan tersebut, peneliti menemukan beberapa penelitian yang
memliki kesamaan, seperti penelitian, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yaitu :
1. “Analisis Wacana Teun Van Djik Berita Tentang Calon Presiden RI 2009
Partai Keadilan Sejahtera di Harian Republika” yang ditulis oleh
8
Mochamad Arifin. Persamaan penelitian ini adalah penggunaan metode
penelitian, yakni analisis wacana kritis. Selain itu terdapat persamaan pada
objek penelitian yakni terkait dengan Partai Keadilan Sejahtera. Perbedaan
penelitian ini adalah penggunaan model metode penelitian dan subjek
penelitian.
2. “Relasi Gerakan Dakwah Lembaga Dakwah Kampus Dengan Partai
Keadilan Sejahtera”, yang ditulis oleh Rulie Syahdan Syahari pada tahun
2006. Persamaan penelitian terletak pada berkaitan dengan Partai Keadilan
Sejahtera. Perbedaan penelitian ini terletak pada permasalahan yang
diangkat, yakni menerangkan persiapan Partai Keadilan Sejahtera Jelang
pemilu 2014.
3. “Tipologi Iklan Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pemilu 2009
di Televisi”, yang ditulis oleh Farah Ramadhan pada tahun 2011.
Persamaan penelitian ini ialah terletak pada penggunaan objek penelitian
yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Sementara perbedaan penelitian ini
terletak pada penggunaan subjek penelitian yaitu Detikcom dan penelitian
ini menjelaskan bagaimana Detikcom merepresentasikan citra Partai
Keadilan Sejahtera melalui pemberitaan terkait perubahan slogan partai.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah kritis. Paradigma ini
menyatakan bahwa media adalah sebuah alat yang digunakan oleh kelompok
dominan untuk memarjinalkan kelompok yang tidak dominan. Pada
9
paradigma ini yang menjadi pusat perhatian adalah kelompok dominan yang
memegang kuasa media.
Mengutip Fairclough, Wodak, dan Van Djik karakteristik wacana kritis
terbagi menjadi 8 :
a. Tindakan
Pada tahap ini, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan, yang
diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Sehingga yang perlu dipahami
ialah wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan
mempengaruhi, mendebatkan dan bereaksi. Selain itu, wacana
dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar.
b. Konteks
Pada bagian ini wacana pun memeriksa konteks komunikasi. Konteks
disini ialah memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks
dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa,
situasi di mana teks tersebut diproduksi.
c. Historis
Pada bagian ini aspek historis dinyatakan sebagai suatu bentuk yang
diperlukan untuk mengetahui bagaimana kondisi keadaan (sosial
politik) dimana sebuah wacana dibentuk.
d. Kekuasaan
Konsep kekuasaan merupakan konsep yang berhubungan dengan
kontrol dibalik terbentuknya sebuah wacana. Kontrol disini tidak
hanya berupa fisik melainkan psikis.
8 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKIS Group, 2011), h. 8-13
10
e. Ideologi
Wacana dalam pendekatan ini dipandang sebagai medium persuasi
oleh sebuah kelompok yang dominan kepada khalayak, sehingga pesan
tersebut dinilai absah dan benar.
Tradisi kritis memandang media sebagai alat yang digunakan untuk
menyebarkan ideologi yang dominan. Dengan kata lain, media merupakan
pemeran utama dalam memperjuangkan sebuah ideologi.9 Sehingga dapat
dikatakan paradigma kritis melihat bahwa media bukanlah saluran yang bebas
dan netral.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Pendekatan ini memusatkan
perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah
makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara utuh. Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kebutuhan.10
Bila dilihat dari tujuannya, pendekatan kualitatif ini menuntut peneliti
untuk dapat mencari tahu dan mengembangkan realitas yang terjadi, sehingga
dapat memperoleh sebuah teori. Pada pendekatan kualitatif bertujuan untuk
9 Littlejohn, Stepen dan Karen Foss, Teori Komunikasi (Theories of Human
Communication), (Jakarta: Salemba Humanika,2009), h. 432-433 10
Lexy J.Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1997), h. 3
11
menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif; mengembangkan realitas
yang kompleks; memperoleh pemahaman makna; menemukan teori.11
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode
deskriptif adalah sebuah metode yang bertujuan untuk melukiskan secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara
faktual dan cermat.12
Menurut Iqbal Hasan dalam bukunya yang berjudul Pokok-pokok Materi
Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, metode deskriptif memiliki beberapa
tujuan, diantaranya 13
:
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada.
b. Mengidetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku.
c. Membuat perbandingan atau evaluasi.
Dengan kata lain metode penelitian ini ialah sebuah cara peneliti dalam
melukiskan sebuah fakta secara sistematis. Pada hakikatnya, metode ini
mencari teori bukanlah menguji teori. Sehingga metode ini lebih
menitikberatkan pada proses observasi di lapangan. Dalam hal ini, peneliti
berfungsi sebagai pengamat sebuah gejala yang ada di lapangan. Selain hal itu,
peneliti mencatat dan melukiskan hasil temuan dilapangan secara sistematis.
11
Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 52 12
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 22 13
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
2002), h. 22
12
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah media online Detikcom. Sementara objek
penelitian adalah pemberitaan mengenai citra Partai Keadilan Sejahtera terkait
perubahan slogan partai.
5. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan :
a. Data primer
Data primer pada penelitian ini bersumber dari buku-buku teori
mengenai pokok bahasan penelitian berita perubahan slogan dan
metamorfosis Partai Keadilan Sejahtera pada media online Detikcom.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung lainnya yang diperoleh tidak
secara langsung. Data sekunder dapat berupa dokumen, arsip maupun
laporan-laporan tertentu yang dapat oleh peneliti dari berbagai sumber.
6. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di sebuah media, yaitu Detikcom yang beralamat di
Gedung Aldevco Octagon Building, Lantai 2, Jalan Warung Buncit Raya No
75, Jakarta Selatan 12740, telpon (021) 794 177 (Hunting) Fax. (021) 794
4472. Kemudian penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan.
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini, teknik pengumpulan data yang di gunakan oleh
peneliti adalah :
13
a. Observasi Teks
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.14
Pada
bagian ini, peneliti melakukan observasi teks untuk mengamati secara
langsung terhadap teks berita tentang pemberitaan citra Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) terkait perubahan slogan partai pada media online
Detikcom.
b. Dokumentasi
Peneliti mencari data mengenai subjek penelitian, yaitu media online
Detikcom yang memberitakan citra Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
terkait perubahan slogan . Selain itu, peneliti mempergunakan cacatan,
transkrip dan buku dalam pengumpulan data.
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara data yang digunakan untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya15
. Wawancara ini ditujukan kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam proses pencarian berita hingga berita
tersebut dipublikasikan. Peneliti melakukan wawancara dengan Elvan
Dany Sutrisno selaku Redaktur Pelaksana Detikcom, Erwin Daryanto
selaku Editor Detikcom, Hardani Triyoga selaku wartawan Detikcom.
Dalam hal ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada
narasumber terkait proses pemberitaan, mulai dari proses pemilihan tema,
peliputan hingga publikasi kepada khalayak. Selain hal itu, peneliti pun
14
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 115 15
Rachmat Kritantono, Teknik Praktis Riset Komunikassi : Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relatition , Advertising, Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:Kencana,
2007), h. 96
14
menanyakan mengenai representasi dari perubahan slogan Partai Keadilan
Sejahtera. Dalam hal ini, peneliti tidak hanya berpedoman pada
sistematika pertanyaan yang disediakan, sehingga narasumber dapat
menjawab dengan terbuka.
8. Teknik Analisis Data
Setelah mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka peneliti akan
melanjutkan pada tahap analisa data guna mengetahuai jawaban dari rumusan
masalah. Dengan menggunakan konsep Norman Fairclough peneliti mencoba
melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Hal tersebut berkaiatan dengan
pemberitaan citra Partai Keadilan Sejartera (PKS) terkait dengan perubahan
slogan partai yang ditampilkan oleh media online Detikcom.
Analisis wacana model Fairclough merupakan sebuah metode analisis
yang mencakup linguistik deskripsi pada bahasa teks, interpretasi hubungan
antara produksi dan teks, eksplanaasi, hubungan antara teks dengan proses
sosial. Ketiganya saling berkaitan dan membentuk sebuah makna dibaliknya.
Analisis wacana Norman Fairclough merupakan sebuah model analisis
yang berusaha mengkombinasikan antara tekstual dengan konteks masyarakat
yang lebih luas (sosial budaya). Sehingga dalam hal ini yang menjadi titik
perhatiannya ialah melihat bahasa dari praktik kekuasaan.16
Pada konsep ini,
Fairclough membagi analisis wacana menjadi tiga dimensi. Dikatakan analisis
wacana tiga dimensi karena analisis ini terdiri dari teks, discourse practice dan
sosciocultural practice.17
16
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 285 17
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 286
15
Gambar 1
Kerangka Analisis Wacana Tiga Dimensi Fairclough 18
Proses Penafsiran
Pada tahap teks (mikro), sebuah teks dianalisis secara linguistik. Hal ini terkait
dengan penggunaan diksi hingga koherensi antar kalimat. Tahap ini biasanya
bertujuan untuk melihat bagaimana sebuah gagasan dalam teks yang merujuk
pada muatan sebuah ideologi.
Tahap discourse practice (interpretasi/ meso), sebuah pemberitaan yang
dihubungkan berdasarkan proses produksi dan konsumsi teks.19
Dalam hal
tersebut terbentuknya sebuah wacana tak terlepas dari peran orang-orang yang
berdiri dibelakang sebuah institusi media. Serta kebijakan redaksional.
Tahap sosciocultural practice (makro), sebuah dimensi yang berkaitan dengan
konteks di luar teks. Hal tersebut berkaitan pada faktor sosial, budaya, politik,
ideologi atau ekonomi yang melingkupi media tersebut. Sociocultural practice
18
Fairclough, Norman,Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language,
(United State:Longman Publishing, 1995), h. 98 19
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 287
Proses Penghasilan
Pendeskripsian/Mikro
(Analisis Teks)
(APA)
Teks Interpretasi/Meso
(Analisis Produksi)
(BAGAIMANA)
Analisis Produksi/
Meso
(Bagaimana)
Penafsian/Makro
(Analisis Sosial)
(KENAPA)
16
menggambarkan bagaimana kekuatan yang ada dapat memaknai dan
menyebarkan ideologi kepada masyarakat.20
Penulisan dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada buku pedoman
penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka sistematika
penulisan terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan
penyusunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas mengenai teori performa komunikatif,
konseptualisasi hiperealitas, konseptualisasi citra, analisis wacana,
media online, konseptualisasi pemberitaan dan konseptualisasi
pemilu.
20
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 321
17
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini berisikan mengenai profile dari media online
Detikcom baik itu sejarah Detikcom, perkembangan Detikcom, visi
dan misi Detikcom, struktur organisasi dan struktur redaksional.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS LAPANGAN
Pada bab ini menerangkan analisa peneliti meliputi : analisa teks,
analisa discourse practice, sociocultural practice dalam
pemberitaan terkait dengan perubahan slogan dan metamorfosis
Partai Keadilan Sejahtera pada media online Detikcom dan
interpretasi penelitian yang dihubungkan dengan argumentasi serta
teori-teori yang terdapat pada bab dua.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini, peneliti memberikan kesimpulan terhadap apa yang
telah diteliti dan juga memberikan saran-saran terhadap masalah
yang diangkat.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Performa Komunikatif
Setiap orang yang hidup berorganisasi tentunya memiliki sebuah ikatan yang
kuat baik antara setiap anggota maupun dengan organisasi itu sendiri. Penanaman
nilai-nilai dan moral yang ditanamkan oleh sebuah organisasi memberikan
pengaruh yang kuat pada diri seseorang. Sehingga tak jarang dari sebuah
organisasi tersebut menciptakan budaya tersendiri bagi para anggotanya.
Untuk memahami kehidupan organisasi, Michael E. Pacanowsky dan Nick
O‟Donnell-Trujillo mengonseptualisaikan melalui teori budaya organisasi. Dalam
hal ini, Pacanowsky dan Trujillo menyatakan bahwa budaya bukanlah hal-hal
yang mengacu pada latar belakang individu (ras, etnis), melainkan sebuah cara
hidup dalam berorganisasi. Hal ini berkaitan dengan psikologis, emosional, sikap,
seluruh simbol (tindakan, rutinitas, percakapan) individu dalam organisasi.1
Budaya organisasi terbentuk oleh adanya interaksi atau bentuk komunikasi
yang diciptakan oleh setiap individu didalamnya. Sehingga membentuk sebuah
pola yang nyata yang berasal dari beragam individu. Melalui pola atau jaring-
jaring tersebut, terbentuklah sebuah ikatan antara sesama anggota organisasi. Hal
ini dinyatakan oleh Pacanowsky dan Trujillo yang mengadopsi pemikiran dari
Clifford Geertz, menyatakan bahwa jaring-jaring budaya organisasi tidak muncul
begitu saja melainkan dibangun melalui kegiatan komunikasi. Setiap individu
1 Morissan,Teori Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 101
19
yang heterogen didalamnya memiliki peran yang nyata dalam menyumbangkan
sebuah ide guna membentuk sebuah makna bersama.2
Untuk melihat jaring-jaring yang dibentuk oleh individu dalam sebuah
organisasi, hal yang perlu diperhatikan yaitu performa komunikatif. Menurut
Pacanowsky dan O‟Donnell Trujillo, performa merupakan metafora yang
menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan perilaku manusia dalam
sebuah organisasi. Aspek citra dan agenda kerja merupakan hal yang tak dapat
dipisahkan dari performa.3
Dalam penggunaannya, performa komunikatif terbagi menjadi beberapa poin,
diantaranya 4 :
1. Performa Ritual
Sebuah performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan terjadi berulang
di sebuah organisasi. Performa ritual sendiri terbagi atas empat jenis, yaitu :
Pertama, ritual personal yakni mencakup semua hal yang yang dilakukan
seseorang secara rutin. Kedua, ritual tugas yakni perilaku rutin yang dikaitkan
dengan pekerjaan seseorang untuk membantu menyelesaikan tugas. Ketiga,
ritual sosial yakni rutinitas verbal dan nonverbal yang biasanya
mempertimbangkan interaksi dengan orang lain. Keempat, ritual organisasi
yakni sebuah jenis kegiatan yang diikuti oleh seluruh kelompok kerja dalam
sebuah organisasi secara teratur.
2 Morissan,Teori Komunikasi Organisasi, h. 102
3 Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, (Jakarta: PT Lasswell Visitama,
2011), h. 152 4 Richard West dan Lynn Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi,
(Jakarta: Salemba Humanika,2009), h. 325-327
20
2. Performa Hasrat
Rangkaian cerita atau kisah-kisah mengenai organisasi yang sering kali
diceritakan secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang lain.
Dalam hal ini, anggota sebuah organisasi menceritakan hal-hal yang menarik
dalam organisasinya kepada orang lain. Hal ini dilakukan untuk menciptakan
kesan baik pada suatu organisasi.
3. Performa Sosial
Perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja sama di
antara anggota organisasi. Biasanya performa ini dilakukan untuk
meningkatkan kerja sama antar sesama anggota organisasi. Sebagai contoh,
menerapkan budaya menyapa antar sesama anggota organisasi agar terjalin
kesan keakraban.
4. Performa Politis
Perilaku organisasi yang mendemostrasikan kekuasaan atau kontrol. Biasanya
performa jenis ini memiliki sebuah tujuan untuk memengaruhi orang lain.
Selain itu, performa ini secara khusus melibatkan tidakan yang dirancang
untuk memosisikan seseorang dengan cara-cara tertentu dalam organisasi
karena alasan politis. Biasanya ketika anggota organisasi melakukan performa
politik maka mereka pada daasarnya menunjukan keinginan untuk
mempengaruhi anggota lain. Hal ini biasanya terjadi akibat adanya rasa
ketidakpuasaan pada sebuah keadaan.
5. Performa Enkulturasi
Perilaku organisasi yang membantu anggota dalam menemukan makna
menjadi anggota sebuah organisasi. Pada performa yang satu ini sebuah proses
21
pengajaran budaya organisasi oleh salah satu anggota organisasi kepada
anggota lain menjadi prioritas utama.
Teori yang dipaparkan oleh Pacanowsky dan Trujilo diatas merupakan teori
yang digunakan untuk melihat bagaimana proses komunikasi yang dilakukan
dalam sebuah organisasi agar dapat tetap terjaga kesolidan dan membangun
kerjasama antar sesama anggota organisasi.
B. Konseptualisasi Hiperealitas
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata hiper memiliki arti “di atas,
berlebihan, di luar atau terlampau”.5 Istilah hiper-realitas media (hyper-reality of
media) digunakan oleh Jean Baudrillard untuk menjelaskan perekayasaan (dalam
pengertian distorsi) makna di dalam media. Hiperealitas media menciptakan
sebuah kondisi yang sedemikian rupa, sehingga di dalamnya seluruhnya dianggap
lebih nyata daripada kenyataan; kepalsuan dianggap lebih benar daripada
kebenaran; isu lebih dipercaya ketimbang informasi; rumor dianggap lebih benar
ketimbang kebenaran.6
Perkembangan hiperealitas tak telepas dari peran teknologi. Jika dilihat dari
penguasaan teknologinya, media merupakan salah salah satu aktor penting dalam
pembentukan hiperealitas, khususnya bagi pembentukan citra. Hal ini dapat
terlihat saat jelang pemilu. Para peserta pemilu berusaha membentuk citra
dihadapan publik untuk menarik simpatik massa. Para elit politik
mengkontruksikan sebuah peristiwa negatif di massa lalu dan digantikan oleh
5 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna,
(Bandung : Jalasutra,2004), h. 49 6 Yasraf Amir Piliang, Post Realitas; Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika,
(Yogyakarta:Jalasutra, 2004), h. 75
22
peristiwa positif dihadapan khalayak. Sehingga persepsi masyarakat dalam proses
stimulus akan pandangan seorang elit politik menjadi kabur.
Baudrillard dalam simulations, menjelaskan bahwa penciptaan model-model
kenyataan yang tanpa asal-usul atau referensi realitas. Dalam konteks media,
simulasi adalah penciptaan realitas media yang tidak lagi mengacu pada realitas
dunia nyata sebagai referensinya, sehingga realitas kedua yang referensinya
adalah dirinya sendiri, yang disebut simulacrum (simulacrum).7 Secara sederhana
dinyatakan, bahwa sebuah simulasi seakan-akan nyata, sedangkan realitas seakan-
akan hanya sebuah representasi atau simulasi semata.
Dalam pembentukan sebuah citra dihadapan khlayak, biasanya para elit politik
mempergunakan tiga cara, yaitu 8 :
1. Pemilihan Biner
Pemilihan Biner merupakan tahap awal yang digunakan oleh elit politik
menekankan penggunaan bahasa dalam menghantarkan makna untuk
menstrukturkan sebuah realitas.
2. Simulasi Realitas
Simulasi realitas merupakan sebuah tindakan yang bertujuan membentuk
persepsi yang cenderung palsu. Pada simulasi realitas, pembentukan citra
hiperealitas memiliki dua sifat dominan, yaitu :
a. Reality by proxy
Sebuah keadaan dimana seseorang secara sadar tidak mampu
membedakan antara realitas dan fantasi. Biasanya elit politik
7 Yasraf Amir Piliang, Post Realitas; Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika,
h. 76 8 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta: PT Lasswell
Visitama,2010), h. 49-53
23
membentuk citra mengkaburkan realitas dihadapan khlayak,
seperti mengklamufase kasus korupsi sebelumnya, dengan sikap
membela aksi memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya.
b. Solusi imajiner
Proses menjadikan sesuatu yang non-empiris, serta
menyampaikan kesan melalui kecanggihan teknologi, sehingga
menjadi fakta yang dapat dirasakan oleh publik. Seperti, iklan,
publisitas di media.
3. Logosentrisme
Dalam logosentrisme, Jean Baudlliard menemukakan empat tahap dalam
proses pencitraan elit politik, diantaranya9 ; Pertama, representasi di mana
citra merupakan cermin suatu realitas. Kedua, ideologi di mana citra
menyembunyikan dan memberi gambar yang salah akan realitas. Ketiga, citra
menyembunyikan bahwa tidak ada realitas. Keempat, citra tidak ada hubungan
sama sekali dengan realitas apa pun.
Dalam hal ini dapat terlihat bagaimana sebuah media membentuk sebuah citra.
Sebuah informasi yang riil dapat tergantikan oleh sebuah simulasi semata. Hal ini
menimbulkan sebuah efek bagi khalayak yaitu mereka tidak lagi dapat
membedakan antara kebenaran dan kepalsuan, antara isu dan realitas. Oleh karena
itu, hal terpenting dalam melakukan sebuah hiperealitas biasanya media
melakukan permainan bahasa dan teknologi. Sehingga dapat membentuk sebuah
kekuatan kebenaran pada pesan tersebut.
9 Haryatmoko, Etika Komunikasi, (Yogyakarta, Kanisius, 2007), h. 33
24
Pesan yang dihadirkan oleh seorang komunikator (pejabat politik) dengan
menggunakan media, memberikan sebuah efek dalam pembentuk opini publik.
Sebuah pesan tersebut, diberikan secara terus menerus kepada khalayak, sehingga
pesan tersebut secara sadar mengendap pada khalayak. Hal ini dijelaskan oleh
Gebner yang menyatakan bahwa posisi media massa dan realitas sesungguhnya
menghasilkan koherensi yang powerfull dimana pesan media mengkultivasi secara
signifikan. Perisitiwa tersebut disebut konsep resonansi.10
C. Konseptualisasi Citra
Citra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti gambar. Kemudian
dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa
Inggris. Pada hakikatnya citra didefinisikan sebagai kontruksi atas representasi
dan persepsi khalayak terhadap individu, kelompok, atau lembaga yang terkait
dengan kiprahnya dalam masyarakat. Citra pun diartikan sebagai cara anggota
organisasi dengan melihat kesan atau persepsi yang ada dibenak orang.11
Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra merupakan gambaran seseorang
terhadap seorang individu atau kelompok. Dalam membentuk sebuah citra, tak
terlepas dari sebuah proses yang sering disebut pencitraan. Pencitraan ialah proses
pembentukan citra melalui informasi yang diterima oleh khalayak secara langsung
atau melalui media sosial atau media massa.
Jika berbicara mengenai politik, sebuah citra dapat dikaitkan dengan
pembentukan persepsi khalayak terhadap seorang figur atau kelompok tertentu
dengan menanamkan sebuah nilai dan kepercayaan melalui media massa sehingga
10
Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, h. 169 11
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 178
25
dapat membentuk opini publik. Dalam pembentukan sebuah citra politik tak
terlepas dari peran media dan para komunikator (politikus). Media merupakan alat
yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan politik yang disampaikan oleh
komunikator. Sementara peran dari komunikator (politikus) ialah berusaha
menciptakan citra melalui komunikasi politik dengan tujuan memperoleh
dukungan publik.
Penggunaan media merupakan alat yang terpenting. Kecanggihan peralatan
yang dimiliki oleh media memberikan kemudahan dalam pencitraan. Mohammad
Sobary menyatakan bahwa IPTEK dapat membuat seseorang tampak lebih unggul
dari yang lain. Dalam hal ini media sebagai alat komunikasi mampu
memanipulasi jiwa dan perilaku manusia sesuai kehendak pemesan. Ilmu
manipulatif ini dapat membuat seorang tokoh yang otoriter menjadi seolah-olah
begitu demokrasi dan peduli terhadap kemanusiaan.12
Dalam kacamata ilmu komunikasi modern, media tidak saja berfungsi sebagai
mediator penyampaian berita, tetapi sebagai sarana pembentukan citra politik.13
Media massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Hal ini terlihat
dari pemilahan isu-isu yang ditampilkan pada khalayak. Media massa
memasukkan perhatian terhadap isu-isu tertentu. Seluruh hal tersebut tak terlepas
dari peran pemilik dan orang yang berpengaruh dalam pembentukan berita pada
sebuah media.
12
Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009),
h. 274-275 13
Alfan, Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, h. 278
26
D. Analisis Wacana
1. Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana merupakan salah satu metode penelitian yang
bersinggungan dengan pemakaian bahasa. Secara strukturnya, sebuah wacana
terbentuk tidak hanya melalui deretan kata ataupun kalimat saja. Unsur
kesatuan dan kepaduan kalimat merupakan hal terpenting dalam pembutan
sebuah wacana. Sebagian besar wacana yang terbentuk menyimpan sebuah
makna tertentu. Oleh karena itu, ilmu kebahasaan merupakan hal yang
terpenting untuk mengungkapkan makna dibalik sebuah wacana.
Istilah wacana saat ini berasal dari bahasa Latin yaitu kata discursus yang
berarti “lari kian-kemari”. Secara sederhana, wacana ialah cara objek atau ide
diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan
pemahaman tertentu yang tersebar luas.14
Menurut Samsuri, wacana ialah
rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri
dari seperangkat kalimat yang memiliki kesinambungan dengan kalimat
lainnya.15
Berdasarkan dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa wacana ialah
seperangkat kalimat yang tersusun mengenai sebuah peristiwa dengan
memperhatikan aspek kesatuan dan kepaduan tata bahasa yang dipublikasikan
kepada khalayak sehingga memberikan pemahaman tertentu.
14
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2012), h. 11 15
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 10
27
Bahasa merupakan aspek utama dalam analisis wacana. Beragam
pandangan mengenai makna bahasa pun disampaikan oleh beberapa kaum,
seperti 16
:
a. Positivis
Pada pandangan ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia
dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap
secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa adanya
kendala atau distorsi, selama ia dinyatakan menggunakan pengalaman
empiris dan logis.
b. Konstruktivis
Pada pandangan ini, dipengaruhi oleh pikiran fenomenologi. Bahasa tidak
hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan
yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampainya. Dalam pandangan ini,
subjek sebagai aktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-
hubungan sosialnya. Bahasa dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang
memiliki tujuan.
c. Kritis
Pada pandangan ini, bahasa tidak dipahami sebagai medium yang netral
melainkan sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek
tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategis di dalamnya.
Dengan demikian wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan
kekuasaan terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai representasi
yang terdapat dalam masyarakat.
16
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 4-6
28
Dalam perkembangannya, analisis wacana pun mengerucut menjadi
analisis wacana kritis. Para teorektikus kritis, memusatkan perhatiannya pada
bagaimana kekuasaan, penindasan dan hak istimewa dihadirkan pada sebuah
wacana.17
Analisis wacana kritis merupakan sebuah kajian yang membahas
mengenai struktur kalimat yang dipengaruhi oleh adanya kekuatan proses
produksi dan faktor luar produksi. Dalam hal ini wacana diumpamakan
sebagai representasi dalam membentuk subjek tertentu pada sebuah peristiwa.
Pendekatan utama analisis wacana kritis ialah praktik kekuasaan. Pada
kajiannya, sebuah wacana dipandang sebagai pesan yang dibentuk atas
dominasi kelompok tertentu. Sebuah wacana terbentuk memiliki sebuah tujuan
tertentu yaitu mempengaruhi khalayak dengan merepresentasikan sebuah
peristiwa.
2. Analisis Wacana Norman Fairclough
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis memperlihatkan
bagaimana penggunaaan bahasa, baik dalam lisan maupun tulisan sebagai
bentuk praktik sosial.18
Disini, bahasa dapat dilihat sebagai sebuah alat
pengungkapan makna yang secara tersirat. Pengungkapan tersebut dapat
terlihat dari permainan kata yang digunakan, koherensi kalimat satu dengan
yang lain, serta pemilihan narasumber.
Dalam kajian analisis wacana, Fairclough memperkenalkan model analisis
wacana yang disebut sebagai model tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut dapat
menerangkan mengenai; Pertama, deskripsi dari teks, dimana adanya
17
Stanley J Baran dan Dennis K Devis, Teori Komunikasi Massa Edisi 5, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), h. 16 18
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 8
29
keterkaitan antara intpretasi dari proses hubungan dengan teks. Kedua,
interpretasi ; yang bertujuan ingin melihat kaidah-kaidah apa yang digunakan
dalam pembetukan sebauh wacana. Ketiga, penjelas; yang bertujuan untuk
menjelaskan hal-hal yang berkaitan proses produksi dengan konteks sosialnya
dalam pembuatan sebuah wacana.19
Sehingga bila dilukiskan kerangka penelitian yang harus dilakukan oleh
peneliti untuk menggunakan analisis wacana Fairclough ini sebagai berikut :
Tabel 2
Kerangka Analisis 20
Tingkatan Metode
Teks Critical Linguistic
Discourse Practice Wawancara mendalam dengan bagian
redaksional
Sociocultural Practice Studi pustaka
a. Teks
Pada tahap ini sebuah teks dipandang tidak hanya menunjukkan
bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar
objek didefinisikan.21
Pada dimensi teks, yang dikaji ialah analisis linguistik,
melihat kosakata, semantik, tata kalimat, koherensi, kohesivitas, bagaimana
antarkata atau kalimat tersebut digabungkan sehingga membentuk pengertian
tertentu. Analisis teks terdiri dari tiga unsur, yaitu:
1) Representasi adalah bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi
keadaan atau apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
19
Norman Fairclough, Kesadaran Bahasa Kritis, (Semarang : IKIP Semarang Press,
1995), h. 12-13 20
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 326 21
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 261
30
2) Relasi adalah bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak dan
partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Pada tahap
ini, sisi kedekatan dari media dengan pihak tertentu melalui teks.
3) Identitas adalah bagaimana identitas wartawan ditampilkan dan
digambarkan dalam teks pemberitaan. Pada tahap ini, dapat terlihat
bagaimana wartawan menempatkan posisinya.
Dalam tahap teks, Fairclough juga menyisipkan gagasan mengenai
intertekstualitas dalam sebuah wacana. Intertekstualitas ialah sebuah istilah
dimana teks dan ungkapan dibentuk oleh teks yang datang sebelumnya, saling
menanggapi dan salah satu bagian dari teks tersebut mengantisipasi lainnya.22
Interstektualitas digunakan untuk menghadirkan bagaimana wartawan
menghadapi beragam pendapat dari banyak pihak dan dihadapkan oleh
pendapatnya sendiri yang ditampilkan dalam teks berita. Intertekstualitas
dalam berita dapat diketahui dari pengutipan sumber berita atau narasumber
dalam berita.
b. Discourse Practice
Discourse Practice ialah memusatkan perhatian pada bagaimana produksi
dan konsumsi teks. Hal ini berkaitan dengan praktik produksi sebuah teks
berita di media. Selain itu berkaitan dengan bagaimana teks tersebut
dikonsumsi oleh khalayak. Untuk mengetahui itu semua, terdapat tiga faktor
penting. Pertama, dari sisi individu wartawan itu sendiri. Kedua, bagaimana
hubungan antara wartawan dengan dengan struktur organisasi media yang lain
22
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 305
31
(team redaksi). Ketiga, praktik kerja, mulai dari pencarian berita, penulisan,
editing hingga dipublikasikan.
c. Sociocultural Practice
Sociocultural Practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang
ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam
media. Oleh karena itu, pada analisis ini ruang redaksi maupun wartawan
bukanlah kotak kosong yang steril melainkann ditentukan oleh faktor luar di
luar dirinya.
