dasar teori percobaan 1 kimia sma
TRANSCRIPT
PERCOBAAN I
Judul : Mengamati reaksi pembakaran logam
Tujuan : Mempelajari reaksi pembakaran logam Mg di udara
Hari/tanggal : Jum’at / 05 Oktober 2012
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Dalam percobaan mengamati reaksi pembakaran logam yang
memiliki tujuan umum untuk mempelajari reaksi pembakaran logam Mg
di udara ada beberapa hal yang harus diketahui selain mengenai logam Mg
tersebut. Beberapa hal tersebut adalah yang berkaitan dengan tujuan
khusus dari percobaan ini, yaitu:
1. Menuliskan nama–nama senyawa biner dan poliatomik dari senyawa
anorganik dan organik.
2. Menyetarakan persamaan reaksi sederhana dengan diberikan nama-
nama zat yang terlibat dalam reaksi atau sebaliknya.
A. Tata nama senyawa
Pada dasarnya, dua zat berbeda tidak akan mempunyai
nama yang sama walaupun ciri-ciri fisiknya mirip maupun terdiri
dari unsur-unsur yang juga sama.
Metode sistematik untuk penamaan senyawa disebut sistem
tata nama. Sistem ini disusun berdasarkan aturan IUPAC dan telah
digunakan secara diseluruh negara.
Senyawa dapat dibedakan menjadi senyawa anorganik dan
organik. Dalam senyawa anorganik, tata namanya meliputi:
Senyawa biner
Senyawa asam
Senyawa poliatomik
Senyawa basa
1. Senyawa biner
Adalah senyawa yang dibentuk dari dua unsur, baik logam dan non logam,
atau dua unsur non logam. Jika unsur pertama adalah logam dan unsur
keduanya adalah non logam, maka senyawa biner tersebut umumnya
berbentuk ionik atau senyawa ionik biner.
Tata nama senyawa biner sesama non logam adalah sebagai berikut:
a. Rangkaian nama kedua jenis unsur diberi akhiran –ida pada
nama unsur yang kedua.
b. Jumlah masing-masing atom ditulis dengan memakai awalan
sebagai berikut:
1 : mono 6 : heksa
2 : di 7 : hepta
3 : tri 8 : okta
4 : tetra 9 : nona
5 : penta 10 : deka
c. Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti
aturan point a dan b.
Contoh :
N2O, dinitrogen oksida
CH4, metana
Tata nama senyawa biner logam dan non logam (senyawa ionik biner)
adalah sebagai berikut :
a. Unsur logam bermuatan positif (kation) diletakkan didepan unsur non
logam yang bermuatan negatif (anion).
b. Nama kation diambil dari nama unsurnya, sedangkan nama anion
adalah nama unsurnya diberi akhiran –ida.
c. Unsur logam yang memiliki muatan lebih dari satu jenis maka muatan
ditulis dengan angka romawi dalam tanda kurung.
Contoh : NaCl, natrium klorida
Fe2O3, besi (II) oksida
2. Senyawa poliatomik
Adalah senyawa yang dibentuk dari ion-ion poliatomik, dua tau lebih
atom-atom bergabung bersama-sama dengan ikatan kovalen. Cara
penamaannya memiliki kesamaan dengan penamaan senyawa biner.
Namun sangat sedikit anion poliatom yang menggunakan nama dengan
akhiran –ida. Kebanyakan menggunakan –it dan –at serta beberapa nama
menggunakan awalan hipo atau per.
Contoh : NaClO, natrium hipoklorit
NaClO4, natrium perklorat
3. Senyawa asam
Adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam
air. Untuk penamaan senyawa asam, penamaannya sama dengan cara
penamaan senyawa biner, namun diberi awalan kata “asam”.
Contoh : HCl, asam klorida
HNO2, asam nitrit
4. Senyawa basa
Adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan
dalam air. Penamaan senyawa basa ditulis dengan menyebutkan nama
atom yang terikat pada ion OH- dan diikuti dengan akhiran hidroksida.
Contoh : KOH, kalium hidroksida
Mg(OH)2, magnesium hidroksida
Sedangkan senyawa organik adalah senyawa-senyawa
karbon dengan sifat-sifat tertentu. Senyawa organik mempunyai
tata nama khusus.
