14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penyandang Disabilitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang diartikan dengan orang
yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas yang berarti cacat atau
ketidakmampuan6. Istilah disabilitas berasal dari bahasa inggris dengan asal kata
different ability, yang bermakna manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Istilah
tersebut digunakan sebagai pengganti istilah penyandang cacat yang mempunyai nilai
rasa negatif dan terkesan diskriminatif. Istilah disabilitas didasarkan pada realita
bahwa setiap manusia diciptakan berbeda. Sehingga yang ada sebenarnya hanyalah
sebuah perbedaan bukan kecacatan maupun keabnormalan7.
Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas disebutkan bahwa “Penyandang disabilitas adalah setiap
orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Dalam Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas di sebutkan bahwa “aksesibilitas adalah kemudahan yang
disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan”.
6 Kamus Besar Bahasa Indonesia.2008.Edisi Ke empat.Jakarta 7 Sugi Rahayu,Utami Dewi dan Marita Ahdiyana.2013.Pelayanan Publik Bidang Transportasi
Bagi Difabel Di Daerah Istimewa Yogyakarta.Yogyakarta.Hal 110
15
Kesamaan kesempatan menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
adalah ”keadilan yang memberikan peluang dan/atau menyediakan akses kepada
penyandang disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek
penyelenggaraan Negara dan masyarakat”.
Dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Disabilitas
telah dijelaskan bahwa “hak keadilan dan perlindungan hukum untuk disabilitas
meliputi hak: atas perlakuan yang sama di hadapan hukum, diakui sebagai subjek
hukum, memiliki dan mewarisi harta bergerak atau tidak bergerak, mengendalikan
masalah keuangan atau menunjuk orang untuk mewakili kepentingannya dalam
urusan keuangan, memperoleh akses terhadap pelayanan jasa perbankan dan non
perbankan, memperoleh aksesibilitas dalam pelayanan peradilan, atas segala
perlindungan dari tekanan, kekerasan, penganiayaan, diskriminasi, dan atau
perampasan hak milik, memilih dan menunjuk orang untuk mewakili segala
kepentingan dalam hal keperdataan di dalam dan luar pengadilan, dilindungi hak
kekayaan intelektualnya”.
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang
Disabilitas bahwa:
Hak aksesibilitas untuk penyandang disabilitas meliputi hak : a. Mendapatkan aksesibilitas untuk memanfaatkan fasilitas publik. b. Mendapatkan akomodasi yang layak sebagai bentuk aksesibilitas bagi
individu. Akomodasi yang layak menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2016 adalah “modifikasi dan penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk
16
menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental untuk penyandang disabilitas berdasarkan kesetaraan”.
Dalam Pasal 89 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Disabilitas disebutkan bahwa setiap pengadaan
sarana dan prasarana umum yang diselenggarakan pemerintah daerah atau masyarakat
wajib menyediakan aksesibilitas.
Menurut Pasal 90 ayat 3 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas menyebutkan
bahwa :
Penyedia aksesibilitas yang berbentuk fisik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a dilaksanakan pada sarana dan prasarana umum yang meliputi :
a. Aksesibilitas pada bangunan umum b. Aksesibilitas pada jalan umum c. Aksesibilitas pada pertamanan dan pemakaman umum d. Aksesibilitas pada transportasi umum e. Aksesibilitas pada sarana keagamaan f. Aksesibilitas pada sarana pendidikan g. Aksesibilitas pada sarana kebudayaan kesenian dan keolahragaan h. Aksesibilitas pada sarana dan jasa keuangan perekonomian i. Aksesibilitas pada sarana teknologi dan informasi j. Aksesibilitas pada sarana politik Menurut Pasal 94 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas menyebutkan
bahwa :
Aksesibilitas pada angkutan umum sebagaimana dimaksud Pasal 90 ayat 3 huruf d, dilaksanakan dan menyediakan :
a. Tangga naik/turun b. Tempat duduk c. Tanda tanda usignage
17
Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus/disabilitas, ini berarti
bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki definisi masing-masing yang mana
semuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Jenis
penyandang disabilitas adalah sebagai berikut :
1. Disabilitas mental. Terdiri dari:
a. Mental tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi, dia juga memiliki kemampuan tanggung
jawab terhadap tugas.
b. Mental rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual yang
rendah dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow
learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (intelligence quotient) antara 70–90.
Sedangkan anak yang memiliki IQ (intelligence quotient) di bawah 70
dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan belajar spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan
prestasi belajar yang diperoleh8.
2. Disabilitas fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam yaitu :
a. Kelainan tubuh (Tuna daksa). Yaitu individu yang mermiliki gangguan
gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro muscular dan struktur tulang
yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ
tubuh), polio dan lumpuh.
8 Nur Kholis Reefani.2013.Panduan Anak Berkebutuhan Khusus.Yogyakarta.Imperium.Hal 17
18
b. Kelainan indera penglihatan (tuna netra). Yaitu individu yang memiliki
hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam
dua golongan yaitu buta total (blind) dan low vision.
c. Kelainan pendengaran (tuna rungu) yaitu individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu
memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka sering disebut
tunawicara.
d. Kelainan bicara (tunawicara) adalah seseorang yang mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,sehingga sulit
bahkan tidak dimengerti orang lai. Kelainan bicara ini dapat bersifat
fungsional dimana disebabkan oleh ketunarunguan dan organic yang
disebabkan memang adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun
adanya gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara.
3. Tunaganda (disabilitas ganda). Penderita cacat ini lebih dari satu kecacatan
yaitu cacat fisik dan mental9.