Dalam hal ini, Fairclough membuat tiga level socialcultural practice,
yaitu; Pertama, situasional yaitu sebuah teks terlahir karena adanya situasi
tertentu, sehingga teks tersebut berbeda dari yang lain. Kedua, instituasional
yaitu sebuah teks terlahir dipengaruhi adanya peran institusi organisasi.
Institusi ini biasanya berasal dari dalam diri media sendiri atau faktor eksternal
media. Ketiga, sosial yaitu sebuah teks terlahir karena adanya perubahan
sosial masyarakat setempat.23
E. Media Online
Diabad informasi saat ini, disinyalir sebagai era perkembangan media online.
Kepraktisan merupakan salah satu sifat yang menjadikan media online sebagai
komoditi utama bagi masyarakat dalam memperoleh informasi saat ini. Menurut
John M Echols dan Hasan Sadily dalam Kamus Inggris Indonesia, menyatakan
23
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 322
32
kata online terdiri atas dua suku kata, yakni on dan line. On berarti sedang
berlangsung. Sementara line mengandung arti garis, barisan, saluran.24
Media online adalah salah satu saluran informasi yang disebarluaskan melalui
internet. Awalnya banyak yang mengira media online merupakan bagian dari
media elektronik, namun para pakar memisahkan. Alasannya ialah dalam media
online terdapat penggabungan antara media cetak dan media elektronik.25
Walaupun kehadirannya belum terlalu lama, media online tergolong memiliki
pertumbuhan yang spektakuler. Bahkan sebagian besar masyarakat saat ini lebih
menggemari media online. Menurut John Vivian, keberadaan media baru seperti
internet ini dapat melampaui penyebaran pesan melalui media tradisional. Hal ini
dikaitkan dengan sifat internet yang dapat berinteraksi secara real time tanpa
mengidahkan jarak.26
Adapun beberapa keunggulan media online, diantaranya adalah 27
:
1. Media online merupakan salah satu jenis media yang memiliki sifat yang
khas. Kekhasan tersebut terletak pada penggunaan teknologi yang bersifat
up to date, real time, dan praktis.
2. Tak hanya menggunakan komputer, laptop yang telah terpasang internet
saja, melainkan melaui ponsel pun kita dapat mengakses informasi yang
dibutuhkan.
3. Pembaca media online dapat memberikan tanggapan secara langsung
terhadap berita-berita yang disajikan dengan mengetik di kolom yang telah
disajikan, tanpa harus mengirim surat pembaca pada redaksi.
24
John M Echols dan Hasan Sadily,Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia,2005),
h. 404 25
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor :Ghalia Indonesia, 2010), h. 32-33 26
Rulli Nasrullah, Cyber Media, (Yogyakarta: Idea Press, 2013), h. 17 27
Zaenuddin, HM, The Journalist, h. 7-8
33
Di Indonesia, perkembangan media online saat ini cukup signfikan. Asian
Intelligence An Independent Fortnightly Report on Asian Business and Politics
menyatakan bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia pada tahun 2011 telah
mecapai 22,9%. Selain itu, maraknya penggunaan smartphone di Indonesia sangatlah
tinggi. Pada tahun 2011 saja penetrasi telpon seluler di Indonesia mencapai 63,2%.28
Selain hal tersebut, kebangkitan media online di Indonesia juga tergambar dari
maraknya portal-portal pemberitaan, seperti detik.com, okezone.com, vivanews.com.
Bahkan media cetak maupun elektronik kini memfasilitasi dengan media online,
seperti kompas.com, republikaonline.com, tempo.co.id, metrotvnews.com dan
liputan6.com.
Oleh karena itu, para pemilik media yang awalnya hanya melirik media cetak dan
elektronik, kini mulai beranjak pada media media online. Hal tersebut dirasakan
sangat menguntungkan para pemilik media online. Tak hanya menguntungkan dari
segi ekonomi saja, melainkan dapat pula membentuk opini publik melalui
pemberitaan yang ditampilkan di media online miliknya.
F. Konseptualisasi Berita
1. Definisi Berita
Berita (news) berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Vrit (persamaan dalam
bahasa Inggris dapat dimaknai denggan write) yang artinya „ada‟ atau
„terjadi‟. Sebagian ada yang menyebutnya Vritta, artinya “kejadian” atau
“peristiwa yang telah terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia berarti „berita
atau warta‟.29
28
Asian Intelligence An Independent Fortnightly Report on Asian Business and Politics,
“Internet and Social Networking as Forces for Political Change”, 23 Februari 2011, h. 8 29
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 67
34
Menurut Michael V.Charnley dalam Reporting (1965) menegaskan, berita
adalah laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting,
atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk. Menurut Williard C.Bleyer
dalam Newspaper Writing and Editing menyatakan bahwa berita adalah
sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat
kabar, karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat
kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita
tersebut.30
Bila melihat dari media yang digunakan, sebuah berita terlahir bukan
hanya melalui pers “tradisional” semata. Perkembangan zaman yang
diimbangi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih melahirkan
pers yang semakin “modern”. Sehinggga media tak sebatas media cetak saja,
melainkan terdapat media elektronik dan media online.
Hal ini diungkapkan oleh AS Haris Sumadiria dalam Jurnalistik
Indonesia menyatakan bahwa berita ialah laporan tercepat mengenai fakta atau
ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar
khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media
online internet.31
2. Jenis-Jenis Berita
Pada penulisan berita, wartawan dapat membentuk berita tersebut dengan
beragam jenis. Dalam proses penulisan berita ini, biasanya disesuaikan dengan
kemamupan wartawan. Pembagian jenis berita dipakai untuk membedakan
30
AS Haris Sumadiria,Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2008), h. 64 31
AS Haris Sumadiria,Jurnalistik Indonesia, h. 65
35
jenis isi berita dan subjek peristiwa. Adapun jenis-jenis berita menurut Rivers,
yaitu32
:
a. Straight News adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Sifat
tulisan ini adalah padat, singkat, jelas memenuhi kaidah penulisan
berita yaitu 5W+1H. Tulisan ini biasanya memudahkan pembaca
dalam menerima informasi karena terkonsep pada piramida terbalik.
b. Dept News adalah laporan yang ditulis oleh wartawan dengan cara
menghimpun informasi yang berupa fakta-fakta guna pengembangan
peristiwa yang akan dijadikan berita. Biasanya peristiwa yang
dijadikan berita tidak harus peristiwa yang masih baru. Dengan pola
seperti ini, berita yang sudah lampau dapat menjadi berita yang baru
karena wartawan menambahakan fakta-fakta baru.
c. Interpretative Report adalah sebuah berita yang biasanya
memfokuskan pada sebuah peristiwa yang kontroversial. Dalam hal ini
wartawan menganalisis dan menjelaskan mengenai peristiwa tersebut.
Sehingga tak jarang publik mengenggapnya sebuah “opini”, karena
wartawan berusaha menuangkan fakta-fakta yang diperoleh dari
narasumber.
d. Investigative Reporting adalah jenis berita yang berisakan peristiwa
yang kontroversial. Pada proses pembuatannya, wartawan melakukan
sebuah penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi.
Biasanya proses penyelidikan ini bersifat tersembunyi.
32
AS Haris Sumadiria,Jurnalistik Indonesia, h. 69-71
36
e. Feature adalah sebuah jenis tulisan yang ditullis oleh wartawan dengan
memaparkan sebauh peristiwa dengan gaya tulis yang khas. Tulisan ini
biasanya wartawan lebih leluasa memaparkan sebuah peristiwa dengan
bahasa yang dapat menarik perhatian khalayak. Jenis berita ini sebuah
peristiwa dibentuk secara menarik dan member efek santai dalam
membacanya.
3. Nilai-nilai sebuah Berita
Bila diamati, kehidupan seperti kumpulan peristiwa. Setiap harinya,
berbagai peristiwa yang terjadi selalu muncul di media. Namun terdapat
beberapa peristiwa yang dapat dikatakan sebuah berita. Tak semua peristiwa
yang ada di dunia ini dapat di katakana sebuah berita. Untuk itu, media
mematok sebuah peristiwa yang dapat menjadi sebuah berita berdasarkan nilai
sebuah berita. Menurut Brian S Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen dan
Don Ranly dalam news reporting and editing menyatakan terdapat sembilan
nilai berita, yaitu33
:
a. Aktual (Timeliness)
Berita yang sedang atau baru saja terjadi. Aktual terbagi menjadi dua,
yaitu objektif dan subjektif. Aktual secara objektif berkaitan dengan
peristiwa yang benar-benar baru saja terjadi. Sementara actual secara
subjektif berkaitan dengan waktu pembaca membaca berita tersebut.
b. Keluarbiasaan (Unusualness)
Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Berkaitan dengan peristiwa-
peristiwa yang di luar nalar atau tidak biasanya.
33
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, h. 78-80
37
c. Akibat (Impact)
Berita adalah yang memiliki dampak luas. Dalam hal ini dapat diartikan
bahwa sebuah peristiwa yang memliki dampak yang luas dikatakan berita.
d. Kedekatan (Proximity)
Berita adalah sesuatu yang dekat, baik psikologis maupun geografis. Hal
tersebut berkaitan dengan aspek kedekatan pada pembacanya.
e. Informasi (Information)
Berita adalah informasi. menurut Wilbur Schramm, informasi adalah hal
yang bisa menghilangkan ketidakpastian.
f. Konflik (Conflict)
Berita adalah konflik atau pertentangan. Hal ini berkaitan dengan
perseteruan dan dan persaingan antar dua pihak yang bertikai. Keadaan
tersebut patut untuk di beritakan karena mempunyai efek dramatis di
masyarakat.34
g. Orang yang penting (Public figure/ news maker)
Berita adalah tentang orang-orang penting yang menjadi figur publik,
sehingga apa yang dilakukannya atau apa yang terjadi pada dirinya
menarik perhatian publik untuk tahu.
h. Kejutan (Surprising)
Berita adalah kejutan, yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan, saat
sebelumnya hampir tidak mungkin terjadi.
34
Nurudin, JurnalismeMasa Kini, (Jakarta; Rajawali Pers, 2009), h. 59
38
i. Ketertarikan (Human interest)
Human Interest jika diartikan berarti menarik minat orang. Sehingga berita
yang mengandung hal-hal yang menggetarkan hati, menggugah perasaan
dan mengusik jiwa para pembacanya diharapkan dapat menarik minat
orang.
j. Seks (Sex)
Berita adalah informasi seputar seks yang terkait dengan perempuan.
Berita ini biasanya berkaitan dengan sebuah skandal hubungan.
G. Konseptualisasi Pemilu
Pemilihan Umum atau Pemilu merupakan salah satu pesta demokrasi yang
digunakan untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negara. Proses Pemilu
dilakukan oleh rakyat dengan memilih wakil rakyat atau pemimpin negara dengan
menjunjung asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Hal ini
dinyatakan pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 pasal 1
tentang pemilihan umum.
“Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.”35
Pemilu merupakan salah satu tujuan akhir para elit politik dalam melakukan
komunikasi politik kepada masyarakat. Keberhasilan komunikasi politik yang
dilakukan oleh para elit politik dapat diukur dari perolehan suara yang diperoleh
di pemilu.
35
http://www.rumahpemilu.com/public/doc/.pdf diakses pada 18 Mei 2014, pada pukul
16.00 WIB
39
Setiap negara di dunia memiliki pola pemerintahan yang berebeda-beda. Hal
ini memberi pengaruh pada sistem Pemilu yang digunakan. Secara garis besar,
sistem Pemilu yang digunakan di dunia terbagi menjadi dua bagian, yaitu36
:
1. Sistem proposional adalah bentuk penerapan prinsip multi-member
constituency atau satu daerah peilihan memilih beberapa orang wakil.
Gambaran umum sistem ini ialah partai politik mencalonkan banyak
kandidat pada daerah pemilih. Kemudian masyarakat tidak harus memilih
nama kandidat partai tersebut, melainkan cukup memilih gambar partai
politiknya saja.
2. Sistem non-proposional ialah penerapan sistem single-member
constituency atau satu daerah pemilihan, memilih satu wakil saja.
gambaran umum sistem ini ialah seorang kandidat yang dicalonkan oleh
partai politik, dan masyarakat yang sudah memenuhi syarat untuk
memberikan hak pilihnya dapat memilih foto kandidat partai. Kandidat
dengan perolehan suara terbanyak, dialah pemenangnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, adapula negara-negara yang menggabungkan
kedua sistem tersebut. Dalam hal tersebut, sistem pemilihannya ialah setiap
pemilih memiliki dua suara, yaitu pemilih memilih calon atas dasar distrik dan
pemilih memilih partai atas dasar sistem proposional. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi efek distorsi. Selain hal tersebut, negara-negara yang memiliki multi
partai biasanya membuat peraturan terbaru yaitu electoral threshold.
Sistem proposional merupakan sistem Pemilu yang digunakan oleh Indonesia.
Sistem ini merupakan warisan dari kolonial Belanda yang sempat menjajah
36
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 220
40
Indonesia. Sistem ini digunakan oleh Indonesia mulai dari masa demokrasi
parlementer (1945-1959) hingga massa demokrasi Pancasila (1965-1998). Di
massa demokrasi parlementer, sistem proporsional mengalami beberapa
pembaharuan. Pembaharuan ini terlihat dari sistem pembatasan jumlah partai yang
mengikuti Pemilu. Pada massa demokrasi parlementer, partai yang mengikuti
sebanyak 27 partai. Pada massa demokrasi Pancasila memberlakukan fusi bagi
partai. Pemberlakuan sistem fusi ini menghadirkan tiga golongan partai besar
yaitu Golongan Spiritual (PPP), Golongan Nasionalis (PDI), dan Golongan Karya
(Golkar).
Sistem Pemilu yang dilakukan di Indonesia selama ini mulai diperdabatkan
pada massa reformasi (1998-1999). Hal ini dapat terlihat dari beragam tulisan,
artikel yang mulai mempertanyakan sistem Pemilu yang berimbas pada lemahnya
peran legislatif dibandingkan eksekutif, serta ketidakmampuan sistem politik
dalam membangun demokrasi selama ini. Hal ini didasari dari sistem kepartaian
pola recruitment legislatif yang tidak efektif. Oleh karena itu sistem Pemilu di
massa ini diubah. Pada massa reformasi dibuka kesempatan kembali untuk
mendirikan partai baru. Sehingga pada tahun 1999 diikuti 48 partai.
Dampak dari Pemilu 1999 ini dapat dirasakan pada Pemilu 2004. Di tahun
2004 telah diberlakukan pemilihan Presiden dan Wakil presiden secara langsung
oleh Rakyat, yang sebelumnya dipilih oleh MPR. Selain hal itu, pembentukan
suatu badan baru yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD), yang berfungsi
mewakili kepentingan daerah khusus. Kemudian adanya peraturan “electoral
threshold”, yakni ketentuan bahwa untuk pemilihan legislatif, setiap partai harus
meraih jumlah 3% kursi. Untuk pemilihan presiden dan wakil presiden partai
41
harus meraih minimal 3% jumlah kursi dalam badan yang bersangkutan atau 5%
suara sah nasional.37
Oleh karena itu, Pemilu di massa reformasi dan Pemilu tahun 2004 merupakan
Pemilu yang dikatakan memiliki keistimewaan dibandingkan Pemilu-pemilu
sebelumnya. Sistem yang diberlakukan pada Pemilu di tahun 2004 dapat
dikatakan sebagai sistem penggabungan antara sistem distrik dan sistem
proposional. Hal ini dapat terlihat bahwa masyarakat tak hanya diberi hak untuk
memilih melalui partai nya saja, melainkan masyarakat dapat memilih sosok yang
akan dipilih melaui pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
37
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Prima Grafika, 2008), h. 484
42
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Detikcom
Media ini diluncurkan pada tahun 1998 dan sepenuhnya menjadi sebuah
media berita pada tahun 2004. Portal berita ini menyajikan beragam topik
pemberitaan, yaitu, hukum, politik, ekonomi, entertainment, kesehatan, olahraga, ,
hingga teknologi. Portal berita ini menyajikan informasi secara cepat dan lengkap
kepada publik.
Detikcom terlahir dari sebuah perusahaan Agranet Multicitra Siberkom atau
yang lebih dikenal dengan nama Agrakom. Agrakom merupakan sebuah
penyediaan jasa konsultasi pengembangan dan penglolaan web. Perusahaan ini
didirikan oleh dua mantan wartawan majalah Tempo, yaitu Abdul Rahman dan
Budiono Darsono, bersama temannya, yakni Yayan Sofyan dan Didi Nugrahadi.
Agrakom merupakan salah satu pelopor perusahaan IT yang berada di Indonesia.
Perusahaan ini hadir pada tahun 1993. Pada tahun 1995, perusahaan ini dapat
dikatakan berkembang pesat. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya klien yang
menggunakan jasa mereka, seperti Kompas Gramedia, Tambang Timah dan
beberapa perusahaan asing. Namun pada tahun 1997, perusahaan ini pun turut
mengalami krisis moneter.1
Dalam keterpurukan tersebut, mereka mencoba bangkit dengan mendirikan
sebuah perusahaan jasa web yang dapat bertahan di tengah krisis moneter. Atas
keahlian yang mereka miliki di dunia kejurnalistikan, akhirnya pada tahun 1998,
1 Dede Rosyadi, “Konsep Budiono Darsono Tentang Jurnalisme Online di
www.Detikcom.com ,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 47
43
mereka mendirikan media online pertama di Indonesia yang diberi nama
Detikcom. Detikcom merupakan sebuah situs berita yang menampilkan berita atau
informasi terkini melalui internet. Berkat terinspirasi dari konsep gaya breaking
news dari CNN, Budiono Darsono memperkenalkan konsep penyampaian
breaking news melalui Internet pada media online Detikcom.
Pemberian nama Detikcom sendiri memiliki filososfi tersendiri bagi mereka,
seperti yang dikatakan oleh Budi Rahman. Ia menyatakan filosofi nama Detikcom
ialah never stand still (Takkan Pernah Berhenti). Filosofi tersebut dimaksudkan
bahwa Detikcom diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan selalu
menampilkan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pembaca yang lebih
cepat, lebih lengkap.2
Perkembangan teknologi yang terjadi setiap tahunnya, memberi dampak
munculnya pengguna internet. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan jumlah
pengguna internet. Sejak tahun 1998 hingga 2010, pengguna internet mencapai
500 ribu. Memasuki tahun 2011 pengguna internet semakin bertambah. Selain itu,
pertumbuhan jumlah pengguna internet kini bersumber dari pengguna smartphone
di masyarakat. Keadaan tersebut memberikan keutungan terhadap perusahaan
media online, seperti Detikcom. Selain itu, keadaan tersebut menarik minat para
pemilik media tradisional untuk beralih ke media online. Sehingga berkembanglah
persaingan di media online.
Detikcom tumbuh menjadi 15 kanal dan kanal komunitas yang terfragmentasi
berdasarkan topik, hobi, kawasan geografis, produk dan layanan jasa, yang
disajikan melalui web, SMS, WAP dan platform lainnya. Kanal-kanal tersebut
2 Company Profile Detikcom
44
adalah detiknews.com, detiksport.com, detikhot.com, detikfinance.com,
ditikinet.com, oto.detik.com, food.detik.com, health.detik.com, tv.detik.com,
foto.detik.com, surabaya.detik.com, bandung.detik.com, forum.detik.com,
blogdetik.com dan tanyasaja.detik.com. Kanal-kanal tersebut dihadirkan untuk
memuaskan hasrat masyarakat dalam mencari informasi yang dibutuhkan sesuai
dengan bidang yang diinginkan.
Ditengah persaingan yang sangat pesat tersebut, Detikcom berhasil
menempatkan posisinya di hati khalayak. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan
Detikcom yang menempati peringat ke lima setelah facebook, google.com,
google.co.id dan yahoo. Menurut alexa.com, beberapa konten dari Detikcom
menempati posisi seratus situs yang paling dikunjungi. Beberapa situs tersebut
diantaranya adalah detiknews.com, detikhot.com, detiksport.com, detikinet.com,
detikfinance.com, dan blogdetik.com.
Pada Agustus 2011, Detikcom resmi bergabung pada Transmedia. Transmedia
merupakan perusahaan yang menaungi dua perusahaan televisi, yaitu Trans TV
dan Trans 7. Dibawah naungan Transmedia, Detikcom diharapkan dapat menjadi
media online yang kuat dan terbesar di Indonesia. Sehingga dapat terus menjaga
komitmen memberikan informasi pada klahayak secara cepat, lengkap, akurat,
baik dari dalam maupun luar negeri.
B. Perkembangan Detikcom
Memasuki era informasi seperti saat ini, para pemilik media tradisional mulai
melirik ke ranah media online. Hal ini dilandasi karena media online memiliki
keuntungan tersediri. Perkembangan pengguna internet setiap tahunnya terus
mengalami peningkatan. Terutama sejak berkembangnya penggunaan smartphone
45
di masyarakat. Berdasarkan Opera and InMobi (mobile ad network), pengguna
smartphone diperkirakan mencapai sembilan juta di tahun 2009 di Indonesia.3
Selain hal tersebut, minimnya biaya produksi dan perolehan yang cukup
menguntungkan, merupakan alasan dari para pemilik media melirik media online.
Hal ini dapat terlihat dari keberhasilan Detikcom yang merupakan pelopor portal
berita di Indonesia.
Ditengah persaingan indusri media online saat ini, Detikcom merupakan
media online yang terus eksis. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengguna
media ini setiap tahunnya. Hal tersebut turut mengantarkan beberapa
perkembangan yang signifikan dari Detikcom. Perkembangan tersebut dapat
terlihat dari perkembangan aplikasi dan pendapatan yang diperoleh.
1. Aplikasi-aplikasi yang Inovatif
Pencapaian-pencapaian yang telah diperoleh Detikcom tak menjadikannya
puas diri. Demi menjaga keeksistensiannya di mata publik, Detikcom memiliki
beberapa startegi, yaitu; Pertama, menciptakan produk-produk yang inovatif dan
terbaru. Kedua, memperbaharui produk-produk yang sebelumnya. Ketiga,
meningkatkan pemasaran perusahaan melalui memasang iklan di media lain,
jejaring sosial hingga pada acara-acara tertentu. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan jumlah pengguna Detikcom.
Detikcom setiap tahunnya selalu memberikan terobosan yang inovatif. Hal
tersebut dapat terlihat dari kegiatan pengembangan perusahaan, diantaranya4 :
3 Company Profile Annual Report PT Agranet Multicitra Siberkom, h. 6
4 Company Profile Annual Report PT Agranet Multicitra Siberkom, h. 9
46
a. Peluncuran Saluran Baru
1) Health.detik.com adalah sebuah situs yang memungkinkan pengguana
untuk dengan cepat dan mudah menemukan berita terbaru mengenai
kesehatan.
2) Detikpemilu.com adalah situs sementara atau website khusus yang
memungkinkan pengguna untuk dengaa mudah dan cepat menemukan
berita terbaru mengenai Pemilu.
3) Kolomkita.detik.com adalah sebuah situs yang memungkinkan pengguna
untuk dengan cepat dan mudah menemukan informasi secara umum.
Selain itu, situs ini pun memungkinkan pengguna untuk mengirim artikel
menarik untuk teman.
b. Mengembangkan Saluran Baru
1) Iklanbaris.detik.com adalah situs yang diperuntukan bagi pengguna dalam
menemukan informasi terbaru dari barang dan jasa yang ditawarkan oleh
pemasang iklan.
2) Wolipop.com adalah situs yang memungkinkan pengguna untuk
menemukan informasi terbaru mengenai fashion dan gaya hidup.
3) Pialadunia.com adalah situs sementara atau website khusus yang
memungkinkan pengguna untuk menemukan informasi terbaru selama
Piala Dunia berlangsung.
c. Menambahkan Fitur Baru
1) Seremonia & Etalase adalah sebuah wadah pada halaman utama Detikcom
yang memungkinkan pengiklan menempatkan laporan khusus, seperti
kegiatan CSR, ulang tahun, dan peluncuran produk baru.
47
2) Lewatmana adalah sebuah fitur yang berada di halaman utama Detikcom
yang berfungsi untuk mempermudah pengguna mencari informasi
mengenai keadaan lalu lintas saat ini di Jakarta.
3) Detiksearch adalah sebuah fitur yang berfungsi untuk memudahkan
pengguna dalam mencari seluruh informasi pada saluran Detikcom dengan
cara mengetikan kata kunci yang diinginkan.
4) Bukukuning (yellow pages) adalah sebuah fitur yang memungkinkan
pengguna untuk mencari informasi yang berkaitan perusahaan tertentu
(dikategorikan ke dalam beberapa jenis, seperti restoran, dealer sepeda
motor, outlet seluler, gerai bahan makanan, dll). Untuk menggunakannya,
pengguna hanya mengetikan nama perusahaan yang dimaksud.
5) Vehicle Price Information adalah sebuah aplikasi yang berfungsi untuk
memudahkan pengguna dalam mencari informasi terbaru harga kendaraan.
Aplikasi ini terdapat pada kanal oto.Detikcom.
6) Mobile Phone Price Information sebuah aplikasi yang berfungsi untuk
memudahkan pengguna dalam mencari informasi terbaru harga ponsel.
Aplikasi ini terdapat pada kanal detkinet.com
Selain beberapa aplikasi tersebut, Detikcom memberikan beberapa inovasi
baru dari segi kejurnalistikan. Inovasi-inovasi tersebut dapat terlihat dari beberapa
aplikasi yang diciptakan, seperti menciptakan majalah elektronik Detik, yang
hadir setiap sabtu dan kanal pasangmata.com, yang mengulas mengenai jurnalistik
waga (citizen journalist).
48
2. Perkembangan financial
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Detikcom tersebut, memberikan
pertumbuhan dari sektor financial perusahaan. Pertumbuhan tersebut dapat terlihat
setiap tahunnya. Bahkan, ditengah krisis global yang melanda dunia pada tahun
2009, keadaan financial Detikcom tetap stabil. Pertumbuhan tersebut terlihat dari
penghasilan bersih yang diperoleh Detikcom setiap tahunnya yang mengalami
pertumbuhan. Progres ini diperlihatkan dengan kenaikan keuntungan yang
signifikan. Pada tahun 2009, keuntungan penghasilan PT Agranet Multicitra
Siberkom adalah 93.5 milyar. Sementara itu, laba usaha meningkat secara
signifikan menjadi 19,1 milyar. Untuk laba bersih di tahun 2009 mengalami
kenaikan 145% menjadi 9,7 milyar. Petumbuhan tersebut dihasilkan oleh
beberapa faktor, seperti 5 :
a. Pengiklan di Detikcom
Detikcom memperoleh pendapatan dari iklan pada tahun 2008 sekitar 51%.
Pendapatan tersebut hanya bersumber dari halaman utama Detikcom. Hal ini
lantaran banyaknya iklan yang ditampilkan pada halamn utama. Pada tahun 2009,
Detikcom merubah konsep halaman utama Detikcom dengan mengurangi jumlah
ruang pemasang iklan di halaman utama. Hal ini dilakukan agar keuntungan
perusahaan tidak hanya bersumber dari halaman utama Detikcom saja. Strategi
tersebut dirasa berhasil, karena adanya pengurangan sebanyak 48% penghasilan
dari kontribusi halaman utama. Petumbuhan penghasilan di tahun 2009 dapat
diperoleh dari pengembangan model properti lain.
5 Company Profile Annual Report PT Agranet Multicitra Siberkom, h. 15
49
b. Keuntungan dari Mobile Contents and Service
Pada tahun 2009, pengembangan model properti lain yang menjadi pemasukan
utama Detikcom adalah konten dan layanan ponsel. Dalam hal ini Detikcom
bekerjasama dengan beberapa provider, seperti Indosat, Telkomsel, Hutchinson,
dll. Detikcom memperoleh pendapatan sekitar 42.1 Milyar. Pendapatan tersebut
bersumber dari pendapatan konten ponsel musik, terutama Ring Back Tone.
Model bisnis seperti ini merupakan prosepek yang menjanjikan dikemudian
hari. Oleh karena itu, Detikcom meluncurkan m.detik.com pada tahun 2009.
Setiap tahunnya bisnis semacam ini menunjukan signifikansi yang luar biasa.
Rata-rata pengguna dari m.detik.com mencapai tiga juta per harinya.
Melihat perkembangan Detikcom setiap tahunnya, baik dari segi inovatif
aplikasi yang dihadirkan kepada masyarakat hingga hubungan kerjasama dengan
para pengiklan, tak dapat dipungkiri jika pendapatan Detikcom setiap tahunnya
mengalami peningatan. Hal ini tak luput dari penetrasi pengguna internet dan
smartphone yang setiap tahunnya meningkat. Sehingga dapat dikatakan bisnis di
media online saat ini pun cukup menjajikan.
C. Visi dan Misi
1. Visi Detikcom
Menjadi tujuan utama orang Indonesia untuk mendapatkan content dan
layanan digital, baik melalui internet maupun seluler.6
6 Company Profile Detikcom
50
2. Misi Detikcom 7
a. Memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan.
b. Memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan menjadi tempat yang
baik untuk berkarir.
c. Memberikan hasil optimal yang berkesinambungan bagi pemegang
saham.
D. Struktur Redaksional Detikcom8
Pemimpin
Redaksi : Arifin Asydhad
Wakil
Pemimpin
Redaksi
: Ine Yordenaya
Dewan
Redaksi : Budiono Darsono, Iin Yumiyanti
Redaktur
Eksekutif : Nurul Hidayati
Redaktur
Pelaksana :
Andi A. Sururi (detiksport), Is Mujiarso (detikhot),
Ardhi Suryadi (detikinet), Indra
Subagja (detiknews), Dadan
Kuswaraharja (detikoto), Nurvita
Indarini (detikhealth),Wahyu
Daniel (detikfinance), Fitraya Ramadhanny
(detiktravel), Odilia Winneke (detikfood), Ferdy
Thaeras(wolipop), Dikhy Sasra (detikfoto), Gagah
Wijoseno (Koordinator Liputan), Triono Wahyu S
(Koordinator Liputan Daerah/Luar Negeri)
DetikNews: Ahmad Toriq, Andi Saputra, Andri
Haryanto, Bagus Prihantoro Nugroho, Danu
Damarjati, Dhani Irawan, Edward Febriyatri
Kusuma, Elvan Dany Sutrisno, Mei Amelia R, Fajar
Pratama, Ferdinan, Hestiana Dharmastuti, Ikhwanul
Khabibi, Luhur Hertanto, Mega Putra Ratya, M
7 Company Profile Detikcom
8 http://dapur.detik.com/inside/1/redaksi# : tanggal 11 maret 2014 jam 22.00
51
Iqbal, Moksa Hutasoit, M Taufiqqurahman, Mulya
Nurbilkis, Nala Edwin, Niken Widya Yunita,
Nograhany Widhi K, Novi Christiastuti
Adiputri, Nur Khafifah, Prins David Saut, Ramdhan
Muhaimin, Rachmadin Ismail, Ray Jordan, Rina
Atriana, Rini Friastuti, Rivki, Rita Uli
Hutapea, Salmah Muslimah, Septiana Ledysia,
Taufan Noor Ismailian
Lapsus: Erwin Dariyanto, Tahapan Deddy Z Sinaga,
Utami Widowati, Basuki Rahmat, Astrid Septriana,
Firda Puri Agustine, Hardani Triyoga, Hidayat
Setiaji, Idham Chalid, Kustiah, Ropesta Sitorus, Tia
Agnes Astuti, Andhika Akbaryansyah
DetikTV: Niki Charles (Executive Producer), M
Fauzan Mukrim, Adri Adianto, Ahmad Triyanto,
Diana Dwika, Dwiki Marta, Endah Nuraeni, Ivantri,
Gunandi Budiharjo, M Rasyid, Robby Iskandar,
Supriyanto, Yusup Saepudin.
