daftar isikinerja.ekon.go.id/perencanaan/download/deputi-bidang... · 2021. 1. 12. · seperti...

67

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    Daftar Isi

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Kondisi Umum 1

    1.1.1 Hasil Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    Periode Tahun 2015-2019 4

    1.2 Potensi dan Permasalahan (COVID-19 dan PEN) 7

    1.2.1 Potensi 9

    1.2.2 Permasalahan 11

    BAB II VISI DAN MISI DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJA SAMA EKONOMI

    INTERNASIONAL 13

    2.1 Visi 13

    2.2 Misi 14

    2.3 Tujuan 15

    2.4 Sasaran Program 15

    BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN

    KERANGKA KELEMBAGAAN 17

    3.1 Strategi Nasional dan Kementerian yang Diamanatkan dan Menjadi Tanggung

    Jawab Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional 17

    3.1.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    dalam Mendukung 7 (Tujuh) Agenda Pembangunan RPJMN 2020-2024 20

    3.1.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    dalam Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis 24

    3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional 26

    3.2.1 Terwujudnya Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam Rangka

    Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 28

    3.2.2 Terwujudnya Kebijakan Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    yang Berkualitas 29

    3.2.3 Terwujudnya Tata Kelola Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional yang Baik 30

  • ii

    3.3 Kerangka Regulasi dalam Lingkup Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama

    Ekonomi Internasional 31

    3.4 Kerangka Kelembagaan 34

    BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 37

    4.1 Target Kinerja 37

    4.2 Kerangka Pendanaan 40

    BAB V PENUTUP 43

    Lampiran ___________________________________________________________44

  • iii

    Daftar Tabel

    Tabel 3.1 Misi Nawacita dan Arahan Presiden 17

    Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan Sumber Daya Manusia di Lingkungan Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional 36

    Tabel 4.1 Sasaran Program, Indikator Kinerja, dan Target Deputi Bidang Koordinasi

    Kerja Sama Ekonomi Internasional Tahun 2020-2024 38

    Tabel 4.2 Indikasi Kebutuhan Pendanaan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama

    Ekonomi Internasional Tahun 2020-2024 42

  • iv

    Daftar Gambar

    Gambar 2.1 Gambar Peta Strategi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional 16

  • v

    Daftar Bagan

    Bagan 3.1 Susunan Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional 36

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional Tahun 2020-2024 merupakan turunan dari Renstra Kementerian

    Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2020-2024. Dalam Renstra Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Tahun 2020-2024, kebijakan dan strategi

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional akan diarahkan

    sepenuhnya untuk mendukung Renstra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    maupun Agenda Pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2020-2024.

    Pada bab ini disajikan gambaran mengenai kondisi perekonomian global terkini dan

    capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional periode

    2015-2019. Selain itu, disajikan juga terkait potensi dan permasalahan yang dialami

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional.

    1.1 Kondisi Umum

    Pergeseran perekonomian global yang berlanjut pada 2019 memberikan

    tantangan kepada pertumbuhan ekonomi dunia. Kebijakan perdagangan yang

    berorientasi domestik dan risiko geopolitik yang naik di beberapa negara

    memicu ketidakpastian pasar keuangan dunia dan menekan pertumbuhan

    ekonomi global 2019. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir Indonesia mendapati

    dirinya berada di tengah berbagai gejolak global, ketidakpastian politik

    menjelang pemilihan umum dan bencana alam.

    Kondisi perekonomian dan situasi dalam negeri yang tidak pasti

    tersebut, berdampak kurang menguntungkan terhadap perekonomian Indonesia.

    Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya pertumbuhan GDP riil dari 5.17% di

    tahun 2018 menjadi 5.02% di tahun 2019 1 . Secara umum, pertumbuhan

    ekonomi Indonesia tahun 2019 tetap berdaya tahan meskipun lebih rendah

    dibandingkan dengan kinerja 2018. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih

    baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang

    lainnya di Asia, kecuali pertumbuhan ekonomi Tiongkok (2019 sebesar 6,1%

    1 Statistik Indonesia 2020, Badan Pusat Statistik, Hlm. 657

  • 2

    dan 2018 sebesar 6,8%), India (2019 sebesar 4.2% dan 2018 sebesar 6,1%),

    dan Filipina (2019 sebesar 5,9% dan 2018 sebesar 6,2%)2.

    Di tengah penurunan ekonomi Indonesia, konsumsi swasta khususnya

    konsumsi rumah tangga tetap tumbuh baik. Konsumsi swasta 2019 tumbuh

    5,04%, sedikit menurun dibandingkan dengan kinerja 2018 sebesar 5,05%3.

    Demikian pula dengan realisasi investasi khususnya investasi asing yang

    mencapai target dan meningkat 12,2% di tahun 20194. Namun, pertumbuhan

    ekonomi Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan tidak akan mencapai target

    yang ditetapkan seiring dengan besarnya tantangan yang dihadapi. Investasi

    dan konsumsi rumah tangga diharapkan menjadi pendorong utama

    pertumbuhan. Kinerja investasi diperkirakan meningkat dengan akan

    disahkannya Rancangan Undang-undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.

    Konsumsi rumah tangga didorong oleh tingkat inflasi yang rendah, penerbitan

    kartu pra kerja, dan peningkatan alokasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

    Sementara ekspor diperkirakan dapat meningkat sejalan dengan

    terimplementasinya beberapa Free Trade Agreement (PTA/FTA/CEPA)

    sepanjang periode tahun 2020-2021.

    Kondisi pandemi COVID-19 yang mulai merebak di awal triwulan kedua

    tahun ini memberikan dampak besar terhadap ekonomi Indonesia. Hingga

    semester I 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar

    1,26 persen5. Perlambatan pertumbuhan semester I 2020 terjadi pada semua

    komponen PDB, baik dari sisi pengeluaran maupun sektoral atau lapangan

    usaha serta wilayah. Dari sisi PDB pengeluaran, hingga semester I 2020,

    konsumsi masyarakat (konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang

    Melayani Rumah Tangga (LNPRT) terkontraksi sebesar 1,38 persen dan 6,44

    persen6, seiring dengan penurunan pendapatan masyarakat dan penundaan

    pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2020. Konsumsi

    pemerintah terkontraksi sebesar 2,39 persen didorong oleh penurunan belanja

    barang dan jasa pemerintah. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi

    2 World Bank 3 Statistik Indonesia 2020, Badan Pusat Statistik, Hlm. 657 4 Laporan Perkembangan ekonomi Indonesia dan dunia Triwulan IV 2019, Bappenas 5 Berita Resmi Statistik No 64/08/Th. XXIII, 5 Agustus 2020, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2020,

    Badan Pusat Satatistik, Jakarta 6 Ibid

  • 3

    terkontraksi sebesar 3,47 persen sejalan dengan pelemahan investasi baik

    swasta maupun pemerintah. Ekspor barang dan jasa merupakan komponen

    yang terkena dampak negatif terbesar, dengan kontraksi sebesar 5,68 persen.

    Komponen ekspor jasa terkontraksi cukup dalam akibat penurunan jumlah

    wisatawan mancanegara secara signifikan sementara kontraksi ekspor barang

    diakibatkan oleh turunnya aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Impor

    barang dan jasa terkontraksi sebesar 9,62 persen dengan semua subkomponen

    juga mengalami kontraksi.

    Dari sisi lapangan usaha, sebagian besar sektor lapangan usaha

    terkena dampak negatif akibat terhentinya sebagian aktivitas ekonomi, terutama

    pada bulan April dan Mei 2020. Sektor pertanian, informasi dan komunikasi,

    pengadaan air, jasa kesehatan, jasa keuangan, dan real estate mampu

    bertahan dan tumbuh positif. Sementara itu, sektor yang terkena dampak negatif

    terbesar adalah transportasi, akomodasi, perdagangan, dan makanan serta

    minuman. Meskipun pada semester I 2020, pertumbuhan ekonomi mengalami

    kontraksi tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai terlihat terutama pada bulan

    Juni 2020. Selepas relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),

    aktivitas ekonomi mulai menggeliat ditandai dengan kembali meningkatnya

    mobilitas masyarakat, Purchasing Managers’ Index (PMI) di sektor manufaktur,

    dan kinerja baik ekspor maupun impor. Selain itu, percepatan realisasi belanja

    pemerintah dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan menjadi

    faktor kunci pendorong pemulihan ekonomi pada 2020.

    Dengan perkembangan tersebut, prospek pertumbuhan ekonomi tahun

    2020 yang pada awalnya ditargetkan mencapai 5,3 persen, direvisi ke bawah

    menjadi -1,7 s.d. -0,6 persen 7 dengan mempertimbangkan terjadinya

    perlambatan pada hampir semua komponen PDB. Sementara dari sisi PDB

    pengeluaran, konsumsi masyarakat diperkirakan tumbuh melambat sekitar 3,1

    persen 8 pada tahun 2020, lebih rendah dari sasaran sebesar 4,9 persen.

    Perlambatan tersebut salah satunya disebabkan oleh berkurangnya permintaan

    masyarakat terutama untuk wisata dan hiburan sebagai dampak dari

    7 Outlook APBN 2020, Kementerian Keuangan 8 OECD: Ekonomi bisa Minus 3,9 Persen jika ada gelombang kedua Corona,

    https://money.kompas.com/read/2020/06/11/150800226/oecd--ekonomi-ri-bisa-minus-3-9-persen-jika-ada-

    gelombang-kedua-corona?page=all

  • 4

    pembatasan sosial. Daya beli masyarakat juga turun disebabkan oleh hilangnya

    pendapatan sebagian masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan potensi

    kenaikan harga karena gangguan di sisi penawaran. Perluasan bantuan sosial

    yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat menahan laju perlambatan

    konsumsi masyarakat.

