crs obgyn
DESCRIPTION
CRS ObgynTRANSCRIPT
Case Report Session
Ketuba Pecah Dini
Disusun oleh:
Aang Setiawan
1301-1213-0670
DEPARTEMEN OBTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADAJRAN
RSUD CIBABAT CIMAHI
2015
I. KETERANGAN UMUM
Nama : Ny. IUsia : 16 tahunPekerjaan : IRTPendidikan : SDStatus : MenikahAgama : IslamAlamat : Kp. Nyalindung RT 02/ RW 05 Citeureup, Cimahi UtaraTanggal Pemeriksaan : 15 April 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : keluar cairan banyak dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
G1P0A0 mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak ± 3 jam SMRS. Cairan jernih, tidak berbau, dan tidak disertai panas badan. Sekitar jam 05.00 pagi pasien merasakan banyak keluar cairan keluar dari jalan lahir. Jam 06.00 pagi pasien langsung pergi ke bidan. Kemudian oleh bidan dirujuk RSUD Cibabat Cimahi. Sekitar jam 08.00 pasien masuk PONEK RSUD Cibabat, Cimahi. Pasien pindah ke VK RSUD Cibabat Cimahi sekitar pukul 08.30 pagi. Riwayat trauma beberapa jam atau beberapa hari sebelumnya disangkal. Riwayat sakit beberapa hari sebelumnya dalam waktu seminggu terakhir disangkal. Riwayat berhubungan dengan suami pada malam hari sebelumnya disangkal. Riwayat melakukan aktivitas fisis berat sebelumnya disangkal. Mules – mules yang semakin sering dan bertambah kuat belum dirasakan oleh pasein. Gerak anak masih dirasakan oleh pasein.
III. Pemeriksaan Fisis
A. Keadaan umumKesadaran : compos mentisTekanan darah : 110/70Nadi : 88Respirasi : 18x/menitSuhu : 36,5 oC
B. Status internaKepala : tidak ada kelainanKonjungtiva : tidak anemisSklera : tenangLeher : tidak teraba pembesaran KGB, JVP tidak meningkatThoraks : bentuk dan gerak simetris
Paru – paru : VBS kiri = kanan Ronkhi : -/-
Wheezing : -/- Jantung : S1,S2 normal; murni regular
Abdomen : Hepar/lien sulit dinilaiEkstremitas : tidak ada deformitas, tidak ada bengkak, CRT < 2”
C. Status ObstetriHPHT : 10 Juli 2014TP : 17 April 2015UKS : 39-40 mingguTFU : 28Lingkar perut : 90 cmLetak anak : kepala 5/5 pukaBJA : 142-146His : -TBA : 2.300 gram
Pemeriksaan Dalam :V/V : takPortio : tebal lunakPembukaan : 1cmKetuban : -Kertas lakmus : +
IV. Pemeriksaan Laboratorium
Hematokrit : 37% (Nilai normal : 36-45%)Golongan darah : O/positif
V. Diagnosis Kerja:G1P0A0 parturien aterm kala I fase laten + Ketiban Pecah Dini + Susp. IUGR
VI. Penatalaksanaan1. Amoxicillin 3 x 500 mg PO2. Obs. KU, TTV, His, BJA, Kemajuan persalinan
KETUBAN PECAH DINI
DEFINISI
Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput khorioamnion dalam
kehamilan atau sebelum onset kelahiran. Pecahnya ketuban ini biasanya terjadi
pada kehamilan matur atau premature , tapi umumnya ketuban akan pecah
spontan dalam kehamilan matur pada fase aktif. Walaupun sulit untuk
ditentukan saat sebenarnya ruptur membrane, untuk kepentingan praktis KPD
dinyatakan dengan terjadinya rupture membrane sebelum kontraksi eterus.
dapat dibedakan menjadi :
1. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane )
Terjadi pada usia kehamilan < 37 Minggu
2. PROM ( Premature Rupture of membrane )
Terjadi pada usia kehamilan labih atau sama dengan 37 Minggu
INSIDENSI
terjadi pada 10 % kehamilan dengan 3 % terjadi terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu (PPROM). lebih sering terjadi pada golongan sosial
ekonomi yang rendah. Thomas J Garrie, MD melaporkan insidensi KPD yaitu
antara 3 % - 18,5 % dan Pprom terjadi sekitar 25 % dari semua kasus pprom dan
berkaitan dengan kelahiran premature sekitar 30 %.