DetikFoto: Ari Saputra, Agung Phambudhy,
Grandyos Zafna, Rachman Haryanto, Rengga
Sancaya, Hasan Alhabshi, Agus Purnomo, Aries
Suryono
Suara Pembaca dan Komentar: Dwi Arif
Ikhwanto (koordinator), Agustinus Angga SM,
Iqbal Tawakal, Nita Rachmawati
Kepala Biro
Surabaya : Budi Sugiharto
DetikSurabaya: Budi Hartadi (Koordinator
Liputan), Fatichatun Nadhiroh, Imam
Wahyudiyanta, Rois Jajeli, Zainal Effendi
Kepala Biro
Yogyakarta : Bagus Kurniawan
Ati Dirgawati (sekretaris)
Kepala Biro
Bandung : Erna Mardiana
DetikBandung: Avitia Nurmatari, Baban
Gandapurnama, Tya Eka Yulianti
Biro Daerah Non Biro: Muchus Budi
Rahayu (Solo), Angling Adhitya
Purbaya (Semarang), Yonda Sisko(Padang),
Chaidir Anwar Tanjung (Pekanbaru), Khairul
52
Ikhwan D (Medan), M Nur
Abdurrahman (Makassar), M. Hanafi
Holle (Ambon)
Luar Negeri: Eddi Santosa (Belanda), Endang
Isnaini Saptorini (Amerika Serikat), Yusuf
Arifin (Inggris)
Product
Management :
Rohalina Gunara (Kepala Divisi), Ferona Y Faizal
(Manager), Sena Achari (Manager), M Yunus
(Koordinator Creative)
Community
Publisher :
Meliyanti Setyorini (Kepala Departemen) , Astri
Kurnia, Jemima Lavinia, Marwan, Karel Anderson,
M Fayyas
Sekretaris
Redaksi :
Marina Deviyanti (Kepala Departemen), M Sidik,
Amalia Jusnita, Endah Sri Sarwendah, Febby
Kusuma Dewi
Alamat
Redaksi :
Aldevco Octagon Building - Lantai 2 Jl. Warung
Buncit Raya No.75 Jakarta Selatan 12740 Telp:
(021) 794.1177 (Hunting) Fax: (021) 794.4472
Email: redaksi[at].detik.com
Kontak Iklan :
Telp: (021) 794.1177 Fax: (021) 794.1175, (021)
794.1176
Email: infoiklan[at]detik.com
Alamat Biro
Yogyakarta :
Jl Cempaka no 14 A, Deresan, Catur Tunggal,
Depok, Kabupaten Sleman 55281
Telp: (0274) 546823 Fax: (0274) 582604
Alamat Biro
Surabaya :
Jl. Opak No. 12 Surabaya
Telp/ Fax: 031 568 0710
Email: redaksi[at]detiksurabaya.com
Alamat Biro
Bandung :
Jl. Lombok No.33,
Bandung 40115
Telp: (022) 4233533, 4262943 Fax: (022) 4262944
Email: redaksi[at]detikbandung.com
53
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Pada bab ini peneliti akan menjabarkan hasil temuan dilapangan dan
menganalisis subjek penelitan. Hal ini berdasarkan rumusan masalah yang telah
dijabarkan diawal. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, peneliti
mempergunakan beberapa berita yang berkaitan dengan perubahan slogan Partai
Keadilan Sejahtera pada media online Detikcom, diantaranya adalah pemberitaan
pada edisi 19 April 2013 dan 23 Juli 2013.
Untuk menganalisis hasil temuan di lapangan, peneliti menggunakan metode
penelitian analisis wacana model Norman Fairclough. Analisis tersebut mengacu
pada proses penelitian tiga dimensi, yaitu teks, discourse practice dan
sociocultural practice.
A. Analisis Teks
Pada analisis level teks, Fairclough menjabarkan tiga tahap, yaitu tahap
reperesentasi, tahap relasi dan tahap identitas. Pada tahap representasi, fairclough
membagi menjadi beberapa tahap diantaranya representasi dalam anak kalimat,
representasi dalam kombinasi anak kalimat dan representasi dalam rangkaian
antarkalimat.
1. Analisis Teks Berita yang berjudul “Hilangkan Kata 'Bersih', PKS Ganti
Slogan Jadi 'Cinta, Kerja, & Harmoni' ”, edisi Jumat, 19 April 2013
19:03 WIB
Dalam menggunakan analisis wacana model Fairclough, hal pertama yang
harus diamati ialah tahap representasi. Pada tahap representasi hal yang ingin
54
disampaikan adalah bagaimana seseorang, kelompok, tindakan, kegiatan
ditampilkan dalam teks. Fairclough melihat hal ini dari dua hal, yakni melalui
anak kalimat dan gabungan atau rangkaian antar kalimat.1
Representasi dalam kalimat ialah aspek yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa yang digunakan untuk menggambarkan sebuah peristiwa.
Dalam hal ini aspek yang diperhatikan ialah penggunaan kosakata dan tata bahasa.
Pemilihan kosa kata ini biasanya berhubungan dengan bagaimana sebuah
peristiwa dikategorikan menjadi satu set tertentu.
Representasi dalam kombinasi anak kalimat ialah adanya sebuah koherensi
antara satu anak kalimat dengan anak kalimat lain sehingga menciptakan makna
tertentu. Biasanya kalimat kedua merupakan kalimat penjelas dari kalimat
pertama. Biasanya kalimat tersebut dapat terlihat dari penggunaan kata hubung.2
Representasi dalam rangkaian kalimat ialah bagaimana dua kalimat atau lebih
dirangkai sehingga membentuk makna tertentu. Dalam hal ini, dapat terlihat
bagaimana wartawan menggambarkan sebuah peristiwa. Penggunaan kutipan
yang digunakan biasanya dapat terlihat ide dominan yang akan ditampilkan.3
Pada pemberitaan ini, isu yang ditampilkan ialah adanya perubahan dari Partai
Keadilan Sejahtera. Dalam pemberitaan kali ini Detikcom menampilkan adanya
perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera yang awalnya „Bersih, Peduli,
Profesional‟, menjadi „Cinta, Kerja, Harmoni‟.
Menurut Pacanowsky dan O‟Donnell Trujillo, untuk membuat jaring-jaring
budaya organisasi hal yang perlu diperhatikan ialah performa komunikatif.
Performa komunikatif lahir dari sebuah komunikasi setiap anggota. Jika melihat
1Eriyanto, Analisis Wacana , h. 290
2 Eriyanto, Analisis Wacana , h. 295
3 Eriyanto, Analisis Wacana , h. 298
55
dari berita tersebut, melalui orasinya, Anis Matta selaku Presiden Partai Keadilan
Sejahtera ingin membangkitkan semangat reformasi para kader. Melalui
perubahan slogan yang ditampilkan pada pemberitaan ini, Anis Matta ingin
mengingatkan visi dari partai dan meningkatkan kepercayaan diri kader untuk
menghadapi pemilu 2014.
Tindakan Lead :
…… riuh sorakan ribuan kader PKS saat Presiden
PKS, Anis Matta, memberikan orasi politiknya dalam
acara milad ke-15 PKS di Semarang.
Proses Mental Kutipan Anis Matta :
“itu sebabnya kita angkat „Cinta, Kerja dan Harmoni‟
karena merupakan inti nilai kehidupan
manusia,”tandasnya.
Peristiwa Paragraf 4 :
Anis juga menyatakan acara milad bukan untuk
memperingati hari lahir suatu partai politik karena
partai politik seharusnya menjadi mesin ideologi dan
bukan menjadi kendaraan pribadi untuk mencapai
kekuasaan.
Keadaan Paragraf 7 : Orasi politik dari presiden PKS tersebut berlangsung cukup
meriah. Tidak jarang kader-kader meneriakkan
takbir dan bersorak.
Pada tingkat ini, bentuk tindakan menggambarkan bagaimana aktor
melakukan suatu tindakan tertentu kepada seseorang yang menyebabkan sesuatu.4
Representasi yang dihadirkan ialah orasi politik yang disampaikan oleh Anis
Matta dapat membakar semangat kader PKS yang menghadiri acara Milad ke-15
di Semarang. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan kata „saat‟ yang menjadi kata
hubung.
Bentuk proses mental berkaiatan dengan gambaran umum yang membentuk
kesadaran khalayak tanpa menunjuk subjek atau pelaku dan objek secara spesifik.
4 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 292
56
Proses mental yang dihadirkan ialah alasan penggunaan slogan „Cinta, Kerja dan
Harmoni‟ melalui orasi yang disampaikan Anis Matta. Hal ini berkaitan dengan
inti dan nilai kehidupan.
Pada bentuk peristiwa menggambarkan bagaimana sebuah peristiwa
digambarkan. Representasi yang dihadirkan ialah Anis Matta mengingatkan
bahwa partai politik seharusnya menjadi mesin ideologi bukan menjadi kendaraan
pribadi. Makna yang disampaikan adalah partai politik seharusnya menjadi
penggerak ideologi bukan sebagai alat mencari keuntungan pibadi semata.
Pada bentuk keadaan menggambarkan sesuatu yang telah terjadi. Dalam
pemberitaan tersebut, representasi yang dihadirkan ialah orasi politik Anis Matta
pada acara tersebut berlangsung meriah. Hal ini dipertegas dengan penggunakan
kalimat “kader-kader meneriakkan takbir dan bersorak”, dimana digambarkan
luapan semangat dari para kader pada acara tersebut.
Relasi merupakan hal yang diperhatikan ialah hubungan antara tiga kategori
partisipan, yaitu , wartawan (reporter, redaktur), khalayak media, dan partisipan
media (politisi, pengusaha, tokoh). Relasi yang dihadirkan pada berita tersebut
ialah Detikcom menghadirkan orasi politik Anis Matta di acara Milad ke-15 di
Semarang, Jawa Tengah yang menjadi penyemangat kader. Hal ini di tunjukkan
dalam kalimat :
Relasi yang
dihubungkan pada
orasi politik Anis
Matta
Paragraf 5 :
Orasi politik dari presiden PKS tersebut berlangsung
cukup meriah. Tidak jarang kader-kader meneriakkan
takbir dan bersorak. Pada ujung orasinya, berkali-kali
Anis Matta mengangkat tangan sambil bertakbir dan
diikuti ribuan kader yang memadati Merpati Ballroom
kawasan PRPP Semarang.
57
Rangkaian kalimat tersebut lebih menempatkan hubungan dengan orasi politik
yang dilakukan Anis Matta. Dalam hal ini pembaca dihubungkan dengan
bagaimana suasana yang dibentuk saat Anis Matta berorasi.
Pada tahap identitas hal yang diperhatikan ialah posisi wartawan
menempatkan dirinya pada sebuah peristiwa. Dalam pemberitaan tersebut,
khalayak dihubungkan dengan adanya sebuah perubahan yang diretas oleh Partai
Keadilan Sejatera melalui perubahan slogan yang disuarakan pada orasi Anis
Matta dalam acara Milad ke-15, Semarang, Jawa Tengah. Hal ini ditunjukan pada
kaliamt berikut :
Identitas dengan
Anis Matta Paragraf 4 :
Dalam orasinya, Anis juga menyatakan acara milad
bukan untuk memperingati hari lahir suatu partai politik
karena suatu partai politik seharusnya menjadi mesin
ideologi dan bukan menjadi kendaraan pribadi untuk
mencapai kekuasaan.
Pada pemberitaan tersebut, Detikcom menghadirkan point-point yang ingin
dicapai oleh Partai Keadilan Sejahtera melalui slogan barunya. Dalam teks ini,
pembaca diinformasikan dengan cita-cita yang ingin dicapai oleh Partai Keadilan
Sejahtera.
Pada pemberitaan ini, Detikcom mengutip pernyataan dari Anis Matta dalam
orasinya. Bila melihat kutipan yang digunakan pada pemberitaan ini, terdapat
beberapa kutipan yang menarik diantaranya ialah :
Kita bisa mengubah Indonesia menjadi sepenggal firdaus,” imbuhnya.
Kami yakin dengan menghidupkan tiga inti ini bisa membuat permusuhan
menjadi persahabatan. Politik menjaadi lucu, seru atraktif, tapi tidak
berbahaya, “tandas Anis usai memberikan orasi.5
5 Angling Adhitya Purbaya, “Hilangkan Kata „Bersih‟, PKS Ganti Slogan Jadi
„Cinta,Kerja & Harmoni‟,” Detikcom, Jumat, 19 April 2013
58
Bila melihat pernyataan tersebut, hal ini serupa dengan konsep hiperealitas
yang disampaikan oleh Jean Baudlliard. Hiperealitas dibentuk oleh media dengan
mengkaburkan sebuah realitas. Baudlliard menjelaskan bahwa sebuah simulasi
seakan-akan nyata, sedangkan realitas seakan-akan hanya sebuah reperesntasi atau
simulasi semata.6 Cara tersebut biasanya dilakukan oleh elit politik untuk
meningkatkan citra dihadapan masyarakat. Biasanya mereka mengkaburkan
realitas yang ada dengan mengklamuflase sebuah peristiwa dengan peristiwa lain.
Sehingga masyarakat sulit membedakan mana yang realitas dan mana yang
fantasi.
Dalam konteks ini, Partai Keadilan Sejahtera berusaha meyakinkan para kader
dan masyarakat Indonesia, melalui slogan barunya, mereka akan mencapai hal
tersebut. Hal tersebut seolah-olah melupakan masalah korupsi import daging sapi
yang menjerat mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq.
Penggunaan gaya bahasa yang digunakan ialah hiperbola, seperti, “Merapi
Ballroom kawasan PRPP Semarang riuh sorakan ribuan kader PKS saat
Presiden PKS, Anis Matta, memberikan orasi politiknya dalam acara milad ke-15
PKS di Semarang”. Detikcom berusaha menggambarkan suasana yang ramai,
ketika Anis Matta menyampaikan orasi politiknya.
2. Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Berganti Nama, Partai Dakwah
Menuai Berkah”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 16:23 WIB
Pada pemberitaan ini isu yang ditampilkan ialah metamorfosis Partai Keadilan
Sejahtera. Detikcom menampilkan awal terbentuknya Partai Keadilan Sejahtera
6 Yasraf Amir Piliang, Post Realitas; Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika, h.
75
59
pada massa reformasi. Berita ini berisikan mengenai perubahan nama yang
dilakukan Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera di massa orde baru.
Detikcom menghadirkan kisah perubahan nama partai yang dinilai membawa
keberuntungan partai. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya suara yang
diperoleh Partai Keadilan Sejahtera usai berganti nama di tahun 2004.
Tindakan Paragraf 5 :
Peleburan Partai Keadilan ke dalam Partai
Keadilan Sejahtera tak sia-sia. Pada pemilihan
umum 2004, partai yang mengusung slogan „Bersih
dan Peduli‟ ini berhasil memperoleh 7,34 persen suara
dan menempatkan 45 kadernya di Dewan Perwakilan
Rakyat.
Proses Mental Lead :
Tingginya harapan masyarakat akan adanya
perubahan pasca lengsernya Presiden Soeharto turut menopang perolahan suara partai ini.
Peristiwa Paragraf 3 :
Partai Keadilan akhirnya dilebur ke dalam Partai
Keadilan Sejahtera pada 13 April 2003. Keputusan
tersebut diambil dalam rapat Majelis Syuro Partai
Keadilan di Asrama Haji Pondok Gede, Bekasi, Jawa
Barat.
Keadaan Paragraf 2 :
Meski perolehan suara cukup banyak, namun partai ini
gagal mencapai electoral threshold, -syarat ambang
batas partai bisa ikut pemilu berikutnya-, yang 2
persen. Sehingga untuk bisa maju di pemilihan
umum 2004 Partai Keadilan harus bergabung
dengan partai lain, atau mendirikan partai baru.
Representasi tindakan pada pemberitaan ini menjelaskan mengenai peleburan
Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera membawa keberuntungan
dengan meningkatnya perolehan suara pada pemilu 2004. Hal tersebut
digambarkan dengan kalimat “Peleburan Partai Keadilan ke dalam Partai Keadilan
Sejahtera tak sia-sia”, dimana tindakan peleburan partai membawa kegunaan.
60
Representasi proses mental pada pemberitaan ini ialah keberhasilan Partai
Keadilan pada pemilu 1999. Hal tersebut dipicu dengan lengsernya Presiden
Soeharto. Hal tersebut ditunjukan dengan kalimat “tingginya harapan masyarakat
akan adanya perubahan pasca lengsernya Presiden Soeharto”, dimana masyarakat
menantikan adanya perubahan keadaan usai rezim orde baru.
Representasi peristiwa pada pemberitaan ini menghadirkan mengenai
peleburan Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera yang terjadi pada
tanggal 13 April 2003, yang merupakan hasil keputusan rapat Majelis Syuro.Hal
tersebut digambarkan melalui kalimat, “Partai Keadilan akhirnya dilebur ke dalam
Partai Keadilan Sejahtera pada 13 April 2003”, dimana adanya penggabungan
atau penyatuan Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera.
Representasi keadaan menggambarkan mengenai alasan yang mendasar
adanya perubahan nama Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera.
Alasan tersebut ialah perolehan suara yang tidak melampaui electoral threshold 2
persen, menganjurkan Partai Keadilan untuk berganti nama menjadi Partai
Keadilan Sejahtera. Hal tersebut digambarkan melalui kalimat “sehingga untuk
bisa maju di pemilihan umum 2004 Partai Keadilan harus bergabung dengan
partai lain, atau mendirikan partai baru”, dimana penguunaan kata „atau‟ disini
sebagai pilihan. Partai Keadilan menghadapi sebuah keadaan diberikan pilihan
bergabung dengan partai lain atau mendirikan partai baru.
Untuk bentuk relasi pada pemberitaan ini, Detikcom menempatkan beberapa
pendapat elit politik Partai Keadilan Sejahtera. Hal ini dapat terlihat pada kalimat
berikut. :
61
Relasi yang
dihubungkan pada
golongan tua Partai
Keadilan Sejahtera
Kutipan Yusuf Supendi :
“pengurus Partai Keadilan dengan pengurus PKS
otomatis tidak ada perubahan kata,” kata mantan
anggota Majelis Syuro PKS, Yusuf Supendi kepada
Detik akhir pekan lalu.
Kutipan Al Muzzammil Yusuf : Almuzzammil Yusuf mengatakan ide penggabungan
partai datang 30 anggota Majelis Syuro. “Kalau disebut
siapa sajanya saya agak lupa. Itu terjadi secara resmi di
kantor notaries di Pamulang, Tangerang,”
Relasi yang dihadirkan pada pemberitaan ini ialah berita ini lebih menempatkan
pendapat dari kedua mantan anggota Partai Keadilan Sejahtera. Keduanya
menceritakan bagaimana Partai Keadilan dilebur menjadi Partai Keadilan
Sejahtera. Sehingga pembaca dihubungkan pada pendapat golongan tua Partai
Keadilan Sejahtera untuk menjelaskan bagaimana sejarah perubahan nama partai.
Pada pemberitaan ini, identitas yang diihadirkan ialah wartawan
mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari Partai Keadilan Sejahtera yang
sedang berada masa kejayaannya pada tahun 2004. Dengan mengusung slogan
„bersih dan peduli‟, partai ini dapat lolos electoral threshold. Hal ini digambarkan
pada kalimat berikut :
Identitas dengan
Partai Keadilan
Sejahtera
Paragraf 5 :
Peleburan Partai ke dalam Partai Keadilan Sejahtera tak
sia-sia. Pada pemilihan umum 2004, partai yang
mengusung slogan „Bersih dan Peduli‟ini berhasil
memperoleh 7,34 persen suara, dan menempatkan 45
kadernya di Dewan Perwakilan Rakyat. Tak cukup
sampai disitu, pada pemilu 2009 perolehan suara PKS
naik tipis menjadi 7,9 persen dengan perolehan kursi di
DPR sebanyak 57.
Bila melihat teori budaya organisasi yang disampaikan oleh Pacanowsky dan
Trujilo, jaring-jaring komunikasi dibentuk oleh adanya performa komunikatif,
62
salah satunya ialah performa hasrat. Performa hasrat ialah dimana setiap
anggotanya menceritakan hal-hal yang menarik dan disukai yang berkaitan
dengan berbagai pengalaman dalam organisasi.
Pada pemberitaan ini, Detikcom menceritakan masa kejayaan Partai Keadilan
yang kini menjadi Partai Keadilan Sejahtera. Pada isi pemberitaan ini, Detikcom
memperlihatkan metamorfosis Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera
pada tahun 2003. Hal ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan untuk maju di
Pemilu 2004. Penggalan cerita tersebut merupakan bagian dari performa hasrat
Partai Keadilan Sehjahtera. Detikcom menghadirkan kisah tersebut melalui
pengalaman dari dua orang mantan elit politik Partai Keadilan Sejahtera.
Pemberitaan tersebut seakan-akan mengkaburkan kasus yang terjadi dan
mengingatkan masa kejayaan partai yang mana dinilai sebagai partai yang
dipercaya dapat membawa perubahan usai rezim Soeharto. Hal tersebut sesuai
dengan konsep hiperealitas, yang dinyatakan melalui beberapa bukti yang tertera :
Tingginya harapan masyarakat akan adanya perubahan pasca
lengsernya Presiden Soeharto turut menopang perolehan suara partai ini.
Partai Keadilan memperoleh 1.436.565 suara, atau sekitar 1,36 persen dari
total perolehan nasional.7
Penggunaan gaya bahasa yang digunakan adalah eufimisme. Eufimisme
dianggap sebagai pilihan bahasa yang tepat. Hal ini karena pengungkapan kalimat
lebih halus.Hal ini dapat terlihat dari kalimat berikut, “tingginya harapan
masyarakat akan adanya perubahan pasca lengsernya Presiden Soeharto turut
menopang perolehan suara partai ini.”. Pada kalimat ini, penggunaan kata
“lengsernya Presiden Soeharto” menunjukkan akhir kepemimpinan Presiden
Soeharto.
7 Idham Khalid dan Firda Putri Agustin, “Berganti Nama, Partai Dakwah Menuai
Berkah”, Detikcom, Selasa, 23 Juli 2013
63
3. Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Geliat Gerakan Takjil Nasional
Hingga Bank Sampah”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 15:45 WIB
Pada pemberitaan ini isu yang dihadirkan ialah Partai Keadilan Sejahtera
melakukan kegiatan sosial. Dalam hal ini, Detikcom menampilkan kegiatan sosial
Partai Keadilan Sejahtera yaitu pembagian takjil nasional dan program bank
sampah. Representasi yang dihadirkan oleh Detikcom pada pemberitaan ini ialah
Partai Keadilan sejahtera memanfaat momentum bulan Ramadhan dan kenaikan
harga kebutuhan pokok untuk menggelar pembagian takjil seluruh nasional.
Kegiatan tersebut merupakan hal yang rutin dan lazim dilakukan oleh Partai
Keadilan Sejahtera.
Tindakan Lead :
Partai Keadilan Sejahtera memanfaatkan
momentum bulan Ramadhan dan kenaikan harga
kebutuhan pokok dengan menggelar pembagian takjil
seluruh nasional.
Proses Mental Paragraf 5 :
Indra menepis kegiatan ini sengaja dilakukan
untuk pencitraan partai. Ia menegaskan agenda
seperti ini sudah lazim dan hanya membantu
meringankan beban masyarakat.
Peristiwa Paragraf 3 :
Untuk melancarkan agenda ini, sedikitnya ada 140
DPC yang sudah dikoordinasi dengan pengurus
tingkat ranting di berbagai daerah.
Keadaan Paragraf 9:
Selain menciptakan kesadaran kebersihan, bank
sampah juga mewujudkan kemandirian masyarakat
dalam pendapatan serta wirausaha yang
memanfaatkan daur ulang dari sampah.
Representasi tindakan yang tergambar pada pemberitaan ini ialah momentum
kenaikan harga pokok dan bulan Ramadhan dimanfaat oleh Partai Keadilan
Sejahtera untuk melakukan kegiatan sosial. Kegiatan tersebut salah satunya
pembagian takjil secara nasional. Hal tersebut digambarkan dengan kalimat
64
“Partai Keadilan Sejahtera memanfaatkan momentum bulan Ramadhan dan
kenaikan harga kebutuhan pokok”.
Representasi proses mental yang dihadirkan ialah Partai Keadilan Sejahtera
mengklaim bahwa kegiatan sosial tersebut merupakan kegiatan rutin partai.
Kegiatan tersebut bukanlah ajang pencitraan guna pemilu 2014. Hal tersebut
digambarkan dengan kalimat “Indra menepis kegiatan ini sengaja dilakukan untuk
pencitraan partai”, penggunaan kata “menepis”, menyatakan adanya penolakan
dengan anggapan pencitraan.
Representasi peristiwa yang dihadirkan ialah kegiatan tersebut telah
dipersiapkan dengan matang. Hal ini terlihat dari kesiapan dari sisi koordinasi per
DPC untuk kegiatan pembagian takjil. Peristiwa tersebut digambarkan melalui
kalimat “untuk melancarkan agenda ini, sedikitnya ada 140 DPC yang sudah
dikoordinasi”, dimana diperlihatkan kesiapan yang matang untuk acara tersebut.
Representasi keadaan yang tergambar pada berita tersebut ialah kegiatan sosial
yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera bukan hanya pembagian takjil,
melainkan adapula program bank sampah. Program ini dilakukan bertujuan untuk
meningkangkat perekonomian masyarakat. Hal tersebut ditunjukkan dengan
penggunaan kata “menciptakan kesadaran kebersihan” dan “mewujudkan
kemandirian masyarakat dalam pendapatan”, dimana menyatakan keadaan
masyarakat Indonesia yang kurang menyadari kebersihan dan kurang adanya jiwa
wirausaha, sehingga program tersebut bertujuan untuk meningkatkan hal tersebut.
Relasi yang tergambar pada pemberitaan ini, Detikcom menampilkan
pendapat dari elit Partai Keadilan Sejahtera yang menerangkan mengenai kegiatan
sosial yang menjadi kegiatan rutin. Hal ini dapat terlihat dari teks tersebut :
65
Relasi yang
dihubungkan pada
elit politik Partai
Keadilan Sejahtera
Paragraf 5 :
Indra menepis kegiatan ini sengaja dilakukan untuk
pencitraan partai. Ia menegaskan agenda seperti ini
sudah lazim dan hanya membantu meringankan beban
masyarakat.
Dalam kalimat tersebut menempatkan hubungan dengan Partai Keadilan
Sejahtera. Di sini Partai Keadilan Sejahtera melalui Indra menegaskan bahwa
kegiatan tersebut bukanlah pencitraan. Pemberitaan ini khalayak dihubungkan
pada pendapat elit politik yang menjelaskan mengenai kegiatan sosial yang
menjadi rutinitas partai.
Pada tahap identitas, wartawan mengidentifikasikan dirinya pada anggota
Partai Keadilan Sejahtera. Hal tersebut dapat terlihat dari penempatan pendapat
elit politik Partai Keadilan Sejahtera yang menjelaskan mengenai kegiatan rutin
mereka.
Identitas dengan
Partai Keadilan
Sejahtera
Paragraf 6 :
Beberapa DPD yang rutin menggelar aktivitas ini selama
sebulan penuh antara lain di Jakrata, Tanggerang, Bogor,
hingga Bandung. Bahkan sejumah DPC PKS di wilayah
Jabodetabek juga menggelar pasar murah yang menjual
kebutuhan pokok masyarakat. Tujuan pasar murah
tersebut untuk membantu masyarakat kecil di tengah
melonjaknya harga kebutuhan pangan akibat kenaikan
bahan bakar minyak. “Kalau ini sudah jadi agenda rutin
setiap tahun.
Bila melihat rutinitas kegiatan yang dilakukan oleh partai, hal ini serupa
dengan performa ritual organisasi. Sebuah organisasi pastinya memiliki sebuah
agenda rutin kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh seluruh anggota organisasi
tersebut. Dalam teks ini, Partai Keadilan Sejahtera digambarkan memiliki sebuah
kegiatan rutin di bulan Ramadhan. Agenda rutin yang diaksud ialah kegiatan
sosial, seperti pembagian takjil dan bank sampah.
66
Pada pemberitaan ini, diperlihatkan hanya satu sudut pandang saja, yaitu
berdasarkan pendapat Partai Keadilan Sejahtera. Dalam hal ini ditampilkan
bagaimana kegiatan sosial tersebut dipersiapkan dan telah menjadi rutinitas partai.
Dalam hal ini, para elit Partai Keadilan Sejahtera menepis adanya pandangan yang
menyatakan kegiatan tersebut merupakan pencitraan. Hal ini sesuai dengan
konseptualisasi hiperealitas reality by proxy, suatu keadaan yang sulit untuk
membedakan antara realitas dan fantasi.
Gaya bahasa yang digunakan pada teks ini ialah eufimisme. Eufisme ialah
ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan yang
dianggap merugikan.8 Hal ini dapat terlihat dari kalimat berikut, “targetnya
masyarakat muslim yang pulang kerja dan yang terpenting kalangan bawah
seperti pengemis serta pengamen.” Penggunaa kata “kalangan bawah” disini
menyatakan kelompok masyarakat yang memiliki pendapat dibawah per kapita.
4. Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Ogah Dinilai Melorot Beri Bantuan
Sosial”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 14:21 WIB
Pada pemberitaan ini isu yang dihadirkan ialah pro kontra menurunnya
kegiatan-kegiatan sosial yang menjadi rutinitas Partai Keadilan Sejahtera. Dalam
pemberitaan ini, Detikcom menampilkan pendapat beberapa tokoh mengenai pro
kontra kegiatan sosial yang menjadi rutinitas Partai Keadilan Sejahtera yang kini
mengalami penurunan. Representasi yang dihadirkan pada pemberitaan ini ialah
Detikcom memunculkan beberapa pendapat terkait persepsi publik yang menilai
bahwa ada perubahan visi Partai Keadilan Sejahtera.
8 AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h. 165
67
Tindakan Lead :
Kader dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera dengan
tegas menolak kalau partainya dinilai merosot dalam
melakukan kegiatan-kegitan sosial.
Proses Mental Paragraf 2 :
...sudut pandang yang disorot masyarakat sudah
berubah terkait persoalan PKS. Ia tidak memungkiri
kalau PKS saat ini seringkali menjadi santapan utama
berita politik dan hukum dengan persepsi yang
negatif.