Setidaknya ada empat azas yang dapat menjamin kemudahan atau
aksesibilitas disabilitas tersebut yang mutlak mestinya harus dipenuhi oleh
pemerintah yakni :
1. Azas kemudahan, artinya setiap orang dapat mencapai semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan. 9 Ibid
19
2. Azas kegunaan, artinya semua orang dapat mempergunakan semua tempat
atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
3. Azas keselamatan, artinya setiap bangunan dalam suatu lingkungan
terbangun harus memperhatikan keselamatan bagu semua orang termasuk
disabilitas.
4. Azas kemandirian, artinya setiap orang harus bisa mencapai dan masuk
untuk mempergunakan semua tempat atau bangunan dalam suatu
lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain10.
B. Tentang Perkeretaapian
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak baik berjalan
sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan
ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api11.
Bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi yang diselenggarakan
berdasarkan asas manfaat, adil dan merata, keseimbangan, kepentingan umum,
keterpaduan, dan percaya diri.
Semakin pesat laju pertumbuhan ekonomi semakin pesat pula kebutuhan
masyarakat akan transportasi terutama bagi kaum disabilitas. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk tak bisa dipungkiri bahwa penggunaan transportasi
massal jalur darat juga semakin meningkat. Selain harga yang terjangkau kereta api
juga memiliki efisiensi waktu yang tepat ke tempat tujuan. Namun dalam hal
10 Sugi Rahayu,Utami Dewi dan Marita Ahdiyana.2013.Pelayanan Publik Bidang Transportasi
Bagi Difabel Di Daerah Istimewa Yogyakarta.Yogyakarta.Hal 111 11 Pasal 1 ayat 1 Undang- undang nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
20
pemenuhan fasilitas terutama untuk penyandang disabilitas masih sangat kurang.
Seharusnya hal ini menjadi pertimbangan terhadap pemenuhan fasilitas untuk
pengguna jasa kereta api.
Asas manfaat yaitu bahwa perkeretaapian harus dapat memberikan manfaat
yang sebesar besarnya bagi kemanusiaa, peningkatan kesejahteraaan rakyat dan
pengemban perikehidupan yang berkeseimbangan bagi rakyat.
Asas adil dan merata yaitu bahwa perkeretaapian harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya
terjangkau oleh masyarakat.
Asas keseimbangan yaitu bahwa perkeretaapian harus diselenggarakan
sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara sarana dan
prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan
individu dan masyarakat serta kepentingan nasional dan internasional.
Asas kepentingan umum yaitu bahwa perkeretaapian harus lebih
mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagu masyarakat luas.
Asas keterpaduan yaitu bahwa perkeretaapian harus merupakan kesatuan yang
bulat dan utu, terpadu, saling menunjang dan saling mengisi baik intra maupun antar
moda transportasi.
Asas percaya diri sendiri yaitu bahwa perkeretaapian harus berlandaskan
padakepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri berdasarkan kepada
kepribadian bangsa.
21
Dan penyelenggaraan kereta api bertujuan untuk memperlancar perpindahan
orang atau barang secara masal menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas,
serta sebagai pendorong pembangunan nasional12.
Menurut Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian pengguna jasa kereta api adalah setiap orang atau badan hukum yang
menggunakan jasa angkutan kereta api baik untuk angkutan orang maupun barang.
Dalam Pasal 133 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian telah disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan pengangkutan orang
dengan kereta api, sarana perkeretaapian wajib :
a. Mengutamakan keselamatan dan keamanan orang; b. Mengutamakan pelayanan kepentingan umum; c. Menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan; d. Mengumumkan jadwal perjalanan kereta api dan tarif angkutan kepada
masyarakat; e. Mematuhi jadwal keberangkatan kereta api.
Pasal 137 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
telah mengatur mengenai standart pelayanan minimum kereta api yang isinya adalah
sebagai berikut :
1 Pelayanan angkutan orang harus memenuhi standart pelayanan minimum. 2 Standart pelayanan minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi pelayanan di stasiun keberangkatan, dalam perjalanan, dan stasiun tujuan.
Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian menyebutkan bahwa: “Fasilitas penunjang kereta api adalah segala
sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat 12 Rahayu Hartini.2007.Hukum Pengangkutan di Indonesia.Malang.Citra Mentari.Hal 100
22
memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan bagi pengguna jasa kereta
api”.
Standart pelayanan minimum berdasarkan Pasal 1 Angka 10 Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum
Orang Dengan Kereta Api. Standart pelayanan minimum adalah ukuran minimum
pelayanan yang harus dipenuhi penyelenggara kereta api dalam memberikan
pelayanan kepada pengguna jasa. Yang harus dipenuhi dengan tolak ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian
kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyedia layanan kepada masyarakat
dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.
Standart pelayanan minimum merupakan sebuah ukuran yang dilakukan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau
penerima layana13. Kriteria pelayanan minimum adalah urusan wajib dan merupakan
pelayanan yang sangat mendasar yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal
sehingga dijamin ketersediaannya oleh konstitusi, rencana jangka panjang nasional,
dan konvensi internasional yang sudah di ratifikasi tanpa memandang latar belakang
sosial ekonomi dan politik warga.
Adapun yang termasuk dalam standart pelayanan minimum sesuai dengan
ketentuan Pasal 2 ayat 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015
Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yakni:
1. Standart pelayanan minimal di stasiun kereta api; dan 13 Surjadi.2009.Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik.Bandung.Refika Aditama.Hal 69
23
2. Standart pelayanan minimal dalam perjalanan.
Kemudian yang termasuk dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta
Api yakni: standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup
a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.
