ctl

9
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pendekatan Kontekstual Labels: teori belajar Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual (contextual approach) yang seringkali disebut juga sebagai pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning : CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang pembelajaran di kelas harusnya selalu mengupayakan dan memfasilitasi siswa untuk menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata (real life situation). Karena itu, seorang guru yang mengajar dengan pendekatan ini harus dapat menyajikan pembelajaran di mana di dalamnya ia berperan sebagai fasilitator dan membawa anak kepada pemecahan masalah nyata melalui pengetahuan yang baru diperolehnya. Pendekatan ini tentunya menghendaki semua komponen kelas aktif dalam belajar. Jika seorang guru ingin menerapkan pendekatan kontekstual di dalam kelas dan pembelajarannya maka ia harus memperhatikan pemikiran- pemikiran berikut. Belajar tidak hanya sekedar menghafal Ujian merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari dunia persekolahan kita. Sedemikian dianggap pentingnya ujian yang notabene lebih banyak menuntut siswa menguasai hafalan, maka tak jarang siswa dibawa guru untuk belajar secara menghafal. Ini tentu sesuatu yang salah dan harusnya dihindari. Memang ada dilema dalam dunia persekolahan kita, di mana siswa dirtuntut untuk lulus ujian, dan ujian menjadi suatu momok bagi sebagian siswa dan guru. Rendahnya nilai ujian juga akan menjadi taruhan bagi sekolah bahkan institusi setingkat dinas pendidikan. Seharusnya, mengajar siswa dengan cara menghafal harus dihindari karena bukan itu esensi dari sebuah pengetahuan. Siswa sudah seharusnya mengkontruksi pengetahuan di benak mereka secara bermakna sehingga mereka dapat menerapkannya untuk kepentingan kehidupan mereka seperti untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa belajar dari mengalami

Upload: dyah-astini

Post on 17-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ctl

TRANSCRIPT

Page 1: CTL

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pendekatan Kontekstual

Labels: teori belajarHal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual (contextual approach) yang seringkali disebut juga sebagai

pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning : CTL) adalah pendekatan

pembelajaran yang memandang pembelajaran di kelas harusnya selalu mengupayakan dan

memfasilitasi siswa untuk menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata (real life

situation). Karena itu, seorang guru yang mengajar dengan pendekatan ini harus dapat

menyajikan pembelajaran di mana di dalamnya ia berperan sebagai fasilitator dan membawa

anak kepada pemecahan masalah nyata melalui pengetahuan yang baru diperolehnya.

Pendekatan ini tentunya menghendaki semua komponen kelas aktif dalam belajar.

Jika seorang guru ingin menerapkan pendekatan kontekstual di dalam kelas dan

pembelajarannya maka ia harus memperhatikan pemikiran-pemikiran berikut.

Belajar tidak hanya sekedar menghafal

Ujian merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari dunia persekolahan kita.

Sedemikian dianggap pentingnya ujian yang notabene lebih banyak menuntut siswa menguasai

hafalan, maka tak jarang siswa dibawa guru untuk belajar secara menghafal. Ini tentu sesuatu

yang salah dan harusnya dihindari. Memang ada dilema dalam dunia persekolahan kita, di mana

siswa dirtuntut untuk lulus ujian, dan ujian menjadi suatu momok bagi sebagian siswa dan guru.

Rendahnya nilai ujian juga akan menjadi taruhan bagi sekolah bahkan institusi setingkat dinas

pendidikan. Seharusnya, mengajar siswa dengan cara menghafal harus dihindari karena bukan

itu esensi dari sebuah pengetahuan. Siswa sudah seharusnya mengkontruksi pengetahuan di

benak mereka secara bermakna sehingga mereka dapat menerapkannya untuk kepentingan

kehidupan mereka seperti untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 

Siswa belajar dari mengalami

Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah pelajaran yang sangat berharga. Itu

memang benar. Melalui pengalaman nyata yang dibawa guru ke hadapan siswa, mereka akan

mempunyai pengalaman nyata dan otentik. Pengalaman yang benar-benar nyata ini akan

membantu anak untuk merekam sendiri pola-pola atau konsep-konsep yang terbentuk secara

alamiah dan faktual. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan

bukan diberi begitu saja oleh guru. Harus diingat bahwa guru bukanlah sumber informasi satu-

Page 2: CTL

satunya. Justru anak harus memperoleh pengetahuan dari beragam sumber. Guru yang baik

adalah guru yang dapat menyajikan bahan-bahan untuk dipelajari secara mandiri oleh siswa

sehingga dengan demikian mereka membangun pengetahuan yang kokoh.