Peristiwa Paragraf 5:
Ia mencontohkan dalam gempa Aceh belum lama
ini, PKS juga sudah mengirim bantuan materi dan
tenaga medis. Begitu pun gempa lainnya yang pernah
terjadi di Indramayu, Jawa Barat.
Keadaan Paragraf 11:
Di mata Ikrar, hal ini tentu tidak bisa disamakan ketika
PKS pada 2004 lalu. Dia mengatakan salah satu faktor
persoalan karena persoalan internal partai sejak
kasus Luthfi Hasan mencuat ke publik.
Representasi tindakan yang tergambar pada teks tersebut ialah kader dan
simpatisan Partai Keadilan Sejahtera secara tegas menolak anggapan publik yang
menilai bahwa partainya menurun dalam kegiatan sosial. Penggunaan kata “tegas
menolak” disini menyatakan sangkalan terhadap sebuah anggapa atau persepsi.
Representasi proses mental yang tergambar ialah beragam asumsi negatif
tersebut hadir karena adanya perubahan sudut pandang akibat media yang selalu
memberitakan kasus yang menyangkut Partai Keadilan Sejahtera saja.
Penggunaan kata “santapan utama berita politik dan hukum”, disini menyatakan
bahwa berita utama atau topik utama dalam pemberitaan.
Representasi peristiwa yang dihadirkan pada pemberitaan tersebut ialah
pembelaan Partai Keadilan Sejahtera mengenai persepsi masyarakat. Pembelaan
tersebut dinyatakan dengan pendapat dari Indra, salah seorang anggota Dewan
Perwakilan Rakyat fraksi Partai Keadilan Sejahtera, yang menyangkal melalui
68
contoh-contoh kegiatan sosial yang dilakukan partainya. Hal tersebut dapat
terlihat dari kalimat berikut, “ia mencontohkan dalam gempa Aceh belum lama
ini, PKS juga sudah mengirim bantuan materi dan tenaga medis”, disini ia
menyatakan Partai Keadilan Sejahtera masih selalu menjalankan kegiatan
sosialnya.
Representasi keadaan yang tergambar pada pemberitaan tersebut ialah
persepsi masyarakat tersebut muncul karena adanya faktor persoalan internal
partai. Hal ini digambarkan melalui kalimat, “persoalan internal partai sejak kasus
Luthfi Hasan mencuat ke publik”, disini pendapat pengamat politik Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bakti, menyatakan faktor internal yang
menyebabkan penurunan citra Partai Keadilan Sejahtera.
Relasi yang tergambar pada pemberitaan ini ialah Detikcom mengambil sudut
pandang pemberitaan dengan menghubungkan kasus hukum yang menimpa Partai
Keadilan Sejahtera. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan tersebut :
Relasi yang
dihubungkan pada
kasus hukum yang
menimpa Partai
Keadilan Sejahtera
Paragraf 2 :
Ia (Indra) tidak memungkiri kalau PKS saat ini
seringkali menjadi santapan utama berita politik dan
hukum dengan persepsi yang negatif.
Paragraf 10 :
Dia (Ikrar Nusa Bakti) mengatakan salah satu faktor
karena persoalan internal partai sejak Luthfi Hasan
mencuat ke publik.
Pada pemberitaan tersebut, khalayak dihubungkan dengan penyebab adanya
asumsi negatif yang mendera Partai Keadilan Sejahtera. Persoalan hukum
merupakan alasan berkembangnya asumsi negatif masyarakat. Hal ini dapat
terlihat dari kedua pernyataan yang saling mendukung.
69
Pada tahap identitas, wartawan mengidentifikasikan dirinya berada diantara
pro dan kontra pendapat mengenai kegiatan sosial Partai Keadilan Sejahtera. Hal
ini ditunjukkan dengan kalimat berikut :
Identitas berada
diantara kedua
pendapat tersebut
Paragraf 2 :
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS Indra
mengatakan tidak ada perubahan visi partainya
dalam memberikan bantuan.
Paragraf 10 :
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Ikrar Nusa Bakti menilai ada beberapa penurunan
PKS terkait pemberian bantuan sosial kepada
masyarakat.
Dalam pemberitaan tersebut, wartawan mengidentifikasikan dirinya berada
diantara dikedua pendapat tersebut. Kedua pernyataan tersebut menyatakan
adanya sebuah perbedaan pandangan terkait persepsi penurunan kegiatan sosial
Partai Keadilan Sejahtera.
Kegiatan sosial merupakan sebuah komitmen yang selalu dijaga oleh Partai
Keadilan Sejahtera. Bila melihat kegiatan sosial yang menjadi kegiatan rutin
partai, Detikcom ingin menggambarkan Partai Keaadilan Sejahtera memiliki
sebuah pola kegiatan rutin yang masih dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori
budaya organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan O‟Donnell-Trujillo.
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk performa ritual organisasi. Partai
Keadilan Sejahtera ingin membantah persepsi masyarakat yang menyatakan
mereka menurun dalam kegitaan sosial yang merupakan salah satu asas dari Partai
Keadilan Sejahtera.
Penggambaran pola rutinitas tersebut diposisikan pada asumsi negatif yang
berkembang di masyarakat. Detikcom melihat fenomena ini dari penyebab adanya
70
asumsi negatif tersebut. Kegiatan sosial yang menjadi rutinitas tersebut,
dipandang pada adanya sebuah pendapat penurunan kinerja partai dalam hal
kegiatan sosial yang disebabkan oleh kasus hukum.
Namun bila melihat dari judul yang digunakan oleh Detikcom pada
pemberitaan ini, menyiratkan bahwa adanya pembelaan diri Partai Keadilan
Sejahtera mengenai asumsi negatif masyarakat tersebut. Hal yang ingin
ditunjukkan dari pemberitaan tersebut ialah adanya sebuah sanggahan terhadap
penilaian publik yang mengagap menurunnya rutinitas kegiatan sosial Partai
Keadilan Sejahtera. Penggunaan kata „Ogah‟ mempunyai arti yang sama dengan
kata „tidak‟, sedangkan kata „Melorot‟ mempunyai arti yang sama dengan kata
„menurun‟. Hal ini sesuai dengan konsep hiperealitas simulasi realitas,
merupakan sebuah tindakan yang bertujuan membentuk persepsi yang cenderung
palsu.
Gaya bahasa yang digunakan ialah metafora. Metafora yaitu gaya bahasa yang
menunjuk mengandaian atau perbandingan secara langsung dalam bentuk frasa
atau klausa sederhana.9 Hal ini ditunjukan pada kalimat berikut, Ia tidak
memungkiri kalau PKS saat ini seringkali menjadi santapan utama berita politik
dan hukum dengan persepsi yang negatif.” Santapan utama disini dapat diartikann
sebagai pemberitaan utama atau headline.
9 AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h.43
71
5. Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Dana Partai Pantungan, Atau dari
Asing?”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 13:30 WIB
Pada pemberitaan ini isu yang ditampilkan ialah sumber pendaanaan partai
yang kerap kali dipertanyakan. Dalam pemberitaan ini, Detikcom menjabarkan
bahwa beberapa sumber pendanaan Partai Keadilan Sejahtera. Representasi yang
dihadirkan oleh Detikcom ialah beberapa sumber pendanaan Partai Keadilan
Sejahtera. pada pemberitaan ini, Detikcom memunculkan beberapa pendapat yaitu
Pengamat Burhanuddin Muhtadi, Yusuf Supendi dan Almuzzamil.
Tindakan Paragraf 2 :
…Partai Keadilan memobilisasi sumber pendanaan
dalam beberapa mekanisme. Pertama,
menginstruksikan kepada kader yang duduk di
parlemen untuk menyumbang dana.
Proses Mental Lead :
Kehidupan partai politik di Indonesia tak bisa lepas
dari peran pengusaha dan perusahaan besar.
Peristiwa Paragraf 3 :
Mantan anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Yusuf
Supendi mengaku pada awal berdiri dukunngan
dana dari Timur Tengah cukup kuat, yakni lebih dari
50 persen.
Keadaan Lead :
Dan akibat tak memiliki jejaring bsinis yang kuat,
Partai Keadilan pada awal berdiri harus menghadapi
tantangan keuangan yang berat.
Representasi tindakan yang digambarkan pada pemberitaan ini ialah untuk
menunjang sumber pendanaan partai, Partai Keadilan Sejahtera memiliki
mekanisme tersendiri. Sumber pendanaan tersebut salah satunya berasal dari
sumbangan gaji para legislator Partai Keadilan Sejahtera.
Representasi proses mental yang digambarkan pada teks ini ialah kehidupan
partai politik di Indonesia tidak dapat dilepaskan pada peran pengusaha dan
perusahaan. Hal tersebut terkait dalam konteks pendanaan partai. Sehingga dalam
72
hal ini sebagian partai di Indonesia pastilah memiliki sokongan dana yang kuat
dari pengusaha yang turut bergabung menjadi anggota partai tersebut.
Representasi peristiwa yang tergambar pada teks ini ialah Detikcom mengutip
pendapat dari Mantan anggota Majelis Syuro Partai Keadilan, Yusuf Supendi,
yang menyatakan salah satu sumber pendanaan partai berasal dari Timur Tengah.
Hal tersebut dilantarbelakangi adanya hubungan antara Partai Keadilan dengan
negara Timur Tengah.
Representasi keadaan yang tergambar pada teks ini ialah Partai Keadilan
Sejahtera digambarkan pernah mengalami krisi keuangan yang cukup berat. Hal
tersebut lantaran Partai Keadilan tidak memiliki jaringan bisnis yang kuat untuk
menyokong pendanaan partai.
Relasi yang tergambar pada pemberitaan ini ialah Detikcom mengambil sudut
pandang pemberitaan dengan Mantan anggota Partai Keadilan. Hal ini dapat
terlihat dari pernyataan tersebut :
Relasi yang
dihubungkan pada
Mantan anggota
Partai Keadilan
Paragraf 3 :
Mantan angota Majelis Syuro Partai Keadilan, Yusuf
Supendi mengaku pada awal berdiri dukungan
dana dari Timur Tengah cukup kuat, yakni lebih
dari 50 persen.
Paragraf 4 :
Pengakuan Yusuf dibantah Almuzzamil Yusuf yang
juga pendiri Partai Keadilan Almuzzammil
mengatakan untuk operasional partai kader ramai-ramai
mengumpulkan dana secara patungan.
Pada pemberitaan tersebut, khalayak dihubungkan pada pendapat dua Mantan
anggota Partai Keadilan, yaitu Yusuf Supendi dan Almuzzammil Yusuf.
Keduanya memberikan pendapat berkaiatan dengan sumber pendanaan Partai
73
Keadilan. Namun, kedua pendapat tersebut saling bertentangan. Sehingga
khalayak ditempatkan pada kebimbangan mengenai sumber pendanaan partai.
Pada tahap identitas, wartawan mengidentifikasikan dirinya sebagai Partai
Keadilan yang menyatakan tidak sama dengan partai lainnya dalam sumber
pendanaan. Hal ini ditunjukkan dengan kalimat berikut :
Identitas Partai
Keadilan yang
menyatakan tidak
sama dengan partai
lainnya dalam
sumber pendanaan.
Lead :
Kehidupan partai politik di Indonesia tak bisa lepas dari
peran pengusaha dan perusahaan besar. Dan akibat tak
memiliki jejaring bisnis yang kuat, Partai Keadilan pada
awal berdiri harus menghadapi tantangan keuangan yang
berat. Berbeda dengan Partai Golongan Karya, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuanagan dan Partai Demokrat.
Ketiganya memiliki jaringan pengusaha yang kuat.
Partai Keadilan tak memiliki banyak sponsor kuat dari
kalangan pemilik modal.
Dalam pemberitaan tersebut, wartawan mengidentifikasikan dirinya sebagai Partai
Keadilan yang mengklaim bahwa adanya perbedaan dengan partai besar lainnya.
Dalam hal ini dijelaskan bahwa sumber pendanaan partai politik di Indonesia
mayoritas berasal dari kalangan pengusaha, sementara itu, Partai Keadilan
berbeda. Partai Keadilan tidak banyak memiliki sponsor dari kalangan pemilik
modal.
Pada pemberitaan tersebut, terlihat bagaimana pola pencarian sumber dana
pada Partai Keadilan. Bila dicermati, hal yang diungkapkan disini ialah Partai
Keadilan Sejahtera ingin menjelaskan bahwa sumber pendanaan partai berasal
dari usaha para kader. Sumber pendanaan tersebut berasal dari sumbangan dana
para legislator yang berasal dari Partai Keadilan, mengadakan wirasusaha, dan
sumbangan dari pihak luar. Pada pemberitaan tersebut disebutkan bahwa Partai
Keadilan Sejahtera berbeda dengan partai lainnya yang memiliki jejaring
74
pengusaha di dalamnya. Dalam hal tersebut, dinyakatan bahwa Partai Keadilan
akan menghaadapi tantangan yang besar. Hal tersebut dinyatakan pada kalimat
berikut :
Kehidupan partai politik di Indonesia tak bisa lepas dari peran pengusaha
dan perusahaan besar. Dan akibat tak memiliki jejaring bisnis yang kuat,
Partai Keadilan pada awal berdiri harus menghadapi tantangan keuangan
yang berat. Berbeda dengan Partai Golongan Karya, Partai Demokrasi
Indonesia Perjuanagan dan Partai Demokrat. Ketiganya memiliki jaringan
pengusaha yang kuat. Partai Keadilan tak memiliki banyak sponsor kuat
dari kalangan pemilik modal.10
Jika melihat pernyataan tersebut memberikan kesan bahwa Partai Keadilan
berbeda dengan partai besar lainnya. Partai Keadilan tidak bergantung oleh peran
pengusaha. Partai Keadilan merupakan partai yang diprediksi akan mengalami
krisis keuangan. Hal ini sesuai dengan konseptualisasi hiperealitas reality by
proxy, suatu keadaan yang sulit untuk membedakan antara realitas dan fantasi.
Dalam hal ini, pembaca dihadapkan bahwa sebuah pandangan mengenai Partai
Keadilan yang berbeda dengan partai lain. Digambarkan bahwa partai ini ialah
partai yang mau berusaha untuk mencari dana sendiri tanpa bergantung pada
peran pengusaha.
Gaya bahasa yang digunakan pada pemberitaan ini ialah perumpaan.
Perumpaan ialah membandingkan dua hal yang berbeda sehingga dianggap
memiliki unsur-unsur persamaan diantara keduanya.11
Hal tersebut diatunjukkan
pada kalimat berikut; kehidupan partai politik di Indonesia tak bisa lepas dari
peran pengusaha dan perusahaan besar. Pada kalimat tersebut diumpamakan
10
Idham Khalid, “Dana Partai Patungan, Atau dari Asing?”, Detikcom, Selasa, 23 Juli
2013 11
AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h. 147
75
bahwa kehidupan partai politik di Indonesia akan terpuruk jika tanpa ada bantuan
dana dari pengusaha.
6. Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Jalur Pengajian Tetap Jadi Andalan
Rekrutmen Kader”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 12:41 WIB
Isu yang dihadirkan dalam berita tersebut adalah pengajian sebagai metode
perekrutan kader pada Partai Keadilan Sejahtera. Pada pemberitaan ini, Detikcom
menggambarkan bahwa jalur pengajian merupakan metode yang masih tetap
dipertahankan dalam merekrut kader bagi Partai Keadilan Sejahtera.
Tindakan Paragraf 6 :
Agar simpatisan solid, biasanya setiap pengurus
tingkat ranting juga punya beberapa agenda rutin
seperti senam bersama sepekan sekali pada hari
libur.
Proses Mental Lead :
…Cara pengajian melalui majelis taklim ini tetap
dipertahankan partai dakwah tersebut untuk
membentuk simapatisan yang berkarakter dan
mengenal agama.
Peristiwa Paragraf 7 :
…Biasanya momen tertentu seperti Idul Adha, Idul
Fitri, hingga 10 Muharram menjadi agenda khusus
untuk memberikan santunan. Begitupun saat bulan
Ramadan, pengurus biasanya lebih aktif menggelar
kegiatan bakti sosial.
Keadaan Paragraf 9 :
Ia (Ihsan/ simpatisan kader) menegaskan PKS sudah
tidak identik dengan KAMMI lagi karena dari
struktur organisasi juga tidak ada. Meski dari
sejarah berdirinya memang tidak bisa dibantah kalau
PKS punya kaitan dengan KAMMI.
Pada pemberitaan ini, bentuk representasi tindakan yang dihadirkan ialah
Partai Keadilan Sejahtera memiliki agenda rutin untuk mempererat kesolidan
antar kader. Agenda tersebut salah satunya ialah kegiatan senam bersama yang
dilakukan sepekan sekali di hari libur.
76
Representasi proses mental yang digambarkan pada teks ini ialah Partai
Keadilan Sejahtera menggunaka sistem kaderisasi melalui jalur pengajian. Sistem
tersebut merupakan sistem kaderisasi yang hingga kini masih dipertahankan.
Pengajian tersebut dirasa mampu membentuk simpatisan yang berkarakter dan
mengenal agama.
Representasi peristiwa yang dihadirkan pada teks ini ialah Partai Keadilan
Sejahtera selalu dapat melihat kondisi dalam melakukan kegiatan sosial. Hal
tersebut digambarkan melalui kegiatan santuna yang dilakukan pada momen
tertentu, seperti Idul Fitri, Idul Adha hinggga 10 Muharram.
Repersentasi keadaan yang tergambar pada teks ini ialah dalam
pengkaderan, Partai Keadilan Sejatera saat ini tidak melihat latar belakang
seseorang dari background KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia). Walaupun berdasarkan sejarahnya, KAMMI tidak dapat dipisahkan
dari Partai Keadilan Sejahtera.
Relasi yang tergambar pada pemberitaan ini ialah Detikcom mengambil
sudut pandang pemberitaan dengan Mantan anggota Partai Keadilan. Hal ini dapat
terlihat dari pernyataan tersebut :
Relasi yang
dihubungkan pada
simpatisan Partai
Keadilan Sejahtera
Paragraf 4 :
Albi mengakui pengajian tarbiyah sejauh ini bisa
memberikan kesolidan terhadap pengkaderan mulai
tingkat ranting.
Paragraf 8 :
Hal senada dilontarkan simpatisan PKS dari Kramat
Jati , Jakarta Timur, Ihsan 29. Menurut dia, dalam
proses pengkaderan, PKS punya metode tersendiri dan
tidak asal comot.
77
Pada pemberitaan tersebut, khalayak dihubungkan pada pendapat dua orang
simpatisan Partai Keadilan Sejahtera. Keduanya memberikan pendapat berkaiatan
dengan jalur pengajian yang tetap dipertahankan sebagai sistem kaderisasi.
Sehingga pembaca dihubungkan pendapat simpatisan yang menjelaskan mengenai
jalur pengajian yang hingga saat ini masih dipertahankan sebagai metode
kaderisasi partai.
Pada tahap identitas, wartawan mengidentifikasikan dirinya sebagai Partai
Keadilan yang menyatakan bahwa cara pengajian merupakan sistem kaderisasi
yang hingga kini masih dipertahankan. Hal tersebut karena jalur pengajian
memiliki tujuan untuk membentuk karakter dan faham mengenai agama. Hal ini
ditunjukkan dengan kalimat berikut :
Identitas dengan
Partai Keadilan
Sejahtera
Lead :
Jalur pengajian tarbiyah masih menjadi sistem Partai
Keadilan Sejahtera, untuk urusan pengkaderan mulai
dari tingkat ranting. Cara pengajian melalui majelis
taklim ini tetap dipertahankan partai dakwah tersebut
untuk membentuk simpatisan yang berkarakter dan
mengenai agama.
Bila melihat isu yang ditampilkan, Detikcom ingin menunjukakan bahwa
Partai Keadilan Sejahtera memiliki kegiatan yang mempererat kesolidan antar
anggota. Pacanowsky dan Trujillo mengungkapkan bahwa performa sosial
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang berfungsi untuk mempererat
hubungan antar sesama anggota. Perfoma sosial ialah perpanjangan sikap sopan
dan santun yang mendorong kerja sama antar sesama anggota organisasi. Metode
pengajian yang masih dipertahankan merupakan sebuah cara yang digunakan
78
Partai Keadilan Sejahtera untuk merekrut anggota baru dan mempererat kesolidan
antar sesama anggota partai.
Pada teks tersebut, Detikcom menghadirkan Partai Keadilan Sejahtera yang
menggunakan metode pengajian dalam kaderisasi. Pada bagian ini, Detikcom
hanya mengambil satu sudut pandang saja, yaitu melalui simpatisan Partai
Keadilan Sejahtera. Mereka menyatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk
mempererat rasa solidaritas antar kader. Selain hal tersebut, terdapat beberapa
kegiatan lain yang memliki tujuan yang sama. Dalam hal ini, sesuai dengan
konsep hiperealitas simulasi realitas, suatu keadaan yang bertujuan untuk
membentuk persepsi guna menaikan citra.
Gaya bahasa yang digunakan pada teks ini adalah eufimisme. Hal ini
ditunjukan pada kalimat berikut, “Cara pengajian melalui majelis taklim ini tetap
dipertahankan partai dakwah tersebut untuk membentuk simpatisan yang
berkarakter dan mengenal agama.” Pada kalimat tersebut hal yang ingin
ditunjukan ialah metode pengajian tetap dipertahankan dalam pengkaderan partai
karena dapat membentuk simpatisan yang memiliki karakter dan memiliki
landasan keagamaan yang mencukupi.
7. Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Habis Soeharto Lahirlah Partai
Keadilan”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 12:10 WIB
Isu yang dihadirkan pada teks ini adalah lahirnya Partai Keadilan Sejahtera
usai orde baru. Pada teks ini Detikcom menggambarkan bagaimana Partai
Keadilan Sejahtera itu dibentuk. Partai Keadilan Sejahtera di bentuk oleh
beberapa aktivis politik Islam pada tahun 1998. Rasa ketidakpuasan atas rezim
orde baru menjadi cikal bakal lahirnya Partai ini. Awalnya partai ini terbentuk dari
79
pengajian holaqoh tarbiyah. Partai ini awalnya bernama Partai Keadilan. Basis
dari partai ini kelompok muda muslim terdidik dan kelas menengah perkotaan.
Tindakan Lead :
…Saat gelombang reformasi muncul, timbul ide
dari beberapa pimpinan untuk mendirikan partai
politik. Ada 12 anggota Majelis Syuro yang waktu itu
terlibat antara lain : Hilmi Aminuddin, Salim Segaf Al
Jufri, Abdul Sakur dan Yusuf Supendi.
Proses Mental Paragraf 4 :
…Lahirnya Partai Keadilan tak bisa dilepaskan dari
ketidakpuasan atas ketidakramahan dan tindakan
represif rezim Soeharto terhadap kelompok Islam
politik pada tahun 1960.
Peristiwa Paragraf 4 :
Menurut Burhanuddin, Partai Keadilan lahir melalui
gerakan sosial bernama Tarbiyah, lalu bermutasi
menjadi partai politik, basisnya ialah kelompok
muslim terdidik, muda, dan kelas menenngah kota.
Keadaan Paragraf 6 :
Dakwah kampus pun bermetamorfosis menjadi unit
kegiatan mahasiswa yakni Lembaga Dkwah Kampus
(LDK) di universitas-universitas, lalu didirikannya
Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus
(FSLDK), jejaring aktivis LDK antarkampus.
Kemudian dibentuklah Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) dari pertemuan tahunan
FSLDK ke-10 di Malang 1998.
Representasi tindakan yang dihadirkan pada teks tersebut ialah reformasi
merupakan momentum lahirnya partai Islam. Hal tersebut diwujudkan pemikiran
dari 12 anggota Majelis Syuro yang terdiri dari Hilmi Aminuddin, Salim Segaf Al
Jufri, Abdul Sakur dan Yusuf Supendi.
Representasi proses mental yang digambarkan pada teks ini adalah munculnya
Partai Keadilan tidak dapat terlepas dari faktor keadaan dan situasi pada masa
orde baru yang dirasa mengekang sehingga membentuk rasa ketidakpuasaan pada
kelompok politik Islam. Hal tersebut digambarkan melalui penggunaan kata “
ketidakpuasan, ketidakramahan dan tindakan represif rezim Soeharto”.
80
Representasi peristiwa yang digambarkan pada teks tersebut ialah Detikcom
menggambarkan peristiwa lahirnya Partai Keadilan. Partai Keadilan terbentuk dari
sebuah gerakan sosial yang bermutasi menjadi partai politik. Dalam hal ini,
Detikcom menghadirkan pendapat Burhanuddin Muhtadi.
Reperentasi keadaan yang dihadirkan pada teks tersebut ialah metamorfosis
dakwah kampus menjadi sebuah pergerakan yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI). Dalam hal ini, digambarkan tahap-tahap sebuah
dakwah kampus yang berkembang menjadi sebuah pergerakan dan menjadi cikal
bakal partai politik.
Relasi yang tergambar pada pemberitaan ini ialah Detikcom mengambil sudut
pandang pemberitaan dengan Mantan anggota Partai Keadilan dan pengamat
politik . Hal ini dapat terlihat dari pernyataan tersebut :
Relasi yang
dihubungkan pada
pendapat para tokoh
Paragraf 3 :
Almuzzammil Yusuf, yang juga salah satu pendiri
mengatakan, lahirnya Partai Keadilan bermula dari
gagasan aktivis kampus
Paragraf 4 :
Menurut Burhanuddin, Partai Keadilan lahir melalui
gerakan sosial bernama Tarbiyah, lalu bermutasi
menjadi partai politik, basisnya ialah kelompok muslim
terdidik, muda dan kelas menengah perkotaan
Pada pemberitaan tersebut, khalayak dihubungkan pada pendapat salah satu
pendiri Partai Keadilan dan pengamat politik. Keduanya memberikan pendapat
berkaiatan dengan lahirnya Partai Keadilan. Kedua pendapat tersebut menyatakan
bahwa berawal dari kelompok kampus yang bermutasi menjadi partai politik.
Pada tahap identitas, wartawan mengidentifikasikan dirinya sebagai aktivis
Islam yang berinisiatif untuk mendirikan kelompok halaqoh tarbiyah di kampus-
81
kampus hingga akhirnya menjadi partai politik. Hal ini ditunjukkan dengan
kalimat berikut :
Identitas dengan
aktivis Islam
Lead :
Berakhirnya pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun
1998 membuat ruang bagi aktivis politik Islam kembali
terbuka lebar. Sejumlah alumni Timur Tengah membikin
halaqoh tarbiyah di kampus-kampus. Saat gelombang
reformasi muncul, timbul ide dari beberapa pimpinan
untuk mendirikan partai politik. Ada 12 anggota Majelis
Syuro yang waktu itu terlibat, antara lain : Hilmi
Aminuddin, Salim Segaf Al Jufri, Abdul Sakur, dan
Yusuf Supendi.
Pada teks tersebut, wartawan menggambarkan perkembangan pergerakan Islam
usai rezim Soeharto. Pada teks tersebut, digambarkan bahwa usai rezim Soeharto,
seolah-olah membuka ruang kebebasan bagi aktivis Islam yang ingin membuat
partai politik.
Bila melihat isu yang ditampilkan, Detikcom ingin menggambarkan bahwa
Partai Keadilan Sejahtera terlahir dari runtuhnya rezim orde baru. Dalam hal ini,
Detikcom mengulas sejarah lahirnya Partai Keadilan Sejahtera yang dimulai dari
perkumpulan dari pengajian hingga menjadi partai politik. Hal ini serupa dengan
perfoma hasrat yaitu rangkaian cerita atau kisah-kisah mengenai organisasi yang
sering kali diceritakan secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang
lain.
Pada teks tersebut Partai Keadilan dilihati dari sudut pandang sejarah
berdirinya. Dalam hal ini, Partai Keadilan diceritakan sebagai partai politik yang
hadir karena adanya runtuhnya rezim orde baru. Pada teks ini menghadirkan
proses Partai Keadilan yang awalnya hanya sebuah gerakan dakwah kampus
bertranformasi menjadi sebuah partai politik. Sehingga bila dicermati,
82
pemberitaan tersebut seolah-olah ingin menampilkan sisi terbentuknya Partai
Keadilan. Hal tersebut sesuai dengan konsep hiperealitas.
Gaya bahasa yang ditunjukan teks ini ialah inuedendo. Gaya bahasa inuendo
merupakan gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan
yang sebenarnya. Gaya bahasa ini berisikan kritik secara tidak langsung.12
Hal ini
ditunjukan dari kalimat berikut, “lahirnya Partai Keadilan tak bisa dilepaskan
dari ketidakpuasan atas ketidakramahan dan tindakan reprsif rezim Soeharto
terhadap kelompok Islam politik tahun 1960”. Dari kalimat berikut hal yang
ingin ditunjukkan ialah penyebab Partai Keadilan lahir karena adanya
pengekangan pada rezim Soeharto terhadap kelompok Islam politik tahun 1960.
B. Analisis Discourse Practice
1. Analisis Produksi Teks
Dalam pandangan Fairclough, terdapat dua praktik diskursus, yaitu produksi
teks (media) dan konsumsi teks (khalayak). Pada tahap produksi teks biasanya
berhubungan dengan bagaimana pola dan rutinitas pembentukan berita di meja
redaksi. Pada tahap produksi teks, setidaknya terdapat tiga aspek yang perlu
diperhatikan. Pertama, dari sisi individu wartawan itu sendiri. Kedua, dari sisi
bagaimana hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media, baik
dengan sesama anggota redaksi (hubungan antara redaktur, redaktur pelaksana,
reporter dan sebagainya). Ketiga, praktik kerja atau rutinitas kerja dari produksi
berita.13
Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti mewawancarai tiga narasumber,
yaitu Wartawan Detikcom, Editor Detikcom, Redaktur Pelaksana Detikcom.
12
Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h.15 13
Eriyanto, Analisis Wacana , h. 317
83
Dalam pemilihan isu yang akan ditampilkan ke khalayak, Detikcom memiliki
pertimbangan tersendiri. Beberapa pertimbangan tersebut berkaitan dengan
kriteria layak berita. Kriteria layak berita yang dimaksud disini ialah sebuah
kejadian yang menyangkut kepentingan orang banyak. Sehingga isu yang
ditampilkan ialah hal apa yang sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak.
“Kita ada kriteria layak berita dalam menentuan isu yang ditampilkan oleh
Detikcom. Kriteria berita yang layak adalah berita yang menyangkut
kepentingan orang banyak”.14
Dalam penentuan isu yang akan dibahas, asas demokrasi selalu diterapkan di
Detikcom. Walaupun Redaktur Pelaksana merupakan bagian yang
bertanggungjawab atas penentuan isu yang akan dibahas. Namun Redaktur
Pelaksana selalu bersikap demokratis dalam penentuan isu. Redaktur Pelaksana
selalu menerima saran-saran yang diberikan oleh team nya untuk mengembangkan
isu tersebut.