Contoh :
CO(NH2)2, urea (ureum)
C6H12O6, glukosa (gula darah, gula anggur)
B. Persamaan reaksi sederhana
Persamaan reaksi merupakan hubungan yang menunjukkan
koefisien reaksi dari zat-zat yang bereaksi dengan koefisien zat-zat
hasil reaksi. Zat-zat yang bereaksi disebut pereaksi atau reaktan
dan dituliskan disebelah kiri, sedangkan zat-zat hasil reaksi disebut
hasil reaksi atau produk dan dituliskan disebelah kanan.
Wujud zat yang bereaksi biasanya dituliskan dalam bentuk
singkatan (s), (l), (g) dan (aq), yaitu :
1. Padat atau solid disingkat s
2. Cair atau liquid disingkat l
3. Gas disingkat g
4. Larut dalam air atau aquouse solution disingkat aq
Penulisan persamaan kimia yang setimbang sebaiknya
dilakukan melalui tiga tahapan berikut :
1. Menulis persamaan yang belum setimbang
2. Membuat persamaan tersebut menjadi setimbang dengan
memberikan koefisien didepan rumus kimia untuk reaktan
maupun produk sehingga jumlah atom-atom yang terdapat di
kiri dan kanan persamaan reaksi menjadi sama.
3. Menulis wujud zat pereaksi dan hasil reaksinya.
Contoh : larutan asam hidroklorida (HCl) ditambahkan pada
larutan natrium karbonat (Na2CO3). Produk yang dihasilkan
adalah garam klorida (NaCl) dan gas karbondioksida (CO2)
serta air (H2O).
Persamaan reaksinya :
Langkah 1 : HCl + Na2CO3→ NaCl + CO2 + H2O
Langkah 2 : 2HCl + Na2CO3→ 2NaCl + CO2 + H2O
Langkah 3 : 2HCl(aq) + Na2CO3(s)→ 2NaCl(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Penyetaraan reaksi kimia memerlukan ketelitian, sehingga
dituntut untuk banyak berlatih tentang persamaan reaksi tersebut.
C. Magnesium
Merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol Mg
dengan nomor atom 12. Magnesium berwarna putih keperakan
dengan ringan (1/3 lebih ringan daripada aluminium).
Sangat sukar untuk mematikan pembakaran magnesium.
Dimana pembakaran magnesium (pita magnesium) akan tetap terus
terjadi jika pita direndam dalam air, hingga pita magnesium habis
terbakar.
Magnesium menghasilkan cahaya putih yang terang apabila
dibakar dalam udara. Pada zaman awal fotografi, serbuk
magnesium digunakan sebagai sumber pencahayaan (sumber kilat).
Sedangkan pita magnesium digunakan dalam mentol denyar yang
dinyalakan secara elektrik. Saat ini serbuk magnesium masih
digunakan dalam pembuatan meran karena warna nyalanya yang
khas.
Pembakaran logam Mg akan menghasilkan senyawa oksida
MgO, dan jika direaksikan dengan air, unsur logam ini cenderung
membentuk senyawa basa. Sifat basa senyawa ini dapat diamati
dengan menggunakan kertas lakmus. Apabila kertas lakmus merah
berubah menjadi biru dan kertas biru tidak berubah warna maka
senyawa yang diuji tersebut merupakan senyawa yang bersifat
basa.
d. Mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang sesuai lalu
ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,
dikeringkan dan setelah dingin ditimbang. Kemudian jumlah zat yang
ditentukan dihitung dari faktor stoikoometrinya.
e. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat didalam cuplikan
semula.
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi
kimia seperti : aA + rR → AaRr
Pada reaksi tersebut, a molekul analis A bereaksi dengan r molekul reagen
R menghasilkan produk AaRr yang biasanya merupakan suatu substansi
yang sedikit larut yang biasanya ditimbang setelah pengeringan atau yang
biasanya dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui,
untuk kemudian ditimbang.
I.1 Gravimetri Metode Pengendapan
Gravimetri metode pengendapan merupakan metode dimana
komponen yang diinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau
mengendap dengan sempurna.Komponen yang diinginkan diendapkan
dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada
kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang.