Kemudian dalam Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian disebutkan bahwa: stasiun kereta api untuk keperluan
penumpang sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat 3 huruf a paling rendah
dilengkapi dengan fasilitas :
a. Keselamatan b. Keamanan c. Kenyamanan d. Naik turun penumpang e. Penyandang cacat f. Kesehatan fasilitas umum
Dalam Pasal 131 ayat 1 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian telah dijelaskan bahwa perkeretaapian wajib memberikan fasilitas
khusus bagi disabilitas bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut :
“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan failitas khusus dan
kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang
sakit dan orang lanjut usia”.
24
Dalam Pasal 87 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggara Kereta Api telah memberikan penjelasan bahwa “stasiun penumpang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 86 ayat (1) huruf a paling sedikit dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan, keamanan, kenyamanan, naik turun penumpang,
penyandang cacat, kesehatan, fasilitas umum, pembuangan sampah, fasilitas
informasi”.
Dalam butir penjelasan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 tahun 2015
Tentang Standart Pelayanan Minimum Kereta Api menyebutkan bahwa fasilitas pada
penumpang disabilitas berfungsi untuk memudahkan para penumpang disabilitas
yang meliputi penyandang disabilitas, wanita hamil, orang sakit dan lansia untuk
menggunakan angkutan kereta api. Sedikitnya untuk kereta api antar kota minimal 4
tempat duduk dalam 1 kereta, untuk kereta api perkotaan minimal 12 tempat duduk
dalam 1 kereta.
C. Teori Efektifitas Hukum, Keadilan Sosial dan Perlindungan Hukum
1. Teori Efektifitas hukum
Peraturan perundang-undangan, baik yang tingkatannya lebih rendah maupun
yang lebih tinggi bertujuan agar masyarakat maupun aparatur Negara dapat
melaksanakan secara konsisten dan tanpa membedakan antara masyarakat yang satu
dengan masyarakat lainnya. Semua orang dipandang sama di hadapan hukum
(equality before the law). Namun dalam realisasinya undang-Undang tersebut sering
diabaikan akan penerapannya, sehingga aturan tersebut tidak berlaku efektif. Tidak
efektifnya suatu peraturan disebabkan karena Undang-Undangnya kabur atau tidak
25
jelas, aparatnya yang tidak konsisten atau masyarakatnya tidak mendukung dari
pelaksanaan peraturan tersebut. Apabila Undang-Undang itu dilaksanakan dengan
baik maka Undang-Undang tersebut dikatakan efektif. Dikatakan efektif karena bunyi
Undang-Undangnya jelas dan dalam penerapannya tidak perlu melakukan penafsiran,
aparatnnya menegakkan hukum secara konsisten dan masyarakat yang terkena aturan
tersebut mendukungnya. Teori yang mengkaji dan menganalisis hal itu yaitu teori
efektifitas Hukum.
Istilah teori efektifitas hukum berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu
effectiveness of the legal theory, bahasa Belanda disebut dengan effectiviteit van de
juridische theorie, bahasa Jermannya yaitu wirksamkeit der rechtlichen theorie. Hans
kelsen menyajikan definisi tentang efektifitas hukum, efektifitas hukum adalah
apakah orang pada kenyataannya berbuat menurut suatu cara untuk menghindari
sanksi yang diancamkan oleh norma hukum atau bukan, dan apakah sanksi tersebut
benar dilaksanakan bila syaratnya terpenuhi atau tidak terpenuhi14.
Konsep efektifitas dalam definisi Hans Kelsen difokuskan pada subjek dan
sanksi. Subjek yang melaksanaknnya yaitu orang atau badan hukum. Orang-orang
tersebut harus melaksanakan hukum sesuai dengan bunyi dari norma hukum. Bagi
yang dikenai sanksi maka sanksi hukum tersebut benar dilaksanakan atau tidak.
Hukum diartikan norma hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Norma hukum tertulis merupakan norma hukum yang ditetapkan oleh lembaga yang
14 Hans Kelsen.2006.Teori Umum Tentang Hukum dan Negara.Bandung.Penerbit Nusa Media.Hal 39
26
berwenang untuk itu. Lembaga yang berwenang yaitu DPR RI dan dengan
persetujuan presiden. Sedangkan norma hukum tidak tertulis merupakan norma
hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat adat.
Anthony Allot mengemukakan tentang efektifitas hukum. Bahwa Hukum
akan menjadi efektif jika tujuan dan penerapannya dapat mencegah perbuatan yang
tidak diinginkan dapat menghilangkan kekacauan. Hukum yang efektif secara umum
dapat membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu kegagalan maka
kemungkinan terjadi pembetulan secara gampang jika tertjadi keharusan untuk
melaksanakan atau menerapkan hukum dalam suasana baru yang berbeda, hukum
akan sanggup menyelesaikannya. Konsep Anthony Allot tentang efektifitas hukum
difokuskan pada perwujudanny. Hukum yang efektif secara umum dapat membuat
apa yang dirancang dapat diwujudkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Teori efektifitas hukum adalah teori yang mengkaji dan menganalisis tentang
keberhasilan dan kegagalan dan faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan dan
penerapan hukum. Ada tiga kajian teori efektifitas hukum yang meliputi :
1. Keberhasilan dalam pelaksanaan hukum.
2. Kegagalan dalam pelaksanaannya.
3. Faktor yang mempengaruhinya.
Keberhasilan dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa hukum yang dibuat itu
telah tercapai maksudnya. Maksud dari norma hukum adalah mengatur kepentingan
manusia. Apabila norma hukum itu ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat maupun
penegak hukum maka pelaksanaan hukum itu dikatakan efektif dalam
27
implementasinya. Hal ini, dapat dilihat dalam masyarakat dalam melaksanakan aturan
hukum tersebut.