Pengetahuan itu harus diorganisasi sendiri oleh siswa

Guru memang dapat membantu mempermudah siswa memiliki atau memperoleh sebuah

pengetahuan baru. Akan tetapi tak ada seorang gurupun yang mampu membangun

pengetahuan dalam pikiran siswa secara kokoh jika siswa itu tidak melakukannya sendiri. Inilah

yang mendasari prinsip konstruktivisme dalam belajar. Pemahaman yang baik terhadap suatu

pengetahuan adalah pencerminan dari kokohnya penguasaan dan organisasi pengetahuan itu di

dalam benak siswa. Dengan modal inilah, siswa akan dapat menerapkan pengetahuan itu dalam

beragam persoalan-persoalan baru, dalam situasi-situasi baru yang berbeda, dalam konteks

yang lain.

Penguasaan akan suatu keterampilan tidak terpisah dari pengetahuan

Penguasaan siswa terhadap suatu keterampilan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan

yang dimiliki mereka. Pengetahuan faktual (pengetahuan deklaratif) dan penguasaan akan

konsep-konsep dan prinsip, hingga suatu prosedur akan memantapkan keterampilan yang

dimiliki siswa.

Pembiasaan dalam memecahkan masalah

Sebagai bagian penting dari penguasaan akan suatu pengetahuan, maka sudah selayaknya

siswa akan dengan baik menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan. Guru dapat

membantu siswa dengan memberikan latihan-latihan untuk ini. Guru dapat menyediakan

masalah-masalah untuk dipecahkan siswa. Tentu saja masalah yang diberikan idealnya adalah

masalah yang berkaitan dengan dunia nyata dan dalam konteks kehidupan dan budaya mereka

sehari-hari.

Struktur pengetahuan dalam benak siswa harus terus dikembangkan

Memiliki beberapa pengetahuan dalam pikiran siswa dapat menjadi modal untuk terus

mengembangkan pengetahuan mereka. Guru dapat memfasilitasi siswa untuk membangun

pengetahuan yang semakin besar dengan hubungan-hubungan yang kuat satu sama lain dalam

pikiran atau otak mereka. Hal ini dapat dilakukan tentunya jika guru mengetahui sejauh mana

pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Guru harus mengetahui bekal awal yang telah siswa

miliki untuk membantu mereka berkembang sesuai dengan tingkat mereka masing-masing.

Page 3: CTL

Membuat Siswa Fokus pada Pembelajaran - Aspek Perencanaan

Labels: pbmPentingnya Fokus Perhatian Siswa pada Pembelajaran

Perhatian yang diberikan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang dilangsungkan

di sebuah kelas amat penting bagi keberhasilan mereka mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan. Salah satu aspek yang cukup menentukan keberhasilan seorang guru

dalam membuat siswa tetap fokus pada pembelajaran adalah saat perancangan

pembelajaran dilakukan. Rancangan dan perencanaan yang matang akan sangat

berpengaruh pada keberhasilan guru meraih dan menjaga agar siswa tetap

memperhatikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Instrumen untuk Mengevaluasi Rencana Pembelajaran

Untuk mencek apakah rencana pembelajaran yang guru susun sudah cukup baik dapat

digunakan instrumen ceklis yang disusun dalam beberapa pertanyaan berikut: 

1. Apakah pembelajaran yang telah dirancang memfasilitasi siswa untuk

menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir (thinking skills)?

2. Apakah materi pelajaran yang telah dipersiapkan untuk disajikan cukup

menantang dan menarik sehingga dapat mempertahankan minat mereka terhadap

materi tersebut?

3. Apakah media pembelajaran yang akan digunakan menarik dan efektif untuk

mencapai tujuan pembelajaran, alih-alih membosankan?

4. Apakah pembelajaran yang telah dirancang akan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berlatih menggunakan kemampuan mereka dalam berbicara dan

menulis?

5. Apakah pembelajaran yang akan dilakukan berdasarkan rancangan

pembelajaran itu sesuai dengan usia, tingkat kemampuan, dan budaya?

6. Apakah tujuan pembelajaran telah sesuai dengan tuntutan kurikulum?

7. Apakah pembelajaran yang dirancang tersebut akan mampu membentuk siswa

menjadi pribadi yang berkarakter pebelajar sepanjang hayat (lifelong learner)?

8. Apakah pembelajaran yang akan dilaksanakan mengakomodasi kemungkinan

untuk dilakukan evaluasi?

Page 4: CTL

Perencanaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Labels: Model pembelajaran

aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung

Sebelumnya di blog Penelitian Tindakan Kelas ini telah dibahas tentang Apa itu Model

Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )  atau lazim pula disebut sebagai Model

Pengajaran Langsung yang mencakup tujuan pembelajaran yang dapat dicapai, sintaks

(langkah-langkah) pembelajaran secara umum, hingga lingkungan belajar dan sistem

pengelolaan. Kali ini pembahasan tentang model pembelajaran langsung (direct

instruction) ini akan kita lanjutkan mengenai bagaimana teknik perencanaannya

sehingga saat menerapkan model pembelajaran ini dapat sukses. 