Syarat-syarat senyawa yang ditimbang :
a. Mempunyai kestabilan yang tinggi
b. Faktor gravimetrinya kecil
Adapun beberapa tahap dalam analisis gravimetri yaitu :
a. Memilih pelarut sampel
Pelarut yang dipilih haruslah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan
dilarutkan.
b. Pengendapan analit
Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan
yang mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil
dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.
c. Pengeringan endapan
Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan
analitnya dan dilakukan dengan sempurna.
d. Menimbang endapan
Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas.
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan
kelarutan sehingga endapan akan terbentuk dan endapan inilah yang
akan ditimbang.
Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri, ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi :
a. Proses pemisahanhendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit
yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1
mg atau kurang) dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu
makro.
b. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan
hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak, maka akan
diperoleh hasil yang galat.
Dalam analisis gravimetri masalah yang kerap menjadi kendala
adalah menggunakan pemisahan untuk mendapatkan endapan dan
penentuan gravimetrik dalam memperoleh endapan dengan tingkat
kemurnian tinggi. Endapan yang murni adalah endapan bersih, artinya
tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-zat lain yang biasanya
disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah
terjadi karena endapan dihasilkan dari larutan yang berisi macam-macam
zat. Endapan yang terkontaminasi oleh zat lain disebut mengalami
kopresipitasi.
Kopresipitasi dapat dihindari dengan beberapa prosedur, yaitu:
a. Metode penambahan pada kedua reagen. Jika diketahui bahwa baik
sampel maupun endapan mengandung suatu ion yang mengotori, maka
larutan yang mengandung ion tersebut dapat ditambahkan pelarut lain,
dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin
selama tahap awal-awal pengendapan.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan
kotoran yang terkandung dalam endapan tersebut. Pencucian akan
berhasil jika pencucian dilakukan dengan berulang-ulang dengan
pemakaian sedikit demi sedikit cairan pancuci. Pencucian dilanjutkan
terus sampai ion pengotor telah hilang sama sekali. Hilangnya ion
pengotor ini ditandai dari hasil negatif pada pengujian cairan pencuci
dengan pereaksi yang cocok.Hal ini perlu diperhatikan dalam
pencucian endapan adalah pemilihan larutan pencuci. Sebenarnya air
murni merupakan cairan pencuci yang paling cocok, namun air hanya
dapat digunakan bila endapan yang akan dicuci berupa hablur dan
mempunyai kelarutan yang rendah. Untuk menghindarkan larutnya
endapan kembali karena terbentuknya koloid, maka endapan-endapan
yang tidak terbentuk dicuci dengan air panas yang mengandung
elektrolit lembam.Endapan yang dapat terhidrolisis dicuci dengan air
yang mengandung hasil hidrolisisnya.Sedangkan endapan yang agak
mudah larut dicuci dengan air yang mengandung zat pengendap atau
dengan larutan jenuh endapan itu.
c. Pencernaan
Pencernaan adalah proses untuk membuat endapan berada dalam
kontak dengan cairan induk, seringkali pada suhu yang dinaikkan
selama beberapa waktu, sebelum penyaringan. Proses ini bermanfaat
bagi endapan kristalin, tapi tidak digunakan untuk endapan berbentuk
gelatin.
d. Pengendapan kembali
Pengendapan kembali dilakukan bila endapan dengan mudah dapat
dilarutkan kembali, terutama untuk oksida hidrous dan garam kristalin
dari asam lemah.
Pada proses pengendapan, beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Pengendapan dilakukan dalam larutan encer
b. Pereaksi pengendap ditambahkan pelan-pelan dan terus diaduk
c. Pengendapan dilakukan pada pH dekat daerah pH terjadinya
pengendapan
d. Dipanaskan
Dalam prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang
dan nilai analit dalam sampel dapat dihitung dengan rumus :
% analit= bobot analitbobot sampel
x 100 %
I.2 Kelarutan pada pengendapan
Kelarutan menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu pelarut.Untuk zat yang tergolong mudah larut,
kelarutannya dinyatakan dalam 9/100 g air.Namun, untuk zat yang
tergolong sukar larut, kelarutannya dinyatakan dalam mol/L. Proses
pengendapan terjadi ketika jumlah zat terlarut dalam pelarut melebihi
batas maksimum zat yang dapat larut.Pada kondisi ini dikatakan
larutannya telah lewat jenuh.Untuk memprediksi apakah suatu zat masuh
dapat larut atau mengendap dalam suatu larutan, maka perlu menghitung
hasil kali kelarutan (hasil kali konsentrasi ion-ion positif dan negatif dalam
larutan jenh suatu senyawa ion yang sukar larut), kemudian
membandingkan dengan harga KSP zat tersebut.Adapun KSP merupakan
tetapan hasil kali kelarutan yaitu tetapan kesetimbangan dari hasil kali ion-
ion dari senyawa (basa atau garam) yang sedikit larut.
