deputi bidang koordinasi pengembangan wilayah dan …

38
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN TATA RUANG

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

Kementerian Koordinator Bidang PerekonomianRepublik Indonesia

DEPUTI BIDANG KOORDINASIPENGEMBANGAN WILAYAH DAN TATA RUANG

Page 2: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

i ii

PENGANTAR ISIPenyusunan Renstra Deputi VI ini melibatkan seluruh unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan WIlayah dan Tata Ruang. Pengejawentahan dari dokumen Renstra Deputi VI akan dituangkan dalam dokumen perencanaan rutin Deputi VI dan akan pelaporannya akan dituangkan dalam laporan kinerja Deputi VI. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam Dokumen ini, dan tidak menutup kemungkinan adanya perbaikan yang masih diperlukan dalam rangka penyesuaian dengan isu-isu strategis yang berkembang serta prioritas dan arah kebijakan nasional terutama di masa Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh Indonesia,

Dengan dukungan dari seluruh unit kerja pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonominan khususnya Sekretariat Kemenko Perekonomian dalam menyusun dan menganalisis pemilihan indikator-indikator kinerja yang tepat, diharapkan indikator-indikator kinerja tersebut dapat menggambarkan outcome dan dampak kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia di masa yang akan datang.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Karunia dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Dokumen Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan WIlayah dan Tata Ruang Tahun 2020-2024 (Renstra Deputi VI). Renstra ini sangat penting dan diperlukan sebagai acuan pelaksanaan kinerja oleh semua jajaran di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang dalam melakukan koordinasi, sinkronisasi, pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan pengembangan wilayah dan tata ruang.

Dokumen Renstra ini disusun sebagai bentuk pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 VISI, MISI, TUJUAN, & SASARAN PROGRAM DEPUTI

BAB 4 TARGET KINERJA & KERANGKA PENDANAAN

BAB 5

LAMPIRAN

PENUTUP

BAB 3 ARAH, KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, & KERANGKA KELEMBAGAAN

1.1 Kondisi Umum

1.2 Potensi dan Permasalahan

2.1 Visi Deputi

2.2 Misi Deputi

2.3 Tujuan Deputi

2.4 Sasaran Program Deputi

3.1 Arah Kebijakan & Strategi Nasional

3.2 Arah Kebijakan & Strategi Deputi

3.3 Kerangka Regulasi dalam Lingkup Deputi

3.4 Kerangka Kelembagaan dalam Lingkup Deputi

4.1 Target Kinerja Deputi

4.2 Kerangka Pendanaan

5.1 PenutupJakarta, Oktober 2020Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan

Wilayah dan Tata Ruang,

WAHYU UTOMO

01

12

19

202021

23253235

3739

41

Page 3: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

BAB 1Pendahuluan

Page 4: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

1.1 KONDISI UMUM

Peningkatan keberhasilan pembangunan infrastruktur menjadi ukuran daya saing suatu negara. Berdasarkan data The Global Competitiveness Report 2015-2019, diketahui bahwa indeks daya saing Indonesia pada tahun 2017-2018 mengalami peningkatan peringkat yang cukup signifikan yaitu urutan ke-52 ke urutan ke-41.

Peringkat daya saing global Indonesia dalam The Global Competitiveness Index 2019 menduduki peringkat ke 50 dunia dari 141 negara, sedangkan peringkat pada pilar daya saing infrastruktur Indonesia menempati urutan ke-72 pada tahun 2019 (Grafik 1.1 dan Grafik 1.2).

Kebijakan bidang pengembangan wilayah dan konektivitas antar wilayah selama 5 (lima) tahun terakhir diarahkan pada sasaran strategis untuk peningkatan percepatan pembangunan infrastruktur serta berkurangnya disparitas pembangunan antar wilayah guna menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peran infrastruktur dan pengembangan wilayah sangat penting dan saling terkait dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, karena infrastruktur yang terintegrasi dalam pengembangan wilayah akan memberikan daya angkat dan daya dorong bagi peningkatan daya saing sosial dan ekonomi.

1.1.1 Kinerja Perekonomian Indonesia 2015-2019

Grafik 1.1. GCI Indonesia Grafik 1.2. Daya Saing Infrastruktur Indonesia

satunya didukung oleh perbaikan infrastruktur pertanian untuk memacu produktivitas; (3) Industri jasa yang mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi, di antaranya jasa informasi dan komunikasi; dan (4) Industri transportasi dan pergudangan yang tumbuh masing-masing sebesar 8,9 dan 7,1 persen per tahun.

Dari sisi pengeluaran, investasi tumbuh rata-rata 5,4 persen per tahun dan merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Dukungan terhadap pertumbuhan investasi utamanya bersumber dari perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan layanan investasi. Selanjutnya, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun. Di samping itu, konsumsi pemerintah mampu tumbuh rata-rata 3,4 persen per tahun. Ekspor dan impor barang dan jasa riil masing-masing tumbuh sebesar 2,1 dan 0,6 persen per tahun.

Pembangunan ekonomi Indonesia kini dihadapkan pada tantangan yang sangat berat. Wabah Covid-19 yang melanda Indonesia dan negara-negara di dunia lainnya memberikan tekanan yang besar bagi alokasi anggaran dan pembiayaan baik bagi pemerintah maupun swasta. Dalam hal sektor pembangunan, banyak

Sampai dengan Desember 2019, telah berhasil dilakukan percepatan penyelesaian terhadap 92 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai total investasi proyek yang telah selesai mencapai Rp 467,4 tiriliun, dan sampai dengan tahun 2020 diproyeksikan jumlah tersebut akan bertambah sebanyak 52 Proyek PSN menjadi 144 Proyek.

Selain itu, capaian pembangunan di sektor pengembangan wilayah dan tata ruang sebenarnya sudah sangat menggembirakan pada 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini juga terkait di dalamnya adalah pada penyelesaian berbagai proyek infrastruktur yang memang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sektor pengembangan wilayah. Pengembangan kawasan strategis ekonomi, seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Kawasan Perbatasan Negara dan Kawasan Metropolitan pada dasarnya memiliki peran strategis untuk mendorong peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut didorong oleh pertumbuhan di berbagai sektor, di antaranya: (1) Industri pengolahan tumbuh rata-rata 4,2 persen per tahun; (2) Industri pertanian tumbuh rata-rata 3,7 persen per tahun, yang salah

Page 5: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

03 04

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

Salah satu cara yang paling signfikan dalam baik di level perdagangan internasional maupun di tingkat perdagangan domestik. memberi pengaruh sudah tentu adalah pada sektor pengembangan wilayah dan tata ruang. Pengembangan wilayah ditujukan menciptakan sebuah wilayah ekonomi yang kondusif bagi proses produksi agar terciptanya pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan pelayanan dasar termasuk pembangunan infrastruktur di dalamnya, sementara tata ruang adalah kebijakan yang diharapkan memberikan kepastian dari sisi lingkungan, hukum, perizinan serta tata kelola pemerintahan dan kegiatan ekonomi.

sektor pembangunan yang akan mengalami tantangan yang cukup berat seperti pada sektor pariwisata (termasuk industri hotel dan restoran), hingga sektor transportasi. Perilaku masyarakat pun akan berubah seiring kondisi new normal yang merupakan dampak dari belum ditemukannya vaksin atau antivirus dari Covid-19.

Walau demikian, pembangunan pada sektor pengembangan wilayah dan tata ruang tetap harus berjalan. Hal ini didasarkan pada kebutuhan untuk memperkuat daya saing ekonomi nasional yang tidak akan pernah hilang. Persaingan dengan negara lain tetap akan terjadi,

1.1.2 Arah Kebijakan yang Dikoordinasikan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2015-2019

strategis ekonomi; e) Koordinasi kebijakan di bidang perumahan, pertanahan dan pembiayaan infrastruktur; f ) Koordinasi kebijakan di bidang percepatan kebijakan satu peta; g) Koordinasi kebijakan di bidang kawasan ekonomi khusus; h) Koordinasi kebijakan di bidang percepatan penyediaan infrastruktur prioritas.

Berbagai rumusan kebijakan yang dihasilkan dari koordinasi tersebut merupakan upaya dalam mengharmonisasikan kebijakan Kementerian/Lembaga yang berada di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang terkait isu percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah. Adapun berbagai kebijakan yang dikordinasikan dan dihasilkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang 2015-2019 adalah sebagaimana tertuang dalam penjelasan berikut:

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi BIdang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Sejalan dengan tugas tersebut, dalam kurun waktu 2015-2019 berbagai kebijakan telah dihasilkan melalui: a) Koordinasi kebijakan di bidang infrastruktur sumber daya air; b) Koordinasi kebijakan di bidang telematika dan utilitas; c) Koordinasi kebijakan di bidang sistem transportasi multimoda; d) Koordinasi kebijakan di bidang penataan ruang dan kawasan

Capaian tersebut di atas antara lain adalah melalui koordinasi penetapan Peraturan dan Keputusan P e m e r i n t a h / P r e s i d e n / M e n t e r i Koordinator Bidang Perekonomian dan/atau kementerian/lembaga terkait, yang antara lain meliputi:

Koordinasi tindaklanjut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018 berupa kegiatan penyusunan laporan pelaksanaan Inpres Nomor 1 Tahun 2018 kepada PresidenPeraturan Pemerintah (PP) No. 12 Tahun 2019 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan DaerahKeputusan Presiden No. 4 Tahun 2019 tentang tentang Keanggotaan Dewan Sumber Daya Air Nasional dari Unsur Pemerintah Pusat dan Non PemerintahKeputusan Presiden No. 5 Tahun 2019 tentang Keanggotaan Dewan Sumber Daya Air Nasional dari Unsur Perwakilan Pemerintah DaerahPeraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2019 tentang Penjaminan dan Subsidi Bunga dalam rangka percepatan penyediaan air minum.

