up ismet (pengangguran)

48
PENGARUH INVESTASI PMA, PMDN, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PENGANGGURAN DI PROVINSI BANTEN USULAN PENELITIAN Oleh Muhamad Ismet NIM 555100187

Upload: deska-ardian

Post on 18-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Up Ismet (Pengangguran)

PENGARUH INVESTASI PMA, PMDN, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PENGANGGURAN DI

PROVINSI BANTEN

USULAN PENELITIAN

OlehMuhamad IsmetNIM 555100187

FAKULTAS EKONOMIJURUSAN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI

EKONOMI PEMBANGUNAN2014

Page 2: Up Ismet (Pengangguran)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilllah, segala puji bagi ALLAH SWT, Tuhan

semesta alam yang telah memberikan rahmat, hidayah dan innayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini dengan judul :

“PENGARUH INVESTASI, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN

PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PENGANGGURAN DI

PROVINSI BANTEN”. Penulisan usulan penelitian ini merupakan salah satu

syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa salama proses penulisan usulan penelitian ini penulis

banyak mendapatkan bantuan tenaga, materi, informasi, waktu, maupun dorongan

yang tidak terhingga dari berbagai pihak. Penulis menyadari dengan sedalam-

dalamnya bahwa usulan penelitian ini masih sangat sederhana dan jauh dari

sempurna. Oleh karena itu apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun

demi lebih sempurnanya usulan penelitian ini, senantiasa dapat penulis terima.

Serang , MARET 2014

Page 3: Up Ismet (Pengangguran)

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................................

i

KATA

PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................

iii

I LATAR BELAKANG

PENELITIAN.........................................................................1

II RUMUSAN

MASALAH.............................................................................................4

III MAKSUD DAN TUJUAN

PENELITIAN...............................................................5

IV MANFAAT

PENELITIAN.......................................................................................5

V KERANGKA

PEMIKIRAN.......................................................................................6

VI METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi

Penelitian...........................................................................................8

B. Variabel

penelitian............................................................................................9

Page 4: Up Ismet (Pengangguran)

C. Metode Pengumpulan

Data..............................................................................8

D. Teknik Analisis

Data........................................................................................12

E. Hipotesis

Penelitian..........................................................................................13

F Jadual

Penelitian................................................................................................15

DAFTAR

PUSTAKA......................................................................................................16

Page 5: Up Ismet (Pengangguran)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam

pengelompokan Negara berdasarkan taraf kesejahteraan masyarakatnya, dimana

salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk

Indonesia adalah masalah pengangguran. Masalah pengangguran penting untuk

dianalisa karena pengangguran ini akan menimbulkan gejolak sosial politik yang

dapat mengganggu stabilitas ekonomi suatu Negara. Besarnya angka

pengangguran dapat dikatakan sangat penting dalam mengukur keberhasilan

pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan pengangguran merupakan salah satu

indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan akibat dari pembangunan

ekonomi. Jumlah penduduk yang semakin meningkat diikuti pula dengan jumlah

angkatan kerja yang meningkat akan meningkatkan jumlah pengangguran apabila

tidak diimbangi dengan peningkatan kesempatan kerja, investasi penanaman

modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negri (PMDM), Pengeluaran

pemerintah. Masalah pengangguran juga merupakan masalah yang sangat

berhubungan dengan siklus ekonomi. Masalah pengangguran tidak mungkin

terjadi jika pertumbuhan suatu Negara tersebut tinggi. Tingginya pertumbuhan

ekonomoi jika diikuti oleh melonjaknya jumlah pertumbuhan penduduk yang

tinggi pula tentu tidak akan mengurangi pengangguran. Masalah pengangguran

adalah masalah social yang merupakan mata rantai dari kehidupan sehari hari dan

kehidupan Negara dan juga banyak aspek yaitu politik dan kebahagiaan individu

secara umum.

Dalam keterkaitan masalah pengangguran pemerintah daerah mempunyai

otonomi daerah yang di keluarkan dalam APBD. Kebijakan pengeluaran

pemerintah daerah dalam APBD tercermin dari total belanja pemerintah yang

dialokasikan dalam anggaran daerah. Pengeluaran pemerintah yang terlalu kecil

akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang proposional

akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang boros

Page 6: Up Ismet (Pengangguran)

akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Tetapi pada umumnya pengeluaran

pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan, karena pada dasarnya

pengeluaran pemerintah ditujukan untuk membiayai suatu kegiatan negara atau

pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam meningkatkan

kesejahteraan bagi masyarakat. Salah satu indikator dalam melihat pembangunan

daerah dapat dikaji dari realisasi pengeluaran pemerintah daerah yang terdiri dari

pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari

belanja pegawai, belanja barang dan belanja operasional lainnya. Sementara

pengeluaran pembangunan terdiri dari pengeluaran untuk sarana dan prasarana

fisik.

Tabel berikut akan memperlihatkan realisasi pengeluaran pemerintah

kabupaten/kota di provinsi Banten.