    Ekspor barang dan jasa yang pada awalnya ditargetkan tumbuh 3,7

    persen, diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 7,4 - 5,9 persen9 pada tahun

    2020. Kontraksi tersebut utamanya didorong oleh turunnya permintaan dunia

    akan barang ekspor Indonesia. Selain ekspor barang, ekspor jasa juga

    diperkirakan akan mengalami penurunan, terutama jasa transportasi dan jasa

    perjalanan. Hal ini terjadi sebagai dampak dari penutupan perbatasan Indonesia

    dan negara lainnya untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.

    Sementara itu, impor barang dan jasa diperkirakan juga mengalami kontraksi

    sebesar 9,1 - 7,4 persen10 dari sebelumnya diperkirakan tumbuh sebesar 3,2

    persen, akibat turunnya aktivitas ekonomi domestik.

    1.1.1. Hasil Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    periode Tahun 2015-2019

    Kerja sama ekonomi internasional diharapkan dapat menjadi katalisator

    dan berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

    nasional. Hal tersebut sejalan dengan prioritas politik luar negeri untuk tahun

    2020 dan arah 5 (lima) tahun ke depan, di mana diplomasi Indonesia akan

    dijalankan berdasarkan prioritas, antara lain penguatan diplomasi ekonomi,

    diplomasi perlindungan, diplomasi kedaulatan dan kebangsaan, peran

    Indonesia di kawasan dan global, serta penguatan infrastruktur diplomasi.

    Penguatan diplomasi ekonomi diharapkan dapat mendukung salah satu

    target nasional dalam mewujudkan kemandirian ekonomi dan peningkatan daya

    saing Indonesia di pasar internasional. Selain itu, peran aktif Indonesia

    diperlukan untuk terus menggelorakan semangat kerja sama ekonomi

    internasional dalam kerangka kerja sama bilateral, regional dan sub regional

    serta multilateral.

    9 Ibid 10 Ibid

  • 5

    Dalam kerangka kerja sama multilateral, Indonesia dapat mendorong

    organisasi-organisasi internasional senantiasa melakukan adaptasi agar tetap

    relevan terhadap perkembangan dan dinamika perekonomian global dengan

    isu-isu utama seperti pemerataan ekonomi, pencegahan global financial crisis,

    mitigasi dampak perang dagang, ekonomi digital hingga pencapaian

    Sustainable Development Goals (SDGs).

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional juga terus

    memainkan peran penting di tingkat global, seperti G20 yang merupakan salah

    satu forum utama untuk kerja sama ekonomi internasional. Sesuai dengan

    Keputusan Presiden No. 7/P Tahun 2015 tentang Penunjukkan Sherpa G20

    Indonesia, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional selaku

    Sherpa G20 Indonesia berperan penting dalam menkoordinasikan berbagai isu

    non keuangan yang dibicarakan dalam forum G20. Salah satu upaya Indonesia

    melalui forum ini adalah mendorong agar negara-negara utama dunia bekerja

    sama dalam memperbaiki fungsi WTO sebagai lembaga multilateral satu-

    satunya yang mengatur sistem perdagangan global. Melalui konsep reformasi

    WTO, Indonesia mengajak negara-negara lain untuk melakukan restorasi

    kepercayaan global terhadap sistem multilateralisme yang cenderung menurun

    dewasa ini. Kepercayaan yang meningkat terhadap mekanisme perdagangan

    global ini diharapkan dapat meredam aksi unilateral dari beberapa negara kunci

    dunia dan pada gilirannya, dapat menawarkan kepastian dan stabilitas

    geopolitik dan geoekonomi yang akan berdampak pada emerging markets

    seperti Indonesia.

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional,

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga ikut berperan aktif dalam

    meningkatkan kerja sama ekonomi internasional melalui kerangka bilateral,

    regional dan sub regional serta multilateral. Capaian kinerja sampai dengan

    tahun 2019 dalam kerangka kerja sama bilateral/regional, Pemerintah telah

    menyelesaikan 20 (dua puluh) perundingan (FTA, CEPA, PTA, dan

    kesepakatan lainnya). 12 (dua belas) perundingan sedang berlangsung dan

    terdapat 14 (empat belas) perundingan yang berpotensi untuk dieksplorasi.

    Perundingan perdagangan bebas ini sangat penting dalam upaya peningkatan

  • 6

    ekspor Indonesia. Hal ini juga terkait dengan upaya Pemerintah dalam

    menyasar pasar non tradisional yang memiliki potensi besar di kawasan Timur

    Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan. Sementara di sektor investasi,

    pemerintah juga mendorong pebisnis Indonesia untuk melebarkan sayapnya ke

    mancanegara. Beberapa BUMN sudah mulai mengerjakan proyek infrastruktur

    di beberapa negara Afrika seperti perumahan, jembatan, properti, hingga

    smelter. Ekspansi BUMN tersebut juga diikuti dengan pengiriman tenaga kerja

    Indonesia untuk terlibat dalam pembangunan proyek. Pada tanggal 20 s.d. 21

    Agustus 2019, telah dilaksanakan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue

    (IAID) yang menghasilkan kesepakatan investasi/business deal senilai USD

    822 juta.

    Di bidang perdagangan internasional, Deputi Bidang Koordinasi Kerja

    Sama Internasional juga berperan aktif dalam penyelesaian negosiasi atau

    perundingan dengan negara mitra dalam bentuk Preferential Trade Agreement

    (PTA), Free Trade Agreement (FTA) dan Comprehensive Economic Partnership

    Agreement (CEPA) dengan European Free Trade Area (EFTA), Chile, Korea

    Selatan, Jepang, Pakistan, India, Uni Eropa, Turki, Iran, Maroko, Mauritius,

    Mozambique, Tunisia, Eurasian Economic Union (EAEU), Bangladesh, Fiji, dan

    Papua Nugini secara bilateral dan memaksimalkan pemanfaatan kerja sama

    ASEAN dan penyelesaian negosiasi Regional Comprehensive Economic

    Partnership (RCEP) secara regional. Selain itu, dalam peningkatan kerja sama

    multilateral juga berfokus pada penyelesaian sengketa di World Trade

    Organization (WTO). Ekspor ke Negara/kawasan yang telah memiliki FTA

    dengan Indonesia telah mencakup 65% dari total ekspor Indonesia ke dunia. Di

    samping diplomasi perdagangan, Indonesia terus berupaya untuk

    memaksimalkan kerja sama ekonomi lainnya dengan mitra-mitra tradisional dan

    mengeksplorasi peluang-peluang dari untaped market.

    Di bidang investasi, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional melalui beberapa forum bilateral, regional dan sub regional serta

    multilateral tengah fokus pada peningkatan kerja sama ekonomi untuk

    meningkatkan aliran investasi asing langsung ke Indonesia melalui skema

    Foreign Direct Investment (FDI). Data dari BKPM tahun 2019 mencatat bahwa

  • 7

    total FDI di Indonesia adalah sebesar 28,2 miliar USD dimana 29 persen FDI

    yang masuk ke Indonesia berasal dari ASEAN dimana Singapura, Malaysia dan

    Thailand merupakan investor utama di Indonesia. Lebih jauh, 37 persen FDI

    yang masuk ke Indonesia pada tahun 2019 berasal dari mitra FTA ASEAN +1

    yakni China, Jepang, Korea Selatan yang merupakan investor utama di

    Indonesia. Untuk periode 2015 s.d. 2019, nilai FDI dari ASEAN +1 yang masuk

    ke Indonesia naik 112 persen dari USD 4,9 miliar menjadi USD 10,5 miliar pada

    tahun 2019.

    Adapun 5 (lima) besar negara asal PMA periode 2019 yang merupakan

    mitra kerja sama Indonesia antara lain Singapura (US$ 6,5 miliar, 23,1%);

    R.R.Tiongkok (US$ 4,7 miliar, 16,8%); Jepang (US$ 4,3miliar, 15,3%); Hong

    Kong, RRT (US$ 2,9 miliar, 10,2%) dan Belanda (US$ 2,6 miliar,9,2%)11. Di

    bidang pariwisata, Deputi Bidang Kerja Sama Internasional melalui beberapa

    forum bilateral, regional dan sub regional serta multilateral tengah fokus pada

    peningkatan kerja sama ekonomi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

    wisatawan mancanegara ke Indonesia. Data dari Kementerian Pariwisata tahun

    2019 mencatat bahwa total wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia

    adalah sejumlah 16.106.954 wisatawan dimana 38 persennya merupakan

    wisatawan dari ASEAN dengan kontribusi terbesar dari Malaysia, Singapura,

    Filipina, dan Thailand. Adapun negara di luar ASEAN yang termasuk dalam 10

    negara utama asal wisatawan mancanegara Indonesia, antara lain China,

    Australia, India, Jepang dan Korea Selatan.

    1.2. Potensi dan Permasalahan (COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional)

    Sejak awal hingga triwulan III Tahun 2020, hampir seluruh negara di dunia

    termasuk Indonesia terkena dampak penyebaran pandemi COVID-19. Pandemi

    COVID-19 telah mengakibatkan disrupsi pada kehidupan sosial sehingga

    menyebabkan terhentinya aktivitas ekonomi di seluruh negara dan berakibat

    terjadinya resesi di dunia. Dampak yang dirasakan Indonesia juga cukup besar

    dengan terputusnya mata rantai pasok barang dan jasa, terganggunya mobilitas

    masyarakat, dan terhentinya kegiatan ekonomi khususnya pada sektor industri

    dan pariwisata yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran dan

    11 Realisasi Penanaman Modal PMDN-PMATriwulan IV dan Januari-Desember Tahun 2019, BKPM

  • 8

    kemiskinan serta pada akhirnya menimbulkan kontraksi pada pertumbuhan

    ekonomi nasional. Keadaan ini tentu harus dikendalikan, maka pemerintah

    menetapkan orientasi baru dalam perencanaan pembangunan khususnya untuk

    kerja sama ekonomi internasional dalam mendorong peningkatan ekspor

    sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    Perencanaan pembangunan ke depan akan ditekankan pada pemulihan

    kehidupan sosial dan roda perekonomian untuk dapat kembali berjalan lancar

    termasuk kerja sama ekonomi internasional. Dokumen Renstra Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional menjabarkan rencana kerja

    secara lebih rinci untuk peningkatkan kerja sama ekonomi internasional dengan

    tetap menjaga kesinambungan hierarki sasaran dan ketepatan indikator di

    setiap tingkatan kinerja untuk memastikan tercapainya sasaran dan target

    pembangunan serta pertumbuhan ekonomi.

