css pendarahan post partum
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
1/17
CLI NICAL SCIENCE SESSION
PERDARAHAN POST PARTUM
Disusun oleh :
Palomina Caesarea Nurhasanah 130112120607
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
2/17
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah
masalah perdarahan. Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal
bagi ibu maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan.
Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan, maupun
masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius karena
dapat membahayakan ibu dan janin.
Diperkirakan 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya. Paling
sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Perdarahan pasca
persalinan merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu.
Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Dapun penyebab
yang terjadi perdarahan post partum diantaranya karena atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, robekan jalan lahir dan kelainan darah.
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
3/17
2
BAB II
ISI
1. Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 cc pada kala III.
2. Klasifikasi
Perdarahan post partum dibagi menjadi dua yaitu :
1. Perdarahan post partum primer (dini) yaitu perdarahan > 500 cc pada 24 jam
pertama setelah persalinan.
2. Perdarahan sekunder (lambat) yaitu perdarahan > 500 cc setelah 24 jam
persalinan.
3.
Faktor predisposisi dan etiologi
Secara umum faktor predisposisi dan etiologi dapat dibagi menjadi tiga bagian
besar, yaitu :
1. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
a.
Perdarahan atonis
Anestesi umum
Overdistensi uterus, seperti kehamilan kembar, hidramnion, atau
anak besar.
Partus lama
Partus presipitatus
Induksi persalinan dengan oksitosin
Paritas tinggi
Infeksi korion
Riwayat atoni uteri
b.
Retensi plasenta
Kotiledon tertinggal, plasenta suksenturita
Plasenta akreta, inkreta, perkreta
2.
Trauma traktus genitalis
Episiotomy yang luas
Laserasi perineum, vagina, atau serviks
Rupture uteri
3.
Gangguan koagulopati
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
4/17
3
The Society of Obstetricians and Gynecologist of Canada, 2002, telah
mengklasifikasikan penyebab perdarahan postpartum sebagai 4‘T’ yaitu : tone, tissue,
trauma, dan thrombosis.
4T Penyebab Spesifik Frekuensi Relatif
Tonus Atoni Uteri 70%
Tissue Sisa Plasenta 10%
Trauma Laserasi, hematoma,
rupture
20%
Thrombin Koagulopati 1 %
Berikut adalah tanda dan gejala dari pendarahan postpartum
Gejala-gejala1. Pendarahan pervaginam
2. Konsistensi rahim lunak
3.
Fundus uteri naik (jika pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan darah atau
selaput janin)
4. Tanda tanda syok
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
5/17
4
Tatalaksana secara umum adalah
A. TONE (Atoni Uteri)
ATONIA UTERI
1. Pendahuluan
Atonia uteri merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu setelah
proses persalinan bayi dan plasenta, dimana atonia uteri terjadi pada sekitar 80-90%
kasus perdarahan postpartum1 dan terjadi pada sekitar 2-5% persalinan pervaginam2,3.
Hal tersebut menyebabkan atonia uteri menjadi indikasi utama dilakukannya
histerektomi atau transfusi darah postpartum4.
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
6/17
5
2. Definisi
Atonia uteri didefinisikan sebagai kegagalan uterus untuk berkontraksi secara
maksimal setelah kelahiran bayi dan plasenta yang menyebabkan perdarahan uterin
berat2. Selain itu atonia uteri didefinisikan pula sebagai kegagalan uterus untuk
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil fundus uteri5.
Perangsangan taktil fundus uteri dilakukan dengan cara menggerakkan tangan memutar
pada fundus uteri sehingga diharapkan uterus berkontraksi dan terjadi kompresi pada
pembuluh darah di tempat bekas perlekatan plasenta (yang sebelumnya menyuplai darah
ke dalam plasenta) sehingga perdarahan berhenti. Selain itu, kontraksi uterus tersebut
dapat merangsang pengeluaran sisa plasenta secara alami6.
