difteri

23
DIFTERI DIFTERI Oleh: Dr,BAMBANG SUHARTO Sp.A.,MH.Kes.

Upload: satrio-primaeso

Post on 26-Sep-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

DIFTERI

TRANSCRIPT

  • DIFTERIOleh:

    Dr,BAMBANG SUHARTO Sp.A.,MH.Kes.

  • Difteri adalah penyakit akut yang disebabkan Coryne Bacterium Diphtheriae yang mudah menular terutama menyerang traktus respiratorius bagian atas. Tanda khasnya adalah adanya pseudo-membrane dan eksotoksin yang dapat menyebabkan timbulnya gejala umum maupun lokal.

  • C. Diphtheriae:Bakteri Gram negatif.Bersifat polimorfTidak bergerak.Tidak membentuk spora.Pengambilan spesimen langsung dari lesi.Kuman mati dengan pemanasan 60C.Dalam es dapat tahan beberapa minggu (demikian juga dalam air, susu, lendir yang mengering).

  • Ada 3 jenis basil yakni : Grafis, Mitis dan Intermedius.

    Basil membentuk:Pseudo-memberan: memberan tersebut sukar diangkat, mudah berdarah dan warna putih keabu-abuan yang teridiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan basil.Eksotoksin: bersifat ganas, meracuni jaringan setelah beberapa jam diabsorbsi dan memberikan perubahan pada jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan syaraf.

  • Uji Schick adalah suatu test untuk menguji apakah seseorang telah mengandung antitoksin sebanyak 0,03 ml per ml darah yang cukup dapat menahan infeksi Difteri.

  • Imunitas: imunitas bawaan sampai umur 3 bulan dengan uji Schick positif sebanyak 15%, umur 5 bulan uji Schick positif 50%, 1 tahun uji Schick positif 95%. Di atas 1 tahun akan menurun sampai umur 17 tahun uji Schick positif 15%.

    Klasifikasi Penyakit Difteri (Beach dkk, 1950). Infeksi ringan: pseudo-membrane terbatas pada hidung dan fausial dengan gejala nyeri menelan.

  • 2.Infeksi sedang : pseudo-membrane menyebar luas sampai ke dinding posterior faring dengan udema laring yang dapat diatasi dengan pengobatan konserfatif.

    3.Infeksi berat: gejala di atas disertai sumbatan saluran nafas berat, yang bisa diatasi dengan trakheostomi, dapat disertai komplikasi miokarditis, paralisis atau nefritis.

  • Gejala klinik: masa inkubasi penyakit difteri 2 7 hari. Memberikan gambaran gejala umum, lokal dan gejala yang timbul akibat eksotoksin pada jaringan.

    Gejala umum: berupa demam yang tidak tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala, dan anoreksia.Gejala lokal: pilek, nyeri menelan, sesak nafas dan stridor.

  • Gejala akibat toksin: tergantung pada jaringan yang terkena. Bila mengenai syaraf, akan terjadi paralisis, bila mengenai miokard akan terjadi gangguan jantung, dan bila mengenai ginjal akan terjadi nefritis.

  • Difteri hidung:

    Paling ringan dan jarang terjadi ( 2% ).Awalnya seperti gajala pilek disusul keluar sekret bercampur darah.Terjadi penyebaran pseudo-membrane bisa sampai ke faring dan laring.

  • Difteri Faring dan tonsil (difteri Fausial): Paling sering ditemukan (75%).Mungkin awalnya ringan yakni terjadi radang mukosa tanpa pseudo-membrane (diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan kultur yang positif).

  • Dapat sembuh sendiri dengan memberikan imunitas.Pada kasus yang lebih berat gejala seperti radang akut pada tenggorokan dengan suhu tidak terlalu tinggi. Ditemukan pseudo-membrane, pada awalnya hanya berupa bercak putih keabuan selanjutnya meluas cepat mencapai naso-faring atau laring, Nafas berbau, dapat timbul pembengkakan kelenjar leher sehingga tampak seperti leher sapi (bull neck)

  • Menurut Brenneman & Mc Quarrie: setiap bercak keputihan di luar tonsil dapat dianggap sebagai difteri.Herdarshee: setiap memberan yang menutupi dinding posterior faring atau seluruh permukaan tonsil baik hanya satu maupun kedua-duanya dapat dianggap sebagai difteri.Dapat terjadi salah menelan dan serak, stridor inspirasi, walaupun belum terjadi sumbatan laring, hal ini oleh karena paralisis atau paresis palatum mole.

  • Laboratorium: Hb menurun, leukositosis, eritrosit menurun, albumin menurun, urine terjadi albuminuri ringan.

  • Difteri laring dan trakhea:

    Sering terjadi dari penjalaran faring dan tonsil ( 3 kali lipat) dibanding primer langsung laring.Gejalanya serak dan stridor inspiratoar.Gejala yang lebih berat berupa sesak nafas hebat, retraksi supra sternal dan epigastrium. Bila sesak sekali harus dilakukan trakheostomi.

  • Difteri kutaneus:Jarang sekali terjadi.Menurut Tang Eng Tei (1965), 10% infeksi kulit adalah difteri.

    Difteri dapat juga menyerang konjungtiva, vagina dan umbilikus.

  • Diagnosis Difteri: Dengan melakukan faringeal swab, ditemukan C. DihtheriaeGejala klinik.Dengan preparat langsung kemudian dibiakan dengan pewarnaan Methilene blue atau Tuloidine blue atau Lubinski methode.Bila kultur negatif, tidak menyingkirkan difteri.

  • Diagnosis Banding:

    Difteri fausial, diagnosis bandingnya: Tonsilitis folikularis, Angina Plaut Vincent, Infeksi tenggorok oleh mononulkeus, Blood dyscrasia

  • PENGOBATANUmum:Isolasi penderita (2-3 minggu).Biakan hapusan tenggorok 2x berturut-turut negatif.Istirahat mutlak. (2-3 minggu)Cairan dan diet adekuat.Jaga nafas tetap bebas

  • Khusus:ADS20.000-120.000 IU (tergantung lokasi memberan dan lama sakit/beratnya penyakit).AntibiotikaPP: 50.000-100.000IU/kgbb/ hari selama 10 hari ; Eritromisin 40 mg/ kgbb/hari.Kortkosteroid (kasus berat)

  • Bila terjadi komplikasi: Obstruksi nafastrakheostomi

  • PENCEGAHANJaga kebersihan, penyuluhan.Pasca perawatan difteri DPTImunisasi DPT

  • ***********************