5
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan teori
yang digunakan sebagai landasan teoritis penelitian. Tinjauan pustaka dibagi
menjadi enam bagian yang terdiri dari sistem informasi, sistem informasi
perpustakaan, kualitas perangkat lunak, pengujian perangkat lunak, sistem
informasi perpustakaan INLIS, dan kepustakawanan.
Sistem Informasi
Pengertian sistem menurut Murdick (1993) adalah seperangkat elemen yang
digabungkan satu dengan lainya untuk suatu tujuan bersama. Sedangkan definisi
sistem menurut Jogiyanto (2000) sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang
saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu tujuan yang telah
ditetapkan. Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang
beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud dan tujuan
yang sama.
Kamus Webster’s Unbriged dalam Al Fatta (2007) mendefinisikan sistem
sebagai elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan atau
organisasi. Definisi sistem informasi menurut Mukhtar (1999), adalah suatu
pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses,
menyimpan, mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk pencapaian
tujuan perusahaan. Ciri pokok sistem menurut Gapspert dalam Al Fatta (2007) ada
empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-
unsur, ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau
tujuan utama. Empat komponen, yakni masukan, pengolahan, keluaran dan
balikan atau control ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah.
Masukan /
Input
Pengolahan /
Processing
Keluaran /
Output
Gambar 1 Model Sistem. (Al Fatta, 2007)
6
Sementara Mc. Leod (1996) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok
elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu
tujuan. Sumber daya mengalir dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya
berjalan dengan baik maka dihubungkan mekanisme kontrol. Untuk lebih jelasnya
elemen sistem tersebut ditunjukkan pada Gambar 2 sebagai berikut:
Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem
adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang
saling teroganisasi, saling berinteraksi dan saling bergantung sama lain. Dari
pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebuah sistem harus memiliki
masukan (input), proses dan keluaran (output).
Informasi menurut Davis (2002) adalah data yang telah diolah menjadi
sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil
keputusan saat ini atau mendatang. Mc Leod (1996) juga mengatakan bahwa
informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti.
Informasi menurut Mc Fadden (1999) adalah data yang telah diproses
sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang
menggunakannya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah
data yang masih mentah yang belum dapat berbicara banyak, sehingga perlu
diolah lebih lanjut sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna untuk
membuat suatu keputusan atau melakukan suatu tindakan.
Data yang ditangkap dianggap sebagai input, diproses kembali melalui
model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Menurut Burch dan Grudnitski
Input Transformasi
g
Output
Mekanisme
Kontrol
Tujuan
Gambar 2 Model Hubungan Elemen-elemen Sistem. (Mc Leod, 1996)
7
(1986), siklus ini disebut dengan Siklus Informasi (Information Cycle) atau Siklus
Pengolahan Data ( Data Processing Cycle) (Gambar 3.).
Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa
informasi adalah data-data suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau
variabel-variabel yang saling teroganisasi, saling berinteraksi dan saling
bergantung sama lain.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut definisi Kertahadi (1995)
adalah suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa
sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan
informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan,
pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan dan
menyajikan sinergi organisasi pada proses. Sistem informasi berdasarkan konsep
masukan, proses dan keluaran (input, processing, output – IPO) dapat dilihat pada
Gambar 4 berikut.
Proses
(Model)
Input
(Data)
Output
(information
)
Data
ditangkap
Penerima
Hasil
Tindakan
Keputusan
tindakan
Dasar
Data
Gambar 3 Siklus Informasi. (Burch dan Grudnitski, 1986)
Input
Data
Pengolahan /
Processing
Output
Data
Gambar 4 Konsep Sistem Informasi. (Al Fatta, 2007)
8
Leitch dan Davis (1983) mengemukakan bahwa sistem informasi adalah
suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan
strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-
laporan yang diperlukan. Sedangkan definisi sistem informasi menurut Sutabri
(2005), adalah proses komunikasi dimana informasi masukan (input) direkam,
disimpan dan diproses untuk menghasilkan informasi keluaran (output) yang
berupa keputusan tentang perencanaan, pengoperasian dan pengawasan.
Sistem informasi menurut Burch dan Grudnitski (1986) terdiri dari
komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan, yaitu:
1. Blok masukan
Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini
termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan
dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
2. Blok model
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang
akan memanipulasi data dan data yang tersimpan di basisdata dengan cara yang
sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3. Blok keluaran
Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi
yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan
menajemen serta semua pemakai sistem.
4. Blok teknologi
Teknologi merupakan alat dalam sistem informasi. Teknologi digunakan
untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan data dan mengakses data,
menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem
secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (human
atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Teknisi dapat berupa orang-orang yang mengetahui teknologi dan membuatnya
dapat beroperasi. Misalnya teknisi adalah operator komputer, pemprograman,
9
operator pengolahan kata, spesialis telekomunikasi, analisis sistem, penyimpanan
data dan lain sebagainya.
5. Blok Basisdata
Basisdata (database) merupakan kumpulan dari data yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer
dan digunakan perangkat lunak untuk memenipulasinya. Data perlu disimpan di
dalam basisdata untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam
basisdata perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang
dihasilkan berkualitas. Operasi data yang baik juga berguna untuk efisiensi
kapasitas penyimpananya. Basisdata diakses atau dimanipulasi dengan
menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database
Management Sistem).
6. Blok kendali
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti misalnya bencana
alam, api, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri,
kesalahan-kesalahan, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa
pengendalian perlu dirancangdan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal
yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-
kesalahan dapat langsung cepat diatasi
Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai
sasaran.
Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem
informasi secara umum adalah suatu susunan yang sistematik dan teratur dari
jaringan-jaringan aliran informasi yang saling berhubungan dalam prosedur
pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dengan maksud
memberikan data kepada pengguna, baik data yang bersifat internal maupun data
yang bersifat eksternal untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka
mencapai suatu tujuan.
10
Sistem Informasi Perpustakaan
Sistem Informasi Perpustakaan dikembangkan dari pemikiran dasar
bagaimana melakukan otomatisasi terhadap berbagai proses bisnis dalam suatu
perpustakaan. Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan sebuah
sistem yang terintegrasi untuk menyediakan informasi guna mendukung operasi,
manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dalam Perpustakaan.
Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan perangkat lunak
yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi perpustakaan,
katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan.
Keseluruhannya administrasi dan operasional perpustakaan serta dapat
menghasilkan bentuk- bentuk laporan yang efektif dan berguna bagi manajemen
perpustakaan (Lutfian, 2009).
Sistem informasi perpustakaan menurut Siregar (2007) adalah suatu sistem
di dalam suatu organisasi pelayanan publik yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan buku dan
pembuatan laporan harian, bulanan ataupun tahunan guna mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar
tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Sistem informasi perpustakaan menurut Harmawan (2009) merupakan
sistem automasi perpustakaan. Sistem perpustakaan memiliki modul-modul yang
terintegrasi dari sistem yang satu ke sistem yang lain. Modul-modul yang dapat
terintegrasi yaitu:
1. Modul Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau pusat
dokumentasi karena kegiatan ini mengusahakan buku-buku yang dibutuhkan
bekerja secara sistematis sehingga dapat ada dalam koleksi. Modul pengadaan ini
berfungsi untuk membuat daftar usulan buku dan daftar pengadaan buku.
2. Modul Pengkatalogan
Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat, sedangkan
katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam perpustakaan,
11
yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota perpustakaan untuk
mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun fungsi modul
pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku maupun koleksi berkala.
3. Modul keanggotaan
Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna
dalam meminjam koleksi perpustakaan. Pengurusan keanggotaan setiap
perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan berfungsi untuk
mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan dan penghapusan data
anggota.
4. Modul sirkulasi
Sirkulasi adalah proses transaksi keluar dan masuknya koleksi perpustakaan
yang melibatkan anggota perpustakaan. Pamuntjak (2000) mengemukakan:
“Peminjaman buku atau sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi
perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk keluar
perpustakaan. Pelayanan dapat diberikan dengan sistem pelayanan terbuka dan
dengan sistem pelayanan tertutup”.
5. OPAC
Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam
menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC (Online Public Access
Catalog). Pengguna/ pustakawan dapat menelusur suatu judul buku secara
bersamaan. Disamping itu, mereka juga dapat menelusur buku dari berbagai
pendekatan, misalnya melalui judul, kata kunci, pengarang, kata kunci pengarang,
subyek, kata kunci subyek, dan sebagainya, sedangkan apabila menggunakan
katalog manual, pengguna/pustakawan hanya dapat akses melalui tiga pendekatan
yaitu judul, pengarang, dan subyek (Harmawan, 2009).
Sistem informasi perpustakaan digunakan untuk memudahkan para
pustakawan dalam mengorganisir dan memberikan layanan bahan pustaka yang
dimilikinya serta memudahkan pengguna untuk mencari bahan pustaka
dibutuhkan. Pembuatan sistem informasi perpustakaan sangat diperlukan pada
semua perpustakaan baik yang menggunakan pelayanan tertutup, maupun
12
pelayanan terbuka. Sekalipun dalam sistem pelayanan terbuka pengguna dapat
masuk ke ruang penyimpanan koleksi untuk mencari dan menemukan sendiri
bahan pustaka yang di butuhkan, namun keberadaan sebuah sistem informasi
perpustakaan sangat diperlukan karena pengguna perpustakaan dapat langsung
mengetahui status keberadaan bahan pustaka yang diinginkan.
Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem
informasi perpustakaan adalah sistem yang digunakan dalam perpustakaan untuk
menjembatani proses-proses yang ada dalam perpustakaan baik itu yang bersifat
manajerial maupun operasional, serta menjembatani antara pustakawan sebagai
pengelola perpustakaan dengan pengguna. Sistem informasi perpustakaan harus
mampu menyediakan setidaknya 4 modul utama yaitu modul keanggotaan, modul
katalogisasi, modul sirkulasi dan modul OPAC.
Kualitas Perangkat Lunak
Definisi kualitas, di antaranya menurut Armand Vallin Feigenbaum dalam
Berander dkk (2005), menjelaskan bahwa kualitas ditentukan oleh pelanggan,
tidak ditentukan oleh pembuatnya, tidak oleh penjualnya, juga tidak oleh
manajemen. Kualitas didasarkan atas pengalaman nyata pelanggan dengan suatu
produk atau jasa, diukur menurut kebutuhannya, dinyatakan eksplisit atau implisit,
disadari atau hanya dirasakan, keseluruhannya subyektif.
The Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) dalam
Simarmarta (2010) mendefinisikan kualitas sebagai “the degree to which a system,
component or process meets customer or user needs or expectations”, ini
diartikan bahwa kualitas adalah tingkatan pada sistem, komponen, atau proses
yang sesuai kebutuhan atau harapan dari pelanggan atau pengguna. Menurut
definisi Steve McConnell’s dalam Simarmata (2010) kualitas perangkat lunak
dibagi dalam dua hal yaitu: kualitas internal dan kualitas eksternal. Karakteristik
kualitas eksternal merupakan bagian-bagian dari suatu produk yang berhubungan
dengan para pemakainya, sedangkan karakteristik kualitas internal tidak secara
langsung berhubungan dengan pemakai.
13
Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa untuk
menilai kualitas perangkat lunak dapat didasarkan pada karakteristik perangkat
lunak itu sendiri dan berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan pengguna perangkat
lunak tersebut. Dari pemahaman tersebut maka dapat dipahami bahwa untuk
menentukan kualitas perangkat lunak haru melakukan pengujian terhadap
perangkat lunak tersebut serta melakukan pengujian terhadap penggunanya.
Definisi kualitas menurut The International Standards
Organization (ISO) mendefinisikannya sebagai: “the totality of features and
characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy specified
or implied needs”, yang diartikan bahwa kualitas adalah totalitas fitur-fitur dan
karakteristik-karakteristik dari produk atau layanan yang berpengaruh pada
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan tersirat. ISO
menyoroti pada fitur-fitur dan karakteristik dari produk atau layanan dalam
kemampuannya memenuhi kebutuhan yang ditentukan. menyediakan model yang
berbasikan obyek dalam 3 konteks dasar yaitu: quality, requirements dan
characteristics.
Kualitas perangkat lunak adalah keberadaan karakteristik dari suatu produk
yang dijabarkan dalam kebutuhannya, artinya kita harus melihat terlebih dahulu
karakteristik apa yang berhubungan atau tidak dengan kebutuhan
yang diiinginkan oleh pemakai. Mengetahui karakteristik tersebut diperlukan
untuk mengurangi kontra produktif dari kualitas perangkat lunak yang dimaksud
dan relevan atau tidak perangkat lunak tersebut untuk kebutuhan suatu organisasi.
Pada Gambar 5 di bawah menunjukkan hubungan antara perangkat lunak, dimana
untuk memenuhi suatu kebutuhan diperlukan karakteristik yang sesuai.
Keberadaan hubungan antara kebutuhan dan karakteristik menjadikan
dimungkinkannya statemen yang jelas tentang kualitas suatu produk.
14
Gambar 5 Hubungan Kualitas, Perangkat Lunak dan Karakteristik.
(Simarmata, 2010)
Berander dkk (2005) selanjutnya menyebutkan terdapat beberapa model
kualitas secara terstruktur dan kuantitatif, di antaranya menurut International
Organization for Standardization (ISO) 9126 yang berisi mengenai standar
evaluasi kualitas perangkat lunak dan merupakan pengembangan dari ISO 90001.
Ada enam ukuran kualitas yang ditetapkan oleh ISO 9126, yaitu fungsionalitas,
kehandalan (reliability), kebergunaan (usability), efisiensi, portabilitas, serta
keterpeliharaan (maintainability). Penelitian ini menggunakan beberapa faktor
model kualitas ISO 9126, karena model tersebut memiliki seperangkat kriteria
yang relevan untuk menguji aplikasi INLIS. Model kualitas tersebut dapat
digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
Gambar 6 Model Kualitas ISO 9126. (Berander dkk, 2005)
15
ISO 9126 mengidentifikasi enam karakteristik kualitas perangkat lunak
utama serta sub-karakteristiknya untuk melengkapi enam karakteristik tersebut,
yaitu:
1. Functionality: kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi fungsi produk
perangkat lunak yang menyediakan kepuasan kebutuhan pengguna.
Fungsionalitas perangkat lunak mempunyai 5 sub-karakteristik, yaitu :
a. Suitability: Kemampuan perangkat lunak untuk menyediakan serangkaian
fungsi yang sesuai untuk tugas-tugas tertentu dan tujuan pengguna;
b. Accuracy: Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan hasil yang
presisi dan benar sesuai dengan kebutuhan;
c. Security: Kemampuan perangkat lunak untuk mencegah akses yang tidak
diinginkan, menghadapi penyusup (hacker) maupun otorisasi dalam
modifikasi data;
d. Interoperabilitas: Kemampuan perangkat lunak untuk berinteraksi dengan
satu atau lebih sistem tertentu;
e. Compliance: Kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi standar dan
kebutuhan sesuai peraturan yang berlaku.
2. Reliability: kemampuan perangkat lunak untuk perawatan dengan level
performansi. Reliability atau keandalan perangkat lunak mempunyai 3 sub-
karakteristik, yaitu :
a. Maturity: Kemampuan perangkat lunak untuk menghindari kegagalan
sebagai akibat dari kesalahan dalam perangkat lunak;
b. Fault tolerance: Kemampuan perangkat lunak untuk mempertahankan
kinerjanya jika terjadi kesalahan perangkat lunak;
c. Recoverability: Kemampuan perangkat lunak untuk membangun kembali
tingkat kinerja dan memulihkan data yang rusak.