Misalkan untuk : AB → A+ + B-
Maka Qc (hasil kali kelarutan)
¿
Jika Qc< KSP berarti larutan belum jenuh
Jika Qc = KSP berarti larutan tepat jenuh
Jika Qc> KSP berarti larutan lewat jenuh (mengendap)
Kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan berhubungan, seperti pada reaksi
berikut :
AxBy(s) → xAy+ (ag) + yBx- (ag)
s xs yx
KSP = xxyy s(x+y)
Kelarutan zat yang nantinya berpengaruh pada pengendapan,
ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Suhu
Semakin rendah suhu larutan, maka kelarutannya akan semakin
rendah / sukar larut.
Semakin tinggi suhu larutan, maka kelarutannya akan semakin
tinggi / mudah larut.
b. Tingkat keasaman larutan (pH)
pH mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat
Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam
dan sebaliknya sukar larut dalam larutan basa
Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut
dalam larutan yang bersifat basa kuat.
c. Efek ion senama
Suatu zat padat elektrolit jika dilarutkan dalam air murni akan
mengalami ionisasi. Ketika suatu larutan jenuh, maka jumlah ion-ion
tersebut menjadi maksimal. Jika didalam air sebelumnya telah
mengandung ion-ion sejenis, maka larutan akan menjadi lebih cepat
jenuh. Sehingga, kelarutan zat padat tersebut menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan kelarutan awalnya.Pengaruh ini disebut efek ion
senama.
Percobaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah gravimetri
dengan metode pengendapan. Adapun yang diendapkan adalah barium
kromat, menurut reaksi:
BaCl2(ag) + K2CrO4 (ag) → BaCrO4 (s) 2KCl(ag)
Endapan yang didapat akan dihitung massanya, baik itu massa teoritis
hasil perhitungan maupun massa hasil percobaan untuk kemudian ditentukan
persentase hasil dari endapan barium kromat yang terbentuk.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
1. Gelas kimia 100 mL : 2 buah
2. Hot plate : 1 buah
3. Batang Pengaduk : 1 buah
4. Kaca arloji : 1 buah
5. Neraca analitik : 1 buah
6. Corong : 1 buah
7. Spatula : 1 buah
8. Pipet tetes : 2 buah
9. Gelas ukur 50 ml : 1 buah
Bahan yang digunakan :
1. Serbuk / butiran BaCI2
2. Aquadest
3. Larutan K2CrO4 0,2 M
4. Kertas saring 1 lembar
III. PROSEDUR KERJA
Persentase hasil barium kromat.
a. Menimbang gelas kimia 100 mL dan mencatat bobotnya.
b. Memasukkan 1,2 gram BaCI2 kedalam gelas kimia 100 mL dan
menimbang kembali.
c. Menambahkan 25 ml air suling, mengaduk – aduk sampai larutan
homogen, sesudah itu memasukkan lagi K2CrO4 0,2 M sebanyak 25
ml, mengaduk – aduk dan mengamati endapan yang terbentuk.
Menguji larutan dengan beberapa tetes larutan K2CrO4 apakah
endapan masih terbentuk.
d. Jika endapan dari BaCrO4 masih terbentuk, menambahkan terus
K2CrO4 sampai endapan BaCrO4tidak terbentuk lagi.
e. Memanaskan sampai mendidih, mengangkat dari api dan menyaring
selagi panas dengan kertas saring Whatman yang telah ditimbang
massanya.
f. Mengambil kertas saring beserta endapannya mengeringkan,
menimbang dan mencatat bobotnya.
g. Menghitung hasil teoritis endapan BaCrO4 dan menentukan juga
persentasi hasilnya.