3. Etiologi1,4,6,7
Kegagalan uterus untuk berkontraksi dan mengkompresi pembuluh darah pada
tempat perlekatan plasenta menyebabkan perdarahan terus berlanjut. Faktor-faktor yang
berperan menyebabkan kegagalan tersebut adalah :
1. adanya overdistensi uterus (janin besar, gemelli, polihidramnion) yang
menyebabkan uterus cenderung menjadi lebih hipotoni setelah melahirkan
2. kehamilan multipara
3. myoma uteri
4. trauma uterus akibat persalinan (manipulasi internal version dan ekstraksi
forceps atau vakum pada persalinan)
5. infeksi (chorioamnionitis)
6. anestesi umum
7.
persalinan lama8.
partus lewat bulan
9. adanya riwayat perdarahan postpartum sebelumnya
10. induksi oxytocin yang berkepanjangan
11.
bekas seksio sesarea
12. penanganan persalinan kala III yang salah.
Selain itu keadaan umum ibu yang buruk, misalnya : anemia, hipertensi, dan
diabetes mellitus pun cenderung mempengaruhi terjadinya atonia uteri.
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
7/17
6
4. Diagnosis7
Diagnosa atonia uteri dapat ditegakkan apabila pada pemeriksaan fisik setelah
kelahiran placenta ditemukan uterus yang besar atau lunak, tanpa adanya kontraksi
uterus, dan disertai perdarahan eksesif pervaginam segera setelah melahirkan. Namun
perlu diperhatikan bahwa kemungkinan adanya sisa plasenta yang tertinggal atau
laserasi pada serviks dan vagina harus telah disingkirkan.
Perbedaan antara pendarahan atonis dengan pendarahan karena robekan jalan lahir
Pendarahan Atonis Robekan Jalan lahir
Kontraksi uterus lemah
Darah berwarna merah tua karena berasal
dari vena
Kontraksi uterus kuat
Darah berwarna merah muda karena
berasal dari arteri
Biasanya timbul setelah persalinan
operatif
5. Penatalaksanaan4,5,8
Tindakan antisipasi terjadinya atonia uteri pada penderita yang beresiko tinggi
sebaiknya telah dipersiapkan sebelum proses persalinan terjadi. Sebaiknya disuntikan
10unit oksitosin segera setelah anak lahir sebagai profilaksis pada semua pasien dengan
kemungkinan atoni uteri. Secara umum, keseimbangan hemodinamik harus diperhatikan
dengan melakukan pemasangan infus menggunakan larutan Ringer Laktat atau NaCl
0,9%. Lakukan pemeriksaan darah cross match dan persiapkan cadangan darah untuk
transfusi. Lakukan penanganan aktif kala tiga dengan baik, terutama melakukan masase
uteri setelah kelahiran plasenta untuk merangsang kontraksi uterus, pemberian
uterotonik dan mengkompresi pembuluh darah pada uterus sehingga perdarahan
berhenti. Jika perdarahan mencapai 400cc atau setelah 30 menit placenta belum lepas
juga, lakukan tindakan manual placenta yang kemudian diikuti masase uterus.
Pemberian uterotonik yang pertama adalah pemberian oksitosin yang diberikan
secara IV atau IM untuk mencegah hampir semua kasus atoni uteri. Pasang infus
oxytocin drip 20 UI dalam 500 ml larutan Ringer Laktat dengan menggunakan jarum
berdiameter besar (ukuran 16 atau 18). Jarum dengan berdiameter besar memungkinkan
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
8/17
7
pemberian cairan dengan cepat dan dapat langsung digunakan apabila diperlukan
transfusi darah. Oksitosin merupakan uterotonika untuk merangsang kontraksi uterus.
Selanjutnya berikan 0,2mg ergometrin secara intramuskular jika oksitosin tidak
memberikan efektifitas untuk mengembalikan atoni uteri. Ergometrin akan merangsang
kontraksi otot polos uterus melalui stimulasi reseptor α-adrenergik myometrium.. Jika
perdarahan belum berhenti, dapat diberikan lagi suntikan metil ergonovin intravaskular.
Seandainya perdarahan belum berhenti, ditambah dengan suntik metilergonovil lagi
teteapi secara IV dan dipasang oksitosin drip 10unit dalam 500 cc glukosa dan tindakan
masase diteruskan. Namun jangan berikan ergometrin IV pada pasien dengan hipertensi
karena ergometrin akan meningkatkan tekanan darah menjadi lebih tinggi dari normal.