ETIOLOGI
Mekanisme terjadinya secara pasti belum diketahui namun dipengaruhi
oleh banyak factor seperti lemahnya selaput, stress mekanik, dan infeksi
asenderen. Lemahnya selaput memiliki memiliki factor disposisi asupan Nutrisi
yang buruk, merokok, dam sindrom defisiensi kolagen. Sedangkan Faktor
predisposisi untuk stress mekanik adalah Polihidramnion, kehamilan kembar dan
inkompentensia serviks.
Beberapa faktor predisposisi pecahnya ketuban sebelum waktunya yaitu :
1. Infeksi saluran genital Ibu
Infeksi yang menyebabkan Chorioamnionitis dapat berasal dari bakteri
pathogen maupun komensial dengan cara menghidrolisa phospolipid
sehingga terbentuk asam Arachidonat yang merupakan precursor
untuk sintesa prostaglandin, mikroorganismenya antara lain
streptokkokus grup B, neissera gonorrhoea, Chlamydia, Trichomonas
vaginalis, E.coli, baccterriodes, Fusobacterium, mycoplasma dan
ureaplasma.
2. Serviks inkompenten
Tahanan mekanisme yang berkurang dari serviks dan pembukaan dari
ostium uteri dapat mengurangi dukungan secara mekanik pada
membrane dan menyebabkan Chorioamnionitis yang kemudian diikuti
oleh pecahnya membrane.
3. Peningkatan tekanan intrauterine
Peningkata tekanan intrauterine seperti yang di sebabkan oleh
polihidramnion atau kehamilan ganda serta adanya kontraksi Braxton
hicks yang intermitten dapat menyebabkan pecahnya membrane.
4. Prosedur diagnostik prenatal
Prosedur yang invasiv seperti amniosintesis atau kordosintesis
berhubungan dengan kejadian pecahnya membrane
5. Pola makan dan pola hidup
Defisiensi asam askorbat, Zinc, dan Cu telah di duga sebagai penyebab
dari pecahnya membrane, selain itu merokok juga merupakan suatu
factor resiko terjadinya KPD
6. Hubungan seksual
Koitus atau kegiatan seksual dapat merupakan suatu factor penyebab
naiknya bakteri melalui sperma, terutama jika ada chorioamnionitis
selain itu enzim pada semen atau prostaglandin dapat membantu
proses pelemahan membrane dan memulai kontraksi uterus
7. Kelainan plasenta
Walaupun tak ada hubungan yang kuat tetapi di duga plasenta previa
derajat ringan atau plasenta letak rendah dapat menyebabkan KPD
8. Kelainan genetik
Salah satu kelainan genetic yang dapat menyebabkan melemahnya
membrane adalah sindroma Ehlers – Danlos yang merupakan kelainan
dari jaringan ikat bawaan.
9. Faktor yang belum diketahui
Kebanyakan kasus termasuk dalam kategori ini, dimana KPD atau
persalinan preterm berhubungan dengan kejadiannya yang berulang.
DIAGNOSIS
Diagnosis dari KPD didasarkan adanya riwayat keluar cairan dari vagina yang
jernih atau sedikit keruh.
A. Gejala-gejala klinis
Gejala klinis adalah kunci dari diagnosis ketuban pecah dini, pasien
biasanya mengeluh keluar cairan banyak secara tiba-tiba atau terus menerus.
Gejala-gejala lainnya yang diantaranya warna dan konsistensi dari cairan dan
adanya flek pada vernik atau mekonium ,berkurangnya ukuran uterus dan
bertambahnya bagian janin yang teraba pada saat palpasi.
B. Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini merupakan langkah terpenting untuk mendiagnosa
ketuban pecah dini secara akurat. pemeriksaan ini adalah kunci untuk
membedakan KPD dari Vaginitis, peningkatan sekresi vagina, dan
inkontinensia urine.
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan KPD adalah :
1. Pooling : Kumpulan cairan amnion pada fornix posterior.
2. Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru
3. Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek glass
dan didiamkan, dan cairan amnion tersebut akan
memberikan gambaran seperti daun pakis.
C. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari tanda-tanda lain dan
infeksi
D. Pemeriksaan labolatorium
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, hal ini
dilakukan untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda infeksi. Pemeriksaan
USG dilakukan untuk memperkirakan basarnya janin, menilai jumlah
cairan ketuban, menentukan umur kehamilan, letak janin dan letak
plasenta.
KOMPLIKASI
1. Amnionitis
Organisme penyebab amnionitis biasanya organisme yang berasal
dari vagina yang vagina yang menyebabkan infeksi ascenden
( Streptococcus B/D dan bakteri anaerob ).
Tanda-tanda terjadinya infeksi antara lain :
- Demam
- Lekositosis maternal
- Perlunakan uterus
- Takikardi : Nadi Ibu > 100 x / menit atau DDJ :160 x / menit
- Cairan amnion yang berbau busuk.
2. Persalinan prematur
Onset persalinan biasanya terjadi dalam waktu yang tidak lama dari
terjadinya ruptur selaput membrane. Pada kehamilan aterm 90 %
kelahiran pada KPD terjadi dalam 24 jam. Ketika KPD muncul pada
kehamilan 28-34 Minggu 50 % kelahiran dalam 24 jam, dan 80-90 %
dalam satu minggu. Sebelum 26 minggu hampir 50 % penderita
memasuki proses persalinan dalam satu minggu.
3. Hipoxia / Asphixia
4. fetal Deformation Syndrome
5. Increased rates of cesarean section.
PENGELOLAAN
Pengelolaan dari KPD terutama dedasarkan pada keadaan ada atau tidaknya
infeksi intrauterine dan usia kehamilan saat KPD terjadi.
A Konservatif
Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik ibu
maupun Janin), pada umur kehamilan 28-36 Minggu dirawat selama 2 hari.
Selama perawatan di lakukan :
1. Observasi kemungkinan adanya amnionitis atau tanda-tanda infeksi :
a. Ibu : suhu > 380 c , takikardi, lekositosis, tanda-tanda infeksi
intrauterine, rasa nyeri pada rahim ,secret vagina purulen.
b. Janin : takikardi janin
2. Pengawasan timbulnya tanda persalinan
3. pemberian antibiotika ( ampiccilin 4 x 500 mg atau eritromisin 4 x 500 mg
dan metronidazole 2 x 500 mg ) selama 3-5 hari.
4. USG untuk menilai kesejahteraan janin.
5. Bila ada indikasi untuk melahirkan janin, dilakukan pematangan paru
janin.
6. Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada KSPW pada usia
kehamilan 32 minggu tanpa adanya infeksi intraamnion. kortikosteroid
menurunkan angka kejadian respirasi distress syndrome, necrotizing
enterocolitis dan intraventikuler hemorrhage. kortikosteroid yang
dianjurkan betamethason 12 mg IM 4 x 1 hari selama 2 hari.
B. Aktif
Induksi persalinan segera dilakukan guna mencegah terjadinya
peningkatan resiko sepsis dan morbiditas perinatal. Pengelolaan aktif pada
dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan > 37 Minggu, serta adanya tanda-
tanda infeksi, jika sudah inpartu, dan terdapat tanda-tanda gawat janin.
Kesimpulan
adalah robeknya selaput khorioamnion dalam kehamilan atau sebelum
onset kelahiran. Faktor resiko yang mendasari terjadinya KPD seperti infeksi
saluran genital ibu, serviks inkompeten, peningkatan tekanan intrauterine,
prosedur diagnostic prenatal, pola makan dan pola hidup, hubungan seksual,
kelainan plasenta, kelainan genetika, dll.
Diagnosis pada KPD di dasarkan pada adanya riwayat keluar cairan banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir, umur kehamilan > 20 minggu. Pemeriksaan
inspekulo: terlihat cairan keluar dari dari ostium uteri eksternum, kertas nitrazin
merah akan menjadi biru. Mikroskoopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa.
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD antara lain : Amnionitis, persalinan
premature, hipoksia dan asphiksia, fetal deformation syndrome, peningkatan
angka section cesarean.
Pengelolaan pada KPD ini didasarkan pada usia kehamilan dan ada atau
tidaknya infeksi intrauterine. pengelolaannya terdiri dari 2 cara antara lain:
a. konservatif : Dilakukan pada usia kehamilan 28-36 Minggu dan tidak
disertai penyulit.
b. Aktif : dilakukan pada usia kehamilan 20-28 Minggu dan > 37 minggu,
adanya tanda-tanda infeksi, inpartu dan gawat janin.