dakwah dan politik - repository.uinjkt.ac.id

86
DAKWAH DAN POLITIK : PEMIKIRAN DAN KIPRAH K.H. MAHRUS AMIN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam ( S.Kom.I ) Oleh : Pahlevy NIM. 105051001984 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DAKWAH DAN POLITIK :

PEMIKIRAN DAN KIPRAH K.H. MAHRUS AMIN

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Oleh :

Pahlevy NIM. 105051001984

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

DAKWAH DAN POLITIK :

PEMIKIRAN KIPRAH DAN K.H. MAHRUS AMIN

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Oleh :

Pahlevy NIM. 105051001984

Di bawah Bimbingan :

Prof. Dr. Murodi, MA NIP. 19640705 1992031 1003

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Dakwah dan Politik (Kiprah dan Pemikiran K.H Mahrus Amin) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I.) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 23 September 2010

Sidang Munaqasyah, Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarrofa,M.A NIP: 19700903 199603 1001 NIP: 1971816 199703 2002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dra. Asriati Djamil, M.Hum. Drs. Suhaimi, M.Si. NIP: 19610422 199003 2001 NIP: 19670906 199403 1001

Pembimbing,

Prof. Dr. Murodi, MA NIP. 19640705 1992031 1003

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Juni 2010

Pahlevy

ABSTRAK Nama : Pahlevy NIM : 105051001984

DAKWAH DAN POLITIK

KIPRAH DAN PEMIKIRAN K.H. MAHRUS AMIN Elite agama Islam, yang oleh kalangan masyarakat Jawa khususnya disebut

kyai, seringkali dijadikan bahan perbicangan para pengamat dan bahkan oleh kyai sendiri, menyangkut layak tidaknya mereka terjun dalam politik praktis. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kyai seharusnya berperan saja sebagai pengayom umat terutama dalam kehidupan beragama, dan karena itu lebih tepat jika menghindarkan diri dari kegiatan politik. Sebaliknya, terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa tidak ada alasan kyai harus meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik merupakan bagian kehidupan agama itu sendiri. Saat ini, dari sekian banyak tokoh agama Islam atau kyai di Indonesia yang menjadikan politik sebagai sarana atau media dakwah ialah K.H. Mahrus Amin.

Dalam penelitian ini penyusun mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: Konsep dakwah menurut K.H Mahrus Amin? Konsep politik menurut K.H. Mahrus Amin? Bagaimana kiprah dakwah dan politik menurut K.H. Mahrus Amin?

Sedangkan metodelogi dalam pembahasan skripsi ini menggunakan metodelogi kualitatif yaitu, melakukan wawancara langsung dengan K.H. Mahrus Amin, kemudian mengumpulkan data dari beberapa artikel di internet dan karya-karya berupa tulisan K.H. Mahrus amin serta buku-buku yang terkait dengan permasalahan.

Teori yag digunakan dalam pembahasan ini adalah teori global communitarianism, geographical mobility dan teori cult./lang./ competence/inheritance. teori global communitarianism yang berarti dapat menerima siapa saja untuk menjadi bagian dalam komunitasnya sebagaimana objek dalam berdakwah yang tidak dipilih-pilih. Teori geographical mobility yang artinya berpindah dari wilayah aslinya dan tersebar, sebagaimana agama Islam yang berasal dari Arab menyebar ke seluruh dunia. Teori cult./lang./competence/acquisition yang mempunyai makna dapat mengadopsi dan berakulturasi dengan budaya lain, sebagai contoh Indonesia adalah Indonesia akan tetapi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Islam baik dari segi sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

Dari pembahasan di atas, dapat sekiranya saya simpulkan bahwa dakwah dan politik memiliki keterkaitan, di mana politik dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk berdakwah, dan tidak ada salah seandainya seorang kyai terjun ke dunia politik selama mempunyai niat dan tujuan yang baik untuk kemaslahatan umat, tanpa harus terkontaminasi kotornya politik yang menodai kemurnian dakwah Islam.

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, tempat berlindung dan

bersandar atas segala kelemahan manusia sebagai makhluk dhaif dengan

keagungan rahmat hidayah-Nya, sholawat beriring salam semoga tercurah

limpahkan kepada makhluk Allah yang paling mulia, Nabi Muhammad SAW,

keluarga, para sahabat beliau dan orang-orang yang senantiasa berjalan di atas

petunjuk beliau serta mengikuti jejak beliau hingga hari kiamat.

Selanjutnya selama penyusunan skripsi ini, dan selama penulis menimba

ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Komunikasi

dan Penyiaran Islam, penulis mendapatkan sesuatu yang berharga yang belum

pernah penulis dapatkan sebelumnya, juga penulis banyak mendapatkan motivasi

yang sangat besar dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada orang-orang yang memberikan andil besar dalam

menyelesaikan skripsi ini, maka dengan selesainya skripsi ini, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu, terutama penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Drs. Jumroni, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

3. Umi Musyarofah M.A., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

i

4. Prof. Dr. Murodi, MA, selaku pembimbing skiripsi yang telah

memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya serta memberikan ilmunya

selama penulis mengerjakan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Murodi, MA, selaku Dosen Penasehat Akademik.

6. K.H Mahrus Amin, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

wawancara secara langsung kepada penulis.

7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, yang telah membantu dalam menyediakan sumber-sumber

selama penulis merampungkan skripsi ini.

8. Ayahanda Drs. Pahlawan Lubis dan Ibunda Neni Nelti yang telah

mencurahkan semua perhatian dan cinta kasihnya selama ini, masukan dan

arahannya sungguh bijak, sehingga mereka dapat menjadi inspirator utama

dalam penyusunan skripsi ini.

9. Adik-adikku tersayang, Intan , Kinan, Almarhumah Siti Rahmah, Anggi,

Joman dan Raihan, yang telah memberikan semangat kepada penulis.

10. Sahabatku Rahmat Hidayat, Iqbal Perdana dan M.Irfan.

11. Seluruh teman kelasku KPI D angkatan 2005, terutama buat Zulfikar, Kiki

Maulana, M. Arif Sigit, Geary Fariq, Hifzanul Hanif, Ahmad Fauzi, Farah

Nurul Hikam, Irma Iztarikizra, Upi Zahra.

12. Teman-teman BEM Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

HMI yang telah banyak memberikan wawasan keorganisasian kepada

penulis.

iii

iii

Akhirnya hanya kepada Allah jualah kami berserah diri dan mudah-

mudahan skripsi ini bermanfaat. Meskipun penulis menyadari masih banyak

terdapat kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini karena kesempurnaan

hanyalah milik Allah SWT.

Jakarta, 5 September 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 7 D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 8 E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Dakwah dan Unsur-unsurnya 1. Pengertian Dakwah ....................................................................... 12 2. Unsur-Unsur Dakwah ................................................................... 14 3. Hukum Dakwah ............................................................................ 28

B. Politik 1. Pengertian Politik .......................................................................... 29 2. Perpektif Islam Tentang Politik ..................................................... 31 3. Keterkaitan Dakwah dan Politik .................................................... 34

C. Kiprah dan Pemikiran 1. Pengertian Pemikiran ..................................................................... 35 2. Pengertian Kiprah........................................................................... 36

BAB III PROFIL K.H. MAHRUS AMIN

A. Riwayat Hidup 1. Latar Belakang Keluarga ............................................................... 37 2. Latar Belakang Pendidikan ............................................................ 38 3. Latar Belakang Organisasi ............................................................ 40

B. Karya-Karya K.H Mahrus Amin ......................................................... 41

BAB IV ANALISIS KONSEP DAKWAH DAN POLITIK MENURUT K.H. MAHRUS AMIN A. Konsep Dakwah Menurut K.H. Mahrus Amin .................................. 44 B. Konsep Politik Menurut K.H. Mahrus Amin ..................................... 50 C. Kiprah Dakwah dan Politik Menurut K.H. Mahrus Amin ................. 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 62 B. Saran ............................................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 64 LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Elite agama Islam, yang oleh kalangan masyarakat Jawa khususnya

disebut kyai, seringkali dijadikan bahan perbicangan para pengamat dan

bahkan oleh kyai sendiri, menyangkut layak tidaknya mereka terjun dalam

politik praktis. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kyai seharusnya

berperan saja sebagai pengayom umat terutama dalam kehidupan beragama,

dan karena itu lebih tepat jika menghindarkan diri dari kegiatan politik.

Sebaliknya, terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa tidak ada alasan

kyai harus meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik merupakan bagian

kehidupan agama itu sendiri.1

Namun, banyak kalangan yang kurang sependapat terhadap peranan

kyai yang terlibat dalam kancah politik, karena seorang kyai belum cukup kuat

untuk menahan godaan fasilitas yang disediakan bagi mereka tatkala tengelam

dalam euporia politik praktis. Bahkan yang lebih memprihantinkan lagi, ketika

antar kyai pun bisa terjadi konflik karena perbedaan aspirasi politik.2

Bagi kyai keterlibatan mereka dalam berpolitik tentu saja sangat

beralasan, bagi mereka antara politik dan dakwah merupakan suatu kesatuan,

mustahil untuk dipisahkan. sebab agama merupakan ajaran tata perilaku

1 Imam Suprayogo, Kyai dan Politik “Membaca Citra Politik Kyai”, Malang , (UIN

Malang Press, 2009), Cet. ke-2 hal. 1 2 Hamadan Daulay, Membangun Kerukunan Berpoltik dan Beragama Di Indonesia,

(Yogyakarta, Puslitbang Depag RI, 2002) hal. 11

1

2

kemanusiaan, sehingga ia bukan hanya sistem teologi tetapi juga sebuah

kebudayaan yang kompleks. Dakwah harus didukung dengan sebuah

kekuasaan politik. Sebab, baik agama maupun politik, secara kasat mata sama-

sama berkolerasi dengan kemaslahatan umat.3

Walau bagaimanapun, kalau memang politik adalah salah satu jalan

untuk menegakkan kemaslahatan umat (al-maslahah al-ammah), dan

menancap sangat kuat dalam kaidah politik Islam (qowaidu al-siyasah al-

Islamiyah), kyai harus tetap berjuang dengan konsisten untuk terus

berekperimentasi. Nabi Muhammad SAW juga "politisi" ulung yang

mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga kepala

negara.4

Jadi, kalau mengikuti tata nilai yang diteladankan Nabi dan

sahabatnya, pastilah akan terus berevaluasi dalam sekian eksperimentasi,

sehingga akan lahir kedewasaan berpolitik. Sebagi sistem hidup yang

sempurna, Islam tidak bergerak pada tataran pemikiran (teoritis) semata, tetapi

bekerja padatataran praktis, mengatur semua segi kehidupan manusia secra

realistis dan objektif. Ini berarti, Islam haruslah diterjemahkan dan

diwujudkan dalam kehidupan nyata dengan membangun komunitas dan

masyarakat Islam.5

Dakwah dibidang politik adalah ajakan mengembalikan tata cara

pengurusan masyarakat ke dalam suasana yang teduh dan Islami. Inilah

3 Syaiful Amin Sholihin, Tokoh Agama dan Pilihan Politik, (Yogyakarta, Tugu Pess,

2004), hal. 27 4 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal

25 5 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah , (Jakarta, Penerbit Madani 2006), hal. 151-152

3

panggilan yang sesuai dengan fitrah manusia di manapun dia berada. Tidak

ada manusia di dunia ini yang diciptakan Allah SWT dan tidak satupun

mahluk manusia yang tidak akan kembali kepada Allah SWT. Jadi wajarlah

bahwa manusia yang berakal menghormati aturan pencipta-Nya dan kepada

siapa dia kembali. Kita pun tak bisa membayangkan kekuatan Islam dapat

tersebar tanpa adanya perjuangan dakwah yang justru ditujukan untuk

menyebarkannya. Artinya, seandainya tidak melalui perjuangan dakwah,

Islam tidak mungkin memiliki kekuatan, tidak mungkin tersebar luas, tidak

mungkin dapat dijaga dan tidak mungkin pula hujjah Allah bisa ditegakkan

atas para makhluknya.6

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dakwah dan politik adalah

dua hal yang berbeda walaupun terkadang saling terkait dalam mencapai

tujuan tertentu, jika dakwah diletakkan dalam politik maka dakwah akan

menjadi instrument dan sarana untuk mencapai tujuan politik. Berpolitik

dalam Islam berarti menjunjung tinggi dakwah Islamiyah, dakwah sendiri

dapat kita artikan sebagai upaya mengajak atau meningkatkan usaha manusia

dalam berbuat kebaikan, dakwah yang dimaksud tidak terbatas pada spiritual

saja akan tetapi dakwah harus memasuki semua dimensi kehidupan baik

ekonomi, sosial, budaya maupun politik.

Saat ini, dari sekian banyak tokoh agama Islam atau kyai di Indonesia

yang menjadikan politik sebagai sarana atau media dakwah, salah satunya

ialah K.H Mahrus Amin. Ia dilahirkan di desa Kali Buntu, Ciledug, Cirebon

6 Mahmud Ahmad, Dakwah Islam, (Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2002), hal. 15

4

pada tanggal 14 Februari 1940, nama lengkap beliau adalah Mahcrus Amin.

Orang tua, saudara dan teman-temannya memanggil beliau Mahrus. Beliau

dilahirkan dalam keluarga terpandang. Ayahnya bernama Casim Jasim Ahmad

Amin, yang menjabat sebagai seorang Kuwu (setingkat lurah) dan juga salah

satu keturunan anak cucu Syarif Hidayatullah, tokoh Islam di Jawa Barat pada

masa lalu. Selain itu ayahnya juga adalah seorang pejuang kemerdekaan

Republik Indonesia yang tergabung dalam Laskar Hizbullah di Jawa Barat.

Ibunya bernama Hj. Jamilah binti H. Muharom yang berasal dari Cirebon.

Ibunya adalah cucu kyai Idris seorang ulama pimpinan pondok pesantren

Lumpur di daerah Lumpur Brebes. Bersama Kyai Ismail yang dikenal sebagai

ahli hikmah dan juga saudaranya kyai Idris, Keduanya adalah ulama yang

berpengaruh di kawasan Losari.7 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

K.H. Mahrus Amin berasal dari keluarga terpandang baik dsri segi sosial

maupun keagamaan.

K.H. Mahrus Amin mengeyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat

Islam (SRI) di Kalimukti pada tahun 1953 beliau lulus. Setelah itu beliau

melanjutkan pendidikanya ke Pondok Modern Gontor di Ponorogo selama 6

tahun dan lulus pada tahun 1961, Setelah tamat beliau mendapatkan izin untuk

tidak perlu mengajar di Gontor. Beliau berhijrah ke Jakarta untuk mengajar di

sebuah lembaga pendidikan yaitu Madrasah Darunnajah Petukangan dan

melanjutkan Pendidikannya di Fakultas Ushuludin Jurusan Dakwah IAIN

Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang Universitas Islam Negeri Syarif

7 K.H Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta, Penerbit Grup

DANA, 2008), hal. 3

5

Hidayatullah) hingga tamat tahun 1972.8 Setelah tamat dari IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Beliau mendapatkan kesempatan menjadi dosen untuk

mengajar dialmamaternya, Fakultas Ushuludin, tapi beliau hanya mengajar

sebentar saja. Beliau mengundurkan diri menjadi dosen dan memilih jalur lain,

beliau lebih memilih untuk berkonsentrasi pada pembinaan dan pengelolaan

pondok pesantren yang didirikannya hingga sekarang.9

Di antara cita-citanya K.H. Mahrus Amin adalah menggagas pendirian

1000 Pesantren Nusantara di antaranya adalah pondok pesantren Darunnajah

Jakarta dan pondok pesantren Madinnatunnajah Tangerang Selatan dengan

Gerakan Nasional Cinta Wakaf Zakat, Infaq, dan Shadaqoh. Selain menjadi

kyai atau pimpinan pesantren, beliau juga banyak menempati posisi penting di

organisasi keislaman seperti Ketua I DPP Forum Islamic Center Indonesia,

Ketua Forum Umat Islam, Ketua Umum BKsPPI (Badan Kerjasama Pondok

Pesantren Indonesia), Pengurus Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia

(Bakomubin), Ketua Yayasan Qolbu Salim Masjid Istiqlal dan Anggota

Dewan Penasehat Majlis Ulama DKI Jakarta.10

Selain aktif di dunia dakwah beliau juga bergiat dalam kegiatan politik.

Pada waktu Orba (Orde Baru) jatuh, berganti Era Reformasi, Pemerintah RI

mengizinkan masyarakat mendirikan Parpol. Lalu lahir banyak partai Islam

seperti PBB, PUI (Partai Umat Islam), Partai Politik Islam Masyumi Abdullah

Hehamahua, Partai Masyumi Baru, Partai Keadilan (PK) atau Partai Keadilan

8 Ibid, hal. 17 9 Panitia Tasyakuran 70 K.H. Mahrus Amin, Kyai Entrepreneur “Social

Entrepreneurship Berbasis Nilai-Nilai Agama”, (Jakarta, Panitia Tasyakuran 70 K.H. Mahrus Amin, 2010), hal. 74

10 K.H Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta, Penerbit Grup DANA, 2008), hal. 121

6

Sejahtera (PKS) 1999-2004 dan Partai Bintang Reformasi (PBR). Kemudian

jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2009, lahir pula 38 Parpol Nasional dan 6

Parpol lokal NAD (Nanggroe Aceh Darussalam). Anwar Harjono

membacakan deklarasi PBB pada 17 Juli 1998 usai Shalat Jum’at di Masjid

Agung Al-Azhar Jalan Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta Selatan

(Jaksel). beliau adalah salah satu pendiri Partai Bulan Bintang (PBB) bersama

Prof Dr HM Yusril Ihza Mahendra, Marlan Mardjoned, Abdul Kadir Jaelani,

Hartono Mardjono SH, Badruzzaman Busyairi Brebes, Ahmad Soemargono,

Tumpal Daniel S SPdI MSi, Ikhwan Ridwan SH dan lain sebagainya.11 Saat

ini beliau juga aktif didalamnya sebagai wakil ketua Majelis Syura di Partai

Bulan Bintang (PBB).12

Berangkat dari sini penulis terarik untuk menganalisis “Dakwah dan

Politik : Kiprah dan Pemikiran K.H Mahrus Amin ” karena dalam hal

perpolitikan dan berdakwah, tokoh yang satu ini merupakan tokoh yang cukup

pantas untuk dianalisis.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan agar penulisan skripsi ini

tidak menyimpang jauh dari pembahasan penulis hanya membatasi

pembahasan pada kiprah dan pemikiran dakwah dan politik K.H Mahrus

Amin.

11http://www.madina-sk.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5580 dikutip pada 14/03/2010

12 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di kediaman beliau (Ulujami)

7

2. Perumusan Masalah

Bedasarkan batasan masalah diatas secara sederhana perumusan

masalah tersebut dapat disimpulkan dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut :

a. Konsep dakwah menurut K.H Mahrus Amin?

b. Konsep politik menurut K.H Mahrus Amin?

c. Bagaimana Kiprah dakwah dan politik K.H Mahrus Amin?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka ada beberapa tujuan

penelitian yang hendak dicapai, yaitu :

a. Untuk mengetahui konsep pemikiran K.H Mahrus Amin tentang

dakwah dan politik.

b. Untuk mengetahui perjalanan dan pergerakan dakwah dan politik K.H

Mahrus Amin.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dai penelitian ini adalah :

a. Secara Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan

tambahan pengetahuan tentang aktifitas dakwah dan politik seorang

tokoh nasional yang menekuni dunia pendidikan, sosial dan politik di

tanah air.

8

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang media dakwah terutama kiat dakwah melalui jalur

atau pendekatan politik. Karena menurut penulis dakwah disertai

dengan politik sejak awal hingga kini menjadi alternatif yang sangat

berpeluang dan menjanjikan dalam menyiarkan Islam di Indonesia.

Penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai wawasan pemikiran

dan praktek yang diperoleh dari Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam khususnya dan umumnya bagi Fakultas Dakwah dan

Komunikasi.

D. Metodelogi Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif-

analisis, yaitu sebuah teori yang bermaksud meneliti dan menemukan

informasi seluas-luasnya tentang sebuah permasalahan yang akan diteliti,

dalam hal ini adalah Dakwah dan Politik : Kiprah dan Pemikiran K.H.

Mahrus Amin.

2. Bentuk Penelitian

Dalam bentuk penelitian skripsi ini penulis menggunakan

metodelogi penelitian lapangan (Fields Research) yang di perlukan untuk

mendapatkan data-data tentang K.H. Mahrus Amin. Untuk menunjang

tulisan ini, penulis juga menggunakan penelitian kepustakaan (Library

9

Reseacrh) dengan menghimpun buku-buku atau tulisan yang berkaitan

dengan masalah diatas.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.13

Dalam hal ini adalah K.H Mahrus Amin

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,

penulis menggunalan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara (Interview)

Wawancara dalam hal ini penulis mengadakan wawancara,

yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

tanya jawab, dengan menggunakan alat panduan wawancara.14

Wawancara adalah tehnik dalam upaya menghimpun data yang akurat

untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu

yang sesuai dengan data.15 Dalam hal ini teknik mengumpulkan data

melalui metode Tanya jawab berupa pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan langsung kepada yang bersangkutan yaitu, K.H. Mahrus

13 Lexy J.Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,

2007), Cet. ke-33, edisi revisi, hal 4 14 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta, Gaila Indonesia, 1998), Cet ke-3, hal

234 15 Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos, 1997), Cet. ke-1 hal.

72

10

Amin mengenai kiprah, pemikiran, alasan dan tujuan beliau tentang

dakwah dan politik.

b. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk

memperoleh data yang diperlukan.16 Demi menunjang sebuah

penelitian yang sempurna, penulis mengobservasi langsung subjek

dan objek penelitian langsung kepada K.H Mahrus Amin dengan

menggunakan metode penelitian lapangan dengan cara mengumpulkan

data yang berkaitan dengan segala aktifitas beliau baik dalam

berdakwah dan berpolitik.

c. Dokumentasi

Yakni teknik pengumpulan data melalui dokumen-dokumen

untuk memperkuat informasi. Dalam penelitian ini dokumen yang

dijadikan sumber penelitian yaitu seperti buku-buku, model yang

memuat dan dijadikan media dakwah dan politik serta artikel-artikel

yang memuat pemberitaan mengenai K.H Mahrus Amin.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan penyusunan laporan akhir (Skripsi) maka

dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab

tersebut memiliki beberapa subbab, yakni seperti berikut :

16 Winarno Surahmad, Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung, CV Tarsita, 1989), hal.

162

11

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, metodelogi penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis yang berisi tentang Pengertian Dakwah dan

Unsur-unsurnya, Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah,

Hukum Dakwah, Pengertian Politik, Perpektif Islam Tentang

Politik, Hubungan Keterkaitan Dakwah dan Politik.

BAB III Profil K.H. Mahrus Amin pada bagian ini dijelaskan mengenai

riwayat hidup dan pendidikan, latar belakang keluarga, latar

belakang pendidikan, aktivitas dakwah dan politik, akivitas K.H.

Mahrus Amin dalam berdakwah dan akivitas K.H. Mahrus Amin

dalam berpolitik.

BAB IV Analisis konsep dakwah dan politik menurut K.H. Mahrus Amin,

pada bagian ini akan menjelaskan mengenai konsep dakwah

menurut K.H. Mahrus Amin, konsep politik menurut K.H. Mahrus

Amin dan korelasi antara dakwah dan politik menurut K.H.

Mahrus Amin.

BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran dari seluruh

proses dan hasil penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata bahasa Arab

da`wah ( دَعْوَة ) merupakan bentuk kata masdar (kata kerja) dari da`a, yad`u,

da`watan ( دَعْوَةُ– يَدْعُوْ –دَعَا ) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.1

Maka dakwah dari sudut bahasa berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan.

Sedangkan secara istilah dakwah dapat didefinisikan sebagai setiap

kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk

beriman dan taat kepada Alllah SWT sesuai dengan garis aqidah, yaitu syari`at

dan akhlak islamiyah.2

Menurut M. Quraish Shihab Bahwa dakwah adalah sebagai seruan atau

ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik atau

sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.3

Menurut Wardi Bachtiar dakwah dapat dilakukan dalam 3 kategori

yaitu :

1. Dakwah bi al-lisan

Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah symposium, diskusi, khutbah, sarasehan dan lain sebagainya.

1 Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Yayasan Penyelenggara Al-Quran, 1973),

hal. 126 2 Muhammad Sayyid Alwakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemah Nabhani

Idris, (Jakarta, Akademika Pressindo, 2002), hal 1 3 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, (Badung, Raizan, 1995), Cet. ke-2, hal. 31

12

13

2. Dakwah bil al-qalam

Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melaului tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamphlet, lukisan-lukisan, buletin dakwah dan lain sebaginya.

3. Dakwah bi al-hal

Dakwah bi al-hal adalah dakwah melalui perbuatan nyata seperti

perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras serta menolong sesame manusia. Dakwah ini dapat berupa pendirian rumah sakit, pendirian panti dan memelihara anak yatim piatu, pendirian lembaga pendidikan, pendirian pusat pencarian nafkah seperti pabrik, pusat perbelanjaan, kesenian dan lainnya.4

Menurut Sayyid Quthub dakwah merupakan salah satu kewajiban bagi

orang Islam, dakwah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kaum Muslim baik

individu maupun kelompok. Tentunya dengan memperhatikan tugas-tugas

dakwah yang demikian berat dan tantangan yang demikian besar, maka

dakwah tidak bisa tidak menghendaki adanya kelompok orang atau umat

(kelompok profesional) yang secara sunggu-sungguh memikirkan masalah

dakwah dan melakukan tugas dakwah dengan baik dan sempurna.5

Sedangkan menurut Abu Risma dakwah adalah sebagai segala usaha

yang dilakukan oleh seorang muslim atau lebih untuk merangsang orang lain

agar memahami, menyakini dan kemudian menghayati ajaran Islam sebagai

pedoman hidup dalam kehidupan.6

4 Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos Wahana Ilmu,

1997), hal. 34 5 A. Ilyas Ismail, Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah , (Jakarta, Penerbit Madani 2006), hal. 139 6 Abu Risma, Dakwah Islam Praktis dalam Pembangunan Suatu Pendekatan Sosiologis,

(Yogyakarta, PLP2M, 1985), h. 12

14

Sehubungan dengan ini Allah SWT berfirman :

Artinya : Wahai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. .” (QS. al-Maidah : 67)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, bahwa dakwah adalah

mengadakan suatu perubahan dan pembenahan baik yang bersifat individu

maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah sendiri dapat disampaikan

melalui lisan, tulisan dan juga dengan tinggkah laku yang dilakukan secara

sadar dan terencana dalam upaya mempengaruhi orang lain agar timbulnya

keinsyafan dalam individu dengan menghayati dan mengamalkan ajaran

agamanya dalam keseharian.

B. Unsur-Unsur Dakwah

Aktifitas dakwah akan berjalan dengan baik, jika memperhatikan

unsur-unsurnya. Unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut :

1. Da`I (sebagai subjek)

Subjek dakwah, bisa seorang atau sekelompok orang yang

berorganisasi, bisa dikaji dari sudut pandang al-Islam manusia diciptakan

Allah dalam bentuk tubuh yang indah dan unik, mempunyai tugas

15

memakmurkan bumi yang telah diciptakan-Nya untuk bekal hidup

manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

manusia diciptakan sebagai khalifah (wakil) Allah dan harus mengabdi

kepada-Nya dengan penuh keikhlasan. diri manusia terdiri dari fisik dan

non fisik, kedua-duanya memerlukan pemeliharaan, memerlukan peranan

dan fungsi untuk menyempurnakan hidup agar mencapai keseimbangan

hidup di dunia dan di akhirat.7

Allah SWT berfirman :

☺ ☺

☺ ☺

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 71)

Jelas bahwa tugas pelaksana dakwah atau da`i adalah hubungan

masyarakat, mulai dari keluarga sendiri, masyarakat ramai hingga dunia

internasional. Aspek-aspek yang dihadapi cukup rumit dan banyak,

meliputi daya fikir mereka, sikap hidup dan tingkah laku mereka, hal-hal

7 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 33

16

yang menjadi pendorong dalam kehidupannya, mungkin yang menyangkut

frustasi, juga yang menyangkut program belajar mereka untuk

meningkatkan taraf hidup, menyangkut perbedaan-perbedaan sosial dan

individual, dan yang lebih penting adalah yang menyangkut pemecahan-

pemecahan problema kehidupan manusia yang sangat luas dan multi

kompleks. situasi hidup riil manusia adalah arena dakwah, dan disitulah

para pelaksana dakwah harus mampu terjun dan membenahi yang kurang

beres, menuntun jalan hidup yang benar dan menunjukkan apa yang

dikenal dalam agama sebagai sirathal mustaqim.8

Menurut Sayyid Quthub ada tiga unsur penting yang harus dimiliki

oleh Da`i yaitu :

a. Akhlak Da`i

Da`i merupakan salah satu unsur yang teramat penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah. Da`i menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah.da`i pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah SWT, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahidin) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Da`i harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar.

b. Bekal Da`i

Seorang da`i untuk melaksanakan amanat dan kewajiban dakwah

diharuskan memiliki persiapan-persiapan dan bekal perjalan yang cukup, terutama persiapan dan bekal spiritual yang baik. Oleh karena itu sebelum melaksanakan tugas yang berat para da`i harus mempersiapkan diri dengan memperkuat jiwa dan mental merek dengan iman dan takwa kepada Allah SWT, karena iman adalah bekal utama bagi para da`i.

c. Perjuangan Da`i

8 M. Syafa`at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta, PT Bumirestu, 1982), hal. 105

17

Dakwah adalah proses yang panjang ubtuk membangun sistem Islam dalam proses ini da`i tidak hanya memerlukan berbagai bekal akan tetapi juga membutuhkan komitmen perjuangan yang amat tinggi karena dakwah pada dakwah identik dengan perjuangan. Sayyid Quthub memposisikan da`i sebagai pejuang (mujahid), sebagai pejuang da`i harus bekerja dan berjuang tanpa lelah sepanjang hidupnya.9

Meskipun dakwah merupakan kewajiban setiap muslim, namun

sebelum melakukan dakwah da`i harus tahu tugas, syarat dan sifat apa yang

harus dimiliki yaitu :

a. Tugas da’i

Di dalam sebuah misi penyebaran agama khususnya agama Islam

tidak terlepas dari penyampaiannya yang sering disebut dengan da’i, da’i

adalah orang yang melakukan dakwah.10 Atau dapat diartikan sebagai

orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada khalayak (mad’u).

Seseorang dapat dikatakan da’i apabila secara keilmuan ia telah menguasai

tentang ajaran-ajaran Islam. Dari segi wawasan intelektual, pengalaman

spiritual, sikap mental dan kewibawaannya. Seorang yang disebut da’i

biasanya akan terlihat lebih matang tentang keilmuan dibandingkan

mad’unya.11 Karena seorang da’i haruslah bisa mengarahkan orang yang

diajak agar tidak ada kekeliruan dalam menjalani ibadah dan kehidupan

agar selamat dunia akhirat.

Da’i merupakan penerus Rasul, oleh karena itu tugas da’i sama

dengan Rasul yaitu melakukan amar ma’ruf nahi munkar (Mengajak

9 A. Ilyas Ismail, Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah ,(Jakarta, Penerbit Madani 2006), hal. 311-358 10 Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta:PT. Ikhtiar Ouve, 1992), hal. 137 11 Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal.

137

18

kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan) serta mengajak

manusia beriman kepada Allah dengan diiringi mengerjakan perintahnya

dan menjauhi larangannya.12

Setiap Muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya

da’i seyogyanya memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang

keberhasilan dakwah, baik kepribadian yang bersifat rohaniah (psikologi)

ataupun kepribadian jasmaniah (fisik).

b. Syarat dan Sifat Da’i

Dalam kegiatan dakwah, peranan da’i sangatlah penting yaitu:

sebagai penyebar asama Islam. Tanpa da’i ajaran Islam hanyalah berupa

ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Oleh Karena

itu, untuk menyebarkan ajaran Islam seorang da’i harus tahu syarat dan

sifat-sifat yang harus dimilikinya sehingga ia mampu menghadapi

beragam mad’u dan beragam persoalannya.

1) Adapun syarat da’i:

a) Pengetahuan mendalam tentang Islam

Dakwah pada dasarnya ialah aktivitas mengajarkan ajaran

islam, sedangkan da’i adalah yang mengajarkan ajaran Islam. Oleh

karena itu sebelum ia mengajarkan kepada orang lain ia harus tahu

lebih mendalam tentng Islam, sehingga ia bisa menjelaskan kepada

mad’u bahwa Islam merupakan ajaran yang berbeda dengan ajaran

lain yaitu bersifat universal, yang ajarannya tidak terbatas, pada

12 Sa’id Al-Qahthan, Menjadi Da’i Yang Sukses, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 84-85

19

hubungannya manusia dengan penciptanya, melainkan juga

hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.13

b) Juru dakwah jiwa kebenaran

Maksud dari juru dakwah jiwa kebenaran ialah da’i

haruslah menjadi ruh yang penuh kebenaran, kesadaran dan

kemauan serta mampu menjadi pengingat terhadap penyimpangan

dalam masyarakat.14

2) Sifat Da’i/karakter da’i

Karakteristik ialah sifat yng khas kepribadian seseorang

dipertimbangkan dari titik pandang etis atau moral.15

a) Hubungan dengan Allah

Adanya hubungan dengan Allah merupakan dasar utama pada

Akhlak da’i, Karena tanpa adanya hubungan dengan Allah, maka

dakwahnya tidak menghasilkan hasil yang optimal. Adapun jalan

mengikat hubungan dengan Allah antara lain dengan memuliakan

kitabnya, memahami pembacanya, memperhatikan maknanya,

merenungkan alam ciptaan-Nya.16

b) Meningkatkan perbaikan diri

Meningkatkan perbaikan diri merupakan kewajiban yang

mutlak harus ada pada seorang da’i. Karena segala tingkah laku da’i

itu dijadikan sebagai contoh bagi mad’unya sehingga setiap saat ia

13 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hal. 148 14 Ibid, hal. 149 15 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Dr. Kartini Kartono (Jakarta, Raja

Grafindo Persada, 2004), Cet. ke-9, hal. 82 16 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hal. 152

20

harus introspeksi diri agar apa yang ia sampaikan sesuai dengan

perbuatannya.17

c) Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi.

Pemahaman terhadap karakteristik mad’u sangatlah penting.

Bila mad’u nya telah diketahui karekteristiknya, maka da’i dapat

menyesuaikan materi, metode serta media apa yang cocok yang

digunakan.18

Di samping sifat-sifat yang dijelaskan diatas, Hamzah Ya’kub

menambahkan sifat-sifat sebagai berikut

a) Memiliki pengetahuan yang cukup tentang Al-Qu’ran dan As-Sunnah

Rasul serta ilmu-ilmu yang berinduk kepada keduanya seperti tafsir,

ilmu hadist, sejarah kebudayaan Islam dan lainnya.

b) Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan dakwah.

c) Penyantun dan lapang dada.

d) Berani kepada siapapun dalam menyatakan dan membela kebenaran.19

Adapun sifat da’i yang dijelaskan dalam Al-Qur’an tertera pada

surat As-Syura ayat 15 yaitu:

17 Sa’id Al-Qahthan, Menjadi Da’i Yang Sukses, ( Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 314 18 Mustofa Ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal. 38-50 19 Moh. Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2004), hal. 82-83

21

Artinya : ”Maka Karena itu Serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan Aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS. as-Syura: 15)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa da’i haruslah istiqomah, tidak

mengikuti hawa nafsu, menjelaskan tentang ketegarannya dalam iman, berbuat

adil dan berusaha berdakwah sampai non muslim.

2. Mad`u (sebagai objek)

Mad`u dalam istilah isim maf`ul dari da`a. berarti orang yang diajak,

atau dikenakan perbuatan dakwah. mad`u adalah objek sekaligus subjek dalam

dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. siapapun mereka, laki-laki

maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun

orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad`u dalam dakwah Islam.

dakwah Islam tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi orang-orang di

luar Islam, baik mereka itu atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk

agama-agama lain, semua adalah mad`u.20

Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu

masyarakat. Hal ini disebabkan oleh misi kedatangan Islam adalah rahmat

bagi alam semesta, Islam tidak akan tereliasasikan sebagai rahmat semesta

20 Cahyadi Takariawan, Prinsip-Prinsip Dakwah, (Jogjakarta, Jalasutra, 2005) Cet.ke-IV,

hal. 25

22

alam apabila dakwah hanya dibatasi pada kalangan tertentu saja. Allah Ta`ala

telah berfirman :

Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. .” (QS.Al-Anbiya : 107)

3. Metode Dakwah

Secara bahasa metode berasal dari 2 kata yaitu meta (melalui) dan

hodos (jalan/cara). dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata Methodos

yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq. metode berarti

cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang mencapai suatu

maksud.21

Metode Dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang

da`I untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu Al-Islam atau serentetan

kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.22

Dalam menghadapi serbuan bermacam-macam nilai, keagamaan,

pilihan hidup dan sejumlah janji-janji kenikmatan duniawi, dakwah

diharapkan bisa menjadi solusi dengan fungsi mengimbangi dan pemberi arah

dalam kehidupan umat. Dakwah ke depan menempatkan perencanaan dan

strategi yang tepat dengan merujuk kepada metode dakwah Rasulullah SAW.

Para intelektual muslim dapat merumuskan konsep dan metode dakwah untuk

generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah bagi berbagai lapisan

masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong rendah atau

21 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta, Pemuda Media, 2006), hal. 6 22 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,

1997), hal. 34

23

sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi,

sehingga materi dakwah sesuai dengan objeknya.

Menurut Toto Asmara metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang

dilakukan oleh seorang da`I kepada mad`u untuk mencapai tujan atas dasar

hikmah dan kasih sayang. 23

Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada umumnya

terbagi pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut :

a. Metode dari segi cara, yaitu :

1) Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum, cara ini marak dilakukan oleh masyaraka luas.

2) Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar dan

sejenisnya.

b. Metode dari segi jumlah audiens, yaitu :

1) Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap perorangan secara langsung (Face to Face atau Privat).

2) Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok

tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya, seperti kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain.

c. Metode dari segi pelaksanaan, yaitu :

1) Cara Langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatap muka

antara komunikator dengan komunikannya.

2) Cara tidak langsung, yaitu dakwah yang dilakukan oleh media seperti televise, radio, penerbitan-penerbitan, internet dan lain-lain.

d. Metode dari segi penyampaian isi, yaitu :

1) Cara serentak, cara ini dilakukan untuk pokok-pokok bahsan yang

praktis dan tidak terlalu banyak kaitannya dengan masalah-masalah lainnya (fokus terhadap suatu permasalahan ).24

23 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta, Gaya Media Pratama, 1997), Cet. ke-1,

hal. 43

24

Jadi kesimpulan metode dakwah adalah suatu cara bagaimana

menyampaikan dakwah sehingga sasaran dakwah atau mad`u mudah

mencerna, memahami, meyakini terhadap materi yang disampaikan25

Adapun metode dalam melaksanakan dakwah tercantum dalam Al

Qur`an surat An-Nahl ayat 125:

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(QS. an-Nahl : 125)

4. Materi Dakwah

Materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-

Qur`an dan al-Hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari`ah

dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.26

Al-Qur`an adalah sumber ajaran Islam yaitu wahyu Allah yang

disampaikan kepada Nabi Muhammad. Wahyu Allah itu diturunkan dalam

24 Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya, Usaha

Nasional, 1994), Cet. ke-1, hal. 80-87 25 Imam Zaidillah Al-wisral, Stategi Dakwah, (Jakarta, Kalam mulia, 2002), Cet. ke-1,

hal. 71 26 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,

1997), hal. 34

25

bahasa Arab dan secara otentik terhimpun dalam mushaf al-Qur`an.

Sedangkan Hadist atau as-Sunnah ditinjau dari segi bahasa berarti cara, jalan,

kebiasaan, dan tradisi. Kebiasaan dan tradisi mencakup yang baik dan buruk.

Kata as-Sunnah di dalam al-Qur`an diulang 16 kali pada 11 surat. Makna

Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib identik dengan

Al-Hadist, yaitu berupa ucapan, perbuatan atau ketetapan yang disandarkan

kepada NAbi Muhammad. Sunnah merupakan salah satu nama dari dalil-dalil

hukum. Apabila suatu hukum ditetapkan bedasarkan hukum tersebut iaalah

keterangan dari Nabi Muhammad, baik ucapan, perbuatan maupun

ketetapan.27

Menurut M. Syafaat Habib materi dakwah adalah seluruh ajaran agama

Islam secara kaffah, tidak dipotong-potong. Ajaran Islam telah tertuang dalam

Al-Qur`an dan Assunah, sedangkan perkembanganya dikemudian akan

mencakup kultur Islam.28

Menurut penulis semua aspek kehidupan manusia dapat dijadikan

meteri dalam berdakwah, baik dari segi agama, sosial, ekonomi, budaya

bahkan politik. Akan tetapi harus tetap beracuan kepada al-Qur`an dan al-

Hadist

5. Media Dakwah

Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa Latin yaitu

Medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media

27 Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membagun Masyarakat Islam

Modern, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007) Cet. ke-2, hal. 37 28 Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta, Widjaya), Cet. ke-1, hal. 94

26

mempunyai arti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.29

Dakwah dapat didefinisikan sebagai penyebarluasan ajaran atau

paham, dan media merupakan alat penyebaran itu. Jadi media dakwah adalah

alat penyebaran ajaran atau paham. Maka, pengemasannya pun harus benar-

benar bisa diterima mad`u yang notabene memiliki banyak pilihan untuk

memilih media mana yang selayaknya dikonsumsi. Dalam artian, media

dakwah harus bisa sedemikian mungkin untuk menarik simpati pasarnya,

dengan tentunya tidak melepaskan visi dan misinya sebagai media dakwah.

Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang tak

bisa dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media sebagai alat untuk

melakukan aktivitas dakwah. Media dakwah adalah peralatan yang

dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern

umpamanya : televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar.30

Untuk mencapai sasaran dakwah yang tepat dan memperoleh tujuan

yang dikehendaki maka dakwah sudah barang tentu memerlukan alat dan

sarana sebagai agen pelayanan masyarakat yang mencakup seluruh segi

kehidupan manusia atau masyarakat, alat dan sarana tersebut adalah media

dakwah. Media merupakan segala sesuatu yang membantu juru dakwah dalam

menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efesien.31

29 Amuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya Islam, Al-Iklas, 1999), hal.

163 30 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,

1997), hal. 35 31 Abdul Karim Zaidan, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta, Media Dakwah, 1984), Cet.

ke-2, hal. 26

27

Sebenarnya media dakwah tidak hanya berperan sebagai alat Bantu

dakwah, namun apabila ditinjau lebih lanhut media dakwah adalah salah satu

faktor penting dalam mencapai tujuan dakwah.

6. Tujuan Dakwah

Tujuan dilaksankannya dakwah adalah untuk mengajak manusia

kejalan Tuhan yang benar, yaitu Islam. Dakwah adalah usaha atau kegiatan

yang bertujuan, suatu kegiatan tidak akan bermakna jika tanpa arah tujuan

yang jelas. Tujuan dakwah Islam antara lain adalah mengubah pandangan

hidup seseorang. dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pula pola

pikir dan pola sikap.32

Menurut Sayyid Quthub Pada dasarnya tujuan dakwah adalah untuk

mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian bagi umat manusia baik dalm

kehidupan maupun dunia akhirat kelak. Akan tetapi kebahagian tentu tidak

dapat dicapai apabila terjadi berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat,

baik berupa kedzholiman, kemunkaran, dan berbagai tindak kejahatan lainnya.

Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai apabila sebagian anggota masyarakat

merampas hak-hak anggota masyarakat lainya dengan menuhankan diri dan

memperbudak orang lain. Maka dari itu tujuan dakwah yang sesungguhnya

adalah hal-hal yang mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan umat

manusia.33

Allah SWT berfirman :

32 Rafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung, CV.

Pustaka Setia. 2001), Cet. ke-2, hal. 32 33 A. Ilyas Ismail, Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah

Harakah , (Jakarta, Penerbit Madani 2006), hal.

28

☺ ☺

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan

seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.

C. Hukum Dakwah

Hukum ada dalam masyarakat sejak manusia itu ada di atas muka bumi

ini. Masyarakat terbentuk apabila ada dua orang atau lebih untuk hidup

bersama. oleh karena itu, hukum ada dan diprlukan keberadaannya sejak

adanya manusia itu sendiri dan paling tidak, sejak adanya dua manusia untuk

hidup bersama. Demikian juga dengan dakwah. Dakwah ada dan diperlukan

keberadaannya sejak manusia itu ada. bahkan ada yang mengatakan, dakwah

itu ada sejak manusia hidup di dalam surga (Nabi Adam dan Siti hawa), dan

terus berkembang sampai saat dimana manusia berada di muka bumi. Dengan

demikian dakwah itu ada dan dilakukan, sejak adanya manusia.34

Allah SWT berfirman tentang dakwah dalam Al-Qur`an berbunyi :

☺ ⌧ ☺

34 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia), (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet. ke-1, hal. 1

29

☺ ⌧

Artinya : ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik ”.(QSAl-Imran : 110)

Dakwah merupakan tugas yang mulia, karna dakwah tidak lain utuk

menujukan manusia kepada kebaikan dan menggiring mereka untuk bersatu

dalam satu kalimat tauhid. mengajak mereka untuk menghadapi kedzaliman

dan kejahilan. tak ada suatu perbuatan yang paling mulia selain berdakwah.

rosulullah SAW bersabda “balligu anni wallau ayyah”.

Pada dasarnya ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib

hukumnya akan tetapi wajibnya ada yang berpendapat wajib `ain, artinya

seluruh umat Islam dalam kedudukan apapun tanpa kecuali wajib

melaksanakan dakwah, dan ada pula yang berpendapat wajib kifayah, artinya

dakwah itu hanya diwajibkan atas sebagian umat Islam yang mengerti saja

seluk-beluk agama Islam.35

B. Politik

1. Pengertian Politik

Kata politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan

sifat pribadi atau perbuatan, kata ini terambil dari kata latin politicus dan

35 Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung, PT Al Ma`rifat, 1981),

hal. 12

30

Kata politik dalam bahasa Arab adalah as-syiasah (السياسة)

merupakan masdar dari kat sas - yasusu ( سوياس -ساس ), dan ini merupakan

kosa kata bahasa Arab asli.37

Politic kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan tiga

arti, yaitu :

Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya)

mengenai pemerintahan sesuatu Negara atau terhadap Negara lain, tipu

muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah

disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik.38

Sebagai istilah “politik” pertama kali dikenal melalui buku Plato yang

berjudul Politeia yang juga dikenal dengan Republik.39

Menurut Salim Ali Al-Bahsanawi politik adalah cara dan upaya

menangani masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk

mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi

kepentingan manusia.40

Sedangkan menurut Deliar Noor, Politik merupakan segala aktivitas atau

sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan juga bermaksud untuk

36 Abd. Mu`in Salim, FIQH SIYASAH “Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al quran”,

(Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1995) Cet. ke-2, hal. 34 37 Yusuf al-Qordowi, Pedoman Bernegara dalam Perspektif Islam, (Jakarta, Pustaka Al-

Kautsar, 1999), hal 35 38 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,

1983), hal 763 39 Delian Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Jakarta, Rajawali, 1982), hal. 11 40 Salim Ali Al-bahsanawi,Wawasan Sistem Politik Islam, (Jakarta, Pustaka al-Kautsar),

Cet.ke-1, hal. 23

31

mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu macam bentuk

susunan masyarakat.41

Dengan demikian politik pada dasarnya memiliki sedikitnya dua

kecenderungan pendefinisian yaitu, pandangan yang mengkaitkan politik dengan

orang banyak baik dalam satu bangsa atau negara, dan pandangan politik dengan

masalah kekuasaan, otoritas atau dengan konflik.42

2. Perspektif Islam Tentang Politik

Berbicara tentang Islam dan politik, keduanya hingga saat ini tetap

merupakan topik yang hangat untuk diperbincangkan, sejalan dengan

pandangan yang sangat dikenal para ahli Islam. menurut Nurcholis Madjid,

Islam merupakan sistem-sistem kehidupan yang lengkap. Islam merupakan

din (agama) dan sekaligus dawlah (negara).43

Islam adalah agama yang komprehensif (mengandung pengertian yang

luas dan menyeluruh) didalamya terdapat sistem politik, sistem ekonomi,

sistem sosial dan sebagainya. dapat dilihat dari segi sejarah Nabi dan Rosul,

tidak satu pun yang diutus Allah SWT melainkan untuk berdakwah, dan

berdakwah itu mencakup berbagai aspek termasuk politik didalamnya. karena

itu politik tak bisa dipisahkan dari dakwah itu sendiri.

Agama Islam sejak kemunculanya di Mekah tahun 611 M dan

disebarkan oleh Nabi Muhammad sudah harus bersentuhan dengan kekuasaan

politik. Ajaran tauhid yang diajarkan Nabi Muhammad membawa dampak

41 Deliar Noor, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta, CV. Rajawali, 1982), hal. 194 42 Jeje Abdul Rozak, Politik Kenegaraan al-Ghazali dan Ibnu Tamiyah, (Surabaya, PT.

Bina Ilmu, 1999), hal. 49 43 Moh. Mufid, Politik Dalam Perspektif Islam, (Jakarta, UIN Jakarta Press, 2004), Cet.

ke-1, hal. 129

32

sosial, budaya dan politik, karena menawarkan agama tauhid, persamaan

derajat manusia dan keadilan, kepada masyarakat jahiliyah yang sudah

memiliki kepercayaan menyembah banyak dewa, memberlakukan perbedaan

status manusia dan penumpukan harta pribadi.44

Dalam Islam politik pertama kali dilakukan oleh para nabi yang diutus

Allah SWT sebagai contoh yang dialami Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman

AS yang dikenal sebagai raja. Dan juga ketika Nabi Muhammad SAW sebagai

Rasullulah mendirikan dan memimpin Negara Madinah.

Sedangkan hukum dakwah dalam kaitannya dengan politik dapat

dikategorikan kedalam hukum dakwah yang bersifat kifayah sebab tidak

semua orang yang memiliki kemampuan dalam bidang politik.

Politik yang dalam Islam disebut siyasah bermakna mengatur urusan

umat, yang dilaksanakan oleh Negara (pemerintah) maupun umat. Dalam al-

Qur`an tidak tertulis secara tekstual mengenai kata siyasah, namun dalam surat

keempat yaitu surat an-Nisaa ayat ke 58-59 membahas tentang menyerahkan

amanat dan penghormatan kepada pemimpin.

Allah SWT Berfirman :

⌧ ☺ ⌧

44 Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membagun Masyarakat Islam Modern, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007) Cet. ke-2, hal. 227

33

Artinya :“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.an-Anisaa :58) “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.an-Anisaa :59)

Dua ayat di atas yaitu ayat 58 dan 59 dalam surat an-Nisaa adalah

dasar yang diturunkan oleh Allah SWT dengan wahyu sebagai pokok pertama

di dalam mendirikan sesuatu kekuasaan, atau sesuatu pemerintahan, sekaligus

untuk menaati pemimpin yang memimpin umat.

Yang pertama ialah menyerahkan amanat umat kepada ahlinya.

maksudnya hendaklah seluruh pelaksana pemerintahan atau seluruh aparat

pemerintah diberikan kepada orang yang bisa memegang amanat, dan orang

yang ahli pada bidangnya. Yang kedua adalah perintah untuk menaati Allah

SWT, Rosul dan ulil amri (pemimpin), dengan syarat tidak bertentangan

34

dengan hukum Allah SWT yang terdapat dalam al-Qur`an dan al-Hadist yang

menjadi petunjuk hidup umat Islam.45

Salah satu contoh pada waktu Fathul Makkah (Pembukaan kota Makkah)

nabi Muhammad Saw menyerahkan kunci Ka`bah kepada seseorang dari Bani

Syaibah, agar mampu menjalankan sebagai Siqaayatul Hajji (pemberi air minum

orang-orang yang sedang menjalankan ibadah haji) dan sebagai Sadaanatul Bait

(perawat Baitul Haram, penjaga pintu masuk dan sebagai pengantar masuk). Dan

karena Abbas (paman Rosululah SAW) juga memintanya, maka turunlah ayat yang

berorientasi pada kebijaksanaan politik berdasarkan syari`at Islam (yang dituangkan

dalam surat An Nisa ayat 58-59). Mengacu kepada kedua ayat tersebut, maka

wajiblah bagi waliyul amri untuk mengangkat seseorang yang paling superior (ahli

dibidangnya) untuk mengurusi suatu urusan kaum Muslimin.46

Rosulullah SAW bersabda :

معه واللجوء ستقاوم والناس ، لقائد درع هو إنا : قال النبي أن : الحديث من هريرة أبو وروى عندما لكن. مكافأة على تحصل فسوف ، ما حد إلى والعمل وجل عز االله إلى لتقي استبعد عندما )مسلم صحيح (.نتيجة على تحصل سوف ثم ، أخرى بلدان في مع حكمت

Artinya :

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya. (Shahih Muslim No.3428)

.

3. Keterkaitan Dakwah dan Politik

45 Hamka, Tafsir Al-Azhar : Juz` V, (Jakarta, PT Pustaka Panjimas, 1983), hal : 136 46 Taqiyuddin Ibnu Taimiyah, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, (Dunia Ilmu, Surabaya,

1997), hal 1

35

Dakwah dan politik adalah dunia yang terkadang menampilkan

wajah dan perspektif berbeda. Politik adalah dunia yang berhubungan erat

dengan kekuasaan dan persoalan mengelola negara oleh karena itu politik

cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh tujuan politiknya

dan tidak terlalu memperdulikan efek yang akan terjadi.

Berbeda dengan politik yang bersifat duniawi, dakwah bersifat

lebih sakral. Dakwah menjadi semacam media untuk mensosialisasikan

ajaran-ajaran dan ide yang berkembang dalam Islam.

Dakwah di bidang politik adalah ajakan mengembalikan tata cara

pengurusan masyarakat kedalam suasana yang teduh dan Islami. Inilah

panggilan yang sesuai dengan fitrah manusia dimanapun dia berada. Tidak

ada manusia di dunia ini yang tidak diciptakan Allah SWT dan tidak

satupun mahluk manusia yang tidak akan kembali kepada Allah SWT. Jadi

wajarlah bahwa manusia yang berakal menghormati aturan pencipta-Nya

dan kepada siapa dia kembali.

C. Pemikiran dan Kiprah

1. Pengertian Pemikiran

Menurut WJS Purwodarminta pemikiran berarti abstraksi

seseorang terhadap sesuatu atau lebih jauh lagi pemikiran diartikan sebagai

konsepsi, pandangan, nalar akal sesorang atas suatu hal.47

47 W.J.S Purwodarminta, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 735

36

Menurut penulis pemikiran adalah buah karya tertinggi manusia

yang diberikan sang pencipta, manusia adalah mahluk paling sempurna

yang Allah ciptakan, yang membedakan manusia dengan mahluk Allah

lainnya adalah manusia dikaruniakan akal pikiran. Pemikiran merupakan

buah aktivitas berfikir yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berfikir berlangsung.

Sesuai dengan potensi yang telah Allah berikan kepada manusia maka

konsekuensi logisnya adalah manusia harus memanfaatkan dan

mengembangkannya semaksimal mungkin.

2. Pengertian Kiprah

Kata kiprah berasal dari gerakan cepat dan dinamis tarian Jawa

dalam pertunjukan wayang orang dan sebagainya (biasanya ditarikan oleh

seorang laki-laki). Pada perkembangannya ‘kiprah’ bisa berarti derap

kegiatan. Berkiprah sebagai kata kerja berarti melakukan kegiatan dengan

semangat tinggi, bergerak (di bidang), berusaha giat dalam bidang (politik,

kesenian dan lain lain).48

Sedangkan menurut WJS Purwodarminta dalam kamus umum

Bahasa Indonesia kata kiprah diartikan sebagai, tindakan, aktifitas,

kemampuan kerja, reaksi, cara pandang seorang terhadap ideologi atau

institusinya.49

48 http://www.bahasakita.com/updates/kiprah dikutip pada 14\03\2010 49 W.J.S Purwodarminta, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta,Balai Pustaka, 1976), hal. 735.

37

Kiprah merupakan suatu peranan yang dilakukan oleh seseorang

dalam suatu aktivitas, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

secara bahasa berkiprah adalah derap kegiatan sedangkan berkiprah adalah

melakukan kegiatan atau berpartisipasi dengan semangat tinggi, bergerak

atau berusaha di sebuah bidang.50

Menurut penulis berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktivitas

hanya saja berkiprah lebih menonjolkan sisi eksistensi seseorang dalam

beraktivitas. Sedangkan aktivitas adalah kebiasaan atau rutinitas yang

biasa dilakukan manusia. Sedangkan pengertian kiprah dalam dakwah

yaitu melakukan dakwah atau berpartisipasi dalam kegiatan dakwah secara

berkelanjutan.

50 W.J.S Purwodarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1988),

hal. 442

BAB III

PROFIL K.H MAHRUS AMIN

A. Riwayat Hidup

1. Latar Belakang Keluarga

K.H Mahrus Amin dilahirkan di desa Kali Buntu, Ciledug,

Cirebon pada tanggal 14 Februari 1940. Nama lengkap beliau adalah

Mahcrus Amin. Orang tua, saudara dan teman-temannya memanggil

beliau Mahrus. Beliau dilahirkan dalam keluarga terpandang. Ayahnya

bernama Casim Jasim Ahmad Amin, yang menjabat sebagai seorang

Kuwu (setingkat lurah). Dalam catatan silsilah keluarga K.H. Mahrus

Amin merupakan salah satu keturunan anak cucu Syarif Hidayatullah,

tokoh Islam di Jawa Barat pada masa lalu. Ayahnya juga adalah salah

seorang pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang tergabung dalam

Laskar Hizbullah di Jawa Barat. Ibunya bernama Hj. Jamilah binti H.

Muharom yang berasal dari Cirebon. Ibunya adalah cucu kyai Idris

seorang ulama pimpinan pondok pesantren Lumpur di daerah Lumpur

Brebes. Bersama Kyai Ismail yang dikenal sebagai ahli hikmah dan juga

saudaranya kyai Idris, Keduanya adalah ulama yang berpengaruh di

kawasan Losari.1

Pada usia 26 tahun beliau menikahi seorang wanita bernama Hj.

