dinamika ketenagakerjaan dan pengangguran...
TRANSCRIPT
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 499
DINAMIKA KETENAGAKERJAAN DAN
PENGANGGURAN DI PERDESAAN PADA
ERA PANDEMI COVID-19
Tri B. Purwantini1, Sri H. Susilowati2, Rudi S. Rivai2
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111
Korespondensi penulis: [email protected]
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 menyebabkan goncangan perekonomian global
dan pasar tenaga kerja (Hanri dan Sholihah 2020). Organisasi
Perburuhan Internasional (ILO) memprediksikan bahwa pandemi ini
akan menyebabkan sekitar 195 juta orang kehilangan pekerjaan secara
global. ILO juga memperkirakan empat dari lima pekerja (81%)
merasakan dampak dari berhentinya beroperasi perusahaan atau
diberlakukannya pengurangan jam kerja. Lebih lanjut, dikemukakan
bahwa dalam skenario terburuk, bila terjadi gelombang kedua
pandemi dan kembali berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB), konsekuensinya adalah jam kerja yang hilang akan semakin
banyak menjadi 11,9% atau 340 juta pekerja akan menganggur (ILO
2020a).
Kondisi yang sama juga terjadi di Indonesia. Hidayat (2020)
mengemukakan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan sebagian
masyarakat kehilangan pekerjaan. Penjelasan lebih lanjut adalah
sekitar 56% pekerja masih bekerja, dan 23% pekerja sisanya
diberhentikan sementara namun tetap bekerja, dan pekerja lainnya
diberhentikan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Purba dan Aini (2020) menyatakan bahwa kebijakan PSBB di
beberapa wilayah dinilai efektif untuk menekan penyebaran virus
1 Kontributor utama 2 Kontributor anggota
500 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
corona. Namun di sisi lain, kebijakan ini menyebabkan dampak
negatif, salah satunya bagi para pekerja dengan terhambatnya
aksesibilitas dan mobilitas tenaga kerja. Akibat pembatasan mobilitas
penduduk, banyak pekerja yang dirumahkan atau di-PHK, bahkan
mayoritas pekerja yang terkena PHK adalah angkatan kerja muda
kategori usia 15‒29 tahun. Pekerja yang paling banyak kehilangan
pekerjaan adalah mereka yang berpendidikan rendah, tingkat SMP ke
bawah. Pandemi Covid-19 juga berdampak pada hilangnya mata
pencaharian di sektor informal.
Hasil kajian Yusuf et al. (2020) mengungkapkan bahwa sektor
manufaktur dan industri terdampak cukup parah, demikian juga
daerah-daerah basis industri seperti Banten, DKI Jakarta, dan Jawa
Barat. Kajian tersebut menyimpulkan bahwa sektor pertanian terkena
dampak paling kecil dibandingkan sektor lain. Bagi tenaga kerja
muda di perdesaan, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
merupakan alternatif lapangan kerja yang menjanjikan. Berbagai
program kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran, baik
di desa maupun di kota telah banyak dilakukan, termasuk proyek
padat karya maupun perlindungan pengangguran.
Tulisan ini bertujuan melihat dinamika kondisi ketenagakerjaan
dan pengangguran, serta kondisi ketenagakerjaan pada era pandemi
Covid-19 di Indonesia, terutama di perdesaan. Secara khusus, tujuan
penulisan makalah ini adalah (1) menganalisis dinamika tenaga kerja
dan pengangguran, (2) menganalisis mobilitas dan arus tenaga kerja
kota-desa era pandemi Covid-19, (3) menganalisis dampak pandemi
Covid-19 terhadap ketenagakerjaan di Indonesia; dan (4)
menganalisis kinerja program padat karya dan perlindungan
pengangguran.
METODE
Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder yang
bersumber dari BPS dan lembaga terkait lainnya. Data kondisi ke-
tenagakerjaan yang dianalisis merupakan data kondisi bulan Februari
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 501
untuk tahun 2018, 2019 dan 2020. Adapun data ketenagakerjaan era
pandemi Covid-19 diperoleh dari informasi sekunder melalui studi
literatur. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif menggunakan
analisis statistik sederhana (rataan, perubahan, dan sebagainya).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran
Penduduk usia kerja, angkatan kerja dan yang bekerja mengalami
peningkatan selama tiga tahun terakhir. Walaupun jumlah penduduk
yang bekerja meningkat, peningkatan tersebut diimbangi oleh
pertambahan jumlah pengangguran (Tabel 1). Jumlah angkatan kerja
di Indonesia menurut data Sakernas Februari 2020 (BPS 2020a)
tercatat sebanyak 137,91 juta orang dan dari jumlah tersebut sebesar
95,01% berstatus bekerja.
Hasil kajian Briones (2019) mengungkapkan bahwa di negara Asia
dan Pasifik, partisipasi angkatan kerja lebih tinggi di perdesaan. Hal
yang sama untuk partisipasi angkatan kerja muda adalah lebih tinggi
di perdesaan daripada perkotaan, dan untuk laki-laki lebih tinggi
daripada wanita. Proporsi angkatan kerja tersebut searah dengan
kondisi di Indonesia. Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa pada
era pandemi Covid-19 terjadi perubahan struktur tenaga kerja (LIPI
2020; Rahman et al. 2020). Perubahan tersebut terjadi karena
partisipasi pekerja di beberapa sektor (manufaktur, transportasi,
perdagangan) berkurang, sehingga memengaruhi pasar kerja
menurut sektor.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) adalah persentase jumlah
pengangguran terhadap total angkatan kerja (BPS 2020a). Dalam
kaitan ini, Namas (2020) mengungkapkan bahwa pengangguran
terbuka adalah tenaga kerja benar-benar tidak memiliki pekerjaan
atau tenaga kerja tidak bekerja sama sekali. Pada umumnya jenis
pengangguran ini terjadi karena tidak adanya kesempatan kerja atau
karena ketidak-sesuaian antara pekerjaan dengan keterampilan dan
pendidikan.
502 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
Ta
bel
1. S
tatu
s k
ead
aan
ket
ena
ga
ker
jaan
, 20
18–2
020
Sta
tus
kea
da
an k
eten
ag
ak
erja
an
20
18
20
19
20
20
Per
ub
201
8‒20
19
Per
ub
201
9‒20
20
----
----
----
----
---(
juta
ora
ng
)---
----
----
(%
) (j
uta
ora
ng
) (%
)
Pen
du
du
k u
sia
ker
ja
19
3,5
5 1
96
,46
19
9,3
8 2
,91
1,5
0 2
,92
1,4
9
An
gk
atan
ker
ja (
AK
) 1
33
,54
13
6,1
8 1
37
,91
2,6
4 1
,98
1,7
3 1
,27
Bek
erja
1
27
,07
12
9,3
6 1
31
,03
2,2
9 1
,80
1,6
7 1
,29
Pen
ga
ng
gu
ran
6
,87
6,8
2 6
,88
-0,0
5 -0
,73
0,0
6 0
,88
Bu
kan
an
gk
ata
n k
erja
5
9,6
1 6
0,2
8 6
1,4
7 0
,67
1,1
2 1
,19
1,9
7
(%
) (%
) (%
)
(
%)
(%
)
Tin
gk
at
pen
gan
gg
ura
n t
erb
uk
a (
TP
T)
5
,13
5,0
1 4
,99
-0
,12
-0
,02
P
erk
ota
an
6
,34
6,3
0 6
,15
-0
,04
-0
,15
P
erd
esaa
n
3,7
2 3
,45
3,5
5
-0,2
7
0,1
0
Tin
gk
at
pa
rtis
ipa
si A
K (
TP
AK
) 6
9,2
6
9,3
2 6
9,1
7
0,1
2
-0,1
5
L
ak
i-la
ki
83
,01
83
,18
83
,82
0
,17
0
,64
P
erem
pu
an
5
5,4
4 5
5,5
5
4,5
6
0,0
6
-0,9
4
Ser
ap
an t
ena
ga
ker
ja s
ekto
r
Per
tan
ian
ter
ha
da
p t
ota
l A
K (
%)
30
,46
29
,46
29
,04
1
,00
-0
,42
Su
mb
er: B
PS
(20
20a
)
Ket
eran
gan
: Dat
a p
osi
si F
ebru
ari
un
tuk
ma
sin
g-m
asi
ng
tah
un
-P
erk
emb
ang
an
an
gk
atan
ker
ja m
enu
rut
keg
iata
n u
tam
a
-P
erk
emb
ang
an
pek
erja
men
uru
t se
kto
r, f
ok
us
bah
asa
n p
ad
a se
kto
r p
erta
nia
n
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 503
Hasil Sakernas Februari 2020 menunjukkan bahwa ditinjau dari
tingkat pendidikan, TPT tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan
sekolah menengah (SMA Umum dan Kejuruan), yaitu sebesar 7,45%.
Hal ini menggambarkan bahwa penawaran tenaga kerja yang tidak
terserap terutama berada pada tingkat pendidikan sekolah me-
nengah. Jumlah TPT bisa menurun walaupun jumlah pengangguran
meningkat Hasil Sakernas Februari 2020 juga menunjukkan bahwa
sebanyak 6,88 juta orang menganggur. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan dengan data periode yang sama pada tahun 2019, yaitu
sebesar 6,82 juta orang (meningkat sekitar 60 ribu orang atau sekitar
0,88%). Jumlah pengangguran diprediksi akan terus meningkat
seiring dengan terjadinya perubahan perekonomian di Indonesia
maupun global, serta adanya dampak pandemi Covid-19.
Angka TPT di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
perdesaan, namun selama 2019‒2020 menunjukkan penurunan,
meskipun jumlah pengangguran bertambah. Hal ini terjadi karena
jumlah pencari kerja yang akhirnya mendapat pekerjaan jauh lebih
banyak dibandingkan jumlah pengangguran, hal ini menunjukkan
adanya laju pertambahan jumlah angkatan kerja yang lebih besar di
kisaran 6,17% hingga 6,65%. Angka TPT pada tahun 2019 tercatat
sebesar 4,99% (BPS 2020a), hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
pengangguran signifikan pada tahun 2020. Data TPT selama 2018‒
2019, cenderung menurun, baik di perkotaan maupun di perdesaan,
namun selama 2019‒2020, TPT di perkotaan cenderung menurun dan
sebaliknya di perdesaan cenderung meningkat. Pada era pandemi
Covid-19 jumlah TPT diprediksi semakin meningkat, baik di
perkotaan maupun di perdesaan karena melemahnya perekonomian
di kota maupun di desa.
ILO (2020b) mengungkapkan bahwa secara global proporsi
lapangan kerja di sektor pertanian dari total lapangan kerja menurun
dari 40,2% menjadi 26,8% selama dua dasawarsa terakhir. Pertanian
menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari satu miliar orang di
seluruh dunia. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan tulang
504 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
punggung dari banyak negara berpenghasilan rendah dengan sekitar
60,4% dari total lapangan kerja berkontribusi pada dua pertiga
Produk Domestik Bruto (PDB) di beberapa negara. Kondisi tersebut
khususnya penting di Afrika dan Asia, ketika proporsi lapangan kerja
pada sektor pertanian terhadap total masing-masing sebesar 49% dan
30,5%. Sektor pertanian juga merupakan sumber utama kesempatan
kerja bagi perempuan yang mencakup 41,9% dari seluruh angkatan
kerja pertanian di negara berkembang.
Data Sakernas Februari 2020 menunjukkan bahwa penduduk
perdesaan bekerja sebagai tenaga usaha pertanian, kehutanan,
perburuan dan perikanan; penduduk perkotaan sebagai tenaga
produksi, operator alat-alat angkutan, dan pekerja kasar. Secara
agregat, serapan tenaga kerja pada sektor pertanian menunjukkan
perkembangan yang menurun selama 2018‒2020 (Tabel 1). Namun
demikian, sektor pertanian menyerap tenaga kerja paling besar
dibanding sektor lainnya. Sebagian besar tenaga kerja tersebut
dominan bekerja di subsektor tanaman pangan sebagaimana
ditunjukkan data bulan Februari 2020 (BPS 2020b) yang berkontribusi
sekitar 49,2% terhadap total sektor pertanian.
Mobilitas dan Arus Tenaga Kerja Kota-Desa
Kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi, serta peningkatan akses transportasi semakin
mempermudah terjadinya mobilitas sirkuler (Romdiati dan Noveria
2019). Sirkuler merupakan perpindahan berulang, baik ke daerah
tujuan yang sama maupun berbeda, tanpa disertai keinginan untuk
menetap di suatu daerah tujuan. Mobilitas tersebut pada umumnya
dilakukan untuk alasan pekerjaan dan pendidikan. Dalam konteks
migrasi internal, tren peningkatan jumlah migran sirkuler
diindikasikan oleh menurunnya jumlah migran permanen risen
(migran yang tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat tinggal
lima tahun lalu). Kajian Ananta dan Arifin (2014) mengemukakan
bahwa tren mobilitas penduduk di Indonesia akan terus mengalami
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 505
perubahan dengan lebih banyak pola komuter (commuting) dan
“wira-wiri” (sirkuler) daripada bermigrasi secara permanen.