Kegagalan dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa ketentuan hukum yang
telah ditetapkan tidak mencapai maksudnya atau tidak berhasil dalam
implementasinya. Faktor yang mempengaruhi adalah hal yang menyebabkan atau
berpengaruh dalam pelaksanaan dan penerapan hukum tersebut. Faktor yang
mempengaruhi dapatn dikaji dari :
1. Aspek keberhasilannya.
2. Aspek kegagalannya.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu meliputi substansi hukum,
struktur hukum, kultur hukum, dan fasilitasnya. Norma hukum dikatakan berhasil
apabila norma tersebut ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat maupun aparat
penegak hukum itu sendiri.
Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam pelaksanaan adalah karena
norma hukum yang kabur atau tidak jelas aparatur hukum yang korup atau
masyarakat yang tidak sadar atau taat kepada norma hukum tersebut. Fasilitas yang
mendukung norma hukum tersebut sangat minim sehingga sulit untuk terciptanya
keefektifan hukum tersebut.
Menurut Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu
hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor yaitu :
Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum, pihak yang membuat dan yang
menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung penegakan
28
hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan, Faktor kebudayaan ,sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia dalam pergaulan15. Ahmad ali berpendapat bahwa pada umumnya
ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektifitas hukum tersebut untuk ditaati
atau tidak ditaati yaitu faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu
perundang undangan adalah professional dan optimal pelaksanan peran dari para
penegak hukum baik dalam menjalankan tugas dan menjalankan isi dari Undang-
Undang tersebut16.
Hukum dalam arti materil merupakan peraturan tertulis yang berlaku umum
dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Peraturan dibagi dua
macam yaitu peraturan pusat dan peraturan daerah setempat. Peraturan pusat berlaku
untuk seluruh warga Negara yang ada pada wilayah tersebut. Peraturan daerah
setempat hanya berlaku untuk orang yang ada pada daerah tersbut saja.
Bronislaw Malinowski menyajikan teori efektifitas pengendali sosial atau
hukum. Ia menyajikan teori efektifitas hukum dengan menganalisis tiga masalah
berikut ini yang meliputi :
1. Dalam masyarakat modern tata tertib kemasyarakatan dijaga antara lain
oleh suatu system pengendalian sosial yang bersifat memaksa yaitu
hukum, untuk melaksanakannya hukum didukung oleh suatu system alat
kekuasaan yang diorganisasikan untuk Negara.
15 Soerjono Soekamto.2008.Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta.Penerbit
PT Raja Grafindo Persada.Hal.8 16 Achmad Ali .2010.Menguak Teori Hukum Dan Teori Keadilan.Jakarta.Kencana.Hal 375
29
2. Dalam masyarakat primitive alat kekuasaan serupa kadang tidak ada
3. Dengan demikian apakah dalam masyarakat primitif tidak ada hukum ?17.
Lawrence M Friedman mengemukakan tiga unsur yang harus diperhatikan
dalam penegakan hukum. Ketiga unsur tersebut meliputi struktur, substansi dan
budaya hukum18.
Pengertian struktur hukum terdiri dari :
1. Unsur jumlah dan ukuran pengadilan yurisdiksinya.
2. Cara naik banding dari satu pengadilan ke pengadilan lainnya.
3. Bagaimana badan legislatif ditata.
Pengertian substansi meliputi :
1. Aturan norma dan perilaku masyarakat dalam system hukum tersebut.
2. Produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum itu
keputusan yang mereka keluarkan dan aturan baru yang mereka terapkan.
Budaya hukum sebagai sikap dan nilai yang ada hubungannya dengan system
hukum dan hukum. Budaya hukum dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Kultur hukum eksternal.
2. Kultur hukum internal19.
Kultur hukum eksternal adalah kultur hukum yang ada pada pupulasi
masyarakat umum. Kultur hukum internal adalah kultur hukum para anggota
masyarakat yang menjalankan tugas hukum. Semua masyarakat memiliki kultur
17 Koentjaraningrat.1987.Sejarah Teori Antropologi.Jakarta.Penerbit UI Press. Hal 167 18 Lawrence M Friedman.Op.cit.Hal 7 19 Lawrence M Friedman.Op.cit.Hal 293
30
hukum tetapi hanya masyarakat dengan para spesialis hukum yang memiliki suatu
kultur hukum yang memiliki suatu kultur hukum internal.
Pandangan tentang efektifitas hukum dikemukakan oleh Clearence J. Dias.
Syarat bagi efektif atau tidaknya suatu aturan hukum adalah
1. Mudah tidaknya makna atau isi aturan hukum itu untuk ditangkap.
2. Luas tidaknya kalangan didalam masyarakat yang mengetahui isi aturan
yang bersangkutan.
3. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan hukum yang dicapai dengan
bantuan aparat administrasi dan masyarakat.
4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya harus mudah
dihubungi dan dimasuki oleh setiap warga Negara akan tetapi juga harus
cukup efektif menyelesaikan sengketa.
5. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata dikalangan warga
masyarakat, bahwa aturan dan pranata hukum itu memang berdaya
mampu efektif20.