Sumiyati pada tanggal 1 Oktober 1965. hingga saat ini beliau telah di

1 K.H Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta, Penerbit Grup

DANA, 2008), hal. 3

37

38

karuniai 4 orang anak dan 12 cucu.2 Anak-anak beliau pun bersama para

menantunya ikut meneruskan cita-cita sang ayah yaitu, putri sulung beliau

Hj. Emah Maziyah yang bersuamikan H. Drs. Mustafa Hadi Chirzin yang

merupakan pimpinan pondok pesantren Al-Mansur Serang, Banten. Putri

ke dua beliau Hj. Nana Rosdiana yang bersuamikan H.M Agus Abdul

Ghofur yang merupakan pimpinan pondok pesantren Madinnatunnajah

Jombang, Tangerang Selatan. Putri ke tiga beliau Diah Nadiah B.Hsc yang

bersuamikan H. Mardhani Zuhri MA. yang merupakan Kepala Biro

Kemasyarakatan pondok pesantren Darunnajah Jakarta. Dan yang terakhir

adalah putra beliau Ahmad Najih.3

2. Latar Belakang Pendidikan

Masa revolusi kemerdekaan sangatlah membekas di benak beliau.

Pada Usia 8 tahun beliau terpaksa berhenti sekolah karena agresi militer

Belanda. Setelah belanda ditarik mundur, orang tuanya memasukkan

beliau ke Madrasah Ibtidaiyah di Losari, Brebes. Beliau melanjutkan

pendidikannya yang terbengkalai selama setahun karena perang. Saat

revolusi berkecamuk, beliau sudah duduk di bangku kelas 3 Sekolah

Rakyat Islam (SRI) di Kalimukti. Perang membuat perekonomian keluarga

beliau ambruk dan harus memulai lagi dari nol. Dalam kondisi serba

kekurangan setelah perang, beliau harus rela berjalan kaki sejauh 7

2 Panitia Tasyakuran 70 K.H. Mahrus Amin, Kyai Entrepreneur “Social

Entrepreneurship Berbasis Nilai-Nilai Agama”, (Jakarta, Panitia Tasyakuran 70 K.H. Mahrus Amin, 2010), hal. 56

3 Ibid, hal. 66-78

39

kilometer untuk berangkat sekolah melintasi perbatasan Jawa Barat-Jawa

Tengah, pada tahun 1953 beliau lulus dan berniat melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi. Ayah dan ibu beliau mendorongnya agar bersekolah

lagi, untuk meneruskan tradisi keluarga menjadi guru dan panutan bagi

masyarakat.4

Sekolah Guru Bantu (SGB) adalah tujuan beliau berikutnya,

sekolah ini mempersiapkan siswanya menjadi guru pemula. Jenjang

berikutnya dari SGB (Sekolah Guru Bantu) adalah SGA (Sekolah Guru

Atas). Artinya dengan berbekal ijazah SLTA pun seseorang bisa menjadi

guru. Tetapi pada masa Orde Baru sekolah ini dihapus. Rupanya nasib

baik tidak berpihak kepada beliau, usaha masuk SGB tidak berhasil. Atas

saran orang tua dan guru-guru di madrasah, beliau mendaftar ke Pondok

Modern Gontor di Ponorogo. Beliau tidak sendirian ke sana, ada 7 orang

teman dari sekolahnya yang mendaftar. Di kemudian hari, hanya beliau

seorang yang menyelesaikan janjang KMI (Kuliyatul Mualimin Al

Islamiyah) selama 6 tahun pada Tahun 1961. KMI adalah sistem

pendidikan Gontor yang menggabungkan tingkat tsanawiyah dan aliyah

(setingkat SLTP dan SLTA) dalam satu paket.

Menjelang akhir masa pendidikan di Gontor, beliau belum

menentukan pilihan. Setelah itu ia meminta saran Prof. Tohir Abdul Muin,

guru besar IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, yang juga adalah paman

beliau. Kemudian pamannya menyarankan agar ia tinggal di kota besar

4 K.H Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta, Penerbit Grup

DANA, 2008), hal. 6

40

seperti Jakarta atau Surabaya setelah lulus dari Gontor. Setelah tamat

beliau mendapatkan izin untuk tidak perlu mengajar di Gontor. Kebetulan

saat masih di Gontor beliau ditawari bergabung dan berkerja oleh Hasim

Munif salah seorang alumni Gontor di Jakarta. Beliau berhijrah ke Jakarta

untuk mengajar di sebuah lembaga pendidikan yaitu Madrasah Darunnajah

Petukangan dan melanjutkan Pendidikannya di Fakultas Ushuludin

Jurusan Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah) hingga tamat tahun 1972.5

Setelah tamat dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Beliau

mendapatkan kesempatan menjadi dosen untuk mengajar di almamaternya,

Fakultas Ushuludin, tapi beliau hanya mengajar sebentar saja. Beliau

mengundurkan diri menjadi dosen dan memilih jalur lain, setelah menikahi

Hj. Sumiyati yang merupakan putri dari H. Manaf Muhayar salah satu

pendiri Darunnajah, beliau lebih memilih untuk berkonsentrasi pada

pembinaan dan pengelolaan pondok pesantren yang didirikannya hingga

sekarang.6

3. Latar Belakang Organisasi

Sejak kecil beliau telah aktif berorganisasi di mulai dari tingkat

Sekolah Dasar beliau yang turut bergabung dengan Laskar Hizbullah

sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika di pondok

5 Panitia Tasyakuran 70 K.H. Mahrus Amin, Kyai Entrepreneur “Social

Entrepreneurship Berbasis Nilai-Nilai Agama”, (Jakarta, Panitia Tasyakuran 70 K.H. Mahrus Amin, 2010), hal. 17

6 Ibid, hal. 74

41

pesantren Gontor, ia aktif sebagai pengurus organisasi Gontor sebagai

bagian penerangan. Selain itu ia juga aktif di pengurus santri konsulat

Jawa Barat dan juga atif di kegiatan kepanduan (sekarang Pramuka).

Bahkan ketika melanjutkan studinya di IAIN Syarif Hidayattullah Jakarta,

ia pun aktif di MenWa (Resimen Mahasiswa) dan Juga HMI (Himpunan

Mahasiswa Islam)7.

Saat ini beliau tidak hanya berorganisasi melalui lembaga yang

didirikannya dan organisasi kepemudaan ia juga aktif di beberapa

organisasi di antaranya Ketua Forum Umat Islam, Ketua Umum BKsPPI

(Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia), Ketua Umum GNC

WAKAF dan ZIS (Gerakan Nasional Cinta Wakaf, Zakat, Infaq dan

Shodaqoh), Ketua Umum Forum Islamic Center Indonesia, Pengurus

Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin), Anggota Dewan

Penasehat MUI (Majelis Ulama Indonesia) DKI, Wakil Ketua Majelis

Syuro Partai Bulan Bintang dan lain-lain.8

Dengan demikian beliau dapat dikatakan sebagai seorang aktivis

organisasi, baik semasa sekolah hingga saat ini.

B. Karya-Karya K.H Mahrus Amin

Sebagai seorang kyai K.H Mahrus Amin tidak hanya mampu

berdakwah secara lisan dan kiprah saja akan tetapi juga dengan karya tulisnya,

meski tak banyak, diantaranya :

7 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman beliau (Ulujami)

8 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman beliau (Ulujami)

42

1. Dakwah Melalui Pondok Pesantren

Buku ini adalah kumpulan pengalaman pribadi K.H Mahrus Amin

selama merintis dan memimpin Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami

dari tahun 1961-sekarang. Pesan dan pelajaran dari perjuangan beliau

membangun jaringan pesantren layak dirujuk oleh siapa saja yang

menaruh perhatian pada dunia pendidikan dan dakwah keislaman.9

2. Pembinaan Kader Bangsa dan Umat Melalui Gerakan Pramuka Santri

Dalam buku ini dijelaskan bahwasanya pendidikan Pramuka

sangatlah berguna untuk anak-anak dan remaja Indonesia, karena di

dalamnya terdapat pembekalan sikap kedisiplinan, ketegasan,

kemandirian, kesosialan, pengabdian, dan tanggung jawab. Ini semua guna

membentuk jatidiri dan meningkatkan kader-kader bangsa dan umat di

Indonesia. Gerakan Pramuka tidaklah asing lagi bagi pondok pesantren.

Gerakan Pramuka telah lama berkembang di kalangan pondok pesantren,

dilaksanakan diseluruh jenjang pendidikan dari tingkat dasar, menegah dan

tinggi. Kiprah beliau dalam kepramukaan, pada tahun 2007 K.H. Marus

Amin mendapat penghargaan MELATI dari kwartir Nasional dan tahun

2009 mendapat penghargaan dari Departemen Agama sebagai tokoh

Revitalisasi gerakan Pramuka di Pondok pesantren.10

3. Buku Pedoman Santri Bela Negara Kader Pemersatu Bangsa Pembela

Umat

9 K.H Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta, Penerbit Grup

DANA, 2008) 10 K.H. Mahrus Amin, Pembinaan Kader Bangsa dan Umat Melalui Pendidikan Gerakan

Pramuka Santri, (Jakarta, Penerbit Grup DANA)

43

Buku ini adalah hasil renungan dan pengamatan K.H. Mahrus

Amin terhadap kondisi riil umat Islam di Indonesia khususnya di kalangan

pesantren. Menurut pengamatan beliau kegiatan pengkaderan di kalangan

umat terutama dalam bela Negara kurang diterapkan secara sistematis dan

menyeluruh. Kondisi ini berbeda dengan situasi di awal masa

kemerdekaan di mana banyak munculnya laskar pejuang dan sukalerawan.

Padahal ancaman terhadap kedaulatan Negara tidak pernah surut. Sebagai

Negara kepulauan, Indonesia amat rentan dengan penyusupan oleh pihak-

pihak asing terlebih garis perbatasan Indonesia amat panjang dan

berbatasan dengan 10 negara. Demikian juga di lingkungan tempat tinggal

kita, ancaman budaya dan penyakit sosial juga menjadi alasan perlunya

digiatkan kegiatan pengkaderan ini. Krimnialitas, pergaulan bebas,

peredaran narkotika dan ideologi-ideologi sesat lainnya adalah ancaman

nyata terhadap generasi muda khususnya dan masa depan bangsa dan

Negara Indonesia pada umumnya.11

4. Kumpulan Doa-doa Amaliah

Buku ini merupakan pedoman doa-doa khusus dan harian, serta

surat-surat pendek dari Juz`Amma (Juz ke 30 Dalam Al Qur`an). Buku ini

merupakan pedoman doa-doa dari buku ibadah amaliah yang sangat

dianjurkan oleh setiap santri/santriwati Pondok Pesantren Darunnajah dan

seluruh cabang/binaannya. Dimaksudkan agar ada keseragaman antara

guru pembimbing dengan muridnya.12

11 K.H. Mahrus Amin, Buku Pedoman Santri Bela Negara Kader Pemersatu Bangsa

Pembela Umat, (Jakarta, Penerbit Grup DANA) 12 K.H. Mahrus Amin, Kumpulan Doa-Doa Ibadah Amaliah, (Jakarta, Penerbit Grup

DANA, 1993)

BAB IV

ANALISIS KONSEP DAKWAH DAN POLITIK

MENURUT K.H. MAHRUS AMIN

A. Konsep Dakwah Menurut K.H. Mahrus Amin

Agama sangat dibutuhkan di dalam kehidupan bermasyarakat yang

sangat multidimensional, agama membangkitkan kebahagiaan iman kepada

Allah dan perilaku yang baik. Agama adalah cara yang ampuh dalam

memperbaiki perasaan, menghaluskan jiwa, membetulkan pergaulan,

menerapkan perundang-undangan keadilan, agama memegang peranan yang

positif, berkesan yang dalam di dalam kehidupan masyarakat, karena agama

itu mengikat hati pemeluknya dengan cinta dan kasih sayang yang tidak

terdapat pada ikatan lain, baik dari kebangsaan, bahasa, ataupun kepentingan

bersama.1

Untuk mengenalkan agama, maka perlu adanya dakwah Islam, pada

hakikatnya Islam tersebar karena dakwah, dari zaman Nabi Muhammad SAW

hingga saat ini dimana Islam telah tersebar keseluruh penjuru dunia. Di

Indonesia sendiri Dakwah Islam sudah ada jauh sebelum Negeri ini ada.

Dakwah adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim tujuan utama dakwah

ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di

akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT, Nabi Muhammad SAW mencontohkan

1Abdullah Syatam, Dakwah Islamiyah. Terj. Ibrahim Husein, (Jakarta, Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Depag, 1986). hal 2

44

45

dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan

perbuatan.

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. An-Nahl 125

Seiring dengan berkembangnya zaman dan pemikiran, hakikat dakwah

pun kian meluas, dakwah kini tidak lagi hanya di kenal dengan proses dimana

terjadinya komunikasi antara da’i dengan mad’u dalam suatu forum, dakwah

tidak lagi hanya di artikan ketika ada orang yang berbicara di atas mimbar,

melainkan, aktifitas dakwah kini telah lebih bersifat universal. Sebagaimana

yang termaktub dari ayat di atas, Allah SWT. telah memerintahkan kita untuk

menyeru kepada manusia untuk taat kepada Tuhan dengan cara yang baik,

apapun caranya, selama itu baik dan tetap mengarah kepada jalan Tuhan,

maka itu dapat dinamakan dengan dakwah.

Sesuai dengan makna dakwah, yaitu mengajak kepada yang baik dan

mencegah terhadap yang munkar, apapun bentuk dari ajakan atau proses

menuju kearah yang lebih baik dan menjauhi larangan Tuhan, itu dapat

dikatakan dengan dakwah.

46

Menurut K.H Mahrus Amin Dakwah pada hakikatnya adalah

menegakkan syari`at agama Allah dan melaksanakan perintahnya dan

menjauhi larangan-larangannya. Oleh sebab itu dakwah yang harus

diusahakan atau dilaksanakan dengan mengikuti jejak rosul dalam

menegakkan agama Islam atau berdakwah, yaitu para mubalig atau tokoh-

tokoh Islam atau ulama-ulama supaya bermarkas di masjid, dari mesjid itulah

kemudian bagaimana ajaran Islam ini dapat dilaksanakan intinya di dalam

pembinaan tauhid atau takwa kepada Allah.2

Kyai secara normatif dipersepsi sebagai penerus amanat pewaris misi

nabi, oleh umatnya dianggap sebagai pemimpin dalam segala bidang

kehidupan. Mestinya, juga memikirkan persoalan-persoalan mendasar yang

dihadapi pengikutnya, termasuk masalah ekonomi.3

Dalam menjaga eksistensi dakwah diperlukan banyak faktor penunjang

seperti faktor ekonomi dan juga pemberdayaan sumber daya manusia atau

sumber daya umat. disinilah seharus masjid sebagi pusat dakwah harus

berperan berkenaan dengan kehidupan masyarakat saat ini terutama di bidang

ekonomi, umpamanya mendirikan BMT (Baitul Mal wa Tamwil) atau

kegiatan-kegiatan ekonomi yang lain. Kemudian juga bagaimana dengan

sosial budaya umat Islam itu seirama atau sesuai dengan ajaran Islam atau

budaya yang Islami dan kegiatan sosial masyarakat yang lain ini

dikembangkan dan dirangkai sehingga ulama-ulama itu menggeluti dan

2 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman

beliau (Ulujami) 3 Imam Suprayogo, Kyai dan Politik “Membaca Citra Politik Kyai”, (Malang , UIN

Malang Press, 2009) Cet ke-2, hal. 254

47

berdakwah bukan hanya sekedar ceramah atau mensosialisasikan pidatonya

dari tempat ke tempat lain, jadi harus mengembangkan seluruh ajaran agama

Islam.4

Allah SWT Berfirman :

⌧ ☺

⌧ ⌧

⌧ Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. QS.( Attaubah : 122)

Dari ayat di atas dapat kita tafsirkan bahwa tidak semua umat Islam

diharuskan pergi ke medan perang akan tetapi diharuskan beberapa dari

mereka untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama untuk

mengingatkan yang lain atau berdakwah dan juga untuk kemaslahatan umat

tentuya.