Koordinasi kebijakan di bidang infrastruktur sumber daya air

Koordinasi kebijakan telah menghasilkan capaian pada dua hal yaitu kapasitas air baku nasional dan pembangunan waduk. Pada capaian kapasitas air baku nasional, target kapasitas air baku nasional pada RPJMN 2015-2019 adalah 118,61 m3/detik. Capaian peningkatan akes air baku dari tahun 2014 sampai dengan 2018 mencapai 75,91 m3/detik (Grafik 1.3).

a)

Grafik 1.3. Capaian Kapasitas Air Baku

Sedangkan untuk capaian pembangunan waduk adalah dari tahun 2015 sampai dengan 2019 mencapai 32 waduk. Walaupun tiap tahunnya mengalami jumlah kenaikan jumlah pembangunannya, namun persentase capaian pembangunan tesebut belum mencapai jumlah target RPJMN yaitu sebanyak 49 waduk (Grafik 1.4).

Grafik 1.4. Capaian Pembangunan Waduk

Page 6: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

b)

c)

05 06

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

Koordinasi kebijakan di bidang sistem transportasi multimoda

Koordinasi dan sinkronisasi yang telah dilaksanakan pada bidang sistem transportasi multimoda selama periode tahun 2015 – 2019 telah menghasilkan peraturan perundangan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung. Peraturan tersebut diharapkan menjadi daya ungkit Pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung yang terintegrasi dengan fasilitas penunjang pelabuhan berupa Kawasan Industri dan akan menarik investasi sehingga memberi dampak yang nyata dan signifikan bagi pertumbuhan socio-economic Indonesia.

Selain itu terkait capaian di bidang transportasi jalan, khususnya di perkotaan yaitu selesainya Program Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (JUTPI) Phase 2 yang dilaksanakan sejak tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober 2019, yang ditandai dengan Berita Acara Serah Terima dari Chief Representative Japan International Corporation Agency (JICA) kepada Kepala Biro Umum Menko Perekonomian pada tanggal 15 Oktober 2019. .

Koordinasi kebijakan di bidang telematika dan utilitas

Capaian pada bidang telematika adalah pemerataan akses telekomunikasi yang semakin membaik. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan pembangunan Palapa Ring hingga September 2019 untuk paket Barat, Tengah, dan Timur telah mencapai angka 100%. Palapa Ring KPBU dan Non-KPBU telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada 14 Oktober 2019. Dengan telah selesainya pembangunan Palapa Ring baik KPBU maupun Non-KPBU, maka ke depannya akan difokuskan pada pengoptimalisasian pemanfaatan Palapa Ring untuk konektivitas antar daerah, menciptakan bibit kewirausahaan daerah, dan mendorong perekonomian.

Terkait dengan capaian di bidang utilitas, dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program terkait pengelolaan sampah, air limbah, dan drainase (sanitasi) di Indonesia, namun sampai dengan saat ini belum ada satu pun kota yang berhasil menangani sanitasi secara tuntas. Capaian akses sanitasi di Indonesia dari tahun 2015 hingga 2018 mencapai 69,27% untuk akses sanitasi layak dan berkelanjutan.

Pada periode tahun 2015-2019 telah dihasilkan peraturan perundang-undangan melalui koordinasi dan sinkronisasi Kementerian/Lembaga yaitu antara lain Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

Pendetailan Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ);Pilot Project di beberapa lokasi di Jabodetabek, bekerja sama dengan Pemda; danPenyusunan konsep awal Transit Oriented Development (TOD) dengan lokasi studi kasus Stasiun Poris Plawad.

Adapun output dari program JUTPI berupa Technical Report kepada Kemenko Perekonomian. Selanjutnya, Pemerintah Indonesia berharap dapat terus melanjutkan kerja sama dengan Pemerintah Jepang melalui JICA pada program JUTPI Phase 3, yang mana akan berfokus pada pengembangan Transit Oriented Development (TOD) di Indonesia

1.

2.

3.

Page 7: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

Grafik 1.5. Capaian PSR 2015 – 2019

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

d)

Koordinasi yang dilakukan telah menghasilkan capaian pada paket rekomendasi kebijakan di bidang penataan ruang dan kawasan strategis ekonomi dan tindak lanjut atas paket rekomendasi tersebut.

Untuk paket kebijakan antara lain sebagai berikut:

Penetapan 3 Peraturan Daerah RTRW Provinsi, 25 RTRW Kabupaten/Kota dan 1 Perda RDTR.Penetapan 8 Peraturan Daerah RZWP3K yang meliputi wilayah Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan dan Papua Barat.Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan K e n d a l - S e m a r a n g - Salatiga-Demak-Grobogan,Kawasan Purworejo-Wonosobo-Magelang-Temanggung, dan Kawasan Brebes-Tegal-Pemalang.Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik-Bangkalan- Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru, dan Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan 11 Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasaranan Penunjang di Kawasan Perbatasan

Untuk rekomendasi yang ditindaklanjuti adalah melalui Surat Menko Perekonomian/ Sekretaris Kemenko Perekonomian/ Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah ke kementerian/lembaga terkait, antara lain sebagai berikut:

Rekomendasi tentang penyampaian Hasil Rapat Sinkronisasi Rencana Tata Ruang Kota Batam No. IPW/190/D.VI.M.EKON/11/2019 tanggal 28 November 2019 sebagai dasar penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam.Rekomendasi tentang penyampaian Rencana Aksi Draft Instruksi Presiden Tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Perbatasan Negara No. IPW/11/D.VI.M.EKON/3/2019, tanggal 4 Maret 2019.Rekomendasi terkait Permohonan pembubuhan tanda tangan Dokumen kesepakatan dan komitmen bersama Rencana Aksi pelaksanaan Instruksi Presiden No. 8 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Kota Baru Mandiri Tanjung Selor, No. IPW 4.2/55/D.VI.M.EKON/04/2019, tanggal 12 April 2019.Rekomendasi tentang tindak lanjut percepatan pembangunan Kawasan Industri Maritim (KIM) Tanggamus Nomor: IPW/94/D.VI.M.EKON/7/2019, tanggal 17 Juli 2019.

Koordinasi kebijakan di bidang perumahan, pertanahan dan pembiayaan infrastruktur.

Koordinasi dilakukan antara lain pada Program Sejuta Rumah (PSR). Program ini ditargetkan untuk menyediakan perumahan sebanyak 1 juta unit rumah setiap tahunnya dengan target 70% untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan 30% untuk non MBR. Untuk capaian Program Sejuta Rumah tahun 2015 – 2019 adalah sebagaimana Grafik 1.5 berikut,

e)

Selain itu, pemerintah juga memiliki target peningkatan kualitas permukiman kumuh pada RPJMN 2015 – 2019 dan Renstra Kementerian PUPR, yaitu sebesar 38.431 Ha. Koordinasi dilakukan untuk penanganan permukiman kumuh, yang dilaksanakan melalui tiga program, yaitu Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh, KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh), dan Penataan Kawasan Permukiman Kampung Nelayan. Sampai dengan akhir tahun 2019, penanganan permukiman kumuh telah mencapai 32.222 Ha atau mencapai 83,84 % dari target yang diharapkan (Grafik 1.6).