IV. HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Menimbang gelas piala 250 ml 44,856 g
2. Memasukkan 1,2 g BaCl2.2H2O
dan menimbangnya
1,2275 g
3. Menambahkan 25 ml akuades dan
mengaduk – aduk sampai larutan
homogen
Larutan bening
4. Memasukkan K2CrO4 0,2 M
sebanyak 25 ml dan mengaduk –
aduk
K2CrO4 = kuning
Ba CrO4 (endapan) = kuning
5. Mengamati endapan yang
terbentuk
Terjadi dua lapisan, endapan kunig
6. Menambahkan terus K2CrO4
sampai endapan BaCrO4 tidak
terbentuk lagi
Tetesan ke 8 endapan mulai hilang,
sehingga larutan lewat jenuh
7. Memanaskan larutan hingga
mendidih
Timbul buih – buih
8. Menimbang kertas saring m = 0,5397 g
9. Menyaring dengan kertas saring Terdapat endapan kuning dan filtrat
bening
10. Mengambil kertas saring dan
endapannya, mengeringkan
Endapan kering
selama 2 hari
11. Menimbang bobotnya (endapan +
kertas saring)
m = 1,6898 g
V. ANALISIS DATA
Percobaan ini pertama – tama dilakukan dengan menimbang gelas kimia
250 ml dan mencatat bobotnya. Kemudian memasukkan ke dalamnya kira – kira
1,2 gram BaCl2.2H2O dan kemudian menimbangnya lagi. Setelah itu
menambahkan 25 ml akuades ke dalam gelas kimia untuk melarutkan BaCl2.2H2O
yang ada di dalamnya. Campuran ini kemudian diaduk hingga BaCl2.2H2O benar
– benar larut dan tidak ada yang tersisa sehingga menjadi larutan yang homogen.
Setelah larutan benar – benar homogen kemudian menambahkan 25 ml
larutan K2CrO4 0,2 M secara perlahan – lahan tetes dei tetes melalui pipet sambil
mengaduk – aduk campuran tersebut. Penambahan K2CrO4 secara perlahan –
lahan bertujuan agar setiap tetes K2CrO4 yang masuk ke dalam larutan betul –
betul beraksi dengan sempurna di dalam larutan BaCl2.2H2O dan pada akhirnya
akan menghasilkan suatu reksi pengendapan yang baik.
Sedangkan proses pengadukan bertujuan untuk menghindari kelewat
jenuhan lokal tetesanK2CrO4 yang hanya terkonsentrasi pada satu bagian larutan
saja, misalnya pada bagian tengah larutan saja. Dengan adanya pengadukkan hal
ini dapat dihindari karena dengan mengadu aduk larutan tersebut sama artinya
dengan membantu tetesan K2CrO4 yang masuk ke dalam laruta BaCl2.2H2O
menyebar merata di seluruh bagian larutan yang berada dalam gelas kimia.
Setelah dimasukkan tetes demi tetes K2CrO4 larutan di dalam gelas kimia
berubah menjadi keruh dan berwarna kuning muda. Larutan yang semula bening
kemudian menjadi keruh ini menunjukkan bahwa dalam larutan tersebut telah
terbentuk endapan BaCrO4 sedikit demi sedikit hingga mol BaCl2.2H2O dan
K2CrO4 keduanya tepat habis bereaksi. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) → BaCrO4 (aq) + 2KCl (aq)
Setelah 25 ml K2CrO4 selesai ditambahkan, selanjutnya mendiamkan
campuran tersebut sampai beberapa saat hingga endapan terpisah dari larutan dan
mengendap di dasar gelas kimia dan larutan yang berada di atasnya bening tidak
keruh lagi. Hal ini bertujuan agar pada saat pengujian dengan beberapa tetes
K2CrO4 endapan yang masi terbentuk akan terlihat pada larutan bening tersebut.
Lrutan yang kembali bening menunjukkan bahwa endapan yang semula
bercampur dengan larutan telah mengendap seluruhnya ke dasar gelas kimia.
Setelah itu menguji larutan dengan beberapa tetes larutan K2CrO4 untuk
memastikan apakah endapan masih terbentuk atau tidak. Jika masih terbentuk
endapan hal ini berarti masih ada sejumlah mol BaCl2.2H2O yang belum habis
bereaksi sehingga ketika ditambahkan beberapa tetesan K2CrO4 lagi
memungkinkan terbentuk endapan kembali dalam larutan, sehingga harus terus
ditambahkan tetes demi tetes agar keduanya tepat habis bereaksi dan
menghasilkan larutan yang tepat jenuh. Sedangkan apabila diuji dengan beberapa
tetes K2CrO4 tidak terbentuk endapan lagi hal ini berarti bahwa mol BaCl2.2H2O
tepat habis bereaksi dengan penambahn 25 ml K2CrO4 saja.
Larutan beserta endapan kemudian dipanaskan sampai mendidih. Proses
pemanasan bertujuan untuk memperoleh struktur kristal endapan yang baik.
Proses pemanasan juga menyebabkan pembesaran ukuran partikel akibat
penumpukan – penumpukan partikel itu sendiri saat dipanaskan, sehingga
memudahkan pada saat proses penyaringan. Selanjutnya menyaring dengan kertas
saring saat masih panas – panas untuk memisahkan endapan dari larutannya
(filtratnya). Sehingga diperoleh endapan yang berwarna kuning pada kertas saring
dan filtratnya bening.
Dalam reaksi antara BaCl2 dan K2CrO4 sebenarnya ada dua produk yang
terbentuk selain BaCrO4 yaitu KCl. Akan tetapi BaCrO4 yang mengendap karena
hasil kali kelarutan ion –ion BaCrO4 lebih besar dari harga Kspnya sehongga
terbentuk lah endapan BaCrO4.
BaCrO4 ↔ [Ba2+] [CrO4-]
[Ba2+] [CrO4-] > Ksp BaCrO4 ↓
Kelarutan BaCrO4 dalam air juga sangat rendah dibandingkan dengan KCl pada
suhu kamar sehingga sanat mudah untuk BaCrO4 mengalami pengendapan.
Berbeda dengan KClyang memilki hasil kali kelarutan ion – ionnya yang
lebih kecil dibandingkan Kspnya sehingga tidak mengendap.
KCl ↔ [K+] [Cl-]
[K+] [Cl-] < Ksp KCl
Kelarutan KCl dalam air juga sangat besr sehingga sulit sekali untuk mengendap
jika dibandingkan dengan BaCrO4.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada lampiran diperoleh % hasil
dari BaCrO4 adalah 90,81%. Berdasarkan nilai dari % hasil yang telah dihitung
menunjukan bahwa reaksi pengendapan yang telah dilakukan sanat efisien karena
menghasilkan endapan yang massanya hampir mendekati massa yang
sesungguhnya berdasrkan massa teoritisnya. Massa endapan yang dihasilkan dan
massa teoritisnya berturut – turut adalah 1,1501 g dan 1,2665 g.
VI. KESIMPULAN
1. Analisis gravimetri adalah salah satu cabang ilmu kimia analisis yang
berdasarkan pada proses isolasi dan pengukuran besar suatu unsur atau
senyawa tertentu.
2. Proses pengadukan bertujuan untuk menghindari kelewat jenuhan tetesan
K2CrO4 yang hanya terkonsentrasi pada satu bagian larutan saja.
3. Proses pengujian dengan menambahkan lagi beberapa tetes K2CrO4
bertujuan untuk menguji apakah mol BaCl2 telah tepat habis bereaksi atau
tidak.
4. Larutan yang keruh menunjukkan bahwa di dalam larutan tersebut terdapat
endapan.
5. Proses pemanasan bertujuan untuk memperbesar ukuran partikel endapan
akibat penumpukan partikel – partikel itu sendiri sehingga memudahkan
dalam proses penyaringan dan diperoleh struktur kristal endapan yang
lebih baik.
6. Persen hasil endapan BaCrO4 dari percobaan ini adalah 90,81%.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar Praktikum-Praktikum Kimia.
Depdikbud
Anshori, Irfan dan Hiskia Achmad. 1997. Kimia SMU I. Jakarta : Erlangga
Khopkar, B.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit UI-
Press
R. A. Day, JR dan A.L.Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta : Erlangga
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI-Press
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : Penerbit ITB
Sholahuddin, Arif, Bambang Suharto dan Abdul Hamid. 2007. Panduan
Praktikum Kimia Analisis. Banjarmasin: FKIP Unlam. (Tidak
dipublikasikan)
LAMPIRAN
A. PERHITUNGAN
1. Diketahui : V BaCl2= 100 mL = 0,1 L
MBaCl2 = 0,01 M
Ditanya : Massa K2CrO4 agar terbentuk endapan BaCrO4 ?
