disentri

25
LAPORAN KASUS Disentri Disusun Oleh : Muhamad Lutfi Rahmat 030.10.187 Pembimbing : Dr. H. Didi Sukandi, SpA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK PERIODE 29 JUNI– 5 SEPTEMBER 2015 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

Upload: lutfi-alka

Post on 16-Jul-2016

23 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

disenti

TRANSCRIPT

Page 1: DISENTRI

LAPORAN KASUS

Disentri

Disusun Oleh :

Muhamad Lutfi Rahmat

030.10.187

Pembimbing :

Dr. H. Didi Sukandi, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 29 JUNI– 5 SEPTEMBER 2015

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2015

Page 2: DISENTRI

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RS PENDIDIKAN : RSUD KARAWANG

STATUS PASIEN KASUS II

Nama Mahasiswa : Muhamad Lutfi R Pembimbing : dr. H. Didi Sukandi Sp.A

NIM : 030.10.87 Tanda tangan:

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A Jenis Kelamin : Laki laki

Umur : 1 tahun 3 bulan 28 hari Suku Bangsa : Sunda

Tempat / tanggal lahir : Karawang, 12 Maret 2014 Agama : Islam

Alamat : Kp Jatimulya Kecamatan Rengasdengklok, Kab. Karawang

Pendidikan : -

I. RIWAYAT PENYAKIT

A. ANAMNESIS

Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. (ibu kandung pasien)

Lokasi : Ruang rawat inap Rawamerta RSUD Karawang

Tanggal / waktu : 8 Juli 2015

Tanggal masuk : 8 Juli 2015

Keluhan utama : Diare berdarah sejak 3 hari SMRS

Keluhan tambahan : Demam, kembung dan nafsu makan berkurang

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Orang tua pasien mengeluh pasien BAB mencret sejak 3 hari sebelum masuk

rumah sakit. Dengan frekuensi 7 kali perhari. Konsistensi cair, tidak ada ampas,

berdarah dan berlendir. Ibu pasien mengeluhkan demam sejak 3 hari SMRS.

Demamnya dirasakan terus menerus sepanjang hari. Demam tinggi dengan perabaan

tangan.

Selain itu, ibu pasien juga mengeluhkan pasien perutnya kembung , mengalami

penurunan nafsu makan dan anak rewel.

Pasien belum pernah dibawa ke dokter sebelumnya untuk berobat. Keluhan diare

berdarah baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Riwayat keluhan sama pada

keluarga dan tetangga disangkal. Pasien pernah dirawat dengan asma ringan.

1

Page 3: DISENTRI

B. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)

Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)

DBD (-) Kejang (-) Penyakit paru (+)

Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)

Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain (-)

Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Pasien memiliki riwayat

penyakit asma

C. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN

KEHAMILA

N

Morbiditas

kehamilan

Tidak ada

Perawatan antenatal Tidak diketahui

KELAHIRAN

Tempat persalinan RSUD Karawang

Penolong persalinan Dokter dan Bidan

Cara persalinanSC

Penyulit : -

Masa gestasi Cukup bulan

Keadaan bayi

Berat lahir : 2925 gr

Panjang lahir : 48 cm

Lingkar kepala : (tidak tahu)

Langsung menangis (+)

Kemerahan (+)

Nilai APGAR : 6/8

Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Baik (Neonatus Cukup Bulan -

Sesuai Masa Kehamilan)

2

Page 4: DISENTRI

D. RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi I : Umur 8 bulan (Normal: 5-9 bulan)

Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

Psikomotor

Tengkurap : Umur bulan (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : Umur bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : Umur 18 bulan (Normal: 13 bulan)

Bicara : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Baik (sesuai usia)

E. RIWAYAT MAKANAN

Umur

(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

0 – 2 ASI + PASI - - -

2 – 4 PASI - - -

4 – 6 PASI - - -

6 – 8 PASI + (Biskuit) + +

8 – 10 PASI + + +

10 -12 PASI + + +

Kesimpulan riwayat makanan : Sejak lahir pasien mendapatkan ASI eksklusif

F. RIWAYAT IMUNISASI

Jenis

vaksin

Usia pemberian vaksin

Bulan

lahir 1 2 3 4 5 6 9 12

Hepatitis

B

x x x

Polio x x x x

BCG x

3

Page 5: DISENTRI

DTP x x x

Hib x x x

PCV x x x

Rotavirus x x x

Influenza

Campak x

MMR

Tifoid

Hepatitis

A

Varisela

HPV

Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap dan sesuai jadwal, belum

mendapatkan imunisasi booster.

G. RIWAYAT KELUARGA

a. Corak Reproduksi

No Tanggal lahir (umur)

Jenis kelamin Hidup Lahir

mati Abortus Mati (sebab)

Keterangan kesehatan

1. 12 Maret 2014 Laki laki (+) (-) (-) (-) Pasien

II. PEMERIKSAAN FISIK

4

Page 6: DISENTRI

Pemeriksaan di Bangsal ( 8 Ju l i 2015)

A. Status Generalis

Keadaan Umum

Kesan Sakit : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Kesan Gizi : Baik

Keadaan lain :Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-),

edema (-)

Data Antropometri

Berat Badan sekarang : 8.3 kg

Berat Badan sebelum sakit : 8.3 kg

Tinggi Badan : cm

Tanda Vital

Nadi : 120 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular

Nafas : 36x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 3

Suhu : 36,5O C

KEPALA : Normocephalic, deformitas (-),

RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal

WAJAH :Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, ptekiae (-), luka atau jaringan

parut

MATA :Visus : tidak dinilai Ptosis : -/-

Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-

Konjunctiva anemis : +/+ Cekung : -/-

Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+

Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+

Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor

Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+

TELINGA :

Bentuk : normotia Tuli : -/-

Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-

Liang telinga : lapang Membran timpani : sulit dinilai

Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai

Cairan : -/-

5

Page 7: DISENTRI

HIDUNG :

Bentuk : simetris Napas cuping hidung : - / -

Sekret : -/- Deviasi septum : -

Mukosa hiperemis : -/-

BIBIR : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (+)

MULUT : Oral higiene baik, gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi : merah

muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), lidah : normoglosia, ulkus (-), hiperemis (-)

massa (-)

TENGGOROKAN : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-),

faring tidak hiperemis, ulkus (-) massa (-)

LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,

tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB

THORAKS :

JANTUNG

Inspeksi : Ictus cordis terlihat pada ICS V linea midklavikularis sinistra

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra

Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra

Batas kanan jantung : ICS III – V linea sternalis dextra

Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

PARU

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada

pernafasan yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, pada sela iga

tidak terlihat adanya retraksi, pembesaran KGB aksila -/- , tidak

ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada

Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri,

vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.

Batas paru – lambung : ICS VII linea axilarris anterior

Batas paru – hepar : ICS VI linea midklavikularis dextra

Auskultasi : Suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing -/-

ABDOMEN :

Inspeksi : Perut kembung, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut

maupun benjolan, kulit keriput (-) gerakan peristaltik (-)

6

Page 8: DISENTRI

Palpasi : Datar, supel, NT (-) di region epigastrium, hepar: 1/3 di bawah arcus

costae kanan/ 1 cm di bawah proc. Xiphoideus, lien: Schuffner 0.

Perkusi : Hepar: 3 cm di bawah arcus costae kanan/ 1 cm di bawah

Proc. Xiphoideus, timpani pada seluruh lapang perut, shifting dullness (-)

Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 10 x / menit

ANOGENITALIA :

(Tidak diperiksa)

KGB :

Preaurikuler : Tidak teraba membesar

Postaurikuler : Tidak teraba membesar

Submandibula : Tidak teraba membesar

Supraclavicula : Tidak teraba membesar

Axilla : Tidak teraba membesar

Inguinal : Tidak teraba membesar

ANGGOTA GERAK :

Ekstremitas : Akral hangat ++/++, sianosis (-)

Tangan Kanan Kiri

Tonus otot normotonus normotonus

Sendi aktif aktif

Refleks fisiologis (+) (+)

Refleks patologis (-) (-)

Lain-lain

Kaki Kanan Kiri

Tonus otot normotonus normotonus

Sendi aktif aktif

Refleks fisiologis (+) (+)

Refleks patologis (-) (-)

Lain-lain ptekiae (-) ptekiae (-)

KULIT : Warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit

baik, lembab, pengisian kapiler < 3 detik, petechie (-)

TULANG BELAKANG : Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-)

TANDA RANGSANG MENINGEAL :

7

Page 9: DISENTRI

Kaku kuduk (-)

Brudzinski I (-) (-)

Brudzinski II (-) (-)

Laseq (-) (-)

Kerniq (-) (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Laboratorium (08-07-2015) – (Rawamerta) (15:30)

Hematologi Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 11.3 g/ dL* 11,5 – 15,5

Leukosit 6.18 ribu/μL 4,50 – 13,50

Trombosit 253 ribu/μL 150 – 440

Hematokrit 32.7%* 35,0 – 45,0

- Laboratorium Rawamerta (09-07-2015) (09:22)

Faeces Hasil Nilai Normal

Warna Coklat

Konsistensi Lembek

Darah - -

Lendir - -

Leukosit 0-1 -

Eritrosit 0-1 -

Telur cacing - -

Amoeba - -

- Laboratorium RAWA MERTA (11-07-2015) (09:54)

Hematologi Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 11.3 g/ dL* 11,5 – 15,5

Leukosit 7.51 ribu/μL 4,50 – 13,50

Trombosit 301 ribu/μL 150 – 440

Hematokrit 33.6%* 35,0 – 45,0

V. RESUME

8

Page 10: DISENTRI

Pasien anak laki laki usia 1 tahun 3 bulan dengan keluhan diare berdarah sejak 3

hari sebelum masuk rumah sakit. BAB denngan konsistensi cair berdarah ada lendir. Ibu

pasien mengeluhkan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Demam

timbul secara mendadak, suhu tinggi, terjadi secara terus menerus, sepanjang hari. Ibu

pasien juga mengeluhkan adanya perut kembung, nafsu makan pasien berkurang dan

rewel.

Pada pemeriksaan didapatkan nadi 120x/menit, laju pernapasan 36x/menit, suhu

36,5oC. Pada pemeriksaan Laboratorium haematologi didapatkan hasil haemoglobin

menurun dan hematokrit menurun. Sedangkan pada laboratorium pemeriksaan tinja

didapatkan hasil dalam batas normal.

V. DIAGNOSIS KERJA

Disentri Basiler

VI. DIAGNOSIS BANDING

Disentri amoeba

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Kultur Tinja dengan menggunakan biakan McConkey, Isoenzim analisis

- Serologi: ELISA , PCR

VII. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

1. Tirah baring

2. Perhatikan tanda dehidrasi

Medikamentosa

1. IVFD RL 50 tpm makro/ 4 jam 12 tetes

2. Inj Cefotaxime 3x200mg

3. Inj Ranitidin 2 x 8mg

4. Inj. Neuralges 3 x 80 mg

5. Lacto B 3 x1

6. Zinc

7. Metronidazole 120 mg

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam

Ad Sanationam : ad bonam

Ad Fungtionam : ad bonam

FOLLOW UP

9

Page 11: DISENTRI

Tgl S O A P

8/7/15

Perawatan

hari 1

BB : 8.3 kg

Diare

berdarah (+)

Demam (+)

Kembung

Makan

minum

(sulit)

KU : Tampak sakit

sedang

KS : Compos mentis

TV :

N=120x/m,

R=36x/m,

S = 37.50C

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI -/-

THT : dbn, sekret (-)

Bibir : sianosis (-)

kering (-)

Leher : KGB dbn

Tho : SN vesikuler,

rh -/-, wh -/-

BJ I-II reguler,

m (-), g (-)

Abd : supel, turgor

aik, BU (+)

4x/menit, NT(-),

H: tidak teraba

Ext : akral hangat +

+/++

CRT <2s

Disentri 1. IVFD RL 50

tpm makro/ 4 jam

12 tetes

2. Inj Cefotaxime

3x200mg

3. Inj Ranitidin 2 x

8mg

4. Inj. Neuralges 3 x

80 mg

5. Lacto B 3 x1

6. Zinc

7. Metronidazole 120

mg

- Cek Faeses

9/7/15

Perawatan

hari 2

BB : 8.3 kg

Diare

berdarah (-)

Demam (-)

Makan

minum

(mau)

KU : Tampak sakit

sedang

KS : Compos mentis

TV :

N=122x/m,

R=32x/m,

S = 36.50C

Kepala : normosefali

Disentri 1. IVFD RL 50

tpm makro/ 4 jam

12 tetes

2. Inj Cefotaxime

3x200mg

3. Inj Ranitidin 2 x

8mg

4. Inj. Neuralges 3 x

10

Page 12: DISENTRI

Mata : CA -/-, SI -/-

THT : dbn, sekret (-)

Bibir : sianosis (-)

kering (-)

Leher : KGB dbn

Tho : SN vesikuler,

rh -/-, wh -/-

BJ I-II reguler,

m (-), g (-)

Abd : supel, turgor

baik, BU (+)

4x/menit, NT(-),

H: tidak teraba

Ext : akral hangat +

+/++

CRT <2s

80 mg

5. Lacto B 3 x1

6. Zinc

7. Metronidazole 120

mg

10/7/15

Perawatan

hari 3

BB : 8.3 kg

Diare

berdarah (-)

Demam (-)

Makan

minum

(sulit)

KU : Tampak sakit

sedang

KS : Compos mentis

TV :

N=115x/m,

R=30x/m,

S = 36.50C

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI -/-

THT : dbn, sekret (-)

Bibir : sianosis (-)

kering (-)

Leher : KGB dbn

Tho : SN vesikuler,

rh -/-, wh -/-

BJ I-II reguler,

m (-), g (-)

Abd : supel, turgor

Disentri 1. IVFD RL 50

tpm makro/ 4 jam

12 tetes

2. Inj Cefotaxime

3x200mg

3. Inj Ranitidin 2 x

8mg

4. Inj. Neuralges 3 x

80 mg

5. Lacto B 3 x1

6. Zinc

7. Metronidazole 120

mg

Cek H2TL

11

Page 13: DISENTRI

baik, BU (+)

4x/menit, NT(-),

H: tidak teraba

Ext : akral hangat +

+/++

CRT <2s

11/7/15

Perawatan

hari 4

BB : 8.3 kg

Diare

berdarah (-)

Demam (-)

Makan

minum

(sulit)

KU : Tampak sakit

sedang

KS : Compos mentis

TV :

N=120x/m,

R=28x/m,

S = 360C

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI -/-

THT : dbn, sekret (-)

Bibir : sianosis (-)

kering (-)

Leher : KGB dbn

Tho : SN vesikuler,

rh -/-, wh -/-

BJ I-II reguler,

m (-), g (-)

Abd : supel, turgor

baik, BU (+)

4x/menit, NT(-),

H: tidak teraba

Ext : akral hangat +

+/++

CRT <2s

Disentri 1. IVFD RL 50

tpm makro/ 4 jam

12 tetes

2. Inj Cefotaxime

3x200mg

3. Inj Ranitidin 2 x

8mg

4. Inj. Neuralges 3 x

80 mg

5. Lacto B 3 x1

6. Zinc

7. Metronidazole 120

mg

Boleh Pulang

ANALISIS KASUS

12

Page 14: DISENTRI

Definisi

Disentri merupakan perdangan usus besar yang ditandai dengan adanya

peningkatan frekuensi BAB dan perubahan konsistensi BAB menjadi cair yang disertai

dengan darah atau lendir.

Pada pasien didapatkan gejala BAB mencret disertai dengan darah sejak 3 hari yang lalu

dengan peningkatan frekuensi hingga 7 kali perhari.

Etiologi dan Epidemiologi

Diare berdarah dapat disebabkan oleh kelompok penyebab diare,seperti oleh

infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa , alergi protein susu sapi. Tetapi

sebagian besar disentri disebabkan oleh infeksi. Penularannya secara fecal –oral kontak

dan orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Infeksi ini menyebar

melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada daerah dengan

sanitasi dan higiene perorangan yang buruk.

Patogenesis

Faktor risiko yang menyebabkan beratnya disentri antara lain : gizi kurang,usia

sangat muda, tidak mendapat ASI, menderita campak dalam 6 bulan terakhir, mengalami

dehidrasi ,serta penyebab diare lainnya, misalnya Shigella, yaitu suatu bakteri yang

menghasilkantoksin dan atau resisten ganda terhadap antibiotik Pemberian spasmolitik

memperbesar kemungkinan terjadinya megakolon toksik. Pemberian antibiotik dimana

kuman penyebab telah resisten terhadap antibiotik tersebut akan memperberat manfestasi

klinis dan memperlambat sekresi kuman penyebab dalam feses penderita.

Shigella menghasilkan sekelompok eksotoksin yang dinamakan shigatoxin ( ST)

kelompok toksin ini mempunyai 3 efek : neurotoksik , sitotpksik dan enterotoksik.

Beberapa bakteri enterik lain menghasilkan toksin dengan efek yang sama, dinamakan

shiga like toxin ( sit),Toksin ini mempunyai dua unit yaitu unit fungsional,yang

menimbulkan kerusukan .dan unit pengikat yang menentukan afinitas toksin terhadap

reseptor tertentu. Perbedaan unit inilah yang menetapkan bentuk komplikasi yang

terjadi.Komplikasi yang muncul akibat toksin bersifat dose related.Dapat dimengerti

kalau kita berhadapan dengan infeksi yang lebih besar Shiga toxin ini dapat

menimbulkan kerusakan yang lebih berat kalau bekerja sama dengan Endotoxin :

Lipopoly sacharide (LPS) bakteri.

13

Page 15: DISENTRI

Paparan lebih awal terhadapLPS lebih mempercepat dan memperbesrat kerusakan dalam

arti kata lebih memperbesar kemungkinan munculnya Komplikasi.

Disamping itu Infeksi Shigella dysentery dan flexneri telah dibuktikan menurunkan

imunitas, antara laindisebabkan peningkatan aktifitas sel T suppresser dan penekakan

kemampuan phogositosis makrophag. Infeksi shigella menimbulkan kehilangan protein

melalui usus yang tercemin dengan munculnya hipo albuminemia dan hipo

transferinemia. Disentri, khususnya yang disertai gejala panas, juga disertai penurunan

nafsu makan. Rangkaian patogenensis ini akan mempermudah munculnya kurang energi

protein ( KEP ) dan infeksi sekunder.

Gambaran Klinis

Diare pada disentri umumnya diawali oleh diare cair, kemudian pada hari kedua

atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanda lendir, sakit perut yang diikuti

munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.Pada

saat tenesmus terjadi, pada kebanyakan penderita akan mengalami penurunan volume

diarenya dan mungkin feses hanya berupa darah dan lendir. Gejala Infeksi saluran napas

akut dapat menyertai disentri. Dissentri dapat menimbulkan dehidrasi,dari yang ringan

sampai dengan dehidrasi berat walaupun kejadiannya lebih jarang jika dibandingkan

dengan diare cair akut, Komplikasi disentri dapat terjadi lokal di saluran cema maupun

sistemik.

e) Komplikasi pada saluran cerna1) Perforasi2) Megakolon toksik

f) Komplikasi Sistematik1) Hipoglikemia2) Hiponatremia3) Sepsis4) Kejang dan Ensefalopati5) Sindrom Uremik Hemolitik6) Pneumonia7) Kurang Energi Protein ( KEP )

Indikasi Rawat TinggalDisentri dengan faktor risiko menjadi berat seperti yang telah disebut diatas

adalah merupakan indikasi rawat inap. Termasuk disini adalah anak dengan gangguan

gizi berat umur kurang dari satu tahun menderita campak pada enam bulan terakhir,

disentri disertai dehidrasi dan disentri yang datang sudah dengan komplikasi.

14

Page 16: DISENTRI

Tatalaksana Disetri

Secara umum disentri dikelola sama dengan kasus diare lain sesuai dengan acuan

tatalaksana diare akut.

Aspek khusus tatalaksana disentri adalah

?? Semua kasus disentri pada tahap awal diberi antibiotik: kotrimoksazol dengan dosis 5

– 8 mg/kg bb / hari ( dihitung dari berat trimetoprim ) atau Ampisilin dengan dosis 50

mg/kg BB/hari.

?? Penderita dipesan untuk kontrol kembali jika :

?? Tidak membaik atau bertambah berat pasda hari ketiga setelah pengobatan

?? Tidak sembuh pada hari kelima setelah pengobatan

?? Muncul tanda –tanda komplikasi yang mencakup panas tinggi kejang penurunan

kesadaran tidak mau makan kejang menjadi lemah

Pada kunjungan ulang enderita yang tidak membaik pada hari ketiga atau belum sembuh

pada hari kelima setelah pengobatan oleh Shigella / bakteri sejenis yang invasif.

15

Page 17: DISENTRI

DAFTAR PUSTAKA

1. Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) Akut. Dalam: Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, penyunting. Gastroenterologi Anak Praktis. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1994. h.51.

2. Ghishan FK. Chronic Diarrhea. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadephia: WB.Saunders; 2001. h. 1171-9.

3. The John Hopkins and IFRC Public Health Guide for Emergencies. Didapat dari: URL: http://www.ifrc.org/ docs/pubs/health/chapter.

4. Dirjen PPM & PLP. Buku ajar diare. DepKes RI 1999; h.89-93.5. Dirjen PPM & PLP. Tatalaksana kasus diare bermasalah. Badan

Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia. Jakarta 19996. Diarrhoeal disease. Didapat dari: URL:

http://www.mcevoy.demon.co.uk/medicine.7. Lichnevski M. Shigella Dysentery and Shigella infections. Vol.2.

Issue 1, 1996, h. 102-4. Didapat dari: URL: http://www.emro.who.int/publications/emjh/0201/14.htm.

8. Ismail R. Diare bermasalah Shigellosis. Dalam: Kumpulan Makalah. Kongres Nasional II Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia. Bandung 3 – 5 Juli. h. 55-77.

9. Iwalokun BA, Gbenle GO, Smith SI, Ogunledun A, Akisinde KA, Omonigbehin EA. Epidemiology of Shigellosis in Lagos, Nigeria: Trends in antimicrobial resistance. J Health Popul Nutr 2001; 19:183-90.

16