Grafik 1.6. Capaian Penanganan Kumuh

Koordinasi kebijakan di bidang penataan ruang dan kawasan strategis ekonomi

07 08

Page 8: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

Peraturan perundang-undangan yang dikoordinasikan antara lain adalah berupa Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan Penetapan Keppres Nomor 21 Tahun 2018 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Di bidang pembiayaan perumahan, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat. Selain itu, untuk meningkatkan system pembiayaan perumahan dan kawasan permukiman Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Lembaga Jasa Keuangan dan Pelaksanaan Kemudahan dan/atau Bantuan Pembiayaan dalam Sistem Pembiayaan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Koordinasi kebijakan di bidang percepatan kebijakan satu peta

Capaian yang dihasilkan adalah telah diselesaikannya kompilasi untuk seluruh 85 peta tematik amanat Perpres No. 9 Tahun 2016 dan integrasi seluruh IGT yang tersedia saat ini dengan hasil bervariasi pada setiap wilayah (Grafik 1.7). Pada Desember 2018, sejak peluncuran Geoportal Kebijakan Satu Peta oleh Presiden RI, peta tematik produk integrasi telah dipublikasi melalui Geoportal Kebijakan Satu Peta dan siap dimanfaatkan oleh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan berbagai kebijakan/program berbasis spasial. Meskipun proses integrasi di tahun 2018, proses data updating peta tematik tetap dilakukan hingga tahun 2020 untuk memastikan validitas peta tematik terhadap kondisi aktual di lapangan.

f )

Grafik 1.7. Persebaran Penyelesaian Peta

Implementasi kegiatan Percepatan Kebijakan Satu Peta adalah dalam mendukung berbagai kebijakan atau program berbasis spasial seperti:

Perbaikan kualitas rencana tata ruangPenyusunan rencanan percepatan pembangunan ekonomiAcuan dalam penyelesaian tumpang tindih pemanfaatan lahanIdentifikasi wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan oleh investor melalui OSSMonitoring pelaksanaan reforma agrarianMendorong percepatan penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)

Sekretariat Tim PKSP juga telah menghasilkan Peta Indikator Tumpang Tindih IGT (PITTI) wilayah Indonesia yang ditetapkan melalui Kepmenko Perekonomian dengan rincian nomor: Pulau Sumatera (No. 280/2019), Pulau Kalimantan (No. 281/2019), Pulau Jawa (No. 308/2019), Pulau Sulawesi (No. 309/2019), Kepulauan Bali dan Nusra (No. 310/2019), dan Pulau Papua dan Kep. Maluku (No. 311/2019). Hasil dari identifikasi melalui PITTI ini diperoleh informasi persentase tumpang tindih pada masing masing pulau yakni 38,96% di Pulau Sumatera, 42,12% di Pulau Kalimantan, 43,42% di Pulau Sulawesi, 50,61% di Pulau Jawa, 50,38% di Pulau Bali dan Nusa Tenggara, 35,31% di Pulau Maluku dan Papua.

g) Koordinasi kebijakan di bidang penataan ruang dan kawasan strategis ekonomidari target sebanyak 16 kawasan. Sedangkan dari sisi paket rekomendasi kebijakan, dihasilkan satu paket kebijakan, dari target sebanyak satu paket kebijakan.

Secara ringkas sebaran KEK hingga tahun 2019 dapat dilihat pada Grafik 1.8 berikut ini,

Capaian dalam koordinasi di bidang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini adalah dalam bentuk realisasi terbentuknya KEK (di luar pulau Jawa) dan paket rekomendasi kebijakan yang dihasilkan terkait KEK.

Dari sisi realisasi terbentuknya KEK di luar pulau Jawa, secara total pada periode 2015-2019 adalah sebanyak 14 kawasan,

Grafik 1.8. Sebaran Kawasan Ekonomi Khusus

09 10

Page 9: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

h) Koordinasi kebijakan di bidang percepatan penyediaan infrastruktur prioritas

Sampai dengan Desember 2019 telah terselesaikan 92 PSN dengan nilai investasi sebesar Rp 467,4 triliun. Secara keseluruhan terdapat 223 Proyek dan Program dalam rangka PSN dengan nilai investasi mencapai Rp 4.202 triliun. Persebarannya dapat dilihat pada Grafik 1.9. Kebijakan percepatan PIP dan PSN selama ini telah berhasil dan diharapkan untuk terus mempercepat ketersediaan infrastruktur dan mendorong peningkatan daya saing nasional.

Kebijakan percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Proyek Strategis Nasional (PSN) difokuskan pada pencapaian progres pembangunan PSN yang dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah melalui Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).

Grafik 1.9. Sebaran PSN

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN Pengembangan wilayah dan tata ruang secara berkelanjutan merupakan bagian penting dari pembangunan nasional yang secara keseluruhan melibatkan aspek lain seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, alam, serta lingkungan baik internal maupun eksternal. Potensi dan permasalahan dalam pengembangan wilayah dan tata ruang menjadi kunci agar kebijakan dan strategi yang dirumuskan mampu menjawab tantangan dan persoalan pada sektor konektifitas antar wilayah dan tata ruang dengan dukungan dari sektor-sektor lain yang terkait.

1.2.1 PotensiMemasuki periode tahun 2020-2024, Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan atau tantangan yang terus berkembang baik dari sisi eksternal maupun internal. Namun demikian, dari setiap permasalahan tentunya juga akan memunculkan peluang atau potensi yang dapat dimanfaatkan untuk membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih baik lagi. Yang menjadi potensi dalam pelaksanaan tugas koordinasi dan sinkronisasi oleh Deputi VI Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian adalah sebagai berikut,

A. Tersedianya Regulasi Pendukung Pelaksanaan Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang

komersial, serta mengatur pula soal perlindungan negara terhadap hak rakyat atas air dan juga tentang pelestarian lingkungan hidup terhadap pengelolaan air. Selain itu juga dinyatakan bahwa prioritas utama dalam pengelolaan air pada kegiatan usaha adalah diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Adanya peraturan perundang-undangan dan turunannya dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang. Beberapa regulasi yang menjadi potensi dalam pelaksanaan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi antara lain adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air yang memberi kejelasan tentang pengelolaan air di Indonesia sebagai acuan dan pedoman bagi seluruh stakeholder. Undang-undang tersebut memberikan pengaturan tentang perizinan yang mencakup kegiatan

11 12

Page 10: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

14

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

menciptakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang berbasis agraria melalui pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah; menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi kemiskinan; memperbaiki akses masyarakat kepada sumber ekonomi; meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan; serta memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup. Pada Rapat Terbatas tanggal 29 Mei 2020, Presiden memberikan arahan agar memprioritaskan PSN yang berdampak langsung bagi pemerataan dan penguatan ekonomi rakyat, seperti: Program Sertipikat Tanah untuk Rakyat, Legalisasi Lahan Transmigrasi, Reforma Agraria, Perhutanan Sosial serta Peremajaan Perkebunan Rakyat. Hal ini menjadi dasar pelaksanaan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan percepatan pelaksanaan Reforma Agraria.

Kemudian adalah Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Peraturan Pemerintah tersebut mengamanatkan perubahan kebijakan nasional dan dinamika pembangunan nasional terbaru yang mempengaruhi penataan ruang wilayah nasional. Arah kebijakan terbaru yakni kebijakan pengembangan struktur ruang dengan strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, serta strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana. Hal tersebut menjadi salah satu acuan pelaksanaan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dalam bidang pengembangan wilayah dan tata ruang.

Selain itu juga terdapat regulasi berupa Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria. Sesuai amanat Peraturan Presiden ini pelaksanaan Reforma Agraria bertujuan untuk mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka menciptakan keadilan; menangani Sengketa dan Konflik Agraria;

B.Terus Tumbuhnya Semangat Otonomi Daerah Dalam Rangka Pembangunan Daerah

Era otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 1999 telah memunculkan peran serta masyarakat yang terus meningkat untuk pembangunan daerahnya. Hal demikian menjadi potensi bagi keseriusan pemerintahan daerah yang benar-benar mewakili rakyat guna menghasilkan pembangunan yang mensejahterakan masyarakatnya. Partisipasi masyarakat juga akan mendukung bagi pengawasan atas sejumlah proyek pembangunan yang tengah berlangsung di wilayahnya. Pemantauan dan evaluasi menjadi lebih mudah dijalankan mengingat sejumlah indikator keberhasilan pembangunan dan pengembangan wilayah akan secara tepat dapat divalidasi dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat.

C. Tersedianya Berbagai Inovasi Teknologi yang Dikuasai Tenaga Ahli Lokal

dasar pengembangan wilayah/kawasan, kemudian jadi titik tumbuh ekonomi dan daya saing kawasan, dan kembali meningkatkan efisiensi kawasan (ekosistem yang berkelanjutan). Pemanfaatan teknologi merupakan kunci memadukan pengembangan wilayah konvensional yang bertumpu pada pembangunan fisik dengan pembangunan berbasis teknologi. Perpaduan ini harus juga ditunjang dengan berbagai bentuk perubahan orientasi: dari wawasan sektoral kepada wawasan kewilayahan, dari sistem terpusat ke sistem otonomi daerah yang terukur dan terintegrasi, dan/atau dari sistem tertutup ke sistem yang transparan.

Inovasi teknologi sangat penting dalam pembangunan berbagai proyek dalam rangka pengembangan wilayah dan tata ruang ke depan. Adanya berbagai terobosan inovasi di berbagai bidang misalnya keairan, jalan, dan jembatan serta permukiman berwawasan ramah lingkungan dan mengedepankan nilai sosial menjadi potensi yang mendukung percepatan pembangunan yang efektif, efisien, dan berkelanjutan. Secara kompetensi, kemampuan tenaga ahli lokal yang menguasai teknologi juga menjadi kekuatan yang tidak diragukan lagi. Sebagai contoh, penanganan jembatan dan pembangunan rumah tahan gempa yang ditangani secara komprehensif oleh para ahli lokal telah memberikan solusi rekomendasi jangka pendek, menengah, dan panjang.