Syarat agar hukum dapat berjalan dengan efektif adalah dengan melihat
Undang-Undangnya yang berlaku dimasyarakat, adanya pelaksanan hukum, kondisi
sosio ekonomi masyarakat, Undang-Undang yang dibuat harus dirancang dengan baik
dan substansinya yang meliputi isi dari peraturan tersebut harus bersifat melarang,
mengandung sanksinya, mengandung moralitas. Pelaksanan hukum adalah aparat
20 Marcus Priyo.2008. Kriminalisasi dan Penalisasi Dalam Rangka Fungsionalisasi Perda Pajak
dan Retribusi.Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang.Hal 71
31
yang melaksanakan hukum itu sendiri, seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
Pelaksanaan hukum ini harus dilakukan dengan baik. Efektifitas hukum harus dilihat
dari kondisi sosio ekonomi masyarakat. Semakin baik ekonomi masyarakat maka
semakin efektif Undang-Undang yang berlaku. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum. Semakin rendah ekonomi
masyarakat semakin banyak terjadi pelanggaran hukum hal ini dapat dilihat semakin
banyaknya pencurian yang berlatar belakang alasan ekonomi.
2. Teori Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah salah satu jenis keadilan. Pada umumnya keadilan
dibatasi dengan memberi masing-masing haknya. Sasarannya ialah hak asasi manusia
sebagai masyarakat. Keadilan sosial mengatur hubungan timbal balik antara
masyarakat termasuk Negara dan para warganya. Keadilan sosial mewajibkan para
warga Negara untuk memberikan sumbangan kepada Negara demi terwujudnya
kesejahteraan umum yang menjadi urusannya dan mewajibkan Negara untuk
membagi kesejahteraan umum kepada warganya sesuai dengan jasa dan kebutuhan.
Kata sosial dalam keadilan sosial menunjuk pada societas atau masyarakat termasuk
Negara, dalam hal tertentu sebagai subjeknya (harus adil) dan dalam hal lain sebagai
objek atau sasarannya (harus diperlakukan dengan adil). Artinya keadilan sosial
mewajibkan masyarakat termasuk Negara demi terwujudnya kesejahteraan umum
untuk membagi beban dan manfaat kepada para warganya secara proporsional sambil
membantu anggota yang lemah.
32
Tujuan keadilan sosial adalah menciptakan struktur masyarakat atau Negara
yang seimbang dan teratur dengan member kesempatan semua warganya untuk
membangun suatu kehidupan yang layak dan yang lemah mendapat bantuan
sebagaimana dengan apa yang dibutuhkan untuk menciptakan kesetaraan dan
kesejahteraan21.
Teori keadilan Rawls memiliki konsepsi keadilan yang disebut dengan Justice
as Fairness. Justice as Fairness memiliki terdiri dari dua prinsip keadilan. Rawls
merumuskan dua prinsip keadilannya sebagia berikut:
1. Each person has the same indefeasible claim to a fully adequate scheme of
equal basic liberties, which scheme is compatible with the same scheme of liberties
for all. (Setiap orang memiliki hak sama sejauh yang dapat dicakup keseluruhan
sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang setara bagi kemerdekaan semua
warga yang lain)
2. Social and economic inequalities are to satisfy two conditions: first, they
are to be attached to offices and positions open to all under conditions of fair
equality of opportunity; and second, they are to be to the greatest benefit of the least-
advantaged members of society. (maksudnya: Ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial
dan ekonomi ditata sedemikian rupa sehingga:
a. paling menguntungkan bagi yang paling tertinggal, dan
21 Kirdi Dipoyudo.1985.Keadilan Sosial. Jakarta.Penerbit CV Rajawali.Hal.53
33
b. posisi-posisi dan jabatan-jabatan terbuka bagi semua di bawah syarat
kesamaan kesempatan yang fair)22
.
Bidang utama keadilan adalah susunan dasar masyarakat, semua institusi
sosial, politik, hukum dan ekonomi. Karena susunan institusi sosial tersebut
mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap aspek-aspek kehidupan manusia,
tetapi juga dalam perilaku, keputusan dan penilaian individual. Mengingat
kompleksnya masalah keadilan, maka Rawls memusatkan diri pada bidang utama
keadilan yang menurutnya adalah susunan dasar masyarakat. Susunan dasar
masyarakat meliputi: konstitusi, pemilikan pribadi atas sarana-sarana produksi, pasar
kompetitif, dan susunan keluarga monogami.
Dari penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa Rawls menitikberatkan pada
bentuk-bentuk hubungan sosial yang membutuhkan kerjasama. Fungsi susunan dasar
masyarakat adalah mendistribusikan beban dan keuntungan sosial di antara warga
masyarakat.Keuntungan kerjasama sosial meliputi kekayaan, pendapatan, makanan,
perlindungan, kewibawaan, kekuasaan,harga diri, hak-hak dan kebebasan. Beban
kerjasama sosial meliputi segala macam bea dan kewajiban seperti misalnya
kewajiban membayar pajak.
Tujuan teori keadilan Rawls adalah untuk mengartikulasikan sederet prinsip-
prinsip umum keadilan yang mendasari dan menerangkan berbagai keputusan moral
yang sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam keadaan-keadaan khusus. Yang
dimaksud dengan keputusan moral adalah sederet evaluasi moral yang telah kita buat 22 Ibid.Hal 4
34
yang menyebabkan tindakan sosial. Keputusan moral yang sungguh-sungguh
dipertimbangkan menunjuk pada evaluasi moral yang kita buat secara reflektif. Teori
keadilan versi Rawls diasumsikannya memiliki kemampuannya menjelaskan
keputusan moral yang terkait dengan keadilan sosial23.