Selain itu pemberian ergometrin perlu diawasi pada pasien penyakit jantung koroner.
Selain pemberian derivat ergot, beberapa literatur menyarankan pemberian
prostaglandin (carboprost tromethamine) dengan dosis awal 250μg (0.25mg)
intramuskuler dan jika perlu diulang 15-90 menit sampai mencapai dosis maksimal 8
dosis. Namun carboprost memberikan efek samping seperti diare, hipertensi, muntah,
demam, flushing , dan takikardi. Hipertensi pada beberapa wanita diketahui
penyebabnya adalah retriksi jalan udara pulmonal dan vaskular. Adapun pemberian
analog prostaglandin E1 sintetik suppositoria, yaitu misoprostol (Cytotec) 1000μg yang
memberikan respon cepat sekitar 1,4 menit. Tetapi usaha pencegahan perdarahan
postpartum dengan pemberian oksitosin dan derivat ergot pada kala 3 lebih efektif
dibandingkan misoprostol5. Pemberian prostaglandin secara rectal digunakan untuk
atoni uteri namun belum ada penelitian dalam clinical trials. Dalam satu penelitian,
mengatakan misoprostol tidak memiliki keuntungan dibandingkan terapi standar
menggunakan oksitosin dan ergometrin. Villar dan rekan kerja melaporkan bahwa
oksitosin dan ergot diberikan pada kala III jauh lebih efektif dibanding pemberianmisoprostol sebagai pencegahan pendarahan postpartum.
Apabila perdarahan tetap terjadi setelah beberapa kali pemberian oksitosin dan
setelah dilakukan rangsangan taktil fundus uteri atau masase uterus, maka segera
lakukan kompresi bimanual interna (kompresi bimanual Hamilton). Pasang sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan
menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu. Periksa vagina dan
serviks (jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada uteri). Letakkan kepalan
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
9/17
8
tangan pada forniks anterior, lalu tekan dinding anterior uterus. Sedangkan telapak
tangan lain menekan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam. Jika
uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, terus lakukan kompresi bimanual interna
selama 2 menit, lalu perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina dan pantau
ketat kondisi ibu dalam kala empat. Jika uterus berkontraksi namun perdarahan terus
berlangsung, periksa apakah terdapat laserasi pada perineum, vagina, atau serviks,
kemudian segera jahit apabila ditemukan laserasi. Namun jika uterus tidak berkontraksi
dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna,
yaitu dengan cara meletakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus (tepat di atas
symphisis pubis) dan letakkan tangan lain pada dinding abdomen (di belakang korpus
uteri). Lakukan kompresi dengan menekan uterus diantara kedua tangan tersebut. Lalu
pantau ketat keadaan vital ibu.
Gb 1. Kompresi bimanual interna Gb 2. Kompresi bimanual eksterna
Bila perdarahan terus berlangsung tanpa memberikan respon terhadap masase
uterus dan agen oksitosin, berikan transfusi darah dengan darah segar. Upayakan
hemoglobin pasien mencapai minimal 8 gr/dL.
Apabila perdarahan tetap berlangsung walaupun telah ditempuh berbagai upaya
konservatif, maka histerektomi merupakan tindakan operatif yang dapat dipilih untuk
menyelamatkan hidup ibu.
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
10/17
9
6. Komplikasi6
Perdarahan yang berlangsung terus menerus pada atonia uteri dapat
menimbulkan beberapa penyulit, diantaranya :
Syok hipovolemik
Kelainan koagulopati
Gangguan faal ginjal
Kematian
Jadi dapat disimpulkan bahwa sekitar 80-90% perdarahan postpartum terjadi
akibat adanya atonia uteri. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan antisipasi sebelum
proses persalinan terjadi dan penanganan kemungkinan terjadinya atonia uteri yang
tepat pada penderita yang beresiko tinggi.