Pemanfaatan teknologi untuk pengembangan wilayah tidak hanya pada skala mikro, seperti teknologi untuk pemodelan dan pemetaan, tetapi juga pemanfaatan dalam skala makro menyangkut kebijakan dan manajemen teknologi secara komprehensif di seluruh kawasan. Teknologi diharapkan menjadi

13

Page 11: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

1.2.2. PermasalahanYang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan tugas koordinasi dan sinkronisasi oleh Deputi VI Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian adalah sebagai berikut,

A. Wabah Covid-19

Munculnya wabah Covid-19 pada tahun 2020 memunculkan banyak dampak yang signifikan bagi pembangunan ekonomi di Indonesia, tidak terkecuali pada bidang pengembangan wilayah dan tata ruang. Perilaku produsen dan konsumen yang berubah karena situasi new normal terkait pengendalian virus Covid-19 yang diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk ditemukan antivirusnya, serta intensifikasi kebijakan di bidang kesehatan telah turut pula berimbas pada realokasi anggaran pemerintah yang lebih mementingkan sektor kesehatan dan pangan, ketimbang sektor lainnya. Hal ini juga mengubah rencana investasi dan perdagangan dunia usaha yang dalam jangka pendek ini akan wait and see untuk masuk ke sektor infrastruktur dan pengembangan wilayah.

Atas dasar itu maka sejumlah dokumen perencanaan baik di tingkat pemerintah pusat maupun di tingkat pemerintahan daerah akan mengalami perubahan atau revisi menyesuaikan kondisi new normal dalam rangka pengendalian wabah Covid-19. Situasi seperti ini akan turut berdampak pada kecepatan dan pola koordinasi serta sinkronisasi dari pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, termasuk di dalamnya adalah pada Deputi VI yang menangani bidang pengembangan wilayah dan tata ruang.B. Proses Pengadaan dan Pembebasan

Lahan Yang Sulit

Pelaksanaan pengadaan dan pembebasan lahan hampir selalu menjadi salah satu permasalahan dalam penyediaan infrastruktur termasuk pada Proyek Strategis Nasional (PSN). Proses yang panjang memberikan kesempatan bagi para spekulan tanah untuk meningkatkan harga tanah sehingga dana yang telah disiapkan oleh Pemerintah seringkali tidak mencukupi saat pelaksanaan proses pembayaran uang ganti rugi. Kurang memadainya kapasitas personel dan ketersediaan teknologi untuk melakukan pendataan dan pendaftaran juga turut memperlambat proses pengadaan lahan

proyek. Adapun isu lain terkait pengadaan lahan bagi kepentingan umum adalah belum adanya formulasi yang tepat untuk nilai ganti untung kepada pemilik tanah serta sulitnya pelepasan tanah kas desa, wakaf, kawasan hutan, dan aset pemerintah (TNI, PTPN, dll).

C.Lambatnya Proses Penyusunan Peraturan dan Keberadaan Peraturan yang Tumpang Tindih Sehingga Menghambat Investasi

Kendala dalam penyusunan dan implementasi kebijakan dan peraturan masih menjadi hambatan besar dalam pengembangan wilayah dan tata ruang. Kurangnya koordinasi antar Kementerian/Lembaga dalam penyusunan peraturan seringkali menghambat proses penetapan suatu peraturan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Suatu proyek seringkali mundur dari jadwal yang telah ditetapkan karena belum terbitnya peraturan yang dijadikan landasan hukum pelaksanaan proyek.

Selain itu, masih terdapat peraturan yang tumpang tindih atau bertentangan satu dengan yang lain sehingga mengakibatkan kebingungan pihak penanggung jawab. Proses penyusunan revisi peraturan yang akan mendukung pembangunan infrastruktur membutuhkan koordinasi dan pengendalian yang lebih baik.

D. Ketidaksesuaian Perencanaan dengan Kebutuhan Implementasi

Hambatan dalam pengembangan wilayah juga mencakup pada penyusunan perencanaan, termasuk di dalamnya adalah pengalokasian dana untuk memenuhi kebutuhan implementasi proyek serta ketidaksesuaian rencana tata ruang wilayah dengan implementasinya (alih fungsi lahan).

Besarnya anggaran yang dibutuhkan seringkali membuat sebuah proyek infrastruktur memperoleh pendanaan dari beberapa sumber. Sebagai contoh terkadang sebuah proyek menggunakan sumber pendanaan dari APBN, APBD, dan Badan Usaha. Tidak sinkronnya jadwal realisasi anggaran dalam setiap tahapan pelaksanaan proyek, misalnya dalam hal pengadaan tanah dan lelang badan usaha dapat mengakibatkan terhambatnya penyediaan proyek. mendukung percepatan investasi. Perencanaan yang baik terkait proyek dan sumber pendanaannya sangatlah penting agar APBN dan APBD dapat dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur wilayah yang kritikal, sedangkan proyek infrastruktur wilayah yang terindikasi menguntungkan dapat digunakan untuk menarik investasi

. swasta. Kesesuaian tata ruang menjadi poin penting dalam proses pengembangan wilayah. Saat ini banyak permasalahan terkait Tumpang Tindih RTRW Provinsi dengan RTRW Kab/Kota, Tumpang Tindih RTRW dengan Kawasan Hutan, Tumpang Tindih Izin/Hak Atas Tanah pada Tatakan (RTRW & Kawasan Hutan) yang Telah Selaras, dan Tumpang Tindih Izin/Hak Atas Tanah pada Tatakan (RTRW & Kawasan Hutan) yang Telah Selaras. Oleh karena itu, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang menginisiasi penyusunan dan penetapan Peta Indikatif Tumpang Tindih Antarinformasi (PITTI) sebagai Peta Kerja yang Membantu K/L Mencermati Permasalahan Tumpang Tindih Lahan serta sebagai upaya dalam mendukung percepatan investasi.

15 16

Page 12: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

komersial, serta mengatur pula soal perlindungan negara terhadap hak rakyat atas air dan juga tentang pelestarian lingkungan hidup terhadap pengelolaan air. Selain itu juga dinyatakan bahwa prioritas utama dalam pengelolaan air pada kegiatan usaha adalah diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

E. Implementasi Mitigasi Bencana dalam Pengembangan Wilayah yang Masih Minim menyebabkan Tingginya Kerugian Ekonomi Akibat Bencana

Indonesia merupakan negara dengan tingkat resiko bencana alam yang cukup tinggi, didukung data dari BNPB bahwa sebagian besar wilayah Indonesia berada pada tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)-BNPB, pada periode tahun 2009 hingga 2019 berjalan, lebih dari 75% (14.761) kejadian bencana merupakan bencana hidro meteorologi dan hanya sekitar 25% (4.790) merupakan bencana geologi.

Bencana tidak hanya merugikan secara fisik, tetapi juga secara ekonomi. Pada tahun 2004-2016, kerugian ekonomi Indonesia akibat bencana mencapai ±Rp 166,6 Triliun dan tahun 2017-2018 mencapai ±Rp 67,53 Triliun. Tingginya angka ini dipengaruhi salah satunya oleh tingkat kerusakan infrastruktur dan berpotensi mengganggu perekonomian secara lebih luas.

Permasalahan tingginya kerugian akibat bencana ditambah upaya pemulihan ekonomi nasional yang terpuruk akibat pandemi COVID-19 menjadi persoalan utama pembangunan di Indonesia. Luas dan peliknya problematika pembangunan

tersebut menuntut adanya pengkajian ulang terhadap konsep dan orientasi pembangunan.

Dari sisi internal, kebijakan pembangunan Indonesia yang masih belum mempertimbangkan risiko rawan bencana, menjadikan Indonesia rapuh dari pondasi pengembangan wilayah dan pembangunan. Kemudian, pandemi COVID-19 menyadarkan bahwa konsep pembangunan konvensional berdasar konsep dimensi ekonomi (sumber daya alam, manusia, modal) menyimpan kelemahan mendasar. Indonesia tetap belum mampu mengurangi ketergantungannya pada negara maju dan menjadi sasaran empuk perdagangan internasional. Sementara dari sisi eksternal, perkembangan teknologi yang pesat, kesepakatan internasional mengenai perdagangan bebas, mengakibatkan wilayah Indonesia kian terbuka menghadapi persaingan secara regional dan global.

17 18

Page 13: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

BAB 2Visi, Misi, Tujuan, & Sasaran

Program Deputi

Page 14: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

Visi tersebut menjadi landasan organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang dalam menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang yang tertuang dalam RPJMN tahun 2020 - 2024.

Visi yang terdapat di dalam Renstra merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh Kementerian/Lembaga pada akhir periode perencanaan. Pada Sidang Kabinet Paripurna mengenai RPJMN tanggal 14 November 2019, Kementerian PPN/Bappenas ditugaskan untuk melihat konsistensi antara Renstra K/L, RPJMN serta Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden.