3. Efficiency: kemampuan yang berhubungan dengan sumber daya fisik yang
digunakan ketika perangkat lunak dijalankan. Efesiensi perangkat lunak
memiliki 2 sub-karakteristik, yaitu :
16
a. Time behavior: Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan respon
dan waktu pengolahan yang sesuai saat melakukan fungsinya;
b. Resource behavior: Kemampuan perangkat lunak dalam menggunakan
sumber daya yang dimilikinya ketika melakukan fungsi yang ditentukan
4. Maintainability: kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan
perangkat lunak. Maintanability memiliki 4 sub-karakteristik, yaitu :
a. Analyzability: Kemampuan perangkat lunak dalam mendiagnosis
kekurangan atau penyebab kegagalan;
b. Changeability: Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi tertentu;
c. Stability: Kemampuan perangkat lunak untuk meminimalkan efek tak
terduga dari modifikasi perangkat lunak;
d. Testability: Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi dan
divalidasi perangkat lunak lain
5. Portability: kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan perangkat
lunak yang dikirim ke lingkungan berbeda. Portability memiliki 4 sub-
karakteristik, yaitu :
a. Adaptability: Kemampuan perangkat lunak untuk diadaptasikan pada
lingkungan yang berbeda-beda;
b. Instalability: Kemampuan perangkat lunak untuk diinstal dalam
lingkungan yang berbeda-beda;
c. Co-existence: Kemampuan perangkat lunak untuk berdampingan dengan
perangkat lunak lainnya dalam satu lingkungan dengan berbagi sumber
daya
d. Replaceability: Kemampuan perangkat lunak untuk digunakan sebagai
sebagai pengganti perangkat lunak lainnya
6. Usability: kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat
lunak. Usability perangkat lunak memiliki 3 sub-karakteristik, yaitu :
a. Understandibility: Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk
dipahami;
17
b. Operabilitas: Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk
dioperasikan;
c. Attractiveness: Kemampuan perangkat lunak dalam menarik pengguna
ISO 9126 adalah standar terhadap kualitas perangkat lunak yang diakui
secara internasional. Terpenuhinya item-item pada ISO 9126 pada sebuah
perangkat lunak tidak serta merta memberikan sertifikat ISO terhadap perangkat
lunak tersebut karena standar ISO juga harus dipenuhi dari sisi manajemen
pembuat perangkat lunak tersebut, dengan kata lain jika manajemennya tidak
memenuhi standar ISO maka hasil kerjanyapun tidak dapat diberikan sertifikat
standar ISO.
Penelitian menggunakan standar ISO 9126 sebagai pengujian terhadap
kualitas perangkat lunak INLIS. Penelitian ini hanya meneliti tiga karakteristik
yang terdapat pada ISO 9126, yaitu fungsionalitas, portabilitas dan usability.
Pengujian Perangkat Lunak
Pengujian merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perangkat lunak.
Proses pengujian juga mempengaruhi masa penggunaan suatu perangkat lunak.
Semakin rinci proses pengujian yang dilakukan, akan semakin lama rentang waktu
yang diperlukan antara maintenance satu dan selanjutnya.
Definisi pengujian perangkat lunak menurut Myers (2004) adalah proses
menjalankan program dengan maksud menemukan kesalahan. Sedangkan menurut
IEEE (1990) pengujian perangkat lunak adalah sebuah proses yang dijalankan
pada sebuah sistem operasi atau komponennya pada kondisi tertentu, dengan
pengamatan atau pencatatan hasil yang kemudian dievaluasi dari beberapa aspek
sistem dan komponen. Pengujian perangkat lunak ini juga merupakan proses
analisis item perangkat lunak untuk mendeteksi perbedaan antara kondisi yang
ada dengan yang diinginkan dan mengevaluasi fitur item perangkat lunak.
Pengujian perangkat lunak adalah proses untuk memberikan informasi
tentang kualitas produk yang diuji. Pengujian tidak terbatas pada proses eksekusi
sebuah program atau aplikasi dengan tujuan menemukan kesalahan namun dapat
juga untuk mengetahui sejauhmana kualitas perangkat lunak yang dibuat.
18
Dalam penelitian ini pengujian perangkat lunak digunakan untuk
menganalisa sejauhmana perangkat lunak INLIS mampu memenuhi item-item
yang menjadi penilaian ISO 9126. Sudut pandang pengujian ini dilakukan untuk
mencegah subjektivitas responden jika dilakukan analisa sistem dengan
melakukan survey terhadap pengguna INLIS.
Pengujian sistem dapat digunakan berbagai metode, diantaranya pengujian
black box dan pengujian white box. Dalam penelitian ini, pendekatan yang
digunakan dalam pengujian sistem menggunakan metode black box, metode ini
digunakan dengan asumsi tidak mengenal struktur internal dari program.
Pengujian black box berkonsentrasi untuk menemukan kondisi dimana
program tidak berjalan sesuai dengan spesifikasi (fungsional), berusaha
menemukan kesalahan fungsi yang tidak benar atau tidak ada, kesalahan interface,
kesalahan pada struktur data atau akses database, serta kesalahan perilaku atau
performa. Menurut Myers (2004) Pengujian black box testing digunakan untuk
menguji fungsi-fungsi khusus dari perangkat lunak. Kebenaran perangkat lunak
yang diuji hanya dilihat berdasarkan keluaran yang dihasilkan dari data atau
kondisi masukan yang diberikan untuk fungsi yang ada tanpa melihat bagaimana
proses untuk mendapatkan keluaran tersebut. Dari keluaran yang dihasilkan,
kemampuan program dalam memenuhi kebutuhan pemakai dapat diukur sekaligus
dapat diiketahui kesalahan-kesalahannya.
Menurut Beizer (1995) pada pengujian dengan black box testing, seorang
penguji tidak akan secara langsung berhubungan dengan control flow, data flow,
dan code program. Seorang penguji memperhatikan kesesuaian antara output dari
input yang diberikan. Untuk bisa menemukan semua kesalahan menggunakan
strategi ini, diperlukan exhaustive input testing (menggunakan segala macam
kemungkinan sebagai input). Input tidak hanya valid input, tetapi juga kombinasi
yang mungkin dimasukkan.
Sistem Informasi Perpustakaan INLIS
Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu (INtegrated LIbrary System/INLIS),
yaitu sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang didesain dan dikembangkan
19
untuk mendukung pelaksanaan tugas subtantif dan administratif perpustakaan,
khususnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional
sebelum mengembangkan INLIS telah menerapkan otomasi perpustakaan dengan
menggunakan Virtua yaitu aplikasi sistem informasi perpustakaan versi web dari
The Virginia Tech Library System (VTLS), sebuah perangkat lunak perpustakaan
produk Amerika Serikat untuk mendukung pekerjaan pengkatalogan dan
penelusuran informasi. Fasilitas Virtua yang dioperasikan di Perpustakaan
Nasional RI saat itu terbatas pada modul pengkatalogan (cataloging) dan OPAC
(Online Public Access Catalog). Virtua merupakan sistem perpustakaan dengan
basisdata Oracle 8i, yang sudah memenuhi standar INDOMARC (INDOnesian
format for MAchine Readable Catalog) dan MARC (Machine Readable Catalog)
pada umumnya.
Dinamika perkembangan bisnis proses perpustakaan berubah sedemikian
rupa sehingga Perpustakaan Nasional RI merasa Virtua tidak dapat lagi
mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi. Perpustakaan Nasional RI juga
merasa perlu adanya suatu sistem informasi terpadu sebagai pendukung seluruh
proses manajerial dilingkungan perpustakaan.
INLIS pada awalnya dirancang dan dikembangkan khusus untuk
kepentingan pembangunan pangkalan data Katalog Induk Nasional (Union
Catalog) yang lengkap yang dapat diakses melalui internet secara cepat dan
mudah oleh pengguna perpustakaan di manapun. Penerapan teknologi informasi
perpustakaan di Indonesia yang masih sangat heterogen dan melihat bahwa INLIS
sendiri dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai tugas di
perpustakaan, maka INLIS dikembangkan menjadi sebuah sistem perpustakaan
yang lebih komprehensif dan terpadu.
INLIS sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mengelola berbagai
basisdata bibliografis dan mengorganisasikan jaringan kerja sama antar
perpustakaan, maka penerapan format standar dalam struktur data bibliografisnya
merupakan syarat mutlak. Oleh karenanya, fasilitas pengembangan basisdata
bibliografis yang disediakan dalam INLIS dikembangkan dengan mengacu kepada
INDOMARC. INDOMARC sendiri diadopsi dari USMARC (United State
20
Machine Readable Catalog) dan MARC21, standar pengkatalogan terbacakan
mesin yang digunakan dalam lingkup internasional.
Penerapan MARC akan sangat mendukung upaya Perpustakaan Nasional
dalam membangun berbagai basis data nasional (national databases) untuk
kepentingan seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
Untuk itu kajian yang berkesinambungan terhadap sistem informasi berbasis
MARC, yang perkembangannya sangat dinamis, akan sangat membantu
Perpustakaan Nasional dalam pengembangan pangkalan data berstandar dan dapat
dimanfaatkan dalam lingkup internasional.
Sistem informasi INLIS rencananya terdiri dari 5 Modul Utama, yaitu :
1. Modul Akuisisi (Acquisition)
2. Modul Pengkatalogan (Cataloging)
3. Modul Penelusuran (OPAC)
4. Modul Sirkulasi (Circulation)
5. Modul Keanggotaan (Patron)
Saat ini baru 4 modul yang telah digunakan, yaitu modul pengkatalogan,
modul penelusuran, modul sirkulasi dan modul keanggotaan. Walaupun
merupakan sistem informasi yang terintegrasi, namun modul-modul dalam
aplikasi INLIS diciptakan untuk bisa berdiri sendiri-sendiri (standalone).
21
Berikut adalah diagram flow dari aplikasi INLIS :
BUDGET
MAINT.
BOOK FUND
MAINT.
BOOK SELLER
MAINT.
PROSES
PENGADAAN
BIBLIOGRAPHY
RECORD
AUTHORITY
RECORD
ITEMS BOOKS
MAINT.
BOOKS
AVAILABILITY
STATUS
PROSES
TRANSFER
ANTAR PERPUS
PROSES
PELAYANAN
PUBLIK
BORROWERS
MAINT.
REGISTRATION
PROCESS
OPACAcquisition Modul Circulation Modul
Patron Modul
OPAC Modul
Cataloging Modul
KETERANGAN :
Gambar 7 Diagram Flow Aplikasi INLIS. (PT. Quadra Solution, 2006)
Penjelasan Diagram Flow Aplikasi INLIS:
1. Modul Pengkatalogan (Cataloging Modul)
Dalam modul pengkatalogan terdapat dua fasilitas, yaitu fasilitas
Bibliography Record (Cantuman Bibliografi) dan Fasilitas Authority Format (File
Kendali). Bibliography Record adalah fasilitas untuk memasukkan data katalog.