B. TRAUMA
1. Inversio Uteri9
a. Definisi
Inversio uteri adalah prolaps fundus uteri kearah serviks atau bahkan melewati serviks
sehingga uterus terputar balik. Inversio uteri jarang terjadi, yaitu sekitar 1 dalam 20.000
kelahiran, namun inversio uteri ini merupakan komplikasi yang serius pada kala III.
b. Klasifikasi
Inversio uteri diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a. Inversio uteri komplit
Uterus terputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput
lendirnya sebelah luar. Inversio uteri komplit hampir selalu akibat dari penarikan tali
pusat yang terlalu kuat pada kala III.
b. Inversio uteri inkomplitHanya fundus uteri yang menekuk ke dalam dan tidak ke luar dari ostium uteri.
c. Inversio prolaps
Uterus berputar balik dan keluar dari vulva.
c. Penyebab
Ada tiga faktor diperlukan untuk terjadinya inversion uteri :
Tonus otot rahim yang melemah
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
11/17
10
Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan
tangan, dan tarikan pada tali pusat)
kanalis servikalis yang longgar
Oleh karena itu, inversion uteri dapat terjadi saat batuk, bersin, atau mengejan.
d. Gejala
Gejala- gejala yang terjadi pada inversio uteri antara lain : 7
Shock
Fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus.
Kadang-kadang tampak massa yang merah di luar vulva, yang merupakan uterus
yang terbalik atau teraba massa dalam vagina.
Perdarahan
e. Prognosis
Makin lambat keadaan ini diketahui dan diobati makin buruk prognosisnya, tetapi jika
dapat diatasi dalam 48 jam prognosis berangsur baik
f. Terapi
1. Atasi syok dengan pemberian infus RL dan bila perlu transfusi darah
2. Reposisi manual dalam anestesi umum sesudah syok teratasi. Jika plasenta belum
lepas, baiknya plasenta jangan dilepakan dulu sebelum uterus direposisi karena dapat
menimbulkan perdarahan banyak. Setelah reposisi berhasilm diberikan drip oksitosin
dan dapat juga dilakukan kompresi bimanual. Pemasangan tampon rahim dilakukan
supaya tidak terjadi lagi inversio
3. Reposisi operatif jika reposisi manual tidak berhasil
2. Kerusakan (robekan) Jalan Lahir Akibat Persalinan9
a) Vulva dan vagina
Robekan pada klitoris atau sekitarnya dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak. Robekan perineum sering juga mengenai muskulus levator ani hingga
setiap robekan perineum harus dijahit dengan baik agar tidak menimbulkan kelemahan
dasar panggul atau prolaps.
Kadang-kadang muskulus levator ani rusak dan menjadi lemah tanpa terjadinya
rupture perinea, misalnya jika kepala terlalu lama meregang dasar panggul. Terjadi pula
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
12/17
11
colpaporrhexis, yaitu robeknya vagina bagian atas sedemikian rupa hingga serviks
terpisah dari vagina. Terapi yang terbaik ialah laparotomi.
b)
Serviks uteri
Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Oleh karena itu,
robekan yang harus mendapat perhatian kita ialah robekan yang dalam, yang kadang-
kadang sampai ke forniks. Robekan biasanya terdapat di pinggir samping serviks
bahkan kadang-kadang sampai ke segmen bawah rahim dan membuka parametrium.
Robekan yang sedemikian dapat membuka pembuluh-pembuluh darah yang besar dan
menimbulkan perdarahan yang hebat.
Robekan semacam ini biasanya terjadi pada persalinan buatan; ekstraksi
dengan forseps, ekstraksi pada letak sungsang, versi dan ekstraksi, dekapitasi, perforasi,
dan kranioklasi terutama jika dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap.
Robekan ini jika tidak dijahit, selain menimbulkan perdarahan juga dapat menjadi
penyebab servisitis, parametritis, dan mungkin juga terjadi pembesaran karsinoma
serviks. Kadang-kadang menimbulkan perdarahan nifas yang lambat.
Untuk mendiagnosis dapat menggunakan pemeriksaan spekulum. Terapinya
adalah penjahitan robekan sevis jika robekannya lebih besar dari 1 cm.
c) Korpus uteri (Ruptur Uteri)
Merupakan robekan yang paling berat dan biasa terjadi saat persalinan. Kematian anak
mendekati 100% dan kematian ibu sekitar 30%. Secara teori, robekan korpus uteri
(rahim) dapat dibagi sebagai berikut :
1. Robekan spontan pada rahim yang utuh
Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio sesarea, lukaenukleasi mioma, dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase,
pelepasan plasenta secara manual, dan sepsis pasca persalinan atau pasca
abortus.