Visi Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang mengacu pada visi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu sebagai berikut:

2.1 VISI DEPUTI

“Mewujudkan Pengembangan Wilayah dan

Tata Ruang yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan”

Dalam rangka mendukung pencapaian Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang telah dirumuskan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang berperan mendukung misi, khususnya pada pertumbuhan, pemerataan, dan pembangunan ekonomi di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang, sehingga misi Deputi adalah sebagai berikut:

Mewujudkan Pertumbuhan Wilayah yang Berdaya Saing;Mewujudkan Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan dan Pengurangan Kesenjangan di Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang; danMendorong Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang yang Berkelanjutan

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut dirumuskan Misi Kementerian/Lembaga yang berupa rumusan umum upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan Visi. Visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2020- 2024 tersebut diwujudkan melalui 4 (empat) Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang meliputi:

Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Produktif dan Berkualitas;Mewujudkan Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan dan Pengurangan Kesenjangan;Mendukung Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan; dan Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian Perekonomian.

2.2 MISI DEPUTI

2.3 TUJUAN DEPUTI

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

Berdasarkan Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tersebut di atas, dirumuskan tujuan Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, yaitu:

Agar tujuan tersebut di atas dapat tercapai, pelaksana kebijakan/program sektor/lintas sektor di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kinerjanya secara optimal. Dengan mengupayakan optimalisasi kinerja sektor/bidang dimaksud, maka target sasaran kinerja di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 dapat diwujudkan.

“Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan

berkelanjutan melalui pengembangan wilayah dan

tata ruang”

19 20

Page 15: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

2.4 SASARAN PROGRAM DEPUTIYang menjadi sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah,

Terwujudnya Perekonomian Indonesia yang Unggul melalui Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan, Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan, serta Peningkatan Daya Saing.

Terwujudnya Aparatur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang Profesional, Inovatif, dan Berintegritas

Terwujudnya Pengembangan Wilayah Yang Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Integrasi Konektivitas dan Daya Saing.

Terwujudnya Kebijakan Pengembangan Wilayah & Tata Ruang Yang Berkualitas

Dari sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, kemudian diturunkan menjadi sasaran program untuk setiap Deputi. Untuk Deputi VI, yaitu Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, sasaran program nya adalah sebagai berikut:

Terwujudnya Tata Kelola Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang yang baik.

Sasaran Pertama merupakan sasaran bagi implementasi berbagai kebijakan dan target yang telah ditetapkan. Sasaran Kedua merupakan sasaran terhadap kebijakan yang dihasilkan dalam sektor pengembangan wilayah dan tata ruang. Sedangkan Sasaran Ketiga adalah sasaran terhadap business process kedeputian bidang koordinasi pengembangan wilayah dan tata ruang. Artinya Deputi VI memiliki sasaran yang terbagi ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi pemangku kepentingan (stakeholder), dimensi penyusunan kebijakan (internal business process), dan dimensi pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth).

21 22

Page 16: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

BAB 3Arah, Kebijakan,

Strategi, Kerangka Regulasi, &

Kerangka Kelembagaan

Page 17: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

3.1 ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI NASIONAL

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dinyatakan bahwa pembangunan kewilayahan tahun 2020-2024 menekankan keterpaduan pembangunan dengan memperhatikan pendekatan spasial yang didasarkan bukti data, informasi dan pengetahuan yang baik, akurat dan lengkap, skenario pembangunan nasional, serta lokasi yang jelas sesuai rencana tata ruang dan daya dukung lingkungan. Selain itu, pembangunan kewilayahan juga mengutamakan pendekatan holistik dan tematik yang didasarkan penanganan secara menyeluruh dan terfokus pada prioritas pembangunan dan lokasi yang paling relevan sesuai dengan pendekatan koridor pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan kewilayahan dilaksanakan secara terintegrasi dengan mengutamakan kerjasama dan keterpaduan program dan kegiatan antarkementerian/lembaga,

antara Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, antarpemerintah daerah, serta antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam perencanaan, pendanaan dan pembiayaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan.Dalam upaya mencapai sasaran dan target pembangunan tersebut, pembangunan wilayah kedepan akan diterjemahkan melalui dua pendekatan utama yaitu pendekatan koridor pertumbuhan dan koridor pemerataan berbasiskan wilayah pulau. Pendekatan koridor tersebut disusun dengan mempertimbangkan hasil perhitungan keunggulan komparatif dan kompetitif daerah berdasarkan PDRB tahun 2017, serta mempertimbangkan jalur manufaktur nusantara, jalur mineral nusantara, jalur pariwisata nusantara, dan mempertimbangkan pola persebaran pusat kegiatan seperti Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Pada hakikatnya, nilai-nilai dasar kepribadian Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang mengacu pada Nilai-nilai Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yakni profesional, integritas, kerjasama, inovasi, dan tanggung jawab (responsibility) yang disingkat dengan “PIKIR” senantiasa memberikan keyakinan bagi seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bahwa keinginan yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan dapat terwujud. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 1 Tahun 2014, makna dari nilai-nilai Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian antara lain:

3.1.1. Nilai-nilai Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah

Profesional (professional) yaitu melaksanakan pekerjaan atas dasar pengetahuan dan keahlian khusus untuk meningkatkan kinerja individu dan organisasi.

Integritas (integrity) yaitu mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan dan ketentuan serta undang-undang yang berlaku melalui loyalitas profesi dalam memperjuangkan tujuan organisasi.

Kerja Sama (team work) yaitu kemampuan menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama dengan menjadi bagian dari suatu kelompok untuk menciptakan sinergi dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Inovasi (inovation) yaitu mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses dan hasil kerja di atas standar.

Tanggung Jawab (responsibility) yaitu menjalankan tugas dan kewajiban yang dibebankan secara sungguh-sungguh dan tuntas serta memikul konsekuensi atas hasil yang telah disepakati.

3.1.2. RPJMN terkait Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan

23 24

Page 18: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

Pendekatan melalui koridor pertumbuhan mengutamakan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dengan basis keunggulan wilayah yang dapat mendorong peningkatan nilai tambah, peningkatan peneriman devisa dan atau penghematan devisa, perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi secara nyata dalam lima tahun mendatang. Pusat-pusat pertumbuhan wilayah antara lain adalah kawasan pertanian, perikanan, perkebunan dan pertambangan sebagai pusat produksi; kawasan strategis prioritas seperti kawasan industri (KI) dan kawasan ekonomi khusus (KEK) sebagai pusat pengolahan sumber daya alam; kawasan pelabuhan bebas dan perdagangan bebas (KPBPB) sebagai pusat perdagangan dan industri kepelabuhanan; kawasan strategis pariwisata nasional

(KSPN) dan destinasi pariwisata prioritas (DPP) sebagai pusat pengembangan jasa pariwisata; serta kawasan perkotaan termasuk metropolitan, kota-kota baru dan kota-kota sedang dan kecil sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan.

Pendekatan melalui koridor pemerataan mengutamakan pengembangan wilayah penyangga (hinterland) yang berada di sekitar pusat pertumbuhan, serta daerah dan kawasan tertinggal untuk menjamin kesetaraan dan keadilan dalam pemenuhan hak-hak dasar rakyat sesuai dengan kaidah tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu tidak meninggalkan satu-pun kelompok masyarakat (no-one left behind). Wilayah penyangga tersebut antara lain adalah desa, kawasan perdesaan, kawasan transmigrasi, kawasan perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil, terluar dan terdepan, serta daerah tertinggal.

Arah kebijakan dan strategi Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang adalah berdasarkan pada Arah Kebijakan dan Strategi Nasional serta Kementerian Koordinator Bidang Perekonmian, sehingga mendukung perapaian target yang diamanatkan dalam RPJMN 2020-2024 dan target kinerja kementerian.

Percepatan dan Pemanfaatan PembangunanPemanfaatan Teknologi dalam Pengembangan WilayahPengembangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Tanjungpinang (BBKT)Pembangunan infrastruktur untuk pengembangan wilayah berkelanjutan: layak huni, cerdas, berdaya saing, berbasis teknologi, berketahanan bencanaPercepatan Pelaksanaan Reforma Agraria dalam rangka mengurangi ketimpangan dan penguasaan kepemilikan tanahPenguatan Daya Saing Kawasan

3.2.1. Fokus dan Strategi Program Kerja

3.2 ARAH KEBIJAKAN & STRATEGI DEPUTI

Dalam rangka pelaksanaan tugas koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar Kementerian/Lembaga/Instansi di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang. Arah kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang difokuskan pada:

Percepatan Penyelesaian Sinkronisasi Peta dan Penyelesaian Tumpang Tindih Pemanfaatan Lahan melalui Kebijakan Satu Peta (PKSP)Penyelesaian Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui KPPIPPengembangan Kawasan Ekonomi KhususPenguatan Ketahanan Bencana dalam rangka penyelesaian permasalahan perekonomian yang terkendala akibat bencanaPerencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi

1.

2.

5.

3.

4.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Fokus pertama Fokus kedua Percepatan Penyelesaian Sinkronisasi Peta dan Penyelesaian Tumpang Tindih Pemanfaatan Lahan melalui Kebijakan Satu Peta (PKSP) akan dilaksanakan melalui beberapa strategi yaitu antara lain penguatan pelaksanaan percepatan kebijakan satu peta melalui revisi Perpres No. 9 Tahun 2019 di antaranya untuk Penambahan IGT, Pemutakhiran IGT, dan penguatan Sinkronisasi; melaksanakan kompilasi dan integrasi IGT tambahan serta pemutakhiran IGT eksisting PKSP; dan percepatan penetapan regulasi pemerintah tentang aturan dasar (Rule Base) Penyelesaian Tumpang Tindih pemanfaatan ruang.

Penyelesaian Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui KPPIP akan dilaksanakan melalui beberapa strategi antara lain adalah melakukan pemantauan atas perkembangan Proyek Strategis Nasional (PSN), Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP), dan Proyek Strategis Kawasan yang tercantum dalam Perpres 79 dan 80 tahun 2019; melakukan inventarisasi isu (teknis dan strategis) yang bersifat sektoral dan multisektoral dalam rangka penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN); serta menyusun rencana aksi isu PSN yang dilaporkan dalam rangka penyelesaian isu PSN (Debottlenecking).

25 26

Page 19: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

Fokus ketiga

Pengembangan KEK, akan dilaksanakan dengan beberapa strategi yaitu antara lain melalui debottlenecking dan penyelesaian masalah di dalam KEK; penyelesaian permasalahan pertanahan; perbaikan peraturan insentif dan pelaksanaan KEK; reviu masterplan KEK yang telah ditetapkan; serta penyusunan Rencana Daerah Tata Ruang (RDTR) di luar Kawasan KEK;

Fokus keempat Penguatan Ketahanan Bencana dalam rangka penyelesaian permasalahan perekonomian yang terkendala akibat bencana, akan dijalankan dengan beberapa strategi antara lain melalui debottlenecking permasalahan/kendala perekonomian akibat terdampak bencana; mendukung penyempurnaan mekanisme pendanaan kebencanaan dan penyusunan alternatif pembiayaan risiko bencana (Disaster Risk Financing) seperti pooling fund, asuransi kebencanaan untuk aset negara, dan lainnya; serta mendorong implementasi Business Continuity Plan/Area Business Continuity Plan (BCP/ABCP) pada UMKM dan Kawasan Strategis Ekonomi;

Fokus ketujuh Pemanfaatan Teknologi dalam Pengembangan Wilayah, akan dijalankan dengan beberapa strategi antara lain dukungan pembuatan Masterplan dan Quickwin Smart City di 67 Kabupaten/ Kota di Kawasan Pariwisata Super Prioritas dan IKN sesuai dengan potensi dan keunggulan daerah; serta penyelesaian perluasan akses infrastruktur TIK ke seluruh desa/kelurahan di Indonesia untuk mendukung peningkatan daya saing yang inklusif.

Fokus kedelapan

Pengembangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Tanjungpinang (BBKT), yang akan dijalankan dengan beberapa strategi antara lain penyusunan masterplan pengembangan BBKT secara terpadu; pengembangan digital hub, industri kedirgantaraan, industri unggulan, shipyard, dan oil and gas di BBKT; serta pengembangan jasa bidang pariwisata, kesehatan, dan pendidikan.

Fokus kesembilan Pembangunan infrastruktur untuk pengembangan wilayah berkelanjutan: layak huni, cerdas, berdaya saing, berbasis teknologi, berketahanan bencana, akan dilaksanakan dengan beberapa strategi antara lain pengembangan infrastruktur perkotaan berbasis TIK sesuai dengan Masterplan Smart City untuk penyelesaian permasalahan wilayah dan pemantauan/ pengawasan pembangunan; penyelesaian perluasan akses infrastruktur TIK ke seluruh desa/kelurahan untuk penyediaan pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, pemerintahan yang merata dan terintegrasi; serta Integrasi pemanfaatan teknologi untuk peningkatan ketahanan bencana.

Fokus kesepuluh Percepatan Pelaksanaan Reforma Agraria dalam rangka mengurangi ketimpangan dan penguasaan kepemilikan tanah, akan dilaksanakan dengan beberapa strategi antara lain melalui pelaksanaan sosialisasi percepatan penyediaan Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) dari Kawasan Hutan, baik yang melalui PPTKH maupun Pelepasan HPK Tidak Produktif. Sosialisasi dilakukan ke Provinsi, Kabupaten dan Kota yang memiliki potensi besar atas penyediaan TORA dari Kawasan Hutan; serta pelaksanaan monitorng dan evaluasi ke kawasan hutan yang menjadi sumber TORA.

Fokus kelima

Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi, akan dilaksanakan dengan beberapa strategi antara lain koordinasi Kebijakan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Food Estate) untuk diharmonisasi; penyusunan Program Peningkatan Penyediaan Pangan Nasional (Food Estate) untuk mendukung Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang yang berkelanjutan; serta koordinasi dan monitoring penyusunan rekomendasi kebijakan kawasan Perdesaan dalam rangka Penyusunan Detail Tata Ruang (RDTR).

Fokus keenam Percepatan dan Pemanfaatan Pembangunan, akan dilaksanakan dengan beberapa strategi antara lain melalui koordinasi dan monitoring implementasi alternatif skema pembiayaan inovatif, seperti Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usahan (KPBU), Land Value Capture (LVC), Hak Pengelolaan Terbatas (HPT), dan Asset Recycle; koordinasi simplifikasi regulasi terkait upaya percepatan dan pemanfaatan pembangunan; peningkatan kapasitas daerah dalam pengelolaan pembangunan; serta optimalisasi pemanfaatan pembangunan wilayah melalui penyusunan rekomendasi kebijakan yang diperlukan.

Fokus kesebelas Penguatan Daya Saing Kawasan, akan dilaksanakan dengan beberapa strategi antara lain debottlenecking dan penyelesaian permasalahan pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi; penguatan daya saing 10 (sepuluh) wilayah metropolitan; pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dari 10 (sepuluh) Destinasi Pariwisata Prioritas yang diamanatkan RPJMN 2020-2024, pembangunan Super Hub Sulawesi Utara Koridor Manado-Bitung-Likupang dan Bali-Nusa Tenggara berupa spatial development, global value chain, supply chain, Industry 4.0, dan peningkatan kompetasi SDM, serta inisiasi pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di KI.

27 28

Page 20: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

IKU 1. Persentase Percepatan Pelaksanaan Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih Pemanfaatan Lahan Melalui Percepatan Kebijakan Satu Peta

Arah kebijakan dan strategi IKP atau IKU 1 ini adalah peningkatan sinergi pemanfaatan ruang wilayah melalui penegakan rencana tata ruang yang berbasis mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana untuk menjamin perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang, antara lain melalui:

peningkatan efektivitas instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, terutama kelengkapan RDTR; penyediaan peta dasar skala besar (1:5.000) secara nasional; dan penerapan insentif dan disinsentif, serta sanksi bagi pelanggaran pemanfaatan ruang.

perikanan antara lain melalui penguatan basis produksi dan pengolahan komoditas unggulan daerah yang tersebar pada sentra-sentra hilirisasi pertanian dan perikanan di Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN), kawasan transmigrasi, Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dan Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT)/Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP).

Adapun strategi yang dapat ditempuh untuk mewujudkan target IKU 2 ini adalah sebagai berikut:

Koordinasi Penyelesaian, Pelaksanaan dan Penyempurnaan Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus;Fasilitas dan Verifikasi Pembentukan KEK Baru;Optimalisasi Pertumbuhan KEK yang telah ditetapkan;Melaksanakan Kegiatan Promosi investasi dan peningkatan Kerjasama; danPengembangan Kapasitas Kelembagaan dan SDM dalam Penyelenggaraan KEK.

3.2.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pencapaian Indikator Kinerja

IKU 2. Jumlah Kawasan Ekonomi Khusus yang Berdaya Saing.

Dalam rangka pembangunan kawasan strategis, arah kebijakan yang diambil adalah meningkatkan keunggulan kompetitif pusat-pusat pertumbuhan wilayah yang diwujudkan melalui strategi optimalisasi pembangunan kawasan strategis prioritas sebagai pusat-pusat pertumbuhan wilayah, yaitu KEK, KI, KPBPB, Destinasi Pariwisata Prioritas, dan kawasan lainnya yang telah ditetapkan untuk mendorong hilirisasi dan penciptaan nilai tambah komoditas unggulan, perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan devisa dan penghematan devisa dari substitusi impor, khususnya hasil-hasil perkebunan, pertambangan, dan

IKU 3. Persentase Penyelesaian Proyek Strategis Nasional dan Proyek Infrastruktur Prioritas Sesuai Major Project RPJMN..Yang menjadi arah kebijakan dan strateginya adalah:

Fokus Meningkatkan Kualitas Alokasi pada Prioritas melalui Proyek Prioritas dan Integrasi Pendanaan, melalui:

Mengutamakan alokasi pada prioritasMemperkuat sinergi dan integrasi pendanaan pembangunan

Mengidentifikasi proyek yang dapat dilakukan Pemerintah Pusat, Daerah, BUMN, swasta dan masyarakatMenyesuaikan modalitas pendanaan dengan sasaran pembangunan serta memastikan kesiapan pelaksanaan proyekOptimalisasi dan perluasan pemanfaatan sumber pendanaan yang adaMendorong inovasi pendanaan pembangunan

Memperkuat koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pemanfaatan bauran pembiayaan (blended finance)Mengembangkan Prinsip Transfer Berbasis Kinerja (Output Based Transfer)

IKU 4. Persentase Implementasi Strategi Ketahanan Kebencanaan Dalam Pengembangan Wilayah untuk Mendukung Penurunan Persentase Potensi Kehilangan PDB Akibat Bencana.