Tabel 1.1Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 2007-2012

Rp. (000)

Kabupaten/kota

2007 2008 2009 2010 2011 2012

KABUPATENPandeglang 807.295.788

.594703.366.208

831.652.824

974.425.322

1.262.427.249

1.249.969.394

Lebak 688.483.026.796

752.218.842

893.060.348

1.002.860.679

1.287.670.738

1.248.211.467

Tangerang 1.249.669.286

1.540.241.104

2.493.632.620

2.446.112.991

2.523.368.887

2.406.051.966

Serang 977.147.078.679

1.016.222.899

1.053.218.496

1.114.427.025

1.439.526.764

1.520.351.594

KOTASerang - - 268.323.2

28530.930.852

751.332.442

687.078.394

Cilegon 484.795.510 554.373.095

642.865.603

701.310.753

879.806.205

952.525.751

Tangerang 1.491.510.257

1.705.638.636

2.134.769.405

2.091.768.709

Tangerang selatan

- - 191.794.415

918.193.487

1.720.736.592

1.553.567.039

Sumber : BPS Provinsi Banten

Pada dasarnya pengeluaran pemerintah yang terdapat dikabupaten/kota Provinsi

Banten sebagian besar di alokasikan untuk belanja pegawai. Peningkatan

anggaran belanja pegawai yang selalu naik setiap tahunnya seharusnya diimbangi

dengan peningkatan produktifitasnya. Namun kondisi yang terlihat saat ini

Page 7: Up Ismet (Pengangguran)

berbeda dengan apa yang diharapkan masih banyak pegawai pemerintah yang

tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Jika terjadinya peningkatan belanja

pegawai ini tidak membawa dampak baik apa-apa maka ini hanya menjadi

pemborosan anggaran pemerintah dan akan menjadi dampak negatif bagi

pertumbuhan ekonomi di Provinsi banten.

Stok modal atau investasi merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Dengan adanya

investasi-investasi baru maka memungkinkan terciptanya barang modal baru

sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja

baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan

mengurangi pengangguran. Dengan adanya investasi-investasi baru maka akan

terjadi penambahan output dan pendapatan baru pada faktor produksi tersebut,

sehingga akan merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi. Untuk mendukung

upaya pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah perlu membuat

kebijakan yang mendukung penanaman modal yang saling menguntungkan baik

bagi pemerintah daerah, pihak swasta maupun terhadap masyarakat. Tumbuhnya

iklim investasi yang sehat dan kompetitif diharapkan akan memacu perkembangan

investasi yang saling menguntungkan dalam pembangunan daerah. Untuk melihat

perkembangan realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan

Penanaman Modal Asing (PMA) di provinsi Banten

Tabel 1.2

Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Banten Tahun 2007-2012

TAHUNPMA PMDN

Proyek (unit)Investasi

(Ribu US$)Proyek (unit)

Investasi (Juta Rupiah)

2007 114 268.627 21 1.753.724

2008 110 197.921 32 1.999.753

2009 68 310.896 14 412.271

2010 19 226.316 15 2.830.007

2011 15 9 440 771 16 2 577 246

2012 26 655.705 18 2.490.284

Page 8: Up Ismet (Pengangguran)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

investasi PMDN di provinsi banten telah terealisasi sebanyak 116 proyek dengan

nilai sebesar Rp. 12.063.285 juta. Sedangkan investasi PMA terealisasi sebesar

US$ 11.100.236 ribu dengan jumlah proyek 352 unit. Selama enam tahun terakhir

investasi PMA di Banten cenderung fluktuatif, sedangkan PMDN mengalami

penurunan yang signifikan di tahun 2009 yaitu mencapai Rp. 412.271 juta rupiah.

Proporsi investasi PMDN maupun PMA serta menurunya pertumbuhan investasi

di provinsi Banten tidak berarti pembangunan ekonomi berjalan lambat dan begitu

pula sebaliknya, karena yang penting bukan besarnya investasi dalam nilai uang

atau jumlah proyek, tetapi bagaimana efisiensi atau produktivitas dari investasi

tersebut. Modal pembangunan yang penting selain investasi adalah sumber daya

manusia. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan diikuti dengan tingkat

pendidikan yang tinggi serta memiliki skill yang bagus akan mampu mendorong

laju pertumbuhan ekonomi, karena dari jumlah penduduk usia produktif yang

besar maka akan mampu meningkatkan jumlah angkatan kerja yang tersedia dan

pada akhirnya akan mampu meningkatkan produksi output di suatu daerah.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu terobosan dalam

menilai pembangunan manusia. Sistem perhitungan ini diperkenalkan oleh

seorang ekonom bernama Amartya Send dan dibantu oleh Mahbub Ul Haq,

sehingga sering indeks ini disebut Indeks Sen. IPM mencakup 3 (tiga) komponen

yang dianggap mendasar bagimanusia dan secara operasional mudah dihitung

untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan

manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan peluang hidup (longevity),

pengetahuan (knowledge), dan hidup layak (decent living) (BPS, 2012).

Napitupulu (2007), IPM adalah salah satu tolok ukur pembangunan suatu wilayah

yang berkorelasi negatif terhadap kondisi kemiskinan di wilayah tersebut, karena

diharapkan suatu daerah yang memiliki nilai IPM tinggi, idealnya kualitas hidup

masyarakat yang tinggi atau dapat dikatakan pula bahwa jika nilai IPM tinggi

maka seharusnya kemiskinan rendah. Kualitas sumber daya manusia juga dapat

menjadi faktor penyebab terjadinya penduduk miskin. Kualitas sumberdaya

Page 9: Up Ismet (Pengangguran)

manusia dapat dilihat dari Indeks Pembangunan manusia (IPM). Rendahnya IPM

akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja penduduk. Produktivitas kerja

yang rendah berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan. Sehingga dengan

rendahnya pendapatan menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin. Berikut

adalah data IPM provinsi Banten

Tabel 1.3

IPM Menurut Kabupaten/Kota di Banten Tahun 2007-2012

Kabupaten/KotaIPM

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pandeglang 67.39 67.75 67.99 68.29 68.77 69.22

Lebak 66.74 67.11 67.45 67.67 67.98 68.43

Tangerang 70.71 71.14 71.45 71.76 72.05 72.36

Serang 67.45 67.80 68.27 68.67 69.33 69.83

Kota Tangerang 74.40 74.70 74.89 75.17 75.44 75.72

Kota Cilegon 74.45 74.94 74.99 75.29 75.60 75.89

Kota Serang 69.43 69.99 70.61 71.45 72.30

Kota TangSel 75.01 75.38 76.01 76.61

Banten 69.29 69.70 70.6 70.48 70.95 71.49

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Status pembangunan manusia tahun 2007-2012 untuk level kabupaten/kota di

provinsi Banten, semuanya masuk dalam kategori menengah. Jika ukuran

menengah menurut skala internasional dibagi lagi menjadi kelas menengah-atas

dan menengah-bawah maka semua kabupaten/kota telah masuk dalam tingkat

pembangunan menengah–atas (IPM antara 66,00 – 79,99). Sehingga tidak ada lagi

kabupaten/kota yang masuk dalam kelas pembangunan manusia rendah (IPM

Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya

produktivitas kerja dari penduduk. Produktivitas yang rendah berakibat pada

rendahnya perolehan pendapatan. Sehingga dengan rendahnya pendapatan tidak

sebanding dengan pengeluaran. Dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya manusia

Page 10: Up Ismet (Pengangguran)

harus bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi.Tetapi berdasarkan kenyataan

yang ada jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia lebih sedikit dari jumlah

angkatan tenaga kerja yang ada. Akibat dari banyaknya penawaran tenaga kerja,

akan banyak terjadi pengangguran karena jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak

termanfaatkan. sehingga menyebabkan pengangguran. Tabel berikut akan

menunjukan tingkat pengangguran yang terdapat di kabupaten/kota provinsi

banten

Tabel 1.4Tingkat Pengangguran Kabupaten/Kota Provinsi Banten

Kabupaten/kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012KABUPATENPandeglang 45.901 52.119 50.480 60.706 58.108 51.131Lebak 63.324 56.807 73.207 75.729 66.471 50.687Tangerang 233.357 252.574 256.372 210.956 204.358 152.235Serang 119.020 118.983 78.010 111.389 87.433 86.715KOTASerang 139.587 35.047 49.762 38.015 28.420Cilegon 31.573 29.171 29.224 37.397 24.426 20.360Tangerang 146.906 130.122 193.306 121.818 76.134Tangerang selatan

50.132 79.935 51.528

Banten 632.762 656.560 652.465 726.377 680.564 518.210Sumber : Banten dalam angka 2007-2012

Tabel 1.2 menunjukan bahwa jumlah pengangguran di provinsi banten

tahun 2007-2012 mengalami trend penurunan meskipun tidak signifikan. Pada

tahun 2010 Banten memiliki jumlah pengangguran yang tinggi yaitu sebesar

726.377 jiwa, dan di tahun 2012 jumlah pengangguran diprovinsi banten menurun

menjadi 518.210 jiwa. Ditahun 2007-2010 Kabupaten Tangerang memiliki jumlah

pengangguran yang tinggi di bandingkan Kabupaten/Kota yang terdapat di

Provinsi Banten.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis ingin melakukan

penelitian mengenai “PENGARUH INVESTASI, INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP

PENGANGGURAN DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2007-2012”.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Page 11: Up Ismet (Pengangguran)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan yang

akan dibahas sebagai berikut.

a. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten tahun 2007–2012?

b. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten tahun 2007–2012?

c. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten tahun 2007-2012?

d. Bagaimana pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten tahun 2007-2012?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten tahun 2007–2012.

b. Mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten tahun 2007 – 2012.

c. Mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

tingkat pengagguran di Provinsi Banten tahun 2007-2012.

d. Mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten tahun 2007-2012.

1.3 MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang di atas, kegunaan penelitian ini adalah :

a. Manfaat Akademik

Page 12: Up Ismet (Pengangguran)

Dapat memberikan informasi dan gambaran bagi pihak yang

membutuhkan, terutama bagi penelitian yang sejenis.

b. Manfaat praktek

Dapat memberikan sumbangan pikiran kepada pemerintah Provinsi Banten

dalam mengatasi masalah kependudukan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Kenaikan jumlah penduduk yang terjadi di Indonesia mengakibatkan

lonjakan angkatan kerja. Akan tetapi dengan sempitnya lahan pekerjaan di

Indonesia ini, para angkatan kerja tersebut tidak akan terserap sepenuhnya,

bahkan tidak terserap dalam jumlah banyak. Akibatnya pengangguran pun

meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat kaum klasik, yang menyatakan bahwa

penduduk yang semakin bertambah jumlahnya akan mengakibatkan penurunan

pada pendapatan nasional, hal ini akan berdampak secara tidak langsung terhadap

kenaikan jumlah pengangguran.

2.1.1 Pengangguran

Pengangguran didefinisikan sebagai penduduk yang tidak bekerja lagi

tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru,

atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapat

pekerjaan, atau penduduk yang tidak mencari starts).

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah

pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan penfapatan yang menyebabkan penganggur harus mengurangi

pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunya tingkat kemakmuran

dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan

efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat

pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik

keamanan dan social sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan

Page 13: Up Ismet (Pengangguran)

ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per

kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal

istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa

dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau

keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri

atau memang tidak memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja.

Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan kerja, lapangan kerja

(minimal) untuk diri sendiri akan berdampak positif untuk orang lain juga,

misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu

orang lain walau sedikit saja

2.1.2 Investasi

Kata investasi merupakan sesuatu yang tak asing lagi dalam ilmu

ekonomi. Investasi adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan

ekonomi yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah.

menurut Sadono Sukirno (2005), teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai :

pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan

produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang

modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan

jasa. Ketika pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan

produksi tersebut diperkirakan akan mendatangkan keuntungan berupa hasil

penjualan yang lebih besar dari pengeluaran yang untuk investasi, maka investor

akan memutuskan untuk melakukan investasi atau penanaman modal.

Menurut Undang-undang Republik IndonesiaNo. 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal, adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal

antara lain adalah untuk:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

b. Menciptakan lapangan kerja;

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

Page 14: Up Ismet (Pengangguran)

d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil

dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam

negeri maupun dari luar negeri; dan

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tingkat investasi baik PMA maupun PMDN dapat memiliki hubungan

positif dan negatif terhadap besarnya pengangguran. Dengan meningkatnya

jumlah investasi maka angka pengangguran akan menurun, selain itu apabila

jumlah investasinya menurun maka angka pengangguran akan meningkat.

2.1.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan

pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan

bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan

akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai

sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya

tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah

produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995).

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara

atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan

hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali),

dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang

layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat

jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. Karena hanya mencakup

tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang

kompleks dari luasnya dimensi pembangunan manusia. Oleh karena itu, pesan

dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat

mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya

Page 15: Up Ismet (Pengangguran)

(yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik, kesinambungan

lingkungan, kemerataan antar generasi.

2.1.3.1 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia Dengan Pengangguran

Peningkatan kualitas SDM akan berpengaruh terhadap peningkatan

produktivitas kerja yang kemudian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada gilirannya akan meningkatkan

permintaan tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Oleh sebab

itu peningkatan IPM diharapkan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan

mengurangi pengangguran. Pengangguran yang rendah inipun diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Todaro (2000) juga mengatakan bahwa

pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan

manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara

dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar

tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.

Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi

penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk

miskin asset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan

kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas, dan

pada gilirannya meningkatkan pendapatan.Kualitas Sumberdaya Manusia yang

dapat dilihat dari nilai Indeks PembangunanManusia dapat menjadi penyebab

terjadinya penduduk miskin. Rendahnya IndeksPembangunan Manusia (IPM)

akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja yang berimbas pada rendahnya

perolehan pendapatan. Sehingga dengan rendahnya pendapatanmenyebabkan

tingginya jumlah penduduk miskin

2.1.4 Pengeluaran Pemerintah

Dalam rangka mencapai kondisi masyarakat yang sejahtera pemerintah

menjalankan berbagai macam program pembangunan ekonomi, aktivitas

pemerintah dalam melakukan pembangunan membutuhkan dana yang cukup

Page 16: Up Ismet (Pengangguran)

besar, pengeluaran pemerintah mencerminkan kombinasi produk yang dihasilkan

untuk menyediakan barang publik dan pelayanan kepada masyarakat yang

memuat pilihan atas keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam kebijakan

fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran yaitu anggaran berimbang,

anggaran surplus dan defisit. Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin

mengatasi masalah inflasi. Sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah

ingin mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Jika pemerintah merncanakan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk

mengurangi angka pengangguran maka pemerintah dapat meningkatkan

pengeluarannya. Pendapatan daerah yang diperoleh baik dari pendapatan asli

daerah maupun dana perimbangan tentunya digunakan pemerintah daerah untuk

membiayai belanja daerah.

Belanja daerah berdasarkan permendagri No 13 tahun 2006 tentang

pengolahan keuangan daerah dikelompokan kedalam belanja langsung dan belanja

tidak langsung. Kelompok belanja langsung, merupakan belanja yang dianggarkan

tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yaitu

belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan

sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tak terduga.

Kelompok belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yaitu belanja pegawai,

belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Menurut UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, belanja

daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Teori pengeluaran pemerintah Peacock wiseman.

Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori mengenai

perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Peacock dan Wiseman

mengemukakan pendapat lain dalam menerangkan perilaku pemerintah. Mereka

mendasarkannya pada suatu analisis penerimaan pengeluaran pemerintah.

Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan

memperbesar penerimaan dari pajak. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori

mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai tingkat toleransi pajak,

Page 17: Up Ismet (Pengangguran)

yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak

yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi

masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai

aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai tingkat kesediaan masyarakat

untuk membayar pajak. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah

untuk menaikan pemungutan pajak secara semena-mena. Menurut peacock dan

wiseman adalah pertumbuhan ekonomi mnyebabkan pemungutan pajak semakin

meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan

pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat (Basri,

2005).

2.1.4.1 Hubungan antara Pengeluaran Pemerintah dan Pengangguran

Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran yaitu

anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam pengertian

umum, anggaran berimbang yaitu suatu kondisi dimana penerimaan sama dengan

pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari

penerimaan (G < T). Sedangkan anggaran defisit yaitu anggaran pengeluaran

lebih besar dari penerimaan (G > T). Anggaran surplus digunakan jika pemerintah

ingin mengatasi masalah inflasi. Sedangkan anggaran defisit digunakan jika

pemerintah ingin mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Jika pemerintah merencanakan peningkatan pertumbuhan ekonomi

untuk mengurangi angka pengangguran maka pemerintah dapat meningkatkan

pengeluarannya. (Mangkoesoebroto, 1994). Pengeluaran pemerintah terdiri dari :

1.Pengeluaran rutin. Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan

untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja

pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi dan pengeluaran rutin

lainnya. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat

menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan

pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan aset negara, pemenuhan

kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada masyarakat

miskin dan kurang mampu serta menjaga stabilitas perekonomian.

(Mangkoesoebroto, 1994)

Page 18: Up Ismet (Pengangguran)

2.Pengeluaran pembangunan. Pengeluaran pembangunan yaitu

pengeluaran yang digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi,

sosial dan umum dan yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk

pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan dalam

periode tertentu. Anggaran pembangunan secara fisik maupun nonfisik selalu

disesuaikan dengan dana yang dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada

berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan. Peranan

anggaran pembangunan lebih ditekankan pada upaya penciptaan kondisi yang

stabil dan kondusif bagi berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap

memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi.

Sejak tahun 2005 mulai ditetapkan penyatuan anggaran antara

pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan serta pengklasifikasian anggaran

belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja, organisasi dan fungsi. (Nota

Keuangan dan RAPBN, 2005). Dengan berbagai perubahan dan

penyesuaianformat dan struktur belanja negara yang baru, maka belanja negara

menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) terdiri dari belanja pegawai, belanja

barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, hibah, bantuan sosial,

dan belanja lain-lain. Sedangkan belanja untuk daerah, sebagaimana yang berlaku

selama ini terdiri dari dana perimbangan, dan dana otonomi khusus dan

penyesuaian.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi untuk penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a) Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi (2009) dan Algofari (2010)

dengan judul “Pengaruh Produktivitas, Pertumbuhan ekonomi,

Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Upah dan Inflasi Terhadap Tingkat

Pengangguran di Indonesia”, menemukan bahwa Secara parsial,

investasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran di

Indonesia. Terdapatnya pengaruh yang signifikan antara tingkat

pengangguran dan investasi mengindikasikan bahwasannya tingkat

Page 19: Up Ismet (Pengangguran)

pengangguran dipengaruhi oleh investasi. Investasi yang meningkat

menandakan adanya peningkatan terhadap kegiatan penanaman modal

baik itu berupa pendirian pabrik baru, membeli peralatan dan mesin-

mesin ataupun sebagainya.

b) Penelitian yang dilakukan oleh Satrio (2010:83) dengan judul

“Pengaruh Produktivitas, Pertumbuhan ekonomi, Investasi,

Pengeluaran Pemerintah, Upah dan Inflasi Terhadap Tingkat

Pengangguran di Indonesia” menemukan bahwa pengeluaran

pemerintah mempengaruhi tingkat pengangguran secara signifikan.

Terdapatnya pengaruh yang signifikan antara tingkat pengangguran

dan pengeluaran pemerintah mengindikasikan bahwasanya tingkat

pengangguran dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah. Apabila

pengeluaran pemerintah meningkat seperti belanja modal untuk

meningkatkan infrastruktur, maka akan berdampak terhadap

peningkatan produksi output. Output yang meningkat akan

meningkatkan permintaan terhadap faktor-faktor produksi salah

satunya adalah tenaga kerja. Dengan demikian keadaan seperti ini akan

mendorong turunnya tingkat pengangguran.

c) Penelitian yang dilakukan oleh Edy (2009) menganalisis pengaruh

pendidikan sumber daya manusia terhadap pengangguran di provinsi

Jawa Tengah menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan indeks

pembangunan manusia mempengaruhi pengangguran karena seseorang

yang memiliki pendidikakan tinggi akan cenderung mencari pekerjaan

pada daerah provinsi baru, karena hal ini lebih leluasa bersaing di

daerah atau provinsi lain yang memiliki leading sektor usaha sesuai

dengan pendidikan yang dimilikinya. Dengan melalui model PAM

tersebut ternyata dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak

menunjukan signifikan dan variabel-variabel dependen terhadap

variabel independennya yaitu pengangguran. Sungguhpun koefisien

determinasi nilai R menunjukan nilai relative baik, yaitu sebesar 0,644.

Dalam model ini terdapat multikolinieritas pada variabel tingkat

pendidikan, kepadatan penduduk, tingkat indeks pembangunan

Page 20: Up Ismet (Pengangguran)

manusia maupun lagi tingkat penganggurannya. Dalam uji

heteroskedasitas semua nilai signifikan karena lebih besar dan alpha

(0,05). Dan kesimpulan dan uji autokorelasi tidak terdapat

autokorelasi.

d) Penelitian yang dilakukan oleh Mukti Hadi Prasaja dengan judul

Pengaruh Investasi Asing, Jumlah Penduduk dan Inflasi terhadap

Pengangguran terdidik di jawa tengah periode tahun 1980-2011 Hasil

dari penelitian ini adalah investasi asing berpengaruh negatif dan

signifikan terhadappengangguran terdidik yaitu sebesar -0.321706.

Meningkatnya investasi menciptakan permintaan dan memperbesar

kapasitas produksi maka menciptakan lapangan pekerjaan baru

sehingga pengangguran dapat terserap. Jumlah penduduk berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pengangguran terdidik yaitu sebesar

7.241755. Kenaikan jumlah penduduk yang terjadi di Jawa Tengah

mengakibatkan lonjakan angkatan kerja, sempitnya lahan pekerjaan di

Jawa Tengah mengakibatkan angkatan kerja tidak terserap

sepenuhnya.

2.3 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam

penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu

hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua

variabel atau lebih (J.Supranto, 1997).

Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan

berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian

dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut

1. Diduga Investasi berpengaruh positif terhadap pengangguran.

2. Diduga Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Page 21: Up Ismet (Pengangguran)

3. Diduga pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap

pengangguran.

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Dengan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran, maka

dapat dianalisis keterkaitan masing-masing variabel tersebut terhadap

pengangguran. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tingkat pengangguran yang tinggi disebakan oleh kurangnya lapangan

kerja yang tersedia di suatu daerah di tentukan oleh tingkat investasi.

Semakin tinggi investasi suatu daerah maka akan merangsang lapangan

pekerjaan baru.

Peningkatan kualitas SDM akan berpengaruh terhadap peningkatan

produktivitas kerja yang kemudian berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi pada gilirannya akan meningkatkan peningkatan tenaga kerja

sehingga dapat mengurangi pengangguran.

Antara pengangguran dengan pengeluaran pemerintah ada hubungan yang

bias di lihat dari besarnya pengeluaran pemerintah untuk mengurangi

angka pengangguran.

Secara ringkas kerangka pemikiran dalam penelitian ini mengemukakan

sistematika kerangka konseptual tentang pengaruh beberapa variabel yang terdiri

dari investasi, indeks pembangunan manusia dan pengeluaran pemerintah

terhadap pengangguran yang terjadi di kabupaten/kota Provinsi Banten tahun

2007-2012. Skema hubungan antara pengangguran dengan variabel-variabel yang

mempengaruhinnya dapat dilihat sebagai berikut :

gambar

Kerangka berfikir

Investasi PMA dan PMDN (X1)

Indeks Pembangunan Manusia (X2)

pengangguran (Y)

Page 22: Up Ismet (Pengangguran)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional variabel

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, maka

digunakan definisi operasional sebagai berikut.

a. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen yang mencerminkan

indikator pengangguran yaitu :

Variabel Pengangguran

Variabel tingkat pengangguran di wilayah Provinsi banten dihitung

dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah

angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan yang dan dinyatakan

dalam persen.

b. Variabel independen

Variabel independen atau variabel terikat dalam penelitian ini sebagai

berikut :

Variabel Investasi

Variabel investasi di wilayah provinsi Banten diperoleh dari nilai

rekapitulasi realisasi penanaman modal asing dan penanaman

modal dalam negri

Variabel Indeks Pembangunan Manusia

Pengeluaran Pemerintah (X3)

Page 23: Up Ismet (Pengangguran)

Variabel Indeks Pembangunan Manusia di wilayah provinsi Banten

diperoleh dari Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai

berikut :

IPM = 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)] ……… (1)

dimana :

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) + 1/3(indeks rata-rata lama sekolah)

X(3) : Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara

selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum

dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan

sebagai berikut ;

Indeks X(i)= X(i) - X(i)min / [X(i)maks - X(i)min] ……… (2)

dimana :

X(1) : Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)

X(2) : Nilai maksimum sekolah X(i)

X(3) : Nilai minimum sekolah X(i)

Pengeluaran Pemerintah

Variabel pengeluaran pemerintah di wilayah Provinsi Banten

diperoleh dari nilai realisasi anggaran belanja APBD masing-

masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Banten pada tahun yang

bersangkutan.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dari segi pendekatan dibagi menjadi dua macam yaitu,

pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Penelitian atau studi dilakukan

untuk mengkaji suatu fenomena yang didasarkan atas teori yang relevan guna

mengetahui kebenaran atas teori tersebut. Dalam penelitian ini analisis yang

Page 24: Up Ismet (Pengangguran)

digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif dengan demikian jenis penelitian ini

adalah penelitian deskriptif.

3.3 Populasi dan Sampel

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” Sugiyono

(2005: 72).

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut” Sugiyono (2005:73). “Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik pengambilan sampel secara acak (simple random

sampling), dengan menggunakan rumus slovin, Husein Umar” (2004:

108).

3.4 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder yaitu data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi terkait

yang bukan pengolahnya atau data yang telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Lembaga

yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain :

- Badan Pusat Statistik Propinsi Banten.

- Informasi-informasi tertulis baik yang berasal dari instansi terkait maupun

internet, yang berhubungan dengan topik penelitian untuk memperoleh

data sekunder.

Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

a. Data tingkat Pengangguran dalam Ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota

Provinsi Banten.

b. Data realisasi Investasi PMA dan PMDN Kabupaten/Kota di provinsi

Banten.

c. Data Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di provinsi

Banten.

d. Data nilai total realisasi Pengeluaran Pemerintah di Kabupaten/Kota

Provinsi Banten.

Page 25: Up Ismet (Pengangguran)

Penelitian ini seluruhnya menggunakan data sekunder. Data sekunder yang

digunakan dalam analisis ekonometrika pada penelitian ini adalah data panel

(gabungan antara data time series dan cross section) dalam bentuk tahunan. Data

time series yang digunakan adalah dimulai dari periode 2007 – 2012 (6 tahun) dan

data cross section Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Data sekunder ini

dikumpulkan melalui identifikasi informasi spesifik yang diperoleh terkait dengan

variabel-variabel penelitian untuk menghasilkan kesimpulan yang obyektif.

3.5 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode statistika untuk keperluan estimasi.

Dalam metode statistika alat analisis yang biasa di pakai dalam khasanah

penelitian adalah analisis regresi. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi atas

ketergantungan suatu variabel yaitu variabel yang tergantung pada variabel yang

lain yang di sebut dengan variabel bebas dengan tujuan untuk mengestimasi

dengan meramalkan nilai populasi berdasarkan nilai tertentu dari variabel yang di

ketahui (Gujarati, 1996: 13-14).

Tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari : estimasi

regresi menggunakan data panel, regresi persamaan linear berganda, uji asumsi

klasik dan uji statistik.

3.6 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan antar variabel

dinyatakan dalam bentuk persamaan, sehingga nilai variabel Y dapat ditentukan

atau diramalkan apabila nilai variabel X diketahui. Untuk mencari Persamaan

regresi berganda menurut Sugiyono (2008: 277) adalah :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε1 ................. (1)

Dimana:

Y = Pengangguran

α = Konstanta

Page 26: Up Ismet (Pengangguran)

X1 = Investasi Penanaman Modal Asing (PMA)

X2 = Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN)

X3 = Indeks Pembanguan Manusia

X4 = Pengeluaran Pemerintah

β1 β2 β3 β4 = koefisien Regresi

ε =Variabel lain yang mempengaruhi

pengangguran

3.6.1 Metode Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:

1. Common Effect Model

Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena

hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada

model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga

diasumsikan bahwa perilaku data wilayah sama dalam berbagai kurun

waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least

Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model

data panel.

2. Fixed Effect Model

Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat

diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data

panel model Fixed Effects menggunakan teknik variable dummy untuk

menangkap perbedaan intersep antar wilayah, perbedaan intersep bisa

terjadi karena perbedaan karakteristik dan potensi. Namun demikian

slopnya sama antar wilayah. Model estimasi ini sering juga disebut

dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).

3. Random Effect Model

Page 27: Up Ismet (Pengangguran)

Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan

mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada

model Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error

terms masing-masing wilayah. Keuntungan menggunkan model

Random Effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini

juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik

Generalized Least Square (GLS).

3.7 Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian

tersebut memenuhi syarat - syarat lolos dari pengujian asumsi klasik. Syarat-

syarat tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung

multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas, perlu dilakukan pengujian

asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas sebelum melakukan pengujian hipotesis.

Terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut akan menyebabkan uji

statistik (uji t-statistik dan f-statistik) yang dilakukan menjadi tidak valid dan

secara statistik akan mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. Berikut ini

penjelasan uji asumsi klasik yang akan digunakan ( Imam Gozali, 2009).

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil

estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala

heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model

regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi

persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat

heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi

( Sudrajat 1988 : 164).

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual normal. Uji normalitas dalam penelitian ini

adalah menggunakan uji Jarque-Bera Test (J-B). Uji Jarque-Bera digunakan

untuk menguji kenormalan data. Kenormalan data merupakan salah satu asumsi

Page 28: Up Ismet (Pengangguran)

standar pada banyak uji-uji statistik seperti pada uji t dan uji F serta dalam

pembuatan model regresi. Alasan utama mengapa asumsi kenormalan data

diperlukan dalam banyak situasi, karena prosedur pengujian tersebut didasari pada

distribusiyang berasal dari distribusi normal. Uji Jarque-Bera menggunakan

ukuran skewness dan kurtosis. Statistik Jarque-Bera mengikuti sebaran chi-square

dengan derajat bebas dua untuk sampel besar. Hipotesa nol (H0) pada uji ini

adalah data menyebar secara normal.

3.7.2 Uji heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas.

Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dalam model

regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas (Sumodiningrat. 2001 : 271). Dasar pengambilan keputusan uji

heteroskedastisitas sebagai berikut :

- Jika nilai Sig variabel independen < 0,05 terjadi Heterokedastisitas.

- Jika nilai Sig variabel independen > 0,05 tidak terjadi Heterokedastitas.

3.7.3 Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar

variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam

model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode

pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu :

1. dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi.

2. dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2)

dengan nilai determinasi secara serentak (R2).

3. dengan melihat nilai eigenvalue dan condition index.

Page 29: Up Ismet (Pengangguran)

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat

nilai inflation factor (VIF) pada model regresi dan membandingkan nilai

koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak

(R2). Menurut Santoso (2001), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka

variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas

lainnya.

3.8.3 Uji Asumsi Klasik Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W),

dengan tingkat kepercayaan α = 5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2

maka tidak ada autokorelasi (Santoso. 2002 : 219).

3.8 Hipotesis Statistik

untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat dapat digunakan metode

analisis sebagai berikut:

3.8.1 Uji Fit Model (Uji F)

Pengujian hipotesis secara simultan (menyeluruh) dengan menggunankan

“uji F” yaitu degan mencari “ f hitung” dan dengan membandingkan “f tabel”.

Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan apakah pengaruh dari variable

independen secara simultan (menyeluruh) memiliki pengaruh signifikan atau tidak

dengan variabel dependen (Ghozali, 2006)

Dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ho = Investasi PMA, PMDN, Indeks Pembangunan Manusia dan Pengeluaran

Pemerintah tidak mempunyai pengaruh terhadap Pengangguran.

Ha = Investasi PMA, PMDN, Indeks Pembangunan Manusia dan Pengeluaran

Pemerintah mempunyai pengaruh terhadap Pengangguran.

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah :

Page 30: Up Ismet (Pengangguran)

- Jika f hitung >f tabel maka Ho ditolak (ada pengaruh signifikan)

- Jika f hitung<f tabel maka Ho diterima (tidak ada pengaruh signifikan)

Berdasarkan data signifikan dengan kriteria sebagai berikut :

- Jika signifikan > 0,05 maka Ho diterima

- Jika signifikan < 0,05 maka Ho ditolak

3.8.2 Uji Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial (individu) dengan menggunakan “uji t”

yaitu dengan mencari {t} rsub {hitung} dan membandingkan dengan “ttabel”.

Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan apakah pengaruh dari variabel

independen secara parsial (individu) memiliki pengaruh signifikan atau tidak

dengan variabel dependen (Ghozali, 2006).

Dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ho1 = Investasi PMA tidak mempunyai pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Ha1 = Investasi PMA mempunyai pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Ho2 = Investasi PMDN tidak mempunyai pengaruh terhadap Perumbuhan

Ekonomi

Ha2 = Investasi PMDN mempunyai pengaruh terhadap Perumbuhan Ekonomi.

Ho3 = IPM tidak mempunyai pengaruh terhadap Perumbuhan Ekonomi.

Ha3 = IPM mempunyai pengaruh terhadap Perumbuhan Ekonomi.

Ho4 = Pengeluaran Pemerintah tidak mempunyai pengaruh terhadap Perumbuhan

Ekonomi.

Ha4 = Pengeluaran Pemerintah mempunyai pengaruh terhadap Perumbuhan

Ekonomi.

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah :

- Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak (ada pengaruh signifikan)

- Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (tidak ada pengaruh signifikan)

Berdasarkan dasar signifikasi dengan criteria sebagai berikut :

- Jika signifikasi > 0.05 maka Ho diterima

- Jika signifikasi < 0.05 maka Ho ditolak

Page 31: Up Ismet (Pengangguran)

3.8.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi dari variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah anatara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukan

keampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen

amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu menunjukan variabel-variabel

independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2006)

3.7 Tempat Dan Schedule/ Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Provinsi Banten. Jadwal penelitian

dimulai dari awal maret sampai dengan bulan Mei.