Adapun pembahasan tentang aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung

ini meliputi: (1) merumuskan tujuan pembelajaran; (2) memilih materi pembelajaran; (3)

melakukan analisis tugas (task analysis); (4) merencanakan alokasi waktu; dan (5)

merencanakan pengaturan ruang kelas. Mari kita simak sama-sama bahasannya satu

persatu.

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Sekedar mengingatkan kembali, bahwa pada tulisan sebelumnya tentang Mengenal Apa itu

Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )  telah dijelaskan bahwa model

pembelajaran ini paling efektif digunakan untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan

penguasaan keterampilan seperti matematika atau membaca, di mana materi-materi

(keterampilan) pada mata pelajaran tersebut dapat diajarkan selangkah demi selangkah. 

Tujuan pembelajaran yang baik harus berpatokan pada beberapa syarat berikut:

a. Mengacu pada siswa

b. Bersifat spesifik (khusus)

c. Uraian tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi) jelas

d. Mengandung kriteria keberhasilan (tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan)

2. Memilih Materi Pembelajaran

Pemilihan materi pembelajaran tentu saja harus mengacu kepada tuntutan kurikulum. Cara

pemilihan materi seperti ini merupakan cara paling mudah dan terjamin efektivitasnya,

Page 5: CTL

karena kurikulum telah disusun oleh para pakar psikologi pendidikan terkait dengan

pengetahuan awal prasyarat. Kurikulum sekolah telah dirancang sedemikian rupa

sehingga strukturnya (urutan, kedalaman, dan keluasannya) sesuai dengan

perkembangan peserta didik (siswa).

Walaupun demikian, sebaiknya guru, dalam memilih materi pembelajaran harus

memahami: (a) prinsip ekonomi; dan (b) prinsip power. Hal ini telah lama dikemukakan

oleh pakar psikologi pendidikan Jerome Brunner dalam bukunya yang berjudul On

Knowing: Essays for The Left Hand yang diterbitkan oleh Cambridge, Mass: Harvard

University pada tahun 1962.

a. Prinsip Ekonomi dalam Menentukan Materi Pembelajaran

Kenyataan di kelas, berdasarkan banyak hasil penelitian, guru telah menyajikan banyak

presentasi dan demonstrasi yang tidak efektif. Guru seringkali menyajikan terlalu banyak

informasi yang sifatnya justru tidak relevan dan tidak penting. Akibatnya justru sangat

buruk. Presentasi dan demostrasi yang terlalu panjang dan bertele-tele justru membuat

siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami ide-ide dan keterampilan pokok yang

harus mereka pelajari.

Penggunaan prinsip ekonomi dalam menentukan materi pembelajaran maksudnya, guru

harus betul-betul mempertimbangkan seberapa banyak informasi yang akan disajikan

selama alokasi waktu tertentu. Prinsip ekonomi apabila digunakan oleh guru saat

merencanakan pembelajaran langsung, akan membuat guru lebih terdorong untuk

memberikan rangkuman singkat  mengenai ide-ide atau keterampilan-keterampilan

pokok saja dan dilakukan beberapa kali selama kegiatan belajar mengajar. Penggunaan

prinsip ekonomi dalam penentuan materi pembelajaran untuk model pembelajaran

langsung ini akan memberikan kemungkinan kepada guru untuk memilih suatu konsep

yang penting dan sulit kemudian menjadikannya jelas dan mudah bagi siswa. Prinsip

ekonomi tidak menghendaki guru memilih konsep-konsep mudah lalu justru menjadikan

konsep itu kabur dan menjadi tampak sulit karena penjelasan yang bertele-tele.

Jadi kesimpulannya, dengan menerapkan prinsip ekonomi dalam menentukan materi

pembelajaran pada model pembelajaran langsung (direct instruction), guru melakukan

pembatasan tujuan pembelajaran untuk mengoptimalkan alokasi waktu, sarana

pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, atau hal-hal lainnya saat memberikan

penjelasan secara lisan (verbal) atau selama demonstrasi. 

b. Prinsip Power dalam Menentukan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang disajikan oleh guru akan memiliki power (kekuatan) bila materi

pembelajaran yang telah dipilih disajikan secara lugas dan logis. Materi pembelajaran

harus diorganisasikan secara logis sehingga siswa memperoleh kemudahan untuk

mempelajari hubungan antara fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau konsep-konsep kunci

dalam suatu pokok bahasan.

Perlu dicatat bahwa prinsip ekonomi dan prinsip power dapat diterapkan oleh semua

guru dan tidak dibatasi oleh kemampuan dan cara mengajar guru. Prinsip ekonomi dan

prinsip powerlebih ditentukan oleh aspek-aspek perencanaan. Jadi kunci kesuksesan

Page 6: CTL

model pembelajaran langsung (direct instruction) yang menerapkan kedua prinsip ini

adalah perencanaan. Sebuah presentasi atau demonstrasi yang monoton sekalipun akan

jauh memberikan hasil yang lebih baik dibanding presentasi dan demontsrasi yang

menyenangkan dan dinamis tetapi kacau balau dan bertele-tele. 

3. Melakukan Analisis Tugas (Task Analysis)

Sebelum melakukan pembelajaran yang mengimplementasikan model pembelajaran

langsung (direct instruction), guru harus selalu melakukan analisis tugas (task analysis).

Tahapan ini bukanlah sebuah pekerjaan yang sulit. Analisis tugas (task analysis) hanya

memerlukan kecermatan seorang guru saat merencanakan model pembelajaran

langsung. 

Apa yang dimaksud dengan analisis tugas? Analisis tugas (task analysis) adalah sebuah

teknik yang harus dilakukan guru, di mana guru membagi-bagi suatu keterampilan yang

kompleks menjadi komponen-komponen bagian, dengan demikian dapat diajarkan

dengan pola sesuai urutan yang paling baik dan logis selangkah demi selangkah.

Pada kenyataannya, sebuah keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari dengan

mudah dalam satu waktu tertentu melalui pemodelan (demonstrasi). Keterampilan

tersebut harus diajarkan bagian per bagian secara berurutan. Pengetahuan atau

keterampilan yang kompleks harus dipecah menjadi komponen-komponen bagian,tahap

demi tahap. Bayangkan, bagaimana siswa dapat menarikan Tari Pendet dengan baik bila

setiap bagian gerakan tidak diajarkan atau didemonstrasikan satu per satu secara

berurutan? Atau, siswa tentu tidak akan dapat melakukan pengamatan benda-benda

mikroskopis bila mereka tidak diajarkan sub-sub keterampilan melakukan pengamatan

dengan mikroskop.

Guru, pada saat melakukan perencanaan model pembelajaran langsung (direct

instruction) dengan mudah dapat melakukan analisis tugas (task analysis) dengan cara:

(1) Meminta penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan

keterampilan kompleks itu, atau amati pada saat orang tersebut melakukan keterampilan

tersebut. Bila guru sendiri juga menguasai keterampilan itu, maka tentu lebih mudah lagi.

Guru tinggal melakukan keterampilan kompleks itu sendiri.

(2) Memecah-mecah keterampilan kompleks tersebut menjadi komponen-komponen

bagian (keterampilan-keterampilan bagian).

(3) Menyusun keterampilan-keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis

sehingga tampak jelas bahwa suatu keterampilan bagian akan menjadi keterampilan

prasyarat bagi keterampilan balian yang lain.

(4) Menetapkan perencanaan strategi untuk mengajarkan atau mendemonstrasikan

setiap keterampilan bagian tersebut, lalu mempersatukannya menjadi keterampilan

kompleks yang utuh yang harus dipelajari siswa tersebut.

4. Merencanakan Alokasi Waktu

Perencanaan alokasi waktu dalam implementasi model pembelajaran langsung (direct

instruction) adalah sangat vital. Kemampuan guru mengenali seberapa kemampuan dan

bakat siswa untuk mengikuti suatu pembelajaran langsung dengan materi tertentu akan

sangat membantu penetuan alokasi waktu yang sesuai. Pada umumnya guru yang

kurang berpengalaman (guru yang masih muda) cenderung memberikan alokasi waktu

Page 7: CTL

yang terlalu sedikit. Mereka menaksir terlalu rendah jumlah jam yang dibutuhkan untuk

mengajarkan suatu pengetahuan atau keterampilan.

Sewaktu melakukan perencanaan alokasi waktu, guru harus mempertimbangkan:

a. Apakah waktu yang disediakan cukup, sesuai dengan kemampuan siswa?

b. Pemberian motivasi kepada siswaa, sehingga semua tetap berada dalam tugas

belajarnya dengan atensi (perhatian) yang optimal. Ingat, model pembelajaran langsung

(direct instruction) sebagai model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher

centered) menuntuk siswa selalu memiliki perhatian yang optimal terhadap penjelasan

atau demontrasi yang diberikan oleh guru.

5. Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas

Dikarenakan model pembelajaran langsung (direct instruction) membutuhkan atensi siswa

kepada guru (model) yang sedang melakukan presentasi dan demonstrasi, maka

pengaturan ruang kelas juga menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan.

Formasi tempat duduk dan pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa mudah

mengamati semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru sebaiknya berada pada posisi

di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih tinggi, yang dapat dipandang atau

diamati seluruh siswa dari setiap arah. Formasi kelas tradisional sangat cocok digunakan

untuk penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction).