d dosen pembimbing iirepository.ub.ac.id/4978/1/rahmat, bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan...

76
iii PEMETAAN KERENTANAN WILAYAH PESISIR TERHADAP BAHAYA TSUNAMI MELALUI PENDEKATAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PANDEGLANG - BANTEN SKRIPSI PROGRAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : BAYU RAHMAT NIM. 105080204111004 Mengetahui, Menyetujui, Dosen Penguji Dosen Pembimbing I Ir. Agus Tumulyadi, MP. Dr Eng. Abu Bakar Sambah Spi. MT NIP. 19640830 198903 1 002 NIP. 19780717 200501 1 002 Tanggal : Tanggal : Dosen Penguji II Dosen Pembimbing II Ir. Sukandar, MP Dr.Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si NIP.19600322 198601 1 001 NIP. 1961090 198602 1 001 Tanggal : Mengetahui, Ketua Jurusan Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP NIP. 19630608 198703 1 003 Tanggal :

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

iii

PEMETAAN KERENTANAN WILAYAH PESISIR TERHADAP BAHAYA TSUNAMI MELALUI

PENDEKATAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

DI KABUPATEN PANDEGLANG - BANTEN

SKRIPSI

PROGRAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh :

BAYU RAHMAT

NIM. 105080204111004

Mengetahui, Menyetujui,

Dosen Penguji Dosen Pembimbing I

Ir. Agus Tumulyadi, MP. Dr Eng. Abu Bakar Sambah Spi. MT

NIP. 19640830 198903 1 002 NIP. 19780717 200501 1 002

Tanggal : Tanggal :

Dosen Penguji II Dosen Pembimbing II

Ir. Sukandar, MP Dr.Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si

NIP.19600322 198601 1 001 NIP. 1961090 198602 1 001

Tanggal :

Mengetahui,

Ketua Jurusan

Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP

NIP. 19630608 198703 1 003

Tanggal :

Page 2: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan

karunia-NYA, penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi yang berjudul “Pemetaan

Kerentanaa Wilayah Pesisir Terhadap Bahaya Tsunami Melalui Pendekatan

Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Pandeglang Pandeglang – Banten.

Sangat disadari bahwa dalam penulisan Laporan Skripsi ini jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini

bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Malang, Oktober 2017

Penulis

Page 3: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

v

PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan sekripsi yang saya tulis benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan usulan penelitian ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai

hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 9 Juni 2017

Penulis

Page 4: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Rasa syukur penulis atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Penyayang. Karena berkat Nikmat, Karunia dan Hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan

laporan Skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya, Malang.

Dalam hal ini penulis memperoleh dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang tua saya, Nirwan Jalal dan Priyati Tanjung dan seluruh keluarga tercinta yang

sudah memberikan dorongan, baik moral, material, dan spiritual.

2. Bapak Dr. Eng. Abu Bakar Sambah Spi. MT dan Dr. Ir Tri Djoko Lelono M.si selaku dosen

pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing penulis.

3. Bapak Ir. Agus Tumulyadi dan Ir. Sukandar, MP selaku dosen penguji skripsi.

4. Bapak-Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

5. Bapak Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)yang memberikan bantuan

dan kemudahan pada saat di lapang..

6. Bapak Kepala Bappeda (Badan perencanaan pembangunan daerah) Pandeglang, Utuy

Setiadi yang memberikan bantuan dan kemudahan pada saat di lapang..

7. Teman – Teman Relawan Rumah zakat yang memberikan suntingan semangat ngerjakan

skripsi ini.

8. Teman – Teman Kammi 2010 yang memberikan suntingan semangat ngerjakan skripsi ini.

Malang, 9 juni 2017

Penulis

Page 5: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

vii

RINGKASAN

BAYU RAHMAT. Pemetaan Kerentanan Wilayah Pesisir Terhadap Bahaya Tsunami Melalui Pendekataan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Pandeglang - Banten (Dibawah bimbingan Dr. Eng Abu Bakar Sambah S.pi MT dan Dr. ir Tri Djoko Lelono Spi. M.si).

Indonesia masuk kedalam salah satu negara yang paling aktifitas seismic-nya dan merupakan teraktif di dunia. Hal ini karena Indonesia dikelilingi oleh lempeng Indo-Australia dan Pelat Laut Filipina yang meretas di bawah lempeng Eurasia. Dengan lima pulau besar dan beberapa semenanjung, Indonesia telah mengalami ribuan gempa bumi dan ratusan tsunami pada rentang empat ratus tahun terakhir (Aydan, 2008).

Memetakan parameter-parameter pendukung dalam kajian kerentanan wilayah terhadap

bencana tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang. Memetakan sebaran kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang terhadap bahaya tsunami.Menganalisis potensi dampak bahaya tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang hubungannya dengan penggunaan lahan .

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan gejala, peristiwa, kondisi lapang dan berbagai informasi yang komplek dan akurat. Pendekatan deskriptif meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988).

Parameter elevasi, slope, tipe pantai, landuse, dang arah dari garis pantai ke daratan merupakan parameter-parameter fisik topografis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerentanan wilayah Kabupaten Pandeglang terhadap bahaya tsunami.

Pemetaan sebaran kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang terhadap bahaya tsunami dapat dilakukan dengan analisis spasial model tumpeng susun berbasis sell atau grid, dimana diperoleh 5 kelas kerentanan dengan kerentanan sangat tinggi dengan wilayah yang luas teridentifikasi di sepanjang pesisir sebelah barat Kabupaten Pandegleng, yaitu seluas 179,6355 ha atau 1,38% dari luas wilayah penelitian.

Berdasarkan hasil analisis antara peta kerentanan tsunami yang diperoleh dengan kelas penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang dapat diketahui bahwa wilayah perkebunan merupakan wilayah dengan luasan terluas yang masuk dalam kategori kerentanan terhadap tsunami (91.632,565 ha), namun hampir keseluruhan luasan wilayah ini masuk dalam kelas kerentanan sedang. Sedangkan kelas kerentanan tsunami sangat tinggi ada pada wilayah sawah irigasi, seluas 45.308,12 ha. Daerah kerentanan sangat tinggi terdapat di wilayah pesisir barat kecamatan yaitu Labuan Pagelaran, Patia, Sukaresmi dan Panimbang.

.

Page 6: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ................ iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. ................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... ................. v

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... ………….. 1

1.1. Latar belakang ......................................................................... ………….. 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................... ………….. 3

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... ………….. 4

1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................ ………….. 4

1.5. Tempat dan waktu pelaksanaan .............................................. ................ 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. ………….. 6

2.1. Tsunami ..................................................................................... ………….. 6

2.1.1 Definisi Umum ........................................................................ ………….. 6

2.1.2 Karakteristik ........................................................................... ………….. 7

2.1.3 Penyebab Tsunami ................................................................ ………….. 10

2.2. Kerentanan wilayah terhasap bencana tsunami ......................... ………….. 14

2.3 Penginderaan Jauh dan SIG Dalam Kajian Bencana Tsunami ... ………….. 16

2.3.1 DEM (Digital Elevation Models) .............................................. ………….. 16

2.3.2 SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) ........................... ………….. 18

2.3.3 SIG Dalam Kajian Bencana .................................................... ………….. 18

2.4 Peta .............................................................................................. ………….. 19

2.6.1 Peta Umum ............................................................................ ………….. 19

2.6.2 Peta khusus ........................................................................... ………….. 19

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. ………….. 21

3.1. Materi Penelitan ......................................................................... ………….. 21

3.2. Alat penelitian............................................................................. ………….. 21

3.3. Metode penelitian ....................................................................... ………….. 22

3.4. Jenis – jenis Data ....................................................................... ………….. 22

3.5. Metode Pengambilan Data ......................................................... ………….. 23

3.6. Analisa Data ............................................................................... ………….. 24

3.7. Analisis Parameter Kerentanan Wilayah Terhadap Tsunami ...... ………….. 25

3.7.1. Topografi Elevasi ................................................................. ………….. 26

3.7.2. Topografi Slope .................................................................... ………….. 26

3.7.3. Landuse ............................................................................... ………….. 27

Page 7: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

ix

3.7.4. Jarak dari garis pantai ke daratan ....................................... ………….. 28

3.7.5 Tipe Pantai ............................................................................ ………….. 29

3.8. Analisis Kerentanan Wilayah Terhadap Tsunami Melalui SIG .... ………….. 29

3.9. Alur Penelitian ............................................................................ ………….. 30

Bab IV PEMBAHASAN .......................................................................... ………….. 32

4.1. Gambaran Umum Lokasi Studi .................................................. ………….. 32

4.2. DEM SRTM .............................................................................. ………….. 35

4.3. Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten pandeglang……..…… 38

4.3.1 Elevasi (Ketinggian) ............................................................. ………….. 39

. . 4.3.2 Klasifikasi Elevasi ................................................................ ………….. 41

4.3.3. Slope (Kemiringan Daratan) dan Klasifikasinya .................... ………….. 45

4.3.4 Tipe Pantai ........................................................................... ………….. 48

4.3.5 Penggunaan Lahan (Landuse) ............................................. ………….. 51

4.3.6 Jarak dari Garis Pantai ke Daratan ...................................... ………….. 54

4.4. Analisis Spasial Kerentanan Tsunami di Kabupaten Pandeglang………… . 55

4.5. Analisis Kerentanan Wilayah Pesisir Terhadap Penggunaan Lahan

di Wilayah Kabupaten Pandeglang………………..…………..………….…… 55

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ………………..………….…………..…………. 63

5 .1 Kesimpulan ................................................................................. ………….. 63

5.2 Saran ......................................................................................... ………….. 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ………….. 65

Page 8: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ..................................................... 21

2. perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ..................................................... 22

3. Jenis-jens data dan metode pengambilan data .......................................................... 23

4. Kiteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai elevasi ........................................ 26

5. Kiteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai slope .......................................... 27

6. Kiteria landuse untuk kerentanan wilayah terhasap tsunami ...................................... 27

7. Kriteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai jarak dari garis pantai ................ 28

8. Kriteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai jarak dari garis pantai Tipe pantai ................................................................................................................. 23

9. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Pandeglang ................................................. 33

10. Spesifikasi data SRTM yang digunakan dalam penelitian ......................................... 36

11. Keterangan spesifikasi data dan lokasi download data DEM SRTM yang digunakan dalam penelitian ..................................................................................... 37

12. Jumlah sel dan luasan wilayah penelitian sesuai kelas kerentanan bahaya tsunami berdasarkan elevasi ....................................................................... 43

13. Jumlah sel dan luasan wilayah penelitian sesuai kelas kerentanan

bahaya tsunami berdasarkan slope .......................................................................... 47 14. Luasan Penggunaan Lahan di Kabupaten Pandeglang ............................................. 53 15. Jumlah sel dan luasan (Ha) kelas kerentanan tsunami di Kabupaten

Pandeglang .............................................................................................................. 59 16. Persentase luasan kelas kerentanan berdasarkan penggunaan lahan ...................... 62

Page 9: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi tsunami (Reuter) ........................................................................................... 8

2. Jenis-jenis Gerak Lempeng ......................................................................................... 14

3. Ilustrasi DEM/DTM dan DSM ...................................................................................... 17

4. Model Overlay berbasis Grid ..................................................................................... 30

5. Diagram Alur Penelitian .............................................................................................. 31

6. Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang .................................................................. 34

7. Peta Infrastruktur dan Penggunaan Lahan Kabupaten Pandeglang ............................ 35

8. Peta DEM SRTM asli untuk wilayah kabupaten pandeglang ....................................... 38

9. Visualisasi elevasi wilayah Kabupaten Pandeglang .................................................... 40

10. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap Bahaya Tsunami Berdasarkan Parameter Elevasi ............................................................................... 43

11. Peta Sebaran Slope Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang ................................... 45

12. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap Bahaya Tsunami Berdasarkan Parameter Slope ................................................................................. 46

13. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap Bahaya Tsunami Berdasarkan Parameter Tipe pantai ......................................................................... 49

14. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Pandeglang ....................................... 52

15. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang ........................................ 57

16. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap Bahaya Tsunami ....................................................................................................................................... 58

17. Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami Provinsi Banten ........................................ 60

Page 10: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

xii

Page 11: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia masuk kedalam salah satu negara yang paling aktifitas seismic-nya dan

merupakan teraktif di dunia. Hal ini karena Indonesia dikelilingi oleh lempeng Indo-Australia

dan Pelat Laut Filipina yang meretas di bawah lempeng Eurasia. Dengan lima pulau besar

dan beberapa semenanjung, Indonesia telah mengalami ribuan gempa bumi dan ratusan

tsunami pada rentang empat ratus tahun terakhir (Aydan, 2008). Secara geologis, pesisir

selatan Pulau Jawa berada di pertemuan dua lempeng besar yang saling bertemu, Eurasia

dan Indo-Australia, dimana pergerakan lempeng tektonik di area ini akan menyebabkan

gempa yang dapat memicu terjadinya tsunami. Kondisi ini juga yang mengakibatkan wilayah

Pulau Jawa paling barat juga mempunyai potensi yang besar akan dampaknya bencana

tsunami.

Wilayah pesisir Pulau Sumatera dan Jawa, terutama wilayah bagian selatannya,

merupakan wilayah yang termasuk dalam kategori rentan terhadap dampak tsunami karena

terletak langsung di depan Lempeng Indo-Australia. Pergerakan lempeng di kawasan ini,

memicu terjadinya gempa besar penyebab tsunami. Menurut Rohadi (2009) lempeng

Australia menunjam dengan kedalaman 100-20 km dibawah pulau Jawa dan 600 km di

Utara Pulau Jawa. Konsekuensi tunjaman lempeng tersebut mengakibatkan kegempaan

yang tinggi dengan lebih dari 20 gunung api aktif di zona ini.

Wilayah Provinsi Banten berada tidak jauh dari sumber gempa penyebab tsunami.

Sumber gempa penyebab tsunami ini terdapat di perairan laut dalam di bagian selatan yang

merupakan bagian dari lempeng Indo-Australia. diketahui bahwa jarak antara sumber

gempa dengan wilayah ini sekitar 291,7 km.

Wilayah Provinsi Banten, khususnya Kabupaten Pendeglang berpotensi terjadi

tsunami mengingat di daerah selatan Jawa merupakan zona subduksi yang masih aktif.

Page 12: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Tercatat telah terjadi gempa sebanyak 4 kali dengan kekuatan magnitude gempa mencapai

6 SR dalam kurung waktu 7 tahun (Tahun 2008 – Tahun 2014), dimana tiga diantaranya

berada di zona subduksi.

Kejadian gempa dengan pusat di wilayah selatan Jawa dan Sumatera, terekam

pernah terjadi pada tanggal 22 November 2008 dengan pusat gempa pada 4,44 º Lintang

Selatan dan 101,15º Bujur Timur, Gempa yang berada di kedalaman 23 km ini terjadi di 142

km barat daya Bengkulu. Selanjutnya pada tanggal 6 Juli 2013, mengguncang Kepulauan

Mentawai dengan kekuatan 6.4 SR dan berpusat di daerah 149 km sebelah tenggara

Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Tepat pukul 23.47 WIB tanggal 13 Juni 2013 telah

terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6.5 SR (6,7 SR menurut USGS) berpusat 348 km dari

Kota Bandung dengan kedalaman 11 km. Sedangkan yang terakhir terjadi di daerah

Kebumen dengan gempa bumi berkekuatan 6.1 SR tanggal 25 Januari 2014 gempa berada

di koordinat 8,004 º LS dan 109,238 º BT dengan kedalaman 83 km.

Secara umum bencana pesisir termasuk tsunami mempunyai efek merusak serta

menimbulkan banyaknya korban jiwa, untuk itulah perlu dilakukan upaya kesiapsiagaan

terhadap bencana tsunami. Mitigasi bencana tsunami bertujuan untuk mengurangi

kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap kehidupan dengan menggunakan cara-

cara alternatif yang lebih dapat diterima secara ekologi. Dalam cakupan mitigasi ini,

pengurangan resiko korban jiwa maupun perencanaan pembangunan wilayah pesisir dapat

dilakukan salah satunya melalui pendekatan pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap

bencana tsunami, sehingga pemetaan kerentanan wilayah terhadap bencana tsunami ini

menjadi mutlak diperlukan sebagai kajian awal mitigasi bencana tsunami di pesisir Selatan

Jawa Barat, khususnya wilayah Kabupaten Pandeglang hingga ke wilayah yang langsung

berbatasan dengan Selat Sunda. guna menurunkan resiko korban jiwa.

Berkembangnya teknologi penginderaan jauh dengan memanfaatkan foto satelit,

didukung dengan analisis dengan memanfaaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk

kajian bencana memberikan konstribusi penting yang terintegrasi dalam melakukan kajian

Page 13: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

baik pendugaan kerentanan wilayah terhadap bencana tsunami, maupun penilaian resiko

bencana tsunami.

Kejadian gempa diikuti dengan kejadian tsunami merupakan peristiwa penggulangan

dalam periode waktu yang panjang, atau dalam waktu ulang puluhan tahun, dan kejadian

serupa berpotensi terjadi lagi di sepanjang wilayah pesisir Pulau Jawa bagian selatan.

Penelitian ini merupakan salah satu upaya dalam kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami

dengan melakukan pemetaan terhadap kerentanan tsunami di wilayah kajian dengan

memanfaatkan data penginderan jauh melalui analisis foto satelit sebagai salah satu input

parameter yang kemudian akan diintegrasikan kedalam analisis SIG. Keseluruah penelitian

akan mempunyai tujuan akhir guna efektifitas mitigasi bencana di wilayah pesisir Kabupaten

Pandeglang.

1.2 Rumusan masalah

Penelitian kerentanan wilayah terhadap tsunami merupakan kajian dengan interaksi

beberapa parameter pendukung yang merupakan inputan data dalam analisis. Pada

penelitian ini permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Data apa saja serta bagaimana memproses data pendukung tersebut dalam

melalukan pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bencana tsunami ?

2. Bagaimana pendekatan untuk melakukan pemrosesan data pendukung dalam

pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bencana tsunami ?

3. Wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang mana saja yang memiliki kerentanan

terhadap bahaya tsunami ?

4. Bagaimana kelas kerentanan bahaya tsunami verdasarkan penggunaan lahan di

Wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Page 14: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

1. Memetakan parameter-parameter pendukung dalam kajian kerentanan wilayah terhadap

bencana tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang.

2. Memetakan sebaran kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang terhadap

bahaya tsunami.

3. Menganalisis potensi dampak bahaya tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang

hubungannya dengan penggunaan lahan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapka berguna bagi :

1. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman atau

acuan mitigasi awal dalam penangulangan bencana tsunami.

2. Bagi instansi terkait diharapkan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

atau acuan dalam kegiatan pemantauan, serta persiapan/kesiapsiagaan secara dini

terhadap ancaman bahaya tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai inputan penting dalam membuat

jalur evakuasi.

3. Bagi kalangan akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang penggunaan dan perkembangan teknologi pengindraan jauh dan analisis SIG

dalam mitigasi bencana.

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang, melalui

pemrosesan data citra satelit terkait model ketinggian digital serta survei lapangan yang

dilakukan pada tanggal 23 April sampai dengan Juni 2016.

Page 15: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi
Page 16: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tsunami

2.1.1 Definisi Umum

Secara harfiah, tsunami berasal dari Bahasa Jepang. “Tsu” berarti pelabuhan dan

“nami” adalah gelombang. Secara umum tsunami diartikan sebagai pasang laut yang besar

di pelabuhan. Jadi, dapat dideskripsikan tsunami sebagai gelombang laut dengan periode

panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsive yang terjadi pada medium laut.

Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran

(land-slide) (Diposaptono dan Budiman,2005).

Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa

laut, gunung meletus, atau hantaman meteor dilaut. Tsunami tidak terlihat saat masih

berada jauh ditengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang

bergerak cepat ini akan segera membesar. Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap

fungsi ketinggian dan kelanjutannya. Apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya

meningkat sementara kelanjutannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan

tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi dilaut

dalam, tetapi menimgkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai

tsunami bias menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai

dan kepulauan (Trianawati, 2008).

2.1.2 Karakteristik

UNESCO_IOC (2015), menerangkan bahwa tsunami adalah serangkaian gelombang

yeng mempunyai panjang dan periode sangat besar yang dihasilkan oleh perpindahan

Page 17: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

dasar laut secara signifikan yaitu gempa bumi dimana mempunyai kecepatan lebih dari 900

km/jam dan melambat saat memasuki perairan dangkal dan menyebabkan panjang

gelombang pendek dan memperbesar tinggi gelombang.

Badan Meteorologi dan Geofisika/BMKG (2012) mendefinisikan tsunami sebagai

gelombang air laut yang merambat ke segala arah dan terjadi karena adanya gangguan

impulsif pada dasar laut yang terjadi karena adanya perubahan bentuk struktur geologis

dasar laut secara vertical dalam waktu singkat yang disebabkan oleh gempa tektonik,

letusan gunung api, longsoran di dasar laut. Perilaku gelombang tsunami sangat berbeda

dari ombak laut biasa. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat

merambat lintas-samudera dengan sedikit energy berkurang. Tsunami dapat menerjang

wilayah yang berjarak ribuan kilometer dari sumbernya, sehingga mungkin ada selisih waktu

beberapa jam antara terciptanya gelombang tsunami dengan bencana yang ditimbulkan di

daerah pantai. Waktu perambatan gelombang tsunami lebih lama dari waktu yang

diperlukan oleh gelombang seismik untuk mencapai tempat yang sama (Sugito, 2008).

Periode tsunami cukup bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 1 jam. Panjang

gelombang sangat besar antara 100-200 km. Bandingkan dengan ombak laut biasa di

pantai selancar (surfing) yang mungkin hanya memiliki periode 10 detik dan panjang

gelombang 150 meter. Karena itulah pada saat masih di tengah laut, gelombang tsunami

hampir tidak nampak dan hanya terasa seperti ayunan air saja (Sugito, 2013). Ilustrasi

terbentuknya tsunami (anatomi tsunami) dijelaskan pada Gambar 1.

Page 18: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar. 1 Anatomi tsunami (Reuter) (Anatomi, 2014)

Kecepatan tsunami bergantung kepada kedalaman air. Di laut dalam dan terbuka,

kecepatannya mencapai 800-1000 km/jam. Ketinggian tsunami di lautan dalam hanya 30-60

cm, dengan panjang gelombang mencapai ratusan kilometer, sehingga susah dibedakan

dengan gelombang biasa, bahkan tidak dirasakan oleh kapal-kapal yang sedang berlabuh di

tengah samudera. Berbeda dengan gelombang karena angin, dimana hanya bagian

permukaan atas yang bergerak; gelombang tsunami mengalami pergerakan di seluruh

bagian partikel air, mulai dari permukaan sampai bagian dalam samudera. Ketika tsunami

memasuki perairan yang lebih dangkal, ketinggian gelombangnya meningkat dan

kecepatannya menurun drastis, meski demikian energinya masih sangat kuat untuk

menghanyutkan segala benda yang dilaluinya. Arus tsunami dengan ketinggian 70 cm

masih cukup kuat untuk menyeret dan menghanyutkan orang (Sugito, 2008).

Gelombang tsunami merupakan gelombang perairan dangkal (shallow water wave),

dimana panjang gelombangnya bisa mencapai beberapa ratus kilometer dengan amplitude

rambat gelombang yang kecil ± 1 meter di perairan dalam. Gelombang perairan dangkal

memiliki kecepatan rambat yang berbanding lurus dengan akar akar kedalaman laut dan

Page 19: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Hubungan antara kecepatan rambat gelombang dan

kedalaman laut ditunjukan sebagai berikut :

√ . …………………………………[2.1]

Dimana : C = Kecepatan rambat tsunami (m/s) g = Percepatan gravitasi (m/s2) h = Kedalaman laut (m)

Berdasarkan Persamaan 2.1, dapat diketahui bahwa semakin besar kedalaman laut

maka kecepatan gelombang akan semakin besar pula kecepatan gelombangnya.

Kecepatan rambat gelombang tsunami adalah adalah 800 km/jam untuk perairan dalam 200

km/jam untuk perairan menengah, 25 km/jam ketika di darat (Latief, 2000).

Berdasarkan jarak antara pusat gempa dan wilayah bencana tsunami, maka tsunami

dapat dikategorikan dala dua jenis, yaitu :

1] Tsunami Lokal (near field/local field tsunami)

Tsunami lokal merupakan tsunami yang terjadi bilamana jarak antara pusat gempa dan

daerah bencana tsunami kurang dari 100 km (ITIC, 2006). Dari segi waktu terjadinya

tsunami, tsunami lokal terjadi antara 5 sampai 40 menit setelah gempa utamanya. Hal ini

menyebabkan bahwa secara teoritis kejadian tsunami lebih mudah diprediksi

dibandingkan dengan kejadian gempa (Puspito, 2007).

Adanya tenggang waktu antara terjadinya gempa dan tibanya tsunami di pantai

memungkinkan tindakan untuk dapat menganalisis karakteristik apakah suatu gempa

dapat menimbulkan tsunami atau tidak. Secara umum tsunami yang terjadi di Indonesia

adalah tsunami lokal dan mengingat sistem informasi di Indonesia belum memadai maka

biasanya sebelum informasi kejadian tsunami sampai ke masyarakat, gelombang

tsunami telah menyapu pantai. Hal ini menyebabkan Indonesia belum bias

memaksimalkan sistem peringatan dini tsunami (Tsunami Early Warning System)

(Puspito, 2007).

2] Tsunami Jarak Jauh (far field tsunami)

Page 20: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Tsunami jarak jauh (far field tsunami) adalah tsunami yang diakibatkan oleh gempa laut

yang jaraknya ribuan kilometer dari pantai (ITIC, 2006). Waktu datang tsunami berkisar

antara beberapa jam sampai 24 jam setelah gempa utamanya. Contoh tsunami jarak

jauh ini adalah tsunami Aceh yang terjadi tahun 2004, dimana gelombang tsunami

tersebut merambat menyebrangi Samudera Hindia sampai ke Pantai Afrika Selatan.

2.1.3 Penyebab Tsunami

Menurut Sugito (2008), beberapa penyebab terjadinya tsunami adalah sebagai

berikut :

1) Longsoran lempeng bawah laut (Undersea landslides)

Gerakan besar pada kerak bumi yang biasa terjadi di perbatasan antar lempeng

tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini di sebut dengan sesar (fault).

Sebagai contoh, di sekeliling tepian Samudera Pasifik yang biasa disebut dengan

lingkaran api (Ring of Fire), lempeng samudera yang lebih padat menunjam masuk ke

bawah lempeng benua. Proses ini dinamakan dengan penunjaman (subduction). Gempa

sukduksi sangat efektif membangkitkan gelombang tsunami.

2) Gempa bumi bawah laut (Undersea Earthquake)

Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan

lempeng bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, air di atas wilayah

lempeng yang bergerak tersebut berpindah dari posisi ekuilibriumnya. Apabila wilayah

yang luas pada dasar laut bergerak naik ataupun turun, tsunami dapat terjadi

Berikut ini adalah beberapa persyaratan terjadinya tsunami yang diakibatkan oleh

gempa bumi :

Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)

Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 skala richter

Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Tidak semua gempa menghasilkan tsunami, hal ini tergantung beberapa faktor utama

seperti tipe sesaran (fault type), kemiringan sudut antar lempeng (dip angle), dan

Page 21: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

kedalaman pusat gempa (hypocenter). Gempa dengan karakteristik tertentu akan

menghasilkan tsunami yang sangat berbahaya dan mematikan, yaitu :

a) Tipe sesaran naik (thrust/reverse fault).

Tipe ini sangat efektif memindahkan volume air yang berada di atas lempeng untuk

bergerak sebagai awal lahirnya tsunami.

b) Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu.

Semakin tinggi sudut antar lempeng yang bertemu (mendekati 90º), maka semakin

efektif tsunami yang terbentuk.

c) Kedalaman pusat gempa yang dangkal (<70 km)

Semakin dangkal kedalaman pusat gempa, maka semakin efektif tsunami yang

ditimbulkan. Sebagai ilustrasi, meski kekuatan gempa relatif kecil (6,0 - 7,0 R), tetapi

dengan terpenuhinya ketiga syarat diatas, kemungkinan besar tsunami akan

terbentuk. Sebaliknya, meski kekuatan gempa cukup besar (>7,0 R) dan dangkal,

tetapi kalau tipe sesarnya bukan naik, namun normal (normal fault) atau sejajar

(strike slip fault), bisa dipastikan tsunami akan sulit terbentuk. Gempa dengan

kekuatan 7,0 R, dengan tipe sesaran naik dan dangkal, bisa membentuk tsunami

dengan ketinggian mencapai 3-5 meter.

3) Aktivitas vulkanik (Volcanic Activities)

Pergeseran lempeng di dasar laut, selain dapat mengakibatkan gempa juga seringkali

menyebabkan peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung berapi. Kedua hal ini dapat

menggoncangkan air laut di atas lempeng tersebut. Demikian pula, meletusnya gunung

berapi yang terletak di dasar samudera juga dapat menaikkan air dan membangkitkan

gelombang tsunami.

4) Tumbukan benda luar angkasa (Cosmic-body Impacts)

Tumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap air

laut yang datang dari arah permukaan. Tsunami yang timbul karena sebab ini umumnya

terjadi sangat cepat dan jarang mempengaruhi wilayah pesisir yang jauh dari sumber

Page 22: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

gelombang. Sekalipun begitu, apabila pergerakan lempeng dan tabrakan benda

angkasa luar cukup dahsyat, kedua peristiwa ini dapat menciptakan megatsunami.

Tsunami dapat terjadi salah satunya Karen adanya pergeseran lempeng bumi

(gempa dibawah laut). Ilustrasi dari jenis pergerakan lempeng bumi ini digambarkan pada

Gambar 2. Pergerakan antara satu lempeng dengan lempeng lainnya yang berdampingan

membentuk suatu interaksi. Ini dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan jenis

pergerakannya (Meissner 2002), yaitu:

1. Divergen

Pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak saling menjauh satu dengan

yang lain dimana gaya yang bekerja pada gerak ini adalah gaya tarikan (tensional).

Divergen ini menyebabkan naiknya magma dari pusat bumi yang akan membentuk lantai

samudera atau kerak samudera. Contohnya adalah MOR (Mid Ocean Ridges) di dasar

samudera Atlantik.

2. Konvergen

Pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak saling mendekati satu dengan

yang lain dimana gaya yang bekerja pada gerak ini adalah gaya kompresional. Ada tiga

jenis pergerakan konvergen yaitu:

Subduksi: Pergerakan konvergen diantara lempeng benua dengan lempeng

samudera, dimana lempeng samudera akan menunjam ke bawah lempeng benua

karena berat jenis lempeng benua lebih ringan dibandingkan dari lempeng samudera.

Contohnya adalah palung yang memanjang dari sebelah barat Sumatra, selatan

Jawa, hingga ke sealatan Nusa Tenggara Timur.

Obduksi: Pergerakan konvergen diantara kerak benua dengan kerak samudera,

dimana kerak benua menunjam di bawah kerak samudera. Penunjaman ini terjadi

karena perubahan dari batas lempeng divergen menjadi konvergen yang kemudian

penunjaman tersebut membawa kerak benua berbenturan dengan kerak samudera.

Page 23: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Kolisi: Pergerakan konvergen diantara lempeng benua dengan lempeng benua.

Kedua lempeng tersebut memiliki massa jenis yang sama sehingga membentuk

pegunungan lipatan yang sangat tinggi. Contohnya: Pegunungan Himalaya.

3. Transform

Pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak saling berpapasan. Gerakan

ini sejajar dan tidak tegak lurus dimana menghasilkan sesar mendatas jenis Strike Slip

Fault. Contohnya adalah sesar San Andreas di Amerika Serikat.

Gambar 2. Jenis-jenis Gerak Lempeng (Meissner, R. 2002)

2.2 Kerentanan Wilayah Terhadap Bencana Tsunami

Hakekat dari mitigasi bencana tsunami adalah menekan hingga seminimal mungkin

Kerentanan bencana tsunami. Pada dasarnya, Kerentanan sebuah bencana memiliki tiga

variabel, yaitu :(1) aspek jenis ancaman,(2) aspek kerentanan, dan (3) aspek kemampuan

menanggulangi (Diposaptono dan Budiman, 2006). Dewasa ini banyak terminologi yang

digunakan untuk menjelaskan pengertian rawan, rentan dan resiko bencana. Menurut

Page 24: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

Istilah ini sering disebut juga sebagai Kerentanan (vulnerability) adalah sekumpulan

kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang

berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana

(Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana, 2007).

Kerentanan bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana

pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa

terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan

gangguan kegiatan masyarakat (UU RI No.24 Tahun 2007). Hubungan antara kerawanan

(hazard), kerentanan (vulnerability), kapasitas penanggulangan (capacity) dan resiko (risk)

dirumuskan pada Persamaan 1 di bawah ini (Diposaptono dan Budiman, 2006)

Kerentanan berbanding lurus dengan ancaman atau bahaya (kerawanan) dan tingkat

kerentanan terhadap tsunami, serta berbanding terbalik dengan kemampuan (kapasitas)

dalam menghadapi tsunami. Semakin besar kerawanan dan kerentanan terhadap tsunami,

serta semakin rendah kemampuan penanggulangan dalam menghadapi tsunami, maka

akan semakin besar kerentanan tsunami yang timbul. Bilamana jenis kerawanan tsunaminya

sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, namun jika tingkat kerentanan dan

kapasitas penanggulangan yang berbeda-beda, akan mengakibatkan dampak tsunami yang

berbeda, antara satu daerah dengan daerah lainnya (Siahaan, 2008).

Kerentanan/kerawanan (succeptibiity) merupakan tingkat kemudahan terkena suatu

kejadian yang mengancam dari suatu fenomena secara potensial pada suatu wilayah dalam

periode waktu tertentu (UNDH dalam Munawar, 2008: 21), sedangkan Suprapto (1984)

mendefinisikan kerawanan banjir merupakan tingkat kemudahan suatu daerah untuk dilanda

banjir. Pengertian kerawanan berikutnya diutarakan oleh United Nations Disaster Relief Co-

Ordinator (UNDRO) dan United Nations Educational, Scientifi And Culture Organization

Page 25: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

(UNESCO), dalam Munawar (2008). Menurut UNDRO dan UNESCO kerawanan diartikan

sebagai penilaian tingkat bahaya di suatu daerah hanya 27 didasarkan pada sifat dan

proses dari potensi bahayanya serta ciri morfologi daerah tersebut, tanpa memperhitungkan

objek bencananya.

Sebuah strategi untuk mengurangi kerentanan bencana harus terlebih dahulu

menetapkan cara manajemen kerentanan dan kiteria, dan ciri potensi ancaman terhadap

masyarakat dan lingkungannya (hazard) keduahal itu harus menganalisis kerentanan social

dan fisik dan menentukan potensi kerentanan dari beberapa scenario berbahaya untuk

akhirnya menerapkan langkah- langkah untuk mengurangi mereka

Tujuan akhir, pengurangan kerentanan bencana di masa kini dan pengendalian

kerentanan bencana di masa depan, harus dicapai dengan menggabungkan langkah

langkah structural dan non – structural yang membuat manajemen kerentanan sebagai

konsep mengintegrasi dan praktek yang relevan yang dilaksanakan selama semua tahap

masyarakat proses pembangunan dan bukan hanya sebagai respon pasca bencana.

Manajemen kerentanan bencana memerlukan pemahaman mendalam tentang penyebab

dan factor factor yang mendasari bencana dalam rangka untuk sampai pada solusi praktis,

tepat dan berkelanjutan bagi masyarakat beresiko (UN/ISDR, 2004).

2.3 Penginderaan Jauh dan SIG Dalam Kajian Bencana Tsunami

2.4.1. DEM (Digital Elevation Models)

DEM adalah salah satu tipe dari Digital Terrain Model atau DTM, merupakan

perekaman gambaran topografi atau geomorfometrik dari permukaan bumi atau permukaan

lain dalam format digital. Jadi bukan merupakan gambaran ketinggian objek yang ada

dipermukaan bumi atau Digital Surface Model (DSM). DEM merekam ketinggian dalam

format raster. oleh karena itu, dalam dem suatu area biasanya dibagi ke dalam rectangular

pixels dan data elevasi disimpan dalam tiap pixel tersebut. Sehingga data DEM merupakan

Page 26: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

sampel permukaan tinggi dalam bentuk raster. Ilustrasi perbedaan DEM/DTM dan DSM

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Ilustrasi DEM/DTM dan DSM (Sumber : http://www.gisresources.com/confused-dem-dtm-dsm/)

Beberapa metoda umum yang biasa digunakan untuk menurunkan dem (Julzarika,

2009) adalah :

1) Melakukan interpolasi, yaitu melakukan interpolasi terhadap titik ketinggian (dimana titik

berisi informasi ketinggian Z dan Koordinat XY) atau interpolasi terhadap garis kontur

untuk menghasilkan DEM.

2) Penurunan DEM mengunakan citra stereo, yaitu menggunakan 2 atau lebih citra yang

diperoleh dari sudut pandang yang berbeda.

3) Radar Interferometri (Insar). Teknik dimana data dari sensor radar dari satelit

penginderaan jauh (contoh: ers, jers-1, radarsat dan palsaralos) digunakan untuk

Page 27: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

memetakan ketinggian (topografi) dari permukaan bumi. Dua citra radar yang meliput

wilayah yang sama di permukaan bumi dan direkam dalam waktu yang bersamaan,

dikombinasikan untuk membentuk interferogram. lingkaran warna (fringes) yang terdapat

pada interferogram memperlihatkan ketinggian permukaan bumi, ketinggian akan

berubah dengan drastis pada lingkaran warna yang berdekatan.

Kualitas DEM dilihat dari seberapa akurat elevasi tiap piksel (keakuratan absolut)

dan seberapa akurat morfologi yang ditampilkan (keakuratan relatif). beberapa faktor yang

berperan penting dalam penentuan kualitas DEM (Li, et al., 2005), yaitu: kekasaran atau

morfologi dataran yang diteliti, kepadatan contoh atau sampel (metode pengumpulan data),

resolusi grid (ukuran piksel), algoritma interpolasi, resolusi vertikal, dan analisis algoritma

dataran.

2.3.2 SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)

SRTM merupakan wahana satelit yang dilengkapi dengan alat penghasil gelombang

Synthenic Aperture Radar Interferometry (INSAR) yang diluncurkan pada tahun 2000. Data

SRTM menghasilkan dem terutama untuk area dalam cakupan lintang 60° N dan 85 °S

mempunyai jenis datum WGS 84 dan ketinggian ellipsoidal (Yastikh et al., 2006). Menurut

Van Zyl (2001) SRTM merupakan produk pengindraan jauh menghasilkan DEM dunia

dengan resolusi spasial 30 meter dan 90 meter.

Pembuatan DEM dari data SRTM untuk daerah pegunungan masih sering ditemukan

adanya kesalahan atau RMSe (Root Mean Square error), dimana menurut Kaab (2005)

galat biasa terjadi pada ketinggian 12 – 36 meter, sedangan galat maksimum sering terjadi

sering terjadi pada ketinggian lebih dari 100 meter.

2.3.3 SIG Dalam Kajian Bencana

Page 28: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Perkembangan teknologi informasi, baik perangkat keras maupun lunak salah

satunya SIG dapat menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang menyangkut

keruangan. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi basis data dan analisis statis dengan

visualisasi yang unik serta analisis spasial yang ditawarkan melalui bentuk peta digital.

Keamampuan tersebutlah yang membedakan SIG dengan system informasi yang lain,

sehingga membuat SIG lebih bermanfaat dalam memberikan informasi yang mendekati

kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil, dan untuk perencanaan strategis. Demikian

juga untuk menyimpulkan tingkatan kerawanan gempa bumi telah dimanfaatkan SIG untuk

menghasilkan peta tematik (thematic map) dan peta akhir (final map) berupa peta tingkat

kerawanan gempa bumi dalam bentuk system informasi kerawanan gempa bumi, yang

bertujuan sebagai upaya untuk memberikan kontribusi dalam mengurangi dampak dan

kerugian yang diakibatkan oleh gempa bumi (Sunardi, 2012).

2.4 Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu

melalui sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai bentuk cara, mulai dari bentuk

peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Peta

mulai ada dan digunakan manusia sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian.

Walaupun masih dalam bentuk yang sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai suatu

lokasi tempat.

a) Peta adalah gambaran permukaan bumi dalam skala tertentu dan digambarkan di atas

bidang datar melalui sistem proyeksi (Sukandar dkk, 2005).

b) Peta merupakan gambaran sebagian permukaan bumi dalam skala yang lebih kecil dan

berisi sesuatu jenis informasi tentang muka bumi yang bersangkutan (Purnomo, 2008).

Menurut Romenah (2004), jenis peta berdasarkan isinya dapat digolongkan menjadi

dua jenis yaitu : peta umum dan peta khusus (tematik). Peta umum adalah peta yang

menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta umum ini memuat semua

Page 29: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik penampakan fisis (alam) maupun

kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya sungai, gunung, laut, danau, dan

lainnya. Kenampakan sosial budaya misalnya jalan raya, kereta api, pemukiman kota dan

lainnya.

Selanjutnya, yang disebut peta khusus atau peta tematik karena peta tersebutnya

hanya menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin

ditampilkan. Peta khusus adalah yang menggambarkan kenampakan-kenampakan

(fenomena geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya. Contoh peta khusus

adalah peta curah hujan, peta kepadatan penduduk,peta penyebaran hasil pertanian, peta

penyebaran hasil pertambangan, peta jalur penerbangan dan pelayaran (Romenah, 2004).

Page 30: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Materi Penelitian

Secara garis besar materi yang terdapat dalam penelitian ini yaitu :

a) Data fisik topografi wilayah Kabupaten Pandeglang yang menjadi parameter penyusun

dalam pemetaan kerentanan wilayah terhadap bahaya tsunami. Data ini merupakan data

yang diperoleh dari citra satelit, termasuk data ketinggian muka bumi.

b) Data landuse atau data rencana tata ruang wilayah di kabupaten pandeglang–Banten

yang di peroleh dari Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten

Pandeglang.

c) Peta kerentanan tsunami dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) yang

digunakan sebagai pembanding peta yang dihasilkan dalam penelitian ini.

1.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam melakukan analisis data penelitian terdiri dari perangkat

keras yang disajikan pada Tabel 1, dan perangkat lunak yang tersaji pada Tabel 2.

Tabel. 1 Perangat keras yang digunakan dalam penelitian

No Jenis Alat Fungsi

1 Global Positioning

System (GPS)

Menentukan koordinat lokasi wilayah penelitian

(termasuk wilayah yang mempunyai potesi

sumberdaya alam )

2 Alat tulis dan

kelengkapannya

Mencatat data lapang secara short time yang

menjadi sumber utama

3 Kamera digital Mengambil gambar sebagai langkah dokumentasi

penelitian

4 Komputer/Laptop Mengolah data dan analisa data sehingga penyajian

hasil yang dilengkapi software yang mendukung

Page 31: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Tabel. 2 Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian

No Jenis Program Fungsi

1 Arc GIS 9.3 Perangkat linag SIG yang membantu dalam overlay

dan pembuatan peta sebagai salah satu output

penelitian

2 Microsoftcword

2007

Mencatat semua data dalam penyusunan laporan

penelitian

3 Microsoft exel

2007

Menghitung dan manganalisa data angka

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu untuk mengetahui dan

menggambarkan gejala, peristiwa, kondisi lapang dan berbagai informasi yang komplek dan

akurat. Pendekatan deskriptif meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara

fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988).

Jenis data yang digunakan adalah data primer untuk mendapatkan data yang

sifatnya kualitatif dan data sekunder. Data primer kualitatif diperoleh dengan teknik survey,

wawancara dan pengamatan (observasi) terhadap kondisi topografis maupun penggunaan

lahan pesisir di wilayah penelitian. Sementara untuk memperoleh data kualitatif, responden

yang ditetapkan sesuai mata pencaharian, tergantung pada kepuasan penulis atas data

yang diperoleh.

3.4. Jenis-jenis data

Jenis-jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Manurut

Marzuki (1999) data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumbernya, diamati

Page 32: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

dan dicatat pertama kalinya. Sedangkan data sekunder adalah data yang cara

pengumpulannya bukan diusahakan sendiri secara langsung, tetapi diambil dari laporan-

laporan, jurnal ilmiah, majalah, maupun bahan kepustakaan lainnya yang menunjang .

Jenis-jenis data tersebut disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis data dan metode pengambilan data

No Jenis Data Data Metode

1 Data Primer a. Tutupan lahan dan penggunaan lahan

a. Wawancara dengan penduduk serta pemerintah daerah terkait pengguaan lahan yang ada di lokasi penelitian

b. Identifkasi lahan melalui observasi langsung di lapangan

c. Peta penggunaan lahan dari Bappeda Kabupaten Pandeglang

b. Topografi a. Data ketinggian digital (DEM) dari citra SRTM Versi 4 untuk wilayah Provinsi Banten yang diperoleh dari USGS (Unites State of Geological Survey) dan diunduh dari http://www.cgiar-csi.org/data/srtm-90m-digital-elevation-database-v4-1

b. Tracking dengan menggunakan alat bantu GPS

c. Observasi ke lapang dengan penduduk desa setempat melalui pemetaan partisipatif dengan mansyarakat

d. Dokumentasi dengan cara mengambil gambar objek-objek penelitian

2 Data Sekunder a. Potensi wilayah pesisir

Sitasi dari laporan tahunan

pemerintah daerah/Bappeda

b. Kriteria penyusun peta kerentanan pesisir terhadap tsunami

Hasil penelitian yang telah

dipublikasikan di jurnal

bereputasi nasional maupun

internasional

Page 33: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

3.5 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

observasi, wawancara, survei melalui kegiatan tracking. Istilah observasi berasal dari latin

yang artinya melihat atau memperhatikan. Menurut Nawawi dan Martini (1991) observasi

adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak

pada gejala-gejala dalam objek penelitian. Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan

cara berkeliling desa untuk mengamati kemudian mengindentifikasi potensi-potensi yang

ada. Tujuannya untuk memperbaharui data sekunder serta melakukan tracking dan pointing

untuk mengetahui titik koordinat objek-objek yang dikaji di wilayah pesisir Kabupaten

Pandeglang dengan menggunakan alat bantu GPS.

Menurut Sugiyono (2010) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara

terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tata muka maupun dengan

menggunakan komunikasi jarak jauh. Sedangan wawancara dilakukan kepada penduduk

maupun perangkat desa secara kualitatif untuk memperoleh data-data kriteria dalam

penelitian ini.

3.6. Analisa Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis berdasarkan dua pendekatan umum, yaitu

melalui analisis deskriptif kualitatif dan analisis spasial yang menggunakan asumsi-asumsi

geografis. Analisa yang dilakukan yaitu dengan meng-overlay beberapa data yang akan

dikumpulkan menjadi kesatuan yang akan memberikan deskripsi tentang kerentanan

wilayah. Overlay atau proses tumpeng susun yang dilakukan adalah overlay berbasis grid

atau berbasis data raster. Analisis yang digunakan yaitu :

a. Analisis Deskriptif

Page 34: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui pemanfaatan ruang kawasan pesisir

Kabupaten Pandeglang. Data yang digunakan untuk mendeskripsikan pemanfaatan

ruang ini adalah data peta tutupan lahan dan penggunaan laha/landuse yang diperoleh

dari Bappeda setempat. Analisis ini juga meliputi interpretasi visual terhadap hasil

perekaman citra satelit terhadap wilayah penelitian.

b. Analisis spasial

Analisis spasial dilakukan dengan menumpang susunkan (overlay) beberapa data spasial

untuk menghasilkan unit peta baru yang akan digunakan sebagai unit analisis. Pada

setiap unit analisis tersebut juga dilakukan analisis terhadap data atributnya yang tak lain

adalah data tabular, sehingga analisisnya disebut juga analisis tabular. Pengolahan data

spasial dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan peta tematik digital yang

terdiri dari data spasial berformat vector dan data raster.

Saat pelaksanaan proses analisis spasial inilah, pemdekanan SIG diaplikasikan.

Kemampuan SIG dapat dikenali dari fungsi – fungsi analisa yang dapat dilakukannya.

Secara umum, terdapat dua jenis fungsi analisa yaitu fungsi analisa spasial dan fungsi

analisa atribut (basisdata atribut) (Prahasta, 2001).

3.7 Analisis Parameter Kerentanan Wilayah Terhadap Tsunami

Untuk memetakan dan menganalisis sebaran wilayah yang rentan terhadap bahaya

tsunami, maka diperlukan beberapa parameter pendukung analisis. Parameter-parameter ini

ditentukan berdasarkan hasil kajian literature serta kajian dari hasil publikasi terkait

penelitian kerentanan tsunami. Asumsi pemilihan parameter yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ketersediaan perolehan data serta perhitungannya visible untuk

dikerjakan.

Parameter-parameter pembuat peta kerentanan wilayah terhadap bahaya tsunami

yang digunakana dan di analisis dalam penelitian di Kabupaten Pandeglang ini adalah :

Page 35: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

1. Topografi Elevasi

Topografi elevasi adalah syarat utama untuk menilai kerentanan tsunami dari

daerah. Kami menggunakan Digital Elevasi Model (DEM) dari Shuttle Radar Topografi

Mission (SRTM) untuk mendapatkan ketinggian topografi daerah penelitian. Resolusi DEM

yang digunakan adalam 90 meter yang selanjutnya dilakukan downscale ke grid 30 meter

dengan mengunakan interpolasi bilinear. Elevasi yang diperoleh dari pengolahan SRTM

diklasifikasi ulang sesuai nilai atau range kerentanan tsumami dalam 5 kelas kerentanan

sebagaimana yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai elevasi

No Elevasi (meter) Kelas Kerentanan

1 5 atau kurang Sangat Tinggi

2 5 – 10 Tinggi

3 10 -15 Sedang

4 15 -20 Rendah

5 20 atau lebih Sangat Rendah

(Sumber : lida, 1963)

2. Topografi Slope

Slope atau kemiringan topografi dihitung menggunakan algoritma Burrough dan

McDonnell (1998), dengan rumus kemiringan , dimana ∂z / ∂x adalah

sudut untuk timur ∂ arah barat, dan ∂z/∂y adalah sudut untuk arah utara–selatan. Tsunami

run–up bisa menjadi parah tergantung areanya topografi relative lebih datar karna tsunami

dapat lebih mudah mengalir ke daerah datar, tetapi dapat di tahan atau di belokkan oleh

bukit – bukit yang berbatasan pantai (Van Zuidem, 1983).

Slope dibuat berdasarkan data elevasi yang telah diperoleh. Selanjutnya nilai slope

asli yang diperoleh diklasifikasi ulang sesuai nilai atau range kerentanan tsumami dalam 5

kelas kerentanan sebagaimana yang tertera pada Tabel 5.

Page 36: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Tabel 5. Kriteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai slope

No Kemiringan (persen) Kelas Kerentanan

1 0 -2 Sangat Tinggi

2 2 - 6 Tinggi

3 6 – 13 Sedang

4 13 – 20 Rendah

5 20+ Sangat Rendah

(Sumber : Van Zuidam, 1983)

3. Landuse

Landuse atau penggunaan lahan merupakan salah satu parameter yang

diasumsikan berpengaruh terhadap kelas kerentanan. Dengan kata lain bahwa kelas

kerentanan yang berbeda dipenggaruhi oleh penggunaan lahan yang berbeda pula.

Beberapa penggunaan lahan ada yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bahaya

tsunami. Krtiretia yang dugunakan untuk membuat peta kerentanan tsunami berdasarkan

parameter landuse ini sesuai yang dijelaskan pada Tabel 6

Tabel 6. Kriteria landuse untuk kerentanan wilayah terhadap tsunami

No Landuse (penggunaan lahan) Kelas Kerentanan

1 Pemukiman/daerah terbangun Sangat Tinggi

2 Daerah pertanian/sawah Tinggi

3 Semak belukar Sedang

4 Badan air Rendah

5 Hutan Sangat Rendah

(Sumber : Sambah dan Miura, 2014)

4. Jarak dari Garis Pantai ke Daratan

Jarak wilayah pesisir dibagi menjadi 5 kelas kerentanan terhadap bahaya tsunami.

Parameter ini menggambarkan jarak dari garis pantai wilayah penelitian kearah daratan

sebanyak 5 ring atan lingkaran. Pembuatan peta parameter ini adalah menggunakan peta

vector wilayah penelitian yang menggambarkan garis pantai dalam format polyline. Jarak

Page 37: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

dari garis pantai dikaitkan dengan kemungkinan jangkauan tsunami. Secara umum,

kerentanan menjadi lebih tinggi dengan semakin dekatnya wilayah terhadap garis pantai.

Untuk mengklarifikasi kedekatan pesisir, persamaan yang digunakan adalah ;

log Xmax = log 1400 + 4/3log (Yo / 10) (Bretschneider dan Wybro (1976))

dimana Xmax adalah jangkauan maksimum tsunami dipantai. Menurut rumus ini, sebuah

tsunami dengan tinggi 5 m run-up dapat mencapai jarakhingga 556 m dari garis pantai, run

up dari 5 sampai 10 m dapat mencapai jarak 556 - 1400 m dari garis pantai, sedangkan run-

up dari 10-15m dapat mencapai jarak 1400 - 2404 m dan run-up 15-20m dapat mencapai

jarak 2404 - 3528 m.

Klasifikasi kerentanan tsunami berdasarkan parameter jarak dari garis pantai

disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Kriteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai jarak dari garis pantai

No Jarak dari garis pantai

(meter) Kelas Kerentanan

1 0 – 556 Sangat Tinggi

2 556 – 1400 Tinggi

3 1400 – 2404 Sedang

4 2404 – 3528 Rendah

5 3528+ Sangat Rendah

(Sumber : Bretschneider dan Wybro, 1976)

5. Tipe Pantai

Profil pantai juga dapat mempengaruhi ketinggian tsunami dan kecepatan sampai

kearah daratan. Pantai dengan lekukan mungkin memiliki kerentanan lebih tinggi dari pantai

tanpa lekukan karna energy gelombang cenderung berkosentrasi dalam teluk (Ikawati,

2004). Pada penelitian ini, bentuk pantai di wilayah penelitian dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu teluk, pesisir (pantai) dan tanjung (cape). Klasifikasi kerentanan tsunami berdasarkan

parameter bentuk pantai disajikan pada tabel 8.

Page 38: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Tabel 8. Kriteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai jarak dari garis pantai Tipe pantai

No Tipe pantai Kelas Kerentanan

1 Teluk Tinggi

2 Pesisir Sedang

3 Tanjung Rendah

(Sumber : Ikawati, 2004)

3.8 Analisis Kerentanan Wilayah Terhadap Tsunami Melalui SIG

Pendekatan yang digunakan dalam melakukan analisis sebaran wilayah yang rentan

terhadap bencana tsunami di wilayah Kabupaten Pandeglan ini adalah model tumpang

susun atau overlay bertingkat berbasis pada grid/sel atau data yang digunakan seluruhnya

berformat raster. Ilustrasi model ini sebagaimana pada Gambar 4.

Gambar 4. Model Overlay Berbasis Grid

Page 39: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

3.9. Alur Penelitian

Alur penelitian menggambarkan keseruruhan proses yang dilakukan dalam

pemetaan kerentanan wilayah terhadap bencana tsunami di wilayah pesisir Kabupaten

Pandeglang, Provinsi Banten. Alur penelitian tersaji pada Gambar 5.

Analisis data dimulai dari pengumpulan data utama penyusun parameter yang

nantinya akan digunakan dalan analisis SIG untuk menghasilkan peta kerentanan wilayah

pesisir Kabupaten Pandeglang terhadap bahaya tsunami. Data utama yang digunakan

adalah data model ketinggian digital atau DEM yang diperoleh dari data DEM SRTM Versi 4

yang digunakan untuk membuat parameter elevasi dan slope. Secara umu, data yang

diproses terdiri dari tiga data utama, yaitu data DEM, data vektor garis pantai, dan data

penggunaan lahan digital untuk wilayah Kabupaten Pandeglang.

Gambar 5. Diagram Alur Penelitian

Data SRTM

DEM

Elevasi

Slope

Peta administrasi Kabupaten Pandeglang

Ekstrak fitur garis pantai

Analisis Proximity

Pembuatan Kelas kerentanan

Multi ring buffer

Konversi ke raster

Klasifikasi sesuai kelas kerentanan

Data RTRW Bappeda atau Citra Satelit

Ekstraksi Penggunaan lahan

(landuse)

Klasifikasi penggunaan lahan

(landuse)

Pembuatan tipe

pantai dari polyline

garis

Cell-based overlay dalam SIG

Kerentanan wilayah terhadap tsunami

Landuse terdampak

Page 40: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi
Page 41: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Studi

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8 kabupaten/kota di Provinsi

Banten yang berada di ujung barat Pulau Jawa, memiliki luas wilayah 2.747 km2

(274.689,91 ha) atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten dengan panjang pantai

mencapai 307 km. Secara geografis terletak antara 6º 21’ - 7º 10’ Lintang Selatan dan 104º

48’ - 106º 11’ Bujur Timur (Gambar 6). Batas wilayah Kabupaten Pandeglang adalah sebagi

berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang;

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; dan

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.

Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal

pembangunan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan, untuk itu pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya alam haruslah bijaksana dengan memperhatikan kelestarian

lingkungan hidup. wilayah kabupaten pandeglang memiliki potensi sumber daya alam yang

mendukung pembangunan pertanian, kehutanan, pertambangan, perikanan dan kelautan,

serta pariwisata.

Penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 didominasi sektor

pertanian. hal tersebut sebanding dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk

pertanian. dari 274.689 hektar luas pandeglang, 219.950 hektar (80,07%) diantaranya

digunakan untuk usaha pertanian seperti persawahan, ladang, kebun, empang, kolam

tambak, kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman, hutan rakyat dan negara. sedangkan

sisanya digunakan untuk pekarangan/lahan, untuk bangunan dan halaman sekitarnya, lahan

yang sementara tidak diusahakan dan lain sebagainya. untuk lebih jelasnya gambaran

Page 42: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat sebagaimana di Tabel 9,

sedangkan peta infrastruktur dan penggunaan lahannya tersaji pada Gambar 7.

Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Pandeglang

Jenis Penggunaan

Lahan

Luas Lahan (Ha) per tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Irigasi

Non Irigasi

Lading/Huma

Tegal/Kebun

Kolam/Tambak/Empang

Tambak

Pengembalaan/Padang

Rumput

Perkebunan Besar

Hutan Rakyat

Lain-Lain

Bangunan dan Halaman

Sementara tidak

diusahakan

Hutan Negara

25.234

28.717

24.178

48.178

958

539

3.443

15.005

11.925

11.345

14.088

6.011

84.962

72

25.234

28.717

24.178

48.178

958

539

3.443

15.005

11.925

11.345

14.088

6.011

84.962

72

25.234

28.717

24.178

48.178

958

539

3.443

15.005

11.925

11.345

14.088

6.011

84.962

72

22.467

32.272

28.529

55.701

918

118

1.527

9.149

149.928

10.069

11.393

2.856

79.741

22

22.467

32.272

57.477

1.204

218

436

13.793

27.040

12.795

12.865

4.077

56.501

56.501

52

Jumlah 274.690 274.690 274.690 274.690 274.689

Sementara itu pengembangan sumber daya hutan hutan didukung oleh keberadaaan

hutan rakyat dan hutan Negara relative luas diantaranya konservasi taman nasional ujung

kulon, kawasan Akarsari (Gunung Aseupan, gunung karanag, gunung pulosari ) serta

beberap kawasan hutan produksi di Kabupaten Pandeglang guna pemanfaatan hasil dari

hutan.

Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total sekitar 835

km. Sungai-sungai tersebut dikelompokan ke dalam 2 Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu

Page 43: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

SWS Cujung dan SWS Ciliman. Sementara itu Kabupaten Pandeglang terbagi menjadi 6

daerah aliran sungai terdiri DAS Cibaliung, DAS Cibungur, DAS Cidanau, DAS Ciliman,

DAS Ciujung dan DAS Ujung Kulon.

Keberadaan SWS dan DAS tersebut selain memiliki fungsi pelestarian lingkungan

hidup khususnya pelestarian sumber daya air sekaligus berfungsi sebagai penyedia air

bersih bagimasyarakat maupun untuk pengairan. Keberadaan SWS dan DAS tersebut juga

memberikan berkah untuk pengembangan sektor perikanan air tawar. Di lain pihak, sektor

kelautan dan perikanan juga ditopang oleh panjang pantai yang mencapai 307 km, yang

memungkinkan penggalian potensi perikanan air laut. Di perairan yang cukup luas ini hidup

beraneka ragam sumber daya hayati yang berpotensi sebagai lahan budidaya ikan juga

terdapat potensi hutan mangrove dengan jenis bakau, serta jenis lainnya yang sangat

potensial untuk menjaga kondisi pantai dari erosi air laut.

Gambar 6. Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang

Page 44: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 7. Peta Infrastruktur dan Penggunaan Lahan Kabupaten Pandeglang

4.2 DEM SRTM

SRTM atau Shuttle Radar Topography Mission merupakan pesawat ulang-alik yang

mempunyai misi untuk mendapatkan data penginderaan jauh berupa elevasi atau ketinggian

permukaan bumi, data ini selanjutnya dikenal sebagai DEM (Digital Elevation Model).

Pesawat ulang-alik ini bekerja selama 11 hari pada bulan Pebruari 2000 untuk menyiam

seluruh permukaan bumi dengan menggunakan sistem radar (band C : 5,6 cm).

Data yang dihasilkan memiliki resolusi spasial sebesar 3 detik (setara dengan 90

meter), dimana menurut Ozah and Kufoniyi (2008) data SRTM 90m ini memiliki akurasi

vertikal lebih kurang 7.748 sampai 3.926 meter. Sebenarnya data SRTM ini memiliki resolusi

spasial 30 meter, tetapi sampai saat ini untuk menghasilkan DEM yang beresolusi 30 meter

hanya beberapa wilayah di Amerika.

Page 45: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Data DEM SRTM yang digunakan dalam penelitian pemetaan kerentanan bahaya

tsunami ini di-download dari CGIAR Consortium dengan alamat di http://www.cgiar-

csi.org/data/srtm-90m-digital-elevation-database-v4-1. Data yang digunakan adalah data

DEM dengan format GeoTiff, dimana data image yang telah diperoleh merupakan data yang

telah mempunyai koordinat bumi. SRTM memiliki struktur data yang sama seperti format

grid lainnya, yaitu terdiri dari sel-sel yang setiap sel memiliki wakil nilai ketinggian. Nilai

ketinggian pada SRTM adalah nilai ketinggian dari datum WGS1984. Spesifikasi data SRTM

disampaikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Spesifikasi data SRTM yang digunakan dalam penelitian

Spesifikasi Produk

Proyeksi Geographic

Datum Horizontal WGS84

Datum Vertical EGM96 (Earth Gravitational Model 1996)

Unit Vertical Meters

Resolusi Spatial 1 arc-second untuk global (~30 meters)

3 arc-seconds untuk global (~90 meters)

Ukuran Raster 1 degree tiles

Panjang Gelombang C-band 5.6 cm

(Sumber : https://lta.cr.usgs.gov/SRTM1Arc)

DEM SRTM yang telah diunduh selanjutnya dilakukan pendefinisian koordinat agar

saat melakukan overlay terakhir untuk menghasilkan peta kerentanan semua data dalam

satu system koordinat yang sama. Koordinat asli dari data DEM SRTM yang diunduh adalah

koordinat Geografis, dan dalam penelitian ini koordinat DEM SRTM diubah atau dikonversi

kedalam system koordinat UTM atau koordinat dalam satuan meter. Konversi system

koordinat ini dilakukan di perangkat lunak ArcGIS.

Selanjutnya data raster DEM SRTM yang telah dalam koordinat UTM, di-cropping

sesuai batasan lokasi penelitian dengan menggunakan batasan peta administrasi

Kabupaten Pandeglang dalam bentuk peta digital berformat vector. Hasil akhir dari

Page 46: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

pemrosesan awal terhadap data DEM SRTM ini yang selanjutnya akan digunakan untuk

membuat peta parameter elevasi (ketinggian) dan slope (kemiringan).

Tabel 11. Keterangan spesifikasi data dan lokasi download data DEM SRTM yang digunakan dalam penelitian

(Sumber : http://srtm.csi.cgiar.org/SELECTION/listImages.asp)

Data awal DEM SRTM hasil dari proses download serta konversi system koordinat

ini merupakan tutupan DEM sesuai satu kali perekanan data, dimana selain wilayah Provinsi

Banten, wilayah Pulau Sumatera juga ter-cover. Pada data DEM awal ini terlihat bahwa

elevasi terendah adalah -27 m, sedangkan elevasi tertinggi adalah 3410 m, yang

kemungkinan merupakan darerah gunung. DEM ini merupakan DEM awal sebelum

dilakukan analisis lebih lanjut untuk menghasilkan data ketinggian dan slope. Gambar DEM

ini disajikan pada peta DEM SRTM Gambar 8.

Page 47: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 8. Peta DEM SRTM asli untuk wilayah Kabupaten Pandeglang

4.3 Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten pandeglang

Kerawanan (kerentanan) tsunami adalah memperkirakan daerah-daerah yang

mungkin terjadi dampak dari air meluap atau tsunami. Indicator dari kerentanan tsunami

menjadi beberpa katagori seperti ketinggian (elevasi), kemiringan (slope), coastal shape,

coastal proximity, dan tata guna lahan (landuse). Tingkat kerentanan tsunami menjadi hal

yang penting untuk diketahui mengingat bencana akan terjadi bila bahaya berada pada

kondisi rawan. Kelas kerentanan dari masing-masing kriteria/parameter pembuat peta

kerantanan tsunami dibagi menjadi 5 kelas kerentanan, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,

rendah, dan sangat rendah.

Turner dan kasperson (2003) menggembangkan salah satu kerangka kerja

kerentanan multidimensional yang paling konprehensif yang berfokus terutama pada

Page 48: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

hubungan dan masukkan antara system sosial dan ekologi dengan demikian tidak

membatasi analisis untuk manusia tetapi lebih terlihat pada kerentanan terintegrasi system

manusia – lingkungan. Para pengembang kerangka melihat dalam konteks yang lebih luas

dari perubahan lingkungan global dan ilmu keberlanjutan, yang bertujuan untuk memahami

fungsi dan ketertarikan system manusia – lingkungan sebagai reaksi terhadap perubahan ini

global yang sedang berlangsung. Pada penelitian ini, kerentanan dibatasi hanya pada

analisis parameter fisik lingkungan dan tidak memasukkan parameter sosialnya.

Daerah yang berpotensi tinggi rawan tsunami, belum tentu memiliki tingkat

kerentanan yang tinggi terhadap tsunami. Besar kecilnya kerentanan tsunami sangat

tergantung dari kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan fisik lingkungan sekitarnya

(Diposaptono dan Budiman, 2006). Pada penelitian ini, parameter kerentanan yang

dikelaskan adalah parameter lingkungan, sedangkan parameter yang tidak dikelaskan

adalah parameter sosial kependudukan dan infrastruktur wilayah. Kajian parameter

kerentanan lingkungan yang mempengaruhi tingkat kerentanan tsunami di Kabupaten

Pandeglang adalah sebagai berikut :

4.3.1 Elevasi (ketinggian)

Elevasi merupakan parameter pertama pada penelitian ini yang digunakan dalam

penyusunan peta kerentanan wilayah terhadap bahaya tsunami. Sebagaimana telah

dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa data elevasi dalam penelitian ini adalah

menggunakan data model ketinggian digital yang diperoleh dari DEM SRTM. Visualisasi

ulang terhadap data DEM SRTM asli (Gambar 8) dilakukan guna memudahkan dalam

interpretasi visual terhadap gambar ketinggian DEM SRTM. Visualisasi yang dilakukan

adalam menggunakan colom ramp dengan warna dari merah (elevasi rendah) ke hijau

(elevasi tinggi). Proses ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SIG.

Peta hasil visualisasi DEM disajikan pada Gambar 9.

Page 49: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 9. Visualisasi elevasi wilayah Kabupaten Pandeglang

DEM pada peta Gambar 9 merupakan DEM yang telah menggalami proses cropping

atau pemotongan citra sesuai dengan wilayah penelitian (Kabupaten Pandeglang), sehingga

sebaran wilayah dan sebaran ketinggian berbeda dengan elevasi sebagaimana pada peta

Gambar 8. Peta pada Gambar 9 menggambarkan bahwa, elevasi di wilayah penelitian

menyebar dai 0 hingga 1327 m.

Secara umum, berdasarkan Gambar 9, elevasi tinggi teridentifikasi di 3 wilayah, yaitu

pada daerah Taman Nasional Ujung Kulon bagian selatan, wilayah sebelah barat Teluk

Selamat Datang, dan wilayah paling utara Kabupaten Pandeglang atau berbatasan

langsung dengan wilayah Kabupaten Serang.

Berdasarkan gambar dapat diketahui Kabupaten Pandeglang merupakan daerah

yang memiliki topografi yan kompleks mulai dari daratan yang rendah sampai dengan

topografi terjal mencapai ketinggian 1327 m diatas permukaan laut. Daerah pesisir

pandeglang merupakan daerah yang cukup rendah dengan ketinggian daerah paling rendah

adalah 12 – 19 m dan yang paling tinggi dengan jarak jauh pantai kurang lebih 100 m sekitar

Page 50: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

50 – 64 m. Daerah pesisir Labuan terdiri dari daratan yang sempit dari pada utara dan

semakin ke utara wilayahnya berbukit bukit dan bergunung.

4.3.2 Klasifikasi Elevasi

Elevasi adalah ketinggian suatu tempat dari permukaan laut. Elevasi merupakan

factor penting yang mempengaruhi kerentanan tsunami. Semakin rendahnya elevasi

(daratan) maka akan mudahnya terkena luapan air (tsunami) dan sebaliknya, semakin tinggi

suatu daratan, maka jangkauan tsunamipun akan semakin rendah. Jadi tinggi rendahnya

suatu daratan akan mempengaruhi jarak dan tingginya run up (ketinggian) tsunami.

Pemetaan elevasi topografi dalam penelitian ini dilakukan secara digital menggunakan data

topografi yang sudah dirubah ke dalam format raster.

Untuk mempermudah dalam analisis topografi, penelitian ini menggunakan tampilan

data raster dengan pemodelan cahaya (sun angle shadding) atau hillshade. Hillshade

adalah suatu tampilan data raster dengan pencahayaan matahari dari berbagai arah dan

ketinggian sudut matahari. Efek dari tampilan hillshade adalah sisi permukaan yang terkena

cahaya dan sisi yang tidak terkena pencahayaan, sehingga mempermudah melihat cepat

profil ketinggian (ESRI,2002).

Guna membuat parameter elevasi yang akan digunakan nantinya dalam proses

tumpangsusun seleuruh parameter pembuat peta kerentanan wilayah terhadap bahaya

tsunami, maka seluruh parameter harus dilakukan klasifikasi ulang berdasarkan nilai atau

kisaran nilai yang telah ditentukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maupun

berdasarkan literatur pendukung. Pembuatan peta klasifikasi terhadap data ketinggian

mengikuti kriteria sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 3 Metode Penelitian, atau

pada Tabel 4 Kriteria kelas kerentanan tsunami berdasarkan nilai elevasi.

Klasifikasi elevasi untuk membuat peta kerentanan tsunami berdasarkan parameter

elevasi mengikuti kelas kriteria bahwa; jika elevasi kurang dari 5 m maka kelas kerentanan

tsunaminya adalah sangat tinggi, jika elevasi 5 – 10 m maka kelas kerentanan tsunaminya

Page 51: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

adalah tinggi, jika elevasi 10 – 15 m maka kelas kerentanan tsunaminya adalah sedang, jika

elvasi 15 – 20 m maka kelas kerentanan tsunaminya adalah rendan, dan jika elevasi lebih

dari 20 m maka kelas kerentanan tsunaminya adalah sangat rendah. Peta klasifikasi elevasi

ini akan menjadi peta kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami berdasarkan

parameter elevasi

Proses klasifikasi ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SIG dan

menghasilkan peta sebagaimana pada Gambar 10.

Gambar 10. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap Bahaya Tsunami Berdasarkan Parameter Elevasi

Untuk kajian kerentanan tsunami, topografi di bagi menjadi lima kelas yaitu

kelas kerentanan sangat tinggi (<10)kelas kerentanan tinggi (>10-15 m), kerentanan sedang

(>15-20 m), kerentanan rendah (>20-1050 m) dan kerentanan sangat rendah (>1050 m).

Berdasarkan analisis peta pada Gambar 10 diatas, maka dari hasil perhitungan jumlah sel,

dapat diketahui luasan wilayah per kelas kerentanan elevasi seperti pada Tabel 12.

Page 52: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Tabel 12. Jumlah sel dan luasan wilayah penelitian sesuai kelas kerentanan bahaya tsunami berdasarkan elevasi

No Kelas Kerentanan Jumlah Sel

(berdasarkan piksel data) Luas Ha

1. Sangat tinggi 210.963 190.344,37

2. Tinggi 196.101 17.103,63

3. Sedang 218.553 19.691,22

4. Rendah 197.637 17.969,32

5. Sangat rendah 31.041 2.632,05

Total 854.295 247,740,59

Berdasarkan hasil pemetaan klasifikasi elevasi topograsi, dapat diketahui bahwa

wilayah dengan ketinggian kurang dari 10 m memiliki luas 190.344,37 Ha yang menyebar

sepanjang pantai barat. Sementara, wilayah dengan kelas kerentanan tinggi memiliki elevasi

kurang lebih 10-15 m dan memiliki luasan 17.103,63 Ha juga dominan berada pada pesisir

barat.

Untuk daerah dengan ketinggian diatas 15-20 m masih dominan terdapat terdapat di

wilayah pesisir barat Kabupaten Pandeglang, sedangkan ketinggian > 100 m menyebar rata

pada bagian tengah di daerah Kabupaten Pandeglang. Secara umum, dapat diketahui

bahwa wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang yang ber evelasi rendah membuat tingkat

kerentanan tsunami di daerah ini lebih tinggi dari pada di wilayah pesisir selatan.

Semakin rendah elevasi di suatu daerah, membuat tingkat kerentanan tsunami

semakin tinggi. Semakin besar resiko yang terdampak, maka semakin besar kerentanan di

wilayah tersebut, dan sebaliknya. Oleh karna itu, pemetaan elevasi merupakan hal yang

penting dalam kajian kerentanan tsunami.

Page 53: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

4.3.3 Slope (Kemiringan Daratan) dan Klasifikasinya

Slope atau kemiringan dibuat dengan menggunakan data elevasi awal, atau data

DEM SRTM yang belum dilakukan klasifikasi berdasarkan kelas ke=rentanan tsunami.

Slope yang dibuat adalah slope atau kemiringan topografi dalam satuan persen (%)

kemiringan dengan menggunakan persamaan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab

Metode Penelitian. Pembuatan slope ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SIG.

Slope yang dihasilkan sebagaimana tersaji pada Gambar 11.

Sebagaimana elevasi, slope atau data kemiringan juga di-klasifikasi berdasarkan

nilai atau kisaran nilai sesuai kelas kerentanan tsunami. Nilai ini menggunakan nilai

kemiringan dalam persen sebagaimana telah dijelaskan pada Tabel 5 di Bab 3 dari laporan

ini. Nilai slope antara 0 – 2 persen diklasifikasi sebagai kerentanan sangat tinggi terhadap

bahaya tsunami. Selanjutnya nilai slope antara 2 – 6 persen diklasifikasi sebagai kerentanan

tinggi, nilai slope antara 6 – 13 persen diklasifikasi sebagai kerentanan sedang terhadap

bahaya tsunami, nilai slope antara 13 – 20 persen diklasifikasi sebagai kerentanan rendah

terhadap bahaya tsunami, dan nilai slope lebih dari 20 persen diklasifikasi sebagai

kerentanan sangat rendah terhadap bahaya tsunami (lihat Table 5).

Peta klasifikasi slope atau dapat disebut juga sebagai peta kerentanan wilayah

terhadap bahaya tsunami berdasarkan parameter slope tersaji pada Gambar 12.

Page 54: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 11. Peta Sebaran Slope Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan peta pada Gambar 11, dapat dijelaskan bahwa secara umum sebaran

slope yang rendah di wilayah Kabupaten Pandeglang menyebar di seluruh wilayah pesisir,

baik di wilayah pesisir barat maupun pesisir selatan dari Kabupaten Pandeglang. Kecuali di

bagian selatan dari Taman Nasional Ujung Kulon, slope teridentifikasi tinggi di wilayah ini,

sebagaimana jusa di wilayau baguan utara Kabapaten Pandeglang yang berbatasan

dengan Kabupaten Serang.

Page 55: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 12. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap

Bahaya Tsunami Berdasarkan Parameter Slope

Kemiringan merupakan parameter penting dalam menentukan tingkat kerentanan

tsunami di suatu daerah. Kemiringan daratan akan mempengaruhi tinggi run up tsunami

yang akan terjadi. Semakin curam suatu daratan, maka tinggi run up akan semakin rendah.

Satuan kemiringan daratan yang digunakan adalah dalam persentase (%). Range slope

dalam persen berkisar dari 0-200%. Nilai kemiringan 0% mengindikasikan flat area/no slope

(area datar). Nilai kemiringan 100% mengindikasikan kemiringan area 45º dan nilai 200%

menunjukkan vertical slope (Earth Resource Mapping Ltd, 2008).

Peta slope merupakan peta yang diturunkan dari peta elevasi topografi. Pada waktu

pemrosesan data, data topografi dijadikan input dalam algoritma matematis, yang dapat

menggubah setiap nilai elevasi menjadi nilai baru yang menggabarkan sebuah kemiringan

suatu wilayah dengan menggunakan proses analisis pada menu spatial analyst dari

perangkat lunak SIG.

Page 56: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Hasil pemetaan slope menunjukan bahwa kondisi kemiringan tanah di wilayah

Kabupaten Pandeglang cukup beragam. Berdasarkan laporan dari kantor Bappeda

Kabupaten Pandeglang bahwa di pinggiran bibir pantai yang berupa teluk memiliki

kemiringan yang rendah. Berdasarkan analisis peta pada Gambar 12 diatas, maka dari hasil

perhitungan jumlah sel, dapat diketahui luasan wilayah per kelas kerentanan elevasi seperti

pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah sel dan luasan wilayah penelitian sesuai kelas kerentanan bahaya tsunami berdasarkan slope

No Kelas

Kerentanan

Jumlah Sel

(berdasarkan ukuran piksel data) Luas Ha

1. Sangat tinggi 604.226 5.504,084

2. Tinggi 590.420 51.260,945

3. Sedang 952.038 69.945,134

4. Rendah 503.822 44.410,525

5. Sangat rendah 102.498 8.486,105

Total 2.753.004 179.606,793

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa daerah yang terdampak sangat tinggi

dan memiliki luasan area 5.504,084 ha dan daerah dengan kerentanan tinggi memiliki

luasan 51.260,945 ha. Daerah yang berasa pada kelas kerentanan sangat tinggi dan tinggi,

sebagian berada di daerah pesisir dengan tipe pantai teluk.

Wilayah yang terdampak meliputi sebagian besar daerah wilayah Kecamatan

Labuan, Pagelaran, Patia, Sukaresmi dan Panimbang. Daerah ini akan menjadi daerah yang

menjadi resiko tsunami yang tinggi jika tidak adanya upaya penataan ruang yang baik

terutama yang menyangkut area adat penduduk berbasis ekonomi penting. Berdasarkan

hasil dari konsultasi dan studi literatur, diketahui bahwa penempatan kawasan pemukiman

dapat dibagi dalam empat kelas klasifikasi kemirigan yaitu : 0-8ᵒ ,8-15ᵒ, 15-20ᵒ, 20- 40ᵒ dan

lebih dari 40ᵒ.

Page 57: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Daratan pesisir Kabupaten Pandeglang memiliki kemiringan yang cenderung

rendah. Berbeda dengan daerah utara Kabupaten Pandeglang yang cenderung tinggi di

karnakan dekat dengan berbukitan. Berdasarka survey lapang diketahui bahwa daerah

pesisir Labuan sampai Panimbang merupakan daerah sawah. Oleh karna itu, kemiringan

cenderung rendah mungkin dikarenankan wilayahnya bukan merupakan wilayah dataran

tinggi.

4.3.4 Tipe Pantai

Bentuk pantai sangat berpengaruh besar terhasap kecil besarnya energy tsunami

yang akan terhempas ke tempat yang terdampak. Meskipun, besaran gempa tektonik yang

mengakibatkan gelombang tsunami relative rendah, tetapi jika morfometri mendukunguntuk

memberikan penguatan terhadap hempasan tsunami, maka resiko kerusakan akan semakin

besar. Hal ini juga di dukung bilamana sedimen pantainya berupa pasir halus. Hal ini juga

akan menambahkan penguatan run up dan mengakibatkan jarak run up yang seakin jauh

kedaratan (Istiyanto et al.,2005).

Pada penelitian ini, bentuk mormometri pantai di klasifikasikan dalam lima kelas yaitu

teluk V, teluk U, tanjung, pantai lurus dan non teluk atau tanjung. Pemetaan morfometri

pantai dilakukan dengan metode on screen digitize berdasarkan hasil visualisiasi manual

kenampakan topografi daerah pesisir. Untuk keakuratan data, hasil pemetaan tersebut juga

dibandingkan dengan data citra satellite resolusi tinggi, seperti citra google earth. Peta tipe

pantai wilayah penelitian tersaji pada Gambar13. Peta ini dibuat berdasarkan kriteria

kerentanan sebagaimana pada Tabel 8, yaitu untuk tipe pantai teluk maka diklasifikasikan

kedalam kerentanan tinggi terhadap bahaya tsunami, untuk tipe pantai pesisir maka

diklasifikasikan kedalam kerentanan sedang terhadap bahaya tsunami, dan untuk tipe pantai

tanjung maka diklasifikasikan kedalam kerentanan rendah terhadap bahaya tsunami

(Ikawati, 2004)

Page 58: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 13. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap Bahaya Tsunami Berdasarkan Parameter Tipe pantai

Morfometri pantai berpengaruh terpengaruh terhadap besar kecilnya hempasan

tsunami kea rah darat. Kabupaten pandeglang memiliki morfometri yang bervariasi.

Berdasarkan Gambar 13 dapat dlihat bahwa daerah Pandeglang umumnya di dominasi oleh

tanjung, sedangkan teluk memiliki dominasi yang jauh lebih sedikit dari pada tanjung.

Beberapa teluk yang terdapat di Kabupaten Pandeglang yaitu Teluk Carita, Teluk

Lada, Teluk Legon Tundo, Teluk Legon Caritaan, Teluk Legon Lelang, Teluk Legon Penyu,

Teluk Peucang, Teluk Legon Batukuning, Teluk Legon Bidur. Masing-masing teluk tersebut

memiliki bentuk yang berbeda, dimana ada yang berbentuk U da nada yang berbentuk V.

sedangkan beberapa tanjungyang terdapat di Pandeglang yaitu diantaranya Tanjung

Ketapang, Tanjung Panda, Tanjung Kuntianak, Tanjung Cawar, Tanjung Kihiang, Tanjung

Cina, Tanjung Palagan, Tanjung Tancangpari, Tanjug Lame. Selain teluk dan tanjung ada

juga daerah pesisir dengan morfometri pantai lurus.

Page 59: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Setiap morfometri pantai memberikan dampak yang berbeda terhadap hempasan

gelombang tsunami di pantai. Pantai teluk V memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi

dibandingkan pantai teluk U. Hal ini karena, pantai teluk V lebih memusatkan energi

tsunami. Akan tetapi, secara umum pantai yang berteluk memiliki tingkat kerentanan yang

tinggi daripada tipe pantai yang lain. Hal ini karena morfometri pantai yang berbentuk teluk

akan mempengaruhi refraksi gelombang tsunami sehingga kecepatan dan energi

gelombang tsunami bertambah. Akibatnya, akumulasi massa air yang terjadi akan

meningkatkan ketinggian serta kecepatan gelombang tsunami di pantai.

Berbeda dengan pantai berteluk, pada pantai bertanjung akan menyebarkan energi

gelombang tsunami, sehingga penjalaran dan tinggi run up pun lebih rendah. Pada pantai

yang lurus, energi merambat secara lurus tanpa ada pembelokan. Pantai tanjung termasuk

ke dalam kerentanan sedang dan pantai lurus termasuk ke dalam kerentanan rendah.

Daerah di luar buffer satu km termasuk ke dalam daerah non teluk atau tanjung. Daerah ini

dianggap sudah tidak dipengaruhi oleh gelombang tsunami.

Selain bentuk pantai, tipe pantai juga sangat mempengaruhi tingkat kerentanan

terhadap tsunami karena tipe pantai (berpasir, berlumpur, berbatu, berkarang, atau berawa)

turut mempengaruhi run up tsunami. Pada penelitian ini, penulis tidak mendapatkan data

geomorfologi daerah Sikka. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian

besar daerah pesisir utara dan selatan Kabupaten pandeglang pantainya berupa batuan,

pecahan karang, tetapi terdapat 50 juga pasir halus sampai kasar dan ada yang berasal

juga dari pecahanpecahan karang (rubble).

4.3.5 Penggunaan Lahan (Landuse)

Pada analisis lahan suatu wilayah terdapat dua jenis data yang dikenal dengan

landuse (penggunaan lahan) dan landcover (tutupan lahan). Terminology mengenai landuse

dan landcover terkadang membingungkan dan dianggap sama. Namun pada dasarnya

landuse dan landcover merupakan hal yang berbeda (Mutaqqin, 2008). Menurut Barrent dan

Page 60: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Curtius dalam Sanjana (2006), landcover (tutupan lahan) adalah kenampakan alamiah bumi

seperti vegetasi, salju, hutan dan sebagainya. Sedangkan landuse (tata guna lahan) adalah

kenampakan bumi hasil aktivitas manusia seperti sawah, ladang, bangunan dan

sebagainya.

Pemetaan penggunaan lahan pada penelitian ini dilakukan menggunakan data

spasial penggunaan lahan dari Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

Kabupaten Pandeglang, yang diproses dalam SIG dan disamakan system koordinatnya

sesuai dengan system koordinat semua peta parameter yang digunakan untuk membuat

peta kerentanan tsunami pada penelitian ini. Berdasarkan data yang di dapatkan diketahui

bahwa jenis penggunaan lahan yang terdapat diwilayah Kabupaten Pandeglang terdiri dari

beberapa penggunaan lahan yaitu belukar/semak, empang, gedung, hutan, hutan rawa,

kebun/perkebun, pemukiman, rawa, rumput/tanah kosong, sawah tadan hujan,

tegalan/lading. Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang dapat di lihat pada

Gambar 14, sedangkan luasan masing-masing penggunaan lahan tersebut disajikan pada

Tabel 14.

mengacu pada kenampakan kenampakan bumi atau lahan bumi yang digunakan aktivitas

manusia, sedangkan land cover mengacu pada kenampakan alamiah bumi tanpa adanya

aktivitas bumi.(mutaqqin,2008).

Page 61: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 14. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Pandeglang

Peta penggunaan lahan diatas merupakan hasil pengolahan data peta yang dipeoleh

dari pemerintah Kabupaten Pandeglang (Bappeda). Beberapa proses validasi dilakukan

dengan menggunakan citra resolusi tinggi seperti citra google earth serta validasi lapangan

terhadap beberapa penggunaan lahan di lokasi penelitian guna memastikan kebenaran

penggunaan lahan tersebut.

Tabel 14. Luasan Penggunaan Lahan di Kabupaten Pandeglang

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Pasir pantai 1.495,031

2 Air tawar 1.338,332

3 Belukar/semak 33.122,233

4 Empang 169,440

5 Gedung 12,674

6 Hutan rawa 681,672

7 Rawa 205,385

8 Rumput/tanah 293,564

9 Sawah tadah hujan 7.459,885

10 Tegalan/ladang 185.959,977

11 Pemukiman 11.328,374

12 Hutan 67.550,049

13 Kebun/perkebunan 91.632,565

14 Sawah irigasi 45.308,119

Page 62: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Berdasarkan luasan penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel 14 dapat diketahui

bahwa tipe penggunaan tanah diwilayah kabupaten pandeglang di dominasi oleh jenis

tegalan/ladang, kebun, hutan, semak belukar, sawah dan pemukiman.

Dampak yang diberikan oleh bencana tsunami terhadap masing – masing landuse

tidak sama. Hal ini karna setiap land use memiliki tingkat reduksi tertentu saat terkena

gelombang tsunami. Misalnya untuk sawah irigrasi, penggunaan lahan ini penting diketahui

tingkat kerentanan karna sawah merupakan sumber ekonomi warga di masyarakat sekitar.

Apabila sawah irigasi terkena dampak maka area sawah tersebut akan dipenuhi air laut dan

area tanah tercampur air asin yang membuat mati tanah. Dampak dari itu adalah area

sawah tak dapat di gunakan kembali untuk bercocok tanam. Artinya, bencana tsunami dapat

membuat perubahan lahan.

Sebagai salah satu parameter dalam pembuatan peta kerentanan di wilayah

penelitian, maka setiap penggunaan lahan yang ada diklasifikan berdasarkan kerentanan

wilayahnya terhadap bencana tsunami. Klasifikasi ini berdasarkan asumsi bahwa

penggunaan lahan yang berbeda dapat mempunyai kelas kerentanan yang berbeda pula. Ini

berdasarkan kemampuan wilayah untuk mereduksi atau menahan gelombang tsunami saat

bencana ini terjadi. Penggunaan lahan pemukiman atau kawasan terbangun akan

mempunyai kelas kerentanan yang sangat tinggi, kawasan pertanian dan sejenisnya akan

mempunyai kelas kerentanan tinggi, semak belukan mempunyai kelas kerentanan sedang,

badan air termasuk sungai dan danau mempunyai kerentanan yang rendah, dan yang

terakhir kawasan hutan memiliki kelas kerentanan sangat rendah (Sambah dan Miura,

2014).

Page 63: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

4.3.6 Jarak dari Garis Pantai ke Daratan

Mengingat tsunami bersifat merusak, maka dalam penataan ruang harus

memperhatikan kawasan penyangga (buffer zone). Jarak dari garis pantai merupakan

parameter penting dalam kajian resiko tsunami. Berdasarkan kejadian Tsunami Flores,

banyak warga pesisir yang meninggal dunia dan berbagai sarana penting mengalami

kerusakan karena berada di wilayah yang mudah terpapar tsunami. Oleh karena itu,

pembuatan jarak dari garis pantai merupakan salah satu faktor penting dalam analisis

kerentanan tsunami.

Jarak dari garis pantai ini dibuat menggunakan data peta vector garis pantai

sepanjang wilayah Kabupaten Pandeglang. Lima kelas jarak dibuat berdasarkan kelas

kerentanan tsunami mulai dari kelas sangat rentan hingga kelas kerentanan sangat tinggi.

Lima kelas jarak dari garis pantai kea rah daratan ini dibuat berdasarkan klasifikasi yang

telah dijelaskan pada Tabel 7, dimana tsunami dengan tinggi 5 m run-up dapat mencapai

jarakhingga 556 m dari garis pantai, run up dari 5 sampai 10 m dapat mencapai jarak 556 -

1400 m dari garis pantai, sedangkan run-up dari 10-15m dapat mencapai jarak 1400 - 2404

m dan run-up 15-20m dapat mencapai jarak 2404 - 3528 m.

Peta kerentanan tsunami melalui analisis jarak dari garis pantai ke daratan ini dibuat

menggunakan pendekatan proximity yang prosesnya dikerjakan dengan bantuan perangkat

lunak SIG. Kerentaran tsunami berdasarkan parameter jarak dari garis pantai ke daratan ini

disajikan pada Gambar 15.

Page 64: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 15. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap

Bahaya Tsunami Berdasarkan Parameter Jarak Dari Garis Pantai Ke Daratan

Sebagian besar pemukiman dan sarana penting biasanya berada pada daerah

pesisir yang sangat rentan terhadap tsunami. Hampir 140 juta penduduk (60%) penduduk

Indonesia tinggal di wilayah pesisir dan sekitar 80% dari industry Indonesia memanfaatkan

sumberdaya pesisir (Diposaptono dan Budiman, 2006). Oleh karena itu, penataan ruang

wilayah pesisir harus melihat konsep jarak dari garis pantai.

4.4. Analisis Spasial Kerentanan Tsunami di Kabupaten Pandeglang

Analisis kerentanan tsunami merupakan hal yang paling penting dalam rangka

mitigasi bencana alam. Karna mitigasi baru bias diambil setelah mengetahui daerah mana

saja yang mengalami tingat resiko yang paling tinggi. Analisis kerentanan tsunami yang baik

adalah mencangkup identifikasi prilaku alami, lokasi intensitas, dan kemungkinan berulang

suatu bencana. Menentukan keberadaan dan tingkat kerentanan, serta menentukan tingkat

kapasitas dan sumberdaya yang tersedia, dan menentukan tingkat resikonya biasanya

disajikan dalam bentuk peta dan analisis kawasan spesifik (site specific). Kebijakan yang

Page 65: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

diambil berdasarkan analisis SIG juga banyak diyakini banyak pihak lebih akurat dan tepat

sasaran (Diposaptono dan Budiman, 2006).

Berdasarkan keseluruhan parameter yang telah dihasilkan dan dijelaskan diatas

(elevasi, slope, tipe pantai, landuse, dan jarak dari garis pantai ke daratan), analisis

selanjutnya adalah analisis tumpang susun atau overlay melalui pendekatan cell-based atau

berdasarkan grid. Seluruh parameter yang akan dianalisis kerentanannya diubah terlebih

dahulu kedalam format grid atau data bertipe raster, yaitu data yang terdiri dari piksel-piksel.

Proses overlay keseluruhan parameter sebagaimana telah diilustrasikan pada Gambar 4.

Peta akhir berupa peta kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang terhadap

bahaya tsunami berdasarkan parameter elevasi, slope, tipe pantai, landuse, dan jarak dari

garis pantai ke daratan mengikuti konsep conditional function yang dibuat dengan bantuan

perangkat lunak SIG, sebagaimana konsep pada Gambar 16.

Gambar 15. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang

Dikarenakan proses overlay yang dilakukan merupakan overlay semua data bertipe

raster maka nilai bobot dari masing-masing parameter perlu untuk diberikan. Dalam

penelitian ini, bobot (dalam persen) masing-masing parameter diberikan berdasarkan kajian

literatur atau hasil peneltian tentang kerentanan fisik tsunami hasil penelitian Sambah dan

Miura (2014) yang telah dipublikasikan. Bobot masing-masing parameter adalah elevasi

dengan bobot 39,76%, slope 24,80%, landuse 10,52%, tipe pantai 6,66%, dan jarak dari

garis pantai ke daratan dengan bobot sebesar 18,25%.

Page 66: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Contoh conditional function untuk pemodelan kerentanan tsunami berdasarkan

parameter elevasi adalah grid_kerentanan = IFF ((1=“sangat rendah”) AND (2=“rendah”)

AND (3=“sedang”) AND (4=“tinggi”), true, false). Pemodelan dengan conditional function ini

juga dilakukan terhadap parameter lainnya (slope, tipe pantai, landuse, dan jarak dari garis

pantai ke daratan), dengan bahasa perintah yang sama, hanya file rasternya saja yang

berbeda. Overlay selanjutnya adalah proses tumpang susun seluruh data raster dari elevasi,

slope, tipe pantai, landuse, dan jarak dari garis pantai ke daratan dengan melalui model

aritmatik geospasial. Model ini mengikuti persamaan :

grid_kerentanan=(elevasi*0,3976)+(slope*0,2480)+(jarak_garis_pantai*0,1825)+

(landuse*0,1052)+(tipe_pantai*0,0666).

Hasil peta raster yang diperoleh dari eksekusi model diatas adalah peta kerentanan

wilayah pesisir di Kabupaten Pandeglang terhadap bahaya tsunami dengan menggunakan

parameter elevasi, slope, tipe pantai, landuse, dan jarak dari garis pantai ke daratan,

sebagimana tersaji pada peta di Gambar 16 berikut ini.

Gambar 16. Peta Kerentanan Wilayah Pesisir Kabupaten Pandeglang Terhadap Bahaya Tsunami

Page 67: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Pada penelitian ini, dilakukan pemetakan secara spasial tingkat kerentanan tsunami

di Kabupaten Pandeglang, yang nantinya dapat digunakan sebagai salah satu inputan

dalam program mitigasi bencana tsunami di di Kabupaten Pandeglang. Analisis spasial pada

data raster merupakan sebuah dasar dari pemodelan spasial berbasis sel. Hal ini sel

memiliki nilai tertentu, sehingga akan mempermudah dlam hal analisis ruang. Pemodelan

tingkat kerentanana tsunami dilakukan dengan menspasialkan terlebih dulu keseluruhan

parameter utama yang mempengaruhi sebuah bencana tsunami.

Hasil peta kerentanan tsunami sebagaimana peta pada Gambar 16 memberikan

informasi jumlah sel/grid serta luasan masing-masing kelas kerentanan sebagaimana

disusun pada Tabel 15.

Tabel. 2 Jumlah sel dan luasan (Ha) kelas kerentanan tsunami di Kabupaten Pandeglang

Daerah kerentanan sangat tinggi terdapat di 5 wilayah kecamatan pesisir bagian

barat yaitu Kecamatan Labuan, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Patia, Kecamatan

Sukaresmi, Kecamatan Sobang. Daerah kerentanan tinggi didapat sebagian besar di bagian

pesisir barat. Daerah kerentanan sedang, rendah dan sangat rendah terdapat di sepanjang

jalur bagian tengah, bagian barat, dan selatan dari Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan

Tabel 15 diketahui bahwa luasan daerah kerentanan sangat rendah adalah 5214,047 ha

dari dari total luasan wilayah Kabupaten Pandeglang dan luasan kerentanan sangat tinggi

adalah seluas 179,6355 ha dari total luasan wilayah. Daerah yang paling luas adalah

No Kelas Kerentanan Luasan (Ha) %

1 Sangat Tinggi 179,6355 1,38

2 Tinggi 1.033,413 7,95

3 Sedang 3.319,753 25,53

4 Rendah 3.255,613 25,04

5 Sangat rendah 5.214,047 40,10

Total 13.002,46

Page 68: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

wilayah dengan kerentanan sangat rendah yaitu seluas 5214,047 ha dari total luasan

wilayah 13.002,46 ha atau sekitar 40,10% wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan

wilayah dengan kelas kerentanan tsunami sangat rendah. Selanjutnya 25,53% wilayah

merupakan wilayah dengan kerentanan sedang dan 1,38% adalah wilayah dengan kelas

kerentanan sangat tinggi yang teridentifikasi disepanjang pesisir dan paling banyak terlihat

di pesisir bagian barat Kabupaten Pandeglang.

Pada pemetaan spasial daerah kerentanan tsunami dapat dilihat bahwa pada area

tengah Kabupaten Pandeglang memiliki kerentanan sedang. Hal ini di sebabkan oleh

pengaruh dari parameter kemiringan, dimana pada daerah Kecamatan Ciput sampai

Kecamatan Cikedal memiliki kemiringan tinggi. Sehingga pada wilayah tersebut masih

terpetakan sebagai daerah yang beresiko rendah. Hasil yang didapat dari overlay ini

menyimpulkan terdapat 4 daerah yang memiliki kerentanan tinggi yaitu : Pagelaran,

Sukarasmi dan Panimbang, serta 2 daerah dengan kerentanan sedang yaitu di bagian

selatan (Cigeulis dan Sumur).

Sebagai perbandingan, peta kerentanan tsunami hasil penelitian ini menggambarkan

pola kerentanan yang hampir sama dengan peta kawasan rawan bencana tsunami yang

dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi dan

Sumberdaya Mineral Tahun 2009 untuk wilayah Provinsi Banten, sebagaimana Gambar 17.

Page 69: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Gambar 17. Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami Provinsi Banten

4.5 Analisis Kerentanan Wilayah Pesisir Terhadap Penggunaan Lahan di Wilayah Kabupaten Pandeglang

Analisis kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang dengan penggunaan

lahan di wilayah penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara wilayah

kerentanan dan kelas penggunaan lahan. Ini penting untuk mengetahui penggunaan lahan

apa saja yang masuk dalam kelas kerentanan tsunami. Ini juga penting dalam menilai

penggunaan lahan apa saja yang mengalami kerugian secara ekomonis serta membantu

dalam program mitigasi bencana tsunami.

Analisis akhir terhadap kelas kerentanan untuk masing-masing penggunaan lahan di

wilayah Kabupaten Pandeglang, dimana teridentifikasi ada 14 jenis penggunalan lahan yang

berbeda, disajikan pada Tabel 16. Pada kelas kerentanan pertama atau kelas sangat

rendah, gendung memiliki persentasi 0,01% terkena dampak dengan jumlah luasan 12,67

km2, ladang dengan persentase 21,58% dengan luasan lahan 18.595,98 km2, hutan

dengan persentase 78,40% dengan luasan wilayah 67.550,05 km2, dengan total luasan

sebesar 86.158,70 km2.

Kelas kerentanan kedua atau kelas rendah dengan hutan rawa memiliki persentase

61,51% dengan luasan lahan 681,67 km2 dan tanah kosong memiliki persentase 26,49 %

dengan luasan wilayah 293,56 km2, dengan total luasan sebesar 1.108,28 km. Kelas

Page 70: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

kerentanan ketiga atau kelas menegah memiliki beberapa yang terdampak seperti pasir

putih dengan persentase 1,02% dengan luasan 1.495,03 meter, air tawar dengan

persentase 0,91% dengan luasan lahan 1.338,33 meter. Belukar/semak dengan persentase

22,63% dengan luasan wilayah 33.122,23 km. sawah tadah hujan memilki persentase

5,10% dengan luas sebesar 7.459,89 km2, pemukiman memiliki persentase 7,74% dengan

luas 11.328,37 km2, kebun memiliki persentase 6,60% denga luas 91.632,57 km2. total

keseluruhan wilayah sebesar 146.376,42 km2.

Sedangkan untuk kerentanan kelas 4 atau kelas tinggi tidak memiliki wilayah yang

terdampak sedangkan untuk kelas kerentanan kelima memiliki 3 wilayah yang terkena

dampak seperti empang dengan persentase 0,37% dengan luasan wilayah sebesar 169,44

km2, dan rawa dengan persentase 0,45% dengan luasan wilaya sebesar 205,39 km2 dan

terakhir ialah sawah irigasi yang memiliki persentase sebesar 99,18% dengan luasan

wilayah sawah irigasi sebesar 4.538,12 km2, dengan jumlah keseluruhan dari kelas

kerentanan 5 atau kelas sangat tinggi memiliki total 45.682,95 km2.

Tabel 16. Persentase luasan kelas kerentanan berdasarkan penggunaan lahan

No Land Use

Luas (Km2) dan Persentase Kelas Kerentanan

Kelas-1 Kelas-2 Kelas-3 Kelas-4 Kelas-5

Luas % Luas % Luas % Luas % Luas %

1 Air Laut 0 133.038 12.00 0 0 0 0

2 Pasir Pantai 0 0 1495.03 1.02 0 0 0

3 Air Tawar 0 0 1338.33 0.91 0 0 0

4 Belukar/Semak 0 0 33122.23 22.63 0 0 0

5 Empang 0 0 0 0 0 169.44 0.37

6 Gedung 12.67 0.01 0 0 0 0 0

7 Hutan Rawa 0 681.67 61.51 0 0 0 0

8 Rawa 0 0 0 0 0 205.39 0.45

9 Rumput/Tanah kosong 0 293.56 26.49 0 0 0 0

10 Sawah Tadah Hujan 0 0 7459.89 5.10 0 0 0

11 Tegalan/Ladang 18595.98 21.58 0 0 0 0 0

12 Pemukiman 0 0 11328.37 7.74 0 0 0

13 Hutan 67550.05 78.40 0 0 0 0 0

14 Kebun/Perkebunan 0 0 91632.57 62.60 0 0 0

15 Sawah Irigasi 0.000 0 0 0 0 45308.12 99.18

Total 86158.70 1108.28 146376.42 0 45682.95

Page 71: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi
Page 72: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil analisis kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami yang dihasilkan

dari penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Parameter elevasi, slope, tipe pantai, landuse, dang arah dari garis pantai ke daratan

merupakan parameter-parameter fisik topografis yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kerentanan wilayah Kabupaten Pandeglang terhadap bahaya tsunami.

2. Pemetaan sebaran kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang terhadap bahaya

tsunami dapat dilakukan dengan analisis spasial model tumpeng susun berbasis sell

atau grid, dimana diperoleh 5 kelas kerentanan dengan kerentanan sangat tinggi dengan

wilayah yang luas teridentifikasi di sepanjang pesisir sebelah barat Kabupaten

Pandegleng, yaitu seluas 179,6355 ha atau 1,38% dari luas wilayah penelitian.

3. Berdasarkan hasil analisis antara peta kerentanan tsunami yang diperoleh dengan kelas

penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang dapat diketahui bahwa wilayah

perkebunan merupakan wilayah dengan luasan terluas yang masuk dalam kategori

kerentanan terhadap tsunami (91.632,565 ha), namun hampir keseluruhan luasan

wilayah ini masuk dalam kelas kerentanan sedang. Sedangkan kelas kerentanan

tsunami sangat tinggi ada pada wilayah sawah irigasi, seluas 45.308,12 ha. Daerah

kerentanan sangat tinggi terdapat di wilayah pesisir barat kecamatan yaitu Labuan

Pagelaran, Patia, Sukaresmi dan Panimbang.

Page 73: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memasukan datapemodelan tsunami

dengan model pusat gempa tsunami dari arah yang berbeda untuk memetakan daerah

resiko tsunami yang lebih detail.

2. Penerapan ”soft mitigation dan hard mitigation structure” penting untuk dilakukan pada

daerah yang beresiko tinggi terhadap bahaya tsunami.

3. Perlu dibuat “evacuation zone route map” dan database bencana alam tsunami sebagai

input penting untuk perkembangan daerah berbasis bencana.

Page 74: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

DAFTAR PUSTAKA

Aydan, O.(2008), seismic and tsunami hazard potensial in Indonesia with special emphasis

on Sumatra islan, journal of the school of marine science and technology, tokai university, 6 (3), 19-38.

Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana. 2007. Fasilitasi Rencana

Penanggulangan Bencana : Materi 2. BakornasPB .Jakartawww. bakornas_pb.go.id [19 Juni 2007]

Bambang sunardi.2012kerawanan gempabumi berbasis SIG dalam upaya mitigasi bencana studi kasus kabupaten dan kota sukabumi

Bretschneider, C. L. and Wybro, P. G. (1976). “Tsunami inundation prediction.” Proceedings

of the 15th ASCE Conference on Coastal Engineering, pp. 1006-1024. Burrough, P. A. and McDonnell, R. A. (1998). Principles of geographical information

systems, Oxford University Press, New York, p. 356. Diposaptono, S. and Budiman, D. (2005). Tsunami: Scientific popular book, Bogor,

Indonesia, p. 125. Diposaptono, S dan Budiman. 2005. Tsunami. Buku Ilmiah Populer. Bogor Ernawati sengaji,2009.pemetaan tingkat resiko tunami di kabupaten sikka nusa tenggara

timur menggunakan sistem informasi geografis, fakultas perikanan dan kelautan institute pertanian Bogor

Julzarika, A. 2009. Pemodelan 3d Kota Semarang Terhadap Kenaikan Muka Air Laut

Dengan Citra Satelit Spot5. Prosiding Seminar Nasional Teknik Geodesi Ft Ugm Yogyakarta. Teknik Geodesi Ft Ugm. Yogyakarta

Kaab, A., 2005. Combination of SRTM3 and repeat ASTER data for deriving alpine glacier

flow velocities in the Bhutan Himalaya. Remote Sensing of Environment. 94(4):463-474

Latief, H.,2000, tsunami modelling, risk assessment,and mitigation, pusat penelitian kelautan, institute teknologi bandung.

Iida, K. (1963). “Magnitude, energy and generation mechanisms of tsunamis and a

catalogue of earthquakes associated with tsunamis.” Proceedings of Tsunami Meeting at the 10th Pacific Science Congress, pp. 7-18.

Li, Z., Zhu, Q., And Gold, C., 2005. Digital Terrain Modeling Principles And Methodology.

Crc Press. Florida. Usa http://www.abc.net.au/news/2014-12-19/anatomy-of-a-tsunami/5979690 Ikawati, Y. (2004) Tsunami wave is predictable, In Canahar. P., Earthquake Disaster and

Tsunami, Kompas, Jakarta, Indonesia, p. 550. ITIC. 2006. Tsunami Glossary. http://www.shoa.cl/oceano/itic/frontpage/html [12 Februari 2006]

Marzuki, C. 1999. Metodologi Riset. Erlangga. Jakarta.

Page 75: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Malik, yakub. Dan nani trianawati s. (2008) Gempa bumi dan tsunami. bandung : Buana nusantara

Meissner, R. 2002. The little book of planet Earth. New York: Copernicus Books. p202 ISBN

978-0-387-95258-1 Munawar, 2008. Penggunaan Citra Satelit Quickbird Untuk Pengembangan Metode

Penentuan Risiko Banjir Di Daerah Perkotaan. Thesis. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Nazir,M. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Prahasta, E.2001.Konsep Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.Informatika.Bandung. Sambah, 2014. Tsunami Vulnerability Assessment Using Integrative Remote Sensing and

GIS Approaches Siahaan, F. R. 2008. Perlu Manajemen Resiko Bencana Tsunami Di Mentawai. http://www.puailiggoubat.com [15-31 Mei 2008] Sinaga. 2011. GIS Mapping of Tsunami Vulnerability: Case Study of the Jembrana Regency

in Bali, Indonesia Sugito, 2008. Tsunami. Jurusan Pendidikan Geografi fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, UPI. 2008 Sugiyono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Purnomo, E.2008. Bagaimana Cara Membaca dan Memanfaatkan Peta?.

http://inigis.info/blog/bagaimana-cara-membaca-dan-memanfaatkan-peta. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015

Puspito, N. 2007. Indonesia memang Rawan Tsunami. www.bppt.go.id [12 April 2007]

Romenah.2004.PengetahuanPeta.http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiya

h/file.php/1/materi/Geografi/PENGETAHUAN%20PETA.pdf Diakses pada tanggal 04 Oktober.

Sukandar.D.Setyohadi dan Y. Didik.2005.Pemetaan Sumberdaya Hayati Laut. DiktatMata

Kuliah. FPIK- UB. Malang. Sunardi.2012. Kajian Kerawanan Gempabumi Berbasis Sig Dalam Upaya Mitigasi Bencana

Studi Kasus Kabupaten dan Kota Sukabumi.Magister Tehnik Sipil konsertrasi manajemen rekayasa UII, yogjakarta

UNESCO-IOC, 2006. Tsunami Glossary. IOC Information Document No. 1221.Paris:

UNESCO. Winata, A., 2015. Simulasi Van Zuidam, R. A. (1983) Guide to geomorphologic - Aerial photographic interpretation and

mapping, International Institute for GeoInformation Science and Earth Observation, Enschede, The Netherlands, p. 325.

Page 76: D Dosen Pembimbing IIrepository.ub.ac.id/4978/1/Rahmat, Bayu.pdf · 2020. 8. 9. · pemetaan kerentanan wilayah pesisir terhadap bahaya tsunami melalui pendekataan sistem informasi

Van Zyl J. J. (2001), The Shuttle Radar Topography Mission(SRTM): a breakthrough in remote sensing of topography. Acta Astonautica, 48(5-12), 559–565.

Yastikh, 2006, Accuracy And Morphologi Analyses of GTOPO30 and SRTM X-C band

DEMS in the test area Istamul, ISPR workshop, ankara