“Saya yang bertanggungjawab tapi saya selalu mengajak teman-teman
untuk berdiskusi. Saya tidak pernah rapat tertutup. Saya punya team 5-6
orang. Team saya selalu berdiskusi mengenai isu yang akan menjadi bahan
pemberitaan. Isu itu saya bawa ke rapat editorial meeting. Di editorial
meeting itu saya akan diberi masukan oleh Pemimpin Redaksi dll. Pagi
hari saya share, kemudian mereka langsung mengolah isu tersebut. Saya
bisa menambahkan isu ditengah-tengah, bila ada hal yang menarik dan
bisa mengurangi isu bila itu hal yang sensitif”.15
Dalam menentukan isu yang dibahas, wartawan Detikcom turut berperan.
Wartawan dapat memberi usulan berkenaan mengenai isu yang akan dibahas.
Namun usulan tersebut disesuaikan dengan konsep perusahaan.
“Wartawan dapat berkontribusi dalam menetukan tema dalam rapat
redaksi. Namun wartawan untuk memberi sebuah usulan dalam rapat
redaksi biasanya akan menyesuaikan kemauan kantor. Misalnya, kantor
punya pegangan ini, contohnya, hal ini karena pembacanya lebih banyak.
14
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014 15
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014
84
Karena mereka lebih tahu radius pembaca yang lebih banyak. Cuma kita
lebih tau dari sisi lapangannya”.16
Dalam memperoleh sumber pemberitaan, Detikcom tidak hanya
mengandalkan dari wawancara langsung narasumber, melainkan sumber-sumber
yang terpercaya lainnya, seperti buku-buku, web-web resmi.
“Ada banyak cara mendapatkan berita, kita bisa ambil dari website KPU,
atau dari sumber yang terpercaya lainnya. Itu pengambilan berita”.17
Pada pengangkatan isu mengenai perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera
ini di latarbelakangi dari adanya perubahan image Partai Keadilan Sejahtera yang
awalnya mencitrakan diri sebagai partai yang bersih, namun usai adanya kasus
korupsi import daging sapi yang menjerat Mantan Presiden Luthfi Hasan Ishaaq
merubah image tersebut.
“Hal yang menarik PKS yang dulu mencitrakan partai bersih kini
mengubah slogannya setelah presiden partainya kena kasus korupsi. Kasus
Luthfi itu cukup menyedot perhatian khalayak, karena Luthfi merupakan
pemimpin Partai Islam pertama yang menjadi tersangka korupsi”.18
Pertimbangan lain yang melatarbelakangi pengangkatan isu perubahan slogan
Partai Keadilan Sejahtera ialah peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang
sedang diperbincangkan oleh khalayak. Hal ini merujuk pada kriteria layak berita.
“Hal ini menyangkut kriteria layak berita, PKS ini kan salah satu partai
politik yang masuk 10 besar, kemudian diperhitungkan, salah satu partai
Islam”.19
Perubahan slogan yang terjadi oleh Partai Keadilan Sejahtera dipandang
sebagai salah satu upaya penyelamatan para kader dari keterpurukan akibat
16
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon,
Jakarta, 16 Juli 2014 17
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014 18
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014 19
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014
85
hantaman pemberitaan media yang selalu menyoroti kasus hukum Partai Keadilan
Sejahtera.
“Perubahan slogan itu merupakan salah satunya, karena mereka kan ingin
tampil lebih baru, sesuatu yang menampilkan bisa lebih dekat dari
masyarakat. Selama ini kan PKS akar rumputnya kuat. Tapi sepertinya hal
itu tidak seperti pada tahun 2004 hingga 2009. Dalam 3 tahun belakangan
ini PKS mengalami kemunduran dimata masyarakat tingkat
elektabilitasnya. Oleh karena itu, mereka mencoba hal itu (perubahan
slogan) agar menjadi awal pada diri mereka”.20
Menurut John Vivian media online memiliki sifat khas, seperti up date, real
time dan praktis dalam pemberitaannya. Detikcom sebagai media online memiliki
standar pemberitaan yang lebih spesifik dibandingkan dengan media lainnya.
Pemberitaan Detikcom mengikuti sifat pembaca yang dinilai memerlukan berita
yang simple, berisi, cerdas dan padat. Oleh karena itu, Detikcom berusaha
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pembaca secara cepat lengkap
dengan informasi yang padat dan menarik. Standar dalam pemberitaan di
Detikcom terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu menarik, up date, dan
berdampak ke banyak hal.
“Berita online biasanya memiliki standar tersendiri, yang pertama itu
menarik, setiap media pastinya memberitakan hal yang menarik. Kedua,
terbaru atau up to date, jadi tidak hanya menarik, berita itu harus terbaru.
Selain itu, berita itu harus memiliki efek ke banyak hal dan bisa diteruskan
istilah kami di running. Berita di Detik tidak pernah berdiri dari satu
berita saja tetapi selalu berbuntut”.21
Bila berbicara mengenai berita politik yang bersifat dinamis, pemberitaan
politik di Detikcom memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan media online
lainnya. Detikcom merupakan media online yang mampu menyajikan berita
politik dengan metode investigasi. Dalam hal ini, Detikcom tidak hanya mengikuti
20
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon,
Jakarta, 16 Juli 2014 21
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014
86
isu terkini saja, melainkan dapat mengembangkan isu tersebut menjadi hasil berita
yang lebih mendalam. Sehingga dalam penyajiannya, berita di Detikcom tidak
mungkin berdiri sendiri. Berita Detikcom selalu memiliki keterkaitan antara satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya.
“Untuk ciri khas Detik itu lebih cepat, kemudian kami tidak hanya
mengikuti isu terkini. Detikcom beda dengan media online lain. Pertama,
selain mengembangkan isu yang berkembang di lapangan kita juga create
dan investigasi isu sendiri yang kemudian juga diikuti media lain dan
mengubah banyak hal. Kedua, setiap berita di detikcom tidak pernah
sendiri, kami menyebutnya running news, setiap berita selalu bersambung
sampai tuntas, banyak hal menarik dikupas”.22
Pemberitaan Detikcom yang bersifat running news (berita terkait) ini
memberikan pengembangan isu yang lebih mendalam. Pada pemberitaan
perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera ini, Detikcom menampilkan
pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera tidak hanya dilihat dari sudut pandang
perubahan slogan semata. Detikcom pun menggambarkan mengenai ulasan rekam
jejak Partai Keadilan Sejahtera. Rekam jejak tersebut digambarkan melalui sebuah
kumpulan berita yang diberi nama metamorfosis. Metamorfosis menyajikan
perubahan-perubahan yang dialami oleh Partai Keadilan Sejahtera yang dahulu
bernama Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera. Dalam pemberitaan
tersebut, diperlihatkan adanya sebuah perbandingan yang ingin disampaikan oleh
Detikcom. Perbandingan tersebut tergambar dari adanya penempatan subjek Partai
Keadilan yang masih dipimpin golongan tua dengan Partai Keadilan Sejahtera
yang kini dipimpin oleh golongan muda. Hal yang ingin disampakan oleh
Detikcom kepada khalayak ialah melalui metamorfosis yang dilakukan oleh Partai
22
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014
87
Keadilan Sejahtera tersebut apakah dapat menyelamatkan partai tersebut di
Pemilu 2014.
“Hal yang ingin disampaikan pada pemberitaan metamorfosis PKS adalah
PKS yang dulu dipimpin oleh kalangan tua kini dipimpin kalangan muda.
Kita ingin tahu apakah metamorfosis itu berhasil menyelamatkan PKS di
pemilu 2014 atau tidak? apakah metamorfosis itu benar-benar perubahan
atau hanya sebuah retorika politik dan seperti apa dampaknya di
masyarakat”.23
Selain hal tersebut, pertimbangan lain Detikcom mengulas metamorfosis
Partai Keadilan Sejahtera ialah Detikcom ingin menampilkan sisi lain dari partai
yang berideologi Islam. Detikcom ingin menawarkan sebuah angel yang berbeda
dari pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera yang saat itu tengah dihujani
pemberitaan terkait kasus korupsi Mantan Presiden Luthfi Hasan Ishaaq.
“Secara tidak langsung, kita ingin menampilkan suatu berita yang
menceritakan dibalik sisi lain dari PKS. PKS itu sebuah partai baru yang
berideologi Islam, seperti bayi ajaib, setelah reformasi mereka benar-benar
menonjol. Dulu namanya Partai Keadilan sebelum menjadi PKS. Nah
Partai Keadilan ini rupanya telah berhasil mengambil hati masyarakat saat
itu, kemudian berlanjut dari 2004 dan 2009. Nah kami ingin menunjukan
sisi lain PKS, ini loh PKS, ini loh partai yang sedang dihantam kasus
import daging sapi. Tapi disisi lain kita melihat PKS masih ada sisi
positifnya”.24
Jika melihat rekam jejak yang dihadirkan Detikcom mengenai Partai Keadilan
Sejahtera, tidak terlalu terlihat adanya perubahan rutinitas dan kegiatan yang
dilakukan partai antara yang dahulu dipimpin oleh golongan tua dengan saat ini
yang dipimpin oleh golongan muda. Pada pemberitaan tersebut hal yang ingin
diperlihatkan ialah bagaimana upaya penyelamatan Partai Keadilan Keadilan
Sejahtera dalam menghadapi pemilu 2014.
23
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014 24
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon,
Jakarta, 16 Juli 2014
88
Perubahan slogan dan beberapa kegiatan yang dilakukan partai untuk
meningkatkan kesolidan antar anggota. Hal tersebut merupakan sebuah cara yang
dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera untuk melakukan upaya penyelamatan
dalam menghadapi pemilu 2014. Detikcom memandang upaya yang dilakukan
oleh Partai Keadilan Sejahtera tersebut dirasa mampu meningkatkan tingkat
elektabilitas. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil pemilu legislatif tahun
2014, Partai Keadilan Sejahtera memperoleh suara sebanyak 6,79 persen.
Sebelumnya, dalam hasil survey, Partai Keadilan Sejahtera merupakan salah satu
partai yang diprediksi tidak lolos dalam electoral thereshold.
“Bisa dilihat bagaimana citra PKS di berbagai survey. namun ternyata
hasil survei terhadap PKS tidak begitu akurat, nyatanya PKS masih
memperoleh suara di atas 6 persen, tidak hanya satu atau tiga persen
seperti di berbagai survey”.25
Dalam proses pencarian berita tersebuut, wartawan mendapat beberapa
kesulitan. Hal ini berkaiatan dengan sulitnya memperoleh informasi dari para elit
Partai Keadilan Sejahtera. Sebagian besar elit Partai Keadilan Sejahtera enggan
untuk menceritakan sejarah partai. Mereka sudah kehilangan kepercayaan
terhadap media akibat pemberitaan yang mendera partai mereka.
“Narasumber yang mengetahui sejarah berdirinya PKS itu agak sulit untuk
diwawancara, karena mereka enggan menceritakan awal-awal PKS karena
sekarang enggan membanding-bandingkan. Cukup sulit untuk menarik
perhatian seperti Hidayat Nur Wahid, Nur Mahmuddin, Muzzamil Yusuf,
walaupun sulit, namun harus terus dicari, karena sudah dikejar deadline
untuk wawancara mendalam. PKS menganggap media bukan sebagai
teman baik. Mereka telah dihantam berbagai media. Sehingga mereka
meresponnya pun negatif. Sehingga saat kita ingin mewawancarai mereka,
mereka pun tidak antusias”.26
25
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014 26
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon,
Jakarta, 16 Juli 2014
89
Namun bila melihat citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 ini dapat
dikatakan tidak secemerlang citra di pemilu sebelumnya. Perubahan slogan partai
yang awalnya bersih, peduli profesional menjadi cinta, kerja harmoni tersebut
memiliki perbedaan. Penggunaan slogan cinta, kerja, harmoni dirasa belum
mampu menandingi citra Partai saat menggunakan slogan bersih, peduli,
professional.
“Citranya saat ini sebenarnya tidak baik dan tidak buruk. Namun
dibandingkan dengan dahulu menggunakan slogan, bersih, peduli,
professional, mungkin lebih baik yang dahulu citranya. Kalau sekarang
mungkin karena kasus korupsi. Kasus korupsi yang kamarin itu benar-
benar mencoreng”.27
Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap elit-elit Partai Keadilan
Sejahtera saat ini merupakan salah satu pemicu menurunnya citra partai. Dalam
hal ini, Partai Keadilan Sejahtera dinilai telah kehilangan rasa kedekatan dengan
masyarakat.
“Elit-elitnya sudah kehilangan kedekatan dengan masyarakat. Dulu elit-
elitnya dekat dengan masyarakat, kini mereka kurang dekat dengan
masyarakat”.28
Perjuangan dan jati diri Partai Keadilan Sejahterah sebagai partai yang dekat
dengan masyarakat dinilai melupakan hal tersebut saat ini. Partai yang berideologi
Islam ini dirasa telah melupakan kerja-kerja nyata mereka.
“PKS seperti kehilangan jati dirinya, perjuangan awalnya, PKS sepeti lupa
tujuan awal didirikannya partai tersebut. kita ingat dulu diawal-awal PKS
rajin mengadakan bakti sosial, kadernya dimana-mana, remaja-remaja juga
aktif, mereka juga aktif memberikan santunan. Pada saat ada musibah,
mereka yang pertama kali datang. Tapi sekarang sepertinya melupakan hal
itu, kerja-kerja nyata mereka”.29
27
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014 28
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon,
Jakarta, 16 Juli 2014 29
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014
90
Pada proses pemberitaan, Detikcom terbagi dalam beberapa tahap. Rutinitas
kerja di Detikcom diawali dengan melakukan rapat redaksi yang disebut editorial
meeting. Editorial meeting pertama ini dilakukan pada pukul 17.00 WIB, dihadiri
oleh Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Koordinator Liputan.
Dalam rapat tersebut hal yang dibahas ialah isu apa yang akan dibahas esok hari.
Pada rapat tersebut, para redaktur pelaksana di setiap kanal memaparkan isu-isu
apa yang akan dibahas esok harinya. Dalam rapat tersebut, anggota rapat dapat
menambahkan saran dan kritik yang akan dibahas esok hari.
“Seluruh redpel akan memaparkan isu apa yang akan ditampilkan, isu apa
yang menarik, dan bagaimana yang strategis untuk dilanjutkan dihari itu
dan rencana kedepannya. Jadi setiap kanal kita tahu isu apa yang akan
ditampilkan, disitu kita bisa saling share, kritik. Dan rapat itu dipimpin
langsung oleh Pemimpin Redaksi, Pak Arifin Arshyad”.30
Hasil rapat kemudian disebarkan oleh Koordinator Liputan kepada wartawan
di lapangan. Detikcom merupakan salah satu media online yang tidak
menggunakan absensi pada wartawannya. Wartawan Detikcom hanya bekerja di
lapangan saja. Wartawan mencari data yang telah disepakati di rapat editorial
meeting.
Sementara itu, esok harinya, editorial meeting dilakukan kembali pada jam
08.00 WIB. Di Detikcom Editorial meeting dilakukan sebanyak dua kali, pada
pagi hari jam 08.00 WIB dan pada sore hari jam 17.00 WIB. Kedua rapat tersebut
memiliki perbedaan dalam pembahasan.
“Kita ada rapat namanya editorial meeting. Editorial meeting itu setiap
hari pada waktu sore dan setiap pagi. Detikcom itu salah satu media yang
editorial meeting nya paling banyak. Jadi editorial meeting setiap jam
08.00 pagi dan jam 17.00 sore. Editorial meeting sore hari membahas
evaluasi hari ini dan isu apa yang akan dikembangkan besok. Editorial
30
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014
91
pagi hari membahas pergerakan isu terakhir dan dikaitkan dengan isu yang
akan kita mainkan siang harinya. Dalam politik semua sangat dinamis”.31
Melalui rapat tersebut, isu yang telah dibahas pada editorial meeting pertama,
dikembangkan dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada hari itu. Usai rapat,
Redaktur Pelaksana menginformasikan kepada Koordinator Liputan untuk
mengirim reporter pada sebuah kejadian yang berkaitan dengan isu tersebut.
Setelah itu, wartawan di lapangan akan mencari berita di lapangan.
Strategi wartawan dalam menuliskan berita kepada khalayak ialah
menentukan isu yang tepat. Dalam hal ini, biasanya wartawan akan berkoordinasi
dengan atasan untuk menentukan isu apa yang akan dimainkan. Detikcom
merupakan media online yang ingin menyajikan pemberitaan yang berbeda dari
media online lainnya. Dalam pengemasaan pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera,
Detikcom mengambil angel yang berbeda.
“Petama menetukan angel berita yang bagus layak, kira-kira
menyesuaikan isu yang lagi hot itu apa, Waktu itu kan yang lagi hot kan
isu PKS yang lagi dibombardir kasus korupsinya, kasus korupsi import
sapi yang melibatkan Luthfi Hasan Ishaaq. Hal itu membuat PKS tuh habis
banget, seperti ada pada titik nadir. Nah itu kemudian ada usulan dari
atasan, yang mengusulkan untuk mencari angel atau berita yang berada di
tengah-tengah. Ambil dari angel lain, sehingga mengambil cara untuk
mengambil dari sisi memperkenalkan kepada masyarakat kalau PKS itu
dari sisi sejarahnya. Partai Keadilan Sejahtera yang mulanya Partai
Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera”.32
Dalam peliputan dilapangan, biasanya wartawan Detikcom telah dibekali TOR
untuk ditanyakan pada narasmber. Namun disini, wartawan Detikcom memiliki
sebuah hak suara untuk memberi usulan jika TOR tersebut kurang sesuai dengan
isu yang akan ditampilkan.
31
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014 32
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon,
Jakarta, 16 Juli 2014
92
“Untuk TOR sendiri, kadang dari atasan, namun kita sebagai wartawan
dapat menyampaikan usulan. Sehingga saling memberi pendapat untuk
menyesuaikan tema berita”.33
Detikcom merupakan salah satu media online yang dituntut untuk
memberitakan secara cepat. Oleh karena itu, teknik laporan seorang reporter
Detikcom sangat mengandalkan kemajuan teknologi. Telepon dan email
merupakan teknologi yang digunakan oleh reporter Detikcom untuk
menyampaikan ke kantor.
“…..Ada beberapa cara reporter dalam melaporkan ke kantor, yang
pertama melalui telepon. Detik itu mengandalkan laporan via telepon
untuk berita-berita yang harus cepat sampai kantor”. 34
“Bisa juga reporter di lapangan menemukan sebuah kejadian, maka dia
bisa lapor ke redakturnya, seperti kecelakaan, kebakaran. Dari situ,
reporter di lapangan lapor ke redaksi melalui email”.35
Laporan dari wartawan tersebut dipantau oleh Koordinator Liputan.
Koordinator Liputan menyerahkan hasil laporan tersebut kepada penulis. Penulis
disini memiliki tugas menulis hasil laporan dari wartawan di lapangan. Penulis
merapihkan hasil liputan wartawan sebelum diverifikasi oleh ke Redaktur
Pelaksana.
Laporan yang telah terstruktur tersebut diserahkan kepada Redaktur Pelaksana
untuk di verifikasi. Peran Redaktur Pelaksana disini ialah dia bertugas memeriksa
hasil laporan lapangan yang telah dirapihkan oleh penulis. Bila terjadi kekurangan
data atau ada data yang kurang meyakinkan, dia berhak menugaskan wartawan
lapangan untuk mencari data yang sesuai kebutuhan.
33
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon,
Jakarta, 16 Juli 2014 34
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014 35
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014
93
Usai mendapat verifikasi dari Redaktur Pelaksana, laporan tersebut akan di
serahkan kepada Penulis, jika harus ada pembenaran. Jika tidak, laporan tersebut
akan diserahkan kepada editor. Dalam penulisan berita, Detikcom mengandalkan
peran penulis dan editor. Dalam hal ini editor dan penulis memiliki fungsinya
masing-masing dalam penulisan berita sebelum ditampilkan kepada khalayak.
“Penulis bertugas menerima laporan dari lapangan, editor bertugas
memverifikasi tulisan. Setiap berita ditulis dan diedit oleh orang yang
berbeda. Ada laporan masuk lewat email yang diedit editor pun masih
perlu diverifikasi”.36
Setelah diverifikasi oleh editor, editor bertugas menerbitkan kepada khalayak
melalui web Detikcom. Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam gambaran
proses produksi berita di Detikcom, peneliti berusaha mengilustrasikan melalui
gambar dibawah ini :
36
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014
94
Gambar 3 37
Alur Pemberitaan di Detikcom hingga ke Khalayak
Hasil Rapat
37
Wawancara Pribadi dengan Elvan Dany Sutrisno (Redaktur Pelaksana) dan Erwin
Dariyanto (Editor) pada tanggal 10 Juni 2014
Publikasi Rapat Editorial Meeting di Sore
hari Jam 17.00 WIB (Rapat
Evaluasi dan perencanaan isu
apa yang akan ditampilkan esok
hari). Dihadiri oleh : Pimpinan
Redaksi, Redaktur Pelaksana,
Redaktur, Koordinator liputan
Laporan
diserahkan ke
Editor untuk di
publikasikan ke
khalayak
Penulis
menyerahkan
laporan
terstruktur
kepada Redpel
Malamnya hasil rapat
distribusikan oleh
Koodinator Liputan kepada
Wartawan.
Koordinator
Liputan
menyerahkan
laporan kepada
Penulis
Pengumpulan Bahan
(Penugasan Reporter)
Rapat Editorial Meeting di Pagi
hari Jam 08.00 WIB (Rapat
pergerakan isu terakhir dan
keterkaitan isu apa yang akan
ditampilkan di siang hari)
Koordinator
Liputan
memanntau
laporan yang
dikirim oleh
wartawan
Laporan dari Reporter
ke Redaksi, melalui :
a. Telepon
b. Email
95
Dalam proses produksi berita, tak terlepas dari ideologi institusi. Jika
berbicara mengenai media sebagai discourse tak akan terlepas dari peran bahasa,
pengetahuan yang melandasi dan serta bentuk kepentingan yang melandasi. Hal
tersebut tak dapat dipisahkan dari peran ideologi sebuah media.38
Detikcom merupakan media online yang mengandalkan kecepatan dalam
pemberitaann. Abdul Rahman, pendiri Detikcom menyatakan bahwa filosofi
Detikcom ialah Never Stand Still (takkan pernah berhenti) yang artinya Detikcom
selalu ingin berkembang dan terus menampilkan hal-hal yang baru dalam berbagai
hal. Penggunaan nama Detik sendiri merupakan sebuah landasan yang artinya
Detikcom harus selalu lebih cepat, lebih lengkap dari sisi berita maupun teknologi
dan hal-hal lain yang dibutuhkan oleh pembaca.39
Hal tersebut pun turut dinyatakan oleh wartawan Detikcom yang menyatakan
bahwa Detikcom berusaha menyajikan berita yang objektif dengan mengandalkan
kecepatan dalam proses pemberitaan.
“Ideologi detik.com berupaya menjadi media online yang obyektif,
tercepat, dan berimbang. Persaingan media online dalam tiga tahun
terakhir ini cukup sengit, pembaca pun makin kritis dan cerdas dengan
berita yang disajikan. Sesuai nama, Detik.com ingin mencoba menyajikan
kecepatan berita namun diiringi ketepatan dalam penyajiannya, alias cover
both side”.40
Hal tersebut pun diterapkan oleh Detikcom. Pada proses produksi berita,
wartawan ingin menyajikan suatu pemberitaan yang kritis. Namun konsep
penyajian tersebut tak terlepas dari konsep yang telah diterapkan oleh kantor.
“Ya, bisa terjadi di lapangan. Saya sebagai jurnalis ingin menyajikan
berita secara berimbang dan kritis kepada pihak mana pun jika memang
38
Yasraf, Amir Piliang, Post-Realitas : Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika,
h. 70 39
Company Profile Media Kit Digital Detikcom 40
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta,
22 Agustus 2014
96
menyesuaikan kebutuhan. Namun, kadang hal ini harus menyesuaikan
konsep keinginan institusi kantor dalam penyajian berita”.41
Dalam hal ini, ideologi pribadi wartawan Detikcom tidak dapat mempengaruhi
pemberitaan. Seluruh berita yang disajikan oleh Detikcom merupakan hasil data
yang diperoleh oleh wartawan lapangan.
“Wartawan menuliskan berita berdasarkan data yang diperoleh di lapangan
bukan atas pengaruh sebuah paham ideologi tertentu. Pada intinya ideologi
wartawan tidak bisa mempengaruhi pemberitaan”.42
Jika melihat peringkat popularitasnya, alexa.com merilis Detikcom menduduki
peringkat ke sembilan sebagai media online yang popular di Indonesia. Dengan
demikian ratting yang ditunjukkan oleh Detikcom dapat dikatakan sangat baik.
Ratting bagi media online merupakan hal yang penting. Hal ini terkait dengan
tolak ukur media tersebut di mata publik. Hal tersebut turut dirasakan oleh
Detikcom. Detikcom memandang sebuah ratting sebagai tolak ukur terhadap
media tersebut.
“Ratting dapat dijadikan sebagai tolak ukur. Dalam hal ini kita dapat
melihat apakah berita tersebut dibaca atau tidak oleh khalayak”.43
Selain hal tersebut, ratting bagi Detikcom dipandang sebagai acuan untuk
terus mengembangkan diri dalam menghadapi persaingan media online di tanah
air.
“Ratting penting untuk sebuah media sebagai tolak ukur untuk
perkembangan dan kebutuhan ke depan. Ratting juga menjadi indikator
persaingan media untuk bisa berbenah”.44
41
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta,
22 Agustus 2014 42
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23
Agustus 2014 43
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23
Agustus 2014 44
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta,
22 Agustus 2014
97
Bila memandang pola kerja dalam memproduksi berita, wartawan Detikcom,
Hardani Triyoga menyatakan bahwa pemberitaan di Detikcom selalu dituntut
untuk meningkatkan ratting. Walaupun ratting menjadi faktor utama, namun harus
dilihat dari beberapa aspek pula dalam menyajikan berita.
“Ya, benar. Kalau berita yang tidak punya ratting dan pembaca sedikit
buat apa disajikan. Namun, harus dilihat dari berbagai sisi pula dalam
menyajikan berita. Meskipun sisi ratting menjadi faktor utama. Seperti
berita Jokowi, Prabowo, Pilpres yang punya ratting bagus”.45
Namun pernyataan tersebut mendapat sanggahan dari Erwin Dariyanto, Editor
Detikcom. Dalam hal ini ia menyatakan bahwa pemberitaan Detikcom tidak
dituntut untuk meningkatkan ratting. Dalam hal ini, redaksi dituntut untuk
menyajiakn berita dengan kualitas yang baik.
“Tidak, redaksi dituntut untuk menyajikan berita dengan kualitas yang
bagus dan akurat”.46
Dengan demikian, bila melihat kepentingan yang berada di balik media, media
tak dapat terlepas dari dua kepentingan utama, yaitu kepentingan ekonomi
(economic interest) dan kepentingan kekuasaan (power interest).47
Jika melihat
hasil temuan peneliti, Detikcom tak terlepas pada kepentingan ekonomi. Hal
tersebut dapat terlihat dari tingginya tingkat kepercayaan perusahaan iklan yang
bekerjasama dengan Detikcom untuk mengiklankan produk mereka. Hal tersebut
dikarenakan tingginya tingkat ratting pembaca Detikcom.
Detikcom menyatakan bahwa dengan meningkatkan kualitas, maka Detikcom
dapat menjaring jumlah pembaca. Tak hanya itu saja, Detikcom pun berhasil
45
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta,
22 Agustus 2014 46
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23
Agustus 2014 47
Yasraf, Amir Piliang, Post-Realitas : Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika,
h. 69
98
membangun loyalitas dengan pembaca yang massal dari berbagai kelompok.
Dengan demikian hal tersebut menjadi sebuah keuntungan yang diperoleh bagi
pemasang iklan di Detikcom untuk memasarkan produk mereka.48
Sehingga
semakin meningkatnya pemasang iklan di Detikcom, keuntungan Detikcom pun
semakin meningkat setiap tahunnya.
2. Konsumsi Teks
Pada tahap konsumsi teks, peneliti mewawancarai beberapa narasumber.
Narasumber tersebut merupakan pembaca Detikcom yang turut mengamati
pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera. Pada tahap konsumsi teks, peneliti ingin
mengetahui bagaimana pandangan masyarakat mengenai pemberitaan tentang
Partai Keadilan Sejahtera di Detikcom.
Detikcom merupakan salah satu media yang memberitakan melalui online,
Oleh karena itu pembaca dapat mengakses pemberitaan melalui media online.
Pada tahap pencarian pembaca Detikcom, Detikcom tidak mempunyai data yang
spesifik mengenai pembaca Detikcom. Hal ini dikarenakan Detikcom merupakan
media online sehingga tidak memiliki data pembaca yang spesifik seperti pada
media cetak. Untuk mengetahui pembaca Detikcom, peneliti berinisiatif mencari
pembaca Detikcom melalui jejaring sosial, salah satunya twitter dan bertanya
langsung. Peneliti menemukan empat pembaca Detikcom yang aktif dan turut
mengikuti pemberitaan mengenai Partai Keadilan Sejahtera di Detikcom.
Pembaca pertama, yaitu, Farida Nur‟Aini, merupakan seorang mahasiswi S1
Universitas Negeri Surakarta. Pembaca kedua, yaitu, Desy Dwi Setiawati,
merupakan seorang mahasiswi S2 Universitas Negeri Surakarta. Pembaca ketiga,
48
Company Profile Media Kit Detikcom
99
yaitu, Irwan Bengkulah, merupakan karyawan swasta. Pembaca keempat,
Rokhmatunnisa Febrianti, merupakan mahasiswi S1 Universitas Negeri Jakarta.
Peneliti melakukan wawancara melalui beberapa cara, via wawancara langsung,
via telepon dan via email. Peneliti mewawancarai pembaca terkait dengan :
a. Data pembaca
b. Pengenalan pembaca dengan Detikcom
c. Pandangan pembaca mengenai pemberitaan di Detikcom
d. Pandangan pembaca mengenai pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera
di Detikcom
Perkenalan para pembaca Detikcom bermula dari bangku kuliah. Dua
pembaca menyatakan telah membaca Detikcom sejak tahun 2010 dan satu
pembaca menyatakan telah membaca Detikcom sejak tahun 2013.
“Saya mengenal detikcom saat pertama kali kuliah sekitar tahun 2010. Hal
ini bermula saat saya menjadi anak kosan yang kebetulan tak tersedia TV
untuk media informasi. Sehingga saya mencoba mencari informasi yang
saya butuhkan melalui media online, salah satunya Detikcom”. 49
Sifat Detikcom yang online menjadikan Detikcom mudah diakses. Pada jalur
publikasian berita, Detikcom tidak hanya mengandalkan web resminya saja.
Detikcom pun mempublish beritanya melaui jejaring sosial, seperti twitter.
Melalui cara tersebut, memudahkan pembaca untuk mengenal Detikcom.
“Sekitar tahun 2010, pas kuliah. Itu berawal dari twitter. Biasanya kan
Detikcom itu selalu mempublish beritanya melalui twitter”.50
“Saya mengenal Detikcom sekitar tahun 2013, saat saya membuat skripsi
kira-kira pertengahan Juli atau Agustus 2013”.51
49
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini , Purworejo 27 Juli
2014 50
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon, pada
14 Juli 2014 51
Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta,16 Agustus
2014
100
Sementara itu, pendapat dari pembaca keempat menyatakan mengenal
Detikcom saat dirinya tengah duduk di bangku sekolah menengah pertama.