    Dalam Visi 2045, Indonesia ditargetkan keluar dari jebakan negara

    berpendapatan menengah (Middle Income Trap), sehingga pada tahun 2045

    dapat sejajar dengan negara maju lainnya. Untuk mewujudkan visi tersebut,

    lima tahun ke depan merupakan periode yang krusial mengingat RPJMN

    menjadi titik awal pencapaian misi tersebut. Dalam RPJMN dan Renstra

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2020-2024, ekonomi Indonesia

    diharapkan dapat tumbuh rata-rata sebesar 5,7 – 6,0 persen per tahun. Namun

    demikian, pada tahun 2020, ekonomi Indonesia dihadapkan pada kondisi

    pandemi COVID-19 yang memberikan dampak besar terhadap pencapaian

    sasaran pertumbuhan ekonomi. Sasaran ini terkoreksi tajam pada 2020 dan

    akan berpengaruh pada tahun-tahun mendatang.

    Dihadapkan pada permasalahan tersebut, agenda pemulihan ekonomi

    nasional pasca pandemi COVID-19 menjadi bagian penting dalam kerangka

    kebijakan ekonomi makro nasional. Berbagai langkah kebijakan yang telah

    diambil pemerintah diharapkan dapat menghentikan penyebaran pandemi

    COVID-19 dan memberikan landasan terhadap turunnya kondisi ekonomi

    Indonesia pada tahun tersebut. Namun demikian, mengingat besarnya dampak

    yang dihasilkan dan ketidakpastian penyelesaian pandemi COVID-19, langkah-

    langkah pemulihan yang cepat diperlukan untuk mengejar gap sasaran RPJMN

  • 9

    dan mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.

    Salah satu upaya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional

    adalah dengan meningkatkan dan mengembangkan kerja sama ekonomi

    internasional secara lebih luas dengan kebijakan yang berkualitas, baik dalam

    bentuk kesepakatan baik bilateral, regional dan sub regional, maupun

    multilateral. Selain itu, kesepakatan dalam kerja sama ekonomi internasional

    yang sudah tercapai perlu ditindaklanjuti melalui implementasi hasil-hasil

    kesepakatan agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Kerja

    sama ekonomi internasional menjadi sebuah peluang dan tantangan bagi

    Indonesia untuk memperluas jaringan global dan mengambil manfaat ekonomi

    yang seluas-luasnya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

    Upaya-upaya diplomasi Indonesia diarahkan pada usaha memanfaatkan

    peluang dan mengatasi tantangan yang timbul dari arus globalisasi untuk

    kepentingan pembangunan nasional, yang dapat dilakukan dengan

    pengembangan perluasan akses pasar, pengupayaan peningkatan arus

    investasi asing dan juga pengembangan kerja sama teknik ekonomi.

    1.2.1 Potensi

    Potensi Indonesia tidak lepas dari fakta bahwa Indonesia adalah negara

    besar dan memiliki peluang ekonomi yang menjanjikan untuk memajukan

    perekonomian nasional. Untuk potensi pengembangan sektor jasa, Indonesia

    menempati posisi ke-4 dalam predikat negara berpenduduk terbanyak dengan

    jumlah penduduk 270,625,568 (2019) 12 dan diperkirakan Indonesia akan

    mengalami bonus demografi selama rentang waktu 2020- 2035, yang mencapai

    puncaknya pada 2030. BPS mencatat pada tahun 2018, jumlah angkatan kerja

    di Indonesia adalah sebesar 131 juta, sehingga dengan potensi penduduk yang

    besar dan daya beli kelompok kelas menengah yang terus meningkat

    memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan

    demikian, sudah selayaknya Indonesia mampu menjadi pemenang di pasar

    ASEAN dan semakin diperhitungkan perannya di pasar global.

    Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan garis pantai

    terpanjang yaitu 80.791 kilometer dan dengan kekayaan laut yang melimpah

    dan beraneka ragam menempatkan Indonesia sebagai negara asal produk

    12 Badan Pusat Statistik

  • 10

    perikanan terbesar kedua di dunia dan memainkan peran penting dalam

    menyediakan ketahanan pangan, sekaligus memiliki potensi yang besar untuk

    pengembangan sektor pariwisata alam dan budaya bahari Indonesia.

    Potensi yang besar ini bisa menjadi sumber pertumbuhan pada era yang

    akan datang dengan didukung perangkat ekonomi nasional seperti kebijakan

    investasi, kebijakan fiskal, moneter, dan perbankan yang diarahkan pada

    pengembangan sektor-sektor tersebut.

    Salah satu unsur dalam upaya membantu meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi nasional adalah dengan memperkuat hubungan kerja sama ekonomi

    internasional, baik secara bilateral dengan negara-negara mitra maupun melalui

    lembaga-lembaga internasional seperti APEC, ASEAN, BIMP-EAGA, IMT-GT,

    WTO, G20, D8, UNFCCC, OECD, COMCEC, dan UNESCAP. Di samping itu,

    dengan semakin berkembangnya proliferasi Comprehensive Economic

    Partnership Agreement (CEPA) dengan berbagai negara seperti Korea Selatan,

    Chile, Australia, dan blok ekonomi seperti UE dan EFTA, diharapkan Indonesia

    dapat memanfaatkan peluang-peluang dalam kerja sama tersebut untuk

    mendukung pembangunan ekonomi melalui perdagangan dan investasi

    nasional.

    Penguatan dan peningkatan kerja sama ekonomi dengan negara-negara

    mitra yang telah ada dapat diperluas dengan mengembangkan kemitraan

    dengan negara-negara mitra baru seperti Myanmar, Vietnam, Kazakhstan, UEA,

    Saudi Arabia, Aljazair, Nigeria, Papua Nugini, Fiji, dan negara-negara Amerika

    Latin. Di samping itu, isu structural reform di forum APEC semakin diperkuat

    melalui upaya-upaya perbaikan regulasi dan reformasi birokrasi yang

    mendukung kinerja ekonomi. Sementara itu, Kerja Sama Ekonomi Sub Regional

    (KESR) yang meliputi BIMP-EAGA dan IMT-GT dapat menjadi building block

    yang bermanfaat dalam mendukung implementasi AEC 2025 utamanya bagi

    kepentingan nasional. Untuk mendukung pengurangan laju perubahan iklim dan

    degradasi lingkungan, Indonesia juga akan terus memperkuat kerja sama

    dengan Jepang melalui skema kerja sama bilateral pembangunan rendah

    karbon.

  • 11

    Dalam upaya mewujudkan program-program kerja sama ekonomi,

    perdagangan dan investasi tersebut, Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian berperan sebagai focal point untuk dapat mengkoordinasikan

    berbagai kebijakan pemerintah dalam berbagai bentuk kerja sama baik yang

    bersifat bilateral, regional dan sub regional serta multilateral sehingga program

    kerja sama tersebut dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi

    nasional di masa yang akan datang.

    1.2.2 Permasalahan

    Risiko terbesar yang dihadapi dalam upaya pemulihan ekonomi pada

    tahun 2021 adalah ketidakpastian situasi ekonomi dan dampak pandemi

    COVID-19, baik di tingkat global maupun domestik. Proses pemulihan ekonomi

    global yang membutuhkan waktu berimplikasi pada melambatnya aktivitas

    ekonomi dunia. Sementara itu, dari sisi domestik, jika penyelesaian pandemi

    COVID-19 tidak selesai hingga masuk triwulan IV tahun 2020 atau bahkan

    tahun 2021, maka pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan akan turun

    lebih rendah dari 1,0 persen, bahkan dapat menuju negatif.

    Proses pemulihan ekonomi pada tahun 2021 akan menjadi lebih berat

    dan berpotensi membentuk pola huruf L (tidak pulih) pada skenario terburuk.

    Namun jika pandemi COVID-19 dapat ditangani pada tahun 2020, maka

    melalui upaya pemulihan yang tepat, pertumbuhan ekonomi tahun 2021

    berpotensi tumbuh signifikan. Proses pemulihan ekonomi global dan domestik

    yang lambat dapat berdampak pada kinerja keuangan negara terutama dari sisi

    penerimaan. Selain itu, penerimaan negara masih dihadapkan pada tantangan

    belum optimalnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA non migas.

    Selanjutnya, tantangan dari sisi belanja negara antara lain: 1) belum

    optimalnya outcome atau output yang dihasilkan atas belanja negara; 2)

    tingginya kebutuhan pendanaan program prioritas; dan 3) masih kurang

    efisiennya belanja operasional. Sementara itu, tantangan dari sisi pembiayaan

    yang dihadapi adalah masih terbatasnya sumber-sumber pembiayaan inovatif

    bagi pembangunan.

  • 12

    Dari berbagai potensi yang dimiliki Indonesia, tentunya masih terdapat

    beberapa kekurangan yang perlu menjadi perhatian. Di samping perlu untuk

    meningkatkan kualitas kebijakan dan kesepakatan perundingan yang dihasilkan

    serta implementasi hasil dari kerja sama ekonomi internasional, tantangan yang

    harus dihadapi juga terletak pada sinkronisasi program dan kebijakan

    pemerintah antara pusat dan daerah serta pola pikir masyarakat dan pelaku

    usaha yang belum melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta

    manfaat yang dapat diraih dalam keterbukaan pasar global dan juga integrasi

    ekonomi ASEAN. Penerapan kebijakan defensif dan proteksionis (melindungi

    pasar dan produsen domestik) yang tidak memperhatikan mekanisme dan

    trade defence measures yang tersedia (anti-dumping, safeguard, SPS, dan

    NTB) sesuai aturan WTO mengakibatkan kebijakan Indonesia menjadi objek

    sengketa dagang di WTO yang menyita energi dan anggaran pemerintah yang

    cukup besar dan dapat berujung penerapan retaliasi oleh negara penggugat.

    Merebaknya pandemi global COVID-19 di awal tahun 2020 juga menjadi

    tantangan tersendiri bagi perekonomian global yang juga berdampak bagi

    ekonomi nasional. Kebijakan pembatasan lalu lintas orang, barang dan jasa

    yang diterapkan oleh hampir seluruh negara mengakibatkan disrupsi pada

    keseluruhan alur rantai pasok perekonomian.

    Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang tepat dan berbagai kebijakan

    serta perbaikan regulasi yang mendukung program-program penguatan di

    bidang yang strategis. Sinergitas antar Kementerian dan Lembaga terkait,

    pelaku usaha, dan akademisi perlu dioptimalisasikan sehingga perumusan dan

    strategi yang dibuat sebagai modal untuk bersaing di pasar global dapat

    memperkuat posisi tawar Indonesia dalam berbagai perundingan internasional.

  • 13

    BAB II

    VISI DAN MISI DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJA SAMA EKONOMI

    INTERNASIONAL

    Perumusan Visi dan Misi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional tidak terlepas dari upaya mendukung Visi dan Misi Kementerian

    Koordinator Bidang Perekonomian yang mengacu pada Visi dan Misi Presiden dan

    Wakil Presiden serta 7 (Tujuh) Agenda Pembangunan sebagaimana tersebut dalam

    Lampiran I RPJMN 2020-2024. Sebagai tambahan, kondisi umum, permasalahan dan,

    tantangan yang akan dihadapi 5 (lima) tahun kedepan juga menjadi acuan dalam

    menyusun Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama

    Ekonomi Internasional yang selaras sebagaimana berikut:

    2.1 Visi

    “Mendorong Pertumbuhan Ekonomi melalui Peningkatan Kerja Sama

    Ekonomi Internasional dalam rangka Mendukung Visi Kementerian

    Koordinator Bidang Perekonomian”

    Visi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    mendukung Visi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yaitu

    “Mewujudkan Pembangunan Ekonomi yang Inklusif, Berkeadilan, dan

    Berkelanjutan Menuju Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan

    Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

    Pertumbuhan ekonomi nasional diupayakan dapat terwujud melalui

    peningkatan kerja sama ekonomi internasional yang dapat berdampak pada

    perekonomian nasional. Visi tersebut juga menjadi landasan bagi organisasi

    dalam menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan

    pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga

    yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional.

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional merupakan

    salah satu unit Eselon I pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

    sehingga visi tersebut tidak dapat terpisahkan dari nilai-nilai dasar kepribadian

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yaitu Profesional, Integritas, Kerja

  • 14

    Sama, Inovasi, dan Responsibility (PIKIR). Nilai-nilai dasar organisasi tersebut

    menjadi dasar bagi semua pegawai dalam mencapai Visi dalam lima tahun ke

    depan, khususnya bidang kerja sama ekonomi internasional.

    2.2 Misi

    Visi Presiden dan Wakil Presiden dapat diwujudkan dengan sembilan misi

    antara lain: 1) Peningkatan kualitas manusia Indonesia; 2) Struktur ekonomi yang

    produktif, mandiri, dan berdaya saing; 3) Pembangunan yang merata dan

    berkeadilan; 4) Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan; 5) Kemajuan

    budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa; 6) Penegakan sistem hukum

    yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya; 7) Perlindungan bagi segenap

    bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga; 8) Pengelolaan

    pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya; 9) Sinergi pemerintah daerah

    dalam kerangka Negara Kesatuan.

    Dalam rangka mendukung pencapaian Misi Presiden dan Wakil Presiden

    periode 2019-2024, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merumuskan

    misi “Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Produktif, dan Berkualitas;

    Mewujudkan Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan dan Pengurangan

    Kesenjangan; Mendukung Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan; dan

    Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian Perekonomian”.

    Bedasarkan Misi Presiden, Wakil Presiden dan Kementerian Koordinator

    Bidang Perekonomian tersebut, serta sesuai dengan peran Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, dirumuskan misi sebagai berikut:

    1. Meningkatkan Implementasi Hasil Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi

    Internasional secara Berkelanjutan; dan

    2. Meningkatkan Peran Aktif Indonesia dalam Forum Ekonomi Internasional.

    Misi tersebut menjadi landasan utama dalam menyelenggarakan koordinasi

    dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

    Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi

    internasional; pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang

    terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional; pemantauan,

    analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan

  • 15

    pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator. Oleh karena itu,

    dibutuhkan kerja sama lintas Kementerian/Lembaga serta pelaku usaha dan

    akademisi agar Misi tersebut dapat dicapai dengan optimal.

    2.3 Tujuan

    Berdasarkan Visi dan Misi tersebut di atas, dirumuskan tujuan Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah:

    “Terwujudnya Peningkatan Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam

    rangka Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan

    Berkelanjutan”

    Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila pelaksanaan kebijakan dan

    program yang melibatkan sektor/lintas sektor di bidang kerja sama ekonomi

    internasional mempunyai komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kinerjanya

    dengan optimal. Dengan mengupayakan optimalisasi kinerja sektor/bidang

    dimaksud, maka Visi dan Misi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional yang telah ditetapkan dapat diwujudkan terlebih dapat mendukung

    tercapainya Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

    2.4 Sasaran Program

    Sasaran program Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional merupakan kondisi yang ingin dicapai secara nyata oleh Deputi

    Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dan mencerminkan

    pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari menyelenggarakan

    koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

    Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi

    internasional; pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang

    terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional; pemantauan,

    analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan

    pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional menjabarkan

    tujuan “Terwujudnya Peningkatan Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam

    rangka Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan” ke

  • 16

    dalam beberapa sasaran, sebagai berikut:

    1. Terwujudnya kesepakatan kerja sama ekonomi internasional dalam rangka

    mendorong pertumbuhan ekonomi nasional;

    2. Terwujudnya kebijakan bidang koordinasi kerja sama ekonomi internasional

    yang berkualitas; dan

    3. Terwujudnya tata kelola Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional yang baik.

    Keterkaitan antara Sasaran Program, Visi, Misi, dan Tujuan Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional digambarkan dalam rumusan peta

    strategi di bawah. Peta strategi tersebut merupakan gambaran dari kerangka

    berpikir yang menunjukkan sasaran program dan indikator kinerja Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam mendukung sasaran

    strategis dan indikator kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    yang berujung sebagai dukungan pencapaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil

    Presiden dalam RPJMN 2020-2024.

    2.1 Gambar Peta Strategi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

  • 17

    BAB III

    ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA

    KELEMBAGAAN

    3.1 Strategi Nasional dan Kementerian yang Diamanatkan dan Menjadi

    Tanggung Jawab Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional

    Rencana Pembangunan Jangka Menengkah Nasional (RPJMN) 2020-2024

    yang merupakan tahap akhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    Nasional (RPJPN) 2005-2025, memiliki sasaran untuk mewujudkan masyarakat

    Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan

    pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan pembangunan struktur

    perekonomian yang kokoh dan berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai

    wilayah, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

    Atas dasar pertimbangan masalah, tantangan pembangunan yang dihadapi,

    dan capaian pembangunan, serta dalam upaya mewujudkan masyarakat

    Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur, maka Visi Presiden untuk tahun

    2020-2024 adalah:

    “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan

    Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

    Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam

    pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045. Kelima

    arahan tersebut mencakup Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pembangunan

    Infrastruktur, Penyederhanaan Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan

    Transformasi Ekonomi.

    Tabel 3.1 Misi Nawacita dan Arahan Presiden

    Misi Nawacita Presiden Arahan Presiden

    1. Peningkatan Kualitas Manusia

    Indonesia

    2. Struktur Ekonomi yang Produktif,

    Mandiri, dan Berdaya Saing

    Pembangunan Sumber

    Daya Manusia

  • 18

    Misi Nawacita Presiden Arahan Presiden

    3. Pembangunan yang Merata dan

    Berkeadilan

    4. Mencapai Lingkungan Hidup yang

    Berkelanjutan

    5. Kemajuan Budaya yang

    Mencerminkan Kepribadian Bangsa

    6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas

    Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya

    7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa

    dan Memberikan Rasa Aman pada

    Seluruh Warga

    8. Pengelolaan Pemerintahan yang

    Bersih, Efektif, dan Terpercaya

    9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam

    Kerangka Negara Kesatuan

    Pembangunan

    Infrastruktur

    Penyederhanaan

    Regulasi

    Penyederhanaan

    Birokrasi

    Transformasi Ekonomi

    Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden tersebut kemudian diterjemahkan

    ke dalam 7 (tujuh) agenda pembangunan, sebagai berikut:

    1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan

    Berkeadilan;

    2. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin

    Pemerataan;

    3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing;

    4. Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan;

    5. Memperkuat Insfrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan

    Pelayanan Dasar;

    6. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan

    Perubahan Iklim; dan

    7. Memperkuat Stabilitas Politik Hukum Pertahanan dan Keamanan dan

    Transformasi Pelayanan Publik.

    Dalam rangka mendukung pencapaian Visi Presiden dan Wakil Presiden,

  • 19

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelaraskan misi Kementerian

    dengan melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden ke 1, 2, 3, dan 4,

    sebagai Koordinator dalam pelaksanaan inisiatif dan pengendalian kebijakan di

    bidang perekonomian dalam rangka:

    1. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Produktif, dan Berkualitas;

    2. Mewujudkan Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan dan Pengurangan

    Kesenjangan;

    3. Mendukung Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan; dan

    4. Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian Perekonomian.

    Visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dapat dicapai melalui

    misi atau peran sebagai Koordinator Kementerian Teknis di bidang perekonomian

    dalam mewujudkan 4 (empat) sasaran pembangunan ekonomi meliputi

    pertumbuhan ekonomi, pemerataan ekonomi, pembangunan ekonomi yang

    berkelanjutan, dan peningkatan daya saing ekonomi.