Pada kondisi normal sebelum terjadi pandemi Covid-19, mobilitas
pekerja desa-kota umum dijumpai, mengingat migrasi desa-kota
biasanya terkait dengan ekonomi. Penggerak utama migrasi adalah
disparitas ekonomi di dalam negara dan antarnegara (Tey 2014) yang
ditunjukkan oleh hubungan erat antara migrasi dan pembangunan.
Dalam kaitan ini, biasanya kota yang pembangunannya relatif maju
dipertimbangkan sebagai tujuan migrasi.
Terjadinya pandemi Covid-19 berdampak pada pekerja migran
secara tidak proporsional (FAO 2020). Kondisi kerja, tempat tinggal
dan transportasi umum yang padat akan meningkatkan kerentanan
terhadap penularan Covid-19 dan kehilangan pekerjaan, terutama
yang bekerja di sektor informal. Menurut Romdiati dan Noveria
(2020), pandemi Covid-19 telah mengubah mobilitas penduduk, yaitu
dalam bentuk pembatasan perjalanan. Fenomena tersebut jelas
menunjukkan bahwa mobilitas penduduk merupakan salah satu
pemicu utama meluasnya penyebaran Covid-19 (Yazid dan Jovita
2020). Terkait dampak pandemi Covid-19 terhadap mobilitas
penduduk, fenomena yang terjadi adalah (1) reversed mobility atau
arus balik kota-desa, yaitu terjadi arus balik para migran temporer ke
daerah asal mereka; dan (2) mobility limitation, yaitu berupa
pembatasan atau penghentian mobilitas yang kemudian berdampak
terhadap bidang-bidang lain seperti transportasi, pariwisata, dan
ekonomi secara keseluruhan
Reversed mobility tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi dampak
pandemi Covid-19 juga menyebabkan pekerja migran Indonesia
(PMI) kembali ke daerah asal. Pada akhir Maret 2020, Badan
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat sebanyak
33.503 pekerja migran dari 85 negara kembali ke Indonesia.
Pemulangan PMI ini selain karena habis kontrak kerja, juga karena
pandemi Covid-19. PMI terbesar yang kembali ke Indonesia berasal
dari Malaysia yang mencapai 11.566 pekerja (34,5%). Mengingat PMI
506 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
di negara tujuan banyak bekerja di sektor informal, maka pandemi
Covid-19 di negara tujuan juga berdampak pada PMI yang
kehilangan pekerjaan dan imbasnya adalah kehilangan pendapatan.
Oleh karena itu, mereka cenderung akan kembali ke daerah asal dan
banyak menghadapi kendala, antara lain moda transportasi (yang
terbatas) sebagai dampak pandemi Covid-19. Dalam beberapa kasus,
pembatasan perjalanan menjebak migran di negara tempat bekerja
dengan hanya sedikit pilihan transportasi untuk dapat kembali
pulang (ILO 2020a).
BP2MI memperkirakan bahwa selama bulan Juli sampai dengan
Agustus 2020 terdapat sejumlah 50.114 PMI yang pulang kampung
halaman. Lebih lanjut diperkirakan bahwa sampai akhir 2020 arus
kepulangan PMI akan terus mengalir memenuhi kampung halaman
yang sebagian besar adalah kawasan perdesaan (Susilo 2020). Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa desa menjadi kawasan tumpuan akhir
kaum urban dan migran ketika tak bisa melanjutkan penghidupannya
di kota dan atau negara tujuan. Pandemi Covid-19 memaksa otoritas
setempat membatasi mobilitas dan interaksi antarmanusia sehingga
memengaruhi keberlanjutan pekerjaan dan aktivitas sosial lainnya
(Susilo 2020). Lebih lanjut dikemukakan bahwa adanya tenaga kerja
yang berlebih di perdesaan dengan remittance yang dibawa pulang
oleh para pekerja migran bisa berkontribusi secara signifikan jika
dipadukan dengan kebijakan responsif merevitalisasi perdesaan dan
pertanian. Kondisi demikian dapat mempermudah akses pada sarana
produksi pertanian, akses ke pasar, serta pemberdayaan ekonomi
produksi, baik pengolahan pertanian maupun produk-produk
unggulan nonpertanian lainnya.
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Ketenagakerjaan di Indonesia
Pandemi Covid-19 diduga berdampak pada peningkatan jumlah
penduduk di perdesaan karena adanya arus balik penduduk dari
perkotaan ke perdesaan. Pandemi Covid-19 berdampak terhadap
situasi ketenagakerjaan di Indonesia. Komposisi angkatan kerja di
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 507
Indonesian diprediksi akan mengalami perubahan akibat wabah
Covid-19 (Rahman et al. 2020). Krisis ekonomi yang dipicu pandemi
Covid-19 telah memengaruhi angkatan kerja. Sejumlah pekerja telah
diberhentikan karena krisis yang diakibatkan Covid-19 ini telah
menyebabkan gangguan pada operasi perusahaan.
Dapat diasumsikan bahwa status pekerjaan yang paling
terpengaruh adalah pekerja sementara atau lepas, wiraswasta
(biasanya dalam skala mikro), wiraswasta dengan bantuan tenaga
sementara/tidak dibayar, dan pekerja keluarga/tidak dibayar. LIPI
(2020) mengungkapkan bahwa dampak pandemi Covid-19 terhadap
dunia ketenagakerjaan Indonesia terlihat dari perspektif pekerja,
pengusaha, dan perusahaan independen. Pekerja/buruh yang
dirumahkan karena situasi kedaruratan kesehatan masyarakat akibat
pandemi Covid-19 masih tetap berhak mendapatkan upah penuh
atau pemotongan upah apabila telah disepakati oleh pihak
perusahaan dan pekerja.
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Keberlangsungan Pekerjaaan
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April 2020,
sebanyak 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan diberhentikan
dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini terjadi
karena sejumlah perusahaan mengalami penurunan produksi bahkan
berhenti berproduksi (LIPI 2020). Namun demikian, dampak Covid-
19 terhadap tenaga kerja bervariasi antardaerah. Hasil kajian Ngadi et
al. (2020) mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan
15,6% pekerja di Indonesia terkena PHK, bahkan 13,8% di antaranya
tidak mendapatkan pesangon. Pekerja ter-PHK ini mayoritas berasal
dari kalangan pekerja usia muda 15‒24 tahun, yaitu pada kaum muda
yang sebelum pandemi berstatus bekerja. Pandemi Covid-19 akan
berdampak pada kaum muda yang belum bekerja, mereka akan
kesulitan dalam mengakses pekerjaan dengan kesempatan kerja yang
semakin sempit. Hal ini didukung hasil kajian Purba dan Aini (2020)
508 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
yang mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada
ketersediaan pekerjaan yang berkualitas untuk angkatan kerja muda.
Ngadi et al. (2020) juga menunjukkan bahwa 40% pekerja
mengalami penurunan pendapatan, di antaranya sebanyak 7%
pendapatan buruh yang turun hingga 50%. Kondisi tersebut
berpengaruh pada kelangsungan hidup pekerja serta keluarganya.
Beberapa sektor terparah yang perlu menjadi perhatian khusus
adalah sektor konstruksi (29,3%); sektor perdagangan, rumah makan,
dan jasa (28,9%); dan sektor transportasi, pergudangan, dan
komunikasi (26,4%). Informasi lebih lanjut dari hasil studi BPS (2020c)
menunjukkan bahwa 62,60% responden yang bekerja di industri
pengangkutan dan pergudangan mengalami penurunan pendapatan
setelah merebaknya Covid-19.
Pandemi Covid-19 sangat berdampak pada pekerja tidak tetap.
Hasil kajian LIPI (2020) menunjukkan bahwa 55% pekerja bebas
pertanian dan nonpertanian tidak ada pekerjaan, dan 38% order
berkurang. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan mengingat
besarnya tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan. Walaupun sektor
pertanian mampu tumbuh di tengah pandemi ini (Rizal 2020), dari sisi
ketenagakerjaan di on farm khususnya, namun menurut Azizah
(2020), kondisi ekonomi buruh tani menurun saat masa pandemi. Di
sisi lain, petani juga mengalami kesulitan mencari buruh tani
(PRISMA 2020), terutama untuk kegiatan panen. Hal ini terjadi karena
pemberlakuan kebijakan PSBB telah mengakibatkan mobilitas buruh
tani terbatas yang mengurangi akses pekerja ke luar rumah.
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pengusaha dan Usaha Mandiri
di Perdesaan
Dampak mewabahnya Covid-19 makin dirasakan oleh semua
sektor usaha. Beberapa sektor usaha mengalami penurunan produksi
akibat penurunan penjualan hasil produksi sehingga mengakibatkan
penurunan pendapatan usaha (BPS 2020c). Banyak perusahaan yang
menutup, atau mengurangi jumlah karyawan dan memotong gaji
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 509
karyawan, mengadopsi kebijakan untuk mengurangi sif kerja dan
PHK untuk meningkatkan biaya produksi. Hal ini berdampak pada
penurunan pendapatan karyawan.
Beberapa perubahan kegiatan pertanian sebagai dampak pandemi
Covid-19 hasil penelitian PRISMA (2020) adalah (1) 20% responden
mengatakan mengubah kegiatan pertanian hariannya; (2)
mengurangi frekuensi keluar rumah, sehingga waktu membeli input
dan menjual hasil panen berkurang; dan (3) mengurangi jasa buruh
dan mengurangi berkumpul, sehingga membutuhkan waktu kerja
lebih lama. Sejumlah petani menyesuaikan dengan kondisi, petani
juga mengurangi skala usaha dalam arti mengurangi luas lahan yang
digarap. Masalah distribusi dan turunnya permintaan komoditas
pertanian (khususnya komoditas strategis), serta turunnya daya beli
masyarakat berdampak pada pendapatan petani yang menurun.
Permintaan terhadap komoditas pertanian turun, berakibat
menurunnya harga output. Berbeda dengan petani perkebunan,
khususnya kakao dan kopi, komoditas tersebut memperoleh harga
cukup baik; petani kakao dan kopi memperoleh pendapatan yang
cukup baik. Berkembangnya penjualan melalui daring/online atau
kegiatan e-commerce lainnya diharapkan dapat mendorong petani
untuk beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital.
Kebijakan Pemerintah dalam Menangani Masalah
Ketenagakerjaan pada Era Pandemi Covid-19
Program Padat Karya
Secara konsepsi, padat karya merupakan kegiatan pembangunan
yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan
dengan tenaga mesin. Tujuan utama dari program padat karya adalah
untuk membuka lapangan kerja bagi keluarga-keluarga miskin atau
kurang mampu yang mengalami kehilangan penghasilan atau
pekerjaan tetap. Sasaran program ini adalah terdorongnya
kepentingan golongan ekonomi rendah (Ditjen Penanganan Fakir
Miskin 2018). Lokasi program padat karya difokuskan di perdesaan,
510 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
menyerap tenaga kerja setempat dan menggunakan sebagian dana
desa.
Pada era pandemi Covid-19 saat ini, pemerintah menerapkan
program Padat Karya Tunai (PKT) untuk memberikan penghasilan
sementara bagi para pekerja yang kehilangan pendapatan akibat
berbagai pembatasan sosial pada era pandemi Covid-19. Bentuk
kegiatan PKT beragam dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh
kementerian atau lembaga negara terkait sesuai bidang kerja masing-
masing. Sasaran utama PKT adalah masyarakat lapisan bawah di
perdesaan yang terdampak pandemi Covid-19. Program tersebut
dapat diterapkan menggunakan skema dana desa (Kemenkeu 2020).
Pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp18,44 triliun untuk
program PKT yang diselenggarakan oleh empat kementerian, yaitu
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Reza 2020). Selain dari PKT, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi juga
mangalokasikan Rp36,4 triliun dari anggaran dana desa tahun 2020
yang masih tersisa. Sisa anggaran telah dimaksimalkan untuk
kegiatan padat karya tunai desa (PKTD), yang diperkirakan
menyerap sekitar 5,2 juta tenaga kerja perdesaan.
Pada sektor pertanian, kebijakan dan program sebagai strategi
untuk menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus untuk mendorong
produksi pertanian berkelanjutan pada era Covid-19 telah dirumuskan
oleh Kementerian Pertanian. Strategi penanganan tersebut dapat
dikelompokkan pada tiga agenda, yaitu emergency (jangka pendek),
temporary (jangka menengah), dan permanen (jangka panjang). Dalam
hal ini, kebijakan yang terkait pada ketenagakerjaan berada pada
emergency dan temporary berupa program padat karya pertanian
(Kementan 2020a). Program Padat Karya Pertanian meliputi kegiatan-
kegiatan berikut (Depbidko PP 2020): (1) Padat Karya Gerakan
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), (2) Padat
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 511
Karya Percepatan Olah Tanah dan Percepatan Tanam Padi, (3) Padat
Karya Pengembangan Infrastruktur pertanian di perdesaan
(rehabilitasi jaringan irigasi tersier, irigasi perpipaan dan perpompaan,
pembangunan embung, optimalisasi lahan rawa, UPPO, percepatan
pengolahan lahan pertanian, dan normalisasi pengembangan irigasi
irigasi pertanian), dan (4) Padat Karya Perkebunan.
Implementasi program Padat Karya di subsektor perkebunan
adalah melalui pemberian upah kerja dengan melibatkan pekebun
pada kegiatan-kegiatan APBN Ditjen Perkebunan. Upah kerja
diberikan kepada seluruh provinsi yang ada kegiatan pembangunan
dan pemeliharaan kebun sumber benih, gerakan pengendalian OPT,
pembukaan lahan tanpa bakar, peremajaan, perluasan, rehabilitasi,
dan intensifikasi. Pemberian upah kerja dilakukan sesuai standar
GAP (Good Agriculture Practice) dan satuan biaya perkebunan
(Pasardana.id 2020). Implementasi program tersebut antara lain
melalui penyediaan 500.000 batang benih kelapa genjah untuk
ditanam sebagai tanaman pekarangan di 200 kabupaten/kota pada 19
provinsi. Basis penyaluran melalui kepala keluarga (KK) dan
dibudidayakan berdasarkan GAP. Penyediaan benih kelapa genjah
dan pemberian upah kerja pekebun ini diharapkan dapat membantu
pemasukan pendapatan keluarga (Kementan 2020b).
Selain pembangunan infrastruktur pertanian, program Padat Karya
juga dilaksanakan dengan transfer dana pemerintah langsung ke
rekening kelompok penerima manfaat, yaitu kelompok P3A dan
kelompok tani. Tahun 2020, pembangunan jalan usaha tani ditargetkan
seluas 14,4 hektare di 10 provinsi dengan anggaran Rp47,4 miliar dan
melibatkan 361 kelompok tani (Republika.co.id 2020). Anggaran
sebesar itu relatif kecil dibandingkan dengan total anggaran Padat
Karya sebesar Rp18,44 triliun untuk empat kementerian.
Program Kartu Prakerja
Rencana kartu prakerja tahun 2020 merupakan implementasi dari
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 yang melibatkan refocusing
512 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
kegiatan, realokasi anggaran, dan pengadaan barang dan jasa untuk
percepatan pengolahan Covid-19. Sasaran program Kartu Prakerja
tidak hanya untuk pencari kerja muda, tetapi juga bagi korban PHK,
serta pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang terdampak.
Pemerintah memperbarui data dari berbagai kementerian/lembaga
(K/L) dan pemerintah daerah yang terkena dampak melalui dinas
tenaga kerja, pariwisata, koperasi dan UKM, Kementerian Per-
industrian dan Perdagangan atau asosiasi bisnis yang terkena
dampak (seperti transportasi dan ritel). "Kartu Prakerja" ini
diharapkan ber-manfaat bagi pekerja yang terkena dampak selama
pandemi Covid-19.
Keunggulan kartu kerja prakelas adalah menyediakan kursus/
pelatihan kepada peserta, dan biayanya ditanggung oleh pemerintah
untuk meningkatkan keterampilan peserta. Bagi pekerja sektor
informal, selain pelatihan ada juga program penunjang dari
perbankan melalui penyediaan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Insentif
yang diperoleh peserta diharapkan dapat dipadukan dengan fasilitas
KUR untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan peserta. Jumlah total
hadiah dan bantuan pelatihan adalah Rp3.550.000. Rinciannya, biaya
bantuan pelatihan Rp1 juta, insentif penuntasan pelatihan Rp600.000
per bulan selama empat bulan, dan insentif survei kebekerjaan
Rp150.000. Peserta program hanya dapat mengikuti program satu
kali. Peserta akan diberi insentif setelah menyelesaikan setidaknya
satu kursus pelatihan. Dalam pelaksanaannya, program Kartu
Prakerja ternyata belum menyentuh tenaga kerja informal yang
berdomisili di desa, termasuk buruh tani.
Program Perlindungan Pengangguran
Mengenai perlindungan pekerja/buruh dan kelangsungan usaha
dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19 tahun 2020, Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja M/3/HK.04/III/2020 mengatur tentang
perlindungan dan pengupahan pekerja/buruh sebagai berikut.
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 513
1. Bagi pekerja/pekerja yang tergolong “Orang di bawah
Pemantauan” (ODP) Covid-19 menurut keterangan dokter
sehingga tidak dapat bekerja maksimal 14 hari atau sesuai standar
Kementerian Kesehatan maka akan dibayar penuh.
2. Bagi pekerja/pekerja yang diduga Covid-19 dan dikarantina
menurut keterangan dokter, gajinya akan dilunasi selama masa
karantina/karantina.
3. Bagi pekerja/pekerja yang tidak bekerja akibat penyakit Covid-19
dan telah mendapat surat keterangan tidak bekerja dari dokter,
maka upahnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Bagi perusahaan yang membatasi kegiatan usahanya karena
kebijakan pemerintah daerah masing-masing, dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan Covid-19 (menyebabkan
pekerja/buruh tidak dapat bekerja), dengan tetap memperhatikan
kelangsungan usaha maka akan dilakukan penyesuaian upah
sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Jumlah dan cara
pembayaran diubah untuk pengusaha dan pekerja/buruh.
Untuk menghindari terjadinya PHK, pengusaha dapat mengubah
upah dan metode pembayaran pekerja/pekerja yang diberhentikan
sementara akibat wabah Covid-19 sesuai dengan kesepakatan para
pihak. Pekerja/pekerja yang diduga atau aktif terinfeksi Covid-19
berhak menerima upah sesuai dengan surat edaran. Namun, bila
pengusaha tidak mampu membayar upah sesuai upah minimum
sebagai imbas Covid-19, pengusaha dapat melakukan penangguhan
pembayaran upah. Informasi ini mengindikasikan adanya upaya
alternatif untuk tetap mempekerjakan pekerja dan mempertahankan
kegiatan usaha sesuai aturan di atas (Prajnaparamitha dan Ghoni
2020).
Kebijakan di atas adalah untuk pekerja formal yang memiliki
kontrak kerja dengan perusahaan/pengusaha. Sementara di sektor
pertanian, sebagian besar tenaga kerja merupakan tenaga kerja
informal. Untuk pekerja on farm dengan status pekerja informal,
514 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
belum ada aturan perlindungan tenaga kerja/buruh, baik untuk
tingkat upah dan risiko terhadap pemutusan hubungan kerja.
Pengaturan tingkat upah maupun tata aturan ketenagakerjaan atau
hubungan buruh dengan pengusaha diatur oleh kebiasaan di lokasi
masing-masing. Belum ada pula asosiasi khusus yang
memperjuangkan nasib buruh tani, seperti halnya asosiasi/serikat
pekerja yang sudah terbentuk pada perusahaan.
Pembelajaran Kebijakan Bantuan Perlindungan Tenaga Kerja
Pertanian pada Era Pandemi Covid-19 dari Negara Lain
Berbeda dengan di Indonesia, kebijakan perlindungan tenaga kerja
pertanian di negara-negara lain dalam menghadapi dampak Covid-
19 dilakukan secara lebih masif. Lesson learned dari negara-negara lain
yang juga terdampak Covid-19 dalam melindungi dan memberikan
bantuan kepada tenaga kerja pertanian dan petani diharapkan dapat
memotivasi Pemerintah Indonesia dalam membantu petani dan
tenaga kerja/buruh tani di perdesaan yang terdampak Covid-19. Di
Provinsi Hubei, Tiongkok, kebijakan pemerintah memberikan subsidi
tunjangan hidup sementara sebesar RMB300 bagi pekerja perdesaan
dan bantuan langsung tunai sebesar RMB3.000 untuk retensi populasi
migran di Wuhan (Martin 2020). Di Filipina, rumah tangga
berpenghasilan rendah yang bekerja dalam sektor informal sebanyak
18 juta rumah tangga diberikan tunjangan PHP5,000 hingga PHP8,000
per bulan selama dua bulan (IMF 2020). Kebijakan perlindungan
terhadap tenaga kerja pertanian di negara-negara lain disarikan
sebagai berikut (ILO 2020c).
Di Jerman, pemerintah telah memperpanjang cuti bagi para
pekerja musiman, yang bekerja hingga 115 hari sampai akhir Oktober
2020 tanpa harus membayar kontribusi jaminan sosial. Pemerintah
Jerman juga telah meningkatkan pendapatan tambahan untuk upah
kerja sementara dan pensiun petani. Di Italia, pemerintah
mempermudah persyaratan untuk memperoleh tunjangan
pengangguran sebesar EUR600 selama pandemi Covid-19 bagi para
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 515
pekerja pertanian yang terdampak. Pekerja yang berpenghasilan lebih
rendah dari EUR40.000 setahun berhak atas tunjangan satu kali bebas
pajak sebesar EUR100. Di Namibia, pekerja formal dan informal
pertanian yang kehilangan pekerjaan diberikan bantuan penghasilan
darurat sebesar NA$750.
Di Kolombia, kesepakatan antara serikat pekerja perdesaan
SINTRAINAGRO dan asosiasi industri pisang Augura untuk
menyediakan dukungan perlindungan keselamatan dan kesehatan
bagi sekitar 22.000 pekerja perkebunan pisang. Dukungan
perlindungan tersebut antara lain meliputi penyediaan alat pelindung
diri seperti masker dan disinfektan bagi semua pekerja, pembersihan
dengan disinfektan, penerapan jarak aman dalam transportasi,
makanan sehat bagi pekerja, dan sebagainya. Semua pekerja berusia di
atas 65 tahun dan yang memiliki kondisi penyakit sebelumnya,
termasuk kehamilan yang berisiko memperoleh pengecualian kerja
selama berlaku keputusan pemerintah terkait pengamanan Covid-19
dengan tetap menerima gaji pokok dan 8% tambahan. Di Kanada,
pekerja yang tidak dapat bekerja karena alasan medis, dan memiliki
manfaat cuti tidak berbayar dapat mengajukan aplikasi untuk
memperoleh tunjangan kerja hingga selama 15 minggu, paling banyak
55% dari penghasilan mereka, atau sebesar CA$573 per minggu.
Di Indonesia, program bantuan dan perlindungan bagi tenaga
kerja pertanian belum menjadi kebijakan oleh pemerintah pusat.
Namun, program perlindungan terhadap buruh tani dan petani
penggarap di perdesaan justru telah diinisiasi oleh Pemerintah
Daerah Provinsi Sulawesi Utara dengan memberikan perlindungan
jaminan sosial bagi 36.000 buruh tani dan petani penggarap di
wilayah Sulawesi Utara. Kedua profesi tersebut tergolong sebagai
peserta Bukan Penerima Upah (BPU) yang perlindungannya
ditanggung oleh APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Program
tersebut merupakan hasil koordinasi dan kerja sama dengan BPJS
Ketenagakerjaan, Dinas Pertanian dan Peternakan, serta
Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara (Media Indonesia 2020).
516 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan dalam
perekonomian yang berdampak pada berkurangnya pekerja sektor
informal dan meningkatnya pengangguran. Dampak pengangguran
ini lebih banyak terjadi pada tenaga kerja kaum muda karena mereka
baru masuk pasar kerja, sehingga lebih rentan dengan adanya shock
terjadinya pandemi Covid-19.
Berbagai program pemerintah untuk antisipasi dan mitigasi
dampak pandemi Covid-19 belum bersinergi antarkementerian/KL.
Sektor pertanian dan perdesaan menjadi tumpuan bagi para urban
dan migran yang kembali ke desa, di sisi lain daya serap tenaga kerja
pada sektor pertanian semakin menurun. Pemberlakuan PSBB di
beberapa wilayah menyebabkan terbatasnya mobilitas buruh tani,
sehingga mereka kurang dapat mengakses pekerjaan dan lebih
banyak menganggur. Di sisi lain, petani kesulitan mencari tenaga
kerja, khususnya untuk kegiatan panen.
Belum ada kebijakan perlindungan ketenagakerjaan bagi buruh
tani dan pekerja informal pertanian lain di perdesaan yang bersifat
nasional, baik sebelum maupun pada era pandemi Covid-19. Program
perlindungan upah tenaga kerja pada era pandemi lebih ditujukan
untuk tenaga kerja formal yang memiliki kontrak kerja dengan
pengusaha, bukan untuk buruh tani atau pekerja informal pertanian
lainnya di perdesaan. Program Padat Karya Pertanian memang sudah
dilaksanakan, namun manfaat untuk penyerapan tenaga kerja di
perdesaan masih relatif tertinggal dibandingkan dengan program
padat karya desa dari kementerian lainnya.
Saran
Untuk antisipasi dan penyediaan lapangan kerja di perdesaan,
khususnya bagi kaum urban dan migran yang kembali ke desa pada
masa pandemi Covid-19, diharapkan dapat dilakukan dengan
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 517
menjalin kerja sama antarinstansi teknis dan pemerintahan desa,
terutama dalam pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan tenaga
kerja terdampak Covid-19. Prespektif tenaga kerja muda sangat
berpeluang memasuki pasar tenaga kerja, namun karena sebagian
memiliki keterbatasan dalam keterampilan dan tingkat pendidikan,
maka mereka masih dominan bekerja di sektor informal. Oleh karena
itu, para pekerja yang sudah memiliki kartu prakerja harus bisa
memanfaatkan fasilitas ini semaksimal mungkin untuk bisa
mendapatkan pekerjaan atau berusaha secara mandiri.
Kaum muda di perdesaan yang ingin bekerja di sektor yang
berbasis pertanian diarahkan pada usaha pertanian berbasis IT atau
digital, agar kesan petani bekerja di tempat kotor tidak menimbulkan
keraguan mereka. Kementerian Pertanian sudah mengantisipasi
pemberdayaan kaum muda dalam bertani yang dilakukan dengan
berbagai terobosan untuk mendorong kaum muda berperan dan
berpartisipasi dalam pengembangan pertanian ke arah pertanian
modern. Dalam kaitan ini, diperlukan integrasi upaya antara
pemerintah, kampus (akademisi), dan petani muda untuk
merekonstruksi paradigma dalam bertani.
Untuk memperkuat posisi pekerja pertanian informal di
perdesaan dalam memperoleh perlindungan dan remunerasi, perlu
dibentuk asosiasi buruh tani dengan anggota buruh tani dan pekerja
informal pertanian di perdesaan. Program Padat Karya Pertanian
hendaknya ditingkatkan alokasi anggarannya sehingga dapat
memberikan dampak yang lebih besar pada penyerapan tenaga kerja
perdesaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta A, Arifin EN. 2014. Emerging patterns of Indonesia’s international
migration. Malaysian J Econ Stud [Internet]. [cited 2020 Sep 8]; 51(1):29-
41. Available from: https://mjes.um.edu.my/index.php/MJES/article/view/
2817
518 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
Azizah LN. 2020. Persoalan ekonomi buruh tani Desa Kembiritan Kabupaten
Banyuwangi di masa pandemi [Internet]. [diunduh 2020 Sep 28]. Tersedia
dari:https://www.kompasiana.com/cookyazizah/5ea704f2d541df763061b
362/nasib-buruh-tani-di-masa-pandemi?page=all
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020a. Keadaan angkatan kerja di Indonesia
Februari 2020 Badan Pusat Statistik. Jakarta (ID).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020b. Indikator pasar tenaga kerja di Indonesia
Februari 2020. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020c. Hasil survei sosial demografi dampak
Covid-19. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
Briones R. 2019. Investing in rural youth in the Asia and the Pacific region.
IFAD Research Series 58 [Internet]. Rome (IT): International Fund for
Agricultural Development; [cited 2020 Sep 8]. Available from:
https://www.ifad.org/documents/38714170/41187395/18_Briones_2019+R
DR_BACKGROUND+PAPER.pdf/48ab25bb-6a55-e883-bfe3-
053348a4b865.
[Depbidko PP] Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian. 2020. Arah
kebijakan ekonomi pangan pada masa pandemi Covid-19 dan setelahnya.
Jakarta (ID): Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia.
Ditjen Penanganan Fakir Miskin. 2018. Pemberdayaan masyarakat desa
melalui padat karya [Internet]. [diunduh 2020 Sep 20] Tersedia dari:
http://ppid.pertanian.go.id/doc/1/Materi%20RAKERNAS%20Tahun%202
018/ KEMENSOS.pdf.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2020.
Migrant workers and the COVID-19 pandemic [Internet]. [cited 2020 Oct
14]. Available from: http://www.fao.org/documents /card/en/c/ca8559en/.
Hanri M, Sholihah NK. 2020 Jul 10. Kondisi tenaga kerja Indonesia. Labor
Market Brief. Jakarta (ID): LPEM FEB UI.
Hidayat MF. 2020. Strategi penanggulangan peningkatan pengangguran dan
pemulihan ekonomi nasional: perspektif makroekonomi dan jangka
menengah [Internet]. Makalah Webinar: Dampak Covid-19 terhadap
Ketenagakerjaan; 2020 Jul 10; Jakarta, Indonesia. [diunduh 2020 Okt 14].
Tersedia dari: http://smeru.or.id/sites/default/files/events/covid19
webinar20200710_bappenas.pdf[ILO] International Labour Organization.
2020a. Pemantauan ILO edisi ke-2: Covid-19 dan dunia kerja: estimasi dan
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 519
analisis terbaru [Internet]. [diunduh 2020 Sep 10]. Tersedia dari:
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/pu blication/wcms_741476.pdf
[ILO] International Labour Organization. 2020a. Pemantauan ILO edisi ke-2:
Covid-19 dan dunia kerja: estimasi dan analisis terbaru [Internet].
[diunduh 2020 Sep 10]. Tersedia dari: https://www.ilo.org/wcmsp5/
groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/
wcms_741476.pdf
[ILO] International Labour Organization. 2020b. Covid-19 dan dampaknya
pada pertanian dan ketahanan pangan. Risalah Sektoral ILO [Internet].
[diunduh 2020 Sep 10] Tersedia dari: https://www.ilo.org/wcmsp5/
groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakart/documents/publication/w
cms_743247.pdf
[ILO] International Labour Organization. 2020c. Pelindungan pekerja migran
selama pandemi Covid-19: rekomendasi bagi pembuat kebijakan dan
konstituen [Internet]. [diunduh 2020 Sep 5]. Tersedia dari:
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_745598.pdf
[IMF] International Monetary Fund. 2020. Policy responses to Covid-19
[Internet]. [diunduh 2020 Sep 20]. Tersedia dari: https://www.imf.org/en/ Topics/imf-and-covid19/Policy-Responses-to-COVID-19
[Kemenkeu] Kementerian Keuangan. 2020. Program Padat Karya Tunai
untuk bantu penanganan Covid-19 [Internet]. [diunduh 2020 Sep 20]
Tersedia dari https://www.kemenkeu.go.id/media/14950/padat-karya-
tunai.pdf.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2020a. Kebijakan dan program
Kementerian Pertanian dalam menjamin ketahanan pangan di era new
normal pandemi Covid-19. Bahan presentasi pada Webinar Strategi
Ketahanan Pangan di Era New Normal Pandemi Covid 19 diselenggarakan
oleh Badan Keahlian DPR RI bekerja sama dengan Sekolah Bisnis Institut
Pertanian Bogor; 2020 Jun 9.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2020b. Kementan bantu pekebun: genjot
padat karya di sektor perkebunan [Internet]. [diunduh 2020 Sep 5].
Tersedia dari: http://ditjenbun.pertanian.go.id/kementan-bantu-pekebun-
genjot-padat-karya-di-sektor-perkebunan/
520 Dinamika Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Perdesaan pada Era Pandemi Covid-19
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2020. Survei dampak darurat
virus corona terhadap tenaga kerja Indonesia [Internet]. [diunduh 2020
Sep 5]. Tersedia dari: http://lipi.go.id/siaranpress/survei-dampak-darurat-
virus-corona-terhadap--tenaga-kerja-indonesia/22030.
Martin V. 2020. Mitigating the impact of covid-19 in the agriculture sector in
China People's Daily [Internet]. [cited 2020 Sep 5]. Available from:
http://en.people.cn/n3/2020/0311/c90000-9667113.html.
Media Indonesia. 2020 Sep 24. Raih MURI, 36 ribu petani dan buruh tani jadi
peserta BPJamsostek [Internet] [diunduh 2020 Okt 14]. Tersedia dari:
https://mediaindonesia.com read/detail/347407-raih-muri-36-ribu-petani-
dan-buruh-tani-jadi-peserta-bpjamsostek
Namas M. 2020. Pengangguran: pengertian, jenis dan contoh [Internet].
[diunduh 2020 Sep14]. Tersedia dari: https://www.akuntansilengkap. com/ekonomi/pengertian-dan-jenis-jenis-pengangguran-serta-contohnya.
Ngadi, Meilelianna R, Purba YA. 2020. Dampak pandemi Covid-19 terhadap
PHK dan pendapatan pekerja di Indonesia. J Kependud Indones
[Internet]. [diunduh 2020 Sep 15] Edisi khusus Demografi dan COVID-
19:2020:43-48. Tersedia dari: https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/ index.php/jki/article/download/576/pdf
Pasardana.id. 2020. Sejahterakan petani ditengah wabah Covid-19, Kementan
dorong program Padat Karya [Internet]. [diunduh 2020 Sep 20]. Tersedia
dari: https://pasardana.id/news/2020/4/14/sejahterakan-petani-ditengah-
wabah-covid-19-kementan-dorong-program-padat-karya/.
Prajnaparamitha K, Ghoni MR. 2020. Perlindungan status kerja dan
pengupahan tenaga kerja dalam situasi pandemi COVID-19 berdasarkan
perspektif pembaharuan hukum. Administrative Law & Governance J.
3(2): 314-328
[PRISMA] Partnership for Promoting Rural Income through Supports for
Market in Agriculture Australia-Indonesia. 2020. Dampak Covid-19 di
pertanian‒perspektif petani. Surabaya (ID): Promoting Rural Income
through Supports for Market in Agriculture.
Purba YA, Aini YN. 2020. Nasib angkatan kerja muda di tengah hantaman
COVID-19. [Internet]. [diunduh 2020 Okt 14]. Tersedia dari:
https://kependudukan.lipi.go.id/id/berita/53-mencatatcovid19/1010-
nasib-angkatan-kerja-muda-di-tengah-hantaman-covid-19
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 521
Rahman MA, Kusuma AZD, Arfyanto H. 2020. Situasi ketenagakerjaan di
lapangan usaha yang terdampak pandemi covid-19 [Internet]. [diunduh
2020 Sep 2]. Tersedia dari: https://www.smeru.or.id/sites/default/
files/publication/ib01_naker_id_0.pdf
Reza P. 2020. Anggaran besar program padat karya sektor pertanian dan
perikanan Sariagri [Internet]. [diunduh 2020 Okt 14]. Tersedia dari:
https://sariagri.id/galeri/576/anggaran-besar-program-padat-karya-
sektor-pertanian-dan-perikanan
Republika.co.id. 2020 Mar 23. Kementan perkuat program padat karya bagi
petani [Internet]. [diunduh 2020 Sep 20]. Tersedia dari: https://
republika.co.id/berita/q7n40s380/kementan-perkuat-program-padat-
karya-bagi-petani
Rizal JG. 2020 Sep 12. Petani merugi saat sektor pertanian tumbuh di tengah
pandemi corona, apa masalahnya? [diunduh 2020 Sep 20]. Tersedia dari:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/12/160500965/petani-
merugi-saat-sektor-pertanian-tumbuh-di-tengah-pandemi-corona-apa
Romdiati H, Noveria M. 2020. Dimensi mobilitas penduduk: berpindah,
bukan untuk menetap. J Kependud Indones.14(2):185-198.
Susilo W. 2020 Jul 25. Revitalisasi perdesaan di masa pandemi [Internet].
[diunduh 2020 Sep 3]. Tersedia dari: https://mediaindonesia.com/
read/detail/331466-revitalisasi-perdesaan-di-masa-pandemi
Tey NP. 2014. International perspectives of contemporary migration in Asia
Pacific and across the Pacific. Malaysian J Econ Stud [Internet]. [cited 2020
Sep 8]; 51(1):1-8. Available from: https://mjes.um.edu.my/article/
view/2815/990
Yazid S, Jovita LLD. 2020. Dampak pandemi terhadap mobilitas manusia di
Asia Tenggara. J Ilm Hub Int [Internet]. [diunduh 2020 Sep 8]; 3862:75-83.
Tersedia dari: http://journal.unpar.ac.id/index.php/JurnalIlmiahHubungan
Internasional/article/view/3862
doi:https://doi.org/10.26593/jihi.v0i0.3862.75-83.
Yusuf AN, Suganda T, Hermanto, Mansur F, Hadisoemarto P. 2020. Strategi
ekonomi sektor pertanian di tengah pandemi Covid-19 [Internet].
[diunduh 2020 Okt 14]. Tersedia dari: http://sdgcenter.unpad.ac.id/
strategi-ekonomi-sektor-pertanian-di-tengah-pandemi-covid-19/.