“Saya mengenal Detikcom sekitar tahun 2006-2007, sekitar saya masih
SLTP”.52
Tampilan Detikcom yang tersturuktur dalam menyajikan kategori pemberitaan
membuat pembaca lebih mudah dalam mencari pemberitaan. Tampilan tersebut
menarik perhatian pembaca, khususnya dari kalangan Mahasiswa.
“Tampilannya menurut saya standard tetapi dalam pencarian berita,
Detikcom memberikan kemudahan bagi pembacanya. Karena Detikcom
mengkategorisasikan berita-berita melalui kana-kanal yang disediakan
sehingga pembaca lebih mudah dalam mencari informasi yang
dibutuhkan”.53
Selain tampilannya, terdapat kelebihan lain Detikcom yang dapat menarik
minat pembaca. Dalam penyajian berita, Detikcom termasuk media online yang
mudah dipahami dan pemberitaannya yang up date. Sehingga tidak menyulitkan
pembaca untuk memahami sebuah berita di Detikcom.
“…..kalau dari segi isi pemberitaannya, Detikcom termasuk media online
yang cukup mudah dipahami dalam penyajian beritanya”.54
“Tampilannya cukup menarik. Dari segi pemberitaannya, bisa dibilang
update. Dalam tingkat kebahasaaannya, Detikcom termasuk media online
yang mudah dipahami, kalau dibandingkan dengan media online yang
lain”.55
Lain halnya dengan isi pemberitaannya, pembaca ketiga, menyatakan adanya
keberpihakan Detikcom pada satu golongan. Hal tersebut dapat terlihat saat
momentum pemilu.
52
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21 Agustus
2014 53
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini, Purworejo,27 Juli
2014 54
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon, pada
14 Juli 2014 55
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21 Agustus
2014
101
“Menurut saya tampilannya user friendly. Kalau dari sisi pemberitaannya
sendiri, sebelum pemilu, pemberitaannya bagus, dalam artian kita sebagai
pembaca dapat menambah informasi. Namun kekurangannya, akhir-akhir
ini semenjak ada pemilu, seperti berat sebelah, mendukung salah satu
pihak”.56
Berkaitan dengan pandangan pembaca mengenai berita perubahan slogan
Partai Keadilan Sejahtera, pembaca memiliki persepsi masing-masing. Pembaca
pertama, yaitu Farida Nur‟Aini dan ketiga, yaitu, Irwan Bengkulah, menyatakan
bahwa dengan adanya perubahan slogan pada Partai Keadilan Sejahtera
memberikan dampak positif dari partai. Dengan adanya hal tersebut, Partai
Keadilan Sejahtera dapat memperbaiki citra yang telah tercemar oleh kasus Luthfi
Hasan Ishaaq.
“Menurut saya adanya perubahan slogan dari PKS memberikan dampak
yang positif terhadap partai tersebut. Perubahan slogan itu, bisa mengubah
image yang baik untuk partai PKS setelah adanya „prahara‟ dalam partai
tersebut. Saya kira slogan yang awal yaitu, „bersih, peduli, profesional‟
tersebut dirasa tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini
dibuktikan dengan adanya kasus korupsi import daging sapi. Mungkin
dengan adanya perubahan slogan tersebut, merupakan salah satu cara PKS
dalam memperbaharui image”.57
“Perubahan slogan itu seperti adanya sebuah perbaikan. Mereka seperti
menyadari tidak semua anggotanya itu bersih, masih ada oknum-oknum
yang ada didalam partai yang tidak bertanggung jawab. Sehingga mereka
melakukan perubahan slogan tersebut, menurut saya seperti itu”.58
Pendapat lain disampaikan oleh pembaca Detikcom mengenai hal tersebut.
Desy Dwi Setiawati menyampaikan bahwa dengan adanya perubahan slogan
Partai Keadilan Sejahtera tidak memberi pengaruh apa pun pada keadaan Partai
Keadilan Sejahtera.
56
Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta, 16 Agustus
2014 57 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini, Purworejo, 27 Juli
2014 58
Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta, 16 Agustus
2014
102
“Menurut saya adanya perubahan slogan tidak terlalu berpengaruh untuk
partai PKS. PKS berubah atau tidaknya slogan hasil pemilu kemarin saya
lihat sih menurun tingkat elektabilitasnya. Disini mungkin adanya
beberapa faktor yang melatarbelakangi, mungkin salah satunya kurang
mendapat kepercayaan dari masyarakat”.59
Pembaca keempat, Rokmatunnisa menyatakan perubahan slogan tersebut
merupakan hal yang menarik. Dengan perubahan slogan tersebut, Partai Keadilan
Sejahtera ingin menampilkan sesuatu yang berbeda. Hal ini dirasa berkaitan
dengan situasi pemilu 2014.
“Kalau menurut saya itu hal yang menarik, karena untuk ukuran partai
politik biasanya tagline itu lebih dibuat secara serius, namun PKS itu
membuatnya terkesan lebih hangat. Untuk perubahan tagline nya itu
mungkin PKS ingin menampilkan tampilan yang lebih fresh, sehingga
mereka mengganti tagline. Jika dihubungkan dengan situasional jelang
pemilu, sepertinya perubahan tagline ini ada keterkaitannya. Perubahan
tagline tersebut seperti digunakan untuk menarik massa yang melihat dari
keadaan partai dari luarnya saja. Ya walaupun dampaknya tidak begitu luar
biasa. Sehingga dapat dikatakan perubahan tagline tersebut dapat sebagai
penaikan citra”.60
Berdasarkan pendapat diatas, dua dari empat pembaca Detikcom menyatakan
perubahan slogan tersebut dirasa sebagai adanya perubahan image partai. Hal ini
lantaran slogan terdahulu kurang mewakili keadaan yang ada. Sementara itu,
seorang pembaca memandang perubahan slogan yang dilakukan Partai Keadilan
Sejahtera terkait dengan penaikan citra partai karena adanya pemilu 2014.
Pendapat lain dikemukakan oleh seorang pembaca yang menyatakan perubahan
slogan yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera tidak berpengaruh dengan
tingkat elektabilitas partai di pemilu 2014.
59
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon, pada
14 Juli 2014 60
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21 Agustus
2014
103
Berkaitan dengan citra Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2014 kali ini,
Farida Nur „Aini menyatakan adanya penurunan citra Partai Keadilan Sejahtera.
Hal ini dibuktikan dengan penururunan perolehan suara pada Pemilu legislatif
2014.
“Menurut pandangan saya, citra PKS dalam pemilu 2014 telah menurun
elektabilitasnya, hal ini bisa dilihat dari hasil pemilu legislatif yang sangat
turun perolehannya dari pemilu 2009 kemarin. Adanya oknum PKS yang
melakukan korupsi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
citra PKS di pemilu 2014. Pemberiaan slogan partai seharusnya
berbanding lurus dengan sikap para anggota partai tersebut. Menurut saya,
adanya perubahan slogan tersebut mungkin kurang memberi respon yang
baik. Publik lebih mengenal PKS karena kasus korupsi import sapi
dibanding dengan kerja nyatanya. Sehingga menurut saya, PKS kurang
memberikan kerja nyatanya”.61
Hal senada pun disampaikan oleh Desy. Citra Partai Keadilan Sejahtera pada
pemilu 2014 kali ini terbilang buruk. Hal ini terbukti dengan turunnya tingkat
perolehan suara yang diperoleh tahun ini.
“Citra PKS di pemilu 2014 sangat buruk. Hal ini terbukti dengan suara
pemilu yang didapat sangat turun drastis dibandingkan dengan pemilu
sebelumnya. Kalau menurut saya, karena adanya kasus korupsi
sebelumnya”.62
Pendapat lain dinyatakan oleh Irwan Bengkulah. Ia berpendapat bahwa citra
Partai Keadilan Sejahtera hingga saat ini terbilang cukup baik. Namun hanya saja
terdapat beberapa kekurangan didalamnya.
“Hingga saat ini citra PKS secara umum masih bagus, tapi kalau saya
pribadi kurang suka dengan anggapan bahwa mereka adalah partai Isalm
yang katanya didukung oleh orang-orang yang baik-baik yang mayoritas
Islam di Indonesia. Seharusnya kalau mereka partai Islam lakukanlah
dengan cara Islam, tidak terlalu memaksa ataupun berkoar-koar Islam itu
kan mengajarkan untuk lebih mengalah dan bersabar, sehingga tidak ada
pemaksaan. Kalaupun salah, tidak usah menjatuhkan pihak lain juga. Islam
61
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini, Purworejo, 27 Juli
2014 62
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon pada
14 Juli 2014
104
kan mengajarkannya tidak seperti itu. Sepertinya elit-elit politiknya terlalu
ambisius juga, namun secara menyeluruh saya suka”.63
Sementara itu, Rokhmatunnisa Febrianti menyatakan bahwa citra Partai
Keadilan Sejahtera cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari rutinitas kegiatan yang
mereka lakukan. Namun hanya saja media kurang mengekspose hal tersebut.
“Kalau menurut saya citra PKS itu sudah cukup baik, yang saya baca dari
pemberitaan Detikcom. Hal tersebut diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan sosial yang menjadi rutinitas oleh PKS. Namun kegiatan tersebut
kurang terekspose oleh awak media”.64
Berdasarkan pendapat diatas ialah dua pembaca Detikcom menyatakan adanya
penurunan citra Partai Keadilan Sejahtera di pemilu 2014. Sementara dua lainnya
berpendapat bahwa tidak ada penurunan citra Partai Keadilan Sejahtera di
pemuilu 2014.
Jika melihat kinerja Partai Keadilan Sehatera saat ini, Farida Nur‟Aini
menyatakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera kurang melakukan kinerja nyatanya.
“Evaluasi kinerja PKS dan internal partai sebaiknya lebih ditingkatkan,
melalui kerja yang nyata. Sehingga dapat mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap PKS”.65
Selain hal tersebut, Desy Dwi Setiawati mengharapkan Partai Keadilan
Sejahtera untuk memegang amanah dan konsisten dengan slogan yang diusung.
“Agar para pejabat di PKS tidak melakukan korupsi dan menjalankan
amanahnya dengan baik sehingga citra partai PKS bisa membaik. Terlebih
pada pejabat PKS diharapkan dapat bersikap sesuai dengan slogan
partainya”.66
63
Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta,16 Agustus
2014 64
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21 Agustus
2014 65
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon pada
14 Juli 2014 66
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini, Purworejo, 27 Juli
2014
105
Lain halnya dengan pandangan dari Irwan Bengkulah, dan Rokhmatunnisa.
Mereka menyatakan kinerja Partai Keadilan Sejahtera tidak ada penurunan pada
kinerja partai. Hanya saja adanya penurunan tingkat kepercayaan publik.
“Kalau saya lihat dari data-data yang pernah saya lihat di internet, ya
bagus. Karena dia tidak masuk 5 besar partai korupsi. Jadi menurut saya
kinerja bagus, ga banyak godaan korupsinya”.67
“Kalau saya lihat tidak ada penurunan kinerja PKS, masih sama dengan
saat tahun 2004 dan 2009. Namun yang menurun itu adalah tingkat
kepercayaan publik terhadap PKS. Hal ini mungkin karena media terlalu
memblow up kasus hukumnya saja”.68
Jika melihat penjelasan diatas, terdapat dua pandangan. Dua pembaca menilai
Partai Keadilan Sejahtera diharapkan untuk menjalankan amanat dan konsisten
dengan slogan yang diusungnya. Pembenahan internal partai dan melakukan
kerja-kerja nyata merupakan hal yang mampu mengembalikan kepercayaan
masyarakat. Dua pembaca lain menyatakan bahwa kinerja Partai Keadilan
Sejahtera tidak ada penurunan. Namun hanya saja tingkat kepercayaan publik
mengalami penurunan.
C. Sociocultural Practice
Analisis sociocultural practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial
yang ada di luar media. Menurut Fairclough dalam menentukan sociocultural hal
yang dilihat dari dimensi discourse practice. Dalam hal ini, Fairclough membuat
tiga level sociocultural practice, yaitu level situasional, institusional, dan sosial.69
Untuk mengetahui sociocultural practice sebuah media hal yang perlu
diperhatikan ialah pada tahap discourse practice. Dalam hal ini, analisis produksi
67
Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta, 16 Agustus
2014 68
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarat, 21 Agustus
2014 69
Eriyanto, Analisis Wacana , h.320
106
dan konsumsi teks merupakan hal yang diperhatikan. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti, perubahan slogan yang dilakukan oleh
Partai Keadilan Sejahtera ini diduga sebagai upaya penyelamatan partai untuk
menghadapi pemilu 2014. Hal ini tak terlepas dari kasus yang menjerat mantan
Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq.
Hal tersebut dibenarkan oleh Sekertaris Bidang Humas DPP Partai Keadilan
Sejahtera, Dedi Supriadi. Dedi menyatakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera
mengeluarkan slogan cinta, kerja, harmoni tersebut ditunjukan untuk
menenangkan para kader Partai Keadilan Sejahtera.
“Ternyata kasus tersebut ga berpengaruh di lapangan. Sehingga kita
merasa upaya menenangkan kader dengan slogan tersebut rupanya sangat
berhasil, kinerja partai tidak bertambah buruk justru semakin membaik, hal
ini dibuktikan dengan kemenangan kader-kader kita di Pilkada”.70
Pada dasarnya Partai Keadilan tidak sepenuhnya mengubah slogan bersih,
peduli dan profesional. Dalam hal ini, adanya slogan cinta, kerja dan harmoni
dikarenakan untuk menenangkan kader yang tengah dilanda prahara kasus korupsi
import daging sapi. Sehingga adanya slogan tersebut bersifat situasional.
“Makanya ditengah itu pun kita mengeluarkan slogan lain jadi jalan
berbarengan dengan cinta, kerja, harmoni. Cinta, kerja, harmoni mungkin
sekitar 4 bulan kemudian diikuti dengan slogan baru yang berjalan
bersamaan, yaitu “lebih dekat dan melayani”. Ini kan bagian dari
penarikan kita dari kenyataan di lapangan bahwa kita PKS merupakan
partai politik yang kader-kadernya memang berada dekat dengan
masyarakat. Dan selalu memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan itu
kita sampaikan kepada masyarakat bahwa kita ingin membangun cinta,
kerja dan harmoni dan kita ada bersama mereka, kita dekat dengan mereka
dan kita melayani mereka”.71
70
Wawancara pribadi dengan Sekertaris Bidang Humas, Dedi Supriadi, Jakarta,04 Juni
2014 71
Wawancara pribadi dengan Sekertaris Bidang Humas, Dedi Supriadi, Jakarta,04 Juni
2014
107
Berdasarkan pengamatan peneliti bila melihat konteks dilapangan,
pemberitaan ini termasuk dalam konteks situasional. Menurut Fairclough, level
situasional ialah bagaimana sebuah teks itu di produksi dengan melihat aspek
situasional saat teks tersebut diproduksi.72
Dalam hal ini wacana dipahami sebagai
sebuah tindakan yang tengah merespon suatu situasional tertentu.
Ditengah maraknya pemberitaan di media kasus korupsi import daging sapi
yang menyeret Luthfi Hasan Ishaaq diawal tahun 2013. Detikcom berusaha
menampilkan pemberitaan mengenai Partai Keadilan Sejahtera. Pemberitaan
tersebut dilihat dari sudut pandang upaya penyelamatan partai jelang pemilu 2014.
Pemberitaan tersebut hadir karena situasi pada saat proses produksi berita tersebut
merupakan saat dimana persiapan partai untuk menghadapi Pemilu Legislatif
2014.
Melalui pemberitaan tersebut, Detikcom mengemas bagaimana Partai
Keadilan Sejahtera yang tengah menghadapi kasus hukum berupaya
penyelamatkan citra partainya di masyarakat. Upaya tersebut dapat terlihat dari
adanya peningkatan kesolidan antar sesama kader melalui beragam kegiatan yang
telah menjadi rutinitas dan perubahan slogan partai menjadi cinta, kerja harmoni.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pada pemberitaan tersebut, Detikcom pun
juga ingin menjelaskan kekuatan kader loyalis yang dimiliki Partai Keadilan
Sejahtera. Partai Keadilan Sejahtera dapat bangkit dari keterpurukan usai kasus
korupsi import daging sapi. Dengan berbagai kegiatan dan agenda yang dilakukan
oleh partai, dirasa telah membangkitkan semangat kader untuk menghadapi
pemilu 2014. Hal ini terbukti dengan pencapaian partai yang awalnya diprediksi
72
Eriyanto, Analisis Wacana , h. 322
108
oleh beberapa lembaga survey tidak lolos electoral threshold, kenyataannya
memperoleh suara 6,7 persen dan lolos electoral threshold.
Namun bila melihat citra pada pemilu kali ini, Detikcom menilai Partai
Keadilan Sejahtera seperti kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Mereka
melihat elit-elit Partai Keadilan Sejahtera saat ini kurang mendekatkan diri pada
masyarakat. Partai seperti kehilangan jati diri awal partai. Kurangnya kinerja-
kinerja yang nyata merupakan hal yang dirasa salah satu penyebab menurunnya
citra partai.
Pemberitaan Detikcom pun tak luput dari ideologi yang dimiliki institusi.
Ideologi wartawan tidak dapat mempengaruhi pemberitaan. Dengan mengusung
kecepatan dalam pemberitaan yang disajikan ke publik, menjadikan Detikcom
dipercaya dan membangun loyalitas dengan publik. Maka Detikcom pun termasuk
media online yang memiliki ratting yang tinggi. Dengan tingginya ratting tersebut,
maka perusahaan iklan pun mempercayakan Detikcom sebagai media online yang
tepat untuk mempromosikan produk mereka kepada khalayak.
Sementara itu, pembaca Detikcom menyatakan bahwa tampilan Detikcom
dirasa sebagai media online yang user friendly. Hal tersebut dapat terlihat dari
adanya kategorisasi dalam mencari berita yang dibutuhkan, penggunaan bahasa
yang mudah dipahami dan penyajian informasi yang terus update.
Jika melihat berita perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera, para pembaca
menyatakan sebagai upaya penyelamatan partai untuk memperbaiki image jelang
pemilu 2014. Namun perubahan slogan tersebut dirasa kurang memberikan
pengaruh yang berarti di pemilu 2014. Berbicara mengenai citra Partai Keadilan
Sejahtera di pemilu 2014, masing-masing pembaca memiliki asumsi yang
109
berbeda. Dua pembaca menyatakan adanya penurunan, sedangkan dua pembaca
menyatakan tidak ada penurunan. Namun seluruh pembaca sepakat menyatakan
bahwa Partai Keadilan Sejahtera mengalami penurunan tingkat kepercayaan dari
publik. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu kurangnya pembuktian
kepada masyarakat, tindakan oknum-oknum partai yang tidak bertanggungjawab
hingga pemberitaan media yang terlalu memblow up kasus hukum partai.
D. Interpretasi Penelitian
Setelah melakukan analisis, peneliti berpandangan bahwa media online
Detikcom berusaha memaparkan sisi positif dari Partai Keadilan Sejahtera yang
tengah dihantam prahara. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga narasumber,
yaitu Redaktur Pelaksana, Editor dan Wartawan Detikcom, peneliti memperoleh
beberapa alasan berkaitan pentapan pembahasan pemberitaan perubahan slogan
Partai Keadilan Sejahtera di Detikcom. Pertama, pemberitaan tersebut berkaitan
dengan kepentingan publik. Dalam hal ini, Detikcom menyatakan bahwa
perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera merupakan sebuah peristiwa yang
harus diketahui oleh publik. Kedua, pemberitaan tersebut berkaitan dengan
adanya perubahan image yang ingin ditampilkan oleh Partai Keadilan Sejahtera.
Dalam hal ini, Detikcom melihat peristiwa tersebut tak terlepas dari kasus yang
korupsi import daging sapi yang menjerat Luthfi Hasan Ishaaq. Ketiga, Detikcom
ingin menampilkan sisi lain dari Partai Keadilan Sejahtera yang tengah
mengalami prahara. Dalam hal ini, Detikcom menampilkan metamorfosis partai.
Detikcom merupakan salah satu media online yang menampilkann berita
secara running news. Dalam hal ini, seluruh pemberitaan di Detikcom selalu
berkaitan. Detikcom menampilkan beberapa upaya yang dilakukan Partai
110
Keadilan dalam memperbaiki citranya di khalayak. Hal tersebut dapat terlihat dari
beberapa pemberitaan perubahan slogan dan metamorfosis partai.
Pada pemberitaan tersebut, Detikcom menempatkan Partai Keadilan Sejahtera
sebagai objek utama pembahasan. Bentuk representasi dari pemberitaan tersebut
ialah Detikcom ingin mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan Partai
Keadilan Sejahtera untuk mempersiapkan pemilu 2014 ditengah kasus yang
melibatkan Mantan Presiden Luthfi Hasan Ishaaq.
Pada penelitian ini, peneliti mengkaji mengenai citra Partai Keadilan Sejahtera
yang terepresentasi oleh sebuah teks. Dalam hal ini, peneliti menggabungkan
antara study teks dengan sebuah kajian fenomenologi. Kajian fenomenologi
adalah sebuah kajian yang berusaha mengamati gejala-gejala sehingga dapat
menggambarkan bagaimana sebuah fenomena atau peristiwa tersebut dihadirkan.
Untuk melihat bagaimana citra Partai Keadilan Sejahtera digambarkan oleh
Detikcom dalam sebuah teks, maka peneliti menggunakan teori performa
komunikatif.
Pada pemberitaan perubahan slogan dan metemorfosis Partai Keadilan
Sejahtera, Detikcom lebih menampilkan rutinitas-rutinitas yang dilakukan oleh
Partai Keadilan Sejahtera. Peneliti menafsirkan bahwa perubahan slogan dan
rutinitas-rutinitas partai yang digambarkan oleh Detikcom memperlihatkan
hubungan komunikasi organisasi yang berada di Partai Keadilan Sejahtera sangat
kuat. Partai Keadilan Sejahtera memiliki kader loyalis yang sangat mengakar. Hal
ini diperlihatkan melalui beberapa kegiatan partai yang dinilai bertujan untuk
memperkuat kesolidan antar kader. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa
indikator yang ditampilkan pada pemberitaan tersebut, seperti pengungkapan
111
kalimat-kalimat, cerita-cerita, hingga rutinitas yang dilakukan secara bersama.
Pada dasarnya dilakukan bertujuan untuk membangkitkan semangat kader dalam
menghadapi pemilu 2014.
Jika melihat relasi yang dibangun pada pemberitaan tersebut, Detikcom lebih
menampilkan sudut pandang dari Partai Keadilan Sejahtera. Pada pemberitaan ini,
Detikcom menampilkan narasumber dari golongan tua Partai Keadilan Sejahtera.
Detikcom ingin menunjukkan sisi lain Partai Keadilan Sejahtera dengan
menampilkan sejarah Partai Keadilan Sejahtera. Dalam hal ini, Detikcom
menyatakan bahwa ingin menunjukkan sisi positif Partai Keadilan Sejahtera yang
tengah terpuruk karena pemberitaan kasus korupsi import daging sapi.
Pada konsep hiperealitas, sebuah media memiliki peran penting dalam hal
membuat simulasi. Pada pemberitaan ini, Detikcom menampilkan angel yang
menampilkan sisi postif Partai Keadilan Sejahtera. Walaupun dilihat dari latar
belakang ide pembuatan berita ini berkaiatan dengan kasus korupsi import daging
sapi. Namun Detikcom berusaha menyajikan pemberitaan yang tidak
menyudutkan Partai Keadilan Sejahtera. Sehingga dalam penyajiannya, Detikcom
memilih untuk mengambil angel dari beberapa metamorfosis yang dialami oleh
Partai Keadilan Sejahtera. Sehingga bila dikaitkan dengan momentum persiapan
pemilu 2014, pada pemberitaan tersebut terkesan adanya pembentukan citra.
Pada proses produksi berita, proses penentuan isu yang akan dimainkan tidak
terlepas dari esensi kriteria layak berita, yaitu berita yang menyangkut
kepentingan orang banyak. Proses lahirnya sebuah berita di Detikcom diawali dari
adanya penentuan isu di rapat redaksi. Dalam hal ini, Detikcom menyebutnya
editorial meeting. Editorial meeting di Detikcom terbagi menjadi dua rapat.
112
Pertama, editorial meeting sore hari, yaitu pada tahap ini, dibahas isu apa yang
akan dibahas diesok hari. Kedua, editorial meeting pagi hari, yaitu pada tahap ini
yang dibahas ialah perkembangan isu dan bagaimana isu itu akan dikembangkan.
Setelah itu, Koordinator lapangan menginformasikan hasil rapat kepada reporter
lapangan. Reporter lapangan akan melaporkan hasil pencarian berita terkait tema
yang telah dibicarakan di editorial meeting. Koordintor lapangan akan
menyampaikan laporan tersebut pada penulis. Setelah itu berita yang telah
dirapikan oleh penulis, diserahkan oleh redaktur pelaksana. Peran redaktur
pelaksana di sini selain sebagai orang yang bertanggung jawab dalam menetukan
isu juga memliki otoritas dalam menambahkan isu yang menarik ditengah-tengah
pemberitaan. Setelah itu, berita yang telah diverifikasi oleh redaktur pelaksana,
diserahkan pada editor. Editor bertugas menerbitkan berita tersebut kepada
khalayak.
Dalam proses produksi berita di Detikcom, ideologi institusi memiliki peran
yang penting. Dalam hal ini, ideologi wartawan tidak mempengaruhi proses
pemberitaan. Sebagai media online, ratting merupakan hal yang penting. Dalam
hal ini, Detikcom memandang makna sebuah ratting ialah sebagai tolak ukur atas
hasil kerja sebuah media. Peningkatan ratting sebuah media tak terlepas dari peran
pembaca setianya. Melalui penyajiann berita yang cepat dan berkualitas,
Detikcom membangun loyalitas pembacanya secara massal. Berdasarkan hal
tersebut, menarik para pengiklan untuk memasang iklan di Detikcom. Sehingga
dapat dikatakan Detikcom tak terlepas pada kepentingan ekonomi.
Pada tahap konsumsi teks, Berkaitan dengan pemberitaan slogan Partai
Keadilan Sejahtera, pembaca menyatakan bahwa perubahan slogan dilatar
113
belakangi oleh adanya kasus yang menimpa Mantan Presiden Partai Keadilan
Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq. Perubahan tersebut dirasa ingin mengubah image
partai. Jika melihat citra Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2014, pembaca
menyatakan adanya penurunan tingkat elektabilitas partai dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Hal tersebut dirasa karena adanya hilangnya rasa kepercayaan
masyarakat terhadap partai tersebut.
Pada tahap sociocultural, pemberitaan ini dapat dikategorikan kedalam level
situasional. Pemberitaan ini dibuat karena dilatar belakangi oleh adanya
perubahan image Partai Keadilan Sejahtera usai adanya kasus korupsi yang
menjerat Luthfi Hasan Ishaaq. Detikcom berusaha menampilkan pemberitaan
yang berbeda mengenai Partai Keadilan Sejahtera. Pemberitaan tersebut dilihat
dari sudut pandang upaya penyelamatan partai jelang pemilu 2014. Pemberitaan
tersebut hadir karena situasi pada saat proses produksi berita tersebut merupakan
saat dimana persiapan partai untuk menghadapi Pemilu Legislatif 2014.
114
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran peneliti
terhadap penelitian. Kesimpulan dan saran ini tersebut merupakan hasil
pengamatan peneliti terhadap subjek dan objek penelitian selama beberapa bulan
ini.
A. Kesimpulan
Pada pemberitaan perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera, Detikcom
menjelaskan bagaimana Partai Keadilan Sejahtera mempersiapkan Pemilu 2014.
Hal ini ditunjukkan dengan perubahan slogan yang awalnya ‘bersih, peduli dan
profesional’ menjadi ‘cinta, kerja dan harmoni’. Pada pemberitaan tersebut,
digambarkan bahwa melalui slogan tersebut, Partai Keadilan Sejahtera
menawarkan sebuah suasana politik yang lebih menyenangkan. Sehingga
diharapkan dengan menerapkan slogan tersebut, Indonesia akan menjadi negara
yang harmonis. Tak hanya itu saja, dalam pemberitaan ini, Detikcom
menghadirkan rekam jejak Partai Keadilan Sejahtera. Pada pemberitaan ini, Partai
Keadilan Sejahtera digambarkan memiliki kader loyalis yang kuat. Perubahan
slogan dan rutinitas-rutinitas Partai Keadilan Sejahtera merupakan upaya partai
untuk mempererat kesolidan antar kader. Upaya-upaya tersebut dapat terlihat dari
beberapa kegiatan rutin partai yaitu senam bersama, pengajian bersama, kegiatan
sosial sepeti pembagian takjil di bulan Ramadhan hingga bank sampah.
Pada discourse practice, tahap produksi berita di Detikcom dalam penentuan
isu yang akan dihadirkan berasal dari rapat redaksi yang disebut editorial meeting.
115
Editorial meeting di Detikcom terbagi menjadi dua tahap, yaitu, editorial meeting
sore dan editorial meeting pagi. Terkait mengenai pemberitaan Partai Keadilan
Sejahtera, latar belakang adanya berita ini karena Detikcom melihat adanya
perubahan image yang ingin dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera usai kasus
korupsi yang menimpa Luthfi Hasan Ishaaq. Dalam proses produksi berita,
ideologi wartawan tidak dapat mempengaruhi. Dalam hal ini, ideologi institusi
memiliki peran penting dalam proses produksi pemberitaan. Ratting merupakan
hal terpenting bagi media. Dalam hal ini, Detikcom memandang arti penting
ratting sebagai tolak ukur atas sebuah media. Melalui penyajian berita yang cepat
dan berkualitas, Detikcom membangun pembaca loyalis secara massal. Melihat
hal tersebut, menarik pengiklan untuk bekerjasama dengan Detikcom.
Pada tahap konsumsi teks, pembaca menyatakan bahwa perubahan slogan
tersebut terjadi karena adanya perubahan image. Hal ini terkait dengan kasus yang
menimpa Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq.
Pembaca menyatakan adanya penurunan citra partai di pemilu 2014. Hal tersebut,
karena Partai Keadilan Sejahtera kehilangan kepercayaan masyarakat.
Pada tahap sociocultural, pemberitaan ini termasuk kedalam level situasional.
Hal tersebut dilatar belakangi oleh adanya perubahan image partai usai kasus
korupsi yang menimpa Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan
Ishaaq. Berdaasarkan momentum pemilu 2014, Detikcom mengambil sudut
pandang pemberitaan berdasarkan upaya penyelamatan partai untuk menghadapi
pemilu 2014.
116
B. Saran
1. Saran Akademis
Diharapkan terdapat penelitian yang menyoroti mengenai Partai Keadilan
Sejahtera dari sudut pandang yang berbeda. Sebagian besar penelitian yang
berkaitan dengan Partai Keadilan Sejahtera dirasa terkait mengenai kasus
hukumnya saja.