    Berdasarkan Visi dan Misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

    maka dirumuskan tujuan sebagai berikut:

    1. Terciptanya Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Produktif, dan Berkualitas;

    2. Terwujudnya Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan dan Pengurangan

    Kesenjangan;

    3. Terwujudnya Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan;

    4. Terwujudnya Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Perekonomian;

    5. Terwujudnya Aparatur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang

    Profesional, Inovatif, dan Berintegritas.

    Adapun kondisi yang hendak dicapai oleh Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian dirumuskan dalam sasaran strategis, sebagai berikut:

    1. Terwujudnya Perekonomian Indonesia yang Unggul melalui Pertumbuhan

    Ekonomi yang Berkualitas, Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan,

    Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan, serta Peningkatan Daya Saing;

    dan

    2. Terwujudnya Aparatur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang

    Profesional, Inovatif, dan Berintegritas.

    Untuk melakukan pengukuran terhadap sasaran strategis yang telah

  • 20

    ditetapkan, maka indikator sasaran strategis dan target yang ditentukan adalah

    sebagai berikut:

    1. Pertumbuhan Ekonomi dengan target rata-rata pertumbuhan 2020-2024

    sebesar 5,7-6,0 persen;

    2. Tingkat Inflasi yang Terjaga dalam Rentang Target dengan target pada tahun

    2024 sebesar 2,7 persen;

    3. Defisit Transaksi Berjalan/PDB yang menurun pada tahun 2024 sebesar 1,7

    persen; dan

    4. Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang Baik

    dengan target Indeks 4 dari 5.

    Namun, karena adanya pandemi Covid-19 pada tahun 2020, maka dilakukan

    penajaman target tahun 2020 di mana target pertumbuhan ekonomi menjadi -1,7

    s.d. -0,6 persen (per September 2020), target tingkat inflasi 3 persen plus minus 1

    persen, dan target defisit transaksi berjalan/PDB menjadi 1,7 persen.

    3.1.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian dalam Mendukung 7 (Tujuh) Agenda Pembangunan RPJMN

    2020-2024:

    1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas

    a. Peningkatan inklusi keuangan melalui implementasi SNKI dengan

    perluasan dan inovasi produk layanan keuangan digital berbasis

    komunitas;

    b. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam rangka meningkatkan

    kapasitas dan daya saing UMKM;

    c. Pengendalian tingkat inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat

    (TPIP) dalam rangka menjaga daya beli masyarakat;

    d. Pemberian insentif fiskal dalam rangka mendorong perekonomian yang

    secara strategis akan dilaksanakan melalui perumusan rekomendasi

    kebijakan di bidang fiskal, menitikberatkan pada akselerasi pertumbuhan

    ekonomi dan peningkatan daya saing;

    e. Peningkatan rasio perpajakan terhadap PDB dalam rangka penguatan

    pilar pertumbuhan dan daya saing ekonomi;

    f. Peningkatan rasio Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang

  • 21

    berbasis kinerja terhadap TKDD dalam rangka mendorong mendukung

    penerapan e-government dalam pengelolaan keuangan daerah;

    g. Percepatan dan perluasan digitalisasi transaksi daerah dalam rangka

    mendorong efisiensi dan transformasi digital;

    h. Stabilisasi harga dan penguatan ketahanan pangan dalam rangka

    menjaga daya beli dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

    i. Pengendalian alih fungsi lahan sawah dalam rangka pemenuhan

    kapasitas penyediaan pangan;

    j. Pengembangan kemitraan agribisnis hulu dan hilir melalui klaster

    pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan

    mendorong pertumbuhan PDB sektor pertanian;

    k. Pengembangan rumput laut nasional dalam rangka peningkatan nilai

    tambah dan ekspor;

    l. Peningkatan kesejahteraan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian

    yang tercermin dalam Nilai Tukar Petani (NTP);

    m. Pengembangan bahan bakar hijau (greenfuel) untuk mengurangi

    ketergantungan impor dan percepatan pembangunan industri;

    n. Pengembangan petrokimia TPPI (Trans Pacific Petrochemical Indotama)

    untuk pengembangan petrokimia dalam rangka mengurangi impor

    produk petrokimia;

    o. Peningkatan kinerja dan efektivitas BUMN yang diharapkan dapat

    meningkatkan profitabilitas BUMN untuk pembangunan ekonomi yang

    berkelanjutan;

    p. Peningkatan jumlah hasil riset dan produk inovasi yang dimanfaatkan

    oleh Industri/Badan Usaha/Lembaga lainnya dalam rangka mendorong

    peningkatan nilai tambah;

    q. Pengembangan ekonomi digital dalam rangka mendorong

    perekonomian;

    r. Akselerasi peningkatan skala usaha mikro kecil sebagai penggerak

    pertumbuhan ekonomi;

    s. Peningkatan pertumbuhan wirausaha dalam rangka pemberdayaan

    ekonomi dan penciptaan peluang usaha baru;

  • 22

    t. Pengembangan ekosistem ketenagakerjaan dalam rangka

    pembangunan ekonomi yang berkualitas;

    u. Percepatan peningkatan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekspor

    riil;

    v. Peningkatan daya saing ekonomi untuk mendukung percepatan

    pembangunan;

    w. Percepatan industrialisasi dalam rangka akselerasi pertumbuhan

    ekonomi;

    x. Percepatan pertumbuhan perdagangan besar dan eceran (bukan mobil

    dan sepeda) dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi;

    y. Pengembangan kawasan Batam, Bintan, Karimun (BBK) dan Tanjung

    Pinang dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan daya saing

    ekonomi kawasan;

    z. Peningkatan diplomasi ekonomi ke pasar non tradisional;

    aa. Penyelesaian kasus sengketa perdagangan bilateral dan multilateral; dan

    bb. Percepatan penyelesaian dan implementasi perundingan perdagangan

    untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

    2. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin

    Pemerataan

    a. Pengembangan kelapa sawit dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasar

    sekaligus meningkatkan produktivitas;

    b. Pengembangan komoditas perkebunan terintegrasi dalam rangka

    meningkatkan produktivitas perkebunan;

    c. Pengembangan usaha peternakan terintegrasi dalam rangka

    peningkatan nilai tambah ekonomi;

    d. Pengembangan usaha dan pembiayaan BUMN dalam rangka

    mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan;

    e. Percepatan transformasi ekonomi subsisten dalam rangka mewujudkan

    pembangunan ekonomi yang berkelanjutan;

    f. Percepatan penyelesaian sinkronisasi peta dan penyelesaian tumpang

    tindih pemanfaatan lahan melalui Kebijakan Satu Peta (PKSP) dalam

    rangka perbaikan perencanaan pembangunan;

  • 23

    g. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus dalam rangka menggerakkan

    sektor-sektor strategis ekonomi domestik;

    h. Percepatan Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Proyek Strategis

    Nasional (PSN) sesuai Major Project RPJMN dalam rangka percepatan

    pembangunan ekonomi; dan

    i. Percepatan dan pemanfaatan pembangunan untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat.

    3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing

    a. Pengembangan pusat riset dan inovasi;

    b. Peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui penerapan Kartu

    PraKerja;

    c. Kerja sama lembaga vokasi dengan dunia usaha dalam peningkatan

    kualitas SDM; dan

    d. Percepatan pelaksanaan reforma agraria dalam rangka mengurangi

    ketimpangan dan penguasaan kepemilikan tanah.

    4. Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan

    a. Penguatan dukungan terhadap Gerakan Nasional Revolusi Mental

    (GNRM) melalui Gerakan Indonesia Mandiri (GIMa); dan

    b. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam mendorong partisipasi

    masyarakat dalam perekonomian.

    5. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan

    Pelayanan Dasar

    a. Sistem logistik nasional yang terintegrasi dalam rangka peningkatan

    efisiensi aktivitas ekonomi.

    6. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan

    Perubahan Iklim

    a. Strategi ketahanan kebencanaan dalam pengembangan wilayah untuk

    mendukung penurunan persentase potensi kehilangan PDB akibat

    bencana; dan

    b. Implementasi Joint Crediting Mechanism (JCM) Indonesia-Jepang dalam

    rangka mendorong investasi dan kapasitas teknologi bagi pembangunan

    rendah karbon.

  • 24

    7. Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik

    a. Penguatan kepemimpinan Indonesia di Forum Internasional.

    Dari tujuh agenda tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional dimandatkan untuk mendukung 3 (tiga) agenda melalui beberapa

    arah kebijakan, yaitu sebagai berikut:

    1. Agenda I, Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan Berkualitas

    dan Berkeadilan. Agenda tersebut didukung melalui arah kebijakan

    Peningkatan Diplomasi Ekonomi ke Pasar Non Tradisional, Percepatan

    Penyelesaian dan Implementasi Perundingan Perdagangan, Penyelesaian

    Kasus Sengketa Perdagangan Bilateral dan Multilateral;

    2. Agenda IV, Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan

    Bencana dan Perubahan Iklim. Agenda tersebut didukung melalui arah

    kebijakan Joint Crediting Mechanism (JCM); dan

    3. Agenda VII, Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan

    Publik. Agenda tersebut didukung melalui arah kebijakan Kepemimpinan

    Indonesia di Forum Internasional.

    3.1.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian dalam Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis

    Arah kebijakan dan strategi tidak hanya dikelompokkan berdasarkan Agenda

    Pembangunan RPJMN 2020-2024, tetapi juga dikategorikan sesuai dengan

    dukungan terhadap pencapaian sasaran strategis guna mewujudkan misi dan

    tujuan Kementerian. Pengelompokan tersebut menjadi 6 (enam) tema arah

    kebijakan, sebagai berikut:

    1. Meningkatkan peran UMKM

    a. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR);

    b. Akselerasi peningkatan skala usaha mikro kecil; dan

    c. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dan kewirausahaan.

    2. Mempercepat pembangunan infrastruktur

    a. Percepatan Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP) dan Proyek Strategis

    Nasional (PSN).

    3. Mengurangi ketimpangan antar wilayah

    a. Percepatan Kebijakan Satu Peta (PKSP);

  • 25

    b. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus;

    c. Percepatan dan pemanfaatan pembangunan wilayah; dan

    d. Penguatan ketahanan bencana.

    4. Mengurangi ketimpangan antar masyarakat

    a. Peningkatan inklusi keuangan;

    b. Percepatan pelaksanaan reforma agraria;

    c. Kerja sama lembaga vokasi dengan dunia usaha;

    d. Penerapan kartu PraKerja; dan

    e. Pengembangan kemitraan agribisnis.

    5. Menjaga daya beli masyarakat

    a. Pengendalian tingkat inflasi; dan

    b. Stabilisasi harga pangan.

    6. Meningkatkan daya saing

    a. Pengembangan riset serta komersialisasi riset dan teknologi unggulan;

    b. Pemberian insentif fiskal;

    c. Pengembangan Green Fuel;

    d. Percepatan industrialisasi;

    e. Perbaikan dan pengembangan ekosistem ketenagakerjaan;

    f. Percepatan peningkatan ekspor;

    g. Pengembangan sistem logistik nasional;

    h. Percepatan penyelesaian dan implementasi perundingan perdagangan;

    dan

    i. Peningkatan diplomasi ekonomi ke pasar non tradisional.

    Dari 6 (enam) Agenda tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama

    Ekonomi Internasional dimandatkan untuk menangani percepatan penyelesaian

    dan implementasi perundingan perdagangan dan peningkatan diplomasi ekonomi

    ke pasar non tradisional.

    3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional

    Dari ketujuh agenda pembangunan nasional dalam RPJMN IV tahun 2020-

    2024, peran Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional secara

  • 26

    langsung berada pada pilar pertama yaitu Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk

    Pertumbuhan yang Berkualitas. Oleh sebab itu, dalam upaya mewujudkan agenda

    pertama ini, Pemerintah menetapkan bahwa salah satu arah kebijakan untuk

    Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas adalah

    melalui upaya meningkatkan nilai tambah, lapangan kerja, ekspor, dan daya saing

    perekonomian.

    Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 13 Tahun 2020

    tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun

    2020–2024 merumuskan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional akan mendukung terwujudnya sasaran strategis pertama yaitu

    Pertumbuhan Ekonomi.

    Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan bahwa arah kebijakan Deputi

    Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut:

    1. Peningkatan diplomasi ekonomi ke pasar non tradisional yang akan

    dilakukan melalui strategi, antara lain:

    a. Pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Negara-

    negara Pasifik Selatan (Fiji dan Papua New Guinea), Afrika (Aljazair,

    Mauritius, Djibouti, Tunisia, Maroko, Economic Community of West

    African/States/ECOWAS dan East African Community/EAC), dan Amerika

    Selatan (Kolombia); dan

    b. Perundingan Indonesia-Pakistan in Goods Agreement (IP-TIGA) yang

    merupakan perluasan dari IP-PTA.

    2. Penyelesaian kasus sengketa perdagangan bilateral dan multilateral yang

    akan dilakukan melalui strategi, antara lain:

    a. Penyelesaian kasus sengketa dagang Indonesia dengan Selandia Baru

    (DS477), Amerika Serikat (DS478), Brasil (DS484), Uni Eropa (DS592 dan

    DS593) di World Trade Organization (WTO); dan

    b. Pelaksanaan koordinasi dalam proses penyelesaian sengketa

    perdagangan bilateral dan multilateral.

    3. Percepatan penyelesaian dan implementasi perundingan perdagangan untuk

    mendorong pertumbuhan ekonomi yang akan dilakukan melalui beberapa

    strategi, antara lain:

  • 27

    a. Penyelesaian dan pemilihan proyek kerja sama ekonomi prioritas,

    evaluasi, dan monitoring perkembangan proyek kerja sama ekonomi

    internasional (IK-CEPA);

    b. Pembahasan General Review Indonesia Japan Economic Partnership

    Agreement (GR-IJEPA) untuk perluasan liberalisasi dan peningkatan

    komitmen dari IJEPA yang saat ini berlaku;

    c. Pertemuan Sub-Komite Investment Business Environment and Promotion

    Business Confidence (IBE and PBC) dan penyusunan rekomendasi

    perbaikan dan kebijakan perbaikan iklim bisnis dan investasi (Sub-

    Committee IJEPA);

    d. Percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-Uni Eropa (UE) CEPA

    dan Indonesia-Turki CEPA, serta ratifikasi kesepakatan Indonesia-

    European Free Trade Association (EFTA) CEPA untuk meperluas akses

    pasar dan meningkatkan investasi dari Eropa;

    e. Penyusunan Policy Adjustment Regional Comprehensive Economics

    Partnership (RCEP); dan

    f. Implementasi Rencana Aksi Nasional Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

    2025.

    4. Implementasi Joint Crediting Mechanism (JCM) dalam rangka mendorong

    investasi, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas bagi pembangunan

    rendah karbon di Indonesia melalui strategi, antara lain:

    a. Promosi dan peningkatan peran implementasi JCM dalam mendukung

    pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19, khususnya pada sektor

    energi dan industri;

    b. Pengintegrasian implementasi JCM dengan kegiatan penurunan emisi gas

    rumah kaca (GRK) lainnya di Indonesia, khususnya terkait efisiensi energi

    dan energi terbarukan; dan

    c. Peningkatan kapasitas kepada para pemangku kepentingan yang lebih

    luas selain partisipan proyek.

    5. Penguatan kepemimpinan Indonesia di forum internasional yang

    dilaksanakan melalui strategi, antara lain:

    a. Pengusulan Presidensi G20 Indonesia dan pergiliran Keketuaan ASEAN

  • 28

    2023;

    b. Persiapan dan koordinasi Presidensi G20 dan Keketuaan ASEAN 2023;

    dan

    c. Pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia dan Keketuaan ASEAN 2023.

    Sementara itu, dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Deputi serta

    mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional juga

    menetapkan 3 (tiga) sasaran program dengan 10 (sepuluh) indikator kinerja

    sebagaimana berikut ini:

    3.2.1. Terwujudnya Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam

    Rangka Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

    Adapun indikator kinerja yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

    a. Persentase market share ekspor Indonesia ke negara mitra FTA/PTA/CEPA

    terhadap total ekspor Indonesia

    Persentase market share ekspor Indonesia ke negara mitra

    FTA/PTA/CEPA terhadap total ekspor Indonesia adalah persentase ekspor

    Indonesia ke negara-negara mitra yang memiliki kesepakatan FTA/PTA/CEPA

    dengan Indonesia terhadap total ekspor Indonesia yang bertujuan mendorong

    peningkatan efektivitas kesepakatan kerja sama ekonomi internasional.

    b. Jumlah kerja sama ekonomi internasional (PTA/FTA/CEPA, bilateral, regional

    dan sub regional, serta multilateral) yang disepakati

    Kerja sama ekonomi internasional adalah persetujuan/perjanjian yang

    disepakati antara Indonesia dengan negara mitra baik dalam forum kerja sama

    ekonomi bilateral, regional dan sub regional, maupun multilateral. Peningkatan

    kerja sama ekonomi internasional dilakukan melalui perundingan dan

    kesepakatan internasional dalam bentuk PTA/FTA/CEPA, Bilateral, Regional

    dan Sub Regional, serta Multilateral.

    c. Jumlah ratifikasi perjanjian kerja sama ekonomi internasional yang disupervisi

    Kemenko Perekonomian

    Ratifikasi perjanjian kerja sama ekonomi internasional adalah salah

    satu bentuk pengesahan perjanjian internasional atau proses adopsi

    perjanjian internasional ke dalam hukum nasional (melalui persetujuan dari

  • 29

    badan eksekutif dan legislatif) sehingga perjanjian tersebut dapat

    dimanfaatkan oleh negara terkait. Untuk mendorong terwujudnya hasil dari

    perjanjian kerja sama ekonomi internasional dan agar dapat dimanfaatkan

    oleh masyarakat, maka Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional berperan dalam melakukan supervisi ratifikasi.

    d. Jumlah forum yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian pada tingkat

    Bilateral, Regional dan Sub Regional, serta Multilateral

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional,

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian saat ini berperan aktif

    sebagai koordinator dalam beberapa forum kerja sama ekonomi internasional

    pada tingkat bilateral, regional dan sub regional, serta multilateral. Forum ini

    merupakan sarana pengembangan kerja sama ekonomi internasional.

    e. Jumlah kesepakatan tingkat Kepala Negara/ Menteri di forum ekonomi

    internasional yang dikoordinasi Kemenko Perekonomian

    Kesepakatan tingkat Kepala Negara di forum ekonomi internasional

    adalah perjanjian/persetujuan yang disepakati oleh Kepala Negara pada forum

    ekonomi internasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator

    Bidang Perekonomian. Pertemuan tersebut diharapkan dapat menghasilkan

    butir-butir kesepakatan yang dapat ditindak lanjuti pada tingkat nasional.

    3.2.2. Terwujudnya Kebijakan Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional yang Berkualitas

    Adapun indikator kinerja yang ditetapkan adalah persentase rekomendasi

    kebijakan dalam kerja sama ekonomi internasional (Bilateral, Regional dan Sub

    Regional, serta Multilateral) yang diterima Menko Perekonomian.

    Rekomendasi yang dimaksud dapat berupa usulan, saran, dan/atau

    pendapat seperti talking points, posisi DELRI, dan Nota Dinas terkait isu dalam

    hal kerja sama ekonomi internasional yang diajukan oleh Deputi kepada Menteri

    Koordinator Bidang Perekonomian.

    Penyiapan dan penyusunan rekomendasi kebijakan oleh Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dilakukan berdasarkan evidence

    based dan masukan dari Kementerian/Lembaga untuk menghasilkan

    rekomendasi kebijakan yang berkualitas.

  • 30

    3.2.3. Terwujudnya Tata Kelola Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional yang baik

    Adapun indikator kinerja yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

    a. Persentase ASN Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional dengan Nilai Indeks Profesionalitas ASN berkategori tinggi

    Indeks Profesionalitas ASN adalah ukuran statistik yang

    menggambarkan kualitas ASN Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama

    Ekonomi Internasional berdasarkan kesesuaian kualifikasi, kompetensi,

    kinerja, dan kedisiplinan pegawai ASN dalam melaksanakan tugas jabatan.

