diversi urin
TRANSCRIPT
Diversi urin
A. Defenisi
Prosedur diversi urin dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung
kemih ke tempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat
lewat pembedahan pada kulit (stoma). Prosedur ini terutama dilakukan jika tumor
kandung kemih memerlukan pengangkatan keseluruhan kandung kemih
(sistektomi). Diversi urin ini juga sudah pernah dilakukan dalam penatalaksanaan
malignasi pelvis, defek lahir, striktur dan trauma pada ureter serta uretra, kandung
kemih neurogenik, infeksi kronis yang menyebabkan kerusakan ureter serta
ginjal yang berat dan sistitis interstisialis yang membandel.
B. Klasifikasi Diversi urin
Ada empat kategori diversi urin, sebagai berikut :
1. Diversi ureteroenterokutaneus (bagian dari intestinum digunakan untuk
membuat tempat penampungan urin yang baru).
2. Diversi usus yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin,
sedangkan untuk mengeluarkan unrine di pasang kateter menetap melalui
sebuah stoma. Konduit ini di perkenalkan oleh Bricker pada tahun 1950 dan
saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
3. Diversi urine kontinen yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum
dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urine pada volume
tertentu). Urine kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan
katerisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urine ini yang terkenal adalah
cara Kock pouch dan Indiana pouch
4. Diversi urine orthotopic adalah membuat neobladder dari segman usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih
fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai
stoma yang dipasang abdomen. Tehnik ini pertama diperkenalkan oleh Camey
1
dengan berbagai kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh Studer
dan Hautmann.
C. Prosedur – prosedur diversi urin
1. Ileal Conduit Urinary Diversion (Ileal Loop)
Prosedur diversi urin tertua masih dianggap sebagai gold standard
karena jumlah komplikasinya yang rendah dan keakraban dokter bedah
dengan prosedur ini yaitu ileal conduit urinary diversion. Pada ileal
conduit, aliran urin dialihkan dengan mengimplantasikan ureter ke dalam
gelungan ileum yang dibiarkan berhubungan ke luar lewat dinding
abdomen. Gelungan ileum ini merupakan conduit (saluran) sederhana
untuk aliran urin dari ureter ke permukaan. Gelungan kolon sigmoid
dapat pula digunakan. Kantong Ileostomi dipakai untuk menampung urin.
Ujung reseksi (ujung potongan) usus yang tersisa kemmudian
dianastomosiskan (dihubungkan) untuk menghasilkan usus yang utuh.
Stent (pipa berongga ) yang terbuat dari pipa tipis yang lentur ditempatkan
dalam ureter untuk mencegah penyumbatan yang bisa terjadi akibat edema
pascaoperatif.
Stent ureter memungkinkan pengaliran urin dari ginjal ke stoma
dan memberikan suatu metode untuk mengukur keluaran urin yang akurat.
Stent tersebut dapat ditinggalkan di tempatnya selama 5 hingga 15 hari
pascaoperatif. Untuk mengimbangi rongga yang ditinggalkan oleh
kandung kemih yang diangkat keluar, pipa Jackson- Pratt atau jenis atau
jenis drain lainnya dapat disisipkan untuk mencegah penumpukan cairan.
sesudah pembedahan dipasang barrier kulit dan kantong drainase urin
transparan sekali pakai di sekitar conduit dan dihubungkan dengan
drainase. Alat ( kantong) yang sudah disesuaikan digunakan sampai
edema menghilang dan stoma mengerut hingga mencapai ukuran yang
normal. Kantong yang tembus pandang memungkinkan kita untuk melihat
2
stoma dan memantau patensi stent serta haluaran urin dengan lebih baik.
kantong ileum akan mengalirkan urin (bukan feses) keluar secara terus-
menerus. Kantong penampung urin biasanya dibiarkan pada tempatnya
selama kantong tersebut masih kedap air jika diperlukan, kantong tersebut
dapat diganti untuk mencegah kebocoran urin.
Kateter dapat dipasang lewat saluran urin jika diperlukan untuk
memantau kemungkinan statis atau tersisanya urin dari stoma yang
mengalami konstruksi. Penatalaksanaan keperawatan pasien dengan stent
ureter dapat dilakukan, jika dikehendaki, irigasi dengan larutan normal
saline setiap 6 hingga 8 jam sekali.Tariakan stent harus dihindari karena
keadaan ini dapat membuat stent tersebut terlepas.