2. Saran Praktis
Peneliti berharap bagi Detikcom dapat meningkatkan kualitas dalam
menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pembaca. Selain itu, diharapkan
pula agar Detikcom tetap menjaga keprofesionalan dan independensi dalam
melihat sebuah peristiwa, sehingga dapat menjaga keobjektifan dalam
menyajikan sebuah berita bagi pembacanya.
Bagi pembaca, peneliti berharap untuk lebih kritis dalam menyikapi
pemberitaan yang dihadirkan oleh media, khususnya media online. Dalam hal
ini, pembaca diharapkan agar mencari lebih banyak informasi dari berbagai
sumber, tidak hanya terpaku pada media online saja. Sehingga pembaca dapat
memperluas pandangan dalam menilai sebuah peristiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Alfian, Alfan. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Baran, Stanley J dan Dennis K Devis. Teori Komunikasi Massa Edisi 5. Jakarta:
Salemba Humanika, 2010.
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Prima Grafika, 2008.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana, 2010.
Echols, John M dan Hasan Sadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia,
2005.
Eriyanto. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKIS Group, 2011.
Fairclough, Norman. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of
Language. United State: Longman Publishing, 1995.
. Kesadaran Bahasa Kritis. Semarang : IKIP Semarang
Press, 1995.
Haryatmoko. Etika Komunikasi. Yogyakarta : Kanisius, 2007.
Hasan, Iqbal. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia,
2002.
Heryanto, Gun Gun. Dinamika Komunikasi Politik. Jakarta: PT Lasswell
Visitama, 2011.
. Komunikasi Politik di Era Industri Citra, Jakarta: PT
Lasswell Visitama, 2010.
Kritantono, Rachmat . Teknik Praktis Riset Komunikassi : Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relatition , Advertising, Organisasi, Komunikasi
Pemasaran. Jakarta: Kencana, 2007.
Liliweri, Alo. Strategi Komunikasi Masyarakat. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta,
2010.
Littlejohn, Stepen dan Karen Foss. Teori Komunikasi (Theories of Human
Communication). Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1997.
Morissan. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Nasrullah, Rulli. Cyber Media. Yogyakarta: Idea Press, 2013.
Nimmo, Dan. Komunikasi Politik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Nurudin. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Prastowo, Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Piliang, Yasraf Amir. Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies atas Matinya
Makna. Bandung : Jalasutra, 2004.
. Post Realitas; Realitas Kebudayaan dalam Era Post-
Metafisika. Yogyakarta: Jalasutra, 2004.
Rakhmat, Jalaluddin . Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2008.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2012.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
West, Richard dan Lynn Turner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika,2009.
Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Bogor :Ghalia Indonesia, 2010.
Zaenuddin, HM. The Journalist. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2011.
Artikel :
Asian Intelligence An Independent Fortnightly Report on Asian Business and
Politics, “Internet and Social Networking as Forces for Political Change”,
23 Februari 2011.
Skripsi :
Rosyadi, Dede. “Konsep Budiono Darsono Tentang Jurnalisme Online di
www.Detikcom.com.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
Website :
Angling Adhitya Purbaya, “Hilangkan Kata 'Bersih', PKS Ganti Slogan Jadi
'Cinta, Kerja, & Harmoni‟,” Detikcom, Jumat, 19April 2013
Idham Khalid dan Firda Putri Agustin, “Berganti Nama, Partai Dakwah Menuai
Berkah”, Detikcom, Selasa, 23 Juli 2013
Idham Khalid, “Dana Partai Patungan, Atau dari Asing?”, Detikcom, Selasa, 23
Juli 2013
http://www.pkspiyungan.org/2013/04/menakar-efektifitas-tagline-baru-pks-
by.html
http://www.rumahpemilu.com/public/doc/.pdf
http://dapur.detik.com/inside/1/redaksi#
lsn07.com
lsi.or.id
poltracking.com
www.alexa.com
Wawancara :
Wawancara pribadi dengan Sekertaris Bidang Humas, Dedi Supriadi, Jakarta,04
Juni 2014
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni
2014
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno,
Jakarta, 10 Juni 2014
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon,
Jakarta, 16 Juli 2014
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini , Purworejo 27
Juni 2014
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon,
pada 14 Juli 2014
Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta,16
Agustus 2014
Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21
Agustus 2014
Sumber lain :
Company Profile Detikcom.
Company Profile Annual Report PT Agranet Multicitra Siberkom.
Company Profile Organization Chart-PT Agranet Multicitra Siberkom
Wawancara dengan Sekertaris Bidang Humas Partai Keadilan Sejahtera,
Dedi Supriadi di Kantor DPP Partai Keadilan Sejahtera pada tanggal 04
Juni 2014 pukul 11.00-12.00 WIB
1. Berkaitan dengan slogan PKS, seberapa penting arti slogan untuk PKS?
Slogan itu kan turunan praktis dari visi dan misi ya, jadi visi kita tuh ga terlalu
banyak berubah yaitu untuk Indonesia yang madani, adil dan sejahtera ya
dalam naungan NKRI. Kalau slogan itu kan temuan hasil temuan dari hasil
olah lapangan kita tentang persepsi dan ekspetasi publik tentang PKS.
Misalnya tahun 2003 kan slogan kita bersih dan peduli, kemudian bersamaan
dengan waktu ekspetasi masyarakat itu kan berubah tidak hanya bersih dan
peduli saja, tapi juga PKS juga bisa professional dalam kerja-kerjanya dan
Alhamdulillah kan pada periode itu kita mulai menempatkan kader-kader kita
bukan hanya di legislatif saja melainkan di tingkat eksekutif, seperti menjadi
kepala-kepala daerah, mereka juga punya tuntutan tidak hanya bersikap bersih
dan peduli saja melainkan harus professional. Kemudian meningkat di
periode-periode berikutnya, tapi kita tidak pernah secara spesifik setelah
bersih, peduli, professional itu menjadi sebuah slogan. Kemudian setelah
adanya kasus itu kepada Presiden PKS, kita melihat bahwa, terutama dari
Presiden dan Pimpinan melihat bahwa politik itu adalah sebuah permainan
yang berbahaya, orang dibuat takut pada politik, orang kalau berpolitik bisa
datangkep dipenjara, walaupun kasusnya ga jelas, gitu. Seberapa dalam kasus
itu kan, yang di limpahkan kepada Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq itu kan
tidak ada kerugian negara, tidak ada perubahan kebijakan di Depatemen
Pertanian, dari Departemen Pertanian kita tidak membuka keran import,
karena itu uang dari swasta untuk orang swasta tidak ada juga operasi tangkap
tangan yang membuktikan pak Luthfi Hasan menerima uang, kita
menyimpulkan bahwa politik merupakan salah satu aktivitas yang berbahaya
bagi orang. Makanya kemudian PKS mengeluarkan slogan cinta, kerja dan
harmoni bahwa aktivitas-aktivitas kita itu didasarkan atas dasar cinta, cinta
terhadap bangsa ini, kepada rakyat Indonesia. Dilakukan dengan kerja-kerja
yang riil di tengah masyarakat maupun dalam mengambil kebijakan yang tepat
bagi rakyat, dan juga menciptakan harmoni bukan menciptakan rasa curiga,
permusuhan dan sebagainya. Dengan slogan tersebut kita berharap elit politik
bisa mengembalikan politik tersebut kepada rel nya sebgai aktivitas adi luhur
untuk menyejahterakan bangsa sementara rakyat dapat melihat politik itu
adalah sebuah hal yang fun, menyenangkan dan juga tidak berbahaya.
2. Akhir-akhir ini PKS tengah dirundung prahara, apa tanggapanya?
Saya luruskan pak Luthfi tidak tertangkap tapi ditahan oleh KPK dalam
sebuah aktivitas yang menurut PKS itu belum clear kasusnya hingga
sekarang, dan itu dibuktikan dengan persidangan pra peradilan, 2 hakim
menolak pengadilan tehadap Pak Luthfi dalam case tindak pidana pencucian
uang dan dalam pengambilan keputusan 2 hakim dalam 5 hakim itu menolak.
Itu adalah rekor dalam persidangan tindak pidana korupsi ada persidanga
dimana kasus itu di dissenting opinion oleh dua hakim dari lima hakim. Hal
ini menunjukan bahwa kasus ini tidak clear . kalau dalam pandangan kami ya,
ketika hal itu terjadi, itu kita pisahkan kasus hukumnya itu kita serahan pada
pihak berwenang, dalam hal ini KPK, karena kalau dibilang kami meawan
kan, tentunya tiadk akan kami serahkan Pak Luthfi diambil di kantor DPP
dalam satu case yang belum jelas juga. Tapi kan kami tidak melakukan
perlawanan. Karena itu kan kasus yang menimpa personal kemudian kita
serahkan urusan itu kepada team pengacara yang membela beliau, PKS nya
kan ga ada masalah. Walaupun dalam persidangan dikait-kaitkan namun tak
pernah terbukti, adanya kaitan PKS dalam kasus tersebut. yang ada ialah
upaya untuk mengkait-kaitkan, membangun opini kemudian membangun
persepsi di tengah masyarakat via media bahwa PKS ada kaitannya dengan
kasus tersebut dan kalau dilihat juga masyarakat juga dapat menilai
kejanggalan kasus tersebut untuk suatu kasus yang dalam operasi tangkap
tangan yang hanya menemukan 1 Milyar yang bukan pada tersangka Luthfi
Hasan Ishaq ditemukannya juga, tetapi Luthfi Hasan Ishaq harus dihukum
vonis 16 tahun. 16 tahun itu sangat jauh berbeda dengan kasus-kasus hukum
sebelumnya kepada politisi-politisi lainnya, kepada birokrat-birokrat lainnya
dan padahal Pak Luthfi misalnya tidak ada kaitannya misalkan pada hal yang
terkait kasus tersebut yang berkaitan dengan Kementrian Pertanian yang ada
dalam DPR itu dalam komisi empat. Kemudian Pak Luthfi itu adalah anggota
DPR dari Komisi 1, jadi kejanggalan-kejanggalan itu sangat bisa dilihat
dimasyarakat. Jadi kita dari pengurus partai telah menyadari bahwa ini adalah
politisasi sebuah kasus hukum walaupun secara hukum kami menyerahkanya
pada pihak berwenang, tapi mencoba menerangkan pada kader bahwa hal itu
sangat mungkin saja terjadi ditengah perkembangan PKS yang memang waktu
itu PKS yang sedang bagus-bagusnya di survey-survey. Kemudian miasalnya
pengurus dan kader tidak perlu mengkhawatirkan kasus tersebut. karena kasus
itu selain kental bau rekayasanya, ternyata juga menimpa kepada salah satu
kader kita, dan kita telah memisahkan kasus hukum tersebut dari PKS,
terbukti dengan Pak Luthfi langsung mengundurkan diri dari partai,
keesoakannya mengundurkan diri dari Anggota DPR. Sehingga tidak ada
kaitannya lagi dengan PKS. Yang ada memang adanya pembangunan persepsi
tentang PKS di jalur media, kalau dari kita seperti itu.
3. Darimana ide gagasan pembuatan slogan baru PKS “cinta, kerja, dan
harmoni”? Siapa penggagasnya?
Tadi saya kira merujuk yang pertama tadi ya, jawabannya bisa diputar ulang
lagi. Jadi memang gagasan awalnya itu dari Presiden Partai yang baru Pak
Anis Matta.
4. Mengapa diadakan perubahan slogan? Apakah ada perubahan?
slogan itu kan menjawab harapan dan menurunkan visi. Jadi menurunkan visi
ketingkat lebih riil menjawab harapan dari luar. Ketika itu visi kita
membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang madani, sejahtera, adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dibawah naungan NKRI itu saat itu
membutuhkan beberapa hal, yaitu kondisi politik yang stabil, yang tidak
membahayakan bagi rakyat dan elit politik dalam membangun sistem
kebangsaan, nah itu dasarnya. Ini juga salah satu visi kita, bagaiamana caranya
membangun masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera kalau politiknya
carut marut, jadi kita butuh tiga hal tersebut.
5. Apakah ada kaitannya antara rebranding slogan dengan kasus
sebelumnya?
Kami tidak menghilangkan bersih, peduli, professional. Kalau dilihat case kita
yang masuk KPK terkait dengan kader kita itu seinget saya dua, Misbahun,
yang mengundurkan diri dari anggota DPR dan anggota PKS, sehingga dia
bukan anggota PKS lagi, dan yang kedua Luthfi Hasan Ishaq yang ditimpakan
kasus tersebut, dengan segala kejanggalannya. Sehingga dalam hal ini peneliti
juga harus memeliki wawasan yang lebih dalam dan lebih luas juga saya kira,
untuk melihat segala persoalan itu tidak hanya dalam kerangka yang dibuat
oleh media, bahwa kita merebrand itu untuk menutup bersih, peduli,
professional. Kami tidak pernah menghilangkan bersih, peduli, professional.
Kalau ada sejak tahun 1999 sampai 2012 atau 2013 kemarin, kita punya lebih
dari 100 angota DPR RI, lebih dari 1500 anggota DPRD kemudian ada satu
kasus, dan itu tentu satu hal yang secara statistik memang bisa dibandingkan
denga partai lainnya. Dan ternyata dalam versi ICW pun indeks korupsinya
yang paling tinggi itu PDI Perjuangan, yang paling banyak juga PDI
Perjuangan, dan kita termasuk paling akhir. Artinya kita tidak punya masalah
dengan brand bersih, peduli, professional dan itu tetap adalah etos yang kita
pertahankan. Sehingga kalau kepala daerah kita ada yang pernah kasus itu,
silahkan di cek, ternyata tidak ada. Mungkin ada yang pernah kena waktu dia
menjabat sebagai kepala daerah, itu pun kasus sebelumnya, dan itupun
dinyatakan bebas murni di Mahkamah Agung, itu adalah Wakil Walikota
Bogor atau anggota DPRD Bogor itu juga bebas murni. Bahkan Misbahun pun
bebas murni yang bekas anggota PKS itu pun ya. Jadi kita juga berharap
peneliti juga cermat dalam menghadapi kasus ini tidak hanya melihat satu
framing media. kalau kita kan juga bisa membaca jika framing itu diciptakan
untuk membuat PKS luntur citranya ditengah masyarakat. Tetapi dengan
pendidikan politik juga dalam masyarakat juga teryata terbukti indeks partai
politik yang paling korup itu, PKS jauh dibawah, indeks prestasi juga bisa
kirimkan jika nanti mau melihatnya, dan itu merupakan data hasil olahan ICW
dan juga KPK. Kemudian dari segi jumlah politisi yang terkena kasus korupsi,
PKS terbukti paling rendah. Jadi ini menjawab kebutuhan saat ini, dimana kita
melihat politik itu menjadi suatu ajang aktivitas yang berbahaya buat mereka
yang menjalaninya, karena mereka bisa ga melalukan apa-apa, namun mereka
bisa dipenjara, hanya karena kepentingan politik tertentu, misalnya menggedot
PKS dari titik sini ke titik bawah, itu kan sangat mungkin. Dan disitu tidak ada
kompetisi kerja, disitu juga tidak ada cinta dan juga dis harmoni. Merusak
kepercayaan dengan cara seperti itu. Orang korupsi yang ratusan milyar dan
itu hanya dihukum hanya 8 tahun bahkan 4 tahun, semetara diduga menikmati
uang korupsi dan tidak terbukti dalam operasi tangkap tangan kemudian
dihukum 16 tahun misalnya. Sementara ada kasus yang meugikan negara
hingga 6,3 Terliyun Rupiah, yaitu Century, hingga saat ini ga jelas. Nah hal
ini merusak harmoni ditengah masyarakat. Kita ingin menjawab hal itu,
dengan kerja-kerja kita ingin membangun harmoni di masyarakat, bukan
merusak. Termasuk masukan-masukan kita kepada KPK adalah agar KPK
tidak bekerja atas pengaruh-pengaruh politik, atas pesanan-pesanan atau
sebagainya. Kita tahu sehari sebelum penangkapan Pak Luthfi Hasan Ishaq
kan duta besar Amerika Serikat juga datang ke Kantor KPK, nuansa pesanan
kan juga bisa terbaca, walaupun secara resmi hal itu dibantahkan, tapi kan
masyarakat bisa melihat itu semua itu, “oh jadi ini pesanan” gitu. Kita sih ga
menuduh, tapi masyarakat yang menilai seperti itu juga jangan disalahkan
dong. Karena Yang menciptakan dis harmoni itu kan bukan kita tapi yang
diluar-luar sana, termasuk misalnya, media-media yang miliki kepentingan
para pemiliknya, membuat agenda tersendiri atas setiap kejadian politik di
Indonesia dan itu kan ga bisa diingkari bahwa media bebas nilai, media bebas
kepentinga, dan media bebas pengaruh. Ga mungkin media itu bebas
pengaruh, media bebas opini dan sebagainya. Mereka punya kepentingan
semua. Dan pendidikan ini harus sampai kepada masyarakat.
6. Kemudian makna apa dari ketiga kata tersebut? Cinta? Kerja?
Harmoni?
Kita menginginkan masyarakat Indonesia itu menumbuhkan kecintaan
terhadap tanah air ini lebih dari apapun, bahwa kecintaan terhadap tanah air
ini ditunjukan sebagai ibadah. Orang Indonesia, umat yang beragama di
Indonesia, bahwa kecintaan terhadap tanah air merupakan sebuah pahala
dimata Tuhan, sehingga tidak ada kesalahpahaman bahwa kecintaan tanah air
menghalangi keberagamaan, atau menghalangi yang lainnya. dan hal ini juga
menunjukan bahwa PKS menunjukan segala hal tersebut berdasarkan
kecintaan terhadap bangsa dan tanah air. Kemudian kita melakukannya
dengan kerja-kerja riil. Kita ingin membangun semangat kerja. partai politik
juga biisa bekerja secara nyata. Dalam bentuk sederhana pun mereka
melakukan kerja legislasi ketika terpilih membuat perundang-undangan yang
memihak pada masyarakat. Masyarakat juga harus di didik untuk mengecek
rekam kerja anggota DPR RI, bagaimana kerja-kerja anggota DPR RI, mana
anggota dewan yang rajin dan yang bolos dalam persidangan, itu kan
masyarakat jadi tidak instant menilai. Jadi tidak melihat dari judul-judul berita
di media saja. dan yang ketiga itu adalah harmoni, masyarakat ditengah
lembaga-lembaga negara membangun rasa kepercayaan.
7. Apakah tiga kata tersebut dapat menjadi representasi PKS kedepannya?
Pada saat itu cukup, tapi pada saat kedepannya tentunya kita akan mengikuti
tuntutan ekspetasi dan juga visi yang harus lebih membumi sesuai dengan
kebutuhan bangsa saat itu. Pada saat kampanye kan kita sudah ganti, yaitu
“gelorakan semangat Indonesia”. Udah tidak adalagi tuh cinta, kerja, harmoni.
Cinta, kerja, harmoni itu usianya hanya sekitar 6 hingga 8 bulan saja, ya lebih
tapatnya 6 bulan. Setelah itu kita berubah menjadi “gelorakan semangat
Indonesia”. Perubahan tersebut dikarenakan adanya kebutuhan. Kebutuhan
disaat itu ialah membangkitkan lagi semangat Indonesia ya, yang mungkin
telah terkotak-kotak dalam piliha-pilihan politik, terkotak-kotak dalam
kelompok-kelompok, jadi kita mengusung “gelorakan semangat Indonesia”.
Semangat sebagai bangsa Indonesia.
8. Menurut anda, tindakan apa yang telah dilakukan oleh PKS berkaitan
dengan pemaknaan tiga kata tersebut?
Kita pada saat itu langsung mengintruksikan kader untuk menyerahkan kasus
tersebut ke ranah hukum, kita tetap bekerja melayani masyarakat. Makanya
ditengah itu pun kita mengeluarkan slogan lain jadi jalan berbarengan dengan
cinta, kerja, harmoni. cinta, kerja, harmoni mungkin sekitar 4 bulan
kemudian diikuti dengan slogan baru yang berjalan bersamaan, yaitu “lebih
dekat dan melayani”. Ini kan bagian dari penarikan kita dari kenyataan di
lapangan bahwa kita PKS merupakan partai politik yang kader-kadernya
memang berada dekat dengan masyarakat. Dan selalu memberikan pelayanan
kepada masyarakat, dan itu kita sampaikan kepada masyarakat bahwa kita
ingin membangun cinta, kerja dan harmoni dan kita ada bersama mereka, kita
dekat dengan mereka dan kita melayani mereka. Jadi disini ketemu.
(kesimpulannya: PKS mengeluarkan slogan atas dasar kondisional).
9. Nilai-nilai apa yang ingin disampaikan oleh PKS melalui tiga kata
tersebut?
Mengulang yang tadi, membangkitkan rasa cinta kepada bangsa ini,
menyemangati bangsa ini agar bekerja karena kecintaannya itu dan
membangun harmoni karena kita menyadari kan bahwa Indonesia ini kan
bangsa yang Bhineka, yang beragam-ragam, sehingga keragaman tersebut
harus disadari sebagai suatu kekayaaan bukan sebagai suatu potensi yang
memicu pecah belah.
10. Apakah perubahan slogan tersebut adalah salah satu strategi untuk
mengembalikan citra PKS di pemilu 2014?
Kami merasakan memang penting dalam meningkatkan kapasitas partai ini,
jadi tidak sekedar pencitraan seperti itu atau karena framing dari media
mainstream kepada PKS terhadap kasus tersebut. kami juga memiliki agenda
yang ingin kami tawarkan kepada masyarakat. Agenda itu terus berjalan
walaupun ada atau tidaknya kasus tersebut. Pencitraan itu kan bisa jadi
memang terpengaruh dari pemberitaan di media tetapi yang bisa menjawab
pencitraan itu benar atau salah adalah kerja-kerja kader kita di lapangan. Jika
melihat hasil kita di lapangan perolehan 7,8% menjadi 6,9%, saya kira,
pengamat juga harus mengakui tidak terlalu signifikan ya pengaruhnya untuk
PKS di penurunan tersebut. akhirnya masyarakat juga menilainya kinerja dari
partai politik itu sendiri.
11. Mengutip dari detikcom, adakah yang berubah dari PKS usai
menanggalkan slogan terdahulu?
Kita tidak menanggalkan slogan terdahulu, itu merupakan bagian dari etos
kerja, kita menjawab kebutuhan zaman itu dengan slogan-slogan yang baru,
yang lebih up to date, yang lebih mengena pada konstituen kita. Namun yang
namanya etos atau semangat itu tidak akan hilang, bersih, peduli, professional
itu akan tetap menjadi dasar. Hal itu dibuktikan dengan terpilihnya kembali
Gubernur Jawa Barat, yang artinya bahwa masyarakat percaya bahwa
Gubernur Jawa Barat itu professional.
12. Pencapaian seperti apa yang ingin diraih oleh PKS melalui perubahan
slogan tersebut di Pemilu 2014?
Kami sudah tanggalkan sebelum pemilu ya, itu kan fase-fase hard politic
(politik keras) dimana upaya untuk menjegal satu sama lain teras sekali,
membuat kondisi flat menjelang pemilu. Semua berada di garis start yang
sama, tidak ada yang jalan duluan. Hal itu terbukti dengan hasil pemilu yang
dirasa flat. Perolehan partai pemenang dengan partai yang lolos parlementer
thereshold itu hanya kisaran 13 point saja dari 5 ke 18, artinya flat, ini adalah
situasi yang pernah terjadi di tahun 1955 ya, setelah itu kan lumayan lah besar.
Dari sejak 1999 sudah mulai flat. Kami sih merasa ini merupakan tiitik tolak
awal bagi PKS untuk bekerja lebih baik 5 tahun kedepan dan membuktikan
PKS lebih baik dari partai-partai lain.
13. Seberapa yakin anda dengan perubahan slogan tersebut, PKS dapat
meraih suara di pemilu 2014? Apa alasannya?
Jadi kalau melihat dari kinerja partai 4 bulan setelah kejadian, dan kita
melaunch slogan tersebut kan ternyata kita ga banyak pengaruh dan kita bisa
tetap menang di Jawa Barat, dan ituu kan kejadiannya setelah penangkapan
Pak Luthfi. Kita 2 minggu kemudian menang di Sumatera Utara. Kemudian
kita bisa menang di beberapa Pilkada, seperti di Padang, Paya Kumbuh, atau
yang berkoalisi dengan partai-partai lain seperti di Papua, Sulawesi Tenggara
dan terakhir Maluku Utara. Ternyata kasus tersebut ga berpengaruh di
lapangan. Sehingga kita merasa upaya menenangkan kader dengan slogan
tersebut rupanya sangat berhasil, kinerja partai tidak bertambah buruk justru
semakin membaik, hal ini dibuktikan dengan kemenangan kader-kader kita di
Pilkada. Kemudian kita langsung switching antara dengan menambahkan
“lebih dekat dan melayani” kita menguatkan dengan hastag dilapangan
“apapun yang terjadi kami tetap melayani”, dan itu ternyata membuat prediksi
para pengamat yang katanya survey sungguh-sungguh itu terjungkir balik
sampai saat terakhir, kompas, LSI atau apapun tetap bertahan diangka 2%,
CSIS pun juga . ternyata saat pemilu kita mendapatkan 6,9%. Saya kira
evaluasi bukan untuk kami melainkan bagi lembaga-lembaga survey tesebut.
Saya kira malu juga ya, seharusnya lembaga-lembaga survey tersebut pensiun
karena kegagalan yang sangat fatal dalam teknologi survey, survey itu kan
saintific kalau sampai rentangnya 4% dari survey mereka itu berarti ada yang
gagal dari survey mereka itu dalam metodologi, dalam pengambilan apapun
dan orang-orang riset lebih tahu. Itu patut dibuatkan skripsi atau tesis,
kegagalan lembaga-lembaga survey, menurut saya.
Wawancara dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dany Sutrisno
di Kantor Detikcom, Gedung Aldevco lantai 2 pada pukul 13.00 -13.25
1. Bagaimana alur pemberitaan di detikcom hingga ke khalayak?
Alur pemberitaan detikcom hingga ke khalayak ada beberapa cara,
pertama, laporan dari reporter, jadi ada peristiwa atau diskusi atau
deklarasi atau sejenis itu atau debat capres, atau konfrensi press. Peristiwa
itu akan diambil oleh reporter kita, kita akan mengirim reporter kita
kesana. Kemudian dia akan melaporkan ke kantor. Ada beberapa cara
reporter dalam melaporkan ke kantor, yang pertama melalui telepon. Detik
itu mengendalkan laporan via telepon untuk berita-berita yang harus cepat
sampai kantor. Laporan akan di ambil alih oleh editor atau langsung oleh
saya. Tapi biasanya melalui editor akan bilang ke saya. Editor melaporkan
secara terstruktur kepada saya. Laporan masuk ke editor. Kemudian oleh
editor diserahkan ke penulis, sama penulis laporan di tulis. Kemudian dari
penulis ke editor untuk diedit. Dari editor masuk ke keranjang berita.
kemudian dipublikasikan, itu dari reporter. Bila ada wawancara politik
dengan narasumber, narasumberr kita hubungi dan kita mintai pendapat
mereka mengenai topik yang akan dibahas. Kemudian kita tulis pendapat
mereka. Kita bikin berita analisis dari pengamat. Itu untuk politik. Kalau
untuk peristiwa pun juga harus seperti itu. Kita bisa tanyakan melalui
telepon pada narasumber yang kompeten terhadap peristiwa itu. Ada
banyak cara mendapatkan berita, kita bisa ambil dari website KPU, atau
dari sumber yang terpercaya lainnya. Itu pengambilan berita.
2. Apakah saja kriteria berita yang layak dan tidak layak untuk
diterbitkan?
Sebenernya kriteria berita yang layak dan tidak layak di setiap media itu
sama. Cuma lebih spesifik bila di media online itu kita butuh lebih, karena
pembaca media online itu memiliki karakteristik khas tersendiri. Menurut
saya, dia menyukai berita yang lebih simple, berisi cerdas dan padat. Jadi
itu merupakan sesuatu yang menarik dan lengkap infonya tapi tidak telalu
panjang seperti cetak. Berita online biasanya memiliki standar tersendiri,
yang Pertama itu menarik, setiap media pastinya memberitakan hal yang
menarik. Kedua, terbaru atau up to date, jadi tidak hanya menarik, berita
itu harus terbaru. Selain itu, berita itu harus memiliki efek ke banyak hal
dan bisa diteruskan istilah kami di running. Berita di Detik tidak pernah
berdiri dari satu berita saja tetapi selalu berbuntut. Pokoknya berita di
online tidak bisa berdiri sendiri seperti di cetak. Kemudian berita di online
kadang membutuhkan sesuatu yang bombastis. Dulu detik juga
menerapkan hal seperti itu, tetapi itu dulu. Saat ini Detikcom telah
meninggalkan berita-berita bombastis. Kita sepakat untuk naik kelas. Kita
sepakat untuk memberitakan pemberitaan yang faktual, keren, bahasanya
ngelead banget gitu. Kita tidak mengutamakan sesuatu yang bombastis.
Misalnya pengambilan judul. Kita bermain cantik, kita tidak bermain
jorok, dan kita menghindari polemik atas narasumber. Pokoknya selama
kita ada bukti kita maju, kalau tidak ada bukti kita sabar. Misalnya gini,
ada media yang memberi judul „Teamses Jokowi diam-diam bertemu
dengan Komjen Gunawan‟.memang itu bombastis dan pasti semua orang
baca, namun kita sabar dan mencari data faktual, hingga akhirnya kita
menemukan keterangan dari Budi Gunawan. Kita memberi judunya pun
„Budi akui temui Teamses Jokowi‟, kemudian beritanya kita running dan
ternyata itu bukanlah berhubunagn dengan politik. Toh sama kan fakta
yang disajikan sama, ini hanya masalah angel bagaimana media itu
memandang sebuah berita. Isunya sama, media online itu biasanya isunya
ya gitu-gitu, mereka akan ikut apa yang kita mainkan. Tapi mereka
memiliki cara untuk melangkahi kita, agar mereka dibaca. Orang biasanya
baca Detik dari judul. Terkadang orang berpikir sepintas berita kita sangat
padat, berisi. Dan itu dapat tergambar dari judul. Terkadang saya sebagai
redpel poltik membuat judul sebagai misteri. Misalkan, „saat mengenang
Jokowi dan Prabowo menggunakan baju kotak-kotak‟. Disitu saya
menceritakan serupa mengenai feature politik, sehingga itu menarik, tidak
kalah menarik dari berita lain. Sehingga Judul itu adalah nyawa dibalik
berita, selain isu yang ada didalamnya. Kalau aku pernah bilang ke anak-
anak, kalau kamu punya isu, isu itu adalah titik awal sebuah berita politik.
kuncinya di Isu. Tetapi kalau kamu mau buat berita, pertama buatlah judul,
ketika kamu tidak bisa bikin judul, kamu juga ga bisa bikin berita, karena
kamu tidak akan tahu bagaimana berita itu jadinya. Saya selalu begitu,
ketika judul ketemu, kamu bisa tersenyum dan dapat meneruskan judul itu.