Problem utama keadilan adalah merumuskan dan memberikan alasan pada
sederetan prinsip prinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah struktur dasar masyarakat
yang adil. Prinsip-prinsip sosial tersebut akan menetapkan bagaimana struktur
masyarakat harus mendistribusikan prospek mendapatkan“barang-barang pokok”
(yaitu: hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan, kesempatan, pendapatan,
dan kesejahteraan). Dalam struktur dasar masyarakat, prinsip-prinsip keadilan harus
mengerjakan dua hal yaitu: pertama, memberi penilaian yang konkret tentang adil
tidaknya institusi-institusi dan praktek-praktek institusional. Kedua, harus
membimbing kita dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan dan hukum yang
mengoreksi ketidakadilan dalam struktur dasar masyarakat tersebut.
Prinsip-prinsip keadilan merupakan solusi bagi problem utama keadilan yaitu:
a. Prinsip kebebasan yang sama besarnya (principle of greatest equal
liberty). Prinsip ini mencakup kebebasan untuk berperan serta dalam
kehidupan politik yaitu hak bersuara dan mencalonkan diri dalam
pemilihan. Kebebasan berbicara termasuk kebebasan pers, kebebasan
berkeyakinan termasuk kebebasan beragama, kebebasan menjadi diri
23 Anil Dawan,2010,Keadilan Sosial Teori Keadilan Menurut John Rawls Dan
Implementasinya Bagi Perwujudan Keadilan Sosial Di Indonesia, Vol.VII, No.1
35
sendiri, kebebasan dari penangkapan dan penahanan yang sewenang-
wenang, kebebasan untuk mempertahankan milik pribadi. Menurut
prinsip-prinsip tersebut tiap-tiap orang mempunyai hak yang sama atas
seluruh sistem yang terbangun/tersusun dari kebebasan-kebebasan dan
yang cocok dengan kebebasan-kebebasan tersebut.
b. Prinsip perbedaan (the difference principle). Inti prinsip ini adalah bahwa
perbedaan sosial dan ekonomis harus diatur agar memberikan manfaat
yang paling besar kepada mereka yang paling kurang beruntung (yaitu
mereka yang kurang memiliki peluang untuk mencapai kesejahteraan.
c. Prinsip persamaan yang adil atas kesempatan (The principle of fair
equality of opportunity). Inti prinsip ini terumus sebagai berikut bahwa
ketidaksamaan sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga
membuka jabatan dan kedudukan sosial bagi semua yang ada di bawah
kondisi persamaan kesempatan yaitu memberi jaminan bahwa orang-orang
dengan keterampilan, kemampuan, dan motivasi yang sama dapat
menikmati kesempatan yang sama pula.
Selain itu pandangan Rawls yang penting adalah tentang harga diri (self
respect) dalam kerangka teorinya, bahwa kebutuhan manusia yang paling pokok
barangkali adalah harga diri, karena menurut Rawls struktur dasar masyarakat bukan
hanya harus diatur sesuai dengan prinsip-prinsipnya, melainkan juga harus
mendukung penghormatan terhadap harga diri seseorang. Hal itu dapat ditempuh
dengan prioritas pada komitmen masyarakat untuk menjamin kebebasan yang sama
36
dan kesempatan yang sama bagi setiap orang harus tampak sebagai ekspresi umum
penghargaan tak bersyarat pada setiap orang24.
John Rawls menegaskan bahwa program keadilan yang berdimensi
kerakyatan harus memperhatikan prinsip keadilan yaitu member hak dan kesempatan
yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas kebebasan pada setiap orang
mampu mengatur kembali kesenjangan ekonomi sehingga dapat memberi keuntungan
yang bersifat timbal balik, baik mereka dari kelompok yang beruntung atau tidak
beruntung
3. Teori Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum
adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan
orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati
semua hak yang diberikan oleh hukum25. Sementara itu, pengertian hukum dapat
dikaji dari norma yang tercantum dalam Undang-Undang dan Norma Hukum yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat. Perlindungan hukum terhadap pihak yang
lemah selalu dikaitkan dengan perlindungan terhadap hak pihak yang lemah. Maria
Theresia Geme mengartikan perlindungan hukum adalah berkaitan dengan tindakan
Negara untuk melakukan sesuatu dengan memberlakukan hukum secara eksklusif
dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hak seseorang atau kelompok
24 Ibid 25 Satjipto Raharjo.2000.Ilmu Hukum..Bandung. PT Citra Adi Karya Bakti.Hal.54
37
orang26. Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau
perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Cara perlindungan
secara hukum adalah
1. Membuat peraturan (giving regulation), yang bertujuan untuk :
a. Memberikan hak dan kewajiban.
b. Menjaminn hak para subjek.
2. Menegakkan peraturan (by the law enforcement) melalui :
a. Hukum Administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah
(preventif) terjadinya pelanggaran hak konsumen, dengan perijinan
dan pengawasan.
b. Hukum pidana yang berfungsi menanggulangi (repressive) setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan dengan cara
mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman.
c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative
recovery) dengan membayar kompensasi atau kerugian27.
Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan konsumen terdapat artian perlindungan hukum terhadap konsumen
yaitu : segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan terhadap konsumen. Sebagai pengguna jasa, konsumen memiliki
26 Maria Theresia Geme.2012.Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Hukum Adat Dalam
Pengelolahan Cagar Alam Watu Ata Kabupaten Ngada NTT.Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.Hal. 99
27 Wahyu Sasongko,2013,Perlindungan Hukum Bagi Konsumen,Vol.1.No.1
38
sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan tentang hak konsumen sangat penting agar
konsumen bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Salah satunya
adalah konsumen penyandang disabilitas pengguna jasa transportasi kereta api.
Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
konsumen, hak konsumen adalah sebagai berikut :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang/jasa.
2. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa. 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut. 6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. 7. Hak untuk diperlakukan dengan benar atau jujur serta tidak diskriminatif. 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian apabila
barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjiannya. Adapun asas perlindungan konsumen antara lain :
1. Asas manfaat, mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan ini harus memberikan manfaat dengan
maksimal bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
2. Asas keadilan, partisipasi seluruh rakyat yang dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara
adil.
39
3. Asas keseimbangan, memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materill maupun
spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen, memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa.
5. Asas kepastian hukum, baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggara perlindungan
konsumen dalam menjamin kepastian hukum.
Unsur perlindungan hukum adalah :
1. Adanya perlindungan dari pemerintah kepada warganya.
2. Jaminan kepastian hukum.
3. Berkaitan dengan hak warga negara.
4. Adanya sanksi hukum bagi pihak yang melanggarnya.
Perlindungan hukum dibagi menjadi 2 yaitu perlindungan hukum preventif
dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif adalah bentuk
perlindungan hukum yang sifatnya pencegahan. Perlindungan memberikan
kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan keberatan (Inspraak) atas pendapatnya
sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Sehingga,
perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan sangat
besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan
dengan adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk
40
berhati hati dalam maengambil keputusan yang berkaitan dengan asas freies ermessen
(kebebasan yang melekat bagi pemerintah atau administrasi negara), dan rakyat dapat
mengajukan keberatan atau diminati pendapatnya mengenai rencana keputusan
tersebut. Perlindungan hukum yang represif berfungsi untuk menyelesaikan apabila
terjadi sengketa28. Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara parsial
menangani perlindungan hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi dua badan
yaitu :
1. Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum
2. Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi.
Penanganan perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi pemerintah
yang merupakan lembaga banding administrasi adalah permintaan banding terhadap
suatu tindak pemerintah oleh pihak yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah
tersebut. Instansi pemerintah yang berwenang untuk mencegah bahkan dapat
membatalkan tindakan pemerintah tersebut.
Tujuan dari perlindungan hukum adalah :
1. Untuk memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang
dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada semua
masyarakat agar dapat menikmati semua hak yang diberikan hukum
28 Philipus M Hadjon.1987.Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.Surabaya.PT Bina
Ilmu.Hal 2
41
2. Untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota masyarakat agar
terciptanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hidup
bermasyarakat.
Istilah perlindungan hukum berasal dari bahasa Inggris yaitu legal protection
theory, sedangkan dalam bahasa Belanda theorie van de wetteljike bescherming dan
dalam bahasa Jerman disebut theorie der rechtliche schutz. Masyarakat yang
disasarkan pada teori ini yaitu masyarakat yang berada pada posisi lemah semisal
masyarakat penyandang disabilitas. Sifat perlindungan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Perlindungan sementara.
2. Perlindungan adanya perintah pengadilan.
Perlindungan sementara adalah perlindungan yang secara langsung diberikan
oleh kepolisian dan/atau lembaga sosial atau pihak lain, sebelum dikeluarkannya
penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.
Perlindungan adanya perintah adalah penetapan yang dikeluarkan oleh
pengadilan untuk memberikan perlindungan terhadap korban. Hak Asasi Manusia
yang berat telah disajikan rumusan perlindungan. Perlindungan adalah suatu bentuk
pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan
untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental.
Teori perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo bahwa perlindungan
hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara
mengalokasikan kekuasaan untuk bertindak dalam kepentingan tersebut. Selanjutnya
dikemukakan bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum
42
adalah memberikan pengayoman kepada masyarakat. Perlindungan hukum terhadap
masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum29.
Unsur yang tercantum dalam bentuk definisi dari teori perlindungan hukum meliputi :
1. Adanya wujud atau bentuk perlindungan hukum atau tujuan perlindungan
hukum.
2. Subjek hukum
3. Objek perlindungan hukum.
Dalam setiap peraturan perundang-undangan yang menjadi wujud atau bentuk
atau tujuan perlindungan yang diberikan kepada subjek atau objek perlindungannya
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya teori perlindungan hukum
merupakan teori yang berkaitan pemberian pelayanan kepada masyrakat. Roscou
Pound mengemukakan hukum merupakan alat rekayasa sosial (law as tool of sosial
enginering). Kepentingan manusia adalah suatu tuntutan yang dilindungi dan
dipenuhi manusia dalam bidang hukum. Roscou Pound membagi kepentingan
manusia yang dilindungi hukum menjadi tiga macam yang meliputi :
1. Public interest (kepentingan umum)
2. Sosial interest (kepentingan masyarakat)
3. Privat interest (kepentingan individual)30
Kepentingan umum (Public interest) yang utama meliputi :
29 Satjipto Raharjo.1983.Permasalahan Hukum Di Indonesia.Bandung.Penerbit alumni.Hal.121 30 Lili Rasyidi.1988.Filsafat Hukum.Bandung.Remadja Karya.Hal 228-231
43
1. Kepentingan dari Negara sebagai badan hukum dalam mempertahankan
kepribadian dan substansinya
2. Kepentingan dari Negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.
Ada enam kepentingan masyarakat (sosial enterest) yang dilindungi oleh
hukum, kepentingan itu disajikan berikut ini :
1. Kepentingan masyarakat bagi keselamatan umum seperti :
a. Keamanan.
b. Kesehatan.
c. Kesejahteraan.
d. Jaminan bagi transaksi dan pendapatan.