Perawatan stoma dan kulit. stoma diinspeksi dengan sering untuk
mendeteksi kemungkinann perdarahan. perdarahan dapat terlihat dan
menunjukan suplai darah yang baik perubahan warna stoma dari merah
muda atau merah menjadi kekuningan yang gelap menunjukkan terjadinya
suplai vaskuler. Jika sianosis dan gangguan suplai darah tetap ada
intervensi bedah sering diperlukan.
Stoma tidak sensitif terhadap sentuhan tetapi kulit disekitar stoma
menjadi sangat peka jika teriritasi urin atau alat. Kulit harus diinspeksi
untuk melihat (1) tanda-tanda iritasi dan perdarahan dari mukosa stoma;
(2) pembentukan krusta dan iritasi kulit diskitar stuma( akibat urin yang
alkaslis mengenai urin yang terpajang) ; dan (3) Inspeksi pada luka
Pemeriksaan urin dan permasalahan peralatan. Seprai atau
peralatan tidur lainnya yang basah dan bau urin disekeliling pasien harus
membuat perawat waspadah terhadap kemungkinan bocornya alat atau
kantong penampung urin, adanya infeksi atau masalah dalam
penatalaksanaan heigine karena krusta yang berbentuk alkaliniasasi dapat
bertumpuk dengan cepat disekitar stoma, maka nilai PH urin dapat
ditentukan dengan memeriksa urin yang menetes dari stoma dan bukan
3
dari akantong penggumpul urin. Kantong yang menempel erat sangat
penting untuk mencegah agar kulit peristomal (kulit disekitar stoma) tidak
terkena urin. Bila urin berbau busuk, kateterisasi dilakukan pada stoma
jika dikehendaki dokter untuk mendapatkan spesimen urin bagi
pemeriksaan kultur dan sensitifitas.
Pasien dianjurkan minum banyak cairan guna membilas ileal
konduit dan mengurangi penumpukkan mukus. Pasien dapat
mengeluarkan mukus dengan jumlah yang banyak yang bercampur dengan
urin akibat penggunaan membran mukosa untuk membentuk konduit
tersebut. Untuk mengurangi kecemasan pasien, perawat harus menjelaskan
bahwa kejadian ini keadaaan normal yang lazim terjadi sebuah
pembentukkan ileal konduit.
Komplikasi sesudah pembentukkan ileal konduit mencakup infeksi
luka dehisens luka, perembesan urin, obstruksi ureter, asidosis
hiperkloremik, obstruksi usus halus dan gangrens stoma, komplikasi
lambat mencakup obstruksi ureter, kontraksi atau penyempitan stoma
(stenosis stoma) pielonefritis dan batu rinal.
Penyuluhan pasien. Pemilihan aplikator urin terdiri dari satu atau
dua dapat bersifat sekali pakai ( biasanya hanya digunakan sekali lalu
dibuang) atau dapat di pakai ulang.
Menentukan ukuran stoma.Pada saat edema pasca operasi
hilang,mulut stoma diukur kembali setiap 3-6 minggu pada bulan-bulan
pertama pasca operatif. Ukuran aplikator yang tepat ditentukan dengan
mengukur bagian yang terlebar stoma menggunakan penggaris. Aplikator
permanen diameternya harus kurang dari 1,6mm(1/8 inchi) dibandingkan
diameter stoma dan bentuknya harus sama dengan stoma untuk menjegah
kontak antara kulit dengan drainase.Mengganti aplikator. Penggantian
dilakukan pada saat yang paling nyaman banyak pasien menanyakan
4
bahwa penggantian di pagi hari merupakan penggantian yang paling
nyaman karena haluaran urin telah berkurang.
Instruksi pemakaian aplokator . Aplikator biasanya diganti
sebelum terjadi kebocoran. Berbagai aplikator tersedia di pasaran; selain
jenispemakaiannya, barier kulit jugaa penting untuk melindungi kulit dari
iritasi dan ekskoriasi, Untuk mempertahankan integritas kulit peristomal,
barier kulit atau kantong yang bocor tidak pernah direkatkan dengan
plester untuk mencegahpenumpukan urin dibawah barierbkulit tau bagian
permukaan.
Pengendalian bau. Pasien harus di anjurkan untuk menghindari
makanan yang dapat menyebabkan urin sangat bau (mis, asp s,keju,telur)
beberapa tetes deodoran atau cuka putih encer dapat di masukkan melalui
ujung drainase kedasar kantong menggunakan spuit atau pipet. Asam
askorbatper oral membantu mengasamkan urin dan mengurangi bau..
Memasang aplikator Ostomi.kantong di kosongkan melalui katup
drain setelah terisi sepertiganya, karena berat urin akan menyebabkan
kantong terlepas dari kulit apabila terisi penuh.
Membersih dan mengharumkan Aplikator. Biasanya aplikator
yang dapat dipakai ulang dibilas dengan air hangat dan direndam dalam
larutan air dan cuka putih dengan perbandingan 1:3 atau dengan cairan
deodoran selama 30 menit. Kemudian dibilas lagi dengan air hangat dan
diangin-anginkan,jauh dari sinar matahari.
2. Continent Ileal Urinary Reservoir (Kantong Kock)
Continent ileal urinary reservoir merupakan diversi urine tipe lain
yang dilakukan pada pasien yang kandung kemihnya telah diangkat atau
tidak dapat berfungsi (kandung kemih neurogenik). Pada prosedur ini
segmen usus halus dipisahkan secara halus dari usus dan berlaku sebagai
reervoir untuk urin.Ureter ditanamkan pada segmen yang diisolasi tersebut
5
dan suatu lubang dibuat untuk menyambung “kandung kemih” yang baru
tersebut ke dinding abdomen.Untuk mencegah kebocoran, katup mirip
putting yang dibuat dengan intususepsi (meneropong) usus.Urine
dikumpulkan di dalam kantong sampai kateter dimasukkan dalam katup
mirip-putting dan urine di drainase.
Keuntungan diversi urine adalah bahwa adanya katup memungkinkan
pasien untuk mencegah dan mengendalikan kebocoran urine dan drainase
urin. Reservoir harus di drainase dengan interval waktu yang teratur
menggunakan keteter untuk mencegah absorbs produk sampai metabolic
dari urin, refluks urin ke ureter, dan inveksi traktus urinarus.
3. Ureterosigmoidostomi
Ureterosigmoidostomi adalah implantasi ureter ke dalam kolon
sigmoid.Ini biasanya dilakukan untuk pasien yang mengalami radiasi
pelviks yang luas, riwayat reseksi usus kecil, atau adanya penyakit usus
kecil.
Pasien dijelaskan bahwa, setelah pembedahan proses berkemih akan
terjadi melalui rectum seumur hidupnya dan penyesuaian dalam hal ini
akan sangat diperlukan kerena pasien akan sering berkemih ( tiap 2 jam ),
konsistensi drainase akan sama dengan diare encer. Nokturia dalam
beberapa tingkat juga akan terjadi. Aktivitas harus direncanakan disekitar
frekuensi berkemih, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan
sosial pasien. Namun kemudian, pasien dapat mengontrol berkemihnya
tanpa harus menggunakan aplikator.
a. Penatalaksanaan Praoperatif.
Selain program praoperatif yang biasa digunakan, pasien harus
menjalani diet cair selama beberapa hari sebelum dioperasi untuk
mengurangi bahan sisa dalam kolon. Agens antimicrobial(neumisin
dan kanamisin) diberikan untuk mendisinfeksi usus.
6
Ureterosigmoidostomi memerlukan sfigter anal yang kompeten, fungsi
renal yang adekuat, dan peristaltik renal yang aktif.Kemampuan sfigter
anal dapat ditentukan dengan mengkaji kemampuan pasien untuk
menahan enema.
b. Penatalaksanaan Pascaoperatif
Pada periode pascaoperatif, kateter dipasang pada rektum
untuk mendrainase urine dan mencegah refluks urine kedalam ureter
dan ginjal.Selang direkatkan di bokong dan perawatan kulit yang
khusus dilakukan untuk mencegah ekskoriasi.Irigasi selang rectal
dapat diresepkan, namun tidak boleh didorong karena bakteri dapat
masuk kedalam ureter yang baru ditanam.
Masalah Cairan dan Elektrolit. Pada prosedur ini area luas
pada mukosa usus dipajankan ke urine dan reabsorpsi elektrolit
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis.
Latihan Sfigter Anal.Setelah kateter anal diangkat, pasien
belajar untuk mengendalikan sfigter anal melalui latihan sfigterik
khusus.Mula-mula pasien sering berkemih. Dengan dukungan dan
dorongan serta berlalunya waktu, control pasien akan semakin baik
dan semakin mampu membedakan antara keinginan untuk berkemih
dan defekasi.
Tindakan Diet. Penjelasan diet khusus mencakup menghindari
makanan pembentuk gas 9flatus dapat menyebabkan inkotinensia dan
bau).cara lain untuk menghindari gas adalah tidak mengunyah permen
karet, merokok, aktivitas lain yang menyebabkan udara tertelan.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah Pielonefritis (infeksi
traktus urinarius atas) akibat refluks bakteri dari kolon umumnya
terjadi.Komplikasi selanjutnya adalah adenokarsinoma di kolon
7
sidmoid, kemungkinan akibat terpajannya mukosa kolon oleh urine
akibat peruabahan seluler.
4. Ureterostomi per Kutan
Ureterostomi per kutan dilakukan dengan melekatkan ureter ke
lubang kulit melalui dinding abdomen. Prosedur ini digunakan untuk
pasien tertentu yang mengalami obstruksi ureteral(kanker pelvic stadium
lanjut), untuk pasien yang kurang beresiko karena prosedur ini hanya
memerlukan bedah minor dan bukan prosedur diversi urin dan untuk
pasien yang mangalami riwayat radiasi abdominal.
Aplikator urinarius dipasang segera setelah pembedahan.
Penatalaksanaan pasien menjalani uretrostomi per kutan sangat mirip
dengan penetalaksanaan pasien conduit ileal, meskipun stoma biasanya
rata dengan kulit dan retraksi.
5. Sistostomi
Metode diversi urine jarang dilakukan sistostomi suprapubis.
Kateter khusus biasanya dimasukkan ke kandung kemih melelui insisi
dinding abdomen bawah atau melalui pungsi dengan trokar.Umumnya,
sistostomi dilakukan pada pasien yang mengalami obstruksi pada bagian
bawah kandung kemih (obstruksi prostatik) yang menyebabkan kateter
uretral tidak dapat dimasukkan.
Sistostomi dapat bersifat sementara(sampai bedah korektif
dilakukan) atau permanen. Pasien sistostomi memerlukan sejumlah besar
cairan untuk mencegah encrustaciondi sekitar kateter.Masalah lain
mencakup pembentukan batu kandung kemih, infeksi akut dan kronik, dan
masalah dalam pengumpulan urin. Saran dan bantuan ahli terapi
enterostoma diperlukan pasien dalam memilih kantong urin yang paling
sesuai serta cara pemakaian.
8
6. Prosedur Diversi urin yang lain
Variasi dan inovasi prosedur pembedahan terus diperbaharui
dengan tujuan untuk mengidentifikasi prosedur yang tepat yang akan
memperbaiki hasil dan mengurangi insidens masalah pascaoperatif. Ini
mencakup cecal, reservoir Mainz, dan kantong Indiana. Tehnik ini
mencakup proses pemisahan bagian usus besar untuk membentuk
reservoir urin dan membentuk stoma abdominal. Prosedur pembedahan
lain, prosedur camey menggunakan bagian ileum sebagai pengganti
kandung kemih. Pada prosedur ini, ileum yang dipisahkan berlaku sebagai
reservoar urin, langsung disambungkan ke uretra yang tersisa melalui
sistektomi.Prosedur ini membantu pengosongan urin dari kandung kemih
melalui uretra.Namun demikian, prosedur Camey hanya dilakukan pada
pria karena jika hal ini dilakukan pada pria karena jika hal ini dilakukan
pada wanita, maka uretra harus diangkat semuanya.
D. Proses keperawatan
Pasien Yang Menjalani Diversi Urinarius
1. Pengkajian keperawatan praoperatif
Pasien yang masuk kerumah sakit untuk menjalani bedah diversi
urinarius dikaji secara keseluruhan.Pengkajian praoperatif yang cermat
harus dilakukan terhadap fungsi kardiopulmoner, karena pasien yang
menjalani sistektomi (eksisi kandung kemih) biasanya adalah lansia yang
tidak mampu mentoleransi prosedur pembedahan yang kompleks dan
lama. Pengkajian status nutrisijuga penting karena masukan nutrisi yang
buruk berhubungan dengan masalah kesehatan yang mendasari.
9
Pengkajian juga difokuskan kepada pemahaman pasien dan
keluarga mengenai prosedur dan fungsi serta perrubahan mengenai
prosedur dan fungsi serta perubahan struktur fisik setelah
pembedahan.Konsep diri dan harga diri pasien dievaluasi, selain metode
koping terhadap stress dan rasa kehilangan. Status mentall pasien,
koordinasi dan ketangkasan tangan, serta metode pembelajaran yang
dipilih dicatat karena faktor-faktor ini akan mempengaruhi kemampuan
perawatan diri pada periode pascaoperatif.
10
2.
11
12
3. Diagnosa keperawatan praoperatif
Berdasarkanpada data, diagnose keperawatan pada pasien yang
menjalani pembedahan diversi urinarius dapat mencakup yang berikut:
a. Ansietas berhubungan dengan antisipasi kehilangan akibat prosedur
pembedahan
b. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan dan perawatan
pascaoperatif
c. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat.
4. Implementasi dan perencanaan praoperatif
Tujuan praoperatif.Tujuan utama mencakup pengurangan ansietas dan
peningkatan pengetahuan tentang prosedur pembedahan, hasil yang
diharapkan; dan perawatan pascaoperatif; serta perbaikan status nutrisi pada
persiapan pembedahan.
5. Intervensi Keperawatan Praoperatif
a. Pengurangan ansietas.
Ancaman kanker dan pengangkatan kandung kemih memyebabkan rasa
takut yang berhubungan dengan kehilangan-kehangatan, citra tubuh, dan
rasa aman. Pasien menghadapai masalah dalam menyesuaikan gaya hidup
dengan aplikator eksternal, stoma, jaringan parut, dan perubahan pola
kekamar kecil. Pasien pria juga harus menyesuaikan diri dengan impotensi
seksual. (penis implan dipertimbangakan jika pasien memenuhi syarat
untuk prosedur ini). Wanita takut akan adanya ancaman terhadap
penampilan, citra tubuh dan harga diri. Pendekatan pendukung, baik
secara fisik maupun psikososial, sangat diperlukan mencakup mengkaji
konsep diri pasien dan cara koping yang digunakan terhadap stress dan
kehilangan; membantu pasien mengidentifikasi cara mempertahankan
13
gaya hidup normal dan kemandirian dengan sedikit perubahanmendorong
pasien untuk mengunngkapklan rasa takut ansietas nya tentang hasil-hasil
bedah. Kunjungan dari Ostomy visitation program of the American cancer
society dapat memberikan dukungan sebaya dan membuat adaptasi mudah
dilakukan baik sesudah maupun pembedahan.
b. Penyuluhan pasien.
Ahli terapi enterostoma sangat diperukan dalam memberikan
penyuluhan pascaoperatif dan dalam merencanakan perawatan
pascaoperatif dan dalam merencanakan pascaoperatif. Penjelasan prosedur
pembedahan, tampilan stoma, rasional persiapan usus praoperatif, alas an
untuk memakai alat mengumpul, dan efek pembedahan fungsi pada fungsi
seksual (untuk pasien pria) diberikan sebagai bagian dari penyuluhan
pasien.
Penempatan stoma direncanakan secara praoperatif pada pasien
dalam posisi dalam posisi berdiri, duduk, atau berbaring dengan tujuan
menjsuhkan stoma dari tonjolan tulang, lipatan kulit dan lipatan lemak.
Stoma harus diletakkan jauh dari jaringan parut, umbilicus dan garis linkar
pinggang (belt line). Agar perwatan diri mudah dilakukan, pasien harus
mampu melihat dan menyentuh stoma dengan nyaman. Tempat stoma
ditandai dengan tinta sehingga mudah ditandai selama pembedahan.
Pasien dikaji akan adanya alergi terhadap plester atau perekat (tes
potongan aplikator diperlukan sebekum memilih pralatan ostomi). Ini
mungkin membantu pasien memasang aplikator yang terisi sebagian oleh
air sebelum pembedahan.
c. Memperbaiki Status Nutrisi
Pasien yang menjalani prosedur diversi urine untuk menangani
kanker dapat menderita malnutrisi berat akibat tumor, enteritis radiasi, dan
anoreksia. Nutrisi enternal atau parenteral total dapat dilakukan untuk
14
mendukung pasien, meningkatkan proses penyembuhan, dan
memperbaiki respons terhadap penanganan.
6. Penatalaksanaan Praoperatif.
Sebagai bagian dari penataklaksanaan praoperatif, usus dibersihkan
untuk menimalkan stasis fekal, dekompresi usus, dan ileus pascaoperatif. Diet
rendah sisa diresepkan dan mendikasi antimikroba diberikan untuk
mengurangi flora patogenik di usus dan untuk mengurangirisiko infeksi.
Hidrasi praoperatif yang adekuat dilakukan untuk menjamin aliran urine
selama pembedahan dan untuk mencegah hipovolemia selama prosedur
pembedahan yang lama.
7. Penatalaksanaan Pascaoperatif
Penatalaksanaan pascaoperatif berfokus pada mempertahankan fungsi
urinarius, mencegah komplikasi pascaoperatif (komplikasi pernapasan,
ketidak seimbangan, cairan dan elektrolit, sepsis pembentukan fistula dan
kebocoran urine), dan meningkatkan ketidak nyamanan pasien.