    Salah satu upaya untuk mendorong peningkatan kinerja ASN di lingkungan

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah melalui

    pengukuran indeks profesionalitas ASN Deputi Bidang Koordinasi Kerja

    Sama Ekonomi Internasional.

    b. Nilai SAKIP Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    Nilai evaluasi SAKIP adalah nilai perwujudan kewajiban suatu instansi

    pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan

    pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku

    kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan

    sasaran dan target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja

    instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Untuk mendorong

    penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel dan berorientasi hasil, maka

    perlu dilakukan penilaian evaluasi SAKIP.

    c. Persentase Pemenuhan Nilai Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi

    Birokrasi (PMPRB) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional

    Nilai PMPRB adalah nilai yang diperoleh dari penilaian mandiri Deputi

    Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional atas upaya untuk

    melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem

    penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mencapai good governance.

    Penilaian mencakup hasil evaluasi capaian 8 (delapan) program area

    perubahan RB pada komponen Pengungkit baik pada “Pemenuhan” maupun

    “Reform” berdasarkan Lembar Kerja Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan

  • 31

    Reformasi Birokrasi. Untuk mewujudkan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di

    lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional,

    maka perlu dilakukan pengukuran dari pemenuhan nilai PMPRB.

    d. Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Kerja

    Sama Ekonomi Internasional

    Persentase kualitas pelaksanaan anggaran adalah indikator yang

    ditetapkan untuk menggambarkan kualitas pelaksanaan anggaran belanja

    dari sisi kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas pelaksanaan

    anggaran dan penggunaan belanja secara proporsional. Kualitas

    pelaksanaan anggaran terdiri dari unsur penyerapan anggaran dan unsur

    pencapaian kinerja keluaran (output) yang masing-masing memiliki bobot 50

    persen. Untuk mendorong kualitas pelaksanaan anggaran di lingkungan

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, maka perlu

    dilakukan pengukuran kualitas pelaksanaan anggaran.

    3.3 Kerangka Regulasi dalam Lingkup Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama

    Ekonomi Internasional

    Sebagaimana yang diamanatkan pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang

    Perekonomian No. 9 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

    koordinator Bidang Perekonomian, khususnya pada Pasal 465 bahwa Deputi

    Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai tugas

    menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan

    pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga

    yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional. Disebut juga

    dalam pasal 466, dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Koordinasi

    Kerja Sama Ekonomi Internasional menyelenggarakan fungsi: (a) koordinasi dan

    sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/

    Lembaga yang terkait isu di bidang kerja sama ekonomi internasional; (b)

    pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan

    isu di bidang kerja sama ekonomi internasional; (c) koordinasi dan sinkronisasi

    perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan

    kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama

  • 32

    ekonomi Asia; (d) koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan

    pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga

    yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi Eropa, Afrika dan Timur

    Tengah; (e) koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan

    serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait

    dengan isu di bidang kerja sama ekonomi Amerika dan Pasifik; (f) koordinasi dan

    sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian

    pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang

    kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional; (g) koordinasi dan sinkronisasi

    perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan

    kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama

    ekonomi Multilateral; (h) pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

    kerja sama ekonomi internasional; dan (i) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan

    oleh Menteri Koordinator.

    Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi tersebut di atas, Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional membuat kerangka regulasi yang

    berisi peraturan terkait isu di bidang koordinasi kerja sama ekonomi internasional

    sebagai berikut:

    1. Surat Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional Nomor 1-A Tahun 2020 tentang Tim Clearing House

    Implementasi Keputusan dan Rekomendasi Dispute Settlement Body (DSB)

    WTO Kasus DS 477/DS478: Indonesia-Importation of Horticultural Products,

    Animals and Animal Products.

    Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) tanggal 8 November 2018 yang

    dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan dihadiri oleh

    Menteri Perdagangan serta perwakilan Menteri Pertanian menyepakati

    bahwa Kemenko Perekonomian bertindak sebagai “clearing house” dalam

    rangka tindak lanjut penanganan kasus sengketa DS477/DS478: Indonesia-

    Importation of Horticutural Products, Animals and Animals Products.

    Saat ini, Pemri melalui Tim Clearing House telah melakukan revisi

    Permentan dan Permendag terkait importasi hortikultura menyesuaikan

    dengan putusan panel WTO (Measures 1-17). Substansi Revisi 4 UU di

  • 33

    sektor pertanian yang dianggap melanggar aturan WTO (Measure 18) sudah

    disesuaikan melalui RUU Cipta Kerja.

    2. Surat Keputusan Deputi Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    Nomor 1-B Tahun 2020 tentang Tim Clearing House Penyelesaian Sengketa

    Dagang: Indonesia-Brazil di WTO atas Kasus DS484: Importation of Chicken

    Meat and Chicken Products

    Berdasarkan Hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Menko

    Perekonomian tanggal 7 Agustus 2019 yang dipimpin oleh Menteri

    Koordinator Bidang Perekonomian dan dihadiri oleh Menteri Perdagangan,

    Wakil Menteri Luar Negeri, dan Menteri Pertanian yang diwakili Dirjen PKH.

    Disepakati bahwa dibentuknya tim clearing house dengan Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional sebagai ketua tim clearing

    house dalam rangka memastikan pasal-pasal terkait dalam Permentan dan

    Permendag sesuai dengan keputusan dan rekomendasi DSB WTO (full

    compliance) dan memastikan Indonesia terhindar dari tuntutan ganti rugi

    (retaliasi) dari Brasil, dan terciptanya langkah-langkah strategi baik melalui

    pendekatan bilateral ataupun melalui proses litigasi.

    3. Surat Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional nomor KEP-03B/D.VII.M.EKON/05/2020 tentang Tim

    Penyusunan Portal Sistem Monitoring Masyarakat Ekonomi ASEAN

    Indonesia (STORMEA) Tahun 2020

    Portal STORMEA merupakan sistem e-monitoring Prioritas Tahunan

    Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025 berbasis web yang terintegrasi, lengkap

    dan real-time sehingga akan memudahkan pemetaan keberhasilan dan

    kekurangan dalam implementasi setiap kesepakatan di ASEAN. Portal

    STORMEA memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu sebagai repository untuk mengawal

    implementasi Cetak Biru MEA 2025 di Indonesia dan database sebagai fitur

    yang menyajikan data dan informasi manfaat MEA bagi masyarakat

    Indonesia. Dalam hal ini, Portal STORMEA merupakan terobosan inovatif

    yang dilakukan oleh Kemenko Perekonomian selaku Ketua Dewan

    Masyarakat Ekonomi ASEAN Indonesia.

  • 34

    4. Draf Surat Keputusan Deputi tentang Tim Komite Bersama dan Sekretariat

    Mekanisme Kredit Bersama

    Draf Surat Keputusan (SK) Deputi tentang Tim Komite Bersama dan

    Sekretariat Joint Crediting Mechanism (JCM) merupakan produk hukum

    turunan dari SK Tim Perudingan Perdagangan Karbon Antar Negara

    (TPPKA) yang ditandatangani oleh Menteri Koordinator Bidang

    Perekonomian.

    SK ini diperlukan sebagai tindak lanjut dari kerja sama bilateral antara

    Jepang dan Indonesia perihal kerja sama JCM di mana dimuat hal teknis

    yang menjadi kewenangan Komite Bersama sebagai pengambil keputusan

    tertinggi dalam implementasi JCM. Saat ini, SK Deputi ini masih menunggu

    ditandatanganinya SK TPPKA oleh Menteri Koordinator Bidang

    Perekonomian. Selain itu, SK tersebut juga diperlukan sebagai dasar hukum

    pelaksanaan JCM setelah dasar hukum sebelumnya habis masa berlakunya.

    3.4 Kerangka Kelembagaan

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berada di

    bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator. Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dipimpin oleh Deputi yang

    mempunyai tugas dalam menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi

    perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan

    kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama

    ekonomi internasional.

    Kelembagaan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    diatur pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun

    2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian. Berdasarkan Permenko Nomor 9 Tahun 2020, Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional terdiri atas: (a) Asisten Deputi Kerja

    Sama Ekonomi Asia/Sekretaris Deputi; (b) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

    Eropa, Afrika dan Timur Tengah; (c) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika

    dan Pasifik; (d) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional;

    dan (e) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral.

  • 35

    Asisten Deputi mempunyai tugas menyiapkan koordinasi dan sinkronisasi

    perumusan, penetapan, dan pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan

    kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama

    ekonomi bilateral, regional dan sub regional, serta multilateral. Berbeda dari

    Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015

    tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian, pada Permenko 9 Tahun 2020 Asisten Deputi Kerja Sama

    Ekonomi Asia/Sekretaris Deputi secara khusus memiliki tugas dan fungsi sebagai

    Sekretaris Deputi dalam pelaksanaan dukungan teknis dan administrasi program

    dan tata kelola di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional. Selain itu, terdapat perubahan nomenklatur Asisten Deputi Kerja

    Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan menjadi Asisten Deputi Kerja Sama

    Ekonomi Multilateral.

    Asisten Deputi memiliki Kepala Bidang yang bertugas untuk menyiapkan

    bahan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta

    pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan

    isu di bidang kerja sama ekonomi bilateral, regional dan sub regional, serta

    multilateral. Setiap Kepala Bidang memiliki Kepala Subbidang yang bertugas

    untuk menyiapkan bahan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan

    pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga

    yang terkait isu di bidang kerja sama ekonomi bilateral, regional dan sub regional,

    serta multilateral dan juga pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang

    masalah dan kegiatan di bidang kerja sama ekonomi bilateral, regional dan sub

    regional, serta multilateral.