Arah Kebijakan IKU 4 ini utamanya untuk mengurangi kerugian ekonomi terdampak bencana. Hal itu sejalan dengan RPJMN 2020 – 2024 yang mana salah satu indikator dalam Agenda Pembangunan 6 (Lingkungan Hidup, Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim) ialah persentase penurunan potensi kehilangan PDB akibat dampak bencana (persen PDB) dengan target pada tahun 2024 sebesar 0,1%. Hal itu kemudian dirinci antara lain melalui langkah:

Koordinasi Updating, Pendetilan, dan Penambahan Peta Tematik Berbasis Kebencanaan;Mendorong Pengembangan Pemanfaatan Teknologi dalam Mitigasi Bencana dan Pengembangan Sistem Peringatan Dini/Early Warning System (EWS).Penyusunan Alternatif Pemanfaatan Teknologi untuk Kebencanan dan Pengembangan Wilayah, seperti Pemanfaatan Palapa Ring dan Pembangunan Proyek Satelit Multi Fungsi sebagai Penghubung 150 ribu Fasilitas Pendidikan, Kesehatan, dan Pemerintahan.

1. 1.

1.1.

1.2.

2.

2.3.

3.

3.

4.

4.

5.

5.

3.

2.

a.

b.

a.

b.

29 30

Page 21: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

Regulasi dan kelembagaan menjadi salah satu penghambat utama (the most binding constraint) pertumbuhan ekonomi di Indonesia (hasil penelitian Growth Diagnostic, A New Approach to National Development Strategies: Identifying The Binding Constraint to Growth in Indonesia, Bappenas, 2018). Untuk itu, kerangka regulasi yang disusun secara tepat, sederhana, fleksibel, dan membuka inovasi yang konstruktif diyakini akan membantu memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat serta penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

Peningkatan kualitas dan kuantitas regulasi harus dilakukan dengan tata kelola yang tidak saja memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam pembentukan regulasi, namun juga mampu menghasilkan regulasi yang sederhana, mudah dipahami, dan tertib, serta memberikan manfaat konkrit dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

Pola pikir yang selama ini dilakukan dan dipahami oleh Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah dengan membuat regulasi sebanyak- banyaknya, harus diubah dengan terlebih dahulu mempelajari kebijakan prioritas, menganalisis dampak regulasi (Regulatory Impact Analysis), didukung oleh teknologi informasi sehingga akan menghasilkan regulasi dan/atau kebijakan berdasarkan data-data yang akurat (evidence based) pada lima tahun ke depan (2020-2024).Pendekatan tersebut akan mengurangi jumlah regulasi yang tidak perlu dan menghemat biaya pembentukan peraturan perundangan sehingga terlihat jelas kontribusi kerangka regulasi untuk mendukung Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden 2020-2024.Prinsip penting dalam penyusunan regulasi adalah sebagaimana Gambar 3.1 berikut ini,

IKU 5. Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang yang diterima Menko Perekonomian.

Dalam rangka mendorong kebijakan pengembangan wilayah dan tata ruang Indonesia sehingga mampu mencapai target yang diamanatkan dalam RPJMN 2020-2024 maka dibutuhkan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan lintas sektor yang lebih efektif dan efisien. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai koordinasi dan sinkronisasi yang efektif di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang, maka arah kebijakannya adalah sebagai berikut:

Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi;Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Penataan Ruang dan Pertanahan;Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Penguatan Daya Saing Kawasan;Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Ketahanan Kebencanaan dan Pemanfaatan Teknologi;Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Percepatan dan Pemanfaatan Pembangunan;Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Prioritas.

Arah-arah kebijakan tersebut akan dicapai melalui strategi sebagai berikut:

Mendahulukan dan fokus pada penanganan kebijakan infrastruktur prioritas dan berdampak luas;Mendorong Kementerian/ Lembaga untuk memenuhi target yang telah ditetapkan dalam RPJMN;Menginisiasi penyusunan regulasi untuk mengatasi hambatan pelaksanaan kebijakan (debottlenecking).

Untuk IKU 6 – IKU 9, yaitu yang terkait dengan perwujudan tata kelola Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, arah kebijakan dan strateginya adalah didasarkan pada:

Peningkatan kualitas Sumber Daya ManusiaPerbaikan dan penyempurnaan sistem akuntabilitas kinerja Deputi VIPerbaikan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Deputi VIPerbaikan kualitas pelaksanaan anggaran Deputi VI

1.

2.

3.

1.

2.

3.

4.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

3.3. KERANGKA REGULASI DALAM LINGKUP DEPUTI

Gambar 3.1. Prinsip-Prinsip Kerangka Regulasi Yang Menjadi Koridor Penyusunan

31 32

Page 22: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

02

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024) RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

Melalui regulasi yang memenuhi prinsip-prinsip di atas maka peranannya akan lebih efektif, yaitu sebagaimana Gambar 3.2 berikut ini,

Untuk bidang pengembangan wilayah dan tata ruang, terdapat sejumlah regulasi yang akan mendapatkan perhatian pada periode 2020-2024. Regulasi tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2. Peran Regulasi Dalam Pembangunan

a. Undang-Undang

(UU)

1. Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.6. Undang – Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman7. Revisi UU Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kalimantan.8. RUU tentang Perkotaan.9. Revisi UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.10. UU No 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat11. RUU tentang Cipta Kerja.

b. Peraturan

Pemerintah (PP)

1. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik;2. Revisi PP No. 11/2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.3. Revisi PP 13/2017 tentang Perubahan Atas PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).4. Revisi PP Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;5. Revisi PP Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang6. Revisi PP No.96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).7. Revisi PP Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial8. Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.9. RPP Pedoman Pemberian Nama dan Perubahan Nama Rupabumi10. RPP tentang Perencanaan Ruang Laut

d. Keputusan Presiden (Keppres)

1. Keputusan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);2. Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.

c. Peraturan Presiden (Perpres)

1. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;2. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;3. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur.4. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;5. Revisi Perpres No. 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.0006. RPerpres tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Pusat Pemerintahan IKN.7. RPerpres tentang RDTR Pusat Ekonomi IKN.8. RPerpres tentang Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS-PPDT) 2020-2024 (mencabut Perpres tentang STRANAS PPDT 2015-2019.9. RPerpres tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (RAN-PPDT) Setiap Tahun.10. RPerpres tentang Penetapan Daerah Tertinggal 2020-2024 (mencabut Perpres

e. Instruksi Presiden (Inpres)

1. Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa Bumi di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kota Mataram, dan wilayah terdampak di Provinsi Nusa Tenggara Barat; 2. Instruksi Presiden RI Nomor 10 Tahun 2018 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa Bumi dan Tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah dan wilayah terdampak lainnya;3 Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 2020 tentang Percepatan Penyelesaian Perbaikan dan Pembangunan Kembali Rumah Masyarakat pada Wilayah Terdampak Bencana Gempabumi di Provinsi Nusa Tenggara Barat;

33 34

Page 23: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

35 36

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN DALAM LINGKUP DEPUTI

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun 2020 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian disebutkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lernbaga yang terkait dengan isu di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang.

Sedangkan fungsinya adalah: koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang;pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang;koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perencanaan pengembangan kawasan strategis ekonomi;koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang penataan ruang dan pertanahan;koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang penguatan daya saing kawasan;

koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ketahanan kebencanaan dan pemanfaatan teknologi;koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan dan pemanfaatan pembangunan;pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang; danpelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Kooordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang dihadapkan dengan berbagai dinamika permasalahan dan tantangan yang terus berkembang di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang. Terlebih lagi nomenklatur kedeputian ini mengalami perubahan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang bernama “Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah”.

Untuk itu, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang dituntut untuk terus melakukan peningkatan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian untuk mengharmonisasikan kebijakan pemerintah lintas Kementerian/Lembaga dengan fokus pada pengembangan wilayah dan tata ruang.

a.

b.

c.

d.

e.

h.

f.

g.

Page 24: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

BAB 4Target Kinerja &

Kerangka Pendanaan

Page 25: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

4.1 TARGET KINERJA DEPUTI

37 38

Dalam konteks organisasi, kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang ditunjukkan dengan meningkatnya pengelolaan program kerja sektor/lintas sektor di bidang pengembangan wilayah dan tata ruang secara optimal. Meningkatnya pengelolaan program kerja tersebut merupakan indikasi dari berfungsinya rekomendasi yang disampaikan oleh kedeputian di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada Kementerian/Lembaga, sehingga memacu aktivitas Kementerian/Lembaga tersebut, untuk mendorong peningkatan produktivitas di sektor/lintas sektor.

