dedibeb metopen
DESCRIPTION
metodelogiTRANSCRIPT
PROPOSAL METOPEN
PENGARUH LEVERAGE, PELUANG PERTUMBUHAN, PERSISTENSI
LABA, RISIKO, DANCORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITYTERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT
PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE
STUDI DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh:
Nama : Dedif Suhermanto
NIM : 10010032
Program Studi : Manajemen
Jenjang : Strata 1
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ‘YPPI’
REMBANG
2013
A. Judul
Pengaruh Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Earning response coefficient
Pada Perusahaan High Profile
B. Latar Belakang
Perkembangan zaman merupakan salah satu yang memicu atau menjadi
dorongan berkembangnya semua bidang yang ada dan salah satu dari bidang
yang berkembang adalah ekonomi yang di tandai dengan perkembangan yang
pesat oleh perusahaan-perusahaan yang ada di dunia khususnya di indonesia,
perusahaan yang sudah berkembang dan apalagi sudah maju dimana
perusahaan akan melaporkan laporan keuangannya kepada publik dan siapapun
bisa mengaksesnya yang juga di dalamnya terkandung informasi laba yang
menginformasikan tentang laba perusahaan di mana akan di jadikan dasar oleh
investor apabila ingin membeli saham perusahaan.
Menurut Imroatussolihah (2013:75), Informasi laba merupakan salah
satu instrumen yang digunakan investor dalam pengambilan keputusan
investasi, akan tetapi saat ini informasi laba tidak dapat dijadikan satu-satunya
instrumen dalam penentuan keputusan investasi,hal ini di tunjukan hasil
penelitian Sayekti (2007) menyatakan adanya korelasi yang lemah antara
return saham dan tingkat laba perusahaan, dan rendahnya kontribusi laba untuk
memprediksi pergerakan harga saham.Sebagai seorang investor harus
mempertimbangkan hal-hal lain yang di luar yang dapat dijadikan dasar untuk
2
memprediksi return saham yang di inginkan ketika akan melakukan investasi
pada salah satu peusahaan yang di kehendaki atau di pilih. Dalam manajemen
keuangan sering di lakukan penelitian mengenai hubungan antara return saham
dengan laba untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan yang terjadi
diantara keduanya, penelitian mengenai masalah inibiasanya menggunakan
angka laba sebagai variabel dependen yang di regresikan dengan return saham
sebagai variabel independen, tetapi ada metode lain yang di gunakan untuk
mengukur laba yaitu dengan menggunakan variabel Earnings Response
Coefficient ( Ambarwati , 2008:128).
Scott (2003) mendefinisikan Earnings Response Coefficient(ERC)
sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya return saham
dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat
ERC maka menunjukkan semakin tinggi pulareturn saham yang dapat
diharapkan dari peningkatan laba. Investor akan lebih mudah memprediksi laba
yang mungkin didapatkan dari investasi saham pada suatu perusahaan di masa
datang dengan mengetahui tingkat ERC suatu perusahaan (Imroatussolihah,
2013).
Tinggi rendahnya angka Earnings Response Coefficient (ERC) tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor finansial perusahaan melainkan juga
dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor non finansial.Dari faktor finansial sendiri
terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi Earnings Response Coefficient
(ERC) salah satunya ialah leverage, Sudana (2009), menyatakan leverage
timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber
3
dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003)menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya koefisien
ERC. Perusahaan yang memiliki prosentase utang tinggi maka laba yang
diperoleh perusahaan akan lebih banyak dialokasikan untuk kreditur daripada
pemegang saham.Penelitian mengenai leveragepernah di lakukan oleh
Ambarwati (2008) menemukan bahwa leverageberpengaruh negatif terhadap
ERC, akan tetapi dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Hapsari (2010)
menemukan bahwa leverageberpengaruh positif terhadap ERC sedangkan
penelitian yang terbaru oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap ERC.
Selain leveragepeluang pertumbuhan juga merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi ERC. Menurut Scott (2003) peluang pertumbuhan
akan meningkatkan harapan laba di masa mendatang sehingga akan
menguntungkan baik bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang
pertumbuhan akan meningkatkan ERC perusahaan. Penelitian yang di
dilakukan oleh Collin dan Kothari (1994) menemukan adanya pengaruh positif
antara peluang pertumbuhan terhadap ERC. Hasil yeng berbeda ditemukan
oleh Hidayati dan Murni (2010) yang menyatakan bahwa peluang pertumbuhan
tidak berpengaruh terhadap ERC dan juga yang di lakukan oleh
Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa peluang pertumbuhan secara
simultan berpengaruh terhadap ERC namun secara parsial juga sama dengan
penelitian Hidayati dan Murni (2010) bahwa peluang pertumbuhan tidak
berpengaruh terhadap ERC.
4
Berdasarkan definisi ERC, koefisien yang rendah menunjukkan bahwa
laba yangdilaporkan tidak informatif terhadap investor,kemungkinan
penyebabnya karena laporan dianggapmemiliki banyak komponen transitory
atau komponenyang belum tentu terjadi kembali dimasa yang akandatang.
Sebaliknya koefisien ERC yang besarmenunjukkan bahwa bahwa harga saham
sangatberhubungan dengan laba menunjukkan bahwa labamemiliki komponen
yang relatif permanen.Persistensi dapat dilihat berdasarkan keseluruhanlaporan
keuangan ataupun diukur berdasarkan komponen laporan keuangan
(Ambarwati, 2008). Ini menunjukan bahwa variabel pesintensi laba ada
keterkaitan dengan ERC yang di buktikan oleh beberapa peneliti yaitu
penelitian yang di lakukan Ambarwati (2008) menemukan bahwa persistensi
laba berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan Hapsari (2010) menemukan
bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap ERC serta Imroatussolihah
(2013) juga menemukan bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap
ERC.
Dalam hal investasi seorang investor juga selalu memperhatikan yang
namanya risiko atau beta , Menurut Haryanto (2007), kebanyakan investor
Indonesia adalah tipe risk averse atau penghindar risiko. Investor tipe risk
aversehanya bersedia melakukan investasi jika tambahan hasil yang diharapkan
lebih besar dari tambahan risiko. Sudana (2009), Risiko suatu investasi
diartikan sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya terhadap hasil
investasi yang diharapkan.
5
Penelitian mengenai risiko pernah di lakukan oleh Ambarwati (2008)
dan Hapsari (2010) menemukan bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap
ERC. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Hidayati dan Murni (2009) yang
menemukan bahwa risiko berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan
penelitian terbaru oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa risiko
berpengaruh negatif terhadap ERC.
Faktor-faktor non finansial seperti kegiatan lingkungan sosial
perusahaan juga dapat memberikan efek terhadap besarnya koefisien laba
secara kasap mata misalnya perusahaan melakukan CSR maka laba yang di
punyai akan menurun karena di gunakan untuk pendanaan CSR tersebut. Pada
teori legitimasi Lang and Lindholm, (1993) legitimasi yaitu merupakan suatu
kondisi di mana sistem nilai sebuah entitas sama dengan sistem nilai dari
sistem sosial masyarakat di mana suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat.
Lahirnya teori legitimasi dilandasi adanya kontrak sosial antara masyarakat dan
perusahaan dalam menggunakan sumber ekonomi.Perwujudan legitimasi
dalam dunia bisnis dapat berupa pelaporan aktivitas sosial yang berupa
tanggung jawab sosial perusahaan. (Imroatussolihah :2013).
Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela
berhubungan positif terhadap kinerja pasar.Sedangkan Sayekti (2007) dan
Eriana (2010) menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ERC.
Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba, Risiko, Dan Corporate
6
Social Responsibility Terhadap Earning response coefficientPada
Perusahaan High Profile”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahdalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh leverage terhadap Earning response coefficient(ERC)
pada perusahaan high profile ?
2. Bagaimana pengaruh peluang pertumbuhan terhadap Earning response
coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ?
3. Bagaimana pengaruh persistensi laba terhadap Earning response coefficient
(ERC) pada perusahaan high profile ?
4. Bagaimana pengaruh risiko terhadap Earning response coefficient (ERC)
pada perusahaan high profile ?
5. Bagaimana pengaruh corporate social responsibility terhadap Earning
response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile ?
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini berdasarkan
rumusan masalah di atas ialah sebagai berikut:
1. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh leverage terhadap Earning
response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.
7
2. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh peluang pertumbuhan
terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.
3. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh persistensi laba terhadap
Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.
4. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh risiko terhadap Earning
response coefficient (ERC) pada perusahaan high profile.
5. Untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh corporate social
responsibility terhadap Earning response coefficient (ERC) pada perusahaan
high profile.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Aspek teoritis
Dalam penelitian ini bermanfaat meningkatkan kreatifitas dan
pemahaman peneliti dalam meneliti suatu permasalahan dan meningkatkan
pengetahuan mengenai pasar modal serta Dapat memberikan pengalaman
atau ilmu bagi peneliti di bidang ilmu Keuangan dan menambah
pengalaman dalam mempraktekkan segala bentuk teori keuangan,
khususnya di bidangLeverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba,
Risiko, Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Earning response
coefficientPada Perusahaan High Profile
2. aspek praktis
8
Penelitian ini di harapkan Dapat dijadikan referensi bagi
perusahaan dalam mengkaji ulang kinerja keuangan serta di jadikan investor
sebagai bahan acuan untuk melaksanakan investasi agar tercapainya
efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan investasi yang di lakukan oleh
investor guna mencapai keuntungan yang lebih maksimal.
F. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
a. Teori efisiensi pasar
Teori efisiensi pasar atau Efficient Market Hypothesis (EMH)
menyatakan bahwa pasar modal itu merupakan fair game dan informasi
tidak dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan (Ambarwati,
2008).Dasar teori ini adalah investor bersifat rasional, pasar efisien, dan
random walk.Teori efisiensi pasar juga merupakan salah satu dasar
keberadaan akuntansi yaitu adanya asimetri informasi.
Pelaku pasar yang mengetahui informasi yang lebih banyak
daripada yang lain akan menimbulkan tekanan bagi yang lain untuk
mendapatkan informasi yang lebih baik sehingga terhindar dari
kerugian (Ambarwati, 2008). Investor diharapkan mengetahui
informasi-informasi yang akan memengaruhi investasinya, sehingga
dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang timbul dan menentukan
keputusan yang harus dilakukan.
b. Teori Stakeholder
9
Teori stakeholder dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value)
secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan usaha.Perusahaan
memerlukan teori stakeholder untuk melanjutkan eksistensinya.Teori
stakeholder mengatakan bahwa perusahaan tidak hanya merupakan
entitas yang beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholder (Freeman, et al., 2002).
c. Teori Legitimasi
Legitimasi adalah suatu kondisi di mana sistem nilai sebuah
entitas sama dengan sistem nilai dari sistem sosial masyarakat di mana
suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat (Lang and Lindholm,
1993). Lahirnya teori legitimasi dilandasi adanya kontrak sosial antara
masyarakat dan perusahaan dalam menggunakan sumber
ekonomi.Perwujudan legitimasi dalam dunia bisnis dapat berupa
pelaporan aktivitas sosial yang berupa tanggung jawab sosial
perusahaan.
Salah satu harapan perusahaan dalam pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan adalah memperoleh legitimasi sosial dan
memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.
d. ERC (Earning response coefficient)
Scott (2003) mendefinisikan ERC sebagai koefisien yang
digunakan untuk mengukur besarnya return saham dalam merespon
laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Serta menurut hapsari (2010)
Earnings Response coefficient (ERC) is the reactionof earnings that
10
announced by the company.Kartajumena (2010), menyatakankuatnya
reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin dari tingginya
koefisien respon laba, sebaliknya lemahnya reaksi pasar terhadap
informasi laba akan tercermin nilai ERC yang rendah.pengukuran
respon pasar berdasarkan hubungan antara kandungan kandungan
informasi dalam laba dan abnormal return,Perhitungan ERC dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Cross sectional dikenal juga dengan pool regression. ERC akan sarna
untuk semua perusahaan, biasanya dalam satu industri.
2) Time series dikenal juga dengan firm specific ERC (Teets and
Wasley, 1996). Tiap perusahaan merniliki satu angka ERC yang
diperoleh dariforecast tahun-tahun sebelumnya.
e. Leverage
Sudana (2009) menyatakan leverage timbul karena dalam
operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang
menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan rendahnya
koefisien ERC.