Kateter dan system drainase diperhatikan diobservasi dan haluaran
urin deipantau dengan ketat. Selang nasogastrik dimasukkan selama
pembedahan untuk menekan trakus gastrointestinal. Selang ini biasanya tetap
dibiarkan untuk beberapa hari setelah pembedahan segera setelah usus
berfungsi kembaliyang dimanifestasikan seperti bising usus, aliran flatus dan
abdomen yang lunak, maka cairan dapat diberikan. Sampai dengan waktu
tersebut infuse cairan dan elektrolit diberikan. Pasien dibantu untuk ambulasi
se segera mungkin
8. Pengkajian pascaoperaif
Peran perawat periode pasca operatif adalah untuk mencegah
komplikasi dan untuk merngkaji pasien dengan cermat terhadap adanya tanda
dan gejala komplikasi. Kateter dan alat drainase dipantau dengan ketat.
Volume urin, patensi system drainase, dan warna drainase dicatat. Penurunan
volume urin atau peningkatan drainase mendadak segera dilaporkan mungkin
15
menunjukkan adanya obstruksi trakus unitarius, volume darah yang tidak
adekuat, atau perdarahan.
Analgesic diberikan sesuai resep untuk meningkatkan kenyamanan
pasien dan kemampuan untuk miring, batuk, dan napas dalam tanpa rasa nyeri
dan idak nyaman berlebihan.
9. Diagnosa Keperawatan pascaoperatif
a. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan masalah
pemasangan aplikator
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan diversi urinarius
c. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan
fisiologis
d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan fungsi urinarius
10. Masalah Kolaboratif/
Komplikasi Potensial
Berdasarkan pada data pengkajian , komplikasi potensial dapat mencakup :
1. Peritonitis akibat gangguan anastomosis
2. Iskemia stomal dan nekrosis akibat menurunnya suplai darah ke stoma
3. Retraksi stoma dan lepasnya batas mukokutaneus akibat tegangan atau
trauma
11. Perencanaan dan Implementasi Pascaoperatif
Tujuan pascaoperatif. Tujuan utama mencakup mempertahankan
integritas kulit
peristomal .meningkatkan harga diri, meningkatkan mekanisme
koping yang tepat untuk menghadapi dan menerima perubahan fungsi
urinarius dan seksual, meningkatkan pengetahuan tentang penatalaksanaan
fungsi urinarius, dan mencegah komplikasi potensial .
16
12. Komplikasi pascaoperatif
Komplikasi umumnya terjadi mengingat kompleksnya pembedahan,
penyakit yang mendasari (kanker, trauma) prosedur diversi urinarius, dan
status nutrisi yang sering kurang dari normal . Komplikasi dapat mencakup
komplikasi pascaoperatif yang umum terjadi (mis.. atelectasis,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit), kerusakan anastomosis, sepsis,
pembentukan fistula, kebocoran urin atau fekal, dan iritasi kulit . Jika
komplikasi ini terjadi, pasien tetap dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu
lama dan kemungkinan memerlukan nutrisi parental total, dekompresi
gastrointestinal melalui penghisap nasogastric dan pembedahan lebih lanjut .
Tujuan pelaksanaan adalah untuk memelihara drainase .meningkatkan nutsiri
yang adekuat untuk penyembuhan dan mencegah sepsis .
13. Intervensi Keperawatan Pascaoperatif
Pemantauan dan Penatalaksanaan
Komplikasi Potensial
Peritonitis.Perintonitis dapat terjadi pada pascaoperatif jika terdapat
kebocoran urin pada anastomosis . Tanda dan gejala mencakup nyeri dan
distensi abdomen, kekakuan otot, mual dan muntah, ileus paralitik (tidak
terdengar bising usus), demam, dan lekosistosis . Haluaran urin harus
dipantau dengan ketat, karena penurunan jumlahnya disertai peningkatan
jumlah drainase dari insisi atau drain menunjukkan adanya kebocoran urin .
Selain itu, alat drainase urin diobservasi akanadanya kebocoran. Kantong
diganti jika ditemukan kebocoran.Kebocoran yang kecil pada anastomosis
dapat sembuh sendiri, namun pembedahan mungkin diperlukan jika
kebocoran jika kebocoran terjadi luas.
17
Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi suhu) juga dipantau.Perubahan
tanda-tanda vital, peningkatan rasa nyeri.Mual dan muntah, serta distensi
abdomen menunjukan adanya peritonitis.
Iskemia Stomal dan Nekrosis.Stoma yang netrotik dapat disebabkan
oleh tegangan pada pembuluh darah mesenterika, berpilinnya segmen usus
(konduit) selama pembedahan, atau insufisiensi arterial. Stoma yang baru
harus diinpeksi sedikitnya 4 jam untuk mengkaji keadekuatan suplai darah.
Stoma harus berwarna merah atau merah muda. Jika suplai darah stoma
terganggu, maka warna stoma akan berubah menjadi ungu, coklat, atau hitam.
Perubahan ini harus segera dilaporkan ke dokter. Dokter atau ahli terapi
enterostoma akan memasukkan selang kecil yang telah diberi pelumas ke
dalam stoma dan untuk mengkaji iskemia atau nekrosisi permukaan. Skoma
nekrotik memerlukan intervensi bedah. Jika iskemia adalah superfisial, stoma
nampak kehitam – hitaman dan lapisan luarnya akan lepas dalam beberapa
hari.
Retraksi dan Lepasnya Stoma.Retraksi stoma dan lepasnya batas
mukokutaneus terjadi akibat trauma atau tegangan pada segmen usus internal
yang membentuk stoma.Disamping itu, lepasnya mukokutaneus dapat terjadi
jika stoma tidak kunjung sembuh akibat akumulasi urin pada stoma dan batas
mukokutaneus. Pemakaian kantong drainase pengumpul disertai katup
antirefluks akan membantu karena katup tersebut akan mencegah urin
menggenang di stoma dan batas mukokutaneus. Perawatan kulit yang cermat
dan melindungi kulit di sekitar stoma dari air akan meningkatkan
penyembuhan.
Jika batas mukokutaneus lepas, pembedahan biasanya tidak
diperlukan.Area yang lepas tersebut dilapisi dengan bedak karaya, jeli perekat
stoma, dan meletakkan barrier.Kulit dan kantong dengan tepat. Tindakan ini
akan meningkatkan penyembuhan. Jika stoma tertarik ke dalam peritoneum,
maka dilakukan tindakan bedah.
18
Jika pembedahan dilakukan sebagai bagian dari penatalaksanaan
komplikasi, perawat harus menjelaskannya kepada pasien dan
keluarga.Adanya pembedahan tambahan biasanya dianggap sebagai suatau
kemunduran oleh pasien dan keluarga.Oleh karena itu, dukungan emosional
diberikan kepada pasien dan keluarga selama persiapan fisik untuk
pembedahan.
Memelihara Integritas Kulit Periostomal. Tindakan untuk
meningkatkan integritas kulit diawali dengan mengurangi dan mengendalikan
faktor yang meningkatkan risiko nutrisi dan penyembuhan yang buruk.Seperti
di jelaskan di atas, perawatan kulit yang cermat dan penatalaksanaan system
drainase dilakukan oleh perawat sampai pasien mampu melakukannya sendiri
dengan nyaman.Perawatan dilakukan untuk menjamin system drainase tetap
utuh sehingga kulit terlindungi dari pejanan drainase.Peralatan untuk
melakukan drainase harus tersedia segera setelah periode pascaoperatif.
Program perawatan kulit yang terus menerus selama periode pascaopratif akan
mempertahankan integritas kulit dan kenyamanan pasien. Disamping itu
menjaga integritas kulit disekitar stoma akan membuat pasien dan keluarga
mudah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan fungsi urinarius dan
membantu mereka untuk belajar tentang teknik perawatan kulit.
Instruksi yang lengkap dan peralatan yang adekuat diperlukan agar
pasien dan keluarga mampu mengembangkan kompetensi dan yakin akan
keterampilan mereka. Penjelasan lisan dan tulisan diberikan, dan pasien
didorong untuk menghubungi perawat atau dokter untuk pernyataan tidak
lanjut.Nomor telepon tindak lanjut dari perawat ke pasien dan keluarga setelah
pasien pulang merupakan dukungan tambahan. Dukungan tindak lanjut dan
pujian akan perawatan kulit dan teknik pemasangan aplikator yang benar juga
meningkatkan integritas kulit.
Memperbaiki Citra Tubuh. Kemampuan koping pasien terhadap
perubahan yang berhubungan dengan pemedahan dan dukungan serta reaksi
19
pihak lain. Mendorong pasien untuk mengungkapkan masalah dan rasa
cemasnya dapat membantu permulaan proses koping, terutama dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan pola berkemih. Perawat juga dapat
membantu memperbaiki konsep diri pasien dengan mengajarkan keterampilan
yang diperlukan untuk memasang alat drainase urin secara mandiri.Pada saat
menjelaskan tentang perawatan ostomi, berikan privasi untuk bertanya tanpa
rasa takut dan malu.Penjelasan tentang mengapa perawat harus menggunakan
sarung tangan ketika melakukan perawatan ostomi dapat mencegah
munculnya persepsi pasien yang keliru bahwa perawat jijik dengan stoma.
Menggali Isu Seksual. Pasien yang mengalami perubahan fungsi
seksual akibat prosedur pembedahan akan berduka dan hal ini akan
mempengaruhi pasien dan pasangannya. Mendorong pasien dan pasangan
untuk berbagi perasaan satu sama lain dan menyatakan pentingnya fungsi
seksual dapat membantu pasien dan pasangan untuk mencari konseling
seksual dan menggali cara alternatif untuk mengeksperikan seksualitas.
Kunjungan dari penyandang ostomi lain yang telah sukses di masyarakat dan
kehidupan keluarganya juga membantu pasien dan keluarga untuk mengetahui
bahwa perbaikan yang sempurna adalah mungkin.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.Tujuan
utama pascaoperatif adalah membantu pasien mencapai tingkat kemandirian
tertinggi dan perawatan mandiri.Perawat primer dan ahli terapi enterostomal
beker dekat pasien dan keluarga untuk menjelaskan dan membantu tentang
seluruh tahap-tahap penatalaksanaan ostomi.Pasien didorong untuk
berpartisipasi dalam mengmbil keputusan yang berhubungan dengan jenis
aplikator dan waktu penggantinya.Pasien dibantu dan didorong untuk melihat
dan menyentuh stoma sejak dini untuk mengatasi rasa takut.
Pasien dan keluarga perlu mengetahui informasi mengenai stoma
normal berikut: (1) stoma harus berwarna merah muda dan lembab seperti
kondisi dalam mulut, (2) sangat sensitive terhadap nyeri karena tidak memiliki
20
ujung saraf, dan (3) sangat vaskuler dan dapat berdarah pada saat di
bersihkan. Disamping itu, jika segmen traktus gastrointestinal digunakan
untuk membuat diversi urinarius, stoma normal, pasien dan keluarga akan
mengenali tanda dan gejalayang harus dilaporkan pada perawat dan dokter
serta masalah yang dapat mereka tangani.
Informasi yang diberikan pada pasien dan tingkat keterlibatan dalam
perawatan mandiri didasarkan pada kesembuhan fisik pasien dari pembedahan
dan kemampuan untuk menerima serta mempelajari pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk kemandirian.Instuksi lisan dan tulisan
diberikan, dan pasien diberikan kesempatan untuk mempraktikkan dan
mendemonstrasikan keterampilan yang diperlukan pada penatalaksanaan
drainase urinarius.Kunjungan dari perawat kunjungan rumah adalah penting
untuk membantu pasien menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah dan
penatalaksanaan ostomi.Pengajaran dan pujian dapat membantu pasien dan
keluarga untuk menghadapi perubahan fungsi urinarius.
14. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
a. Meningkatkan pengethuan tentang penatalaksanaan fungsi urinarius.
1) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan system urinarius dan perawatan
kulit.
2) Menjelaskan perubahan anatomis akibat pembedahan.
3) Merubah rutinitas sehari-hari mengakomodasi penatalaksanaan
drainase urinarius.
4) Mengidentifikasi masalah potensial dan tanda serta gejala yang harus
dilaporkan.
b. Memperlihatkan konsep diri yang semakin baik
1) Mengungkapkan penerimaan terhadap diversi urin, stoma dan
aplikator
21
2) Mendemonstrasikan peningkatan kemandirian dalam perawatan diri,
yang mencakup hygiene dan kerapihan
3) Mengungkapkan penerimaan terhadap dukungan dan bantuan dari
anggota keluarga, tenaga kesehatan, dan “ahli ostoma” lainnya
c. Mengatasi masalah seksual
1) Mengungkapkan masalah tentang kemungkinan perubahan seksualitas
dan fungsi seksual
2) Mendiskusikan masalah seksual dengan pasangan dan konselor yang
tepat
d. Memelihara integrasi kulit
1) Mendemonstrasikan kulit peristomal yang utuh dan keterampilan
dalam menatalaksanakan asistem drainase dan aplikator
2) Melaporkan tidak adanya nyeri atau ketidaknyamanan di sekitar di
sekitar area peristomal
3) Mengungkapkan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi akskorisasi
kulit
e. Tidak terdapat komplikasi
1) Melaporkan tidak adanya nyeri atau nyeri tekan atau nyeri tekan di
abdomen
2) Memperlihatkan suhu dalam batas normal
3) Menunjukkan tidak adanya kebocoran dari insisi atau drain
4) Huluaran urin stabil dan dalam batas volome yang yang diharapkan
5) Stoma berwarna merah atau merah muda, tampak, lembab, dan baik
6) Batas disekililing stoma utuh dan mulai sembuh
22
Daftar Pustaka
Smeltzer, C. S., & Bare, G. B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahVol 2 edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
23