Penyelesaian :
BaCI2 (aq) + K2CrO4 (aq) BaCrO4 (s) + 2 KCl(aq)
Mol BaCl2 = M . V
= 0,01 M . 0,1 L
= 0,001 mol
Mol K2CrO4= koefisien BaCrO4
koefisienBaCl2 x mol BaCl2
= 11
x 0,001 mol
= 0,001 mol
Massa K2CrO4= n x Mr
= 0,001 mol x 194,2g/mol
= 0,1942 gram
Jadi massa K2CrO4 yan diperlukan agar terbentuk endapan
BaCrO4adalah 0,1942 gram.
B. PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan:
1. Jelaskan faktor apa saja yang harus dikontrol pada praktek agar menghasilkan
endapan yang mudah disaring dengan partikel yang relatif kasar.
2. Jika 100 mL larutan BaCl2 0,01 M diendapkan dengan K2CrO4. Tentukan
berapa gram K2CrO4 yang diperlukan agar terbentuk endapan BaCrO4
Jawaban Pertanyaan:
2. Faktor yang harus dikontrol pada praktek agar menghasilkan endapan yang
mudah disaring dengan partikel yang relatif kasar yaitu:
Penentuan selang waktu pada saat pengendapan selanjutnya yang akan
membentuk partikel dengan ukuran yang cukup besar untuk mengendap ke
dasar wadah.
Pemilihan keadaan untuk pengendapan.
Untuk memperoleh endapan / partikel yang relatif kasar, yang perlu
diperhatikan dalam proses pengendapan adalah kelewat jenuhan nisbi (R)
yang dirumuskan dengan:
R =
Q−SS
R = Kelewat jenuhan nisbi
Q = Kepekatan molar larutan setelah dicampur, tapi belum
timbul endapan.
S = Kelarutan molar endapan.
Jika endapan mempunyai hasil kali kelarutan yang rendah (S yang
rendah) dan endapan itu terbentuk dari larutan yang agak pekat (Q tinggi),
maka kelewat jenuhan nisbinya akan tinggi, sehingga sejumlah besar inti
akan terbentuk, yang mengelompok dengan cepat menjadi endapan halus
atau endapan tak bebentuk. Sebaliknya, jika kelewatjenuhan nisbinya
rendah (Q rendah, tapi s tinggi), maka jumlah inti yang terbentuk juga akan
rendah yang memungkinkan terbentuknya endapan kasar. Jadi, endapan
BaCrO4 akan lebih kecil bila diendapkan dari larutan pekat dan akan
menghasilkan endapan BaCrO4 akan lebih kecil bila diendapkan dari
larutan encer.
Laju pengendapan
Pengendapan zat pengendap secara perlahan-lahan akan mempertahankan
harga (Q S)rendah, sehingga tercapai kelewatjenuhan nisbi yang rendah,
dan dapat diperoleh endapan yang lebih besar. Untuk menjaga agar
perbedaan Q – S selalu kecil, maka larutan yang digunakan sebaiknya
larutan encer.
Pemanasan atau kadang-kadang dengan pengasaman larutan tempat
berlangsungnya pengendapan.
Pengadukan, juga penting karena dapat menghindarkan terjadinya
kelewatjenuhan setempat dalam larutan.
Dengan pemeraman endapan dalam cairan induknya.
Pemeraman endapan adalah pendiaman endapan dalam cairan
induknya.Pemeraman ini menyebabkan luas permukaan endapan berkurang
karena partikel endapan yang lebih besar muncul menggantikan partikel-
partikel yang lebih kecil. Selain perubahan ukuran partikel endapan
menjadi lebih besar, cara ini dapat merubah bentuk yang kurang mantap
menjadi lebih mantap, perubahan susunan kimia endapan dan penghabluran
kembali. Pada umumnya, endapan yang lebih besar dan lebih murni dapat
diperoleh dengan cara ini.
Pengeringan dan pemijaran endapan untuk mendapatkan bentuk-timbang
yang sesuai.
C. FOTO PRAKTIKUM
FLOWCHART
* Larutan
* Larutan + 25 mL K2CrO42M
-Memasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml- Mengaduk-aduk sampai larutan homogen
- Mengamati endapan yang terbentuk - Menambahkan terus K2CrO4 sampai endapan BaCrO4 tidak terbentuk lagi
** Larutan + endapan
± 1 gram (0,8-1,0) BaCl2(s) + 25 mL H2O (air suling)