Menurut Riyanto (1995) hutang dapat digolongkan ke dalam
tiga jenis, yaitu :
1) Hutang jangka pendek (short-term debt),
Merupakan hutang yang jangka waktunya kurang dari satu
tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit
11
perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat
menyelengggarakan usahanya, meliputi kredit rekening koran,
kredit dari penjual (levancier crediet), kredit dari pembeli
(afnemers crediet), dan kredit wesel.
2) Hutang jangka menengah (intermediate-term debt),
Merupakanhutang yang jangka waktunya lebih dari satu
tahun dan kurang dari sepuluh tahun.Kebutuhan membelanjai usaha
melalui kredit ini karena adanya kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi melaluikredit jangka pendek maupun kredit jangka
panjang. Bentuk utama dari hutang jangka menengah adalah term
loan dan lease financing.
3) Hutang jangka panjang (long-term debt)
Merupakanhutang yang jangka waktunya lebih dari
sepuluh tahun.Hutang jangka panjang ini digunakan untuk
membiayai ekspansi perusahaan.Bentuk utama dari hutang jangka
panjang adalah pinjaman obligasi (bonds-payable) dan pinjaman
hipotik.
f. Peluang pertumbuhan
Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan
harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik
bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan
akan meningkatkan ERC perusahaan.Peluang pertumbuhan dari
informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan
12
laba sekarang.Rate of returnyang normal adalah tingkat return yang
sarna dengan investasi yang berisiko di dalam industri yang kompetitif
sedangkan pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas
rate ofreturnyang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih
besar bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan
berhubungan positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008). Dalam
pengukuran pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi market book
eguity.
g. Persistensi Laba
Persistensi laba merupakan kemampuan laba yang dijadikan
indikator laba periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan
oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka
panjang (sustainable).Semakin persisten laba maka semakin tinggi
harapan peningkatan laba di masa datang (Imroatussolihah, 2013).
Persistensi dapat dilihat berdasarkan keseluruhan laporan keuangan
ataupun diukur berdasarkan komponen laporan keuangan (Ambarwati,
2008), Persistensi menurut Ramakrishnan dan Thomas (1998) terbagi
menjadi 3 komponen yang berbeda sebagai berikut:
1) Komponen permanen, diharapkan terjadi secarapasti (expect to
persist indefinitely),
2) Komponen transitory, memengaruhi laba ditahunyang
bersangkutan, tapi tidak berpengaruh ke mas ayang akan datang
13
3) Price irrelevant, tidak memiliki persistensi saran sekali
(persistence to zero).
Bila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka
ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila
perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).
h. Risiko
Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil
investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan
(Sudana, 2009). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan maka akan
semakin rendah nilai perusahaan di mata investor. Investor akan melihat
laba saat ini sebagai indikator dari kemampuan menghasilkan laba dan
returnmasa depan, sehingga semakin berisiko returnmasa depan maka
semakin rendah reaksi investor terhadap unexpected earning
(Imroatussolihah, 2013).
i. Corporate Social Responsibility
Lang dan Lundholm (1993) menyatakan bahwa pengungkapan
sukarela berhubungan positif terhadap kinerja pasar. Korelasi laba dan
returnsaham yang rendah mengindikasikan bahwa informasi laba hanya
memberikan sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang
menunjukkan bahwa masih terdapat asimetri informasi yang tinggi.
Pengungkapan tersebut bertujuan mengurangi asimetri informasi
terutama pada perusahaan yang memiliki korelasi earning/returns yang
rendah dan menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi
14
earnings/returns (ERC) dengan tingkat pengungkapan(Imroatussolihah,
2013).
2. Tinjauan penelitian terdahulu
a. Hidayati dan Murni (2009) meneliti tentang pengaruh CSR terhadap
ERC yang bertujuan untuk membuktikan pengaruh CSR terhadap ERC
dengan menggunakan sampel 110 perusahaan high profil yang ada di
BEI dengan metode purposive sampling dan alat analisis regresi
berganda . dan juga dalam penelitian hidayati ini memasukan variabel
kontrol seperti leverage, growth, dan beta yang akhirnya menemukan
pengaruh negatif CSR terhadap ERC. Persamaan dengan penelitian ini
adalah menggunakan regresi berganda, CSR sebagai variabel bebas dan
sampelnya pada perusahaan high profil serta metode purposive
sampling yang di gunakan untuk mengambil sampel, adapun
perbedaanya ialah penelitian ini tidak memasukan variabel control
seperti leverage, growth, dan beta namun variabel tersebut di jadikan
variabel independent.
b. Hapsari(2010) melakukan penelitian dengan tujuh variabel yang dapat
mempengaaruhi ERC yaitu firm size, beta risk, earnings persistence,
growth opportunities, capital structure, board composition and audit
quality. yang membuktikan bahwa firm size, audit quality,earning
persistence, tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC, dan beta risk,
board composition, capital structure berpengaruh negative signifikan
15
sedangkan growth opportunities berpengaruh positif terhadap ERC,
Sampel yang di gunakan ialah pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek Indonesia, alat analis yang di gunakan ialah
regresi berganda serta dan purposive sampling sebagai metode
pengambilan sampel, persamaan dengan penelitian ini ialah beta risk,
earnings persistence, growth opportunities sebagai variabel
independennya serta sama juga menggunakan regresi berganda dan
purposive sampling namun ada juga perbedaanya ialah sampelnya pada
perusahaan high profil dan ada beberapa variabel independent yang
tidak di masukan dalam penelitian ini.
c. Eriana kartadjumena (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh
pengaruh voluntary disclossure of financial Information dan csr
disclosure Terhadap earning response coefficient , sampel yang di
gunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling, dalam penelitian ini di gunakan teknik analisis yaitu dengan
teknik analisis regresi berganda yang hasilnya membuktikan bahwa
voluntary disclosure of financial information yang diproksi dengan
menggunakan disclosure index Botosan (1997), dan CSR disclosure
yang diproksi dengan CSR Index dari Sembiring (2005) secara simultan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap earning response
coefficient (ERC) namun secara parsial masing-masing variabel
independen memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap earning
16
response coefficient(ERC) dimana Voluntary disclosure of
financialinformation memiliki arah positif tidak signifikan terhadap
earning response coefficient (ERC) sedangkan sebaliknya CSR
disclosure memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap earning
response coefficient. Persamaan dengan penelitian ini ialah
menggunakan CSR sebagai variabel independen, menggunakan teknik
analisis regresi berganda, dan pengambilan sampel secara purposive
sampling. Namun ada juga perbadaannya yaitu sampelnya adalah
perusahaan high profil dan voluntary disclosure of financial information
tidak di gunakan sebagai variabel independen.
d. Ely Imroatussolihah (2013) meneliti tentang pengaruh pengaruh risiko
leverage, peluang pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap earning response coefficient pada
perusahaan high profile. Sampel yang digunakan ialah perusahaan high
profil, Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji
bagaimana pengaruh risiko, leverage, peluang pertumbuhan, persistensi
laba dan kualitas Corporate Social Resposibility terhadap Earning
response coefficient(ERC)pada perusahaan high profile. hipotesisyang
diajukan yang menyatakan bahwa risiko, leverage, peluang
pertumbuhan, persistensi laba dan kualitas Corporate Social
Resposibility berpengaruh secara simultan terhadap ERC. Sedangkan
hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa risiko, leverage,
Kualitas tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh negatif
17
terhadap ERC, sedangkan peluang pertumbuhan, persistensi laba tidak
berpengaruh terhadap ERC. Persamaan dengan penelitian ini adalah
sama secara keseluruhan mulai dari variabel independentnya ,teknik
analisisnya, sampelnya namun ada yang berbeda yaitu tahun
pengambilan sampelnya jika pada penelitian Imroatussolihah (2013)
adalah perusahaan high profil tahun 2009-2011 tapi penelitian ini tahun
2010-2012.
3. Pengembangan Hipotesis
a. Hubungan Antara Leverage Dengan ERC
Pada dasarnya leverage adalah merupakn tingkat hutang yang di
miliki perusahaan guna menambah modal untuk menjalankan
operasiaonal perusahaannya. Sudana (2009) menyatakan leverage
timbul karena dalam operasinya perusahaan menggunakan aktiva dan
sumber dana yang menimbulkan biaya tetap. Scott (2003) menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan akan menyebabkan
rendahnya koefisien ERC.
Penelitian mengenai leverage pernah di lakukan oleh Ambarwati
(2008) menemukan bahwa leverageberpengaruh negatif terhadap ERC
dan juga penelitian oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap ERC. Oleh karena itu maka
dapat di rumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
18
H1 = Di duga leverage berpengaruh negatif terhadap Earning response
coefficient(ERC)
b. Hubungan Antara Peluang Pertumbuhan Dengan ERC
Menurut Scott (2003), peluang pertumbuhan akan meningkatkan
harapan laba di masa mendatang sehingga akan menguntungkan baik
bagi investor maupun perusahaan karena adanya peluang pertumbuhan
akan meningkatkan ERC perusahaan. Peluang pertumbuhan dari
informasi akuntansi dilihat dari berhasilnya perusahaan menghasilkan
laba sekarang.
Penelitian mengenai peluang pertumbuhan pernah di lakukan
oleh Imroatussolihah (2013) menemukan bahwa peluang pertumbuhan
secara simultan berpengaruh terhadap ERC. Berdasarkan uraian diatas
maka dapat di susun suatu hipotesis sebagai berikut:
H2 = Di duga peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap
Earning response coefficient(ERC).
c. Hubungan Antara Persistensi Laba Dengan ERC
Pada umumnya Persistensi laba merupakan kemampuan laba
untuk di jadikan acuan untuk menghasilkan laba yang akan datang.
apabila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka
ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding bila
perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).
19
Penelitian mengenai persistensi laba pernah di lakukan oleh
Ambarwati (2008) menemukan bahwa persistensi laba berpengaruh
positif terhadap ERC. Maka dari itu dapat di ajukan hipotesis sebagai
berikut:
H3 = Di duga persistensi laba berpengaruh positif terhadap Earning
response coefficient(ERC).
d. Hubungan Antara Risiko Dengan ERC
Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil
investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan
(Sudana, 2009).
Penelitian mengenai risiko pernah di lakukan oleh Ambarwati
(2008) dan Hapsari (2010) menemukan bahwa risiko berpengaruh
negatif terhadap ERC dan juga Imroatussolihah (2013) menemukan
bahwa risiko berpengaruh negatif terhadap ERC. Selanjutnya dapat di
rumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
H4 = Di duga risiko berpengaruh nagatif terhadap Earning response
coefficient(ERC).
e. Hubungan Antara CSR Dengan ERC
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
merupakan hal penting yang harus di perhatikan oleh perusahaan karena
itu merupakan bukti kepedulian perusahaan terhadap masyarakat
sekitar.
20
Imroatussolihah (2013:79) Korelasi laba dan returnsaham yang
rendah mengindikasikan bahwa informasi laba hanya memberikan
sedikit informasi tentang nilai perusahaan yang menunjukkan bahwa
masih terdapat asimetri informasi yang tinggi. Pengungkapan tersebut
bertujuan mengurangi asimetri informasi terutama pada perusahaan
yang memiliki korelasi earning/returns yang rendah dan menyatakan
adanya hubungan negatif antara korelasi earnings/returns (ERC)
dengan tingkat pengungkapan.
Penelitian mengenai CSR pernah di lakukan oleh Eriana (2010)
yang menyatakan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap ERC. Atas dasar
uraian di ats maka di ajukan suatu hipotesi sebagai berikut:
H5 = Di duga CSR berpengaruh negatif terhadapEarning response
coefficient(ERC).
berdasarkan uraian pengembangan hipotesis dari ke lima
variabel independent yaitu meliputi leverage, peluang pertumbuhan,
persistensi laba, risiko, dan corporate social responsibilitydi atas maka
dapat di simpulkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
21
Gambar I.1
Kerangka pemikiran.
(+) (-)
(+)
(-)
(-)
(-)
Sumber : data sekunder, di olah
G. Metode Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Dependen (Y)
1) Earning Response Coefficient(ERC)
Scott (2003) mendefinisikan Earning response coefficient
(ERC) sebagai koefisien yang digunakan untuk mengukur besarnya
returnsaham dalam merespon laba yang dilaporkan oleh perusahaan.
Dalam pengukurannya ERC dapat di hitung dengan menggunakan
model regresi linier sebagai berikut:
CARit = a + βuxit + eit
Keterangan:
CARit :cumulative abnormal return perusahaan pada periode t
22
Peluang pertumbuhan
Leverage
Risiko
Persistensi laba
CSR
ERC
UEit :Unexpected earnings
β : ERC
eit :komponen error dalam model perusahaan pada periode t
b. Variabel Independen (X)
1) Leverage
Leverage merupakan tingkat hutang suatu perusahaan. Sudana
(2009) menyatakan leverage timbul karena dalam operasinya
perusahaan menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan
biaya tetap. Perusahaan yang memiliki prosentase utang tinggi maka
laba yang diperoleh perusahaan akan lebih banyak dialokasikan untuk
kreditur daripada pemegang saham (Imroatussolihah, 2013).
Dalam pengukuranya sendiri leverage di proksikan dengan DER (debt
equity ratio) dengan Rumus sebagai berikut:
DER= total hutangtotalekuitas
X 100 %
2) Peluang Pertumbuhan
Peluang pertumbuhan dari informasi akuntansi dilihat dari
berhasilnya perusahaan menghasilkan laba sekarang. Rate of return
yang normal adalah tingkat return yang sarna dengan investasi yang
berisiko di dalam industri yang kompetitif sedangkan
pertumbuhan(growth) adalah tingkat pertumbuhan di atas rate of
return yang normal. Laba dimasa yang akan datang akan lebih besar
bila terjadi peluang pertumbuhan sehingga ERC akan berhubungan
positif dengan pertumbuhan (Ambarwati, 2008). Dalam pengukuran
23
pertumbuhan perusahaan menggunakan proksi market book eguity
dan dapat di ketahui dengan rumus sebagai berikut:
3) Persistensi Laba
Persistensi laba merupakan kemampuan laba yang dijadikan
indikator laba periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan
oleh perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka
panjang (sustainable).Semakin persisten laba maka semakin tinggi
harapan peningkatan laba di masa datang (Imroatussolihah, 2013).
Bila terdapat persistensi yang besar pada laba perusahaan maka
ekspektasi laba dimasa yang akan datang akan lebih pasti dibanding
bila perusahaan yang memiliki persistensi rendah, (Ambarwati, 2008).
Dalam pengukuran persintensi laba dapat di hitung menggunakan
model regresi linier sebagai berikut:
Xit = a + bXit-1 + Et
Keterangan
Xit =laba perushaan pada tahun t
a = konstanta
Xit-1 =laba perushaan pada tahun t –1
Et = standart error
4) Risiko
24
Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil
investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan
(Sudana, 2009). Dalam pengukuranya risiko atau beta dapat di ukur
dengan menggunakan model regresi linier sebagai berikut:
Rit = αi +βit Rmt+ eit
Keterangan
Rit = return perusahaan pada tahun t
αi = konstanta
Rmt= return pasar pada tahun t
Eit = komponen error
Β = risiko
25
5) Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility merupakan suatu bentuk
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar yang di wujudkan
dengan dana CSR bagi masyarakat , dalam pengukurannya CSR dapat
di hitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus perhitungan CSRi adalah:
CSRi=∑ Xin
Keterangan:
CSRi: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan
∑Xi: dummy variable:
1: jika item i diungkapkan;
0: jika item i tidak diungkapkan
n: jumlah item untuk perusahaan , n ≤ 78, sehingga, 0 ≤ CSRi ≤ 1
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan dari
Bursa Efek Indonesia guna memperoleh informasi mengenai daftar nama
perusahaan yang tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia), laporan keuangan
perusahaan, harga saham pada. Data berasal dari laporan keuangan yang
dibutuhkan harga saham, jumlah saham beredar, total hutang , total ekuitas
atau modal , dan laba perusahaan .
26
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini Jenis data yang dipergunakan yaitu data
dokumenter. Data dokumenter sendiri merupakan jenis data penelitian yang
antara lain berupa faktur, jurnal, surat - surat notulen hasil rapat, memo atau
bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 1999: 146).
Sedangkan untuk sumber data, dalam penelitian ini menggunakan
data sekunder. Data sekunder ialah sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Serta Data
yang diperoleh antara lain dari ICMD (indonesian capital market directory).
4. Populasi Dan Sampel
Populasi (Population), merupakan sekelompok orang, kejadian atau
segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan
Supomo,1999:115). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan
high profil yang tercatat di BEI.Metode pengambilan sampel dalam
penelitin ini purposive sampling.
27