Authority format mempunyai fitur untuk membangun dan memelihara File
Kendali (Authority File) untuk lima jenis Tajuk (headings), mencakup :
22
a. File Kendali untuk Tajuk Pengarang (Author Headings)
b. File Kendali untuk Tajuk Subjek (Subject Headings)
c. File Kendali Tajuk Nama Badan Korporasi (Corporate Body Name
Headings)
d. File Kendali Tajuk Nama Geografis (Geographic Name Headings)
e. File Kendali Tajuk Nama Pertemuan (Meeting Name Headings).
File kendali berisi daftar tajuk yang digunakan dan tajuk yang tidak boleh
digunakan. File kendali juga harus dapat menunjukkan keterkaitan antara tajuk-
tajuk yang sejenis. Dengan mengacu kepada File Kendali, seorang pengkatalog
dapat memilih tajuk yang sesuai dan benar untuk bahan pustaka yang dibuatkan
katalognya dan dapat menunjukkan kepada pengguna tajuk-tajuk yang mungkin
dapat dijadikan sebagai alternatif dalam penelusuran. Daftar tajuk yang boleh dan
tidak boleh dipakai akan terus berkembang. Oleh karenanya, diperlukan fasilitas
yang memungkinkan pustakawan untuk memelihara file kendali (menambah,
menghapus, membuat link dalam daftar tajuk yang boleh dan tidak boleh dipakai).
Sebagaimana halnya data bibliografis, MARC juga menyediakan format standar
untuk pembuatan file kendali.
2. Modul Sarana Penelusuran atau OPAC (Online Public Catalog)
Modul Sarana Penelusuran merupakan sebuah sistem temu kembali
informasi (information retreival system), yaitu sarana bagi pengguna perpustakaan
untuk menelusur (searching) bahan pustaka yang diperlukannya dengan
melakukan kegiatan temu kembali informasi (information retreival) melalui data
bibliografis (katalog, indeks, dan sebagainya.) yang mewakili koleksi sebuah
perpustakaan. Pada umumnya, pengguna OPAC dapat dikategorikan ke dalam
kelompok: Pengguna Pemula (Novice User) dan Pengguna Ahli (Advanced User),
oleh karenanya diterapkan teknik penelusuran yang bervariasi dalam sistem dan
temu kembali informasi ini.
Penelusuran berdasarkan tajuk dapat dilakukan dengan merujuk tiga (3)
jenis Tajuk (headings) yang dijadikan dasar penelusuran, yaitu: judul, pengarang,
dan subjek. Melalui penelusuran model ini, pengguna dapat meminta sistem untuk
23
mencari informasi yang diperlukan berdasarkan Tajuk tertentu ke dalam ruas
(field) tertentu saja. Sebagai contoh, bila pengguna meminta sistem untuk
memanggil (retreive) bahan pustaka dengan subjek “Politik”, maka sistem akan
mencari ke ruas-ruas yang berisi tajuk subjek untuk memanggil dan
menampilkannya di layar dalam bentuk daftar tajuk subjek yang dijajarkan secara
alfabetis dan diawali dengan kata politik.
Di belakang setiap tajuk dilengkapi dengan jumlah bahan pustaka
menggunakan tajuk tersebut. Bila pengguna memilih salah satu tajuk, maka sistem
akan menampilkan daftar seluruh judul bahan pustaka yang mempunyai subjek
yang bersangkutan. Bila pengguna memilih salah satu judul, maka sistem akan
menampilkan entri katalog judul tersebut. Langkah yang serupa dapat dilakukan
untuk penelusuran berdasarkan Judul dan Pengarang.
Penelusuran kata kunci dapat dilakukan untuk semua ruas atau secara
spesifik ke ruas pengarang, subjek atau judul saja. Penelusuran dapat
menampilkan suatu daftar alfabetis berdasarkan kata kunci yang dicari, di mana
kata kunci yang cocok berada di paling atas dari daftar itu. Di samping itu
penelusuran dapat pula menampilkan sejumlah kata yang ditemukan secara eksak
dari kata kunci yang dimasukkan. Argumen pencarian untuk penelusuran kata
kunci, termasuk pencarian string (rangkaian kata-kata) kata kunci, adalah 26
karakter pertama.
Sistem mendukung penelusuran untuk nomor panggil dengan format
Library of Congress (LC), Dewey Decimal Classification (DDC), dan Universal
Decimal Classification (UDC). Untuk perpustakaan yang menerapkan klasifikasi
berdasarkan Dewey Decimal Classification System, misalnya Perpustakaan
Nasional RI, nomor panggil dibentuk dari {[Nomor klas] [3 huruf pertama nama
pengarang] [1 huruf pertama judul]}.
Contoh: buku berjudul “Sejarah, cita-cita dan pengaruhnya Konferensi
Asia-Afrika Bandung” karangan H. Roeslan Abdulgani, diberi nomor panggil
327.09 ABD s
Semua penelusuran menghasilkan beberapa entri yang hampir mendekati
argumen penelusuran. Bila cocok, akan tampil sebagai entri pertama pada layar
24
Nomor Panggil ini. Bila tidak ada yang cocok, beberapa entri akan mendahului
atau mengikuti argumen pencarian akan ditampilkan.
Penelusuran Bibliografis dan Nomor Kendali termasuk didalamnya nomor
ISSN (Internasional Standard Serial Number), ISBN (International Standard
Book Number), LCCN, OCLC, Bib-ID (Nomor Bibliografi), Auth-ID (Nomor
Kendali), dan Item-ID (Nomor Koleksi).
Teknik temu kembali Boolean juga diterapkan pada INLIS yang merupakan
teknik perluasan atau penyempitan relasi antar kata kunci dengan menggunakan
operator “dan” (and), "bukan” (not), serta “atau” (or). Penelusuran Boolean
memungkinkan pengguna untuk meminta sistem agar mengkombinasikan lebih
dari satu kata kunci atau model penelusuran untuk mendapatkan hasil retreival
yang lebih luas atau lebih spesifik.
3. Modul Sirkulasi (Circulation Modul)
Dalam modul ini meliputi fungsi-fungsi :
a. Pelaporan statistik keanggotaan, misalnya: jumlah transaksi pendaftaran
dan perpanjangan keanggotaan per tahun; Frekuensi keaktifan anggota;
statistik anggota berdasarkan jenis keanggotaan, gender, wilayah domisili,
dan sebagainya.
b. Pemeliharaan data aset koleksi, misalnya: Koleksi apa saja yang dipunyai,
tahun terbit, jumlah eksemplar yang dipunyai, kondisi fisik koleksi, lokasi
penyimpanan, dan lain-lain.
c. Status keberadaan koleksi, misalnya: Jumlah koleksi, jumlah yang
dipinjam berapa, jumlah yang ada di perpustakaan, status tanggal
pengembalian, dan lain-lain.
d. Transaksi peminjaman, pengembalian, perpanjangan pinjaman oleh
anggota.
e. Proses peminjaman oleh perpustakaan lainnya (interlibrary loan)
f. Pencatatan denda keterlambatan pengembalian
25
g. Mencatat anggota yang terlambat mengembalikan, alasan keterlambatan,
jumlah denda yang dikenakan disesuaikan dengan jenis koleksi yang
dipinjam.
h. Pencatatan status kondisi fisik saat dikembalikan.
i. Pelaporan statistik sirkulasi, misalnya: jumlah transaksi peminjaman per
tahun, frekuensi keterpakaian setiap bahan pustaka, subjek yang paling
banyak diminati; keterpakaian per judul, dan sebagainya.
4. Modul Keanggotaan (Patron Modul)
Dalam modul keanggotaan ini terdapat fungsi-fungsi :
a. Penyediaan fasilitas pembangunan basisdata Anggota Perpustakaan, yang
memuat informasi tentang Nama, alamat, pekerjaan, status, nomor telpon,
dan lain-lain.
b. Administrasi Keanggotaan
c. Mencatat transaksi pendaftaran, tanggal awal masuk menjadi anggota,
masa akhir berlakunya keanggotaan, perpanjangan masa keanggotaan, dan
sebagainya.
d. Jenis Keanggotaan
e. Mencatat jenis anggota (Umum, Mahasiswa, Perusahaan) berikut fasilitas
yang bisa digunakan dan pembatasan yang diterapkan untuk masing-
masing jenis anggota.
f. Profil Keanggotaan
g. Mencatat keaktifan anggota, mencatat prilaku anggota dalam
menggunakan fasilitas perpustakaan, misalnya: berapa kali terlambat
dalam mengembalikan buku, pelanggaran-pelanggaran yang pernah
dilakukan, dan sebagainya.
Modul yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah modul
Pengkatalogan (Cataloging Modul), karena pada modul inilah pustakawan
berinteraksi secara intens dengan aplikasi INLIS. Dalam modul ini pustakawan
26
adalah sebagai pengguna akhir (end-user) yang dalam pekerjaan sehari-harinya
sangat bergantung kepada aplikasi INLIS.
Kepustakawanan
Kepustakawanan menurut Perpustakaan Nasional RI dalam Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya adalah kegiatan utama
dalam lingkungan unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfo)
yang meliputi kegiatan pengadaan, pengolahan dan pengelolaan bahan
pustaka/sumber informasi, pendayagunaan dan pemasyarakatan informasi, baik
dalam bentuk karya cetak, karya rekam maupun multi media, serta kegiatan
pengkajian atau kegiatan lain untuk pengembangan perpusdokinfo, termasuk
pengembangan profesi. Kepustakawanan tidak dapat dipisahkan dari perpustakaan
sebagai tempat bernaung dan pustakawan sebagai profesi yang melaksanakan
tugas kepustakawanan.
Tugas kepustakawanan sangat beragam dan yang paling utama adalah
bagaimana mengadakan, mengolah, mengelola dan mendayagunakan informasi
sehingga dapat bermanfaat. Informasi itu sendiri mempunyai bentuk yang sangat
beragam, baik itu berbentuk buku, majalah, jurnal, audio-visual dan lain
sebagainya sehingga perlu untuk di klasifikasi untuk dapat ditemukan kembali
oleh pengguna.
Tugas klasifikasi menurut Sulistyo Basuki (1991) adalah proses
pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta
memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa
batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan
sistematis. Hamakonda dan Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi adalah
pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau
benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang
sama.
Klasifikasi bahan pustaka adalah proses awal dalam pengolahan bahan
pustaka yang dimiliki untuk membantu pemakai perpustakaan dalam melakukan
27
penelusuran bahan pustaka yang dibutuhkan secara mudah dan cepat, diperlukan
suatu sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi dalam dunia perpustakaan adalah :
1. Klasifikasi Artifisial
Sistem ini adalah mengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-
sifat lainnya, misal pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri
fisiknya, misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.
2. Klasifikasi Utility
Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan
jenisnya. Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku
pegangan siswa di sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi
referens dibedakan dengan koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya).
3. Klasifikasi fundamental
Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok
persoalan yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokan bahan pustaka
berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
a. Bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya
berdekatan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang
dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.
c. Memudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya.
d. Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.
e. Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.
Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun
kecil. Dalam sistem tersebut buku dikelompokan berdasarkan subyek, sehingga
memudahkan pemakai dalam menelusur suatu informasi. Yang termasuk
klasifikasi fundamental adalah :
28
1. Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).
DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak
pemakainya. Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem
desimal dengan angka arab sebagai simbol notasinya.
2. Klasifikasi UDC (Universal Decimal Classification).
UDC sebenarnya merupakan perluasan dari klasifikasi DDC. Pertama kali
diterbitkan pada 1905 dengan nama Classification Decimal yang dikembangkan
oleh FID (Federation International Documentation). UDC pembentukan
notasinya menggunakan satu angka atau lebih. Klasifikasi ini mempunyai Tabel
tambahan yang berfungsi untuk menyatakan adanya hubungan antar subyek satu
dengan lainnya atau dengan aspek-aspek tertentu yang ada dalam pokok
persoalan.
3. Klasifikasi LC (Library of Congress Classification)
Klasifikasi ini mulai dikembangkan pada 1899 dan diterbitkan pertama kali
pada 1901. Klasifikasi ini disusun dengan menggunakan huruf dan angka sebagai
simbol atas dasar urutan abjad.
Usai proses klasifikasi hal kedua yang paling utama dalam tugas
kepustakawanan adalah katalogisasi yaitu proses pembuatan katalog dimana
dalam katalog dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka,
baik ciri fisik maupun isi intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit
dan subyek. Jadi katalogisasi adalah proses pengambilan keputusan yang
menuntut kemampuan mengintepretasikan dan menerapkan berbagai standar
sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog.
Tujuan katalogisasi adalah merupakan sarana yang efisien membantu
pengguna perpustakaan dalam memperoleh dokumen. Menurut Cutter dalam
Hamakonda dan Tairas (1995) tujuan katalog adalah sebagai berikut:
1. Memungkin seseorang mememukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan
pengarang, judul atau subyek.
2. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan berdasarkan pengarang
tertentu, berdasarkan subyek tertentu, atau dalam jenis literatur tertentu.
29
3. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan
karakternya.
Menurut bentuknya (fisik katalog) antara lain :
1. Book catalogue atau printed book adalah bentuk katalog paling tua yang
dulunya digunakan di Perpustakaan Amerika. Ciri katalog ini adalah mahal
pembuatannya dan tidak fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan
Disamping itu perpustakaan harus menyediakan beberapa eksemplar untuk
memenuhi kebutuhan pengguna.
2. Sheaf Catalogue, jenis ini terbuat dari kertas karton berukuran 10 X 20 cm,
yang kemudian dijilid/dibendel dimana seetiap jilid berisi 50 kartu. Jenis ini
kurang berkembang karena tidak fleksibel terhadan perubahan koleksi
perpustakaan.
3. Microform catalogue (COM = Computer Output Microform), jenis katalog ini
menjadi populer dengan adanya perkembangan komputer. Microform atau
microfiche adalah hasil dari COM tersebut secara periodik perlu diperbaharui
sebelum edisi terbaru dibuat. COM catalogue tidak fleksibel terhadap koleksi
perpustakaan seperti jenis katalog sebelumnya, jenis katalog ini harus dibuat
banyak.
4. Card Catalogue (katalog kartu), jenis katalog ini yang paling umum di
perpustakaan seluruh dunia, sebelum peran komputer menggantikannya.
Setiap entri dituangkan dalam kartu standar berukuran 7.5 X 12,5 cm.
Kumpulan entri ini kemudian disusun secara sistematis berdasarkan
pengarang, subyek, judul dan call number ke dalam almari katalog. Katalog
kartu sangat fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan, karena jenis
katalog ini akan dengan mudah diadakan penambahan dan
pengurangan/penyusutan atau perubahan terhadap entrinya bisa dilakukan
pada kartu itu sendiri, dan kemudian di-file kembali.
5. OPAC (Online Public Catalogue)
Dalam perkembangan perpustakaan akhir-akhir ini banyak perpustakaan
memanfaatkan kecanggihan komputer. Koleksi perpustakaan terekam dan
30
tersimpan dalam sebuah database, dimana pemustaka bisa akses melalui
komputer yang disediakan. Database dapat diakses baik lokal, regional maupun
internasional. Bentuk katalog ini yang paling fleksibel dan paling modern :
penambahan, penyusutan atau perubahan terhadap entri bahan pustaka dapat
dilakukan setiap saat dan sangat cepat. Sehingga hasilnya akan segera diketahui,
yang paling menguntungkan bagi pemustaka, karena mereka bisa mengakses
dengan menggunakan access point yang divariasikan.
Beberapa keunggulan OPAC antara lain : Filing tidak diperlukan lagi.
Database dapat di update secara online atau remote, tersedianya menu help dan
cross reference : dapat diproduksi dalam bentuk katalog lain, misalnya CD-ROM
(Compact Disk Read Only Memory), dapat dihubungkan dengan database lain,
perubahan secara global dapat dilakukan, namun demikian, beberapa
kelemahannya seperti, lebih sensitif terhadap “spelling” karena setiap kesalahan
eja akan muncul hasil yang tidak diinginkan, atau pengguna akan menjadi
bingung dengan munculnya terlalu banyak bibliografi; perlu adanya training bagi
pemustaka; dan tidak akan berfungsi jika listrik padam.