Dinding rahim baik, tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak
maju, misalnya pada panggul sempit atau kelainan letak.
Campuran
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
13/17
12
Ruptur uteri jenis ini lebih sering terjadi pada multipara, orang yang berumur,
panggul sempit, letak lintang hidrosefal, tumor yang menghalangi jalan lahir, dan
presentasi dahi atau muka.
2.
Robekan violent (rudapaksa), dapat disebabkan oleh :
Ttrauma (kecelakaan)
Pertolongan versi dan ekstraksi
Kadang-kadang oleh dekapitasi, versi secara braxton hicks, ekstraksi
bokong atau forseps yang sulit
Oleh karena itu, sebaiknya setelah setiap versi dan ekstraksi dan operasi
kebidanan lainnya yang sulit dilakukan eksplorasi kavum uteri.
3.
Robekan bekas luka seksio
Ruptur uteri semacam ini lebih sering terjadi pada luka bekas seksio sesarea
yang klasik dibandingkan dengan luka seksio sesarea profunda.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptur uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami seksio jangan terlalu lekas hamil lagi, sekurang-kurangnya dapat istirahat
selama 2 tahun, untuk memberi kesempatan luka sembuh dengan baik
Gejala-gejala ruptur uteri
1. Sewaktu kontraksi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat di
perut bagian bawah
2. Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi
3. His berhenti/hilang
4. Ada perdarahan per vaginam walaupun biasanya tidak banyak
5.
Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga perut
6. Kadang-kadang disamping anak teraba tumor, yaitu rahim yang telah mengecil
7. Pada pemeriksaan dala, ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas bahkan
terkadang tidak teraba lagi karena masuk ke dalam rongga perut
8. Bunyi jantung anak tidak ada/tidak terdengar
9. Biasanya pasien jatuh dalam syok
10.
Jika sudah lama terjadi, seluruh perut nyeri dan gembung
11.
Adanya kencing berdarah
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
14/17
13
Penatalaksanaan
Kita harus melakukan observasi yang teliti dan harus waspada akan
kemungkinan ruptur uteri pada persalinan dengan rintangan bagi kemajuan bagian
depan, seperti letak lintang, hidrosefal, panggul sempit, dan jika kepala tidak turun
dalam kala II walaupun his baik.
Bila ruptur uteri sudah pasti terdiagnosis, tidak diusahakan melahirkan anak per
vaginam karena usaha ini menambah trauma dan memperpanjang lamanya operasi maka
sebaiknya dilakukan laparotomi. Hanya bila diagnosis ruptur uteri diragukan, anak
dilahirkan per vaginam dulu disusul dengan eksplorasi kavum uteri.
Transfusi darah merupakan syarat mutlak pada pengobatan ruptur uteri.
Pascaoperasi pasien diletakkan secara Fowler supaya infeksi terbatas pada pelvis dan
diberi antibiotik dalam dosis yang tinggi.
C. TISSUE (Sisa Plasenta)
Sisa Plasenta Dan Retensio Plasenta
Sisa plasenta adalah potongan – potongan placenta yang ketinggalan. Kriteria
untuk mendiagnosis adanya siasa placenta adalah :
I. Kontraksi baik
II. Pada pemeriksaan teraba sisa placenta
Retensio plasenta adalah placenta belum lahir setengah jam sesudah anak lahir.
Penyebab yang mengakibatkan terjadinya retentio placenta diantaranya adalah :
I. Fungsional
Placenta adhesiva yang disebabkan :1. His kurang kuat
2. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya – insersi di sudut tuba
Bentuknya – plasenta
membranasae,
Plasenta annularis
Ukuranya - plasenta yang sangat kecil
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
15/17
14
II. Patologi anatomi
Kelainan dalam pelekatan plasenta yang dijumpai apabila adanya
defektive dalam pembentukan desidual. Kelainan ini sering terlihat pada
kehamilan dengan plasenta previa, riwayat seksio sesarea ,riwayat
kuretase , wanita dengan gravida 6 atau lebih. Jenis – jenis kelainan
dalam patologi anatomis ini adalah :
1. Plasenta akreta
Vili korialis yang menanamkan diri lebih dalam ke dinding rahim
Plasenta akreta yang kompleta ialah kalau seluruh permukaanya
melekat dengan erat pada dinding rahim, manakala yang partialis
ialah kalau hanya beberapa bahagian dari permukaanyan lebih
erat berhubungan dengan dinding rahim.