Rekomendasi yang ditetapkan kedeputian merupakan identifikasi dan analisis kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi koordinasi dan sinkronisasi, baik dari segi jumlah maupun jenis keluarannya. Secara keseluruhan kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang akan terlihat pada pencapaian atas indikator kinerja baik untuk sasaran program maupun untuk sasaran kegiatan.

Indikator Kinerja Program pada Sasaran Program Terwujudnya Pengembangan Wilayah yang Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Integrasi Konektivitas dan Daya Saing yaitu:

Persentase Percepatan Pelaksanaan Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih Pemanfaatan Lahan Melalui Percepatan Kebijakan Satu Peta (IKU 1)Jumlah Kawasan Ekonomi Khusus yang Berdaya Saing (IKU 2).

Persentase Penyelesaian Proyek Strategis Nasional dan Proyek Infrastruktur Prioritas Sesuai Major Project RPJMN (IKU 3).Persentase Implementasi Strategi Ketahanan Kebencanaan Dalam Pengembangan Wilayah untuk Mendukung Penurunan Persentase Potensi Kehilangan PDB Akibat Bencana dan Percepatan Pemulihan Ekonomi Pascabencana (IKU 4).

Indikator Kinerja Program pada Sasaran Program Terwujudnya Kebijakan Pengembangan Wilayah & Tata Ruang Yang Berkualitas yaitu:

Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang yang diterima Menko Perekonomian (IKU 5).

Indikator Kinerja Program pada Sasaran Ketiga Terwujudnya Tata Kelola Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, yaitu:

Persentase Aparatur Sipil Negara Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang dengan Nilai Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara berkategori tinggi (IKU 6).Nilai SAKIP Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (IKU 7).Persentase Pemenuhan Nilai Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (IKU 8).Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (IKU 9).

Adapun target kinerjanya dalam periode 2020-2024 adalah sebagaimana Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Indikator Kinerja ProgramDeputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

1.

2.

3.

4.

1.

1.

2.

3.

4.

5. Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang yang diterima Menko Perekonomian

100 100 100 100 100

6. Persentase Aparatur Sipil Negara Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang dengan Nilai Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara berkategori tinggi

75 77 79 80 81

7. Nilai SAKIP Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang

82,84 83,00 83,10 83,15 83,20

8. Persentase Pemenuhan Nilai Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang

83 83,50 83,70 83,80 84

9. Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang

95 95,10 95,20 95,30 95,40

No. Indikator Kinerja Program 2020 2021 2022 2023 2024

1. Persentase Percepatan Pelaksanaan Sinkronisasi Penyelesaian Tumpang Tindih Pemanfaatan Lahan Melalui Percepatan Kebijakan Satu Peta

80 (Terhadap

pelaksanaan sinkronisasi

di 14 Provinsi)

80 (Terhadap

pelaksanaan sinkronisasi di wilayah

provinsi prioritas

yang ditetapkan

dari 34 Provinsi)

85 (Terhadap

pelaksanaan sinkronisasi di wilayah

provinsi prioritas

yang ditetapkan

dari 34 Provinsi)

85 (Terhadap

pelaksanaan sinkronisasi

wilayah privinsi

prioritas yang

ditetapkan dari 34

Provinsi)

90 (Terhadap

pelaksanaan sinkronisasi

di 34 Provinsi)

2. Jumlah Kawasan Ekonomi Khusus yang Berdaya Saing

1 (KEK dengan

rasio pertumbuhan investasi >1)

2 (KEK dengan

rasio pertumbuhan investasi >1)

4 (KEK dengan

rasio pertumbuhan investasi >1)

5 (KEK dengan

rasio pertumbuhan investasi >1)

5 (KEK dengan

rasio pertumbuhan investasi >1)

3. Persentase Penyelesaian Proyek Strategis Nasional dan Proyek Infrastruktur Prioritas Sesuai Major Project RPJMN

83 (5 proyek

dari 6 proyek)

86 (6 proyek

dari 7 proyek)

80 (4 proyek

dari 5 proyek)

80 (4 proyek

dari 5 proyek)

90 (18 proyek dari 20 proyek)

4. Persentase Implementasi Strategi Ketahanan Kebencanaan dalam Pengembangan Wilayah untuk Mendukung Penurunan Persentase Potensi Kehilangan PDB Akibat Bencana dan Percepatan Pemulihan Ekonomi

75 (dari 2

kawasan strategis ekonomi rawan

bencana dan 2

kawasan pasca

bencana)

80 (dari 2

kawasan strategis ekonomi

rawan bencana

dan 2 kawasan

pasca bencana)

80 (dari 3

kawasan strategis ekonomi

rawan bencana

dan 2 kawasan

pasca bencana)

85 (dari 4

kawasan strategis ekonomi

rawan bencana

dan 2 kawasan

pasca bencana)

90 (dari 4

kawasan strategis ekonomi rawan

bencana dan 2

kawasan pasca

bencana)

5.

Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang yang diterima Menko Perekonomian

100 100 100 100 100

Page 26: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

4.2 KERANGKA PENDANAAN

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

39 40

Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja berorientasi pada keluaran dan hasil, dengan mempertimbangkan sistem pembiayaan secara proporsional yang diilustrasikan dalam kerangka pengeluaran jangka menengah. Pengalokasian tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan fungsi, outcome, output, hingga komponen. Perhitungan prediksi dilakukan berdasarkan asumsi kegiatan rutinitas/tetap selama waktu 4 tahun ke depan (baseline budget) dengan memperhitungkan asumsi inflasi serta dengan menggunakan tahun anggaran berjalan sebagai indeksnya.

Kebijakan kerangka pengeluaran jangka menengah dimaksud merupakan antisipasi kebutuhan pembiayaan anggaran tahunan yang bersifat indikatif. Adapun kerangka pengeluaran jangka menengah Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang 2020 - 2024 adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Renstra ini.

Page 27: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

BAB 5Penutup

Page 28: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

41 42

RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)RENSTRA Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang (2020-2024)

5.1 PENUTUP

Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan yang menjadi panduan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi kedeputian untuk periode 5 (lima) tahun. Dokumen ini disusun selaras dengan RPJMN Tahun 2020-2024, dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang.

Dokumen ini telah memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, sasaran program dan kegiatan serta target kinerja yang diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, beserta arah kebijakan dan strategi yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Sasaran program dan sasaran kegiatan tahun 2020-2024 tersebut disusun dengan memperhatikan kondisi kelembagaan dan sumber daya yang dimiliki setiap unit organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, dengan harapan dapat mendukung upaya pencapaian rencana yang telah ditetapkan secara optimal.

Pelaksanaan Renstra periode 2020-2024 membutuhkan kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan sumber pendanaannya serta komitmen semua pimpinan dan staf Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang. Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2020-2024, akan dilakukan evaluasi secara periodik setiap akhir tahun anggaran.

Dengan tersusunnya Renstra Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Tahun 2020-2024, diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi pada setiap unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, sehingga dapat meningkatkan peran kedeputian dalam upaya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan bidang pengembangan wilayah dan tata ruang.

Page 29: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

LAMPIRAN

Page 30: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …

Matriks Kinerja dan PendanaanDeputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang

Kode Kegiatan/

Output Kegiatan

Sasaran Kegiatan/Output

Indikator Kinerja Kegiatan/Indikator Output Kegiatan

Target

Satuan

Kerangka Pendanaan (dalam ribu rupiah) Unit Pelaksana

2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN TATA RUANG

4547 Koordinasi Kebijakan Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi 6.200 6.479 6.770 7.075 7.394

ASISTEN DEPUTI PERENCANAAN PENGEMBANG-AN KAWASAN STRATEGIS EKONOMI

Sasaran Kegiatan: 1. Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Bidang Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi yang Berkualitas 2. Terwujudnya Layanan Kegiatan Deputi serta Administrasi Program dan Tata Kelola yang Optimal Indikator Kinerja Kegiatan: Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi yang diterima Deputi

100 100 100 100 100 % - - - - -

Indeks Kepuasan Layanan Kegiatan Deputi serta Administrasi Program dan Tata Kelola

3 dari

4

3 dari

4

3 dari

4

3 dari

4

3 dari 4 Indeks - - - - -

4547.001 Output: Rekomendasi Kebijakan Bidang Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi

3 3 3 3 3 Paket

Rekomendasi Kebijakan

- - - - -

Indikator Output Kegiatan

Jumlah Rekomendasi Kebijakan Bidang Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Wilayah Barat Indonesia

1 1 1 1 1 Paket

Rekomendasi Kebijakan

- - - - -

Jumlah Rekomendasi Kebijakan Bidang Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Wilayah Timur Indonesia

1 1 1 1 1 Paket

Rekomendasi Kebijakan

- - - - -

Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Tanjung Pinang

1 1 1 1 1 Paket

Rekomendasi Kebijakan

- - - - -

Page 31: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …
Page 32: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …
Page 33: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …
Page 34: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …
Page 35: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …
Page 36: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …
Page 37: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …
Page 38: DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN …