Download - COATING UNIMED.doc

Transcript

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Coating (Pelapisan)Pelapisan (Coating) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar (substrate) ysng bertujuan untuk melindungi material dari korosi dan memberi perlindungan pada material tersebut. Selain itu, coating juga memberikan gaya apung negatif (negative buoyancy force), memberikan fungsi anti slip pada permukaan substrat dan beberapa fungsi lainnya.(Holmberg, K. dan Matthews, A. 2010).

2.1.1 Bahan penyusun coatingSifat-sifat suatu coating ditentukan dari komposisi coating itu sendiri. Umumnya coating mengandung empat bahan dasar, yaitu pengikat (binder), zat pewarna (pigmen), solven dan aditif.

1. Pengikat (Binder)Binder berfungsi sebagai pengikat antar komponen coating dan juga bertanggung jawab terhadap gaya adhesi coating terhadap substrat. Gaya adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel zat yang tidak sejenis. Gaya adhesi antar molekul air dengan molekul kaca berbeda dibandingkan gaya adhesi antara molekul air dengan molekul daun talas. Demikian pula gaya kohesi antar molekul air lebih kecil daripada gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca. Itulah sebabnya air membasahi kaca berbentuk melebar. Namun, air tidak membasahi daun talas melainkan tetes air berbentuk bulat-bulat menggelinding di permukaan karena gaya kohesi antar molekul air lebih besar daripada gaya adhesi antara molekul air dan molekul daun talas. Gaya kohesi maupun gaya adhesi mempengaruhi bentuk permukaan zat cair dalam wadahnya.

Terdapat banyak binder yang telah dikenal, diantaranya alkyd, vinyl, resin alam, epoxy dan urethane.Hal yang harus dipahami dari binder adalah viskositas. Karena merupakan komponen utama dalam coating, viskositas binder sangat menentukan

viskositas coating. Coating harus mempunyai viskositas cukup rendah untuk bisa digunakan dengan peralatan pengecatan sederhana (brush, roller atau spray) serta memiliki viskositas cukup tinggi sehingga tidak menetes.

Faktor utama yang menentukan viskositas binder adalah berat molekularnya. Polimer yang mempunyai berat molekul tinggi akan lebih viskous daripada dengan berat molekul rendah. Ada dua cara untuk mengontrol viskositas suatu coating, yaitu dengan memvariasi berat molekul binder atau dengan menambahkan sejumlah solven.

2. Zat Pewarna (Pigmen)Zat pewarna (Pigmen) merupakan pemberi warna dari coating. Selain berfungsi dalam hal estetika, zat pewarna (pigmen) juga mempengaruhi ketahanan korosi dan sifat fisika dari coating itu sendiri.

Zat pewarna (pigmen) dapat dikelompokkan menjadi pigmen organik dan anorganik. Pigmen anorganik contohnya adalah besi oksida. Besi oksida merupakan pigmen merah yang digunakan untuk pelapisan awal (coating primer) ataupun topcoat. Terdapat juga extender pigmen yang memberikan sedikit pengaruh terhadap warna dan ketahanan korosi namun banyak mempengaruhi sifat-sifat coating seperti kekentalan (densitas), aliran, kekerasan (hardness) dan permeabilitas. Contohnya adalah kalsium karbonat, kaolin, talc dan barium sulfat (barytes).

3. SolvenKebanyakan coating memerlukan solven untuk melarutkan pengikat (binder) dan memodifikasi viskositas. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penentuan solven adalah kemampuannya dalam melarutkan binder dan komponen coating yang lain. Prinsip kelarutan sangatlah sederhana, yaitu like dissolves like, artinya solven polar akan melarutkan senyawa yang polar juga.

Selain itu laju penguapan solven juga perlu diperhatikan. Solven yang mempunyai tekanan uap tinggi sehingga menguap dengan cepat disebut fast atau hot solvent, sedangkan yang lambat disebut slow solvent. Laju penguapan mempengaruhi sifat-sifat coating dan beberapa cacat dapat


Top Related