2. Plasenta increta
Terjadi kalau vili chorialis sampai masuk ke dalam lapisan otot
rahim.
3. Plasenta perkreta
Apabila vili chorialis menembus lapisan otot dan mencapai serosa
atau menembusnya.
Penatalaksanaan
Bila plasenta belum lahir, plasenta dilahirkan dengan teknik pelepasan plasenta
secara manual.
Bila tidak berhasil dan ada persangkaan plasenta akreta komplita, tidak boleh dilakukan
plasenta manual karena ini akan menyebabkan perforasi dinding uterus. Terapi terbaik
adalah histerektomi.Untuk pengeluaran sisa plasenta,pengeluaran secara digital atau kuratase dilakukan.
D. THROMBOSIS
GANGGUAN KOAGULOPATI/HIPOFIBRINOGENEMI
Definisi
Hipofibrinogenemi adalah kelainan pembekuan pembekuan darah.
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
16/17
15
Kadar fibrinogen pada wanita yang hamil biasanya antara 300-700 mg dalam 100 cc,
dibawah 150 mg per 100 cc disebut hipofibrinogenemi. Jika fibrinogen dalam darah
turun dibawah 100 mg per 100 cc (critical point ), terjadilah gangguan pembekuan
darah.
Mekanisme
Dapat terjadi dalam 2 fase :
Fase I : pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, dan venol) terjadipembekuan
darah disebut disseminated intravascular clotting (DIC). Akibatnya bahwa perdarahan
darah kapiler (mikrosirkulasi) terganggu. Jadi pada fase I turunnya kadar fibrinogen
disebabkan pemakaian zat tersebut maka fase I disebut juga koagulopati konsumtif.
Diduga bahwa hematom retroplasenter mengeluarkan tromboplastin yang menyebabkan
pembekuan intravaskuler tersebut. Akibat gangguan mikrosirkulasi terjadi kerusakan
jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia. Kerusakan ginjal menyebabkan
oligouri/anuri dan akibat gangguan mikrosirkulasi ialah syok.
Fase II : fase ini adalah fase regulasi reparatif ialah usaha tubuh untuk membuka
kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan
fibrinolisis namun fibrinolisis berlebihan menyebabkan perdarahan patologis.
Diagnosa
Penentuan fibrinogen secara laboratoris memakan waktu yang lama, oleh karena
itu pada keadaan akut baik dilakukan clot observation test .
- Hemoglobin, hematokrit
- Faktor pembekuan darah
- Waktu perdarahan
-
Masa pembekuan-
Trombosit
- Fibrinogen4
-
8/20/2019 CSS Pendarahan Post Partum
17/17
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sulaeman S. Obstetri patologi. Bandung. Elstar Offset: 1981.
2. www.American Family Physician.htm‘Prevention and Management of
Postpartum Hemorrhage’ – cited on March 15, 2007
3. Evensen A, Anderson J. Postpartum Hemorrhage : Third Stage Pregnancy.
American Academy of Family Physicians. 2013
4. www.naturalbirthchild.com (diakses 01/02/06)
5. www.complab.nymc.edu (diakses 1/2/06)
6.
www.ecureme.com (diakses 01/02/06)
7. 2004.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes Republik Indonesia.p.5-7 -5-9
8. Cunningham,et al. 2005. Williams Obstetrics 23rd Ed. USA : McGraw-Hill
Comp,Inc.p.826-830.
9. Tobing, Maringan D.L. Obstetri Patologi. Bandung. Penerbit Buku Kedokteran
EGC:2005
http://www.naturalbirthchild.com/http://www.naturalbirthchild.com/