  • 36

    Bagan 3.1 Susunan organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional

    Sumber daya yang ada saat di pada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama

    Ekonomi Internasional adalah sebanyak 65 orang. Rincian tingkat pendidikan

    sebagaimana pada tabel berikut:

    Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan Sumber Daya Manusia di Lingkungan Deputi Bidang Koordinasi

    Kerja Sama Ekonomi Internasional

    No. Tingkat Pendidikan Jumlah

    1 Strata 3 2

    2 Strata 2 28

    3 Strata 1/ Diploma 4 18

    4 Diploma 3 12

    5 Diploma 1 2

    6 SLTA 3

    TOTAL 65

    DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL

    Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

    Asia/Sekretaris Deputi

    Bidang Kerja Sama Ekonomi

    Asia Tengah dan

    Asia Timur

    Bidang Kerja Sama Ekonomi

    Asia Selatan dan

    Asia Tenggara

    Bidang Program dan Tata

    Kelola

    Bidang Kerja Sama Ekonomi

    Eropa

    Bidang Kerja Sama Ekonomi

    Afrika dan Timur

    Tengah

    Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

    Eropa, Afrika dan Timur

    Tengah

    Bidang Kerja Sama Ekonomi

    APEC dan Sub

    Regional

    Bidang Kerja Sama Ekonomi

    Pasifik

    Bidang Kerja Sama Ekonomi

    Amerika

    Bidang Kerja Sama Ekonomi

    Pasifik

    Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

    Amerika dan Pasifik

    Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

    Regional dan Sub

    Regional

    Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

    Multilateral

    Bidang Kerja Sama Ekonomi dan

    Keuangan Multilateral dan Lembaga Pembiayaan

    Internasional

    Bidang Kerja Sama

    Perdagangan dan

    Industri Multilateral dan Pembangunan

    Berkelanjutan

    Kelompok Jabatan

    Fungsional

    Kelompok Jabatan

    Fungsional

    Kelompok Jabatan

    Fungsional

    Kelompok Jabatan

    Fungsional

    Kelompok Jabatan

    Fungsional

  • 37

    BAB IV

    TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

    4.1 Target Kinerja

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional merumuskan 3

    (tiga) sasaran program dan 10 (sepuluh) indikator kinerja dalam rangka

    mewujudkan Visi dan Misi Deputi, serta dalam rangka mendukung tercapainya

    sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional. Sasaran program ini sebagai

    cerminan tingkat keberhasilan program dan kegiatan Deputi Bidang Koordinasi

    Kerja Sama Ekonomi Internasional yang diukur melalui beberapa indikator kinerja

    program, sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Sasaran Program, Indikator Kinerja, dan Target Deputi Bidang Koordinasi Kerja

    Sama Ekonomi Internasional Tahun 2020-2024

    No.

    Sasaran Program/ Indikator

    Kinerja

    Target

    Satuan

    2020 2020* 2021 2022 2023 2024

    1. Sasaran Strategis Terwujudnya Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam Rangka Mendorong

    Pertumbuhan Ekonomi Nasional

    1.1 Persentase market share

    ekspor Indonesia ke negara mitra FTA/PTA/CEPA terhadap total ekspor Indonesia

    65-67 65,5-67,5 66-68 66,5-68,5 67-69 Persentase

  • 38

    No.

    Sasaran Program/

    Indikator Kinerja

    Target

    Satuan

    2020 2020* 2021 2022 2023 2024

    1.2 Jumlah kerja sama ekonomi internasional (PTA/FTA/CEPA, bilateral, regional dan sub regional, serta multilateral) yang disepakati

    9 6 7 6 8 4 Kesepakatan

    1.3 Jumlah ratifikasi perjanjian kerja sama ekonomi internasional yang disupervisi Kemenko Perekonomian

    12 5 8 13 14 15 Ratifikasi

    (Kumulatif)

    1.4 Jumlah forum yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian pada tingkat Bilateral, Regional dan Sub Regional, serta Multilateral

    16 16 21 23 23 21 Forum

    1.5 Jumlah kesepakatan tingkat Kepala Negara/ Menteri di forum ekonomi internasional yang dikoordinasi Kemenko Perekonomian

    2 2 3 2 3 2 Kesepakatan

  • 39

    No.

    Sasaran Program/

    Indikator Kinerja

    Target

    Satuan

    2020 2020* 2021 2022 2023 2024

    2. Sasaran Strategis Terwujudnya Kebijakan Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional yang Berkualitas

    2.1 Persentase rekomendasi kebijakan dalam kerja sama ekonomi internasional (Bilateral, Regional dan Sub Regional, serta Multilateral) yang diterima Menko Perekonomian

    100 100 100 100 100 100 Persentase

    3. Sasaran Strategis Terwujudnya Tata Kelola Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional yang baik

    3.1 Persentase ASN Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dengan Nilai Indeks Profesionalitas ASN berkategori tinggi

    - 75 75 77 77 77 Persentase

    3.2 Nilai SAKIP Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    - 85 85 87 87 87 Nilai

  • 40

    No.

    Sasaran Program/

    Indikator Kinerja

    Target

    Satuan

    2020 2020* 2021 2022 2023 2024

    3.3 Persentase Pemenuhan Nilai Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    - 85 85 87 87 87 Persentase

    3.4 Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    - 90 90 92 92 92 Persentase

    2020*) perubahan target setelah pandemi Covid-19

    4.2 Kerangka Pendanaan

    Kerangka pendanaan dan penganggaran pada Kedeputian Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berbasis kinerja yang berorientasi

    pada keluaran dan hasil, dengan mempertimbangkan sistem pembiayaan secara

    proporsional.

    Alokasi anggaran dilakukan berdasarkan pendekatan fungsi, outcome, ouput,

    dan komponen untuk mewujudkan sasaran yang meliputi: 1) Tersusunnya

    Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik yang

    Berkualitas; 2) Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Asia

    yang Berkualitas dan Terwujudnya Layanan Dukungan Kegiatan Deputi serta

    Administrasi Program dan Tata Kelola yang Optimal; 3) Tersusunnya

    Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika, dan Timur Tengah

    yang Berkualitas; 4) Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi

    Multilateral yang Berkualitas; dan 5) Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Kerja

  • 41

    Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang Berkualitas.

    Adapun ouput yang hendak dicapai, antara lain: 1) Rekomendasi Kebijakan

    Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik; 2) Rekomendasi Kebijakan Kerja

    Sama Ekonomi Asia; 3) Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Eropa,

    Afrika, dan Timur Tengah; 4) Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi

    Multilateral; dan 5). Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi. Regional dan

    Sub Regional.

    Tabel 4.2 Indikasi Kebutuhan Pendanaan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional Tahun 2020-2024

    No. Sasaran

    Kegiatan

    Indikasi Kebutuhan Pendanaan (dalam juta rupiah)

    2020 2020* 2021 2022 2023 2024

    1. Tersusunnya

    Rekomendasi

    Kebijakan Kerja

    Sama Ekonomi

    Amerika dan

    Pasifik yang

    Berkualitas

    1.000 940 1.045 1.092 1.141 1.193

    2. Tersusunnya

    Rekomendasi

    Kebijakan Kerja

    Sama Ekonomi

    Asia yang

    Berkualitas

    Terwujudnya

    Layanan

    Dukungan

    Kegiatan Deputi

    serta

    Administrasi

    Program dan

    Tata Kelola

    yang Optimal

    4.000 3.760 4.180 4.368 4.565 4.770

  • 42

    No. Sasaran

    Kegiatan

    Indikasi Kebutuhan Pendanaan (dalam juta rupiah)

    2020 2020* 2021 2022 2023 2024

    3. Tersusunnya

    Rekomendasi

    Kebijakan Kerja

    Sama Ekonomi

    Eropa, Afrika,

    dan Timur

    Tengah yang

    Berkualitas

    1.000 940 1.045 1.092 1.141 1.193

    4. Tersusunnya

    Rekomendasi

    Kebijakan Kerja

    Sama Ekonomi

    Multilateral yang

    Berkualitas

    1.000 940 1.045 1.092 1.141 1.193

    5. Tersusunnya

    Rekomendasi

    Kebijakan Kerja

    Sama Ekonomi

    Regional dan

    Sub Regional

    yang

    Berkualitas

    4.000 2.119 4.180 4.368 4.565 4.770

    *) indikasi kebutuhan pendanaan setelah efisiensi

    Proyeksi anggaran berdasarkan asumsi program dan kegiatan yang rutin

    atau tetap berjalan selama waktu 4 (empat) tahun ke depan (base line budget).

    Kebijakan kerangka pengeluaran jangka menengah dimaksud merupakan

    antisipasi kebutuhan pembiayaan anggaran tahunan yang bersifat indikatif.

    Adapun kerangka pengeluaran jangka menengah Deputi Bidang Koordinasi Kerja

    Sama Ekonomi Internasional adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran I pada

    Matriks Kinerja dan Pendanaan.

  • 43

    BAB V

    PENUTUP

    Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2020-2024

    merupakan dokumen yang memuat visi dan misi Deputi melalui perumusan

    sasaran strategis Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

    untuk 5 (lima) tahun pada periode 2020-2024 yang disusun dengan mengacu

    pada Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun

    2020-2024 dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian

    Koordinator Bidang Perekonomian.

    Renstra Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Tahun

    2020-2024 akan menjadi acuan dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) pada

    setiap unit di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

    Internasional setiap tahun sehingga dapat memaksimalkan peran Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam upaya koordinasi,

    sinkronisasi dan kebijakan di bidang ekonomi internasional. Dan dalam rangka

    menjamin tercapainya tujuan dan sasaran strategis yang termuat dalam Renstra

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional periode 2020-2024,

    akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik terhadap sasaran

    strategis dan target pelaksanaan kinerja pada setiap akhir tahun anggaran.

    Renstra Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Tahun

    2020-2024 juga menjadi panduan pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Bidang

    Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional yang berlandaskan nilai-nilai

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yaitu Profesional, Integritas,

    Kerjasama, Inovasi, dan Tanggung Jawab (Responsibility) (PIKIR).

  • 44

    Lampiran I MATRIK KINERJA DAN PENDANAAN

    DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL

    Kode Kegiatan/

    Output kegiatan

    Sasaran Kegiatan/Output

    Indikat