Karena dalam menulis sebuah karangan kan, judul itu yang paling awal.
Untuk 5W+1H, sangatlah penting di semua media. ada beberapa media
yang berani menulis sumber. Tetapi menulis sumber itu mempertaruhkan
karir, martabat dll seorang rsdaktur. Karena menulis sumber itu biasanya
adalah seorang redaktur atau orang yang dipercaya sama boss. Karena
mereka sudah conform. Misalnya di detik menaikan berita, “akan ada satu
menteri yang menjadi tersangka”. Akhirnya benar Suryadharma kemarin.
Kita sudah tulis 3 hari sebelumnya. Sehingga hal tersebut hanya bisa
ditulis oleh mereka yang punya kredibilitas tinggi dan reputasinya sudah
tidak diragukan lagi. Kalau anak baru itu tidak bisa. Karena resikonya itu
akan dibacakan. Bila dalam etika jurnalistik itu ada dalam menulis berita
itu ada takaran-takarannya, salah satunya 5W+1H. kita selalu
mencantumkan unsur 5W+1H. 5W+1H merupakan unsur yang selalu kita
pegang erat. Harus ada dalam sebuah berita. Biasanya Detik memasang itu
pada alinea kedua atau ketiga. Kemudian kita sampaikan detailnya dengan
menyantumkan unsur bagaimana, apa dll. 5W+1H merupakan pelajaan
dasar yang tidak pernah dilupakan dalam kejurnalistikan. Kalau itu saja
tidak mengerti. Bagaimana mau jadi wartawan.
3. Siapa saja yang hadir dalam rapat redaksi tersebut?
Kita ada rapat namanya editorial meeting. Editorial meeting itu setiap hari
pada waktu sore dan setiap pagi. Detikcom itu salah satu media yang
editorial meeting nya paling banyak. Kita itu lebih banyak dari CNN. Jadi
kita editorial meeting setiap jam 08.00 pagi dan jam 17.00 sore. Editorial
meeting sore hari (misalnya sore ini) membahas evaluasi hari ini dan isu
apa yang akan dikembangkan besok. Editorial pagi hari membahas
pergerakan isu terakhir dan dikaitkan dengan isu yang akan kita mainkan
siang harinya. Dalam politik semua sangat dinamis. Itu dihadiri oleh
semua redaksi dari setiap kanal. Disitu, seluruh redpel akan memaparkan
isu apa yang akan ditampilkan, isu apa yang menarik, dan bagaimana yang
strategis untuk dilanjutkan dihari itu dan rencana kedepannya. Jadi setiap
kanal kita tahu isu apa yang akan ditampilkan, disitu kita bisa saling share,
kritik. Dan rapat itu dipimpin langsung oleh Pemimpin Redaksi, Pak
Arifin Arshyad, terkadang Direktur Utama juga datang.
4. Apa saja yang dibahas dalam rapat redaksi tersebut?
Isu yang panas dan sedang berkembang, isu yang akan dikembangkan dan
hal-hal penting. Pemimpin Redaksi kita itu sangat demokratis, sehingga
kita selalu diajak diskusi tentang banyak hal. Misalkan, topik hari ini debat
capres, mau gimana pemberitaan kita, mau seperti apa gaya berita kita,
apakah kita akan sorot gaya saja, apakah kita akan soroti isinya, atau
bagaimana teknis pemberitaan, itu kita selalu diskusi. Yang tidak pernah
kita bahas adalah siapa yang harus kita dukung. Karena kita tidak pernah
pro kemana pun. Kita selalu disangka, misalkan hari ini. pro Jokowi,
kemarin, pro Prabowo. Hal tersebut merupakan resiko jurnalis selalu
diisukan pro sana, pro sini. Padahal kita mengalir begitu saja, kadang
berita Jokowi ada, berita Prabowonya hilang, begitupun sebaliknya ini hal
yang dilematis. Tidak hanya kita saja, media lain pun banyak mendapat
pandangan seperti itu. Yang terpenting kita itu jelas netral. Saya selalu
mengingatkan ke anak-anak untuk membuat berita itu harus seimbang
antara semua objek. Kalau tidak seimbang, tidak enak dibilang memihak
sebelah.
5. Siapa yang bertanggungjawab dalam menentukan sebuah isu di
detikcom?
Saya yang bertanggungjawab tapi saya selalu mengajak teman-teman
untuk berdiskusi. Saya tidak pernah rapat tertutup. Punya team 5-6 orang.
Ditambah di lapangan ada wartawan. wartawan kita tidak pernah pulang
kantor. Kita tidak pernah menggunakan absensi. Team saya selalu
berdiskusi mengenai isu yang akan menjadi bahan pemberitaan. Isu itu
saya bawa ke rapat editorial meeting. Di editorial meeting itu saya akan
diberi masukan oleh Pemimpin Redaksi dll. Pagi hari saya share,
kemudian mereka langsung mengolah isu tersebut. Saya bisa
menambahkan isu ditenga-tengah, bila ada hal yang menarik dan bisa
mengurangi isu bila itu hal yang sensitif.
6. Apakah pemilik media berperan dalam menentukan isu?
Beliau selalu berpesan untuk kita selalu netral, jadi beliau tidak berperan
menentukan isu. Dia tidak menginterfensi kita.
7. Apa perbedaan fungsi dari wakil redaktur pelaksana dengan
koodinator liputan?
Kalau di detik pemilu itu dibawah saya itu langsung Redaktur. Kalau
Koordinator Liputan itu tugasnya, mengatur pergerakan teman-teman di
lapangan. Misalkan aku bilang, “disini ada acara ini”. kemudian
Koordinator Liputan langsung mengirim orang kesini. Dia bertugas
mengkoordinasikan orang. Siapa yang bertugas mengkoordinasikan isu,
saya langsung atau redaktur. Koordiantor liputan akan mengkoordiansi
kan tempat liputan kepada wartawan, kemudian saya atau redaktur akan
mengkoordinasikan kepada koordantor liputan mengenai isunya, dan
Koordinator liputan menyampaiakan kepada wartawan. Kemudian dia
mengembangkan isu, masuk ke kantor dan masuk ke meja editor atau
redaktur pelaksana.
8. Apa perbedaan fungsi dari penulis dan editor di detikcom?
Penulis bertugas menerima laporan dari lapangan, editor bertugas
memverifikasi tulisan. Setiap berita ditulis dan diedit oleh orang yang
berbeda. Ada laporan masuk lewat email yang diedit editor pun masih perlu
diverifikasi.
9. Apa yang membedakan berita politik di detikcom dengan media
online lainnya?
Detikcom itu punya ciri khas, kalau kamu ngobrol sama politisi, mereka
akan bilang Detik itu berbeda. Detik itu punya nyawa. Untuk ciri khas
Detik itu lebih cepat, kemudian kami tidak hanya mengikuti isu terkini.
detikcom beda dengan media online lain. Pertama, selain mengembangkan
isu yang berkembang di lapangan kita juga create dan investigasi isu
sendiri yang kemudian juga diikuti media lain dan mengubah banyak hal.
Kedua, setiap berita di detikcom tidak pernah sendiri, kami menyebutnya
running news, setiap berita selalu bersambung sampai tuntas, banyak hal
menarik dikupas.
10. Apa hal yang menarik bagi detikcom menangkat isu perubahan
slogan PKS?
Hal yang menarik PKS yang dulu mencitrakan partai bersih kini
mengubah slogannya setelah presiden partainya kena kasus korupsi. Kasus
Luthfi itu cukup menyedot perhatian khalayak, karena Luthfi merupakan
pemimpin Partai Islam pertama yang menjadi tersangka korupsi.
11. Bagaimana pendapat anda mengenai perubahan slogan PKS
Perubahan slogan itu kan hak dan urusan setiap partai.
12. Bagimana pendapat anda mengenai citra PKS di pemilu kali ini?
Citra PKS yang menilai masyarakat. Bisa dilihat bagaimana citra PKS di
berbagai survei. Namun ternyata hasil survei terhadap PKS tidak begitu
akurat, nyatanya PKS masih memperoleh suara di atas 6 persen, tidak
hanya satu atau tiga persen seperti di berbagai survei.
13. Apa yang ingin disampaikan kepada khalayak mengenai pemberitaan
metamorfosis?
Metamorfosis dari PKS, PKS yang dulu dipimpin kalangan tua kini
dipimpin kalangan muda. Kita ingin tahu apakah metamorfosis itu berhasil
menyelamatkan PKS di pilpres 2014, apakah metamorfosis itu benar-benar
perubahan atau hanya retorika politik dan seperti apa dampaknya di
masyarakat.
14. Opini publik seperti apa yang ingin di bentuk oleh detikcom dalam
pemberitaan tersebut?
Kita tidak ingin membetuk opini publik. Dalam sebuah peristiwa kita
hanya ingin menginformasikannya saja kepada publik. Untuk opini, kita
serahkan kepada publik masing-masing.
15. Dalam beberapa pemberitaan detikcom menggunakan kutipan
langsung, dari narasumber apa kebijakan yang digunakan dalam
menggunakan kutipan langsung tersebut?
Sebenarnya bukan kebijakan, penggunaan kutipan langsung itu kita
sesuaikan dengan kebutuhan dalam menulis berita. Biasanya hasil
wawancara itu tidak semuanya kita masukkan dalam penulisan berita, kita
rapikan, dan sesuaikan dengan kebutuhan.
16. Apakah ada kriteria dalam menentukan narasumber?
Menentukan narasumber pun juga ada kriterianya, biasanya kita
Wawancara dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto di Kantor Detikcom,
Gedung Aldevco lantai 2 pada tanggal 10 Juni 2014 pada pukul 11.00 –
11.30
1. Bagaimana alur pemberitaan di detikcom hingga ke khalayak?
H-1, pada sore hari biasanya kita ada tahap rapat redaksi. Rapat redaksi adalah
tahap perencanaan, apa yang akan diliput besok pagi. rapat redaksi diikuti oleh
para Redaktur dan koorlip atau Koordinator Liputan. Disitu akan digalih isu
apa yang akan dimainkan di esok hari. Dari rapat redaksi itu telah disepakati
dan malamnya koorlip akan mendistribusikan keputusan rapat tersebut kepada
teman-teman reporter di lapangan. Teman-teman reporter di lapangan
mengerjakan TOR dari redaktur tadi. Bisa juga reporter di lapangan
menemukan sebuah kejadian, maka dia bisa lapor ke redakturnya, seperti
kecelakaan, kebakaran. Dari situ, reporter di lapangan lapor ke redaksi melalui
email. Dari email itu, Koorlip memantau email itu dan mendistribusikan ke
editor-editor untuk dirapikan. Jadi reporter buat laporan di lapangan kirim ke
email redaksi kemudian di pantau oleh Koorlip, Koorlip distribusikan ke
editor-editor. Editor mengolahnya menjadi berita. Sebelum ditampilkan pada
situs detikcom, berita tersebut akan diverifiikasi olehsatu editor lagi. Jadi
katakanlah editor diawal itu penulis, diatas nya ada editor lagi, sehingga saling
memverifikasi. Setelah di verifikasi oleh penulis dan editor, baru tayang ke
khalayak.
2. Apakah saja kriteria berita yang layak dan tidak layak untuk
diterbitkan?
Kita ada kriteria layak berita, kriteria berita yang layak adalah berita yang
menyagkut kepentingan orang banyak, contohnya berita kebutuhan bahan
pokok, capres dan cawapres, menyangkut public figure, pokoknya berita yang
menyangkut kepentinagan umum, kepentingan masyarakat. Kalau untuk
ketentuan penulisan berita diserahkan semua pada editor.
3. Siapa saja yang hadir dalam rapat redaksi tersebut?
Para Redaktur, Redaktur Pelaksana, Koordinator Liputan, Pemimpin Redaksi.
4. Apa saja yang dibahas dalam rapat redaksi tersebut?
Isu yang akan dimainkan besok misalkan pada rapat kemarin, semalem kan ada
debat capres, maka kemarin sore materi rapatnya itu mengenai debat capres dan
cawapres. Isi rapat itu perencanaan masing-masing kanal, kita itu kan ada
banyak kanal ya, ada detiknews politik, ekonomi dll. Pada intinya rapat itu
isinya perencanaan isu apa yang akan dibahas besok pagi.
5. Siapa yang bertanggungjawab dalam menentukan sebuah isu di
detikcom?
Diseluruh media yang bertanggungjawab menetukan isu itu adalah Pemimpin
Redakasi.
6. Apakah pemilik media berperan dalam menentukan isu?
Tidak.
7. Apa perbedaan fungsi dari wakil redaktur pelaksana dengan
koodinator liputan?
Koordinator Liputan itu fungsi membagi penempatan reporter. Setiap hari itu
kan ada reporter di lapangan, nah yang membagi penempatan repoter tersebut
Koordinator Liputan. Kalau wakil redaktur pelaksana bertugas menetukan isu
yang akan dimainkan apa. Kemudian tugas koordinator liputan juga memilih
editor yang akan memverifikasikan berita. Sehingga Kordinator Liputan ini
berperan sebagai pengoordinasi liputan dan hasil liputan.
8. Apa yang membedakan berita politik di detikcom dengan media
online lainnya?
Saya kira tidak ada bedanya.
9. Apa hal yang menarik bagi detikcom menangkat isu perubahan
slogan PKS?
Hal ini menyangkut kriteria layak berita, PKS ini kan salah satu partai politik
yang masuk 10 besar, kemudian diperhitungkan, dia katakan lah dia salah satu
partai Islam. Sebenernya apapun pergerak partai, tidak hanya PKS saja, seperti
PDIP, PPP, dll, kita selalu memberikan porsi yang sama. Tidak ada yang
berbeda.
10. Bagaimana pendapat anda mengenai perubahan slogan PKS?
Kalau dianalogikan, kalau perusahaan berdiri itu kan dia mencari duit, mencari
pekerja, nyari keuntungan sebanyak-banyaknya setelah perusahaan stabil dia
ada namanya CSR, untuk sosial. Kayanya PKS tuh seperti itu, dia membangun
fondasi bersih, peduli, professional. Ketika dia menjadi partai yang stabil dan
mempunyai nama, istilahnya kalau perusahaan itu, sudah punya nama dan
diperhitungkan. Maka dia mengganti slogan menjadi cinta, kerja, harmoni.
Artinya dia saat ini sudah pada taraf harmoni, yang artinya keseimbangan
antara pengabdian dan religi.
11. Bagimana pendapat anda mengenai citra PKS di pemilu kali ini?
Citranya saat ini sebenarnya tidak baik dan tidak buruk. Namun dibandingkan
dengan dahulu menggunakan slogan, bersih, peduli, professional, mungkin
lebih baik yang dahulu citranya. Kalau sekarang mungkin karena kasus
korupsi. Kasus korupsi yang kemarin itu benar-benar mencoreng. Kalau
pandangan saya, PKS yang sekarang bukanlah PKS yang dulu. Kalau PKS
yang dulu itu dianggotai oleh orang-orang yang ingin mengabdi dan sederhana,
yang tidak mencari materi. Dan kesederhanaan itu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, bukan kemudian mereka demi image ketika menjadi anggota DPR,
hidup mewah, maka demi ppenampilan tersebut mereka harus melakukan
sesuatu. Kalau dulu kan politis PKS hidupnya sederhana, tapi kalau yang
sekarang kita bisa melihat hidupnya seperti apa, antara perkataan dan perbuatan
terkadang tidak sesuai.
12. Opini publik seperti apa yang ingin di bentuk oleh detikcom dalam
pemeberitaan tersebut?
Kita tidak ingin membentuk opini publik, kita hanya ingin member informasi.
kalau soal public ingin berpikir seperti apa, kita serahkan kepada publik. Tidak
ingin menggiring publik. Kita hanya ingin mengabarkan saja.
13. Dalam beberapa pemberitaan detikcom menggunakan kutipan
langsung, dari narasumber apa kebijakan yang digunakan dalam
menggunakan kutipan langsung tersebut?
Itu bukan kebijakan, di jurnalistik itu kan ada teknik penulisannya sendiri,
misalkan dalam teknik penulisan wawancara, ada dalam bentuk artikel jadi.
Tapi biasanya pada teknik penulisan wawancara, hasil yang sudah ditampilkan
dan yang diwawancarakan dari susunannya akan sedikit berbeda, karena akan
dirapikan kembali. Sesuai dengan tema wawancara.
14. Apakah ada kriteria dalam menentukan narasumber?
Ada kriteria dalam menentukan seorang narasumber biasanya narasumber
diambil dari orang-orang yang memiliki wewenang atau kebijakan. Misalkan di
PKS, yang pertama Ketum, Sekertaris Jendral, Juru Bicara dll. Reporter
mencari langsung narasumber yang akan diwawancarai yang berkaitan dengan
isu. Namun harus berdasarkan kriteria dalam menentukan narasumber. Jika
tidak kompenten dalam menentukan
Wawancara Wartawan Detikcom Hardani Triyoga melalui Telepon pada
Tanggal 16 Juli 2014 pukul 22.00 WIB
1. Bagaimana startegi anda dalam menuliskan sebuah berita agar layak
dibaca oleh pembaca?
Petama menetukan angel berita yang bagus layak, kirakira menyesuaikan
isu yang lagi hot itu apa, Waktu itu kan yang lagi hot kan isu PKS yang
lagi dibombardir kasus korupsinya, kasus korupsi import sapi yang
melibatkan Luthfi Hasan Ishaq. Hal itu membuat PKS tuh habis banget,
seperti ada pada titik nadir. Nah itu kemudian ada usulan dari atasan, yang
mengusulkan untuk mencari angel atau berita yang berada di tengah-
tengah. Ambil dari angel lain, sehingga mengambil cara untuk mengambil
dari sisi memperkenalkan kepada masyarakat kalau PKS itu dari sisi
sejarahnya. Partai Keadilan Sejahtera yang mulanya Partai Keadilan
menjadi Partai Keadilan Sejahtera.
2. Dalam proses pembuatan hingga mempublish sebuah berita, apakah
seluruh tulisan tersebut berasal dari wartawan?
Iya itu betul dari wartawan semua, data-datanya juga dari wartawan
lapangan.
3. Apakah dalam menentukan tema dan narasumber itu berasal dari
wartawan?
Kita biasanya dikomunikasikan terlebih dahulu kepada atasan, tema apa
yang layak untuk diberitakan. Setelah atasan menyetujui, baru kita
mencari narasumbernya. Untuk TOR sendiri, kadang dari atasan, namun
kita sebagai wartawan dapat menyampaikan usulan. Sehingga saling
memberi pendapat untuk menyesuaikan tema berita.
4. Apakah wartawan juga berperan dalam menentukan tema pada rapat
redaksi? Jika iya, apa kontribusinya?
Bisa, wartawan dapat berkontribusi dalam menetukan tema dalam rapat
redaksi. Namun wartawan untuk memberi sebuah usulan dalam rapat
redaksi biasanya akan menyesuaikan kemauan kantor. Misalnya, kantor
punya pegangan ini, hal ini karena pembacanya lebih banyak. Karena
mereka lebih tau radius pembaca yang lebih banyak. Cuma kita lebih tahu
dari sisi lapangannya.
5. Apa ideologi dari Detikcom?
Ideologi detik.com berupaya menjadi media online yg obyektif, tercepat,
dan berimbang. Persaingan media online dalam tiga tahun terakhir ini
cukup sengit, pembaca pun makin kritis dan cerdas dengan berita yg
disajikan. Sesuai nama, Detik.com ingin mencoba menyajikan kecepatan
berita namun diiringi ketepatan dalam penyajiannya, alias cover both side.
6. Apakah ideologi secara institusi maupun pribadi yang
melatarbelakangi penulisan sebuah berita di Detikcom?
Ya, bisa terjadi di lapangan. Saya sebagai jurnalis ingin menyajikan berita
secara berimbang dan kritis kepada pihak mana pun jika memang
menyesuaikan kebutuhan. Namun, kadang hal ini harus menyesuaikan
konsep keinginan institusi kantor dalam penyajian berita.
7. Jelaskan makna pembaca bagi Detikcom?
Pembaca jelas sangat penting bagi sebuah media online. Mereka lah yang
menentukan posisi kita di market media.
8. Apa arti ratting bagi Detikcom?
Ratting penting untuk sebuah media sebagai tolak ukur untuk
perkembangan dan kebutuhan ke depan. Ratting juga menjadi indikator
persaingan media untuk bisa berbenah.
9. Apakah pemberitaan Detikcom selalu dituntut untuk meningkatkan
ratting? Apa alasannya?
Ya, benar. Kalau berita yang tidak punya ratting dan pembaca sedikit buat
apa disajikan. Namun, harus dilihat dari berbagai sisi pula dalam
menyajikan berita. Meskipun sisi rating menjadi faktor utama. Seperti
berita Jokowi, Prabowo, Pilpres yang punya ratting bagus.
10. Detikcom merupakan media online yang dituntut untuk
memberitakan secara cepat. Bagaimana strategi wartawan Detikcom
dalam menghadapi tuntutan tersebut?
Strategi harus bisa fokus dan cekatan di lapangan. Prepare sebelum ke
lapangan dengan mencari data terlebih dahulu.
11. Bagaimana bila terjadi hilang mata angin (suatu keadaan dimana
wartawan kehilangan ide atau isu untuk membuat sebuah berita)
dalam pemberitaan Detikcom? Apa strateginya?
Strateginya kita diskusi dengan teman di lapangan utk menemukan isu dan
terus mencari follow up berita yg lalu, kemarin, dan sebelumnya.
12. Bagaimana pandangan anda mengenai citra PKS di pemilu kali ini?
Mereka berusaha memperbaiki citranya usai terpuruk, dihantam tentang
pemberitaan suap kasus sapi import di Kementrian Pertanian terus-terus
menerus. Kemudian mereka bermanuver terus-terusan agar citra itu
kembali. Meskipun sulit, tapi sudah terbukti di Pemilu Legislatif bisa
meraih suara sebanyak sekitar 6,7 persen. Hal itu bisa dilihat sebagai
pertanda Partai Islam dengan akar rumput yang kuat.
13. Bagaimana pandangan anda mengenai peristiwa perubahan slogan
dari PKS?
Perubahan slogan itu merupakan salah satunya, karena mereka kan ingin
tampil lebih baru, sesuatu yang menampilkan bisa lebih dekat dari
masyarakat. Selama ini kan PKS akar rumputnya kuat. Tapi sepertinya hal
itu tidak seperti pada tahun 2004 hingga 2009. Dalam 3 tahun belakangan
ini PKS mengalami kemunduran dimata masyarakat tingkat
elektabilitasnya. Oleh karena itu, mereka mencoba hal itu (perubahan
slogan) agar menjadi awal pada diri mereka.
14. Apa yang ingin ditampilkan dalam pemberitaan metamorfosis pks?
Secara tidak langsung, kita ingin menampilkan suatu berita yang
menceritakan dibalik sisi lain dari PKS. PKS itu sebuah partai baru yang
berideologi Islam, seperti bayi ajaib, setelah reformasi mereka benar-benar
menonjol. Dulu namanya Partai Keadilan sebelum menjadi PKS. Nah
Partai Keadilan ini rupanya telah berhasil mengambil hati masyarakat saat
itu, kemudian berlanjut dari 2004 dan 2009. Nah kami ingin menunjukan
sisi lain PKS, ini loh PKS, ini loh partai yang sedang dihantam kasus
import daging sapi. Tapi disisi lain kita melihat PKS masih ada sisi
positifnya.
15. Apakah ada yang berubah antara PKS yang dahulu dengan yang saat
ini?
Kalau dari akar rumputnya mungkin tidak berubah, namun kalau dari
elektabilitasnya mungkin iya. Elit-elitnya sudah kehilangan kedekatan
dengan masyarakat. Dulu elit-elitnya dekat dengan masyarakat, kini
mereka kurang dekat dengan masyarakat.
16. Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi kinerjanya Partai
Keadilan Sejahtera saat ini?
Kalau dari kinerja PKS di DPR sih standar saja, malah kadang standard
kurang. Terkadang di legislatif sendiri, anggota-anggotanya terkadang
tidak satu suara, yang satu ngomong A, yang satu ngomong B. kalau untuk
kinerjanya sendiri sepertinya kurang terlihat.
Wawancara dengan Pembaca Detikcom (Farida Nur’Aini) via di Alun-alun
Purworejo pada tanggal 27 Juli 2014 pada pukul 19.00 WIB
1. Kapan anda pertama kali mengenal detikcom?
Saya mengenal detik.com saat pertama kali kuliah sekitar tahun 2010. Hal ini
bermula saat saya menjadi anak kosan yang kebetulan tak tersedia TV untuk
media informasi. Sehingga saya mencoba mencari informasi yang saya butuhkan
melalui media online, salah satunya Detikcom.
2. Bagaimana pandangan anda mengenai tampilan detikcom?
Tampilannya menurut saya standard tetapi dalam pencarian berita, Detikcom
memberikan kemudahan bagi pembacanya. Karena Detikcom
mengkategorisasikan berita-berita melalui kana-kanal yang disediakan sehingga
pembaca lebih mudah dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
3. Apakah anda pernah mengikuti pemberitaan detikcom mengenai PKS?
Pernah beberapa kali.
4. Bagaimana pandangan anda mengenai pemberitaan perubahan slogan
PKS?
Menurut saya adanya perubahan slogan dari PKS memberikan dampak yang
positif terhadap partai tersebut. Perubahan slogan itu, bisa mengubah image yang
baik untuk partai PKS setelah adanya „prahara‟ dalam partai tersebut. Saya kira
slogan yang awal yaitu, „bersih, peduli, profesional‟ tersebut dirasa tidak sesuai
dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus korupsi
import daging sapi. Mungkin dengan adanya perubahan slogan tersebut,
merupakan salah satu cara PKS dalam memperbaharui image.
5. Bagaiamana pandangaan anda mengenai citra PKS di pemilu 2014?
Wawancara dengan Pembaca Detikcom (Desy Dwi Setiawati) via telepon
pada tanggal 14 Juli 2014 pada pukul 15.07 WIB
1. Kapan anda pertama kali mengenal detikcom?
Sekitar tahun 2010, pas kuliah. Itu berawal dari twitter. Biasanya kan
Detikcom itu selalu mempublish beritanya melalui twitter.
2. Bagaimana pandangan anda mengenai tampilan detikcom?
menurut saya biasa aja, bagi hampir serupa dengan media online
lainnya. Namun kalo dari segi isi pemberitaannya, Detikcom termasuk
media online yang cukup mudah dipahami dalam penyajian beritanya.
3. Apakah anda pernah mengikuti pemberitaan detik mengenai
PKS?
Pernah beberapa kali
4. Bagaimana pandangan anda mengenai pemberitaan perubahan
slogan PKS?
Menurut saya adanya perubahan slogan tidak terlalu berpengaruh
untuk partai PKS. PKS berubah atau tidaknya slogan hasil pemilu
kemarin saya lihat sih menurun tingkat elektabilitasnya. Disini
mungkin adanya beberapa faktor yang melatarbelakangi, mungkin
salah satunya kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat.
5. Bagaiamana pandangaan anda mengenai citra PKS di pemilu
2014?
Citra PKS di pemilu 2014 sangat buruk. Hal ini terbukti dengan suara
pemilu yang didapat sangat turun drastis dibandingkan dengan pemilu
sebelumnya. Kalo menurut saya, karena adanya kasus korupsi
sebelumnya.
Wawancara dengan Pembaca Detikcom Irwan Bengkulah di KODAM
Cibubur pada tanggal 16 Agustus 20014 pada pukul 20.00 WIB
1. Kapan anda pertama kali mengenal detikcom?
Saya mengenal Detikcom sekitar tahun 2013, saat saya membuat skripsi kira-
kira pertengahan Juli atau Agustus 2013.
2. Bagaimana pandangan anda mengenai tampilan detikcom?
Pertama itu saya mencari melalui web kemudian saya coba download versi
mobile itu, menurut saya tampilannya user friendly. Kalau dari sisi
pemberitaannya sendiri, sebelum pemilu, pemberitaannya bagus, dalam artian
kita sebagai pembaca dapat menambah informasi. Namun kekurangannya,
akhir-akhir ini semenjak ada pemilu, seperti berat sebelah, mendukung salah
satu pihak. Sehingga dari situ saya jadi sedikit malas membukanya. Kalau
untuk berat sebelah kemana, menurut saya lebih berpihak ke nomor dua, hal
ini terkait dengan pemilihan angel pemberitaan antara pasangan nomor satu
dan dua.
3. Apakah anda pernah mengikuti pemberitaan detik mengenai PKS?
Pernah namun secara umum saja
4. Bagaimana pandangan anda mengenai pemberitaan perubahan slogan
PKS?
Perubahan slogan itu seperti adanya sebuah perbaikan. Mereka seperti
menyadari tidak semua anggotanya itu bersih, masih ada oknum-oknum yang
ada didalam partai yang tidak bertanggung jawab. Sehingga mereka
melakukan perubahan slogan tersebut, menurut saya seperti itu.
5. Bagaiamana pandangaan anda mengenai citra PKS di pemilu 2014?
Wawancara dengan Pembaca Detikcom Rokhmatunnisa di Universitas
Negeri Jakarta pada tanggal 21 Agustus 20014 pada pukul 13.00-13.15 WIB
6. Kapan anda pertama kali mengenal detikcom?
Saya mengenal Detikcom sekitar tahun 2006-2007, sekitar saya masih SLTP.
7. Bagaimana pandangan anda mengenai tampilan detikcom?
Tampilannya cukup menarik. Dari segi pemberitaannya, bisa dibilang update.
Dalam tingkat kebahasaaannya, Detikcom termasuk media online yang mudah
dipahami, kalau dibandingkan dengan media online yang lain.
8. Apakah anda pernah mengikuti pemberitaan detik mengenai PKS?
Sebenernya tidak terlalu mengikuti, namun saya pernah baca beberapa kali.
9. Bagaimana pandangan anda mengenai pemberitaan perubahan slogan
PKS?
Kalau menurut saya itu hal yang menarik, karena untuk ukuran partai politik
biasanya tagline itu lebih dibuat secara serius, namun PKS itu membuatnya
terkesan lebih hangat. Untuk perubahan tagline nya itu mungkin PKS ingin
menampilkan tampilan yang lebih fresh, sehingga mereka mengganti tagline.
Jika dihubungkan dengan situasional jelang pemilu, sepertinya perubahan
tagline ini ada keterkaitannya. Perubahan tagline tersebut seperti digunakan
untuk menarik massa yang melihat dari keadaan partai dari luarnya saja. Ya
walaupun dampaknya tidak begitu luar biasa. Sehingga dapat dikatakan
perubahan tagline tersebut dapat sebagai penaikan citra.
10. Bagaiamana pandangaan anda mengenai citra PKS di pemilu 2014?
Kalau menurut saya citra PKS itu sudah cukup baik, yang saya baca dari
pemberitaan Detikcom. Hal tersebut diperlihatkan dengan berbagai kegiatan
Dokumentasi Wawancara
Wawancara dengan Pihak Detikcom
Wawancara dengan Sekretaris Humas DPP PKS
Wawancara dengan Pembaca Detikcom