Dalam berdakwah terutama kembali kepada pribadi mubalig atau Da`i,

bahwa untuk menghadapi dakwah itu dengan berbagai macam tantangan,

rintangan tidak semulus yang dibayangkan seperti halnya juga para nabi dan

4 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman

beliau (Ulujami)

48

rasul. Untuk itu bagi para mubalig-mubalig atau para da`i harus meningkatkan

takwa atau iman dan takwa sehingga dia dekat dengan Allah, Allah akan dekat

dengan dia dan kalau dia sudah dekat dengan Allah sebagaimana rosul dapat

mukzijat, para wali dapat karomah maka para tokoh-tokoh atau ulama ini

dapat ma`unah dari Allah, sehingga apa yang dia kehendaki Allah lah yang

akan membantu, ini yang pertama. selanjutnya yang kedua terus menuntut

ilmu menggali ajaran-ajaran agama dan berbagai pengalaman dan wawasan

sehingga dia mempunyai wawasan yang luas, setelah itu dia harus

mengamalkan apa yang dia temukan dalam ajaran agama sebagai pedoman

hidup yang harus juga disosialisasikan, selain mengamalkan dia harus

istiqomah, sabar dan tawakal kepada Allah SWT ini pribadi yang harus ada

untuk itu nanti didalam pelaksanaanya mungkin ada yang berhasil ada yang

tidak berhasil tapi Allah akan menilai kesungguhan dan niat daripada

berdakwah itu yang akan menentukan juga Allah tapi kita hanya bisa

ikhtiya

Alla

Artinya : ksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS. al Mudatsir: 6-7)

r.5

h SWT berfirman :

Dan janganlah kamu memberi (dengan ma

5 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman

beliau (Ulujami)

49

Dari tulisan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Konsep K.H

Mahrus Am ah, Media Dakwah

juan Dakwah sebagai berikut :

1. Me

a.

sebagainya. Biasanya beliau berkutbah didepan para

an para murid dan tokoh-tokoh yang lain dan

b.

u ibadah amaliah dan beberapa buku lainnya seperti

Bangsa dan Umat Melalui Gerakan Pramuka Santri

c.

in dalam berdakwah memiliki Metode Dakw

dan Sasaran Dakwah dan Tu

tode Dakwah

Metode dakwah yang beliau gunakan adalah :

Dakwah bi al-lisan

Beliau menyampaikan dakwahnya melalui khutbah, diskusi, forum

nasional dan lain

santrinya, berdiskusi deng

juga forum-forum nasional seperti Forum Umat Islam dan Forum

Islamic Center.

Dakwah dengan tulisan

Beliau berdakwah dengan tulisan atau penyampaian informasi atau

pesan dakwah melalui tulisan, dengan cara menulis buku tentang

pengalaman dakwahnya. Selain itu beliau juga menulis buku pedoman

doa-doa dari buk

Pembinaan Kader

dan Buku Pedoman Santri Bela Negara Kader Pemersatu Bangsa

Pembela Umat.

Dakwah bi al-hal

Beliau juga berdakwah melalui perbuatannya sebagai contoh

berperilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara

lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja

50

keras serta menolong sesama manusia. Selain itu beliau juga

erdakwah dengan pendirian pondok pesantren, pendirian panti dan

emelihara anak yatim piatu, pendirian lembaga pendidikan dan

a aktif dalam organinsasi kepemudaan, organisasi

k

2.

wah yang beliau gunakan adalah media cetak seperti buku

tulisann

dalamnya.

4.

menegakkan syari`at agama

Allah

B.

b

m

masjid, sert

eislaman bahkan organisasi politik.

.

Media Dakwah

Media dak

ya dan koran-koran, selain itu beliau juga berdakwah melalui

lembaga pendidikan yang didirikannya dan juga berdakwah melalui

organisasi-organisasi yang beliau aktif di

3. Objek Dakwah

Objek dakwah beliau adalah orang disekitarnya pada khususnya

seperti keluarga, murid, orang tua murid, warga sekitar pondok pesantrenya,

dan seluruh umat Islam pada umumnya.

Tujuan Dakwah

Tujuan beliau dalam berdakwah adalah

dan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya.

selain itu mencetak kader-kader Islam dan pemberdayaan umat diberbagai

bidang baik bidang agama, bidang sosial, bidang ekonomi dan lainnya.

Konsep Politik Menurut K.H. Mahrus Amin

Politik adalah menyangkut kekuasaan, cara menggunakan kekuasaan

serta proses pengelolaan pemerintahan dan negara maka politik termasuk salah

51

satu alat untuk dakwah. Politik yang fungsional untuk dakwah adalah politik

yang mengindahkan nilai-nilai Islam bersumber dari pedoman umat Islam

yaitu Al Quran dan Sunnah. Menurut K.H Mahrus Amin konsep politik atau

berpolitik terlebih dahulu harus menguasai bahwa politik ini dalam suatu

negara terutama dalam pembinaan bangsa dan negara atau umat. sebagaimana

kalau di dalam Negara demokrasi sesuai dengan ketentuan yang dasarnya

hukum, sehingga bagi umat Islam berpolitik itu bagaimana hukum-hukum itu

bisa dilaksanakan oleh bangsa dan umat sesuai dengan ajaran dan syaria`at

agama Islam. Itulah yang diperjuangkan oleh para mubalig atau ulama-ulama

dimana saja baik di partai atau di organisasi Islam, inilah dari pada misi

pemimpin-pemimpin umat Islam.6 Para ulama intinya untuk menegakkan

ajaran-ajaran agama itu dapat dilaksanakan oleh umat, maka bagi para ulama

yang terjun ke politik terutama itu bagaimana niat, niat pertama dalam politik

kalau pun berhasil dan sukses itu akan lebih cepat dapat melaksanakan apa

yang dikehendaki dan dapat berperan di kehidupan bernegara, oleh sebab itu

kalau pun dalam keadaan tertentu bisa saja ulama itu terjun kedalam politik

atau jug gi tugas siapa yang harus menekuni atau terjun

angka

a ulama itu bisa memba

kedunia politik dan siap juga yang berdakwah j panjang yaitu

pengkaderan umat dengan pendidikan, mendirikan pesantren-pesantern untuk

kegiatan jangka panjang.7

Allah SWT berfirman :

6 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman

beliau (Ulujami) 7 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman

beliau (Ulujami)

52

⌦ Artinya

dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)

n bahwa Allah telah memberikan

guasa dimuka bumi, salah

aka dari itu sudah sepatutnya

harus men

ada

C. Kip

1.

: Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan

beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al an`am : 165)

Dari ayat di atas dapat dijelaska

amanat kepada sebagian umatnya untuk menjadi pen

satunya adalah pemimpin di bidang politik m

gutamakan kemaslahatan umat karena menjadi seorang pemimpin

lah amanat dan ujian dari Allah SWT.

rah Dakwah dan Politik K.H. Mahrus Amin

Kiprah K.H. Mahrus Amin Dalam Dakwah

Jakarta selain dikenal sebagai kota modern, ternyata memiliki

sosok Kiai yang dikenal luas oleh masyarakat. Dia adalah K.H. Mahrus

Amin, penggagas pendirian 1000 Pesantren Nusantara. Lelaki berusia 70

tahun ini menggagas pendirian 1000 Pesantren Nusantara dengan Gerakan

Nasional, Cinta Wakaf Zakat, Infaq, dan Shadaqoh. Impiannya untuk

mewujudkan 1000 Pesantren Nusantara pada awalnya memang tampak

seperti sesuatu yang mustahil diwujudkan, terlebih saat ini masyarakat

lebih mengutaman pendidikan umum ketimbang agama. Pemilihan model

pengkaderan lewat pondok pesantren adalah alasan historis dan empiris.

Lembaga ini telah terbukti bisa tumbuh dan berkembang di tengah-tengah

53

masyarakat, desa maupun kota. Pondok pesantren juga merupakan

penerjemahan dari jejak langkah Rasulullah Muhammad SAW

membangun umat di Madinah. Ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, hal

pertam

endiri dan pimpinan bidang

kepeng

a yang dilakukan oleh Rasul adalah mendirikan masjid sebagai

pusat semua aspek kegiatan umat namun pelan tapi pasti keinginannya

mulai terwujud, idenya mendapatkan respon dari masyarakat di berbagai

daerah.8

Warna kehidupan di Jakarta Bagaikan pelangi, kehidupan di

Jakarta kaya warna. Bahkan, bagi p

urusan Pondok Pesantren Darunnajah, Mahrus Amin, warna

kehidupan di ibu kota kini cenderung maksiat. Dengan demikian,

pesantren yang berdomisili di Ulujami, Jakarta Selatan ini, berharap dapat

memberikan warna pencerahan.9

Untuk urusan dakwah tokoh yang satu ini tak perlu dipertanyakan

lagi exsistensinya, beliau telah mendirikan dan membina puluhan pondok

pesantren dari ujung Barat hingga ujung Timur Indonesia. Lelaki berusia

70 tahun ini menggagas pendirian 1000 Pesantren Nusantara dengan

Gerakan Nasional, Cinta Wakaf Zakat, Infaq, dan Shadaqoh. Impiannya

untuk mewujudkan 1000 Pesantren Nusantara pada awalnya memang

tampak seperti sesuatu yang mustahil diwujudkan, terlebih saat ini

masyarakat lebih mengutaman pendidikan umum ketimbang agama.

8 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal

25 9 http://www.republika.co.id:8080/berita/22369/menoreh-warna-di-kota-maksiat?

quicktabs_22369=second dikutip pada 24/12/2009

54

Namun pelan tapi pasti keinginannya mulai terwujud, idenya mendapatkan

respon dari masyarakat di berbagai daerah. Sejak kecil beliau telah aktif

berorganisasi di mulai dari tingkat Sekolah Dasar beliau yang turut

bergabung dengan Laskar Hizbullah sebagai pejuang kemerdekaan

Republik Indonesia, dilanjutkan ketika beliau mondok di pondok

pesantren Gontor, dimana beliau aktif sebagai pengurus organisasi Gontor

sebagai Bagian Penerangan, selain itu beliau juga aktif di pengurus santri

konsulat Jawa Barat dan juga atkif di kegiatan kepanduan (sekarang

Pramuka), bahkan ketika melanjutkan studinya di IAIN syarif

Hidayattullah Jakarta, beliau pun aktif di MenWa (Resimen Mahasiswa)

dan Juga HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)10. Selain berdakwah melalui

lembaga yang didirikannya K.H Mahrus Amin juga aktif berdakwah

melalui Pramuka. Awalnya di kalangan Betawi yang mayoritas beragama

Islam, oleh para tokoh agama menolak keberadaan kegiatan Pramuka

dengan alasan pakaian Pramuka tidak Islami, tapi dengan perubahan-

peruba

han yang dilakukan K.H Mahrus Amin termasuk cara berpakaian

dalam kegiatan Pramuka dan menghasilkan kader-kader yang handal

sehingga dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, akhirnya keberadaan

kegiatan Pramuka dapat diterima disemua kalangan.11

Buah dari perjuangan K.H Mahrus Amin dalam memeperjuangkan

gerakan Pramuka ialah Pada Kamis yang lalu tanggal 14 Agustus 2008

yang merupakan Hari Ulang tahun gerakan pramuka ke-47 bapak Drs.K.H

10 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman beliau (Ulujami)

11 Media STABILITAS/Edisi 109/Tahun V/18 Agustus – 2 September 2009

55

Mahrus Amin yang merupakan pimpinan pondok pesantren Darunnajah

Jakarta mendapat kehormatan dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

berupa penghargaan lencana melati yang disematkan oleh bapak presiden

RI Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan tersebut diraih bukanlah

semata-mata karena pemberian dari Kwarnas, akan tetapi karena

perjuangan Kyai Haji Mahrus Amin dalam mengembangkan kepramukaan

dilingkungan pesantren, khususnya kepramukaan putri yang pada era 60an

masih mengenakan seragam rok pendek dan tidak berjilbab, tapi berkat

jasa ustadz Mahrus Amin terciptalah gagasan Uniform pramuka putri yang

menutup aurat sehingga dapat diterima dimasyarakat kita yang pada waktu

itu notabene sangat agamais. sampai saat ini uniform tersebut

diperta

hankan dan menjadi seragam resmi pramuka putri di Indonesia.12

Pada tahun 2009 K.H. Marus Amin juga mendapat penghargaan dari

Departemen Agama sebagai tokoh Revitalisasi gerakan Pramuka di

Pondok pesantren.

Beliau juga aktif dalam mengembangkan dan berdakwah dalam

pramuka di Indonesia salah satunya dengan mengadakan Forum

Silaturahmi Nasional Pimpinan Pondok Pesantren yang dihadiri oleh 95

Pondok Pesantren seluruh Indonesia yang berlangsung tanggal 20-21

Maret 2010 itu menyatakan keprihatinan atas terjadinya degradasi moral

dan kekerasan fisik di kalangan remaja usia sekolah yang berdimensi ras,

kelompok,golongan dan keagamaan yang menunjukan bahwa ke Bhineka-

12 http://darunnajah.com/index.php/Berita-Darunnajah/K.H-Mahrus-Amin-Bapak-

Pramuka-Pesantren.html dikutip pada 10/03/2010

56

an Tunggal Ika selama ini hanya seumpama jargon dan senyatanya bersifat

semu.Oleh karena itu, forum bersepakat mengajak seluruh pimpinan

pondok pesantren di Indonesia dan komponen bangsa lainnya untuk

melakukan pendekatan pendidikan berbasis Kepramukaan, serta mendesak

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) untuk segera

mengesahkan Undang-Undang Gerakan Pramuka dalam upaya mengawal

generasi muda menjadi generasi yang kuat, dan berkarakter serta melalui

pembinaan pada satuan Pramuka guna mengantarkan generasi bangsa

menjadi generasi yang saling mengenal dan menghargai serta cinta tanah

air. Forum Silaturahim Nasional Pimpinan Pondok Pesantren seluruh

Indonesia mendukung penuh terwujudnya Undang-Undang Gerakan

Pramuka yang saat ini sedang dibahas oleh Panitia Kerja Komisi X DPR-

RI. karena menurut K.H.Mahrus Amin Diyakini Gerakan Pramuka satu-

satunya organisasi yang dipandang sebagai alat pemersatu bangsa dan

perekat

diantaranya Ketua Forum Umat Islam, Ketua Umum BKsPPI (Badan

Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia), Ketua Umum GNC WAKAF

umat di sela-sela acara Silaturahim Nasional Pimpinan Pondok

Pesantren Tentang Rancangan Undang-Undang Gerakan Pramuka di

Pondok Pesantren Darunnajah, Jl.Ulujami Raya No.86 Pesanggra ahan,

Jakarta Selatan.13

Selain berdakwah melalui lembaga yang didirikannya dan

organisasi kepemudaan beliau juga aktif di beberapa organisasi keagamaan

13 Warta Kwarnas Edisi Ke 3 Tahun V 2010, hal 3

57

dan ZIS (Gerakan Nasional Cinta Wakaf, Zakat, Infaq dan Shodaqoh),

Ketua Umum Forum Islamic Center Indonesia, Pengurus Badan

Koordi

nal

donesia (Perwapi), STABILITAS terbit 1 bulan 4 kali (tiap minggu)

yang dikelola oleh redaktur-redaktur dan SDM yang berpengalaman.15

2.

kaum muslim untuk

mewuj

nasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin), Anggota Dewan Penasehat

MUI (Majelis Ulama Indonesia) DKI dan lain-lain.14

Selain itu beliau juga berdakwah melalui media cetak yang beliau

dirikan an kelola bersama Fathullah S. Donggo M. Kom, Laksdya (Purn)

DR. Freddy Numberi yaitu media STABILITAS, Surat Kabar Umum

STABILITAS yang diterbitkan oleh Persatuan Wartawan Profesio

In

Kiprah K.H. Mahrus Amin Dalam Politik

Sistem hukum di tengah-tengah kaum muslimin tidak sesuai

dengan apa yang diturunkan Allah. Itu adalah bentuk kemunkaran yang

sangat gamblang. Sedangkan mewujudkan sistem hukum Islam adalah

amar ma`ruf yang paling berat. Diperintahkannya kaum muslimin untuk

melakukan kewajiban ini, serta mewujudkan jamaah ditengah-tengah tugas

ini, bahwa Allah telah mengharuskan kepada

udkan partai politik yang mengemban dakwah Islam serta bekerja

untuk melangsungkan kembali kehidupan Islam.16

Tak heran dewasa ini munculnya kyai dalam kancah politik praktis

mengisyaratkan bahwa bagi kyai keterlibatan mereka dalam berpolitik

14 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman beliau (Ulujami)

15 [email protected] dikutip pada 26/07/2010 16 Safullah dkk, Islam, Dakwah dan Politik (Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2002), hal 15

58

tentu saja sangat beralasan, bagi mereka antara politik dan dakwah

merupakan suatu kesatuan, mustahil untuk dipisahkan. sebab agama

merupakan ajaran tata perilaku kemanusiaan, sehingga ia bukan hanya

sistem teologi tetapi juga sebuah kebudayyan yang kompleks. Dakwah

harus didukung dengan sebuah kekuasaan politik. Sebab, baik agama

maupun politik, secara kasat mata sama-sama berkolerasi dengan

kemasl

dalam politik atau juga ulama bisa membagi tugas

siapa y

ahatan umat.17

Menurut K.H. Mahrus Amin, dalam keadaan tertentu bisa saja

ulama itu terjun ke

ang harus menekuni atau terjun ke dunia politik dan siapa juga yang

harus berdakwah.18

Pada waktu Orba jatuh, berganti Era Reformasi, Pemerintah RI

mengizinkan masyarakat mendirikan Parpol. Lalu lahir banyak partai

Islam seperti PBB, PUI (Partai Umat Islam), Partai Politik Islam Masyumi

Abdullah Hehamahua, Partai Masyumi Baru, Partai Keadilan (PK) atau

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1999-2004 dan Partai Bintang Reformasi

(PBR). Kemudian jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2009, lahir pula 38

Parpol Nasional dan 6 Parpol lokal NAD (Nanggroe Aceh Darussalam).

Anwar Hardjono membacakan deklarasi PBB pada 17 Juli 1998 usai shalat

Jum’at di Masjid Agung Al-Azhar Jalan Sisingamangaraja Kebayoran

17 Syaiful Amin Sholihin, Tokoh Agama dan Pilihan Politik, (Yogyakarta, Tugu Pess,

2004), hal. 27 18 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman

beliau (Ulujami)

59

Baru Jakarta Selatan (Jaksel). Pendiri PBB, Prof Dr HM Yusril Ihza

Mahendra, Marlan Mardjoned, Abdul Kadir Jaelani, Hartono Mardjono

SH, Badruzzaman Busyairi Brebes, KH Mahrus mA in Pesantren

Darunn

ajah Ulujami Jakarta Selatan, Ahmad Soemargono, Tumpal Daniel

S SPdI MSi, Ikhwan Ridwan SH dan lain sebagainya.19

Pada tahun 2005 mantan Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang

(PBB), Prof Dr Yusril Ihza Mahendra, ditetapkan sebagai Ketua Majelis

Syura dalam struktur kepengurusan Partai Bulan Bintang masa bhakti

2005-2010 yang kini Ketua Umumnya dipegang oleh MS Kaban.

Pengumuman susunan personalia Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan

Bintang itu disampaikan oleh Tim Formatur bertempat di Kantor DPP

Partai Bulan Bintang, Jakarta, Setelah sebelumnya didahului rapat yang

dipimpin oleh Ketua DPP PBB H.MS Kaban, SE MSi. Susunan

kepengurusan DPP PBB antara lain untuk posisi Majelis Syura dengan

Ketua Prof Dr Yusril Ihza Mahendra, SH, dengan Wakil Ketua antara lain

KH Hussein Umar, H Ibrahim Risyad, KH Aceng Zakaria, KH Sachrodji

Bisri KH Mahrus Amin, dengan Sekretaris Dr Fuad Amsyari. Pada posisi

Majelis Syura itu juga dilengkapi dengan satu Wakil Sekretaris dan 14

Anggota. Sedangkan untuk posisi Pimpinan Pusat: Ketua Umum H. MS

Kaban, SE, MSi, yang didampingi empat Wakil Ketua Umum yaitu

Hamdan Zoelva, SH, MH, Zainulbahar Noor, SE, Anwar Shaleh, Dachlan

Abdul Hamied, SE, MSi. Sekretaris Jenderal dipegang oleh Drs Sahar L.

19http://www.madina-sk.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5580

dikutip pada 14/03/2010

60

Hassan dengan didampingi 19 Wakil Sekjen, Bendara Umum dipegang

oleh Novian Zein, SE dengan didampingi 10 Bendahara. DPP PBB juga

dilengkapi 29 Departemen yang masing-masing dipimpin oleh Ketua

Departemen antara lain Departemen Pemberdayaan Organisasi,

Depart

etum PBB MS Kaban tampak didampingi Waketum

bidang

emen Kaderisasi, Departemen Pemenangan Pemilu, Departemen

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.20

Beliau juga aktif dipartai yang didirikanya salah satu contoh ketika

Partai Demokrat Memanfaatkan sisa waktu kampanyenya pada PEMILU

2009 lalu, Partai Demokrat makin gencar melakukan roadshow untuk

mendekati partai-partai pendukung SBY. Menyusul PKS, PKB, dan PAN,

kini giliran PBB diincar Demokrat. Bagaimana sikap parpol pendukung

Yusril Ihza Mahendra ini Ketua Umum Partai Demokrat, Hadi Utomo, tiba

di kantor DPP PBB di kawasan Pasar minggu, Jakarta. Turut dalam

pertemuan tersebut Sekjen PD Marzuki Ali, Ketua DPP PD bidang politik

Anas Urbaningrum. K

politik PBB Hamdan Zoelva, dan Wakil Ketua Majelis Suro PBB,

KH Mahrus Amin.21

Selain itu beliau juga kerap memimpin rapat Majelis Syuro PBB

dan menindak tegas para stafnya di PBB, salah satunya ketika Ali Mochtar

Ngabalin Ketua DPP Partai Bulan Bintang (PBB) terancam diganjar sanksi

organisasi oleh partainya sendiri, menyusul pernyataannya yang

mendukung kedatangan Presiden Amerika Serikat George W.Bush.

20 http://www.kapanlagi.com/h/old/0000065889.html dikutip pada 14/03/2010 21 WWW.INILAH.COM%20-%20Giliran%20PBB%20Dibujuk%20Demokrat.htm

dikutip pada 10/03/2010

61

Pasalnya, para petinggi partai Bulan Bintang mengecam pernyataan

Ngabalin yang bertolak belakang dengan partai, dan menurunkan citra

partai. Majelis Syuro PBB sudah mengirim surat untuk meminta Badan

Kehormatan Pusat PBB ”mengadili” anggota Komisi I DPR itu. Surat

tersebut bernomor No.A057 DPP MS-Sek/10/1427 tertanggal 14

Novem

berpolitik praktis di lingkungan pendidikan. Rapat tersebut dihelat salah

ber 2006 ditandatangani Wakil Ketua Majelis Syuro PBB KH

Mahrus Amin dan Wakil Sekretaris Dewan Syuro Bambang Setyo.22

Beliau juga selalu merespon isu-isu politik misalnya, pada Pemilu

lalu sebagai pendiri dan wakil dewan syuro Partai Bulan Bintang (PBB) K.

H Mahrus Amin dapat menempatkan diri manakala beliau harus menjadi

seorang kyai dan manakala beliau harus menjadi seorang politisi. Beliau

tak pernah mencapur adukkan keduanya salah satu contoh Pendiri

sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta ini

menyayangkan merebaknya wacana klaim tersebut di sejumlah media

cetak. Tidak hanya menyayangkan, pimpinan pesantren yang dikenal

sederhana itu mengingatkan seluruh alumninya tidak “menjual” nama

Darunnajah untuk kepentingan politik dan membawanya ke ranah politik.

Pada kesempatan yang sama, kyai lulusan Pesantren Darussalam Gontor

ini menegaskan bahwa Darunnajah merupakan lembaga pendidikan yang

“berdiri di atas dan untuk semua golongan”. Terjemahan bebas dari ini

adalah bahwa para alumni boleh berpolitik dan bebas menyatakan

dukungannya, tetapi tidak lembaganya dan mengharamkan seluruh pihak

22http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2006/11/15/22494/Dukung-Bush,-Ngabalin-

Terancam-Diadili dikutip pada 10/03/2010

62

Pesantren Darunnajah (IKPDN)

menduk

I dan juga pemersatu bangsa dan juga

mempererat atau perekat umat.24

satunya menyikapi pemberitaan di beberapa media massa yang

menyebutkan keterlibatan Ikatan Keluarga

ung salah satu pasangan capres.23

Menurut K.H Mahrus Amin berkiprah dalam politik intinya

bagaimana untuk menjaga NKR

23 http://forum22.wordpress.com/2009/06/11/kh-mahrus-amien-minta-ikpdn-jangan-

dipolitisir/#more-9 dikutip pada 10/03/2010 24 K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman

beliau (Ulujami)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengamatan pada bab-bab sebelumnya,

maka untuk mengakhiri uraian bab-bab dalam skripsi ini, penulis membuat

kesimpulan sebagai berikut. Adapun konsep dakwah dan politik serta korelasi

keduanya menurut K.H Mahrus Amin adalah:

1. Dakwah atau berdakwah pada hakikatnya adalah menegakkan syari`at

agama Allah dan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangan-

larangannya oleh sebab itu dakwah yang harus diusahakan atau

dilaksanakan dengan mengikuti jejak rasul dalam menegakkan agama

Islam atau berdakwah. dalam berdakwah tidak hanya mengutamakan

dakwah di bidang agama saja tapi juga harus ada di bidang lain seperti di

bidang sosial, bidang budaya, bidang politik dan bidang ekonomi.

2. Politik adalah sesuatu yang berkenaan dengan pemerintahan dalam suatu

negara terutama dalam pembinaan bangsa dan negara atau umat.

sebagaimana didalam negara demokrasi sesuai dengan ketentuan yang

dasarnya hukum, sehingga bagi umat Islam berpolitik itu bagaimana

hukum-hukum itu bisa dilaksanakan oleh bangsa dan umat sesuai dengan

ajaran dan syaria`at agama Islam.

3. Politik adalah satu dari sekian banyak materi dan media untuk berdakwah,

Dengan kata lain politik boleh dikatakan seandainya berhasil akan dapat

62

63

melaksanakan syariat Islam dan memperjuangkan umat, boleh dikatakan

untuk menegakkan syari`at Islam itu bisa dengan politik atau dengan

dakwah dan bisa saja dalam berpolitik itu kita dengan sistem berdakwah.

B. Saran – saran

Ada beberapa catatan yang ingin penulis sampaikan, tentunya saran-

saran ini disampaikan bertujuan tak lain demi kebaikan dan kualitas brdakwah

dalam politik di masa yang akan datang. Adapun saran yang ingin penulis

sampaikan sebagai berikut:

1. Hendaknya dakwah dilakukan sesuai dengan syariat agama islam

sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. Dan

disesuaikan dengan perkembangan zaman yang bertujuan untuk

kemaslahatan umat.

2. Dalam berpoltik hendaklah kita menanamkan bahwa kekuasaan politik itu

adalah amanat dan ujian dari Allah SWT agar tidak terjadi

pengsalahgunaan kekuasaan politik tersebut.

3. Dalam berdakwah melalui politik hendaknya kita harus menerangkan

bahwa politik adalah salah satu media untuk berdakwah agar dapat

dipahami dan tidak menjadi hal yang tabu lagi bagi umat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Al-Qur`an dan Al-Hadist

Abda, Slamet Muhaemin, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya, Usaha Nasional, 1994

Ahmad, Mahmud, Dakwah Islam, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2002

Amin, K.H Mahrus, Buku Pedoman Santri Bela Negara Kader Pemersatu Bangsa Pembela Umat, Jakarta, Penerbit Grup DANA

Amin, Mahrus, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, Penerbit Grup DANA, Jakarta, 2008

Amin, Mahrus, Doa-Doa Ibadah Amaliah, Jakarta, Penerbit Grup DANA, 1993

Amin, Mahrus, Pembinaan Kader Bangsa dan Umat Melalui Pendidikan Gerakan Pramuka Santri, Jakarta, Penerbit Grup DANA

Al-bahsanawi, Salim Ali, Wawasan Sistem Politik Islam, Jakarta, Pustaka al-Kautsar

Ar-Rafi’i, Mustofa, Potret Juru Dakwah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002

Asmara, Toto. Komunikasi Dakwah, Jakarta, Gaya Media Pratama, 1997, Cet. ke-1

Al-Qordowi, Yusuf, Pedoman Bernegara dalam Perspektif Islam, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1999

Al-Qahthan, Sa’id, Menjadi Da’i Yang Sukses, Jakarta: Gema Insani, 2005

Alwakil, Muhammad Sayyid, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemah Nabhani Idris, Jakarta, Akademika Pressindo, 2002

Al-wisral, Imam Zaidillah, Stategi Dakwah, Jakarta, Kalam mulia, 2002

Aziz, Moh. Ilmu Dakwah, Jakarta, Prenada Media, 2004

Bachtiar, Wardi, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta, Logos, 1997

Ibnu Taimiyah, Taqiyuddin, Kebijaksanaan Politik Nabi SAW, Dunia Ilmu, Surabaya, 1997

64

65

Daulay, Hamadan, Membangun Kerukunan Berpoltik dan Beragama Di Indonesia, Yogyakarta, Puslitbang Depag RI, 2002

Hasanuddin, H. Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia), Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996

Habib, M. Syafa`at, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta, PT Bumirestu, 1982

Hamka, Tafsir Al-Azhar : Juz` V, Jakarta, PT Pustaka Panjimas, 1983, Hal : 136

Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an Jakarta: Bulan Bintang, 1994

Ismail, A. Ilyas, Pradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah , Jakarta, Penerbit Madani 2006

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Dr. Kartini Kartono Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. ke-9

Mufid, Moh. M.Si, Politik Dalam Perspektif Islam, Jakarta, UIN Jakarta Press, 2004 M.

Muhyidin, Asep. Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Munir, M. Metode Dakwah, Jakarta, Pemuda Media, 2006

Moleong, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. ke-33, edisi revisi

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, Jakarta, UI Press, 1985

Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta, Gaila Indonesia, 1998

Noer, Delian, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Jakarta, Rajawali, 1982

Panitia Tasyakuran 70 K.H. Mahrus Amin, Kyai Entrepreneur “Social Entrepreneurship Berbasis Nilai-Nilai Agama”, Jakarta, Panitia Tasyakuran 70 K.H. Mahrus Amin, 2010

Rafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung, CV. Pustaka Setia. 2001

Rozak, Jeje Abdul, Politik Kenegaraan al-Ghazali dan Ibnu Tamiyah, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1999

Risma, Abu, Dakwah Islam Praktis dalam Pembangunan Suatu Pendekatan Sosiologis, Yogyakarta, PLP2M, 1985

66

Salim, Abd. Mu`in, FIQH SIYASAH “Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al quran”, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1995

Saefullah dkk, Islam, Dakwah dan Politik, Bogor , Pustaka Thariqul Izzah, 2002

Sambas, H. Syukariadi,. dan Acep Aripudin, Dakwah Damai, Bandung, P.T Remaja Rosdakarya, 2007

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Quran, Badung, Raizan, 1995

Sholihin, Syaiful Amin ,Tokoh Agama dan Pilihan Politik, (Yogyakarta, Tugu Pess, 2004), hal. 27

Surahmad, Winarno,Menyusun Rencana Penelitian, Bandung, CV Tarsita, 1989

Siddiq, Syamsuri, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, Bandung, PT Al Ma`rifat, 1981

Suprayogo, Imam, Kyai dan Politik “Membaca Citra Politik Kyai”, Malang , UIN Malang Press, 2009

Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membagun Masyarakat Islam Modern, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007

Syatam, Abdullah, Dakwah Islamiyah. Terj. Ibrahim Husein, Jakarta, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag, 1986

Syukir, Amuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Surabaya Islam, Al-Iklas, 1999

Tjandrasasmita, Uka, Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta, Balai Pustaka, 1984

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1983

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1988

Yatim, Dr.Badri M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005

Yunus, Muhammad, Kamus Arab-Indonesia, Yayasan Penyelenggara Al-Quran, 1973

Zaidan, Abdul Karim, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta, Media Dakwah, 1984

Zainudin, A.R, Pemikiran Politik Islam, Jakarta, Pensil-324, 2004

67

2. Media Cetak dan Wawancara

Media STABILITAS/EDISI 109/TAHUN V/18 AGUSTUS – 2 SEPTEMBER 2009

Warta Kwarnas Edisi Ke 3 Tahun V 2010

K.H. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 19 Maret 2010 di Kediaman beliau (Ulujami)

3. Website/ Ineternet

www.BahasaKita.com www.darunnajah.com www.detik.com (30/05/2009) www.factbook.com/Indonesia www.forumislamiccenter.com www.Inilah.com www.Kapanlagi.com www.MADINAOnline.com www.RepublikaOnline.com/Menoreh Warna di Kota Maksiat/Pesantren Darunnajah Ulujami/Rabu, 24 Desember 2008

Drs. KH. Mahrus Amin, KH. Zaenuddin MZ dan H. Suryadharma Ali, M. Si pada acara Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW dan Peresmian SME’sCO mart di Pesantren Madinatunnajah Ciputat.

Ust.Arifin Bersilaturrahmi ke Kyai Mahrus KH Mahrus Amin (PBB) dan Ust Hafidz

Abdurrahman (HTI) berjabat tangan.

K.H Mahrus Amin bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat keduanya berkunjung ke pondok pesantren Darunnajah Jakarta.

K.H Mahrus Amin Bersama K.H Mahrus Amin dan Ust. Yusuf Mansur Hj.Airin Rachmi Diany

K.H Mahrus Amin saat menerima penghargaan lencana melati yang disematkan oleh bapak presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

K.H Mahrus Amin Saat Berkhutbah Didepan Santri-Santrinya Di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.

Bersama Gubernur DKI dalam acara PORSEKA ke XXVIII di Darunnajah Jakarta

Penulis Bersama K.H Mahrus Amin K.H Mahrus Amin Saat Pelepasan Alumni

Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.

TRANSKRIP WAWANCARA

Nara Sumber : Drs. K.H Mahrus Amin

Hari/Tanggal : Jum`at / 19 Maret 2010

Waktu : 09.00 – 10.15

Tempat : Pondok Pesantren Darunnajah

1. Bagaimana Konsep Dakwah Menurut Ustadz\Bapak ?

Jawaban :

Dakwah itu ada kaitannya dengan menegakkan syariaat agama Allah dan melaksanakan

perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Oleh sebab itu dakwah yang harus kita

usahakan atau laksanakan kita mengikuti jejak rosul dalam menegakkan agama islam

atau berdakwah yaitu para mubalig atau tokoh-tokoh Islam atau ulama-ulama supaya

bermarkas di masjid, dari mesjid itulah kemudian bagaimana ajaran Islam ini dapat

dilaksanakan intinya didalam pembinaan tauhid atau takwa kepada Allah kemudian

kemudian tamir masjid dengan ibadah-ibadah sehari-hari juga yang berkenaan dengan

peningkatan SDM (sumber daya manusia) atau sumber daya umat baik anak-anak,

remaja, pemuda dan orang tua, bagaimana untuk ajaran agama Islam itu dihayati dan

diamalkan. Yang ketiga berkenaan dengan kehidupan masyarakat saat ini terutama di

bidang ekonomi untuk mencari nafkah. Masjid adalah pusat dakwah ini haruslah berperan

umpamanya mendirikan BMT (Baitul Mal wa Tamwil) atau kegiatan-kegiatan ekonomi

yang lain, kemudian juga bagaimana dengan sosial budaya umat Islam itu seirama atau

sesuai dengan ajaran Islam atau budaya yang Islami dan kegiatan sosial masyarakat yang

lain ini dikembangkan dan dirangkai sehingga ulama-ulama itu menggeluti dan

berdakwah bukan hanya sekedar ceramah atau mensosialisasikan pidatonya dari tempat

ke tempat lain, jadi harus mengembangkan seluruh ajaran agama Islam.

2. Bagaimana Konsep Politik Menurut Ustadz\Bapak ?

Jawaban :

Konsep politik atau berpolitik dengan nilai-nilai Islam terlebih dahulu harus menguasai

bahwa politik ini dalam suatu negara terutama dalam pembinaan bangsa dan negara atau

umat. sebagaimana kalau didalam Negara demokrasi sesuai dengan ketentuan yang

dasarnya hukum, sehingga bagi umat Islam berpolitik itu bagaimana hukum-hukum itu

bisa dilaksanakan oleh bangsa dan umat sesuai dengan ajaran dan syaria`at agama Islam.

Itulah yang diperjuangkan oleh para mubalig atau ulama-ulama dimana saja baik dipartai

atau diorganisasi Islam, inilah dari pada misi pemimpin-pemimpin umat Islam

3. Menurut Ustadz\Bapak Adakah Keterkaitan Antara Dakwah & Politik ?

Jawaban :

Antara dakwah dan politik ada kaitannya dan juga bisa kita pisahkan, maksudnya kalu

kaitannya dengn politik itu bagaimana dalam pengaturan dan penataan Negara atau

bangsa tetapi kalau dakwah itu ada kaitannya bagaiman menegakkan ajaran-ajaran agama

dipermukaan bumi atau disebuah Negara. Politik boleh dikatakan kalau berhasil akan

cepat bisa melaksanakan syariat Islam yang diperjuangkan oleh politisi Islam tapi kalau

dakwah bisa saja lambat terutama dengan pendidikan, boleh dikatakan untuk

menegakkan syari`at Islam itu bisa dengan politik atau dengan dakwah dan bisa saja

dalam berpolitik itu kita dengan sistem berdakwah.

4. Menurut Ustadz\Bapak Apa Yang Paling Penting Dalam Berdakwah ?

Jawaban :

Dalam berdakwah terutama kembali kepada pribadi mubalig, bahwa untuk menghadapi

dakwah itu dengan berbagai macam tantangan, rintangan tidak semulus yang

dibayangkan seperti halnya juga para nabi dan rosul. Untuk itu bagi para mubalig-

mubalig atau para da`i harus meningkatkan takwa atau iman dan takwa sehingga dia

dekat dengan Allah, Allah akan dekat dengan dia dan kalau dia sudah dekat dengan Allah

sebagaimana rosul dapat mukzijat, para wali dapat karomah maka para tokoh-tokoh atau

ulama ini dapat ma`unah dari Allah, sehingga apa yang dia kehendaki Allah lah yang

akan membantu, ini yang pertama. selanjutnya yang kedua terus menuntut ilmu menggali

ajaran-ajaran agama dan berbagai pengalaman dan wawasan sehingga dia mempunyai

wawasan yang luas, setelah itu dia harus mengamalkan apa yang dia temukan dalam

ajaran agama sebagai pedoman hidup yang harus juga disosialisasikan, selain

mengamalkan dia harus istiqomah, sabar dan tawakal kepada Allah SWT ini pribadi yang

harus ada untuk itu nanti didalam pelaksanaanya mungkin ada yang berhasil ada yang

tidak berhasil tapi Allah akan menilai kesungguhan dan niat daripada berdakwah itu yang

akan menentukan juga Allah tapi kita hanya bisa ikhtiyar.

5. Bagaimana Pendapat Ustadz\Bapak Mengenai Ulama Yang Terjun Kedunia

Politik Saat Ini, Misalnya Seperti K.H Zainudin M.Z ?

Jawaban :

Para ulama intinya untuk menegakkan ajaran-ajaran agama itu dapat dilaksanakan oleh

umat, maka bagi para ulama yang terjun ke politik terutama itu bagaimana niat, niat

pertama dalam politik kalau pun berhasil dan sukses itu akan lebih cepat dapat

melaksanakan apa yang dikehendaki dan dapat berperan di kehidupan bernegara, oleh

sebab itu kalau pun dalam keadaan tertentu bisa saja ulama itu terjun kedalam politik atau

juga ulama itu bisa membagi tugas siapa yang harus menekuni atau terjun kedunia politik

dan sipa juga yang berdakwah jangka panjang yaitu pengkaderan umat dengan

pendidikan, mendirikan pesantren-pesantern untuk kegiatan jangka panjang.

6. Apakah Menurut Uztadz/Bapak Dalam Berpolitik Kita Juga Bisa Melakukan

Dakwah?

Jawaban :

Tentu bagi seorang muslim apalagi mubalig apalagi ulama dalam berpolitik bisa

melaksanakan dakwah dan bahkan bisa mengaplikasikan ajaran-ajaran agama Islam

diberbagai kegiatan. Ini yaitu perlunya untuk berpolitik, jadi intinya bahwa kita didalam

menghadapi politik juga harus tau poltik sehingga kita tidak menjadi korban politik. Dan

ini perlunya mubalig dan kita terutama inti dalam pengkaderan dimana 10-20 tahun yang

akan dating akan berperan dimasyarakat jangan lengah itulah perjuangan lembaga

pendidikan Islam dan Pondok Pesantren.

7. Organisasi Dakwah dan Politik Apa Saja Yang Ustadz\Bapak Aktif

Didalamnya?

Jawaban :

Tentu setiap kita ini dibina dan melalui proses dewasa dan proses menjadi pemimpin

sesuai dengan keadaan dan lingkungan pada waktu hidup waktu saya digemleng saya ikut

perang waktu umur 8 tahun sudah itu aktif juga di organisasi pandu atau pramuka aktif

juga organisasi santri aktif juga di kegiatan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan juga

dilatih sebagai MenWa (Resimen Mahasiswa), kemudian mendapat pengalaman juga

dalam kegiatan Forum Umat Islam, juga kegiatan di Partai Bulan Bintang (PBB) dan juga

sekarang sebagai ketua umum Forum Islamic Center Pusat yang berpusat di Kramat Jaya

menggantikan pak Zaelani karena beliau sudah uzur, pembinanya adalah bapak

Sutiyoso,juga sebagai ketua umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren Seluruh

Indonesia, juga ada yayasan Qolbu Salim yang membina Pembina-pembina, pengasuh-

pengasuh dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan juga sebagai pendiri pondok

pesantren Darunnajah dan Madinatunnajah.

8. Apa Harapan Ustadz\Bapak Kedepannya Untuk Dakwah dan Politik di

Indonesia ?

Jawaban :

Mengembangkan pondok pesantren seluruh Indonesia yang intinya kita ingin para alumni

dapat membangun 1000 pondok pesantren nusantara sehingga Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) terutama daerah perbatasan terbangun atau dibangun pondok

pesantren- pondok pesantren, merekalah untuk menjaga NKRI dan juga pemersatu

bangsa dan juga mempererat atau perekat umat ini yang menjadi keinginan Ustad Mahrus

dan itu tidak mimpi karena sekarangUstad Mahrus dari umur 21 hingga sekarang umur

70 tahun sudah membidani atau mendirikan 60 pondok pesantren dari Aceh sampai

Marauke, kemudian para alumni juga lebih dari 40 yang sudah menjadi pimpinan

pesantren dan sampai sekarang sudah 100 jadi kalau 10-20 tahun mendatang saja 1

pesantren mengembangkan 10 saja itu 100X 10 sudah 1000 pondok pesantren sebagai

benteng untuk menjaga diperbatasan Negara-negara tetangga atau Negara-negara musuh.

Nara Sumber

K.H Mahrus Amin