2. Kepentingan bagi lembaga sosial meliputi perlindungan dalam bidang :
a. Perkawinan.
b. Politik.
c. Ekonomi.
3. Kepentingan masyarakat terhadap kerusakan moral seperti :
a. Korupsi.
b. Perjudian.
c. Pengumpatan terhadap Tuhan.
d. Tidak sahnya transaksi yang bertentangan dengan moral yang baik.
e. Peraturan yang membatasi tindakan anggota trust
4. Kepentingan masyarakat dalam pemeliharaan sumber sosial, seperti
menolak perlindungan hukum bagi penyalahgunaan hak.
44
5. Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum seperti perlindungan
pada hak milik, perdagangan bebas dan monopoli, kemerdekaan industri
dan penemuan baru.
6. Kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia secara individual
seperti perlindungan terhadap kehidupan yang layak, kemerdekaan
berbicara, memilih jabatan.
Ada tiga macam kepentingan individual (privaat interest), yang perlu
mendapat perlindungan hukum. Ketiga macam perlindungan itu disajikan berikut :
1. Kepentingan kepribadian (interest of personality) meliputi perlindungan
terhadap:
a. Integritas (keutuhan) fisik.
b. Kemerdekaan kehendak.
c. Reputasi.
d. Terjaminnya rahasia pribadi.
e. Kemerdekaan untuk menjalankan agama yang dianutnya.
f. Kemerdekaan mengemukakan pendapat.
2. Kepentingan dalam hubungan rumah tangga (interest in domestic)
meliputi :
a. Perlindungan bagi perkawinan.
b. Tuntutan bagi pemeliharaan keluarga.
c. Hubungan hukum antara orang tua dan anak.
45
3. Kepentingan substansi (interest of substance) meliputi perlindungan
terhadap :
a. Harta.
b. Kemerdekaan.
c. Kemerdekaan industri dan kontrak
d. Pengharapan legal akan keuntungan yang diperoleh.
Hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia berbeda dengan norma
yang lain. Karena hukum berisi perintah atau larangan sehingga membagi hak dan
kewajiban. Sudikno mertokusumo mengemukakan tidak hanya tentang tujuan hukum
tetapi juga fungsi hukum dan perlindungan hukum. Ia berpendapat bahwa :
“dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum”31. Tugas hukum yang utama adalah membagi hak dan kewajiban, membagi kewenangan, mengatur cara memecahkan masalah hukum, memelihara kepastian hukum.
Secara teoritis bentuk perlindungan hukum dibagi menjadi dua yaitu
perlindungan hukum bersifat preventif dan perlindungan refresif.
Perlindungan hukum preventif adalah bentuk perlindungan hukum yang
sifatnya pencegahan. Perlindungan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk
mengajukan keberatan (Inspraak) atas pendapatnya sebelum suatu keputusan
31 Sudikno Mertokusumo.1999.Mengenal Hukum Suatu Pengantar.Yogyakarta.Penerbit Liberty.Hal 71
46
pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Sehingga, perlindungan hukum ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak
pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan dengan adanya
perlindungan hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati hati
dalam maengambil keputusan yang berkaitan dengan asas freies ermessen (kebebasan
yang melekat bagi pemerintah atau administrasi negara), dan rakyat dapat
mengajukan keberatan atau diminati pendapatnya mengenai rencana keputusan
tersebut. Perlindungan hukum yang represif berfungsi untuk menyelesaikan apabila
terjadi sengketa32. Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara parsial
menangani perlindungan hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi dua badan
yaitu :
1. Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum
2. Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi.
Penanganan perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi pemerintah
yang merupakan lembaga banding administrasi adalah permintaan banding terhadap
suatu tindak pemerintah oleh pihak yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah
tersebut. Instansi pemerintah yang berwenang untuk mencegah bahkan dapat
membatalkan tindakan pemerintah tersebut.
Antonio fortin menyajikan teori tentang perlindungan hukum. Dalam teorinya
Antonio Fortin mengemukakan : pentingnya perlindungan internasional hak asasi
32 Philipus M Hadjon.1987.Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.Surabaya.PT Bina
Ilmu.Hal 2
47
manusia. Yang berarti suatu perlindungan secara langsung kepada individu yang
dilakukan oleh badan yang ada dalam masyarakat internasional. Perlindungan hukum
semacam itu dapat didasarkan kepada konvensi internasional hukum kebiasaan
internasional atau prinsip umum hukum internasional. Dipandang dari segi tujuan
dilakukannya tindakan perlindungan internasional dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kategori yang meliputi antisipatoris atau preventif, kuratif atau mitigasi, dan
pemulihan atau kompensatoris33.
Ada tiga hal yang dikaji oleh Antonio Fortin yang meliputi bentuk
perlindungan internasional, landasan dalam perlindungan internasional, tujuan
perlindungan internasional.
Bentuk perlindungan internasional adalah dilakukan secara langsung kepada
individu. Yang melakukan perlindungan Internasional yaitu badan internasional
seperti badan internasional.
Landasann dalam perlindungan internasional hak asasi manusia yaitu :
1. Konvensi internasional
2. Hukum kebiasaan internsional.
3. Prinsip umum hukum internasional.
33 Sigit Riyanto.2009.Kajian Hukum Internasional Tentang Pengaruh Kedaulatan Negara
Terhadap Perlindungan Internal.Ringkasan disertai Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas gadjah Mada Yogyakarta. Hal 16